AMBIUS ANTON
NIM. 1790511001
Latar Belakang
melakukan impor daging sapi maupun sapi bakalan dengan volume yang semakin
Luar Negeri lima tahun terakhir (2013-2017), tercatat bahwa pertumbuhan volume
Amerika Serikat, Selandia Baru, India dan Jepang) sebesar 5,35% per tahun.
Disisi lain, impor sapi bakalan pada kurun waktu yang sama dari Australia
peningkatan sebesar 16,35% dari 0,261 kg/tahun menjadi 0,445 kg/tahun. Namun
disisi lain, peningkatan konsumsi tersebut belum diimbangi oleh suplay produksi
dalam negeri yang hanya tumbuh sebesar 3,39% dari 424 ribu ton menjadi 477
pemenuhan pangan asal ternak melalui salah satu program upaya khusus sapi
Siwab). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam program ini salah satunya
1
meningkatkan populasi. Target pencapaian peningkatan populasi dan
memenuhi kebutuhan akan pakan dan juga ketersediaan pakan untuk ternak dalam
jangka waktu yang lama. Ketersediaan pakan sangat dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan hidup pokok dan untuk bereproduksi. Selain itu, pakan juga memegang
peranan penting sebanyak 60-80% dari biaya produksi, terutama pada usaha
penggemukan sapi. Oleh karena itu pengelolaan padang pengembalaan yang baik
akan sangat membantu peternak untuk menjaga ketersediaan pakan dan tingkat
produksi ternaknya.
Indonesia sejak lama, akan tetapi pengelolaanya belum dilakukan secara baik. Hal
ini dikarenakan ketersediaan lahan di beberapa daerah seperti Pulau Jawa sangat
luas. Daerah–daerah lain di luar Pulau Jawa dirasa masih memungkinkan untuk
lahan kosong yang masih luas. Pulau-pulau di bagian Tenggara dan bagian Timur
Indonesia masih terdapat lahan-lahan kosong yang sangat luas yang belum diolah
dan juga memiliki iklim dengan variasi curah hujan yang tinggi dalam satu
2
mendapat perhatian dari pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian dan
Peternakan.
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas usaha peternakan sapi. Paparan diatas
menjadi faktor pendorong bagi unit pelaksana teknis (UPT) di bawah Kementrian
Denpasar, Bali. Peranan utama dari UPT tersebut adalah peningkatan produksi,
ternak sapi bali unggul. Selain itu, UPT tersebut juga ikut dan berperan aktif
dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan dan produksi bibit HPT. Penulisan ini
Tujuan penulisan
Manfaat penulisan
Manfaat penulisan makalah ini antara lain sebagai bahan informasi dalam
3
METODE PENULISAN
PEMBAHASAN
HPT termasuk wilayah landai sampai berbukit, hal ini dilihat dari keadaan lahan
yang ada di sekitarnya digunakan untuk menggembalakan ternak. Jenis tanah pada
lokasi ini adalah jenis tanah latosol coklat dan litosol terbentuk dari bahan
indukan abu vulkanik intermadiet dengan kandungan bahan organik yang rendah
dan kesuburan tanah memerlukan upaya khusus dalam hal ini adalah pengolahan
4
yang baik. Kesuburan tanah sangat penting bagi produksi hijauan makanan ternak
(rerumputan).
penggembalaan ternak sapi karena apabila kemiringan tanah lebih dari 18 derajat,
Demikian juga dengan penggunaan pupuk untuk hijauan, Semakin tinggi derajat
Keadaan Iklim
curah hujan yang signifikan sepanjang tahun. Bahkan bulan kering masih
kŐppen dan Geiger dengan rata-rata suhu tahunan antara 26,0-28,00C dan
kelembaban udara berkisar 82-84%. Sedangkan rata-rata curah hujan adalah 2.498
mm per tahun. Namun bila bila terjadi musim panas di BPTU-HPT Denpasar Bali
ternak menjadi kering, hal ini akan mempengaruhi ternak sapi karena kebutuhan
makanan menjadi berkurang dalam hal ini tidak mencukupi kebutuhan pakan bagi
merupakan kebutuhan biaya tertinggi yaitu hingga 80% dari seluruh biaya
5
perhatian dalam penyediaan pakan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Tidak
terkecuali bagi ternak ruminansia dimana pakan yang diperlukan berupa hijauan.
Kebutuhan pokok konsumsi rumput untuk setiap harinya ±10 % dari berat badan
ternak. Dalam ransum ternak ruminansia, rumput lebih banyak digunakan karena
selain lebih murah juga lebih mudah diperoleh. Di samping itu rumput
mempunyai produksi yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap tekanan defoliasi
ketersediaan pakan untuk ternak akan membantu dalam proses produksi ternak.
Apabila pemberian pakan kurang diperhatikan maka ternak akan mudah sakit, dan
tidak dapat berproduksi dengan baik. Sebagai upaya penyediaan pakan ternak
yang digunakan sebagai kebun hijauan makanan ternak dan atau sebagai padang
penggembalaan. Berikut ini merupakan luas lahan, jumlah ternak sapi yang
dikembangkan:
BPTU-HPT Denpasar Bali memiliki luasan lahan sebesar 87 ha yang terdiri dari
60 hektar sebagai lokasi penggembalaan ternak sapi induk dan anak, 22 hektar
kandang ternak sapi. Lahan atau lokasi penggembalaan seluas 60 hektar dibuat
6
terbuat dari kawat dan dialiri dengan listrik sehingga ternak sapi tidak saling
melewati satu paddock ke paddock yang lain. Luas rata-rata masing paddock
ternak sapi yang berumur kurang dari dua tahun. Sedangkan pada paddock yang
ukuran luasnya diatas 4,5 ha, digembalakan ternak sapi umur di atas dua tahun
pengembangan, penyebaran dan distribusi produksi bibit ternak sapi bali unggul.
Jumlah ternak sapi bali yang dibudidayakan seluruhnya adalah 787 ekor yang
terdiri dari induk betina dewasa sebanyak 387 ekor, jantan dewasa sebanyak 215
ekor, muda betina sebnayak 98 ekor, muda jantan sebanyak 30 ekor. Berikut
7
Sistem Pengelolaan Padang penggembalaan
Pengolahan Tanah
Penananam
pemilihan jenis rumput dimana jenis-jenis rumput yang dijadikan jenis hijauan di
1. Jenis rumput Brachiaria decumbens (BD), merupakan slah satu jenis rumput
gembala yang memiliki produksi lebih baik jika dibandingkan dengan rumput
lapangan, memiliki nilai nutrisi yang tinggi, lebih tahan pada musim kemarau
dan cocok untuk daerah tropis. Rumput ini juga tumbuh baik pada, daerah
8
humid–sub humids tropis dan dapat tumbuh pada musim kering kurang dari 6
bulan. Rumput ini berasal dari daerah Afrika (Uganda, Kenya, Tanzania)
Perbanyakan rumput ini biasanya menggunakan biji, biji yang dibutuhkan per
hektar adalah 1,5 –12 Kg/Ha tergantung pada kaulitas biji. Biji biasanya di
sebarkan kemudian ditanam pada kedalaman kurang lebih 2-4 cm pada tanah.
Rumput ini berasal dari Afrika, perennial, dan hidup diberbagai tempat antara
0-3000 dpl. Agar dapat tumbuh setinggi 3-4,5 meter dan produksi maksimal,
tanaman ini butuh tanah yang subur dan curah hujan 1000 mm/tahun. Rumput
gajah mudah ditanam dengan stek batang dari stolon dan penanaman dapat
sehingga dapat diperoleh manfaat ganda. Jarak tanam dengan ukuran panjang
stek 20-25 cm (2-3 ruas atau minimal 2 buku atau mata) dapat dilakukan
9
3. Jenis legum Indigofera zollingeriana merupakan satu diantara beberapa jenis
hijauan tanaman pakan yang dianggap toleran dan mampu beradaptasi pada
kondisi lahan kering, genangan, tanah asam, dan salin, disamping memiliki
memiliki sekitar 700 spesies lebih, berasal dari daerah tropis Afrika, Asia,
sekitar tahun 1900-an oleh kolonial Eropa. Secara alami Indigofera menyebar
generatif dengan biji dan vegetatif melalui stek batang. Tanaman dapat
menghasilkan biji setiap saat, tidak seperti halnya pada jenis leguminosa pohon
lain yang umumnya hanya berbunga dan berbuah satu musim sekali yaitu pada
antara lain perendaman biji dengan air dingin selama satu malam,
tanaman campuran dengan tanaman pangan (alley croping) dan tanaman pagar
dengan pola tanam monokultur yaitu 3x3 m dan dipanen setiap 90 hari,
sehingga tinggi tanaman dipertahankan 1,5 m dari tanah. Pada pola tanam
10
guna menghindari terjadinya penaungan (shading) terhadap tanaman utama.
tanam 2-3 m baris dan tinggi antara 3-5 m, dimanfaatkan sebagai penambat
4. Selain itu, terdapat juga rumput padang (rumput alam) yang tumbuh secara
alami dalam arti belum ada input yang berarti dimasukkan untuk dapat
didalamnya. Lebih dari 90% luas padang rumput yang diusahakan untuk
Tenggara Timur dan Bali terdiri dari rumput alam. Upaya perbaikan rumput
alam ini dapat dilakukan dengan introduksi leguminosa dan beberapa cara
pengolahan tanah.
Irigasi
minum ternak dan kebutuhan lahan hijauan. Kondisi sistem irigasi yang ada di
dimana air yang tersedia terbatas. Hilangnya air dalam tanah menyebabkan
pembentukan gula, pati dan lemak. Sealin itu, pertumbuhan vegetatif dan
kualitasnya rendah. Untuk mengatasi hal ini dibangun embung yang dilengkapi
pompanisasi yang hanya digunakan untuk mendistribusi air ke tempat air minum
11
ternak yang ada di paddock-paddock padang penggembalaan. Namun untuk
sehingga diperlukan solusi agar produktivitas rumput dan ternak dapat optimal.
Pemupukan
lebih baik pula, maka BPTU-HPT Denpasar Bali melakukan pemupukan pada
tanaman legum yang sedang tumbuh sesuai dengan kebutuhan. Pada umumnya
pupuk digunakan adalah pupuk kompos (pupuk kandang) dengan cara menyebar
pupuk disekitar tanaman. Namun pada rumput alami yang tumbuh di areal padang
Pemanenan Hijauan
panen yakni sekitar 50-60 hari dengan tujuan agar hijauan telah memiliki
kandungn gizi yang maksimal. Untuk jenis rumput BD, pemanenan tidak
dilakukan secara cut and carry namun ternak digembala pada waktu tinggi
hijauan mencapai 30-45 cm, demikian juga pada rumput lapangan. Sedangkan
dengan interval setiap 90 hari dengan harapan produksi biomasa tinggi. Proses
Indigofera zollingeriana digunakan untuk anak sapi (pedet) yang umurnya kurang
12
Sistem Pengembalaan Ternak
Pada BPTU-HPT Denpasar Bali ada dua cara yang digunakan untuk
tetap tinggal dilokasi padang pengembalaan yang sama untuk waktu tertentu
yakni sampai mencapai umur 1 tahun. Pada waktu musim hujan, hijauan pada
pakan ternak. Sebaliknya waktu musim kemarau rumput mati dan kering
legum Indigofera zollingeriana secara cut and carry sebagai pakan tambahan.
antara 4,5 sampai dengan 5 ha. Ternak dimasukan secara sistematis dari
paddock yang satu ke paddock yang lain secara bergiliran. Setiap paddock
telah disesuaikan dengan daya tampung lahan sesuai ukuran dan secara
bertahap. Sistem pengembalaan ini dilakukan pada sapi dara dan induk sampai
diperi pakan hijauan rumput gajah dan pakan tambahan konsentrat. Rumpur
gajah diberikan sekitar 5-6% dan konsentrat sebanyak 1-2% dari bobot badan.
13
PENUTUP
Kesimpulan
sebagai berikut :
2. Pengelolaan lahan yang tersedia bagi pengembalaan diatur dalam bentuk petak-
3. Penyediaan hijauan selain rumput alam, rumput gajah dan rumput Becaria
Saran
pada kondisi iklim yang ada dan jenis rumput yang akan dikembangkan.
14
DAFTAR PUSTAKA
AKK. 1983 . Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja dan Perah. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak. 2016. Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lakip) Tahun 2014.
Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian 2014.
BPS. 2017. Impor Komoditi Tertentu Menurut Negara Asal. Badan Pusat
Statistik, Jakarta.
BPS. 2017. Provinsi Bali Dalam Angka 2017. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.
BPS. 2017. Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2017. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Jembrana.
BPS. 2017. Kecamatan Pakutan Dalam Angka 2017. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Jembrana.
Dirjen PSP. 2014. Pedoman Teknis Pembukaan lahan Hijauan Makanan Ternak,
Direktorat Perluasan Areal. Dirjen Perluasan dan Pengelolaan Lahan,
Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementrian Pertanian. 2014.
Fanindi, A. dan Prawiradiputra, B. R. Karakterisasi dan Pemanfaatan Rumput
Brachiaria Sp. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Balai
Penelitian Ternak,Bogor.
Hassen A, Rethman NFG, Van Niekerk WA, Tjelele TJ. 2007. Influence of
season/year and species on chemical composition and in vitro
digestibility of five Indigofera accessions. J Anim Feed Sci Technol.
136:312-322.
Herdiawan, I. 2013. Pertumbuhan Tanaman Pakan Ternak Legum Pohon
Indigofera zollingeriana pada Berbagai Taraf Perlakuan Cekaman
Kekeringan. JITV Vol. 18 No. 4 Th. 2013: 258-264.
Herdiawan, I. dan Krisnan, R. 2014. Produktivitas dan Pemanfaatan Tanaman
Leguminosa Pohon Indigofera zollingeriana pada Lahan Kering.
WARTAZOA Vol. 24 No. 2 Th. 2014 Hlm. 75-82 DOI:
http://dx.doi.org/10.14334/wartazoa.v24i2.1051
Jayadi, S. 1991. Tanaman Makanan Ternak Tropika. Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor.
Kementan. 2016. Peraturan Mentri Pertanian Republik Indonesia Nomor
48/Permentan/PK.210/10/2016 Tentang Upaya Khusus Percepatan
Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting. Kementrian Pertanian,
Jakarta.
15
Krisrianto L dan Wafatiningsih, 2003, Pengembangan Ternak sapi Potong melalui
Pengembalaan Kolektif di Lahan kering.
NG, T. T. 1972. Comparative Responses of Some Tropical Grasses to Fertilizer
Nitrogen in Sarawak, E. Malaysia. Tropical Grasslands, G. 229-230.
Reksohadiprodjo, S. 1981. Produksi Tanaman Hijauan makanan Ternak Tropika.
Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Unifersitas Gadjahmada,
Yogyakara.
16