Anda di halaman 1dari 2

Berdasarkan hasil diketahui bahwa hasil organoleptik pada amoniasi jerami yaitu pada

minggu 0 memiliki bau khas jerami namun semakin lama pada minggu ke 3 memiliki bau
amonia yang kuat. Adanya bau amonia yang semakin kuat dikarenakan pada proses maoniasi
terdapat perubahan urea yang berubah menjadi amonia. Menurut Marjuki (2013) Timbulnya
bau amonia disebabkan suasana basa selama proses amoniasi mengakibatkan urea yang
memiliki rumus CO(NH2)2 diubah menjadi NH3 (amonia) sehingga terserap oleh jerami padi
dan menimbulkan bau amonia yang menyengat. Pada tekstur minggu 0 memiliki tekstur kasar
seperti bahan asal dan semakin lama tekstur semakin remah, hal ini dikarenakan
disebabkan ikatan lignin, sellulosa pada dinding jerami lepas sehingga Semakin lama proses
fermentasi maka tekstur jerami padi amoniasi akan semakin lembut dan lunak sehingga lebih
mudah dicerna. Warna pada minggu awal berwarna kuning kecoklatan dan lama kelaman pada
minggu ke 2 dan 3 berwarna coklat. Perubahan warna dari kekuningan warna asal menjadi coklat
pada proses amoniasi dikarenakan adanya proses fermentasi yang terjadi. Menurut ilham et al (2018)
bahwa perubahan warna terjadi pada tanaman yang mengalami proses ensilase yang disebabkan
oleh perubahan-perubahan yang terjadi dalam tanaman karena proses respirasi anaerobik yang
berlangsung selama persediaan oksigen masih ada hingga gula tanaman habis. Penurunan oksigen
diikuti dengan peningkatan kadar CO2 sehingga temperatur pemeraman meningkat . Pada minggu 0
hingga minggu ke 3 tidak ditemukan jamur. Penggumpalan tidak terjadi di minggu ke 0 – 2, namun
pada toples minggu ke 3 terdapat sedikitpenggumpalan. Ph pada minggu ke 0 adalah 7, minggu 1
adalah 8 dan minggu 2 dan 3 adalah 9.

Ilham, F. M. Sayuti1, dan T. A E Nugroho. 2018. PENINGKATAN KUALITAS


JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG MELALUI AMONIASI
MENGUNAKAN UREA DI DESA TIMBUOLO TENGAH PROVINSI GORONTALO.
J. Pengabdian kepada masyarakat. 24 (2): 717 – 724.

Marjuki, 2013. Peningkatan Kualitas Jerami Padi Melalui Perlakuan Urea Amoniasi. Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya Malang

Berdasarkan hasil uji organoleptik fermentasi jerami bahwa bau jerami masih berbau khas
jerami dan pada minggu minggu selanjutnya berbau harum. Tekstur pada jermai padi pada
minggu ke 0 dan 1 masih agak kaku, kemudian pada minggu 2 dan 3 memiliki tekstur lemas
hal ini dikarenakan pada proses fermentasi terdapat pelepasan ikatan lignin dan selulosa
sehingga menyebabkan teksur jerami menjadi lemas. warna pada minggu 0 adalah kuning
kecoklatan, kemudian pada minggu 1, 2 dan 3 mulai lebih coklat. Perubahan warna karena
adanya proses fermentasi yang terjadi, didalam silo suhu meningkat akibat adanya
peningkatan CO2 dan rendahnya O2. Menurut Aprintasari et al (2013) bahwa peningkatan
tempetarur juga dapat mempengaruhi struktur, misalnya perubahan warna menjadi gelap. Jamur
pada fermentasi jerami pada minggu ke 0 tidak terdapat jamur, namun pada minggu 1 2 dan 3
terdapat sedikit jamur, hal ini dikarenakan kondisinya yang kurang tertutup sehingga pada
jerami masih dapat ditumbuhi jamur. Penggumpalan pada jerami dari minggu ke 0 – 3
terdapat sedikit penggumpalan. Jerami fermentasi tersebut tergolong kurang baik karena
terdapat sedikit jamur. Menurut khasanah et al (2017) bahwa menyatakan ciri-ciri hasil
fermentasi jerami padi yang baik adalah beraroma harum atau beraroma tape (asam), warna kuning
kecoklatan, teksturnya lemas dan tidak berjamur

R. Aprintasari, C. I. Sutrisno dan B. I.M. Tampoeboelon. 2013.


UJI TOTAL FUNGI DAN ORGANOLEPTIK PADA JERAMI PADI DAN JERAMI
JAGUNG YANG DIFERMENTASI DENGAN ISI RUMEN KERBAU.
Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p 311 – 321

Khasanah, N., M. Qomaruddin, E. Susanto.2017 .Pengaruh Penambahan Bungkil Kelapa Sawit


pada Jerami Padi Terfermentasi Terhadap Kualitas Fisik dan Pertambahan Bobot Badan Sapi
Peranakan Limousin. J. Ternak. 8 (1) : 1 – 6.

Berdasarkan hasil diketahui bahwa silase yang dibuat memiliki nilai organoleptik seperti, bau
pada minggu ke 0 adalah sedang masih seperti bau daun asli, pada minggu ke 1 dan 3 adalah
berbau asam, namun pada minggu 2 bau asamnya tidak terlalu kuat. Bau asam yang muncul
dikarenakan adanya bakteri asam laktat yang menyebabkan penurunan pH pada silase
menjadi asam. Tekstur dari minggu ke 0 hingga ke 3 seperti hijauan segar. Warna pada
minggu ke 0 adalah warna daun, pada minggu 1 – 3 memiliki warna seperti daun direbus, hal
tersebut tergolong baik karena warnanya tidakberubah jauh dari warna asli. Menurut
Chalisty et al (2017) bahwa Warna silase yang baik adalah mendekati warna aslinya yaitu
warna saat dibuat silase. .Jamur pada minggu ke 0 tidak ada, pada minggu ke 1 dan 2 terdapat
sedikit jamur, dan pada minggu 3 tidak terdapat jamur. Penggumpalan pada minggu 0
terdapat penggumpalan pada tengah, dan pada minggu ke 1 dan 3 terdapat penggumpalan di
tepi, serta pada minggu ke 2 terdapat penggumpalan pada bagian tengah. pH pada minggu ke
0, 1 dan 3 adalah 5, dan pH pada minggu 2 adalah 6. Semakin lama proses penyimpanan
silase pada silo maka menyebabkan silase semakin asam. Namun pada minggu ke 2 justru pH
lebih tinggi hal ini dapat dikarenakan penurtupan yang kurang rapat sehingga menyebabkan
mikroba dari luar dapat masuk dan proses pembuatan silase tidak berjalan dengan sempurna.
Menurut Burhan (2016) Pengepakan yang tidak rapat atau rusak selama penyimpanan silase,
udara akan masuk dan menyebabkan bakteri aerobik tersebut tumbuh.

Burhan, R. 2016. PENGARUH LEVEL CAMPURAN RUMPUT BENGGALA


(Panicum maximum) DAN DAUN GAMAL
(Gliricidia maculata) TERHADAP
KUALITAS FISIK SILASE.
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR.

Vian Dwi Chalisty*, Ristianto Utomo, dan Zaenal Bachruddin. 2017.


PENGARUH PENAMBAHAN MOLASES, Lactobacillus plantarum, Trichoderma viride, DAN
CAMPURANNYA TERHADAP KUALITAS SILASE TOTAL CAMPURAN HIJAUAN.
Buletin Peternakan Vol. 41 (4): 431-438.

Anda mungkin juga menyukai