Anda di halaman 1dari 12

3

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1. Kambing Jawarandu

Kambing merupakan ternak kecil pemakan rumput yang dapat dibedakan

menjadi tiga yaitu : potong, perah dan penghasil bulu. Kambing Jawarandu

merupakan salah satu kambing potong unggul. Kambing Jawarandu atau

kambing Bligon merupakan keturunan kambing Etawa dengan kambing Kacang

dengan persentase genetik kambing Kacang lebih tinggi, yaitu lebih dari 50%.

Kambing ini memiliki moncong yang lancip, telinga tebal dan lebih panjang dari

kepalanya, leher tidak bersurai, sosok tubuh terlihat tebal dan bulu tubuhnya kasar

(Mulyono dan Sarwono, 2004). Kambing Jawarandu jantan dewasa memiliki

bobot lebih dari 40 kg sedangkan betina dapat mencapai bobot 40 kg, baik jantan

maupun betina bertanduk serta memiliki telinga lebar terbuka, panjang dan

terkulai (Astuti et al., 2003).

2.2. Usaha Ternak Kambing Jawarandu

Dodo (2007) menyatakan nilai ekonomi, sosial, dan budaya beternak

kambing sangat nyata. Sumbangan pendapatan dari beternak kambing bagi

pendapatan keluarga petani bisa mencapai 14-25% dari total pendapatan keluarga.

Ternak kambing menempati fungsi yang cukup penting bagi petani kecil atau

buruh yang memiliki tanah garapan, terutama sebagai tabungan yang dapat dijual
4

sewaktu-waktu bila membutuhkan uang. Berdasarkan hal di atas ternak ini cocok

dikembangkan di daerah pedesaan dengan pemilikan lahan yang relatif sempit.

Usaha ternak kambing dapat dikatakan menguntungkan atau tidak

dipengaruhi oleh faktor yang umum dan sangat berpengaruh yaitu aspek ekonomi

khususnya kemampuan memberikan keuntungan (profitability). Kemampuan

menghasilkan keuntungan dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu dari sisi

penerimaan dan pengeluaran usaha. Penerimaan usaha dipengaruhi oleh kualitas

produksi maupun harga produksi. Tingkat harga dan efisiensi dalam

menggunakan input berpengaruh terhadap pengeluaran atau biaya produksi

(Budiarsana, 2009).

2.3. Tata Laksana Pemeliharaan Kambing Jawarandu

2.3.1. Pemilihan bakalan

Ternak bakalan dapat diperoleh dengan membibitkan (breeding) sendiri

atau membeli dari pembibit (peternak rakyat maupun peternak komersial) yang

ada di darah terdekat. Semua jenis kambing lokal Indonesia, baik jantan maupun

betina, umumnya dapat digemukkan. Namun, tidak semua kambing baik untuk

digemukkan. Kambing Jawarandu termasuk kambing yang baik untuk

digemukkan karena memiliki sifat unggul dari kedua induk persilangannya yaitu

kambing kacang dengan persentase karkasnya relatif tinggi, dan kambing Etawa

yang berpostur tubuh tinggi (Sutama dan Budiarsana, 2009). Kambing bakalan

dapat berasal dari anak-anak kambing lepas sapih, yaitu kambing muda berumur

sekitar 8 bulan. Anak kambing jantan lebih cocok digemukkan daripada anak
5

kambing betina karena memiliki pertambahan bobot badan yang lebih cepat.

Karakteristik yang harus diperhatikan adalah anak kambing lepas sapih sebaiknya

berbulu pendek dan tangguh (Sarwono, 2008).

2.3.2. Perkandangan

Kandang adalah bangunan tempat tinggal ternak, yang ditujukan untuk

melindungi ternak dari gangguan luar yang merugikan seperti terik sinar matahari,

hujan, angin, gangguan binatang buas (predator), serta untuk memudahkan dalam

pengelolaan (Nurdin, 2011). Aspek yang perlu diperhatikan dalam membangun

perkandangan yaitu tata letak, ukuran, bahan, bentuk, kemudahan operasional, dan

perlengkapan yang diperlukan (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Pembangunan

kandang perlu memperhatikkan beberapa faktor seperti lokasi dan iklim setempat,

bahan bangunan, dan konstruksinya (Mulyono dan Sarwono, 2004). Lokasi

perkandangan yang baik harus memenuhi persyaratan antara lain kebutuhan

sumber air yang cukup tersedia, mudah didapat, begitu pula dengan ketersediaan

pakan. Lokasi perkandangan yang mudah dijangkau dengan fasilitas transportasi

yang memadai, namun tidak ada kemungkinan masuk dalam proyek perluasan

kota, dan yang terpenting lokasinya tidak berdekatan dengan perumahan

penduduk (Siregar, 2002).

2.3.3. Pakan

Kualitas pakan sangat menentukan pertumbuhan, perkembangan dan

kemampuan reproduksi kambing. Pakan hijauan merupakan pakan utama yang


6

memberikan asupan nutrisi yang cukup tinggi untuk ternak kambing. Jenis

rumput yang biasa digunakan sebagai pakan ternak adalah rumput gajah dan

rumput raja (Rianto dan Purbowati, 2009). Setiap ekor kambing membutuhkan

hijauan sebanyak 15%-20% dalam berat segar atau sekitar 4-5% berat kering

pakan dari berat badannya. Rumput diberikan sebaiknya masih segar dan hampir

berbunga, karena lebih mudah dicerna dan bernilai gizi tinggi. Daun-daunan

adalah sebagian hijauan lain yang biasa diberikan, misalnya daun kacang-

kacangan sebelum berbunga, daun kaliandra, daun gliricidae, daun waru, daun

nangka dan daun pisang. Hijauan ini diberikan sebanyak 30% dari total hijauan

yang diberikan (Mulyono dan Sarwono, 2004).

2.3.4. Pengendalian penyakit

Kesehatan ternak kambing menjadi sangat penting karena akan

menyebabkan kerugian seperti gangguan pertumbuhan, dewasa kelamin, daya

reproduksi terganggu, efisiesnsi pakan rendah dan bahkan yang paling parah dapat

menyebabkan kematian pada ternak. Tanda-tanda penyakit ternak secara umum

perlu diketahui sejak awal dalam pemeliharaan ternak, yaitu menurunnya nafsu

makan dan minum, tidak lincah atau banyak diam, lemah atau lesu, menyendiri,

menggaruk-nggaruk badan, kotoran tidak normal (warna, bau, konsistensi).

Ternak patut dicurigai dalam kondisi yang kurang sehat atau sakit apabila sudah

terdapat tanda-tanda tersebut, sehingga harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut

(Sjamsul et al. 2004).


7

Kerugian usaha peternakan akibat serangan penyakit bisa dikurangi

dengan menjaga kesehatan ternak, antara lain dilakukan dengan cara sebagai

berikut, vaksinasi ternak secara teratur tehadap penyakit yang diketahui sering

timbul didaerah tersebut, lakukan sanitasi lingkungan yang baik, lakukan

desinfeksi pada kandang, periksa kesehatan ternak secara teratur (Rianto dan

Purbowati, 2009). Oleh sebab itu dalam membangun usaha ternak kambing perlu

diperhatikan 4 hal yang berkaitan dengan tatalaksana kesehatannya, yaitu: (1)

tahap pemilihan lokasi, (2) tahap persiapan/pengadaan ternak, (3) tahap adaptasi

sebelum ditempatkan dalam kandang atau lahan pemeliharaan, dan (4) tahap

pemeliharaan. Keempat tahapan ini sangat penting untuk diperhatikan agar

kejadian wabah penyakit pada saat pemeliharaan selanjutnya dapat dihindari

(Sjamsul et al. 2004).

2.3.5. Reproduksi

Tingkat produktivitas dari ternak kambing dapat dipengaruhi dari berbagai

faktor baik dari lingkungan yang mendukung maupun dari ternak kambing itu

sendiri. Manajemen perkawinan tidak kalah penting, selain manajemen

pemeliharaan, manajemen pakan. Perkawinan pada ternak ada dua cara yaitu

secara kawin alami dan kawin suntik atau yang biasa disebut Inseminasi Buatan

(IB). Kemudian waktu mengawinkan dan jumlah perkawinan memegang peranan

penting dalam menentukan efisiensi reproduksi ternak, karena hal ini menyangkut

jarak beranak yang akan ditimbulkannya. Jarak beranak pada ternak semakin

tinggi, maka produktivitasnya akan semakin rendah. Setiadi et al. (1997)


8

melaporkan bahwa jarak beranak ternak kambing pada kondisi pedesaan relatif

masih tinggi, yakni berkisar antara 9-15 bulan, sementara pada domba 9,9 bulan.

Salah satu penyebab rendahnya efisiensi reproduksi adalah kegagalan perkawinan

sehingga jumlah berkawinan meningkat, otomatis akan memperpanjang jarak

beranak yang pada akhirnya akan menghambat peningkatan populasi suatu bangsa

ternak akibat rendahnya efisiensi reproduksi (Astuti et al., 2003).

2.3.6. Penanganan pasca panen

Ternak dapat dijual ke pedagang/bakul ternak dalam keadaan hidup setelah

penggemukan. Penjualan dalam bentuk karkas umumnya dilakukan langsung ke

restoran atau warung sate, sehingga ternak harus dipotong terlebih dahlu di RPH

yang memenuhi standar SNI. Prosedur atau tahapan yang harus dilakukan agar

diperoleh hasil pemotongan ternak yang baik adalah, pemeriksaan kesehatan,

penyembelihan, pengulitan, pemeriksaan kesehatan daging, pelayuan dan

pemotongan karkas (Sutama dan Budiarsana, 2009).

2.3.7. Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu proses sosial, yaitu proses individu dan

kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan

dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu serta dengan kelompok-

kelompok lainnya (Kotler, 2002). Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan

pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba (Natalisa, 2005).


9

2.4. Produktivitas

Produktivitas ternak kambing dapat dilihat dari produktivitas induk yang

meliputi jumlah anak sekelahiran (litter size), interval kelahiran, pertambahan

bobot badan harian (PBBH), Service per conception (S/C), kidding interval dan

mortalitas (Setiadi et al., 1997). Sistem produksi pada peternakan rakyat

merupakan sistem produksi induk anak yang selanjutnya dilanjutkan sistem

produksi penggemukan. Hasil usaha yang diharapkan pada pola peternakan rakyat

adalah produksi anak untuk kemudian dibesarkan sampai usia jual. Oleh karena

peran produktivitas induk adalah sangat menonjol disamping pertambahan bobot

badan, dalam menunjang pendapatan usaha (Soebandriyo, et al., 1994).

Litter size merupakan jumlah anak yang dilahirkan dalam satu kelahiran

(Setiadi dan Subandriyo, 1995). Murtidjo et al. (2011) menyatakan bahwa litter

size pada kambing dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti faktor genetik,

faktor umur induk, bobot badan induk, kualitas dan kuantitas pakan, kesehatan

ternak, pemberian pakan dengan kualitas nutrisi lebih tinggi pada saat menjelang

ovulasi akan meningkatkan jumlah ovum yang diovulasikan dan tatalaksana

perkawinan yang diterapkan oleh peternak seperti mempercepat siklus reproduksi

ternak.

Murtidjo et al. (2011) menyatakan bahwa angka pertambahan bobot badan

kambing Bligon yang tinggi dipengaruhi oleh pakan yang diberikan dan lokasi

peternakan yang mendukung. Rianto dan Purbowati (2009) menyatakan bahwa

perbedaan PBBH ternak jantan dan betina disebabkan oleh perbedaan sistem
10

hormonal pada ternak yang memacu pertumbuhan, sehingga ternak jantan lebih

cepat tumbuh atau mempunyai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi

dibandingkan ternak betina.

Service per conception (S/C) adalah angka perkawinan yang dilakukan

untuk mendapatkan kebuntingan. Nilai S/C semakin rendah, maka nilai

fertilitasnya akan semakin tinggi, sebaliknya nilai S/C semakin tinggi, tingkat

fertilitasnya akan semakin rendah (Astuti, 2004). Achjadi (2007) menyatakan

bahwa nilai S/C optimal berkisar antara 1,l-1,3. Nilai S/C yang semakin kecil

menunjukkan semakin tinggi tingkat kesuburan ternak betina dalam kelompok

tersebut.

Mortalitas merupakan salah satu penyebab kerugian bagi setiap peternak.

Mortalitas dapat terjadi karena banyak faktor, seperti cuaca ekstrim atau

lingkungan yang tidak mendukung, kesehatan ternak dan kandungan nutrisi dari

pakan yang diberikan. Beberapa penyakit menular pada kambing yang dapat

menyebabkan kematian diantaranya adalah brucellosis (penyakit gugur

kandungan yang bersifat menular), tuberkulosis, radang limpa alias anthrax

penyakit kuku dan mulut, radang kulit karena gigitan lalat, caplak, tungau dan

cacing (Sarwono, 2008).

2.5. Analisis Biaya dan Penerimaan

Dodo (2007) manyatakan bahwa secara umum studi kelayakan usaha adalah

suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu usaha, yang biasanya

merupakan usaha investasi untuk dilaksanakan. Layak (atau tidaknya) yang


11

dimaksud adalah prakiraan bahwa usaha akan dapat (atau tidak dapat)

menghasilkan keuntungan yang layak bila sudah dioperasionalkan. Suatu usaha

dapat dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan

mampu memenuhi kewajiban finansialnya. Kegiatan pada aspek keuangan

(finansial) ini, antara lain perhitungan perkiraan jumlah dana yang diperlukan

untuk keperluan modal kerja awal dan untuk pengadaan harta tetap proyek/usaha.

Struktur pembiayaan yang menguntungkan dipelajari dengan menentukan berapa

dana yang harus disiapkan lewat pinjaman dari pihak lain dan berapa dari modal

sendiri. Tujuan utama usaha memelihara ternak adalah untuk mendapatkan

keuntungan. Keuntungan yang diperoleh merupakan selisih antara penerimaan

dan biaya produksi. Biaya yang dikeluarkan dalam usaha peternakan secara umum

terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel.

2.5.1. Biaya produksi

Biaya produksi merupakan biaya yang dibutuhkan untuk mengolah bahan

baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contoh biaya produksi adalah

biaya produksi mesin dan peralatan, biaya bahan baku, biaya bahan penolong,

biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian yang langsung maupun

tidak langsung berhubungan dangan proses produksi (Mulyadi, 1999). Biaya

produksi dapat dikelompokkan dalam biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap

(variable cost). Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tidak terpengaruh oleh

tingkat kegiatan maupun volume produksi. Biaya tidak tetap (variable cost)
12

adalah biaya yang sifatnya berubah-ubah tergantung volume produksi (Sundari

dan Katamso, 2010).

2.5.1.1. Biaya tetap. Biaya tetap adalah jenis-jenis biaya yang selama satu

periode kerja adalah tetap jumlahnya dan tidak mengalami perubahan, jika periode

itu adalah bulan maka biaya itu tetap saja setelah dihitung selama satu bulan

(Riyanto, 1995). Biaya tetap umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif

tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak

atau sedikit. Biaya tetap tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang

diperoleh (Soekartawi, 1995). Biaya tetap dalam usaha ternak kambing

diantaranya adalah biaya listrik, sewa lahan, pajak bumi dan bangunan dan

penyusutan kandang.

2.5.1.2. Biaya variabel. Biaya tidak tetap atau biaya variabel merupakan

biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (Soekartawi,

1995). Biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah mengikuti produksi

perusahaan. Biaya ini akan menjadi nol bila tidak ada produksi dan naik secara

proporsional bila ada produksi perusahaan oleh sebab itu juga dinamakan activity

cost (Wasis, 1997). Biaya variabel merupakan biaya yang harus dikeluarkan

untuk barang-barang yang habis dalam satu produksi dan besar kecilnya

tergantung jumlah produksi atau biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai

dengan perubahan tingkat produksi yang ada di dalam perusahaan yang

bersangkutan (Mulyadi, 1999). Biaya variabel dalam usaha ternak kambing


13

diantaranya seperti biaya pakan, biaya pembelian ternak, biaya obat, perbaikan

kandang maupun tambahan pakan dan minum.

2.5.2. Penerimaan

Penerimaan (revenue) adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan

out put, total penerimaan merupakan hasil perkalian antara out put dengan harga

jual produksi (Boediono, 2002). Penerimaan usahatani adalah perkalian antara

jumlah produksi yang diperoleh dengan harga produksi. Penerimaan dipengaruhi

oleh tingkat produksi maupun harga produksi. Semakin besar tingkat produksi

usaha ternak kambing, maka akan semakin besar penerimaan yang dapat diperoleh

(Budiarsana, 2009).

2.5.3. Pendapatan

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya

yang dikeluarkan dalam sekali periode. Pendapatan dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain skala usaha, efisiensi penggunaan tenaga kerja, tingkat produksi

yang dihasilkan, modal, pemasaran hasil dan tingkat pengetahuan dalam

menangani peternakan (Siregar, 1995). Pendapatan usaha ternak menggambarkan

imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi

kerja, pengelolaan dan modal yang diinvestasikan kedalam usaha tersebut.

Pendapatan bersih usaha tani merupakan selisih antara pendapatan kotor dan

pengeluaran total tanpa memperhitungkan tenaga kerja keluarga petani, bunga

modal sendiri dan pinjaman (Noegroho et al., 1991).


14

2.5.4. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

hubungannya dengan penjualan (Simamora, 2000). Tujuan dari sebuah

perusahaan adalah memperoleh profit atau keuntungan, profit merupakan tolok

ukur keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan. Riyanto (1995)

menambahkan, profitabilitas merupakan cara untuk mengukur kemampuan suatu

usaha dalam menghasilkan keuntungan dari aktiva atau sumber penghasilan yang

dipercayakan kepadanya Harmaizar (2007) menyatakan metode yang sering

digunakan dalam menganalisis profitabilitas adalah dengan Return on Equity

(ROE) yaitu perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri.

Anda mungkin juga menyukai