STKIP Bina Bangsa Meulaboh , Jl. Nasional Meulaboh-Tapaktuan Peunaga Cut Ujong Kec. Meureubo Kab. Aceh Barat
23615, E-mail: syah_thaariq@yahoo.com
Abstrak: Penelitian tentang pengaruh pakan hijauan dan konsentrat terhadap daya cerna protein dan serat kasar
pada sapi aceh jantan telah dilakukan di BPTU (Balai Pembibitan Ternak Unggul) Kec Indrapuri Kab Aceh
Besar. Penelitian ini dilakukan selama 40 hari yang dimulai dari tanggal 1 Januari 2017 sampai dengan 9
Febuari 2017. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pakan hijauan dan konsentrat terhadap daya cerna
protein kasar dan serat kasar pada sapi aceh jantan. Materi penelitian yang digunakan adalah 12 ekor sapi aceh
jantan dengan kisaran umur 2 - 2,5 tahun dengan berat badan 150 – 170 kg. Perlakuan yang diberikan adalah
empat tingkat perbedaan proporsi pakan antara hijauan dan konsentrat yaitu perlakuan A (100%) sebagai
kontrol, B (80% : 20%), C (60% : 40%), dan D (40% : 60%). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) 4 perlakuan 3 kelompok. Parameter yang diukur adalah koefisien cerna protein kasar, serat
kasar. Data yang diperoleh diolah menggunakan analisa sidik ragam. Hasil penelitian pengaruh pemberian
hijauan dan konsentrat pada ternak sapi Aceh jantan berpengaruh (P<0,05) terhadap daya cerna protein kasar,
lemak kasar dan serat kasar, namun tidak berpengaruh pada daya cerna cerna bahan kering (P>0,05).
Kata kunci : daya cerna, proporsi, hijauan, konsentrat dan sapi aceh.
78
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume VIII No. 2, Juli 2017
Page : 78 – 89
kaitannya dengan produktivitas dan biaya membutuhkan waktu cukup lama. Salah satu
produksi. Dalam usaha peternakan upaya cara mempercepat proses penggemukan
untuk meningkatkan produksi dan memerlukan kombinasi pakan antara hijauan
produktivitas ternak merupakan komponen dan konsentrat (Abidin,
biaya yang paling besar yaitu mencapai 60- 2002). Pemenuhan kebutuhan protein dan
70% dari total biaya produksi. Pada usaha energi yang seimbang pada sapi yang
peternakan rakyat selama ini kurang digemukkan tidak bisa dipenuhi hanya dari
memahami pemberian pakan sesuai pakan hijauan saja tetapi peranan pakan
kebutuhan ternak, dengan pemberian pakan konsentrat sangatlah penting. Hal ini
sesuai kebutuhan protein, vitamin, mineral disebabkan pakan konsentrat merupakan
dan energy dapat meningkatkan produksi dan pakan sumber protein dan energi, sedangkan
produksivitas. Dengan demikian ternak dapat hijauan merupakan sumber pakan berserat.
pertambahan berat badan hariannya sesuai Oleh karena itu dalam menyusun ransum
yang diharapkan oleh peternak. Pemberian untuk penggemukan sapi sebaiknya terdiri
pakan pada ternak sapi selama ini hanya dari pakan
memberikan pakan berupa hijauan saja. hijauan dan pakan konsentrat, tujuannya a
Pemberian pakan yang tidak dalah untuk saling melengkapi.
berkesinambungan akan menimbulkan Data mengenai kemampuan sapi aceh
pertumbuhan sapi yang kurang baik. Pada untuk mencerna kombinasi hijauan dan
musim hujan sapi yang dipelihara umumnya konsentrat sangat terbatas. Oleh karena itu,
tumbuh dan bertambah bobot badannya perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh
dengan sangat cepat karena sapi mendapat pakan hijauan dan konsentrat terhadap daya
pakan hijauan dalam jumlah yang cukup. cerna protein kasar dan serat kasar dengan
Akan tetapi, pada musim kemarau menggunakan sapi aceh sebagai ternak
pertumbuhannya dapat menurun secara penelitian.
drastis, sebab selama musim kemarau
MATERI DAN METODE
persediaan pakan sapi akan hijauan menjadi
Penelitian ini dilaksanakan selama 40
berkurang. Dengan demikian, hijauan yang
hari di Peternakan Masyarakat di Kabupaten
yang diberikan kepada ternak tidak lagi
Aceh Besar dari bulan Januari sampai Febuari.
memenuhi syarat, bahkan jumlahnya tidak
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
mencukupi kebutuhan sapi.
adalah timbangan sapi merk Protional Scales,
Beberapa penelitian menunjukkan
cangkul, parang, sekop, ember, tempat air
bahwa program penggemukan hanya dengan
minum dan sebagainya.
mengandalkan bahan pakan berupa hijauan
Materi yang digunakan dalam
kurang memberikan hasil yang optimum dan
penelitian ini terdiri dari 12 ekor sapi Aceh
79
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume VIII No. 2, Juli 2017
Page : 78 – 89
Tabel 2. Komposisi kimia Pakan Konsentrat koefisien cerna adalah selisih antara zat-zat
Penelitian. makanan yang terkandung dalam makanan
Komponen Komposisi (%) yang dimakan dan zat-zat makanan yang
Air 11,5 terdapat dalam feses. Adapun koefisien cerna
Bahan Kering 88,4
tersebut adalah koefisien cerna protein kasar,
Protein Kasar 16,5
koefisien cerna serat kasar dan koefisien
Serat Kasar 7,0
lemak kasar.
Lemak 14,2
Abu 8,5
80
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume VIII No. 2, Juli 2017
Page : 78 – 89
pada Tabel 4. Hasil analisis sidik ragam mikroba rumen sehingga pemanfaatan protein
memperlihatakan bahwa pengaruh pakan kasar ransum yang dikonsumsi lebih banyak
pengaruh sangat nyata terhadap koefisien rjadinya peningkatan daya cerna protein kasar
81
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume VIII No. 2, Juli 2017
Page : 78 – 89
40,10%, diikuti perlakuan B yaitu 49,35%, (NPN) dalam pakan (seperti urea, feses
dan perlakuan A yaitu 58,34%. Perbedaan unggas) dan pengembalian substansi N-
proporsi antara hijauan dan konsentrat sampai organik endogen terutama melalui sekresi
60%:40% dalam ransum sudah saliva.
memperlihatkan kecenderungan peningkatan Peningkatan daya cerna protein kasar
koefisien cerna protein. yang terjadi akibat penambahan jumlah
Aktivitas mikroorganisme di dalam pemberian konsentrat disebabkan karena
rumen juga mempengaruhi kecernaan konsentrat dapat menyediakan protein yang
makanan dalam rumen. Sesuai dengan lebih banyak yang diperlukan dalam
pendapat Maynard dan Loosly (1979), pertumbuhan mikroba rumen. Menurut Arora
aktivitas pencernaan daam rumen disebabkan (1989) bahwa di dalam rumen protein akan
oleh aktivitas jasad renik yang terdapat di dihidrolisa menjadi oligopeptida oleh enzim
dalamnya, sedangkan jasad renik itu sendiri proteolitik yang dihasilkan mikroba, dan
perkembangannya dipengaruhi oleh zat oligopeptida ini dihidrolisa menjadi asam-
makanan yang terdapat dalam ransum. asma amino. Namun demikian hanya sebagian
Mikroba rumen inilah yang kemudian kecil saja mikroba rumen yang dapat
menjadi sumber protein untuk diserap oleh memanfaatkan langsung oligopeptida dan
induk semangnya, selain itu induk semang asam-asam amino. Kurang lebih 82% mikroba
rumen hanya dapat menggunakan nitrogen
dapat memanfaatkan molekul kecil asal
amonia untuk perkembangannya.
oligopeptida, asam-asam amino, asam alfa
Pemberian konsentrat akan dapat
keto dan asam hidroxi alfa yang mungkin
meningkatkan jumlah konsumsi protein kasar,
tidak terdegradasi di rumen (Santoso,
pada batas-batas tertentu peningkatan jumlah
dkk., 1985). konsumsi protein dapat meningkatkan daya
Protein menjadi sumber N bagi cerna, akan tetapi apabila konsumsi protein
bakteri rumen untuk pembentukan protein telah melebihi batas optimal maka
mikroba. Semakin tinggi kandungan protein penambahan konsumsi protein justru akan
dalam ransum semakin banyak bakteri yang menurunkan daya cernanya, bahkan dapat
dapat hidup di dalam rumen sehingga jumlah menyebabkan menurunnya day cerna zat-zat
protein yang dapat dicerna semakin makanan lainnya.
meningkat. Hal ini sesuai yang dikemukakan Peningkatan konsumsi protein juga
oleh Rahardja (2006) bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh kandungan protein dalam
mikroorganisme dalam rumen membutuhkan pakan yaitu semakin tinggi kandungan protein
suplai nitrogen (amonia) yang cukup. Sebagai semakin banyak pula protein yang
sumber nitrogen dapat berasal dari protein terkonsumsi (Boorman,1980). Tingginya
pakan, suplementasi non protein nitrogen
82
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume VIII No. 2, Juli 2017
Page : 78 – 89
dapat dilihat pada Tabel 5. menurunnya kadar serat kasar ransum secara
keseluruhan. Daya cerna serat kasar
Tabel 5. Rataan Koefisien Cerna Serat Kasar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
Kel PERLAKUAN kadar serat dalam pakan, komposisi penyusun
omp serat kasar dan aktivitas mikroorganisme
ok A B C D (Maynard et al., 2005). Mourino et al. (2001)
1 56,18 44,04 33,11 28,23 menjelaskan bahwa aktivitasbakteri selulolitik
2 53,23 42,87 27,26 16,12
di dalam rumen berlangsung secara normal
3 55,67 61,74 27,6 29,97
apabila pHrumen di atas 6,0.
Tot
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada
al 165,08 148,65 87,97 74,32
perlakuan A koefisien cerna serat kasar
Rat
a 55,03b± 49,55b± 29,32a± 24,77a± ransum tinggi yaitu 55,03%, diikuti oleh
rata 1,58 10,57 3,28 7,54 perlakuan B yaitu 49,55%, perlakuan C yaitu
Keterangan : a,b superskrip pada kolom yang 29,32% serta perlakuan D yaitu 24,77%
sama menunjukkan pengaruh sangat nyata
merupakan koefisien cerna serat kasar
(P<0,01).
83
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume VIII No. 2, Juli 2017
Page : 78 – 89
ramsum yang rendah. Perbedaan protein Dari Keterangan : a,b superskrip pada
kolom yang sama menujukkan pengaruh nyata
dalam ransum juga dapat meningkatakan (P<0,05).
kecernaan serat kasar dimana protein
Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan
dibutuhkan oleh pertumbuhan mikroba
A yaitu 74,08% ( kontrol) menunjukkan
sehingga meningkatkan efektivitas
perbedaan yang nyata terhadap perlakuan B
mikroorganisme untuk mencerna serat kasar.
yaitu (68,11), C yaitu (62,11) dan D yaitu
Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Arora
(67,24). Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan
(1989), bahwa penambahan bahan makanan
dan perkembangan mikroorganisme rumen
yang kaya akan protein dan tinggi daya
terutama bakteri lipolitik yang lebih baik
cernanya, menyebabkan bakteri dapat lebih
sehingga pencernaan lemak lebih mudah serta
baik melaksanakan aktivitasnya mencerna
lebih banyak yang diserap oleh saluran
selulosa, sehingga serat kasarnya dapat lebih
pencernaan. Hal ini sesuai dengan yang
mudah dicerna
diungkapkan oleh Anggorodi (1984)
3. Koefisien Cerna Lemak Kasar
menyatakan bahwa kandungan lemak dalam
Rata-rata koefisien cerna lemak untuk ransum sangat menentukan jumlah lemak
masing-masing perlakuan terlihat pada Tabel yang diserap, sedangkan di dalam saluran
15 berikut ini. Berdasarkan analisis sidik pencernaan, bakteri yang berperan dalam
ragam menunjukkan bahwa perbedaan pencernaan lemak adalah bakteri lipolitik.
proporsi antara hijauan dan konsentrat Dari Tabel 15 dapat dilihat pada
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap perlakuan A koefisien cernannya paling tinggi
koefisien cerna lemak ransum yaitu 70,51% dan diikuti oleh perlakuan B
Tabel 6. Rataan Koefisien Cerna Lemak Kasar yaitu 68,11%, perlakuan D yaitu 67,24% dan
pada perlakaun C yaitu 62,94% merupakan
Kel PERLAKUAN
koefisien cerna lemak paling rendah.
omp
ok
Tilman et al. (1986) mengatakan
A B C D
bahwa, daya cerna makanan juga di pengaruhi
1 76,16 69,45 65,15 67,06
oleh kandungan zat makanan di dalam ransum
2 71,73 68,62 62,88 63,63 dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh
3 74,34 66,26 60,8 71,02 ternak. Lebih lanjut Sastroamidjojo dan
Soeradji (1986) menyatakan bahwa tinggi
Tot
al 222,23 204,33 188,83 201,71 rendahnya daya cerna suatu bahan makanan
tergantung pada cara pemberiannya dan
Rat
a 74,08b 68,11a 62,94a 67,24a ternak itu sendiri.
rata ±2,23 ±1,65 ±2,17 ±3,69 Van Soest (1994) menjelaskan bahwa
faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan
84
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume VIII No. 2, Juli 2017
Page : 78 – 89
pakan adalah spesies ternak, umur ternak, lemak (lipolysis) dalam rumen dan
perlakuan pakan, kadar serat kasar dan lignin, terjadinya biohidrogenasi asam lemak tak
pengaruh asosiasi pakan, defisiensi nutrien, jenuh. Perlindungan lemak pada
komposisi pakan, bentuk fisik pakan, level
prinsipnya adalah melindungi protein dari
pakan, frekuensi pemberian pakan dan
degradasi mikroba. Perlindungan lemak
minum, umur tanaman serta lama tinggal
memungkinkan penggunaan lemak dalam
dalam rumen. Serat kasar dari suatu bahan
jumlah besar dalam pakan.
pakan merupakan komponen kimia yang besar
pengaruhnya terhadap kecernaan. Serat kasar
yang tinggi biasanya diikuti dengan
4. Koefisien Cerna Bahan Kering
kandungan lignin yang tinggi sehingga dapat Kecernaan bahan kering pada
menurunkan kecernaan (Tillman et al.,1998 ruminansia menunjukkan tingginya zat
dan Rifai, 2009). Lopez et al.(1996) makanan yang dapat dicerna oleh mikroba dan
menjelaskan bahwa faktor yang menyebabkan enzim pencernaan pada rumen. Semakin
tingginya daya ikat terhadap bahan lemak dan tinggi persentase kecernaan bahan kering
minyak adalah serat. Semakin meningkat suatu bahan pakan, menunjukkan bahwa
kandungan serat kasar dalam ransum, semakin tinggi pula kualitas bahan pakan
kandungan dan koefisien energi semakin tersebut. Kecernaan yang mempunyai nilai
menurun, sebaliknya kebutuhan energi untuk tinggi mencerminkan besarnya sumbangan
mencerna serat meningkat. nutrien tertentu pada ternak, sementara itu
Esminger dan Olantine (1978) pakan yang mempunyai kecernaan rendah
menyatakan bahwa ransum yang memiliki menunjukkan bahwa pakan tersebut kurang
kandungan gizi lebih tinggi maka jumlah mampu menyuplai nutrien untuk hidup pokok
konsumsi akan lebih sedikit. Hal ini maupun untuk tujuan produksi ternak
dikarenakan dengan mengkonsumsi ransum (Yusmadi, 2008).
yang bernilai gizi tinggi dalam jumlah yang Koefisien cerna bahan kering yaitu
lebih rendah dari ransum berkualitas rendah, persentase bahan kering dari makanan yang
zat gizi yang dibutuhkan sudah terpenuhi. tidak disekresikan dalam feses (Tillman et al.,
Ternak ruminansia tidak efisien dalam 1986). Proses pencernaan ternak ruminansia
menggunakan sumber protein sehingga terjadi secara mekanik (dalam mulut) dan
dapat mudah terdegradasi dalam rumen secara fermentatif yang dilakukan oleh
dan sebagian besar terserap dalam bentuk mikrobial sangat tergantung pada kandungan
nutrisi ransum yang dikonsumsi oleh ternak
amonia dan diekskresi dalam bentuk urea.
ruminansia, namun memerlukan unsur N dan
Mirwandhono (2003) menyatakan bahwa
lemak akan mengalami pembebasan asam
85
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume VIII No. 2, Juli 2017
Page : 78 – 89
jam. Dengan demikian dapat dinyatakan yang lebih akurat. Ransum yang diberikan
bahwa peningkatan daya cerna yang kepada ternak bukan berdasarkan berat badan,
konsentrat pada ternak sapi jantan Aceh Ensminger, M. E dan Olentine, C. G. 1978.
berpengaruh (P<0,05) terhadap koefisien Feeds and Nutrition Complete. 1st
Edition. The Ens. Publhishing
cerna protein kasar, lemak kasar dan serat Company California.
kasar, namun tidak berpengaruh pada
Jouany, J.P., and K. Ushida, 1999. The Role
koefisien cerna bahan kering (P>0,05). of Protozoa in Feed Digestion.
Review. African Journal of
SARAN Animal Science 12 : 113 –128.
87
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume VIII No. 2, Juli 2017
Page : 78 – 89
Lopez G, G. Ros, F. Rincon, M.J. Periago, Mirwandhono R. Edhy. 2003. Berbagai Usaha
M.C. Martinez, & J. Ortuno. 1996. Memintas Rumenkan Asam
Relationshipbetween physical and Lemak Tak Jenuh. IPB. Bogor.
hydration properties ofsoluble and
insoluble fiber of artichoke. Rahardja, D. P. 2006. Strategi Pemberian
J.Agric. Food Chem. 44:2773- Pakan Berkualitas Rendah (jerami
2778. padi) Untuk Produksi Ternak
Ruminansia. Fakultas Peternakan
Tillman, A.D., Hartadi., S. Universitas Hasanuddin. Sulawesi
Reaksohadiprodjo., S. Selatan.
Labdosoekojo. 1986. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Gadjah Rifai, Zulyadnan. 2009. Kecernaan Ransum
Mada University Press, Berbasis Jerami Padi yang diberi
Yogyakarta. Tepung Daun Murbei sebagai
Substitusi Konsentrat pada Sapi
Tilmann, A.D., H. Hartadi, S. Peranakan Ongole. Fakultas
Reksohadiprodjo, S. Peternakan, Institut Pertanian
Prawirokusumo, S. Lebdosoekojo, Bogor. Bogor
1984. Ilmu Makanan Ternak
Dasar. Gadjah Mada University Romjali E, Mariyono Wijono D.B, Hartati.
Press. Yogyakarta. 2007. Rakitan Teknologi
Pembibitan Sapi Potong. Loka
Maynard, L.A., J.K. Loosly, H.F. Hinz and Penelitian Sapi Potong, Grati–
R.G. Wagner. 1979. Animal Pasuruan. Balai Pengkajian
Nutrition. 7th ed. Publishing Teknologi Pertanian Jawa Timur.
Company Ltd., New York. http://jatim.litbang. deptan.go.id.
Santoso, D., Munadi, Y. Soebagyo, P.
Maynard, L.A. Loosil, J.K. Hintz, H.F and Supratman dan H. Soeprapto,
Warner, R.G. , 2005. Animal 1985. Ilmu Produksi Sapi Potong.
Nutrition. (7th Edition) McGraw- Fakultas Peternakan UNSOED,
Hill Book Company. New York, Purwokerto
USA.
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie., 1993. Prinsip
Mathius, W., M. Rangkuti dan A, dan Prosedur Statistika
Djayanegara. 1981. Daya (Pendekatan Biometrik)
Konsumsi dan Daya Cerna Domba Penerjemah B. Sumantri.
Terhadap Daun Gliricida. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Lembaga Penelitian Peternakan,
Bogor. Susilawati, T., I. Subagiyo, Kuswati, A.
Budiarto, Muharlien dan M. Y.
Mourino F, R. Akkarawongsa and P. J. Arfoni. 2004. Inventarisasi Ternak
Weimer. 2001. Initial pH as a Lokal Jawa Timur. Kerja sama
Determinant of Sellulose Fak. Pertanian Univ. Brawijaya
Digestion Rate by Mixed Ruminal Malang dengan Dinas Peternakan
Microorganisms in vitro. J. Dairy Propinsi Tk. 1 Jawa Timur.
Science.84: 848–859.
Tillman, A.D., H. Hartadi,S.
Mcllroy, R. J. 1977. Pengantar Budidaya Reksohadiprodjo, dan S.
Padang Rumput Tropika. Pradnya Lebdosoekojo. 1991. Ilmu
Paramita, Jakarta. Makanan Ternak Dasar . Gadjah
Mada University Press. Fakultas
Peternakan UGM, Yogyakarta.
88
GENTA MULIA ISSN: 2301-6671
Volume VIII No. 2, Juli 2017
Page : 78 – 89
89