Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2018), Volume 5, No.

1:24 – 30 ISSN : 2355-9942

KOMPOSISI JENIS DAN JUMLAH PEMBERIAN PAKAN TERNAK SAPI BALI


PENGGEMUKAN PADA KONDISI PETERNAKAN RAKYAT

(FEEDS COMPOSITIONS AND FEEDING AMOUNT OF BALI CATTLE


FATTENED ON TRADITIONAL SYSTEM)

Upik Syamsiar Rosnah dan Marten Yunus

Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Jl. Adisucipto Penfui Kupang


Email: upiksyamsiarrosnah@gmail.com

ABSTRAK

Suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui komposisi botani dan jumlah pemberian pakan sapi
bali penggemukan pada kondisi peternak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adaah metode survey
(wawancara dan observasi). Sebanyak 17 orang peternak sebagai responden dan 36 ekor ternak sapi
penggemukan diambil secara acak untuk observasi. Data dianalisis dengan menghitung rataan dan simpangan
baku. Hasil analisis data diperoleh bahwa komposisi botani (persen dasar bahan segar) yaitu lamtoro
(Leucaena leucocephala)85.2 ± 13.13, turi (Sesbania grandiflora ) 5,49± 7,31, beringin (Ficus sp ) 2,92 ±
6,2, batang pisang (Musa paradisiacal)2,52 ±4,22, kabesak (Acacia leucophloea ) 1,33 ± 3,79, batang ubi
kayu (Manihot utilisima) 1,17 ±3,04, kname/babui (Brousonetia papyritera) 0,52 ±1,18, timo (Timonius
timun)0,38 ±0,97, kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) 0,37 ±1,06, dan busi (Melochiaum bellata ) 0,28
±0,70; Rata-rata jumlah pemberian pakan 19,923 ± 6,44 kg/ekor/hari. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa komposisi botani didominansi oleh hijauan pohon sebagai sumber protein dan dengan
jumlah pemberian pakan yang cukup akan tetapi belum memisahkan bagian edibel dan non edibel sehingga
berpotensi pada pertambahan berat badan yang rendah.
____________________________________________________________________________
Kata Kunci: sapi bali, komposisi botani, jumlah pemberian pakan, kondisi peternak

ABSTRACT
The present study aimed at evaluating the production and economic performances of Bali cattle fattened
on traditional system. Seventeen farmers and thirty six cattle were randomly interviewed and observed,
respectively. The collected data were analyzed for the average and standard deviation. 12 forages species
were used to fatten Bali cattle in traditional system. Feed compositions were calculated in % fresh weight as
followed: Leucaena leucocephala 85.2 ± 13.13; Sesbania grandiflora 5.49 ± 7.31; Ficus sp 2.92 ± 6.2; Musa
paradisiacal stem 2.52 ±4.22; Acacia leucophloea 1.33 ± 3.79; Manihot utilisima stem 1.17 ±3.04;
Brousonetia papyritera 0.52 ±1.18; Timonius timun 0.38 ±0.97; Hibiscus rosasinensis 0.37 ±1.06, and
Melochiaum bellata 0.28 ±0.70. The average of daily feeds offered to cattle were: 19.923 ± 6.44 kg. It can be
concluded that majority feeds offered to cattle were forages as protein sources, however still below the daily
nutrients requirement. Therefore, it is recommended that additional of edible feeds are required to meet the
animal needs.
____________________________________________________________________
Key words: Bali cattle, feeds composition, feed allowance, traditional system

PENDAHULUAN

Tantangan sub sektor peternakan secara daging. Nusa Tenggara Timur (NTT) masih
nasional adalah upaya peningkatan populasi merupakan salah satu wilayah pemasok sapi
dan produktivitas ternak potong khususnya potong untuk kebutuhan konsumen di pulau
sapi potong dalam rangka mendukung program Jawa yang mencapai 60.000 – 70.000
pemerintah untuk pencapaian kecukupan ekor/tahun (Sobang, 2005). Liano (2015)

24
Rosnah dan Yunus: Komposisi Jenis dan Jumlah Pemberian Pakan Ternak Sapi Bali…

menyatakan bahwa dengan asumsi konsumsi kapasitas peternak dalam memelihara ternak
per kapita meningkat dari 2,56 kg/kapita/tahun dan memanfaatkan hijauan makanan ternak
menjadi 2,61 kg/kapita/tahun pada tahun 2016 tersebut dibatasi oleh kemampuan peternak
dan jumlah penduduk 258 juta orang, maka untuk memanen. Keterbatasan kapasitas panen
kebutuhan daging sapi di Indonesia pada tahun hijauan akan berdampak pada fluktuasi
2016 adalah 750.000 ton atau setara dengan 3,8 produksi dan kualitas hijauan makanan ternak
juta ekor sapi. (Suardin, dkk., 2014; Jelantik, 2017). Peternak
Pemerintah akan terus meningkatkan dibatasi waktunya untuk memanen hijauan
produksi dan populasi sapi potong secara dengan kualitas terbaik hanya pada bulan bulan
nasional serta program ekonomi pemerintah tertentu yaitu pada musim penghujan,
pusat yaitu TOL LAUT khususnya NTT sementara pada bulan bulan lainnya pada
dengan komoditi unggulan sapi potong untuk musim kemarau jumlah pananen dan
memenuhi kebutuhan masyarakat. kualitasnya rendah.
NTT termasuk salah satu daerah pemasok Pada umumnya, peternak dalam
sapi, faktanya perkembangan peternakan memenuhi kebutuhan pakan ternak sapi
sapinya umumnya berjalan lambat. Karena penggemukannya bervariasi dalam cara
permasalahan yang ditemui sangat kompleks mendapatkan hijauan. Ada yang
yaitu mulai dari kendala iklim dan ketersediaan menggantungkan keberadaan hijauan dari
air, kepemilikan lahan yang masih bersifat alam, menanam hijauan pakan dan atau
komuntas, arah kebijakan pemerintah dan mengambil pada lahan potensial. Kondisi
keterlibatan pihak swasta yang masih rendah. demikian mengindikasikan bahwa pada
Pelaku peternakan hingga saat ini masih dasarnya peternak telah menyadari bahwa
didominasi oleh peternak kecil dengan skala perlunya ketersediaan pakan untuk ternaknya
pemilikan rendah. Lahan yang tersedia berupa secara berkelanjutan. Bervariasi dalam cara
hamparan padang penggembalaan yang luas mendapatkan pakan maka akan bervariasi pula
tetapi dengan daya dukung yang rendah. pada komposis botani pakan dan jumlah
Kondisi ini akan berimbas pada tingkat pemberiannya. Pemberian pakan pola peternak
management yang diterapkan peternak. Secara ini berpengaruh pada produktivitas ternak
umum peternak menerapkan sistem gembala sapinya.
tanpa perhatian yang memadai. Tujuan penelitian ini adalah untuk
Pada daerah daerah tertentu, peternak mengetahui komposisi botani dan jumlah
memiliki lahan yang luas dan ditumbuhi oleh pemberian pakan ternak sapi bali
hijauan pakan dengan produksi yang memadai, penggemukan pada tingkat peternak.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa sapi penggemukan) dari 17 peternak yang
Oeletsala Kecamatan Taebenu Kabupaten tersebar pada lima dusun di Desa Oelatsala.
Kupang selama 2 bulan yaitu dari bulan Sarana dan prasarana pendukung adalah
Agustus hingga September 2017. kandang jepit, , timbangan ternak merek
Metode yang digunakan dalam penelitian exelenct berkapasitas 100 kg, timbangan pakan
ini adalah survey dengan teknik wawancara ternak, tali dan kantong plastik.
menggunakan daftar pertanyaan dan teknik Pencatatan komposisi botani dan
pengukuran (observasi). Penentuan jumlah penimbangan jumlah pakan yang diberikan
ternak untuk tujuan observasi sapi bali dilakukan pada pagi dan sore hari. Data yang
penggemukan pola peternak dilakukan secara diperoleh dalam penelitian ditabulasi dan
purposive, diperoleh 36 ekor (25% dari total dilakukan analisis rataan dan simpangan baku.

25
Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2018), Volume 5, No. 1:24 – 30 ISSN : 2355-9942

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola usaha penggemukan sapi yang sudah sedangkan lama pemeliharaan biasanya 1 – 2
dikenal oleh masyarakat di Desa Oelatsala tahun. Sistem pemeliharaanya lebih intensif
Kecamatan Taebenu adalah sistem terutama pada ternak sapi jantan yang akan
penggemukan model Amarasi yang biasa diantar-pulaukan sebagai ternak potong.
dikenal dengan system paron. Fernandez, dkk. Penelitian ini mengkaji tentang komposisi
(2003), menjelaskan sistem paron dilakukan botani pakan (% dalam bahan segar) dan
dengan mengikat sapi jantan dibawah pohon kandungan nutrisi (%BK) dapat dilihat pada
dengan hijauan lamtoro sebagai pakan basal, Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi botani pakan dan kandungan nutrisi


No Nama Nama Latin Kandungan Nutrisi(%
Komposisi pakan
local/umum BK)*
( %, dasar bahan
BK PK
segar)
1 Lamtoro Leucaena leucocephala 85,2 ± 13,13 94,24 25,28
2 Turi Sesbania grandiflora 5,49 ± 7,31 90,38 27,84
3 Nunuk/beringin Ficus sp 2,92 ± 6,2 92,05 12,08
4 Batangpisang Musa paradisiacal 2,52 ±4,22 88,25 6,31
5. Kabesak Acacia leucophloea 1,33 ± 3,79 92,18 15,07
6. Batang Ubi Kayu Manihot utilisima 1,17 ±3,04 91,80 10,97
7 Kname/Babui Brousonetia papyritera 0,52 ±1,18 90,00 8,46
8 Timo Timonius timun 0,38 ±0,97 93,60 11,81
9 Kembang Sepatu Hibiscus rosasinensis 0,37 ±1,06 92,12 20,13
10 Busi Melochiaum bellata 0,28 ±0,70 90,06 18,52
Keterangan * = Hasil Analisis Pada Laboratorium Kimia Pakan Fapet Undana-Kupang, 2017

Pada Tabel 1, tampak komposisi botani mengandalkan hijauan legum pohon seperti
pakan bervariasi dan didominansi oleh pakan lamtoro, turi,kabesak, kapuk, dan batang
local sebagai sumber protein yang berasal dari pisang (bonggol dan batang semu), sedangkan
sekitar lahan peternak. Menurut Lowry et al gamal dan limbah tanaman pertanian lainnya
(1992), pada ternak ruminansia besar yang belum banyak dimanfaatkan. Pemberian pakan
dipelihara dibawah kondisi pedesaan terlihat masih dalam bentuk segar dan belum terbiasa
bahwa komposisi pakan yang diberikan sangat dalam bentuk kering atau dalam formulasi
bervariasi dan tergantung pada jenis pakan pakan konsentrat (Rosnah, dkk., 2004).
yang tersedia disekitar peternak pada saat Lamtoro masih merupakan pilihan dominan
proses produksi berlangsung. Lebih oleh peternak dalam memenuhi kebutuhan
bervariasinya jenis pakan yang ada disalah satu pakan sapi diikuti turi, batang pisang dan king
lokasi dibanding lokasi lainnya menunjukkan grass (Sulistijo dan Rosnah, 2013).
tingkat kemandirian peternak untuk Lamtoro merupakan tanaman pakan yang
menyediakan hijauan pakan dengan seminimal memiliki potensi yang luar biasa dalam
mungkin menggantungkan pada alam masih memecahkan permasalahan pakan di daerah
relative rendah. lahan kering. Dengan akarnya yang dalam,
Penggemukan sapi di daerah lahan kering tanaman ini mampu menghasilkan hijauan
pada umumnya berbasis legume pohon yang berkualitas tinggi di daerah dengan curah
terutama lamtoro. Sebagai contoh penyediaan hujan yang rendah. Lamtoro dapat bertahan
pakan ternak sapi bali penggemukan oleh lama bahkan selamanya sebagai sumber pakan
peternak di Kabupaten Kupang masih ternak. Sejak tahun 70’an peternak di daerah

26
Rosnah dan Yunus: Komposisi Jenis dan Jumlah Pemberian Pakan Ternak Sapi Bali…

Kabupaten Kupang (khusus daerah Amarasi) makanan lainnya (Thaariq, 2017). Penambahan
telah menggunakan lamtoro sebagai pakan pakan konsentrat sebagai sumber energi pada
utama untuk penggemukan sapi (Jelantik, pakan sapi bali penggemukan pada tingkat
2017). peternak dapat meningkatkan pertambahan
Pertambahan berat badan sapi bali berat badan menjadi 0,45-0,5 kg/ekor/hari
penggemukan dengan pakan pola peternak (Sobang, 2005).
yang didominansi oleh lamtoro sebesar 0,28 ± Frekuensi pemberian pakan dalam
0,259 kg/ekor. Pertambahan berat badan dalam penelitian ini umumnya 2 kali/ hari dengan
penelitian ini lebih rendah dari yang diperoleh total pemberian 19,92kg. Hasil kajian
Dahlanudin, et al (2014), mendapatkan Sulistijo (2003), rata rata 23,6kg berat basah
pertambahan berat badan sapi bali jantan per ekor per hari di daerah Fatuleu. Sementara
dengan pakan rumput alam dan hijauan Sulistijo, dkk. (2005) diperoleh pemberian
lamtoro di pulau Lombok sebesar 0.47 kg/hari. pakan sapi penggemukan bervariasi antara 1 –
Dalam penelitian ini, jumlah pemberian pakan 3 kali dengan jumlah pemberian pakan
termasuk cukup tinggi yaitu sebanyak 19,923 ± bervariasi, yakni kurang dari 5 kg hingga lebih
6,44 kg/ekor/hari. Dilihat dari jumlah dari 20 kg per ekor per hari. Penelitian ini
pemberian tersebut sudah berada diatas standar dilakukan pada empat zona agroekologi di
pemberian 10% dari berat badan rata rata Kabupaten Kupang diperoleh hijauan makanan
ternak yang ada yaitu 149 kg. Namun diperoleh ternak yang umumnya terbagi dalam kelompok
hasil pertambahan berat badan sapi Bali rumput, leguminosa, dedaunan dan limbah.
penggemukan di tingkat peternak tersebut Leucaena leucocephala, Sesbania sesban,
masih rendah, hal ini disebabkan antara lain Gliricidia sepium dan Acacia leucophloa
dalam pemberian pakan masih belum merupakan jenis jenis leguminosa yang
memisahkan antara bahan pakan yang edibel banyak dimanfaatkan oleh petani peternak.
dan non edibel. Hasil yang diperoleh Secara umum pakan ternak melimpah pada
Fernandez, dkk. (2003), pemberian lamtoro bulan januari – Maret dan dua bulan berikutnya
dengan perlakuan memisahkan daun dari mulai menurun tingkatnya.
batang dan rumput dicincang terlebih dahulu
Dalam penelitian ini tidak ditemukan
memberikan pertambahan berat badan 0.36
pemberian pakan berupa rumput alam, hal ini
kg/ekor/hari. Penelitian Sobang (2005)
disebabkan karena penelitian dilakukan pada
memperoleh imbangan protein dan energi
musim kemarau (bulan Agustus – September)
(P/E) yang tinggi 1:4,2 sementara imbangan
diperoleh rumput alam telah kering. Kondisi
yang optimal adalah 1 : 5,1.
ini semakin diperparah oleh kegiatan olah
Pada Tabel 1, tampak kandungan protein
lahan dengan sistem tebas bakar yang sudah
kasar dari hijauan yang diberikan berkisar
membudaya secara turun temurun. Hijauan
antara 6.31- 27.28 % BK. Semakin tinggi
rumput akan diperoleh pada musim penghujan
kandungan protein dalam ransum, semakin
dipinggir-pinggir kebun. Daerah penelitian
banyak bakteri yang dapat hidup di dalam
didominansi oleh pohon pohon umur panjang.
rumen sehingga jumlah protein yang dapat
Untuk pakan ternak didominansi oleh lamtoro
dicerna semakin meningkat. Hal ini disebabkan
(Leucaena leucocephala) karena pohon ini
karena dapat merangsang perkembangan
merupakan tanaman pionir untuk reboisasi
mikroba rumen sehingga pemanfaatan protein
lahan gundul dan rawan longsor. Lamtoro
kasar ransum yang dikonsumsi lebih banyak
merupakan tanaman pakan yang potensial
yang pada gilirannya menyebabkan terjadinya
tahan terhadap kekeringan, dengan akarnya
peningkatan daya cerna protein kasar ransum.
yang dalam mampu menghasilkan hijauan
Pada batas-batas tertentu peningkatan jumlah
yang berkualitas tinggi dengan kandungan
konsumsi protein telah melebihi batas optimal
protein kasarnya 25,28% (Tabel 1). Didukung
maka penambahan konsumsi protein justru
oleh hasil penelitian Sulistijo dan Rosnah
akan menurunkan daya cernanya, bahkan dapat
(2006), di Kabupaten Kupang yang merupakan
menyebabkan menurunnya daya cerna zat-zat
sentra produksi sapi potong, hasil pengamatan

27
Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2018), Volume 5, No. 1:24 – 30 ISSN : 2355-9942

ditingkat lapang/kandang ditemukan 12 jenis rendah dan daerah berbukit sangat baik untuk
pakan. Peternak di Kabupaten Kupang pertumbuhan tanaman legum lainnya dan
(61,81%) memanfaatkan lamtoro sebagai gulma. Tanaman tanam disekitar peternak ini
komponen dalam ransum, sementara di dimanfaatkan sebagai pakan ternak untuk
Amarasi dan Fatuleu berturut turut 99,39% dan memenuhi kebutuhan ternak mereka terutama
43,90%. Dalam hal sumbangan bahan kering pada musim kemarau, misalnya Kname/ babui
jenis hijauan dalam ransum, lamtoro (Brousonetia papyritera), Timo (Timonius
memberikan sumbangan terbesar, diikuti timun) dan bus (Melochiam bellata).
dengan gamal, turi, rumput raja, kapok dan Penggunaan jenis-jenis hijauan yang
rumput alam. Sumbangan bahan kering asal dikelompokkan dalam dedaunan hasil
lamtoro dalam ransum sapi penggemukan di tumbuhan lokal tersebut sebagai komponen
tingkat Kabupaten Kupang, lokasi Kecamatan penyusun ransum sapi penggemukan masih
Amarasi dan Kecamatan Fatuleu masing terbatas. Kondisi ini menunjukkan besarnya
masing sebesar 40,68%, 75,45% dan 24,97% kedudukan dan peran hijauan lokal masih
hanya sebatas pakan penunjang saja. Hal
Pemanfaatan limbah pertanian seperti
tersebut dilatarbelakangi karena sifat tumbuh
batang pisang dan batang ubi/singkong sudah
atau karakteristiknya. Oleh karena itu
biasa diberikan dalam kondisi segar. Proporsi
ditemukan tingkat variasi jenis pakan yang
pemberiannya dalam ransum pola peternak
diberikan pada ternak sapi penggemukan
secara berturut turut adalah 2,52% dan 1,17%.
menunjukkan kesulitan pakan pada lokasi
Tanaman ini merupakan sumberdaya yang
dimaksud dan keanekaragaman hayati
potensial sebagai pakan tambahan untuk
tumbuhan lebih tinggi dibanding lokasi
mengatasi kekurangan hijauan pakan. Menurut
lainnya. Jenis pakan yang diberikan akan
Sulistijo, dkk. (2005), penggunaan limbah
berubah ubah sepanjang tahun sebagai respon
pertanian bervariasi menurut usaha tani dan
dari kondisi tanah/iklim/musim yang akan
pola tanam. Menurut Zain, dkk. (2011) kendala
berpengaruh baik terhadap usaha tani maupun
penggunaan hasil samping
pertumbuhan jenis pakan alternative yang lain
pertanian/perkebunan ini adalah rendahnya
kadar protein dan tingginya kadar lignin serta Menurut Sulistijo dan Rosnah (2014),
silika yang menyebabkan rendahnya Hijauan busi sangat disukai ternak sapi bali,
kecernaan. Selain itu faktor lainnya yang tidak hanya daunnya bahkan batang keraspun
menyebabkan tidak optimalnya penggunaan dikonsumsi, memiliki kandungan PK 18,22%
limbah pertanian adalah lokasi tanaman pangan BK. Upaya penanamannya telah dilakukan
yang tidak selalu dekat dengan lokasi usaha oleh peternak tetapi tidak dapat bertahan lama,
pemeliharaan ternak. kebanyakan tumbuh dengan sendirinya seperti
halnya tumbuhan local lainnya. Tanaman Timo
Daerah penelitian ini merupakan salah
merupakan tanaman mirip evergreen yang
satu basis penggemukan sapi bali di Kabupaten
memiliki daun kasar dan rasanya asam.
Kupang, dengan kondisi curah hujan yang
.
SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat pemberian yang cukup akan tetapi dalam
disimpulkan bahwa komposisi botani yang pemberiannya belum memisahkan bagian
diberikan untuk sapi penggemukan dengan edibel dan non edibel, hal ini berpotensi pada
pola peternak didominansi oleh hijauan legum pertambahan berat badan yang rendah
pohon sebagai sumber protein, dengan jumlah

28
Rosnah dan Yunus: Komposisi Jenis dan Jumlah Pemberian Pakan Ternak Sapi Bali…

DAFTAR PUSTAKA

Dahlanuddin, Yanuarianto O, Poppi D, Nutrisi 8 (2): 71-76. ISSN 1410-6191.


McLennan S, Quigley S. 2014. Fapet Undana. Kupang
Liveweight gain and feed intake of Suardin, Natsir Sandiah dan Rahim Aka. 2014.
weaned Bali cattle fed grass and tree Kecernaan Bahan Kering dan Bahan
legumes in West Nusa Tenggara, Organik Campuran Rumput Mulato
Indonesia. Animal Production Science; 54: (Brachiaria Hybrid, Cv.Mulato) dengan
915-921. Jenis Legum Berbeda Menggunakan
Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT. 2013. Cairan Rumen Sapi. Jurusan Peternakan.
Jumlah Tanaman, Rata-Rata Produksi Fapet UHO. Jitro.1 (1)
Buah buahan Di NTT. Kupang Sulistijo, E. D. 2003. Kontribusi Gamal
Fernandez, P. Th., S. Ratnawati dan A. (Gliricidea sepium) dalam Ransum Sapi
Rubianti. 2003. Pengkajian Teknologi Bali Penggemukan Pada Musim Kemarau
Penggemukan Sapi Di Desa Binoni Di Kabupaten Kupang. Dalam Buletin :
Kabupaten Kupang-NTT. Dalam Buletin Penelitian dan Pegembang (Research and
Nutrisi 6 (3). ISSN No: 1410-6191. Fapet Development Bulletin) Indonesia Australia
Undana.Kupang Eastern Universities Project Alumni
Hadi, PU. dan N. Ilham. 2002. Problem dan Forum. Forum alumni IAEUP Undana.
Prospek Pengembangan Usaha Pembibitan Kupang. 4 (2): 71-75. ISSN 1412-3703.
Sapi Potong di Indonesia. Jurnal Undana. Kupang
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Sulistijo, E.D., A.Saleh, R. A. B. Talib,
21 (4): 148-157. Ch.M.Pellokila dan F. M. S. Telupere,
Jelantik, IGN. 2017. Kemajuan dan Tantangan 2005. Ketersediaan Pakan Ternak Sapi
Pengembangan Iptek Peternakan Lahan Bali Menurut Zona Agroekologi Di
Kering. Prosiding: Seminar Nasional Kabupaten Kupang. Buletin Nutrisi. 8 (3).
Peternakan III.14-15 November 2017. ISSN 1410-6191. Fapet Undana. Kupang
ISBN. 978-602-6906-34-2. Hal.55-66. Sulistijo, E.D. dan U.S.Rosnah, 2006.
Liano, J. 2015. Kebutuhan Sapi Impor 1 Juta Komposisi Botani Ransum Sapi Bali
Ekor dan Lokal 2,8 Juta Ekor di 2016. Penggemukan Pada Musim Kemarau di
Forum Focus Group Discussion antara Kabupaten Kupang ( Kasus Kecamatan
importir sapi, Kementerian Perencanaan Amarasi dan Fatuleu). Jurnal Biotropical
Pembangunan Nasional (PPN), Sains. 3 (1). ISSN 1829-7323. FST
Kementerian Pertanian (Kementan), dan Undana. Kupang
Badan Pusat Statistik (BPS). Sulistijo, E.D dan U.S. Rosnah, 2013.
Detikfinance.2015.(http://finance.detik.co Penyediaan Pakan Sapi Bali Berbasis
m/read/2015/12/08/175026/3091158/4/ke Kearifan Lokal Di Kabupaten Kupang
butuhan-sapi-impor-1-juta-ekor-dan-lokal- Propinsi Nusa Tenggara Timur. Laporan
2,8-juta-ekor-di 2016) Penelitian. Lembaga Penelitian Undana,
Rosnah, U.S., E.D. Sulistijo dan M. Tiro, 2004. Kupang
Kajian Rendahnya Pemanfaatan Gamal Sulistijo, E.D dan U.S. Rosnah, 2014.
Oleh Peternak Sapi Bali Penggemukan Di Penyediaan Pakan Lokal Berdasarkan
Kabupaten Kupang. Laporan Penelitian. Zona Agroklimat Di Kabupaten Kupang.
Undana, Kupang Prosiding: Peternakan Berkelanjutan
Sobang, Y.U.L. 2005. Karakteristik Sapi Berbasis Lahan Kering ISBN Fapet
Penggemukan Sapi Pola Gaduhan Undana, Kupang
Menurut Zona Agroklimat dan Thaariq, S.M.H., 2017. Pengaruh Pakan
Dampaknya terhadap Pendapatan Petani Hijauan Dan Konsentrat Terhadap Daya
Di Kabupaten Kupang NTT. Buletin Cerna Pada Sapi Aceh Jantan.

29
Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2018), Volume 5, No. 1:24 – 30 ISSN : 2355-9942

ejournal.stkipbbm.ac.id/index.php/gm/arti Mendukung Swasembada Daging 2014.


cle/download/223. Hal 78-89. Prosiding: Seminar Nasional
Zain, M., R.Wijaya dan N. Jamarun, 2011. Pengembangan Ternak Kerbau dan Sapi.
Pemanfaatan Pakan Lokal Dengan ISBN 978-602-96934-1-6. Fapet
Sentuhan Teknologi Untuk meningkatkan Universitas Andalas. Padang
Produktivitas Ternak Sapi Guna

30

Anda mungkin juga menyukai