Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

PEMANFAATAN TEPUNG ONGGOK SEBAGAI


BAHAN PAKAN LOKAL AYAM KAMPUNG
SUPER

OLEH:

DEWI MUSTIQA UMSTITIAN


G2N123001

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahan pakan alternatif sangat berpotensi menjadi salah satu bahan penting disaat

terjadi kekurangan dan tidak tersedia bahan pakan yang berkualitas akibat sulitnya

memperoleh bahan baku utama sehingga kalaupun ada harganya cukup mahal

disamping itu bahan pakan alternatif berfungsi sebagai pengganti atau substitusi untuk

melengkapi bahan pakan utama sehingga bahan pakan alternatif dapat mengurangi

harga pakan namun tetap masih membutuhkan bahan pakan lainnya sebagai pelengkap.

Salah satu syarat bahan baku alternatif pengganti adalah nilai nutrisinya memiliki

kemiripan dengan calon bahan baku tersebut (Sjofjan dan Adli, 2021).

Pakan memiliki bagian dalam biaya produksi terbesar berkisar 60–70 %, dalam

suatu usaha peternakan unggas. Pakan yang baik adalah, pakan yang mengandung gizi

yang dibutuhkan oleh ternak unggas sesuai dengan jenis dan bangsa unggas, umur,

bobot badan, jenis kelamin, dan fase produksi. Informasi kebutuhan gizi ternak unggas

sangat dibutuhkan dalam upaya formulasi pakan komplit yang memenuhi standar

kebutuhan gizi ternak unggas. Pakan berasal dari beberapa campuran bahan pakan,

mengandung gizi yang dibutuhkan unggas, bersih, tidak jamuran, tidak basi, relatif

murah, dan unggas senang memakannya/palatable (Ketaren, 2010).

Ayam kampung merupakan sumber plasma nutfah Indonesia dan salah satu

komoditas unggas yang paling sering dijumpai dan dipelihara di pedesaan sebagai

penghasil daging dan telur. Ayam kampung unggul (KUB) merupakan ayam kampung

yang telah mengalami seleksi dari 6 generasi ayam kampung di wilayah Jawa Barat,
merupakan inovasi varietas baru ayam lokal hasil invensi Badan Litbang Pertanian

(Sartika, 2016; Suryana, 2017). Sebagai ayam kampung unggul tentunya menjadi

peluang usaha dalam rangka penyediaan telur dan daging oleh masyarakat namun dalam

pengembangannya seringkali menemui kendala dengan berbagai permasalahan seperti

bibit, manajemen dan pakan terutama kualitas pakan maupun penyediaan pakan

(Tirajoh et al ).

Onggok adalah hasil produk samping pengolahan ubi kayu menjadi tapioka.

Onggok memiliki kandungan air cukup tinggi yaitu 81-85%. Onggok sebenarnya

memiliki potensi sangat besar sebagai bahan pakan, akan tetapi mutu dan nutrisinya

cukup rendah yaitu dengan kandungan protein kurang dari 5% dan disertai dengan

kandungan serat kasar yang cukup tinggi yaitu lebih dari 35% (Kiramang, 2011).

Fermentasi merupakan proses biokimia yang berlangsung dengan melibatkan

mikroorganisme yang salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan kecernaan bahan

pakan. Salah satu langkah efisiensi biaya produksi adalah dengan mengganti bahan

pakan dengan harga lebih murah misalnya mengganti bekatul dengan onggok, onggok

adalah salah satu limbah industri dari pengolahan tepung tapioka. Indonesia merupakan

salah satu penghasil ubi kayu terbesar di dunia.


II. PEMBAHASAN.

Materi yang digunakan pada penelitian adalah Ayam Kampung Super sebanyak

120 ekor berumur 28 hari. Percobaan Ransum dalam penelitian disusun sendiri

menggunakan bahan pakan jagung, bungkil kedelai, bungkil kelapa, Dicalsium phospat,

MBM, premix dan onggok terfermentasi.

Data hasil penelitian perbedaan pemberian onggok terfermentasi Trichoderma

viride terhadap penampilan produksi ayam kampung super meliputi konversi pakan dan

nilai indek performan. Hasil disajikan dalam tabel 2 sebagai berikut :

Perlakuan Konversi Pakan Indek Performan


Po 4,17 ± 0,46 56,07 ±10,42
P1 4,26 ±0,47 60,85 ± 13,00
P2 4,47 ±0,23 53,34 ± 3,03
P3 4,32 ± 0,33 57,86 ± 9,36
Ajibah et al (2020)

Konversi pakan dari perbedaan pemberian onggok terfermentasi Trichoderma

viride terhadap penampilan produksi ayam kampung super memberikan pengaruh tidak

nyata (P < 0,01) Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu 4,47 (penambahan

onggok terfermentasi 50%) sedangkan konversi pakan terendah terdapat pada perlakuan

P0 yaitu sebesar 4,17 (tanpa penambahan onggok terfermentasi).Nururrozi, dkk (2018)

menjelaskan bahwa standart FCR ayam kampung yang dikatakan baik pada

pemeliharaan hingga hari ke-60 adalah sekitar 4-6.

Indek Performan (IP) dari perbedaan pemberian onggok terfermentasi

Trichoderma viride terhadap penampilan produksi ayam kampung super memberikan

pengaruh tidak nyata (p<0,01). Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu 60,85

(penambahan onggok terfermentasi 25%) sedangkan nilai IP terendah terdapat pada


perlakuan P2 (penambahan 50% onggok terfermentasi) yaitu sebesar 53,34. Rendahnya

nilai IP pada ayam kampung super disebabkan tingkat FCR yang tinggi, sesuai dengan

pendapat Setiyono (2015) yang menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi nilai

indek performan yamg maksimal adalah rata-rata berat ayam saat panen, presentase

kematian, rata-rata umur panen, dan Feed Conversion Ratio (FCR). Didukung pendapat

Fadilah (2007) dalam Maharatih (2017) menyatakan bahwa semakin besar nilai IP yang

diperoleh, semakin baik prestasi ayam dan semakin efisien penggunaan pakan

Onggok telah diolah dengan cara fermentasi diharapkan dapat memperbaiki

nutrisi yang ada didalammya sehingga onggok dapat dijadikan sebagai subtitusi pakan

ayam kampong super. Hasil penelitian yang telah dilakukan Jaenuri (2018) bahwa

kapang Trichoderma viride dapat meningkatkan kandungan nutrisi onggok yaitu protein

yang meningkat sebesar 75.36%, dari protein yang semula hanya 2.8% menjadi 4.91%.

hal ini membuktikan bahwa pengolahan onggok dengan cara fermentasi menggunakan

kapang Trichoderma viride dapat memperbaiki nilai nutrisi dari onggok tersebut.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana ‘’Efisiensi Pemberian Onggok

Terfermentasi Trichoderma viride Pada Ayam Kampung Super (Gallus domesticus sp)

Terhadap Efisiensi Pakan & IOFC.

Materi yang digunakan pada penelitian adalah Ayam Kampung Super sebanyak

120 ekor berumur 28 hari. Ransum dalam penelitian disusun sendiri menggunakan

bahan pakan jagung, bungkil kedelai, bungkil kelapa, MBM, Dicalsium phospat, premix

dan onggok terfermentasi.


Perlakuan Efisiensi pakan IOFC(RP)
Po 8,89 10.535
P1 8,98 20.101
P2 8,06 14.866
P3 8,54 14.684
(Kurniawan et al 2020)

Nilai Efisiensi Pakan dari efisiensi pemberian onggok terfermentasi

Trichoderma viride pada ayam kampung super (Gallus domesticus sp) tidak

berpengaruh Hasil Efisiensi Pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu 9.84%

dengan penambahan onggok terfermentasi 25% sedangkan nilai Efisiensi Pakan

terendah terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar 7.91% dengan penambahan onggok

terfermentasi 50%. Nilai efisiensi pakan dalam penelitian ini lebih rendah dengan

kisaran antara 7,91 – 9,84% dibanding dalam penelitian Anggraini (2019) menjelaskan

bahwa Efisiensi Pakan dalam penelitianya yaitu P1 = 33%, P2 = 33%, P3 = 32%, P4 =

31%, hal ini dapat dipengaruhi oleh perbedaan campuran bahan pakan, kemampuan

daya cerna dan mutu genetik. Anggraini (2019) menyatakan nilai efisiensi pakan dapat

dipengaruhi tinggii rendahnya kemampuan ternak dalam pemanfaatan nutrien pakan

untuk pembentukan daging. Nilai efisiensi pakan juga dipengaruhi oleh pertambahan

bobot badan ayam kampung super yang rendah, hal ini sesuai dengan pernyataan

(Umam ,2014) yang menjelaskan bahwa pertambahan bobot ayam dapat dipengaruhi

oleh beberapa hal seperti genetic (strain), jenis kelamin, lingkungan, manajemen

pemeliharaan, kuantitas dan kualitas pakan. Meskipun secara statistik penggunaan

onggok terfermentasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai efisiensi pakan,

data pengamatan menunjukkan bahwa pada perlakuan P1 dengan penambahan onggok


terfermentasi 25% menghasilkan rataan efisiensi pakan lebih tinggi yaitu 9.84%

dibanding P0 dengan tanpa onggok terfermentasi yaitu 8.41% yang besar pengaruh juga

disebabkan kandungan serat kasar.

Fermentasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan mutu onggok,

dengan proses terjadinya perombakan dari struktur yang kompleks menjadi struktur

sederhana dan mudah dicerna. Pada proses fermentasi diperlukan stater, sebagai

perombak. Stater yang digunakan adalah mikrobiotik atau campuran mikrobiotik salah

satunya kapang Trichoderma viride. Kapang Trichoderma viride merupakan salah satu

jenis mikroba yang mempunyai sifat selulitik sehingga lebih mudah untuk memecah

struktur selulosa menjdai senyawa sederhana dan mudah dicerna oleh ternak.

Fermentasi onggok menggunakan kapang Trichoderma viride dapat meningkatkan

kadar protein kasar dan menurunkan serat kasarnya. Fermentasi onggok dengan

Trichoderma viride dapat meningkatkan protein kasar dari 2,8 % menjadi 4,91 % dan

menurunkan kadar serat kasar dari 27,5% menjadi 20,93 % (Zaenuri, 2018).

Dalam penelitian ini menggunakan ternak ayam kampung super umur 28 hari

sebanyak 120 ekor dan terbagi 5 ekor di setiap ulangan. Kandang yang digunakan

adalah kandang koloni bersekat dengan ukuran 100 x 70 x 80 cm di setiap perlakuan

dan ulangan.

Pembuatan Tepung Onggok Terfermentasi Onggok kering ditambahkan dengan

air (kadar air 70 %), diaduk secara merata kemudian di kukus selama 25 menit denan

tujuan untuk mensterilkan bahan. Setelah itu di peram sampai suhu kamar. Kemudian

subtrat di inokulasi dengan 4 % dari berat onggok kapang Trichoderma viride, diaduk
secara merata dan di peram pada wadah platik secara aerob pada suhu kamar selama 6

hari. Onggok hasil fermentasi di jemur di bawah sinar matahari dengan tujuan untuk

menghentikan proses fermentasi. Setelah kering onggok di giling halus selanjutnya

dapat digunakan sebagai bahan pakan.

Hasil pengamatan penggunaan Tepung Onggok Terfermentasi (TOT) dengan

Trichoderma viridie sebagai subtitusi bahan pakan bekatul dengan variasi konsentrasi

P0 tanpa penambahan P1 25%; P2 50%;P3 75% terhadap Konsumsi pakan ,

Pertambahan Bobot Badan disajikan pada tabel 1.

Perlakuan Konsumsi pakan PBB


Po 119,14 ± 12,27 320,00 ± 31,94
P1 143,10 ± 3,11 374,17 ± 70,39
P2 142,45 ± 4,41 300,83 ± 35,98
P3 141,64 ± 7,41 337,50 ± 42,63
(Widigdyo et al 2019)

Berdasarkan data di atas menunjukan bahwa pengaruh penggunaan TOT sebagai

alternatif pengganti bekatul dalam ransum ayam kampung super dengan komsumsi

pakan yang tertinggi dihasilkan pada perlakuan P1 yaitu sebesar 143 gram/ekor, PBB

tertinggi dihasilkan pada perlakuan P1 sebesar 374,17 gram/ekor , dan FCR terendah

dihasilkan pada perlakuan P0 sebesar 4,17. Data hasil pengamatan menunjukkan rataan

konsumsi pakan dengan satuan gram/ekor mulai yang tertinggi sampai terendah masing

masing perlakuan P1 (143,10); P2 (142,45); P3 (141,64); dan P0 (119,14)

Penambahan TOT sebagai pengganti bekatul pada ransum ayam kampung super

menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) dengan nilai signifikansi P=0,03. Hal ini

menunjukkan bahwa penggunaan TOT sebagai pengganti bekatul memberikan pengaruh


yang positif terhadap konsumsi pakan ayam kampung super. Hal ini di tunjukkan

dengan hasil data pengamatan konsumsi pakan pada perlakuan P1, P2 dan P3 lebih

tinggi dari perlakuan kontrol P0. Proses fermentasi tepung onggok dengan Trichoderma

viridie dapat meningkatkan nilai nutrisi pakan dengan memecah polimer karbohidrat

menjadi senyawa sederhana sehingga akan mudah dicerna oleh ternak (Sulistiawan,

2015). Trichoderma dapat menghasilkan enzim untuk menghidrolisa karbohidrat

kompleks seperti selulosa, hemisulosa dan lignin, sehingga akan meningkatkan nilai

kecernaan bahan pakan tersebut (Safari,dkk,2005). Wahyu (2004) menyatakan bahwa

besar dan bangsa ayam, temperatur lingkungan,tahap produksi dan energi dalam pakan

dapat mempengaruhi konsumsi ransum.

Analisis ragam data pengamatan penggunaan TOT sebagai pengganti bekatul

dalam ransum pakan ayam kampung super menunjukkan tidak memberikan perbedaan

yang nyata (P>0,05). Pertambahan bobot badan ayam kampung super dari yang

tertinggi di tunjukkan pada perlakuan P1 sebesar 374 gram kemudian P3 337 gram; P0

320 gram dan P2 300 gram.

Penambahan TOT sebagai subtitusi bekatul pada ransum ayam kampung super

tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05). Penggunaan TOT tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap PBB ayam kampung super disebabkan

karena kandungan protein TOT lebih rendah dibandingkan kandungan protein bekatul,

sehingga pertambahan bobot badan ayam selama penelitian kurang maksimal.


Meskipun secara statistika penggunaan TOT sebagai subtitusi bekatul tidak

memberikan pengaruh yang nyata, data pengamatan hasil penelitian menunjukkan

bahwa pada perlakuan P1 (TOT 25 % + Bekatul 75 %) menghasilkan rataan PBB

tertinggi dibanding perlakuan kontrol (P0) yaitu 374 gram/ekor. Hal tersebut dapat

menunjukan bahwa penggunaan TOT sebagai subtitusi bekatul dalam ransum ayam

kampung super tidak memberikan pengaruh negatif dan dapat diaplikasikan dalam

penyusunan ransum ayam kampung super. Pertambahan Bobot Badan ayam dipengaruhi

oleh genetik (strain), jenis kelamin, lingkungan, manajemen pemeliharaan, kualitas dan

kuantitas pakan (Umam,dkk, 2014). Penambahan TOT dalam ransum pakan ayam

kampung super menunjukkan pertambahan bobot badan pakan pada kelompok

perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata, salah satunya karena karakteristik

pertumbuhan ayam kampung yang tidak sebaik pada ayam ras pedaging
III. KESIMPULAN

Hasil data penelitian menunjukkan bahwa penggunaan TOT sebagai pengganti

bekatul dalam ransum pakan ayam kampung super memberikan pengaruh yang nyata

(P<0,05) terhadap nilai konsumsi pakan ayam kampung super. Hasil data penelitian

penggunaan TOT sebagai pengganti bekatul dalam ransum pakan tidak memberikan

pengaruh yang nyata terhadap Pertambahan Bobot Badan (PBB) dan konversi ransum

pakan (FCR) ayam kampung super.


DAFTAR PUSTAKA

Ketaren P. . 2010. Kebutuhan gizi ternak unggas di Indonesia. Wartazoa 20(4): 172–180
Tirajoh, S., Tiro,B.M.W., Palobo, F, dan Lestari, R.H.S. 2020. Pemanfaatan daun kelor
(Moringa oleifera) terhadap kualitas pertumbuhan ayam kampung unggul
Balitbangtan di Jayapura, Papua. Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis,
10(2) : 119-127
Sjofjan, O., dan Adli, D. N. 2021. The effect of replacing fish meal with fermented sago
larvae (FSL) on broiler performance. Development, 33, 2.
Kiramang, K. 2011. Potensi Dan Pemanfaatan Onggok Dalam Ransum Unggas.Jurnal
Tekno Sains 5(2):155-163.
Nururrozi, A., S. Indarjulianto., D. Ramandani., Yanuartono. 2018. Pengaruh
Pemberian Manur Broiler Dengan Fermentasi Lactobacillus casei Terhadap
Konversi Pakan Ayam Kampung. Skripsi : Fakultas Kedokteran Hewan.
Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.
Ajibah Bn, Alfan Setya W.,Eddy Trijana Sudani. 2020. Perbedaan Pemberian Onggok
Terfermentasi Trichoderma Viride Terhadap Penampilan Produksi Ayam
Kampung Super (Gallus Domesticus Sp). Jurnal Aves. Vol. 14( 1).
Widigdyo A , Agustina WK.2019. Pengaruh Penggunaan Tepung Onggok
Terfermentasi Dengan Trichoderma viride Sebagai Alternatif Pakan Terhadap
Konsumsi Pakan dan Pertambahan Bobot Badan Ayam Kampung Super. Jurnal
Sains Peternakan. Vol 7 (2).
Kurniawan F, Alfan SW, Eddy TS.2020. Efisiensi Pemberian Onggok Terfermentasi
Trichoderma Viride Pada Ayam Kampung Super (Gallus Domesticus
Sp)Terhadap Efisiensi Pakan & Iofc. Jurnal Aves. Vol. 14 (2).

Anda mungkin juga menyukai