Anda di halaman 1dari 9

Zootec Vol. 39 No.

2 : 257 - 265 (Juli 2019) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

KECERNAAN BAHAN ORGANIK, SERAT KASAR DAN LEMAK KASAR PAKAN


AYAM PEDAGING YANG DIBERI TEPUNG LIMBAH
LABU KUNING (Cucurbita moschata)

Andre F. Moningkey, Fenny R. Wolayan*, Cathrien A. Rahasia, Mursye N. Regar.

Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115

ABSTRAK pakan ayam pedaging sampai 15% dilihat


dari kecernaan bahan organik, serat kasar
Suatu penelitian yang bertujuan dan lemak kasar.
untuk mengetahui nilai kecernaan pakan
(bahan organik, serat kasar dan lemak Kata Kunci : Tepung limbah labu kuning,
kasar) yang diberi tepung limbah labu kecernaan, ayam pedaging
kuning (Cucurbita moschata). Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan 20 ekor ABSTRACT
ayam pedaging unsexed, strain CP 707
berumur 5 minggu, dengan rataan berat DIGESTIBILITY OF THE
badan ± 1073 gram. Rancangan yang ORGANIC MATTER, CRUDE FIBER
digunakan adalah Rancangan Acak AND CRUDE FAT IN BROILERS
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 5 RATION CONTAINING PUMPKIN
ulangan. Hasil uji lanjut dengan uji beda WASTE MEAL (Cucurbita moschata). A
nyata jujur (BNJ). Perlakuan yang research was done to determine the
diberikan adalah : R0 = 100% pakan basal digestibility values of feed in term of
(RB) + 0% tepung limbah labu kuning organic matter, crude fiber and crude fat
(TLLK), R1 = 95% RB + 5% TLLK, R2 = containing pumpkin waste meal (PWM) fed
90% RB + 10% TLLK, R3 = 85% RB + to broilers. The research was conducted by
15% TLLK. Hasil penelitian menunjukkan involving 20 unsexed broilers, strain CP
bahwa perlakuan memberikan pengaruh 707 at 5 weeks old with an average body
yang berbeda sangat nyata (P<0.01) weight of 1073 g. Experiment design of the
terhadap kecernaan serat kasar dan tidak Completely Randomized Designed (CRD)
berpengaruh (P>0.05) terhadap nilai was applied with 4 treatments and 5
kecernaan bahan organik dan kecernaan replications at each treatment. Honestly
lemak kasar. Hasil uji lanjut menunjukkan significant difference test (HSD) was used
bahwa kecernaan serat kasar perlakuan R0 to define higher significant effects of the
(56,92%) berbeda nyata lebih rendah treatments. The treatments consist of 100%
dibandingkan dengan perlakuan R1 basal ration (BR) + 0% PWM (R0), 95% BR
(63,10%), R2 (67,71%) dan R3 (66,30%) + 5% PWM (R1), 90% BR + 10% PWM
tetapi perlakuan R1, R2 dan R3 tidak (R2) and 85% BR + 15% PWM (R3).
berbeda. Berdasarkan hasil penelitian ini Results showed that digestibility of crude
dapat disimpulkan bahwa tepung limbah fiber was significantly affected by
labu kuning (Cucurbita moschata) dapat treatments (P<0.01), but digestibility
digunakan sebagai pengganti sebagian values of organic matter and crude fat were
not influenced by these treatments. The
statistical test showed that the crude fiber
*Kosepondensi (corresponding author) digestibility of R0 (56.92%) was lower than
Email: feny_wolayan@unsrat.ac.id those of R1 (63.10%), R2 (67.71%) and R3
(66.30%). Furthermore, there was no
difference among digestibility values of

257
Zootec Vol. 39 No. 2 : 257 - 265 (Juli 2019) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

R1, R2 and R3. Based on this research, it tersebut salah satunya adalah dengan
can be concluded that pumpkin waste meal
memanfaatkan bahan pakan alternatif yang
could be utilized to replace some parts up to
15% in ration of broilers. bisa dijadikan sebagai bahan pakan ternak
unggas.
Keyword: Pumpkin waste meal,
digestibility, broiler Limbah sebagai salah satu bahan
pakan alternatif merupakan solusi dalam
PENDAHULUAN meningkatkan ketersediaan bahan baku
penyusun pakan. Limbah yang
Seiring dengan pertambahan dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan
populasi penduduk dan berkembangnya dapat berasal dari bagian tanaman atau
pengetahuan masyarakat akan manfaat gizi hewan yang dijadikan sebagai sumber
bagi pertumbuhan, kesehatan dan protein, energi, vitamin dan mineral. Salah
kecerdasan manusia, tuntutan kebutuhan satu limbah yang dapat dimanfaatkan
akan sumber gizi hewanipun terus adalah limbah labu kuning. Limbah labu
mengalami peningkatan dari tahun ke kuning adalah sisa pengolahan bahan
tahun. Kondisi tersebut, tentunya akan pangan. Labu kuning merupakan tanaman
memicu pengembangan jenis – jenis ternak musiman, sehingga produksi labu kuning
sumber daging sebagai substitutor akan sangat besar ketika musimnya tiba.
kebutuhan daging masyarakat, salah satu Tingkat produksi labu kuning di Indonesia
jenis ternak yang mampu menyediakan relatif tinggi, dan produksinya dari tahun ke
kebutuhan daging secara cepat adalah ayam tahun terus meningkat yaitu 428,197 ton
pedaging. Strain-strain baru ayam pedaging (2011) dan meningkat 523,063 ton (2014)
hasil pemuliabiakan yang dikembangkan (Badan Pusat Statistik 2014).
oleh beberapa industri peternakan dengan Komposisi nutrien limbah labu
capaian umur pemasaran relatif singkat (5– kuning per 100 g antara lain; protein
6 minggu). Hal tersebut menjadi pemicu 23,14%, lemak 14,59%, serat kasar
usaha peternakan ayam pedaging di 17,48%, kalsium 0,76%, fosfor 0,75% dan
Indonesia pada umumnya dan Sulawesi energi bruto 3882,4 kcal (Komalig, et al.,
Utara pada khususnya berkembang sangat 2016). Kecernaan suatu bahan
pesat, sampai sekarang ini. Pakan didefinisikan sebagai bagian yang tidak
merupakan komponen terbesar dari total diekskresikan dalam feses, dan
biaya produksi yaitu mencapai 60-70%. diasumsikan sudah diabsorbsi oleh ternak.
Upaya yang bisa dilakukan untuk Kecernaan suatu bahan merupakan
mengatasi masalah ketersediaan pakan pencerminan dari tinggi rendahnya manfaat
258
Zootec Vol. 39 No. 2 : 257 - 265 (Juli 2019) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

bahan pakan tersebut. Kecernaan Universitas Padjadjaran Bandung untuk


dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: analisa.
tingkat pemberian pakan, spesies hewan,
suhu, laju perjalanan makanan melalui alat Materi Penelitian
pencernaan, bentuk fisik bahan pakan, Penelitian menggunakan 20 ekor
komposisi pakan, kandungan serat kasar ayam pedaging unsexed, strain CP 707
bahan pakan, defisiensi zat makanan, berumur 5 minggu dengan rataan berat
pengolahan bahan pakan, pengaruh badan ± 1073 gram.
gabungan bahan pakan, dan gangguan Kandang dan Perlengkapan
saluran pencernaan meskipun tidak Kandang yang digunakan adalah
konsisten. Pengukuran nilai kecernaan pada kandang individu berukuran 20 x 30 x 30
dasarnya adalah suatu usaha untuk cm3 sebanyak 20 unit yang dilengkapi
menentukan jumlah zat yang dapat diserap dengan tempat makan dan minum.
oleh saluran pencernaan, dengan mengukur Perlengkapan lain yang digunakan adalah
jumlah pakan yang dikonsumsi dan jumlah timbangan “Digital Ohaus” (untuk
pakan yang dikeluarkan melalui ekskreta. menimbang ayam, pakan dan ekskreta),
Berdasarkan uraian di atas, telah dilakukan wadah penampung ekskreta aluminium
penelitian untuk melihat sejauh mana foil, pengaduk dan oven untuk
pengaruh penggantian sebagian pakan mengeringkan ekskreta.
ayam pedaging dengan tepung limbah labu Pakan Perlakuan
kuning (Cucurbita moschata) terhadap nilai Pakan yang digunakan terdiri dari
kecernaan bahan organik, serat kasar dan jagung kuning, tepung ikan, tepung kedelai,
lemak kasar. dedak halus, bungkil kelapa, minyak, top
mix dan limbah labu kuning. Komposisi zat
MATERI DAN METODE nutrient dan energi bruto pakan basal dan
PENELITIAN tepung limbah labu kuning pada Tabel 1,
dan komposisi zat nutrient dan energi bruto
Lokasi Dan Waktu Penelitian pakan perlakuan pada Tabel 2.
Penelitian ini dilaksanakan di
Kandang Unggas, Fakultas Peternakan, Metode Penelitian
Universitas Sam Ratulangi Manado. Rancangan Percobaan
Kemudian dilanjutkan di laboratorium Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental dengan menggunakan

259
Zootec Vol. 39 No. 2 : 257 - 265 (Juli 2019) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

Tabel 1. Komposisi Zat Nutrient dan Energi Bruto Pakan Basal dan Tepung Limbah Labu
Kuning.

Zat Nutrient Pakan Basal* TLLK**


Abu (%) 6,15 6,53
Protein (%) 21,50 23,14
Serat Kasar (%) 4,64 17,48
Lemak (%) 12,94 14,59
Beta-N 54,77 38,26
Energi Bruto (Kcal) 3901,25 3882,40
Keterangan : - TLLK = Tepung Limbah Labu Kuning
*) Hasil Analisis Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak
Fakultas Peternakan, Unpad, Bandung (2018).
**) Komalig et al., (2016)

Tabel 2. Komposisi Zat Nutrient dan Energi Bruto Pakan Perlakuan


Perlakuan R0 R1 R2 R3
Pakan Basal 100 95 90 85
Limbah Labu Kuning 0 5 10 15
Zat Nutrient dan Energi Bruto
Abu (%) 6,15 6,17 6,19 6,21
Protein (%) 21,50 21,58 21,66 21,75
Serat Kasar (%) 4,64 5,28 5,92 6,57
Lemak (%) 12,94 13,02 13,11 13,19
Beta-N 54,77 53,94 53,12 52,29
Energi Bruto (Kcal) 3901,25 3900,31 3899,37 3898,42
Keterangan: Dihitung berdasarkan Tabel 1.

rancangan acak lengkap (Steel dan Torrie, R2 = Pakan Basal 90% + Tepung Limbah
1995) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 Labu Kuning 10%
ulangan. Susunan perlakuan adalah sebagai R3 = Pakan Basal 85% + Tepung Limbah
berikut : Labu Kuning 15%
R0 = Pakan Basal 100% (Tanpa Tepung Data yang diperoleh dianalisis, dan
Limbah Labu Kuning) bila terdapat perlakuan yang berbeda nyata
R1 = Pakan Basal 95% + Tepung Limbah dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur
Labu Kuning 5% (BNJ).

260
Zootec Vol. 39 No. 2 : 257 - 265 (Juli 2019) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

Variabel yang diukur Pengamatan


Variabel yang diukur yaitu Ternak percobaan ditempatkan
kecernaan bahan organik, kecernaan serat secara acak dalam setiap unit kandang, tiap
kasar dan kecernaan lemak kasar dihitung unit kandang berisi satu ekor ayam
berdasarkan rumus (Tillman et al., 1998): pedaging sehingga terdapat 20 unit kadang.
1. Kecernaan Bahan Organik Pada awal percobaan, ternak dipuasakan
KcBO (%) = selama 24 jam sebelum perlakuan lebih
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐵𝑂 − 𝐵𝑂 𝑒𝑘𝑠𝑘𝑟𝑒𝑡𝑎 lanjut. Selama penelitian pakan diberikan
𝑥100
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐵𝑂 secara terbatas sebesar 80% dari jumlah
konsumsi agar seluruh pakan terkonsumsi
2. Kecernaan Serat Kasar (SK)
dan tidak ada sisa.
KcSK (%) =
Ekskreta dikumpulkan sesuai
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑆𝐾 − 𝑆𝐾 𝑒𝑘𝑠𝑘𝑟𝑒𝑡𝑎
𝑥100 metode koleksi total dengan cara
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑆𝐾
menampung dan menimbang ekskreta
3. Kecernaan Lemak Kasar (LK) setiap hari selama 3 hari. Ekskreta
KcLK (%) = kemudian dikeringkan pada oven dengan
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐿𝐾 − 𝐿𝐾 𝑒𝑘𝑠𝑘𝑟𝑒𝑡𝑎 suhu 60⁰C. Ekskreta yang dikeringkan
𝑥 100
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐿𝐾 diambil sampel tiap perlakuan untuk
dianalisis kandungan bahan organik, serat
Pengolahan tepung limbah labu kuning
kasar dan lemak kasar.
Pembuatan tepung limbah labu
kuning dapat dilihat pada Gambar 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
berikut ini.
Limbah labu kuning segar
Rataan nilai kecernaan bahan
Dibersihkan (dipisahkan dari limbah lain) organik, kecernaan serat kasar dan
Dipotong ukuran kecil kecernaan lemak kasar ayam pedaging
Dipisahkan antara kulit dan bagian tengah yang menggunakan tepung limbah labu
(serat berlendir dan biji)
kuning disajikan pada Tabel 3.
Dikeringkan melalui sinar matahari selama
±3-4 hari
Pengaruh Perlakuan Terhadap Nilai
Digiling
Kecernaan Bahan Organik
Tepung limbah labu kuning
Hasil penelitian kecernaan bahan
Gambar 1. Skema Pembuatan Tepung Limbah organik pakan ayam pedaging yang diberi
Labu Kuning
tepung limbah labu kuning (Cucurbita
261
Zootec Vol. 39 No. 2 : 257 - 265 (Juli 2019) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

Tabel 3. Rataan Nilai Kecernaan Bahan Organik, Kecernaan Serat Kasar dan Kecernaan Lemak
Kasar Pakan Ayam Pedaging yang Menggunakan Tepung Limbah Labu Kuning.

Perlakuan
Parameter
R0 R1 R2 R3
Bahan Organik (%) 79,39 83,56 82,48 80,82
Serat Kasar (%) 56,92a 63,10b 67,71b 66,30b
Lemak Kasar (%l) 78,74 78,24 77,56 76,06
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata
(P<0,01).

moschata) dapat dilihat pada Tabel 3. Pada limbah labu kuning sampai 15% tidak
Tabel 3, terlihat bahwa rataan nilai menimbulkan efek negatif terhadap nilai
kecernaan bahan organik pada penelitian kecernaan bahan organik. Sutardi (1980)
ini berkisar antara 79,39 - 83,56%. Rataan melaporkan bahwa peningkatan kecernaan
nilai kecernaan bahan organik dalam bahan organik sejalan dengan
penelitian ini lebih rendah dibandingkan meningkatnya kecernaan bahan kering,
dengan hasil penelitian Abun, et al. (2003) karena sebagian besar komponen bahan
penentuan kecernaan pakan mengandung kering terdiri atas bahan organik sehingga
ampas umbi garut yang berkisar antara faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi
84,03% – 85,30% dan lebih tinggi rendahnya kecernaan bahan kering akan
dibandingkan dengan hasil penelitian berpengaruh juga terhadap tinggi
Rahmayanti, et al. (2016) kecernaan bahan rendahnya bahan organik. Kecernaan bahan
organik yang mengandung limbah tepung organik dipengaruhi oleh kecernaan dari
ikan gabus pasir 76,75% - 78,41%. Hasil komponen bahan organik, yaitu protein,
Penelitian menunjukkan bahwa kecernaan karbohidrat (BETN dan serat kasar) dan
bahan organik berturut-turut dari yang lemak. Guna mencapai daya cerna bahan
terendah diperoleh pada perlakuan R0 organik yang optimal, nilai nutrien dari
(79,39%) selanjutnya diikuti oleh R3 komponen bahan organik harus
(80,82%), R2 (82,48%) dan R1 (83,56%). disesuaikan dengan kebutuhan ternak itu
Hasil penelitian ini menunjukkan sendiri (Mangisah et al., 2006).
bahwa pakan perlakuan tidak memberikan
Pengaruh Perlakuan Terhadap Nilai
pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap
Kecernaan Serat Kasar
kecernaan bahan organik. Hal ini
Hasil penelitian kecernaan serat
membuktikan bahwa penggunaan tepung
kasar pakan ayam pedaging yang diberi

262
Zootec Vol. 39 No. 2 : 257 - 265 (Juli 2019) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

tepung limbah labu kuning (Cucurbita sehingga menurunkan kecernaan serat


moschata) dapat dilihat pada Tabel 3. Pada kasar. Hidanah et al. (2013)
Tabel 3, terlihat bahwa rataan nilai mengemukakan bahwa kecernaan serat
kecernaan serat kasar berkisar antara kasar dipengaruhi oleh beberapa faktor
56,92% – 67,71%. Persentase rataan nilai antara lain konsumsi pakan, kadar serat
kecernaan serat kasar yang diperoleh pada dalam pakan, komposisi penyusun serat
penelitian ini tidak jauh berbeda dengan kasar dan aktivitas mikroorganisme.
hasil penelitian Noferdiman et al. (2017) Kandungan serat kasar dalam pakan yang
bahwa retensi serat kasar tepung Azolla diberikan berpengaruh terhadap konsumsi
(Azolla microphilla) hasil fermentasi yaitu pakan karena serat kasar memiliki sifat
57,73% - 59,84%. Hasil penelitian bulky (volumenous) yang terdiri dari
menunjukkan bahwa kecernaan serat kasar selulosa, hemiselulosa dan lignin dimana
berturut-turut dari yang terendah diperoleh sebagian besar sulit dicerna oleh unggas.
pada perlakuan R0 (56,92%) selanjutnya
Pengaruh Perlakuan Terhadap Nilai
diikuti oleh R1 (63,10%), R3 (66,30%) dan Kecernaan Lemak Kasar
R2 (67,71%). Hasil analisis keragaman
Hasil penelitian kecernaan lemak
memperlihatkan bahwa penggunaan tepung
kasar pakan ayam pedaging yang diberi
limbah labu kuning dalam pakan,
tepung limbah labu kuning (Cucurbita
memberikan pengaruh yang sangat nyata
moschata) dapat dilihat pada Tabel 3. Pada
(P<0,01) terhadap kecernaan serat kasar.
Tabel 3, terlihat bahwa rataan nilai
Hasil perbandingan rataan nilai kecernaan
kecernaan lemak kasar pada penelitian ini
serat kasar melalui uji BNJ menunjukkan
berkisar antara 76,06% - 78,74%. Hasil
bahwa perlakuan R0 berbeda nyata lebih
penelitian Sukaryana et al. (2011) yang
rendah dibandingkan dengan perlakuan R1,
menyatakan bahwa pakan dengan
R2 dan R3 tetapi antara R1, R2 dan R3
campuran bungkil sawit dan dedak padi
tidak berbeda. Penelitian (Adrizal et al.,
rata-rata adalah 66,33% - 87,14%. Hasil
2011) melaporkan bahwa banyaknya pakan
analisis keragaman menunjukkan bahwa
yang dikonsumsi belum menjamin
pakan perlakuan tidak memberikan
peningkatan kecernaan zat makanan
pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap
meskipun secara kuantitas kandungan zat-
kecernaan lemak kasar. Hal ini
zat makanan pakan sama. Selanjutnya
membuktikan bahwa penggunaan tepung
menurut Noersidiq (2015) bahwa semakin
limbah labu kuning sampai 15% tidak
meningkatnya konsumsi serat kasar
menimbulkan efek negatif terhadap nilai
semakin meningkat ekskresi serat kasar
263
Zootec Vol. 39 No. 2 : 257 - 265 (Juli 2019) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

kecernaan lemak kasar. Secara angka KESIMPULAN


menunjukkan bahwa kecernaan lemak
kasar berturut-turut dari yang terendah Tepung limbah labu kuning
diperoleh pada perlakuan R3 (76,06%) (Cucurbita moschata) dapat digunakan
selanjutnya diikuti oleh R2 (77,56%), R1 sebagai pengganti sebagian pakan ayam
(78,24%) dan R0 (78,74%). Hasil pedaging sampai 15% dilihat dari
penelitian ini menunjukkan bahwa pakan kecernaan bahan organik, serat kasar dan
perlakuan tidak memberikan pengaruh lemak kasar.
yang nyata (P>0,05) terhadap kecernaan
lemak kasar. Hal tersebut terjadi karena DAFTAR PUSTAKA
kandungan serat kasar yang tinggi dalam
pakan menyebabkan laju digesta meningkat Abun, D. Rusmana dan N. P. Indriani.
2003. Penentuan kecernaan pakan
dan serat kasar yang tidak tercerna akan
mengandung ampas umbi garut
membawa lemak yang tercerna keluar (Maranta arundinacea Linn.) pada
Ayam pedaging dengan Metode
bersama ekskreta sehingga kecernaan
Pemotongan. Jurnal Bionatura
lemak pada perlakuan relatif sama. Nilai Vol.5(3):227-238.
kecernaan lemak ayam pedaging pada
Adrizal, A., Y. Yusrizal, S. Fakhri, W.
penelitian sejalan dengan penelitian Haris, E. Ali. and C. Angel. 2011.
Feeding native laying hens diets
Nurrohman (2015) yaitu berkisar antara
containing palm kernel meal with or
71,42% - 83,20%. Lokapirnasari et al. without enzyme supplementations:
1. Feed conversion ratio and egg
(2015) menyatakan bahwa faktor yang
production. J. Appl. Poult. Res. 20:
dapat mempengaruhi kecernaan nutrisi 40-49.
lemak meliputi jenis ternak, komposisi
Badan Pusat Statistik, 2014. Data Produksi
pakan, jumlah konsumsi pakan, level Tanaman Semusim. Jakarta.
pemberian pakan dan cara penyediaan
Hidanah, S., E. M. Tamrin, D. S. Nazar dan
pakan. Kecernaan lemak berkaitan dengan E. Safitri. 2013. Limbah tempe dan
limbah tempe fermentasi sebagai
metabolisme yang terjadi pada ternak.
substitusi jagung terhadap daya
Semakin tinggi persentase kecernaan lemak cerna serat kasar dan bahan organik
pada itik petelur. Jurnal
maka akan semakin baik metabolisme yang
Agroveteriner. 2 (1) : 71-79.
terjadi pada tubuh ternak. Komalig, D. F., J. R. Leke, J. Laihat, dan C.
Sarajar. 2016. Penggunaan tepung
limbah labu kuning dalam pakan
terhadap penampilan produksi
ayam ras petelur. Jurnal Zootek
36(2): 342-352

264
Zootec Vol. 39 No. 2 : 257 - 265 (Juli 2019) pISSN 0852 – 2626 eISSN 2615 – 8698

Lokapirnasari, W.P., M.M. Fadli, R.T.S.


Adikara dan Suherni. 2015. Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1995.
Suplementasi spirulina pada Prinsip dan Prosedur Statistika:
formula pakan mengandung bekatul Suatu Pendekatan Biometrik.
fermentasi mikroba selulolitik Terjemahan B. Sumantri. Gramedia
terhadap kecernaan pakan. J. Pustaka Utama, Jakarta.
Agroveteriner. 3(2): 137–144.
Sukaryana, Y., U. Atmomarsono, V. D.
Mangisah, I., Tristiarti, W. Murningsih, Yunianto, dan E. Supriyatna.2011.
M.H. Nasoetion, E.S. Jayanti dan Y. Peningkatan nilai kecernaan protein
Astuti. 2006. Kecernaan nutrien kasar dan lemak kasar produk
eceng gondok yang difermentasi fermentasi campuran bungkil inti
dengan Aspergillus niger pada sawit dan dedak padi pada broiler.
ayam broiler. J. Indon. Trop. Anim. JITP.1(3):167-172.
Agric., 31(2): 124-128.
Sutardi, T. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi
Noersidiq, A. 2015. Pengaruh Pemberian Jilid 1. Departemen Ilmu Makanan
Tepung Kulit Nanas Yang Diberi Ternak. Fakultas Pertanian IPB.
Fermentasi Dengan Yoghurt Bogor
Terhadap Retensi Bahan Kering,
Protein Kasar dan Kecernaan Serat Tillman, A. D., H. Hartadi, S.
Kasar Pada Ayam Broiler Fase Reksohadiprodjo, S.
Awal. Skripsi. Fakultas Peternakan Prawirokusumo dan S.
Universitas Jambi. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Gadjah
Noferdiman. N., Z. Zubaidah. dan S. Mada University Press, Yogyakarta
Sestilawart. 2017. Retensi zat
makanan pada ayam kampung yang
mengkonsumsi pakan mengandung
tepung azolla (Azolla microphilla)
difermentasi dengan jamur
pleurotus ostreatus. Jurnal Ilmu-
Ilmu Peternakan 20(1):39-50.

Nurrohman, A. 2015. Penggunaan Tepung


Biji Alpukat dan Pengaruhnya
Terhadap Kecernaan Lemak Kasar
dan Energi Metabolis Pakan Ayam
Broiler. Skripsi. Fakultas
Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro.

Rahmayanti. B., Tri. H. W., dan Sayed U.


2016. Kecernaan bahan kering,
bahan organik dan protein kasar
pakan yang mengandung tepung
limbah ikan gabus pasir (Butis
Amboinensis) sebagai substitusi
tepung ikan pada broiler. Jurnal
Peternakan Integratif 4(3):329-340.

265

Anda mungkin juga menyukai