JNTTIP
Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan
DOI : 10.24198/jnttip.v2i1.26668
jurnal.unpad.ac.id/jnttip; e-ISSN:2715-7636
2(1):35-41, Maret 2020
ABSTRAK
KORESPONDENSI DAN Ransum berkualitas dibutuhkan dalam peningkatan kinerja
RIWAYAT ARTIKEL dan produkstivitas. Salah satu upaya peningkatan kualitas
ransum adalah dengan penambahan kitosan , karena kitosan
merupakan serat hewan tidak toksik dan dapat bermanfaat
Eli Sahara
sebagai prebiotik. Tujuan penelitian adalah meningkatkan
Jurusan Teknologi Industri peforma ayam Arab Silver dengan pemberian kitosan dalam
Peternakan, Fakultas ransum. Penelitian menggunakan rancangan Rancangan
Pertanian, Universitas Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan, 5 ulangan dan
Sriwijaya, Palembang. masing-masing ulangan terdiri dari 2 ekor ayam, sehingga
Jl. Raya Palembang- jumlah ayam yang digunakan adalah 60 ekor. Perlakuan
Prabumulih KM.32, Indralaya penelitian adalah R0 = Ransum Basal /RB (kontrol) R1 =
Ogan Ilir 30662 RB + 0,5% kitosan, R2 = RB + 1% kitosan, R3 = RB + 1,5%
Sumatera Selatan kitosan R4 = RB + 2% kitosan, R5 = RB + 2,5% kitosan.
Parameter yang diukur adalah peforma produksi seperti
email :
konsumsi ransum, produksi telur (hen day) dan konversi
elisahara.unsri@gmail.com
ransum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
perlakuan kitosan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata
terhadap konsumsi ransum, produksi telur (hen day) dan
Dikirim I : Februari 2020 konversi ransum (P>0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah
Diterima : Maret 2020 pemberian kitosan dalam ransum selama masa penelitian 7
minggu memberikan rataan nilai performa produksi yang
berimbang.
ABSTRACT
Quality ration is needed to improve performance and productivity. One effort to improve ration
quality is the addition of chitosan, because chitosan is a non-toxic animal fiber and can be
Sahara, E. dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Maret 2020
useful as a prebiotic. The purpose of this study was to improve the performance of Arab Silver
chicken by providing chitosan in the ration. The study used a completely randomized design
(CRD) with 6 treatments, 5 replications and each test consisted of 2 chickens, so the number of
chickens used was 60. The research treatments were R0 = Basal Ration / RB (control) R1 = RB
+ 0.5% chitosan, R2 = RB + 1% chitosan, R3 = RB + 1.5% chitosan R4 = RB + 2% chitosan,
R5 = RB + 2.5% chitosan. The parameters measured were performance indicators such as feed
consumption, egg production (hen day) and feed conversion. The results showed that the
administration of chitosan treatment showed no significant differences in ration consumption,
egg production (hen day) and feed conversion (P>0.05). The conclusion of this study is the
provision of chitosan in the ration during the 7 week study period provides a balanced average
production performance.
Volume 2 No. 1 | 36
Sahara, E. dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Maret 2020
adalah : R0 = Ransum Basal (tanpa kitosan), pengaruh perlakuan dilakukan uji lanjut
R1 = (RB + 0,5% kitosan ), R2 = (RB + 1 berganda Duncan (Steel and Torrie, 1991).
% ), R3 = (RB + 1,5 % ), R4 = (RB + 2 %
kitosan ), R5 = (RB + 2,5% kitosan) HASIL DAN PEMBAHASAN
Ransum perlakuan dibuat dengan cara
menambahkan ransum basal dengan tepung Pengaruh Perlakuan Kitosan Terhadap
kitosan dalam berbagai level. Dosis kitosan Konsumsi Ransum Ayam Arab
yang digunakan adalah bertingkat mengacu
pada peneltian Sofyan et al. (2008). Konsumsi ransum adalah banyaknya
Parameter yang diukur ada 3 yaitu; ransum yang dikonsumsi setiap ekor selama
konsumsi ransum, produksi telur, konversi penelitian (Gambar 1). Berdasarkan analisis
ransum. Pengukuran konsumsi dimulai sejak sidik ragam diketahui bahwa pemberian
pemberian ransum perlakuan pada itik. Itik berbagai level kitosan dalam ransum tidak
diberi ransum sesuai kebutuhan itik menimbulkan perbedaan nyata terhadap
per/ekor/hari dengan pola pemberian 2 kali konsumsi ransum (P>0,05). Rataan konsumsi
sehari. Ransum sisa diambil setiap ransum selama 7 minggu berkisar dari
pemberian ransum yang baru, dikumpul 3885,66 sampai 3904,48 gram/ekor yaitu
kemudian ditimbang setiap minggu. untuk perlakuan R0= 3885,66 R1= 3893,96
Konsumsi ransum (g) merupakan selisih dari R2= 3904,48 R3= 3903,42 R4 = 3896,94
jumlah ransum yang diberikan dengan jumlah R5= 3898,72 gram/e. Hasil penelitian
sisa ransum (Scott et al., 1992). Produksi menampakkan suatu bukti bahwa respon
telur merupakan rerata produksi telur harian ayam mengkonsumsi ransum dengan
yang diperoleh dari pembagian jumlah penambahan kitosan maupun tanpa
produksi telur dengan jumlah ternak yang ada penambahan kitosan relatif sama.
pada saat itu dikalikan dengan 100%. Konsumsi ransum dapat dipengaruhi
Konversi ransum merupakan rasio ransum oleh berbagai faktor, antara lain kandungan
yang dikonsumsi dalam jangka waktu gizi dalam pakan (Fan et al., 2008).
tertentu dibandingkan dengan bobot telur Kebutuhan gizi ayam penelitian sudah
yang dihasilkan dalam waktu tertentu. disusun berdasarkan tuntutan ayam layer.
Ransum disusun mengandung protein kasar
Ransum 16,63% dan energy metabolis 2853,8
kkal/kg, sesuai kebutuhan ayam petelur
Ransum percobaan yang digunakan produksi.
disusun dengan kandungan Protein 16,63 % Kandungan gizi pakan secara
dan Energi Metabolis 2853,8 kkal/kg untuk keseluruhan disusun iso protein dan iso
periode layer sesuai kebutuhan ayam kalori. Sementara itu, kitosan yang diberikan
produksi yang digunakan untuk penelitian. dalam ransum lebih fokus ke sifatnya sebagai
Bahan baku yang digunakan untuk ransum agen pelindung terhadap kualitas nutrisi
basal adalah jagung 50%, dedak padi 20%, ransum. Sifat kitosan sebagai antioksidan
konsentrat 30%. Kitosan digunakan sebagai dan anti mikroba (Rukayadi, 2002) dapat
perlakuan dengan dosis bertingkat. Kitosan memproteksi berubahnya kualitas ransum
yang digunakan adalah kitosan murni dari dari cemaran kuman atau peroksidasi lemak
Laboratorium Teknologi Pengolahan agar kondisi gizi ransum pada semua
Perikanan IPB. perlakuan tidak berubah. Berdasarkan
tendensi tersebut, kitosan dianggap tidak
Analisis Statistika mempengaruhi konsumsi ransum itik
penelitian.
Data yang diperoleh diolah dengan Angka konsumsi ransum ayam mulai
analisis ragam (anova) menggunakan dari 79,30 sampai 79,68 gram/ekor/hari
program SAS Windows 16. Bila terdapat diketahui hampir sama dengan jumlah
Volume 2 No. 1 | 37
Sahara, E. dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Maret 2020
konsumsi ayam petelur yang dilaporkan nyata (P>0,05) terhadap hen day adalah 1)
Sarwono (2002) bahwa konsumsi ayam Arab kitosan merupakan serat hewan yaitu produk
umur 3,5-5 bulan adalah 60-80 isolasi limbah krustacea, mempunyai ikatan
3910
3904.48 3903.42
3905
3898.72
3900 3896.94
3893.96
3895
3890
3885.66
3885
3880
3875
R0 R1 R2 R3 R4 R5
Gambar 2. Histogram Rataan Produksi Telur Ayam Arab Selama Penelitian (7 Minggu)
Volume 2 No. 1 | 38
Sahara, E. dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Maret 2020
belum mampu mendegradasi polimer kitosan konversi ransum (P>0,05). Rataan konversi
menjadi monomer yang lebih sederhana. ransum ayam penelitian berkisar antara 2,804
Akibatnya, gugus asam amino sebagai – 3,248 (Ilustrasi 3). Rataan nilai konversi
monomer dari kitosan belum bisa ransum untuk masing-masing perlakuan
berdistribusi dalam peningkatan protein secara berturut – turut yaitu R0 = 3,006 R1 =
sebagai material utama telur ayam. 3,228 R2 = 3,248 R3 = 2,804 R4 = 2,844
Kelarutan kitosan yang rendah dalam saluran R5 = 2,906.
pencernaan tidak banyak membantu dalam Jumlah konsumsi ransum dan produksi
mengoptimalkan peningkatan hen day telur, menunjukkan perbedaan yang tidak
production. Faktor ini memberi suatu nyata akan memberikan hasil yang hampir
pemahaman bahwa kitosan dalam penelitian sama terhadap konversi ransum. Menurut
ini tidak diarahkan untuk peningkatan hen Subekti (2012) bahwa, konversi ransum
day production. merupakan ukuran efisiensi dalam
penggunaan ransum. Semakin rendah nilai
Pengaruh Perlakuan Kitosan terhadap konversi ransum semakin efisien penggunaan
Konversi Ransum dari ransum tersebut, karena semakin sedikit
jumlah ransum yang dibutuhkan untuk
Efisiensi penggunaan ransum dalam menghasilkan telur dalam jangka waktu
menghasilkan produksi telur termasuk tertentu. Kitosan yang ditambahkan ke dalam
indikator keberhasilan suatu usaha ransum tidak mempengaruhi jumlah ransum
peternakan unggas petelur. Artinya banyak yang dikonsumsi, karena sifatnya hanya
ransum yang digunakan dalam menghasilkan sebagai pelindung nutrien ransum. Selain itu
telur adalah sangat diperhitungkan. Agar ada pengaruh dari struktur kitosan yang
diperoleh informasi tersebut maka perlu menyerupai serat kasar, merupakan polimer
dihitung keefisienan penggunaan ransum, yang sulit terdegradasi dalam saluran
yaitu berapa kg bobot telur yang dapat pencernaan. Hal ini memberi dampak
dihasilkan dari satu kg ransum. keterbatasan ternak ayam dalam mencerna.
Berdasarkan hasil uji statistik tidak Akibat dari struktur kitosan tersebut, maka
terdapat pengaruh perlakuan kitosan terhadap nutrien yang terserap untuk pembentukan
3,300 3,248
3,228
3,200
3,100
3,006
3,000
2,906
2,900 2,844
2,804
2,800
2,700
2,600
2,500
R0 R1 R2 R3 R4 R5
Gambar 3. Histogram Rataan Konversi Ransum Ayam Arab Selama Penelitian (7 Minggu
Volume 2 No. 1 | 39
Sahara, E. dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Maret 2020
telur relative akan sama sehingga jumlah dan combination chitosan and turmeric
bobot telur juga akan hampir sama. Jadi powder (curcuma domestica val.) For
terdapat hubungan yang erat antara konsumsi improving blood lipid profile in
ransum dengan bobot telur yang hampir broilers. Scientific Papers. Series D.
sama, yaitu akan menghasilkan konversi Animal Science. LXI:225-229.
ransum juga relative hampir sama. Dinana, A., D. Latipudin, D. Darwis dan A.
Pernyataan Sugiharto (2005) dalam Natalia Mushawwir. 2019. Profil Enzim
et al. (2019) bahwa bahwa faktor yang Transaminase Ayam Ras Petelur Yang
mempengaruhi besar kecilnya konversi Diberi Kitosan Iradiasi. J. Nutrisi
pakan meliputi umur, pakan, daya cerna Ternak Tropis dan Ilmu Pakan 1:6-15.
ternak, juga senyawa radikal yang Fan, H.P., M. Xie, W.W. Wang, S.S. Hou and
dihasilakan dari proses pencernaan W. Huang. 2008. Effect of dietary
(Mushawwir dan Latipudin, 2012; energy on growth performance and
Mushawwir dkk., 2019), serta laju carcass quality of white growing pekin
metabolism terkait mikroklimat (Suwarno ducks from two to six weeks of age.
dan Mushawwir, 2019), meskipun demikian Poult. Sci. 87:62-1164.
tingkat kosumsi, adalah faktor yang sangat Huang RL, Y.L. Yin, G.Y. WU, T.J. Zhang,
relevan dengan data penelitian ini. Ada L.L. Li, M.X. Li, Z.R. Tang, J. Zhang,
indikasi bahwa perlakuan R3 (1,5% kitosan) B. Wang, J.H. He and X.Z. Nie. 2005.
mempunyai efisiensi ransum terbaik, yaitu Effect of Dietary Oligochitosan
memerlukan 2,804 kg ransum untuk Suplementation on Ileal Nutrient
menghasilkan 1 kg telur. Angka konversi Digestibility and Performance in
ransum ayam penelitian pada perlakuan R3 Broilers. Poult. Sci . 84:1383-1388
(1,5% kitosan) ini dinilai sangat baik karena Kurniasih, M. dan D. Kartika. 2011. Sintesis
sesuai dengan pernyataan Scott et al. (1982) dan Karakterisasi Fisika-Kimia
bahwa konversi pakan ayam petelur selama Kitosan. J. Inovasi. 5:42-48.
periode telur pertama maupun kedua berkisar Mushawwir, A., Y.K. Yong, L. Adriani, E.
antara 2,0 – 3,0. Hernawan and K.A. Kamil. 2010. The
Fluctuation Effect of Atmospheric
SIMPULAN Ammonia (NH3) Exposure and
Microclimate on Hereford Bulls
Penambahan kitosan dalam ransum Hematochemical. J. of the Indon.
ayam petelur selama penelitian 7 minggu, Tropical Anim. Agric. 35:232-238.
menunjukkan peforma produksi yang Mushawwir, A., L. Adriani and K.A.Kamil.
berimbang untuk semua perlakuan, dan dosis 2011. Prediction Models for Olfactory
1,5% kitosan (R3) terindikasi akan Metabolic and Sows% RNAreticulocyt
menunjukkan peningkatan produksi jika (RNArt) by Measurement of
dipelihara dalam waktu yang lebih lama Atmospheric Ammonia Exposure and
Microclimate Level. J. of the Indon.
UCAPAN TERIMAKASIH Tropical Anim. Agric. 36:14-20.
Mushawwir, A. dan D. Latipudin. 2012.
Terimakasih kepada kementrian riset Respon fisiologi thermoregulasi ayam
teknologi pendidikan tinggi Universitas ras petelur fase grower dan layer.
Sriwijaya atas bantuan dana dalam penelitian Proseding seminar zootechniques for
ini Indogeneous resources development,
ISAA Fakultas Petenakan Universitas
DAFTAR PUSTAKA Diponegoro. Proceeding of National
Seminar on Zootechniques. 1:23-27.
Adriani, L., A. Mushawwir, B.R. Anastasia Mushawwir, A., N. Suwarno dan A.A.
and B. Rahayu B. 2018. Effect of Yulianti. 2019. Profil Malondial-
Volume 2 No. 1 | 40
Sahara, E. dkk./Jurnal Nutrisi Ternak Tropis dan Ilmu Pakan Maret 2020
Volume 2 No. 1 | 41