Anda di halaman 1dari 6

PEMANFAATAN BUNGKIL KACANG TANAH SEBAGAI SUMBER PAKAN PADA

AYAM BROILER

Oleh : Sigit Prasetio (E1C020033)

Abstrak

Usaha produksi peternakan sangat tergantung dari ketersediaan bahan pakan hijauan
yang baik dan kualitasnya terjamin, karena dengan hal itu berarti bahwa produktivitas
peternakan dapat dinaikkan apabila pakan diberikan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan
ternak. Pakan merupakan komponen produksi dengan biaya yang terbesar. Biaya pakan dapat
mencapai 60-80% dari biaya produksi. Kualitas pakan harus diperhatikan agar ternak tumbuh
secara maksimal. Bungkil kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan limbah pertanian yang
selama ini belum dimanfaatkan secara optimal karena dinilai tidak memiliki nilai jual oleh
masyarakat. Kualitas bungkil kacang tanah secara kuantitatif dapat dilakukan di laboratorium
dengan menggunakan menggunakan metode proksimat. Bungkil kacang tanah mengandung
protein kasar 46,62% dan serat kasar 5,5%. Bungkil merupakan bahan pakan sumber protein.
Oleh karena itu, penggunaan bungkil sebagai bahan pakan dilakukan dalam jumlah besar.
Bungkil ini sekarang mudah didapat karena sudah banyak pabrik-pabrik minyak kacang, baik
pabrik modern maupun yang masih sederhana. Kadar proteinnya paling tinggi diantara bungkil
bungkil yang lain yang umum digunakan. Pemanfaatan bungkil kacang tanah untuk unggas
mulai dari 0 atau boleh tidak digunakan hingga 25%.

Kata Kunci : Bungkil Kacang Tanah, Kualitas, Pakan

PENDAHULUAN

Data Badan Pusat Statistik Indonesia (BPSI) pada tahun 2010 menunjukkan jumlah
populasi ayam pedaging sebanyak 1.249.952.000 ekor dengan peningkatan 20-30% setiap
tahunnya. Hal ini menjadikan populasi ayam pedaging menjadi populasi terbesar dibanding
jumlah populasi hewan ternak lainnya (Anonymous, 2011). Dengan adanya jumlah populasi
ayam pedaging yang sangat besar ini, ayam pedaging sangat berpengaruh baik pada sektor
ekonomi maupun pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Peningkatan produksi peternakan ini
harus didukung dengan adanya pengadaan pakan ternak yang berkualitas tinggi, tersedia dalam
jumlah yang cukup, memiliki kontinuitas dan harga yang relative murah serta tidak bersaing
dengan kebutuhan manusia.

Usaha produksi peternakan sangat tergantung dari ketersediaan bahan pakan hijauan yang
baik dan kualitasnya terjamin, karena dengan hal itu berarti bahwa produktivitas peternakan
dapat dinaikkan apabila pakan diberikan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan ternak.
(Cheng et al.,2009).

Pakan merupakan komponen produksi dengan biaya yang terbesar. Biaya pakan dapat
mencapai 60-80% dari biaya produksi. Kualitas pakan harus diperhatikan agar ternak tumbuh
secara maksimal. Hijauan merupakan pakan ruminansia yang utama, sehingga penyediaan
hijauan dan kualitasnya sangat menentukan produktivitas dan perkembangan ternak ruminansia.
Kendala yang muncul berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan kesinambungan dari ketersediaan
pakan ternak disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, yaitu: komponen iklim, kondisi tanah,
luas lahan yang semakin Usaha produksi peternakan sangat tergantung dari ketersediaan bahan
pakan hijauan yang baik dan kualitasnya terjamin, karena dengan hal itu berarti bahwa
produktivitas peternakan dapat dinaikkan apabila pakan diberikan secara optimal untuk
memenuhi kebutuhan ternak (Cheng et al.,2009).

Bungkil kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan limbah pertanian yang selama ini
belum dimanfaatkan secara optimal karena dinilai tidak memiliki nilai jual oleh masyarakat.
Namun, kandungan serat kasar yang terdapat pada bungkil kacang tanah dapat dimanfaatkan
sebagai imbuhan pakan ternak. Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa kandungan bungkil
kacang tanah mengandung abu 9,49%, protein kasar sebesar 9,27%, lemak kasar 3,38% dan serat
kasar sebesar 42,20% (Lokapirnasari, et. al., 2018). Serat kasar yang terkandung di dalam
bungkil kacang tanah ini mengandung lignin sebesar 30,57% dan hemiselulosa sebesar 7,19%
(Oktasari, 2018). Kandungan serat kasar inilah yang bisa dimanfaatkan sebagai imbuhan pakan
ternak berupa nutrisi untuk bakteri probiotik atau yang dikenal sebagai prebiotik. Pemanfaatan
serat kasar juga telah dilakukan beberapa peneliti untuk dikembangkan sebagai prebiotik.

Ayam pedaging merupakan salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan
masyarakat. Menurut kecepatan pertumbuhannya, periode pemeliharaan ayam pedaging dibagi
menjadi dua yaitu periode starter dan finisher. Periode starter dimulai umur 1--21 hari dan
periode finisher dimulai umur 22--35 atau sesuai umur dan bobot potong yang diinginkan
(Murwarni, 2010). Fase hidup awal ayam pedaging terjadi pada dua minggu pertama yang
merupakan masa kritis ayam pedaging. Oleh sebab itu, ayam pedaging memerlukan perhatian
yang intensif. Masa kritis tersebut ialah masa brooding.

Isi

Komposisi Kandungan Bungkil Kacang Tanah

Kualitas bungkil kacang tanah secara kuantitatif dapat dilakukan di laboratorium dengan
menggunakan menggunakan metode proksimat. Bungkil kacang tanah mengandung protein kasar
46,62% dan serat kasar 5,5%. Bila serat serat kasar lebih tinggi maka telah terjadi pemalsuan
sekam dan arena itu produk tersebut tidak disebut bungkil kacang tanah tetapi bungkil kacang
tanah dan sekam. Bungkil kacang tanah mempunyai protein tercerna (DP) 42,4% dan TDN
84,5%. Nilai ini lebih tinggi dari bungkil kedelai. Bungkil kacang tanah dan sekam mengandung
protein kasar (PK) 41%. Protein tercerna 36,6% dan total nutrient tercerna (TDN) 73,3% lebih
tinggi dari PK, DP, dan TDN. Salah satu pembatas pemanfaatan bungkil kacang tanah pada
ternak adalah adanya kontaminasi aflatoksin (Orskov, 1988).
Bungkil merupakan bahan pakan sumber protein. Oleh karena itu, penggunaan bungkil
sebagai bahan pakan dilakukan dalam jumlah besar. Misalnya saja daging buah kelapa, kacang
tanah, kedelai, biji bunga matahari, biji kapas, biji kapuk, lembaga biji jagung, dedak dan masih
banyak lagi. Selama ini komoditas yang paling banyak dijadikan bungkil adalah kedelai, kacang
tanah, kelapa, biji bunga matahari dan biji kapas. Proses pembuatan bungkil sangat sederhana.
Kacang tanah dipres (dikempa) hingga minyaknya keluar. Hasil kempaan dari produk biji-bijian
itu berupa minyak nabati dan ampasnya yang disebut sebagai bungkil.
Oil meal merupakan bungkil protein yang dihasilkan dari biji-bijian yang mengandung
minyak. McDonald dkk. (2001) menyatakan bahwa Oil meal adalah limbah yang sangat berguna
dan merupakan residu dari ekstraksi minyak. Lebih lanjut Orskov (1988) menyatakan bahwa oil
meal mengandung protein (200 – 500 g/ kg) dan ME tinggi. Bungkil atau oil meal diperoleh
dari expeller process pada ekstraksi minyak. Proses pembuatan oil meal ini pada prinsipnya
adalah dilakukan penyaringan minyak terlebih dahulu, kemudian akan tersisa bungkilnya. Proses
pembuatan bungkil yaitu bahan yang akan disaring minyaknya dikeringkan terlebih dahulu
kemudian dilakukan pemanasan. Setelah bahannya masak kering, kemudian bahan tersebut
digiling dan dilakukan pengepresan atau penyaringan.
Bungkil ini sekarang mudah didapat karena sudah banyak pabrik-pabrik minyak kacang,
baik pabrik modern maupun yang masih sederhana. Kadar proteinnya paling tinggi diantara
bungkil bungkil yang lain yang umum digunakan. Baik untuk digunakan sebagai komposisi
dalam ransum konsentrat untuk sapi, babi dan ayam. Hanya perlu dibatasi jumlah pemberiannya
karena kadar lemaknya yang cukup tinggi dan harganya relatif mahal. Analisa nutrisi: 6.6% air,
27% bahan ekstrak tanpa N, 8.5% lemak dan 6.3% abu serta nilai MP adalah 80.
Pemanfaatan Bungkil Kacang Tanah
Secara praktis, kekurangan asam amino dalam bungkil kacang tanah dapat ditutupi
dengan kombinasi dari bahan-bahan makanan lain. Bila di suatu daerah bungkil kacang tanah ini
ada dan harganya layak, pemanfaatan bungkil kacang tanah untuk unggas harus dikombinasikan
dengan tepung ikan dan bungkil kacang kedelai. Kombinasi semacam ini selain untuk menutupi
kekurangan satu dengan kelebihan lain, juga untuk membuat ransom lebih murah dan tidak
tergantung pada satu bahan saja. Semakin beragam bahan-bahan yang digunakan akan semakin
besar kemungkinan kebutuhan nutrisi unggas terpenuhi. Pemanfaatan bungkil kacang tanah
untuk unggas mulai dari 0 atau boleh tidak digunakan hingga 25%. Penggunaan untuk unggas
pedaging, selama harga absolutnya memungkinkan, dapat digunakan untuk membantu jagung
kuning dan minyak nabati untuk memenuhi kebutuhan energi yang tinggi itu. Selain itu,
beberapa jenis burung hias gemar makan bungkil kacang tanah ini.
Faktor penyimpanan sangat penting karena bungkil kacang tanah kerap tercemar oleh
Aspergillus flavus, jamur yang menghasilkan racun berbahaya bagi ayam. Bla racun in bekrja,
proses pencernaan ayam tidak akan sempurna lagi dan berdampak negative terhadap daya serap
unsur nutrisi ke dalam tubuh ayam. Penyimpanan yang dilakukan dalam wadah yang rapat, tidak
lembab, ventilasi gudang cukup dan kadar air yang terjamin akan membantu mencegah
kontaminasi bungkil kacang tanah ini.
Ketersediaan Bungkil Kacang Tanah
Di Indonesia peranan bungkil kacang tanah ini untuk makanan unggas dan ternak
umumnya tidak terlalu besar. Di samping produksinya memang tidak banyak, bungkil kacang
tanah terbatas kualitasnya. Walaupun demikian, di beberapa daerah yang memang potensial
sebagai penghasil minyak kacang atau olahan lainnya, bungkil kacang tanah ini banyak tersedia
dan memang harus dimanfaatkan untuk ternak.
Kesimpulan
Bungkil ini sekarang mudah didapat karena sudah banyak pabrik-pabrik minyak kacang,
baik pabrik modern maupun yang masih sederhana. Kadar proteinnya paling tinggi diantara
bungkil bungkil yang lain yang umum digunakan. Pemanfaatan bungkil kacang tanah untuk
unggas mulai dari 0 atau boleh tidak digunakan hingga 25%.

Ucapan Terimakasih

Saya ucapkan terimakasih kepada bapak Prof.Ir. Urip santoso. M. Sc., Ph. D. dan Heri
Dwi Putranto, S.Pt., M.Sc., Ph.D selaku Dosen pembimbing mata kuliah Karya Tulis Ilmiah
yang selalu membimbing, mengarahkan, dan memberikan ilmunya kepada kami sehingga
penyusunan dan penbuatan tugas ini dapat diselesaikan dengan baik.
Dan teman-teman saya yang bersama sama mengambil mata kuliah Karya Tulis Ilmiah
yang selalu memberikan masukan, kritikan dan motivasi, sehingga saya bisa menyelesaikan
tugas ini selesai pada tepat waktunya.
Dan jurnal-jurnal yang menjadi informasi saya dalam membuat tugas ini dan menjadi
pustaka dalam tugas ini.
Daftar Pustaka
Bodhi Agustono dkk. (2017). IDENTIFIKASI LIMBAH PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
SEBAGAI BAHAN PAKAN INKONVENSIONAL DI BANYUWANGI : Identification of
Agricultural and Plantation Byproducts as Inconventional Feed Nutrition in Banyuwangi.
Jurnal Medik VeterinereISSN: 2581-012X Oktober 2017, Vol.1 No.1 : 12-22.

Cheng, C.Y. (2009). A Study on the Leadership Behavior,Safety Culture, and Safety
Performance of the Healthcare Industry World Academy of Science, Engineering and
Technology. 53.

Lokapirnasari, W. P., O.S. Widodo dan E. Koestanti. (2018). Potensi bakteri Lactococcus sp.
Dan Lactobacillus sp. untuk peningkatan kualitas limbah kulit kacang sebagai alternatif
bahan pakan. J. Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 10:23-31.

Mikael Sihite dkk. (2020). EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT KACANG TANAH DAN
BAKTERI LACTOBACILLUS ACIDOPHILUS SEBAGAI SINBIOTIK The Effectiveness of
Peanut Shell Extract and Lactobacillus acidophilus as Synbiotic. Jurnal Nutrisi Ternak
Tropis dan Ilmu Pakan DOI : 10.24198/jnttip.v2i4.29998 jurnal.unpad.ac.id/jnttip; e-
ISSN:2715-7636 2(4): 225- 233, Desember 2020.

Murwarni, A. Y.K. Yong, L. Adriani, E. Hernawan and K.A. Kamil. (2010). The Fluctuation
Effect of Atmospheric Ammonia (NH3) Exposure and Microclimate on Hereford Bulls
Hematochemical. J. of the Indon Tropical Anim Agric, 35:232-238.

Oktasari, A. (2018). Kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.) sebagai adsorben ion Pb(II).
Jurnal ALKIMIA 2:17-27. DOI:10.19109/alkimia.v2il.2258.

Anda mungkin juga menyukai