Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia Vol. 1(1): 26-32, April 2017 Zaeni Hidayat Z.P. et. al.

PENGARUH PENAMBAHAN MASAMIX KWS DENGAN DOSIS BERBEDA DALAM


RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM PETELUR

The Effect of Addition Masamix KWS with Different Doses on Feed to Layer Performances

Zaeni Hidayat Z. P.a , Tintin Kurtinia, Farida Fathula


a
Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, Lampung University
Soemantri Brojonegoro No.1, Gedong Meneng, Bandar Lampung 35145
e-mail : zaeni.hidayat26@gmail.com

ABSTRACT

This research was conducted in Juli-Agustus 2016 at layer farm in Sumber Sari, Taman Sari
Village of Gedong Tataan District, Pesawaran Regency and Laboratory of Nutrition and Food Livestock,
Animal Husbandry Departmen, Faculty of Agriculture, University of Lampung. This research aims to
study 1) the effect of using feed additive on feed for performances; 2) optimum doses of feed additive in
feed layer. This research used Completely Randomized Design with 4 treatments added feed additive
with a dose of (0; 0,15; 0,25; and 0,35%), 5 replications, there were 20 experiment unit and each unit
consists of 1 chicken. Material used in this research was 20 chickens strain of isa brown the age 48
weeks. The conclude that addition of feed additive with a doses of 0; 0,15; 0,25; 0,35% on feed influence
insignificantly (P>0.05) to the performances (feed consumption, feed convertion, egg weight, hen-day,
and income over feed cost (IOFC)) layer and not found optimum doses.

Keywords: Feed Additive, Doses, Layer , Performance

PENDAHULUAN ransum konvensional ditambahkan suatu zat


ransum tambahan yang bersifat aditif.
Peningkatan kebutuhan protein telur Peternak di Dusun Sumber Sari,
merupakan tantangan bagi perusahaan ayam Kelurahan Taman Sari, Kecamatan Gedong
petelur untuk meningkatkan produktivitas Tataan, Kabupaten Pesawaran belum
ayam petelur. Salah satu yang dapat mengetahui efektivitas penggunaan premix
memengaruhi produktivitas ayam petelur dalam ransum sehingga kualitas telur yang
adalah pemberian ransum yang berkualitas. dihasilkan terutama pada fase 2 kurang
Ransum berkualitas tentunya tersusun atas optimal. Hal ini diduga dapat disebabkan oleh
komposisi yang sesuai dengan kebutuhan nutrien dalam ransum belum mencukupi
ternak. kebutuhan ayam petelur, sehingga performa
Ransum dalam usaha peternakan unggas yang dihasilkan belum optimal.
memiliki peranan pokok yang perlu mendapat Salah satu premix komersial adalah
perhatian selain bibit dan manajemen. Menurut masamix kws yang diproduksi oleh PT.
Wiharto ( 1997 ), ransum merupakan Mensana Aneka Satwa. Masamix kws
komponen terbesar dari biaya produksi yaitu merupakan jenis aditif mineral dan vitamin.
mencapai 60--70%. Biaya tersebut dapat Masamix kws merupakan premix lengkap
tertutupi jika performa ayam petelur baik. mengandung kombinasi multivitamin, asam
Performa ayam petelur dapat dilihat dari amino dan trace mineral seimbang.
konsumsi ransum, konversi ransum, bobot Berdasarkan hal tersebut maka perlu
telur, hen-day, dan IOFC ( income over feed dilakukan penelitian terhadap penggunaan
cost). Jika performa tersebut baik maka usaha masamix kws dalam ransum terhadap performa
peternakan ayam petelur dapat dikatakan ayam petelur.
bagus.
Nutrien dalam ransum yang dapat MATERI DAN METODE
memengaruhi kualitas telur, antara lain protein,
mineral, dan vitamin. Untuk dapat Materi
meningkatkan zat nutrien dan menyamai Penelitian ini dilaksanakan selama 4
kualitas ransum komersial, biasanya pada minggu pada Juli-Agustus 2016, bertempat di
peternakan ayam petelur Dusun Sumber Sari,

26
Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia Vol. 1(1): 26-32, April 2017 Zaeni Hidayat Z.P. et. al.

Kelurahan Taman Sari, Kecamatan Gedong ketelitian 0,001 g, termohigrometer, dan alat
Tataan, Pesawaran serta Laboratorium Nutrisi hitung.
dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Tabel 2. Kandungan nutrien masamix kws
Ayam yang digunakan pada penelitian Bahan Jumlah
ini sebanyak 20 ekor ayam ras petelur strain (Dalam
isa brown yang diperoleh dari PT. Charoen 1Ton)
Phokpand, ayam petelur fase kedua berumur 48 Vitamin A (IU) 5.000.000
minggu dengan rata-rata bobot tubuh 1,85±0,05 Vitamin D3 (IU) 1.000.000
kg (koefisien keragaman: 2,95%). Vitamin E (IU) 7.500
Komposisi ransum yang digunakan Vitamin K (mg) 1.530
(ransum kontrol) pada penelitian ini yaitu Vitamin B1 (mg) 800
jagung 55,5%, dedak 6,0%, bungkil kedelai Vitamin B2 (mg) 3.000
24,4%, meat bone meal 7,6%, dan grit 6,5%. Vitamin B6 (mg) 800
Kandungan nutrien ransum disajikan pada Vitamin B12 (mg) 10.000
Tabel 1. Vitamin C (mg) 5.000
Menurut Standar Nasional Indonesia Ca-d-Panthothenate (mg) 5.000
(SNI) 01-3929-2006, standar ransum ayam Niacin (mg) 7.530
petelur harus mengandung kadar air maksimal Asam Folat (mg) 140
14%, protein kasar minimal 16%, lemak kasar Choline chloride (mg) 100.000
maksimal 7%, serat kasar maksimal 7%, abu DL –Methionine (mg) 100.000
maksimal 14%, kalsium 3,25--4,25%, fosfor Copper (mg) 2.200
0,60--1,00%, dan energi metabolis minimal Cobalt (mg) 240
2.650 kkal/kg. Ferros (mg) 23.400
Iodium (mg) 1.200
Tabel 1. Kandungan nutrien ransum perlakuan Mangan (mg) 40.800
hasil analisis. Zinc (mg) 30.000
Ransum Sumber : PT. Mensana Aneka Satwa
Nutrien
P0 P1 P2 P3
Metode
KA (%)** 12,48 11,91 11,58 10,74 Penelitian ini menggunakan Rancangan
PK (%) ** 17,50 17,50 17,50 17,50 Acak lengkap dengan 4 perlakuan (ransum
SK (%) ** 7,90 7,90 7,90 7,90 kontrol (0% feed aditif); ransum kontrol + 0,15;
SK (%) ** 6,80 6,80 6,80 6,80 0,25 ; dan 0,35% feed aditif ) dan 5 ulangan,
Abu(%) ** 10,01 11,82 10,84 11,35 sehingga tedapat 20 satuan percobaan dan
Ca (%) * 2,17 2,21 1,92 1,20 setiap satuan percobaan terdiri atas 1 ekor
ayam. Ayam-ayam tersebut berbobot badan
P (%) * 0,72 0,73 0,74 0,75
1,8--1,9 kg (koefisien keragaman: 2,95%).
Keterangan : Setiap ayam dimasukkan ke dalam kandang
*) Hasil analisis Laboratorium Analisis individu secara acak. Data yang diperoleh
Politeknik Negeri Lampung, 2016. dianalisis menggunakan analisis ragam
**) Hasil analisis proksimat Laboratorium (Analysis of Variance/ANOVA), jika berdeda
Nutrisi dan Makanan Ternak, Universitas nyata akan di uji lanjut polinomial ortogonal
Lampung, 2016. pada taraf 5% ( Steel dan Torrie, 1991).
Prosedur penelitian yaitu membersihkan
Tabel 1 menunjukkan bahwa kandungan dan fumigasi kandang yang digunakan
nutrien ransum perlakuan telah memenuhi menggunakan desinfektan; memilih 20 ekor
kebutuhan ayam petelur, kecuali kandungan ayam secara acak yang selanjutnya ditimbang
kalsium ransum kurang dari standar SNI, yaitu untuk mendapatkan bobot tubuh ayam serta
berkisar antara 1,20--2,21% memberikan kode pada masing-masing ayam
Feed aditif yang digunakan adalah sesuai pengacakan; pemberian makan sebanyak
masamix kws dengan kandungan nutrien yang 115 g/ekor/hari sesuai jadwal serta minum
disajikan pada Tabel 2. secara adlibitum; dan melakukan pengumpulan
Peralatan yang digunakan dalam data.
penelitian ini adalah kandang baterai Peubah yang diamati yaitu konsumsi
berukuran 35x35 cm2, egg tray, timbangan ransum, Hen-day (%), Bobot telur , Konversi
elektrik merk Bayco kapasitas 210 g dengan ransum, dan Income over feed cost (IOFC).

27
Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia Vol. 1(1): 26-32, April 2017 Zaeni Hidayat Z.P. et. al.

HASIL DAN PEMBAHASAN didalamnya seperti Zn dapat meningkatkan


nafsu makan ayam. Zn merupakan
Rata-rata data performa (konsumsi ransum, mikromineral yang tersebar di dalam jaringan
hen-day, bobot telur, konversi ransum, dan hewan, manusia, dan tumbuhan serta terlibat
IOFC) ayam petelur pada masing-masing dalam fungsi metabolisme. Zn berperan juga
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3 dalam fungsi berbagai enzim, meningkatkan
nafsu makan, produksi telur, daya tetas telur
Tabel 3. Rata-rata data konsumsi ransum, hen- dan pertumbuhan tulang dan bulu pada ayam
day, bobot telur, konversi ransum, dan petelur (Burhan, 2013). Dengan demikian,
IOFC konsumsi ransum ayam yang mendapat
P0 P1 P2 P3 tambahan feed aditif cenderung lebih tinggi
(0%) (0,15 (0,25 (0,35 daripada tanpa penambahan feed aditif.
%) %) %) Vitamin B yang terkandung di dalam
Konsumsi 77,52 81,86 80,58 80,75 feed aditif juga memiliki peran yang cukup
ransum (g) ± 2,97 ± 3,11 ± 2,04 ± 0,73 penting dalam meningkatkan nafsu makan
ayam. Menurut Burhan (2015) , vitamin B
Hen-day 99,28± 98,56± 97,85± 99,28± komplek dapat membantu meningkatkan proses
(%) 1,60 1,96 1,96 1,60 metabolisme sehingga pemanfaatan nutrisi
lebih optimal. Dampaknya, rasa lapar akan
Bobot telur 61,21± 63,33± 65,32± 63,62± lebih cepat muncul dan nafsu makan ayam
(g) 4,05 3,45 5,17 2,40 akan meningkat. Meningkatnya nafsu makan
ayam tentu akan meningkatkan jumlah
Konversi 1,27±0 1,31±0 1,26±0 1,27±0 konsumsi ransumnya.
ransum ,06 ,05 ,11 ,06 Pada penelitian ini, konsumsi ransum
lebih rendah yaitu berkisar antara 77,52--
IOFC 3,79±0 3,69±0 3,84±0 3,79±0 81,86g/ekor/hari dibandingkan dengan standar
,17 ,16 ,38 ,17 konsumsi ransum ayam strain isa brown.
Menurut Guide Isa brown (2015), konsumsi
ransum ayam petelur strain isa brown saat
Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi produksi umur 23--60 minggu yaitu
Ransum 112g/ekor/hari. Jumlah ransum yang
Rata-rata konsumsi ransum selama dikonsumsi oleh ayam dapat dipengaruhi oleh
penelitian berkisar antara 77,52 g sampai 81,86 berbagai faktor, terutama kandungan nutrien
g/ekor/hari (Tabel 3). Hasil analisis ragam ransum. Perbedaan ransum inilah yang dapat
menunjukkan bahwa penambahan feed aditif menyebabkan jumlah konsumsi berbeda
dengan dosis 0; 0,15; 0,25; dan 0,35% dalam dengan standar konsumsi ayam strain isa
ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) brown.
terhadap konsumsi ransum. Konsumsi ransum Hasil penelitian Nasution (2007)
yang tidak berbeda nyata ini diduga disebabkan menyatakan bahwa penambahan suplementasi
oleh dosis feed aditif yang ditambahkan mineral (Ca, Na, P, Cl) dalam ransum tidak
selisihnya tidak terlalu jauh. Hal ini berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum,
menyebabkan kandungan nutrien ransum yang konversi ransum, dan pertambahan bobot
dikonsumsi ayam menjadi relatif sama, tubuh, tetapi berpengaruh nyata terhadap IOFC
sehingga tidak berpengaruh nyata terhadap burung puyuh.
konsumsi.
Konsumsi ransum pada perlakuan yang Pengaruh Perlakuan terhadap Hen-day
ditambahkan feed aditif cenderung lebih Rata-rata hen-day selama penelitian
banyak dibandingkan dengan perlakuan tanpa berkisar antara 96,42 sampai 100,00 %
penambahan feed aditif (Tabel 3). Hal ini disajikan pada (Tabel 3). Hasil analisis ragam
terjadi karena ransum yang ditambahkan feed menunjukkan bahwa penambahan feed aditif
aditif dapat meningkatkan palatabilitas ransum dengan dosis 0; 0,15; 0,25; dan 0,35% dalam
yang menyebabkan konsumsi ransum ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
cenderung meningkat. Feed aditif yang terhadap hen-day.
digunakan (Tabel 2) merupakan premiks Hen-day yang tidak berbeda nyata
lengkap mengandung kombinasi multivitamin, terjadi karena konsumsi ransum antarperlakuan
asam amino, dan trace mineral seimbang. tidak berbeda nyata. Akibatnya produksi telur
Berdasarkan kandungan nutrien feed harian (hen-day) relatif sama. Konsumsi
aditif (Tabel 2), mineral yang terkandung ransum yang tidak berbeda nyata menyebabkan

28
Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia Vol. 1(1): 26-32, April 2017 Zaeni Hidayat Z.P. et. al.

hasil metabolisme nutrien dari ransum Menurut Burhan (2013), pada kondisi
menghasilkan persentase hen-day relatif sama. normal, ayam tidak membutuhkan vitamin C,
Persentase hen-day selama penelitian hal ini karena ayam dapat mensintesis vitamin
masih tinggi (97,85--99,28%) pada umur 48-- C dalam tubuhnya. Sintesis vitamin C ini dapat
52 minggu. Menurut Isa brown management terjadi karena dalam ginjal ayam terdapat
guide (2015), persentase hen-day ayam strain enzim yang dibutuhkan dalam pembentukan
isa brown yaitu 89--90% pada umur produksi vitamin C yaitu NADPH, L-glunolakton, dan
48--52 minggu. D-glukuronolakton, namun hasil yang
Feed aditif yang digunakan (Tabel 2) diperoleh dalam jumlah yang sedikit, sehingga
memiliki indikasi dapat meningkatkan produksi biasanya dalam ransum ditambahkan vitamin
telur dan memperpanjang masa produksi telur, C. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, defisiensi
meningkatkan kualitas telur, meningkatkan vitamin C pada ayam tidak terjadi, namun
daya tahan tubuh dan meningkatkan vitamin C bermanfaat dalam situasi ayam yang
reproduksi, mencegah kekurangan vitamin, stres karena panas atau kondisi lainnya. Suhu
mineral dan asam amino, serta memperbaiki yang nyaman bagi ayam petelur yang berumur
mutu ransum dan konversi. Kandungan > 225hari (>32 minggu) yaitu 25--23oC dan
multivitamin yang terkandung di dalamnya kelembaban udara 55--65%.
seperti vitamin B dibutuhkan agar penyerapan
nutrisi menjadi efisien. Bersama dengan Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Telur
vitamin A, vitamin B sangat penting untuk Rata-rata bobot telur selama penelitian
membantu ayam dalam aktivitas yaitu antara 60,43--65,32g yang disajikan pada
metabolismenya dan untuk mempertahankan (Tabel 3). Hasil analisis ragam menunjukkan
serta meningkatkan kemampuan bertelur. bahwa perlakuan penambahan dosis feed aditif
Demikian juga vitamin C dan E yang sama- dengan dosis 0; 0,15; 0,25 dan 0,35 % dalam
sama dapat meningkatkan ketahanan ayam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
terhadap stres dan membantu mempertahankan terhadap bobot telur ayam.
kesehatan ayam (Burhan, 2013). Hasil Bobot telur yang tidak berbeda nyata
penelitian tentang penambahan vitamin A atau diduga disebabkan oleh konsumsi ransum yang
E maupun kombinasinya terhadap produksi tidak berbeda. Konsumsi ransum yang tidak
telur harian menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda menyebabkan nutrien yang diterima
nyata terhadap produksi telur harian (Sihaloho oleh ayam seperti protein, asam amino,
dkk., 2012). vitamin, mineral dan yang lainnya relatif sama
Hasil yang cenderung tidak sehingga menghasilkan telur dengan bobot
meningkatkan produksi harian (hen-day) yang relatif sama.
disebabkan adanya ayam yang tidak bertelur Keseimbangan makanan merupakan
yang dapat disebabkan oleh faktor masa salah satu faktor terpenting yang dapat
istirahat bertelur (clutch) ayam dalam satu memengaruhi bobot telur. Menurut Anggorodi
periode bertelur. Sehingga memengaruhi (1994), besarnya telur dipengaruhi oleh
produksi harian (hen-day) pada saat penelitian. beberapa faktor termasuk sifat genetik, tingkat
Penyerapan nutrisi yang efisien dewasa kelamin, umur, obat-obatan, dan
berakibat pada suplai nutrisi untuk makanan sehari-hari. Faktor makanan
pertumbuhan dan produksi juga akan terpenting yang diketahui memengaruhi besar
meningkat. Adanya vitamin C dan E yang telur adalah protein dan asam amino yang
berperan dalam meningkatkan daya tahan ayam cukup dalam ransum. Pada feed aditif yang
terhadap stres dan penyakit membuat ayam ditambahkan ke dalam ransum memiliki
tidak mudah sakit. Hal ini menyebabkan kandungan asam amino yang cukup tinggi
proses metabolisme serta fungsi organ-organ sehingga dapat memengaruhi metabolisme dan
reproduksi akan berjalan dengan baik, sehingga juga meningkatkan kualitas ransum yang
ayam dapat mempertahankan kemampuan diberikan pada ayam.
produksinya dan dapat berproduksi lebih lama. Bobot telur pada penelitian ini
Rata-rata suhu saat penelitian yaitu cenderung lebih berat pada perlakuan yang
22,53--31,82oC dan kelembabannya yaitu 57,89 mendapat penambahan feed aditif. Hal ini
-- 93,00%. Kondisi suhu tersebut, diatas suhu terjadi karena asam amino yang ditambahkan
yang normal, sehingga vitamin C yang memiliki peranan cukup besar. Asama amino
terkandung di dalam feed aditif cukup berperan seperti DL – methionin sendiri memiliki
penting. Vitamin C berfungsi untuk kandungan sebesar 100.000 mg (4%) dalam 2,5
mempertahankan daya tahan tubuh terhadap kg feed aditif sehingga diduga sumbangannya
stres. cukup besar terutama pada tinggi dan kualitas

29
Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia Vol. 1(1): 26-32, April 2017 Zaeni Hidayat Z.P. et. al.

albumen telur dimana albumen memiliki Pengaruh Perlakukan terhadap Konversi


kandungan yang berasal dari protein sedangkan Ransum
protein sendiri tersusun dari asam - asam Rata-rata nilai konversi ransum selama
amino. penelitian yaitu berkisar antara 1,26--1,31
Ukuran dan berat telur sangat (Tabel 3). Hasil analisis ragam menunjukkan
dipengaruhi oleh nutrisi ransum seperti bahwa penambahan feed aditif dengan dosis 0;
protein, asam amino seperti methionin, lisin, 0,15; 0,25; dan 0,35% dalam ransum tidak
energi, dan lemak esensial seperti linoleat. berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konversi
Tidak terpenuhinya kebutuhan dari salah satu ransum.
nutrisi tersebut melalui asupan ransum, maka Konversi ransum erat kaitannya dengan
akan mengurangi bobot telur. Menurut Burhan konsumsi ransum dan bobot telur. Pengaruh
(2012), pengurangan kadar protein dan asam yang tidak nyata pada konversi ransum
linoleat dalam ransum ayam petelur umur 47 disebabkan oleh konsumsi ransum dan bobot
minggu akan menurunkan berat telur sebesar telur yang tidak berbeda juga. Konsumsi
0,7g (selama periode umur 48--60 minggu) ransum memegang peranan penting dalam
tanpa mengurangi jumlah produksinya. Asam proses penyerapan nutrisi ransum yang akan
amino yang paling memengaruhi bobot telur digunakan dalam pembentukan telur.
adalah methionin. Konversi ransum ayam strain isa brown
Methionin berperan dalam pembentukan pada umur produksi 48--52 minggu yaitu 1,95--
albumen, apabila ayam kekurangan methionin 1,96 per hen-day dan 2,11 per hen-house
akan menyebabkan albumen menjadi encer dan (Guide Isa Brown, 2015). Berdasarkan hal
berdampak pada berkurangnya bobot telur. Hal tersebut, nilai konversi ransum yang dihasilkan
ini disebabkan oleh albumen yang merupakan pada saat penelitian (Tabel 3) lebih baik
penyumbang terbesar terhadap bobot telur yaitu daripada standar konversi ransum ayam petelur
56--61%. Menurut Kurtini dkk. (2014), strain isa brown. Nilai konversi lebih baik
persentase berat masing-masing komponen meskipun konsumsi rendah disebabkan oleh
telur adalah kerabang telur 8--11%, putih telur bobot telur yang dihasilkan masuk dalam
56--61%, dan kuning telur 27--32%. Lebih kategori ekstra besar, sehingga mempengaruhi
lanjut di jelaskan bahwa pemberian asam nilai konversinya.
amino assensial seperti lisin 750 mg/hari, Konversi ransum sangat berkaitan
methionin 350 mg/hari, dan treoni 520 mg/hari dengan konsumsi ransum dan bobot telur yang
mampu meningkatkan bobot telur. diproduksi. Nilai konversi diperoleh dari
Hasil penelitian Saputra (2016), pembagian jumlah ransum yang dikonsumsi
menunjukkan bahwa penambahan feed aditif dengan bobot telur yang diproduksi. Nilai
dengan dosis 0; 0,15; 0,25; dan 0,35% dalam yang dihasilkan merupakan indikator baik atau
ransum memberikan pengaruh yang tidak nyata tidaknya ayam menyerap nutrisi dalam ransum
terhadap bobot telur dan tebal kerabang, tetapi untuk produsi telur.
berpengaruh nyata pada nilai haugh unit (HU). Ransum yang efisien dapat diperoleh
Bobot telur yang dihasilkan pada dari kandungan nutrien yang seimbang seperti
penelitian ini yaitu berkisar antara 61,21--65,32 kandungan protein, mineral, vitamin, energi,
g. Menurut Guide Isa Brown (2015), rata-rata Ca, dan P. Feed aditif yang ditambahkan
bobot telur strain isa brown pada umur memiliki kandungan nutrien seimbang yang
produksi 48--52 minggu yaitu 63,8 g. Dengan sangat dibutuhkan oleh ayam dan dapat
demikian, bobot telur yang dihasilkan masih meningkatkan kualitas ransum, sehingga ayam
sesuai dengan standar bobot telur ayam strain dapat memanfaatkan nutrisi secara efisien.
isa brown. Hasil penelitian Nasution (2007)
Berdasarkan bobotnya, rata–rata bobot menyatakan bahwa penambahan suplementasi
telur yang dihasilkan selama penelitian mineral (Ca, Na, P, Cl) dalam ransum tidak
termasuk ke dalam ukuran ektra besar yaitu berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum,
sekitar 61,21--65,32 g. Hal ini dijelaskan oleh konversi ransum, dan pertambahan bobot
Sarwono (1994) bahwa telur ekstra besar yaitu badan, tetapi berpengaruh nyata terhadap IOFC
dengan bobot 60--65 g per butir. Besarnya burung puyuh.
bobot telur berkaitan dengan umur ayam yang
sudah dalam masa produksi kedua sehingga Pengaruh Perlakuan terhadap Income Over
ukuran telur menjadi lebih besar. Secara Feed Cost (IOFC)
ekonomis, telur yang dihasilkan pada penelitian Rata-rata nilai income over feed cost
ini menguntungkan. (IOFC) selama penelitian yaitu berkisar antara
3,69--3,84 (Tabel 3). Hasil analisis ragam

30
Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia Vol. 1(1): 26-32, April 2017 Zaeni Hidayat Z.P. et. al.

menunjukkan bahwa penambahan feed aditif Buletin Peternakan. Diakses pada


dengan dosis 0; 0,15; 0,25; 0,35% dalam September 2016.
ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) Burhan, W. 2015. Mengetahui Standar
terhadap nilai income over feed cost (IOFC) Produksi untuk Efisiensi Peternakan
selama penelitian. Ayam Petelur/ Layer.
Hasil yang tidak berbeda nyata pada http://info.medion.co.id. Buletin
nilai IOFC diduga disebabkan oleh biaya Peternakan. Diakses pada September
ransum dan pendapatan dari kilogram telur 2016.
yang dihasilkan sebanding, sehingga nilai Fathul, F., S. Tantalo, Liman, dan N.
IOFC selama penelitian relatif sama Purwaningsih. 2013. Pengetahuan Pakan
Nilai IOFC dipengaruhi oleh harga dan Formulasi Ransum. AURA. Bandar
ransum dan harga hasil telur yang diperoleh. Lampung.
Harga ransum penelitian untuk perlakuan feed Isa Brown Management Guide. 2015. A
aditif (0; 0,15; 0,25; 0,35%) berturut-turut Rp Hendrix Genetics Company.
4.130; 4.130,36; 4.130,60; dan 4.130,84/kg, Kurtini, T., K. Nova, dan D. Septinova. 2014.
sedangkan harga telur pada akhir penelitian Produksi Ternak Unggas. AURA.
yaitu Rp 20.000/kg, sehingga pendapatan dari Bandar Lampung
telur dari masing-masing perlakuan feed aditif Loestet, C. A., E. C. Titgemeyer., G. St-Jeans.,
(0; 0,15; 0,25; 0,35%) berturut-turut Rp D. C. Van Metre, And J. S. Smith.
34.038,8; 34.968,0; 35.809,2; 34.977,0. 2003. Methionin Asa Methyl Group
Konsumsi ransum dan bobot telur memegang donor Ingrowing Cattle. J. Sci. 80:219-
peranan yang cukup penting terhadap nilai 2206.
IOFC, hal ini berkaitan dengan jumlah ransum Nasution, Zakiyah. 2007. Pengaruh
yang dikonsumsi oleh ayam untuk Suplementasi Mineral (Ca, Na, P, Cl)
menghasilkan telur. dalam Ransum terhadap Performans dan
Nilai IOFC pada penelitian ini dengan IOFC Burung Puyuh (Coturnix-
penambahan feed aditif (0; 0,15; 0,25; 0,35%) Coturnix Japonica) Umur 0-42 Hari.
berturut-turut 3,79; 3,69; 3,84; 3,74. Nilai Skripsi. Departemen Peternakan.
IOFC sebesar 3,79 memberikan arti bahwa Fakultas Pertanian. Universitas
setiap pengeluaran Rp 1 untuk biaya ransum Sumatera Utara. Medan.
akan memberikan keuntungan sebesar Rp 2,79. Saputra, D. R. 2016. Pengaruh Penambahan
Feed Aditif dalam Ransum dengan
SIMPULAN DAN SARAN Dosis yang Berbeda terhadap Bobot
Telur, Tebal Kerabang, dan Nilai Haugh
Simpulan Unit (HU) Telur Ayam Ras. Skripsi.
Penambahan feed aditif dalam ransum Jurusan peternakan. Fakultas pertanian.
pada penelitian ini tidak memberikan pengaruh Universitas Lampung. Lampung.
yang nyata terhadap performa (konsumsi Sarwono, B. 1994. Pengawetan dan
ransum, bobot telur, hen-day, konversi ransum, Pemanfaatn Telur. Penebar Swadaya.
dan IOFC) ayam petelur. Jakarta.
Scott, M. L., M. C. Nesheinm and R. J.
Saran Young. 1982. Nutrient of The
rd
Berdasarkan hasil penelitian ini, perlu
Chicken. 3 Edition. M. L. Scott and
penelitian lanjutan tentang penggunaan dosis
Associates. Itacha. New York.
feed aditif dalam ransum terhadap strain ayam
Sihaloho. P., N. Sutama., dan B. Sukamto.
petelur dan fase produksi yang berbeda.
2012. Kombinasi Pemberian Vitamin A
dan E Dalam Ransum terhadap
DAFTAR PUSTAKA Kecernaan Lemak dan Indikator
Ketahanan Tubuh Pada ayam Kedu
Anggorodi, H. R. 1994. Ilmu Makanan
Petelur. Animal Agriculture Journal.
ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka
Fakultas Peternakan dan Pertanian
Utama. Jakarta.
Universitas Diponegoro.
Burhan, W. 2012. Mengontrol Ukuran dan Steel, R. D. dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan
Berat Telur . http://info.medion.co.id.
Prosedur Statistiska. Gramedia Pustaka
Buletin Peternakan. Diakses pada
Utama. Jakarta.
September 2016.
Standar Nasional Indonesia. 2006. Pakan Ayam
Burhan, W. 2013. Fungsi Mineral Dan Vitamin
Ras Petelur, SNI 01 – 3929 – 2006.
pada Ternak. http://info.medion.co.id.

31
Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia Vol. 1(1): 26-32, April 2017 Zaeni Hidayat Z.P. et. al.

Dewan Standarisasi Nasional Jakarta.


Wiharto, U. 1997. Petunjuk Beternak
Ayam. Universitas Brawijaya. Malang.

32

Anda mungkin juga menyukai