Anda di halaman 1dari 8

LOGIKA, Desember 2018, XXII (3): 14-21 Mardhatilla. Potensi Usaha Ternak.....

Potensi Usaha Ternak Sapi Perah Rakyat Di Dataran Rendah

Farida Mardhatilla

Fakultas Pertanian, Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon


E-mail korepondensi: fmardhatilla@gmail.com

Abstrak
Konsumsi susu Indonesia meningkat secara pesat 5-7 % pertahun. Peningkatan konsumsi ini tidak
diiringi dengan peningkatan produksi. Konsumsi susu pada tahun 2016 sebesar 972.619 ton dan
proyeksi peningkatan hingga tahun 2020 sejumlah 1.142.393 ton, sehingga diperkirakan Indonesia
akan mengalami defisit susu mencapai 103 ribu ton pada tahun 2020.Usaha ternak perah umunya
diusahakan pada dataran tinggi.Kesesuaian suhu dan kelembapan adalah alasan mengapa usaha
ternak sapi perah diusahakan di dataran tinggi. Cekaman panas pada daerah dataran rendah dapat
menghambat produktivitas susu. Dengan adanya standardisasi pengelolaan ternak sapi perah dari
FAO (Good Dairy Farming Practice) diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.Good Dairy
Farming Practice (GDFP) adalah adalah tatalaksana peternakan sapi perah yang meliputi segala
aspek teknis dan ekonomis dalam hal pemeliharaan sehari-hari.Tujuan dari penelitian ini ingin
mengetahui apakah penerpan aspek GDFP pada dataran rendah juga dapat menghasilkan
produktivitas yang tinggi pada usaha ternak sapi perah rakyat. Selanjutnya ingin mengetahui, kisaran
pendapatan yang diterima oleh peternak sapi perah rakyat pada dataran rendah.Metode yang
digunakan adalah metode survey terhadap anggota kelompok sapi perah “Maju Rukun”, kemudian
data dibahas secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok ternak “Maju Rukun”
memiliki nilai GDFP rata-rata 3,63 artinya kelompok sapi perah tersebut melakukan manajemen
pengelolaan yang baik. Pengelolaan manajemen yang baik akan meningkatkan produktivitas sapi
perah. Kemampuan produksi dari seekor sapi rata-rata 10,12lt/hari. Pendapatan peternak yang
diperoleh dari rata-rata satu ekor sapi perbulan adalah Rp 1.050.006,27
Kata Kunci: susu,sapi perah,GDFP.

PENDAHULUAN proyeksi peningkatan hingga tahun 2020


sejumlah 1.142.393 ton,sedangkan
Susu merupakan pangan hewani yang
produksi susu rata-rata hanya sebesar
memiliki nilai gizi sempurna yaitu protein,
847,09 ribu ton. Sehingga diperkirakan
lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan
Indonesia akan mengalami defisit susu
kandungan asam amino yang
mencapai 103 ribu ton pada tahun 2020.
lengkap.protein susu merupakan asupan
Hal ini disebabkan antara lain adanya
gizi dan nutrisi paling baik untuk
kesadaran gizi, perubahan gaya hidup,
dikonsumsi dalam melengkapi kekurangan
perbaikan tingkat pendidikan dan
zat gizi yang berasal dari sumber pangan
perkembangan populasi.
sehari-hari.
Peningkatan konsumsi yang tidak
Kesadaran masyarakat untuk
diimbangi produksi akan membuka kran
mengkonsumsi susu semakin meningkat,
impor masuknya susu dari luar negeri. Hal
meskipun masih kalah jauh dibanding
ini tentunya akan merugikan karena
negara ASEAN lainnya konsumsi susu
dapatberesiko terhadap krisis pangan dan
Indonesia meningkat secara pesat 5-7 %
hiperinflasi, apabila terjadi goncangan
pertahun. Menurut data Kementrian
pasar (Farid & Sukesi, 2011). Jika tidak
Pertanian (2016), konsumsi susu pada
dilakukan pencegahan, impor susu yang
tahun 2016 sebesar 972.619 ton dan

14
LOGIKA, Desember 2018, XXII (3): 14-21 Mardhatilla. Potensi Usaha Ternak.....

tinggi akan dapat mematikan usaha ternak menghasilkan produktivitas yang tinggi
sapi perah rakyat. pada usaha ternak sapi perah rakyat.
Usaha ternak sapi perah umumnya Selanjutnya ingin mengetahui, kisaran
diusahakan di daerah dataran tinggi, pendapatan yang diterima oleh peternak
karena daerah dataran tinggi memiliki sapi perah rakyat pada dataran rendah.
kesesuain suhu dan kelembapan yang
METODE PENELITIAN
optimal untuk produktivitas sapi perah.
Ketinggian dan temperatur akan Penelitian dilaksanakan di kelompok usaha
mempengaruhi pola makan sapi perah ternak sapi perah “Maju Rukun” di
sehingga berpengaruh terhadap Kecamatan Tengahtani, Kabupaten
produktivitas sapi perah (Lestari, 2015). Cirebon.Kabupaten Cirebon merupakan
Usaha ternak sapi perah juga dapat wilayah yang berdataran rendah di daerah
diusahakan di dataran rendah seperti Jawa Barat.Kelompok sapi perah “Maju
Kabupaten Cirebon, peluang usaha ternak Rukun” adalah satu satunya kelompok sapi
sapi perah akan terbuka jika beberapa perah yang berada di Kabupaten
kendala pada dataran rendah dapat Cirebon.Pengambilan data dilakukan pada
diatasi(Siregar & Kusnadi, 2004). bulan Juni sampai dengan Juli 2018.Data
Kendalayang paling menonjol adalah yang digunakan meliputi data primer dan
cekaman suhu dan kelembapan. Kendala data sekunder.Data primer diperoleh pada
tersebut akan dapat diminimalisasi dengan saat survey di lapangan, sedangkan data
pengelolaan yang tepat. Organisasi pangan sekunder diperoleh dari BPS seperti
dunia (FAO,2014) telah menerbitkan laporan geografis dan keadaan iklim.
standardisasi tatalaksana untuk usaha Penelitian ini menggunakan
ternak perah dalam Guide toGood Dairy metode survey, dengan melakukan
Farming Practice.Good Dairy Farming wawancara dan pengamatan langsung
Practice (GDFP) adalah tatalaksana kepada peternak sapi perah yang
peternakan sapi perah yang meliputi segala berpedoman pada kuisioner yang telah
aspek teknis dan ekonomis dalam hal disiapkan.Isi kuisioner meliputi
pemeliharaan sehari-hari. karakteristik peternak, aspek teknis
Tatalaksana peternakan yang penerapan GDFP (pembibitan dan
dijalankan oleh peternak merupakan kunci reproduksi, pakan dan air minum,
keberhasilan dalam suatu usaha peternakan pengelolaan, kandang dan peralatan,
sapi perah(Firman, Marina, Paturachman, kesehatan ternak) serta pendapatan yang
& Linda, 2017). Penerapan aspek GDFP diperoleh peternak.
bila dilaksanakan dengan baik mampu Sampel yang digunakan adalah
meningkatkan pendapatan seluruh anggota kelompok ternak sapi
peternak.Semakin tinggi penerapan GDFP, perah “Maju Rukun” yang terdiri dari 17
maka semakin tinggi pula tingkat anggota dengan kepemilikan 1 sampai 4
pendapatan peternak.Hal ini sesuai dengan sapi laktasi per anggota.Data yang
hasil penelitianyang dilakukan oleh diperoleh dianalisis secara deskriptif
(Lestari, 2015) pada dataran tinggi. dengan menjelaskan atau menguraikan
Tujuan penelitian ini ingin data primer maupun data sekunder. Aspek
mengetahui apakah penerpan aspek GDFP GDFP masing – masing dinilai dengan
pada dataran rendah juga dapat memberikan poin 4, 3,2, 1 dan 0 (Baik
15
LOGIKA, Desember 2018, XXII (3): 14-21 Mardhatilla. Potensi Usaha Ternak.....

hingga sangat buruk) pada setiap alternatif kabupaten berada pada 108o40’ – 108o48’
jawaban. Nilai setiap aspek dihitung Bujur Timur dan 6o30’ – 7o00’ Lintang
dengan analisisis statistik menggunakan Selatan. Kabupaten Cirebon memiliki
Microsoft Excel.Performa peternak ketinggian antara 0 – 130m dari
dikelompokkan berdasarkan nilai yang permukaan laut.Kabupaten Cirebon
diperoleh seperti pada tabel 1. memiliki iklim tropis, karena sebagian
Tabel 1. Nilai konversi performa peternak besar wilayah Kabupaten Cirebon berada
diposisi yang relative rendah dari
Nilai rataan Keterangan permukaan laut. Suhu di Kabupaten
GDFP
Cirebon dikenal cukup panas berada
0.00 – 0.50 Sangat buruk
0.51 - 1.00 Buruk diantara 24oC hingga 33oC dengan rata-
1.01 – 2.00 Kurang baik rata 28oC dengan kelembapan berkisar 48
2.01 – 3.00 Cukup – 93% (BPS, 2017).
3.01 – 4.00 Baik
Kesesuaian Iklim dalam Pemeliharaan
Sapi Perah
Pendapatan peternak sapi perah diperoleh
total biaya dari total penerimaan dikurangi Suhu udara di Kabupaten Cirebon
(Suratiyah, 2015). Sumber penerimaan bukanlah suhu yang ideal untuk
peternak sapi perah berasal dari penjualan pemeliharaan dan produktivitas sapi perah
susu x liter dikalikan dengan harga susu karena menurut Wierama (1990) cit
per liter (y rupiah) sedangkan biaya yang (Hertanto & Widiati, 2012) sapi perah
dikeluarkan meliputi dua jenis, biaya tidak akan memberikan penampilan produksi
tetap dan biaya tetap. Biaya tidak tetap terbaik jika berada pada suhu 18,3O C
terdiri dari pakan, obat – obatan, listrik dan dengan kelembapan 55%. Sapi perah yang
air.Biaya tetap terdiri dari penyusutan diusahakan di Kabupaten Cirebon adalah
ternak, penyusutan kandang, penyusutan turunan sapi perah impor Friesian Holstein
alat dan tenaga kerja. Penyusutan dihitung atau yang dikenal sebagai peranakan FH.
menggunakan metode garis lurus (Fahmi, Peranakan FH adalah hasil persilangan
2016). sapi Friesian Holstein dengan sapi
lokal.Tujuan dilakukan persilangan
D tersebut agar sapi perah dapat beradaptasi
D = Penyusutan metode garis lurus dengan suhu udara setempat dan
Io = Harga awal berproduksi secara optimal.
In = Nilai sisa Usaha ternak sapi perah belum
N = Umur manfaat/jangka waktu familiar di Kabupaten Cirebon. Hal ini
penggunaan. karena adanya anggapan bahwa sapi perah
HASIL DAN PEMBAHASAN tidak cocok diusahakan di daerah dataran
rendah. Jumlah sapi perah yang ada di
Keadaan Geografi dan Topografi
Kabupaten Cirebon hanya 90 ekor (BPS,
Kabupaten Cirebon
2018). Jumlah ini sangat jauh jika
Kabupaten Cirebon terletak di bagian dibandingkan dengan hewan ternak
timur provinsi Jawa Barat dengan luas lainnya seperti sapi potong (3.748 ekor),
daerah administrasi 990,36 Km2. kerbau (3.907 ekor), dan kambing
Berdasarkan letak geografisnya, posisi sebanyak 15.777 ekor.

16
LOGIKA, Desember 2018, XXII (3): 14-21 Mardhatilla. Potensi Usaha Ternak.....

Karakteristik Respoden formal ilmu yang didapat sangatlah


minim.Ilmu ternak didapat secara turun
Karakterik responden peternak
menurun.Rendahnyatingkat pendidikan
berdasarkan umur, pendidikan formal dan
merupakan kendala dalam meningkatkan
pengalaman beternak dapat dilihat pada
efisiensi usaha ternak perah.Semakin
Tabel 1. Umur peternak berkisar antara 25
rendah tingkat pendidikan, semakin sulit
– 60 tahun dan 64,71% diusia 41 – 60
menyerap berbagai informasi (Lestari,
tahun yang artinya semua peternak berada
2015).Dalam hal ini, dibutuhkan
dalam usia produktif. Pada usia ini,
pendidikan non formal (penyuluhan) atau
peternak cenderung lebih terbuka.
bimbingan yang sifatnya teknis untuk
Peternak mudah menerima bahkan giat
mengatasi masalah tersebut.
mencari informasi inovasi untuk
Sebagian besar peternak (52,94%)
pengembangan usaha ternak sapi
memiliki pengalaman lebih dari 11 tahun.
perahnya.Selain itu, menurut Mardikanto
Pengalaman beternak akan mempengaruhi
(1993) cit.(Anindyasari, Setiadi, &
tingkat pengetahuan dan keterampilan
Ekowati, 2015)usia produktif juga
peternak dalam mengelola usahanya dan
berpengaruh terhadap kerja fisik, adopsi
pedoman menghadapi berbagai masalah di
dan lebih dinamis . Hal ini berdampak
lapangan sesuai dengan pernyataan
positif terhadap pengembangan usaha
(Anindyasari et al., 2015) bahwa
ternak sapi perah.
pengalaman beternak akan mempengaruhi
Tabel 2. Karakteristik Responden Sapi peternak dalam memelihara ternak agar
Perah Rakyat tetap sehat dan menghasilkan susu segar
Karakteristik Jumlah Presentase dengan kualitas yang baik.
(orang) (%)
Umur (tahun) Penerapan Good Dairy Farming Practice
25 – 40 6 35,29 Nilai rata–rata penerapan GDFP
41 - 60 11 64,71 pada kelompok sapi perah “Maju Rukun”
Pendidikan formal
adalah 3,63. Menurut Andriyadi (2012)
SD 12 70,59
nilai rata–rata 3,01 – 4,00 menunjukkan
SMP 1 5,88
SMA 4 23,53 kalau penerapan GDFP pada peternakan
Pengalaman beternak (tahun) tersebut termasuk pada kategori baik.
1-10 8 47,06 Artinya peternak pada kelompok sapi
11-20 5 29,41 perah “Maju Rukun” sudah cukup sadar
>21 4 23,53 akan pencapaian keberhasilan usaha ternak
perah. Meskipun 70,59% peternak hanya
Tingkat pendidikan peternak mengenyam pendidikan dasar, namun
didominasi oleh tingkat pendidikan dasar. pengalaman dan pendidikan informal
Pendidikan merupakan proses (penyuluhan) sangat membantu peternak
pengembangan kepribadian dan mengelola usaha ternak dengan baik.
kemampuan individu. Sebanyak 70,59% Penerapan GDFP yang baik akan
peternak berpendidikan dasar, bahkan ada mempengaruhi produktivitas sapi perah,
beberapa peternak yang tidak sampai baik secara kuantitas maupun kualitas.
selesai menyelesaikan pendidikan di
tingkat ini. Artinya dari segi pendidikan
17
LOGIKA, Desember 2018, XXII (3): 14-21 Mardhatilla. Potensi Usaha Ternak.....

Tabel 3.Rata – rata nilai penerapan GDFP bangsa sapi FH, cekaman suhu akan
No. Aspek GDFP Nilai Ranking menurunkan produktivitas sapi perah,
1. Pembibitan 3,47 5 berbeda dengan bangsa peranakan FH.
dan Tidak ada perbedaan nyata kemampuan
Reproduksi produksi susu sapi peranakan FH yang
2. Manajemen 3,54 4 diusahakan di dataran tinggi dengan yang
pakan dan air diusahakan di dataran rendah (Siregar &
minum
Kusnadi, 2004).
(Nutrisi)
3. Pengelolaan 3,65 3 Aspek Manajemen Pakan dan Air Minum
dan (Nutrisi)
Lingkungan
4. Kandang dan 3,8 2 Produksi dan kualitas susu sangat
peralatan dipengaruhi oleh manajemen pemberian
5. Kesehatan 3,33 6 pakan (nutrisi). Nutrisi merupakan kunci
ternak utama produktivitas, kesehatan dan
6. Kesejahteraan 4 1
kesejahteraan sapi perah (Lestari, 2015).
ternak
Rata – rata 3,63 Aspek GDFP bernilai 3,54 pada
manajemen pakan dan air minum. Ini
menunjukkan bahwa peternak menjamin
Aspek Pembibitan dan Reproduksi
ketersediaan pakan dan air minum untuk
Nilai GDFP pada aspek pembibitan dan sapi perah. Faktor penentu pada aspek ini
reproduksi yang ditunjukkan pada Tabel adalah cara pemberian pakan dan air
3.adalah 3,47.Artinya untuk pembibitan minum, jumlah dan frekuensi pemberian.
dan reproduksi peternak sudah mengelola Pakan yang digunakan adalah hijauan dan
dengan baik. Aspek pembibitan dan konsentrat.Penggunaan konsentrat sering
reproduksi meliputi tatalaksana pemilihan disubtitusi dengan ongok atau ampas tahu,
bangsa sapi, cara seleksi,cara kawin, hal ini untuk meminimalkan biaya pakan
pengetahuan birahi,umur beranak pertama, yang tinggi.Untuk hijauan, peternak
umur saat dikawinkan setelah beranak dan menanam sendiri rumput yang
calving interval. digunanakan sebagai pakan.Efisiensi ini
Walaupun aspek ini berada pada membuat biaya pakan yang dikeluarkan
posisi dua terakhir dibanding aspek teknis relative rendah, yaitu 57,09% karena
lainnya, namun bukan berarti peternak menurut penelitian Budiarsa dan Juarini
tidak memberikan perhatian terhadap (2006) cit.(Hertanto & Widiati, 2012)
aspek tersebut.Pemberian bobot nilai biaya pakan sapi perah berkisar antara
GDFP umumnya digunakan pada dataran 66% hingga 68%.
tinggi sehingga nilai pemilihan bangsa FH
murni merupakan nilai tertinggi (empat) Aspek Pengelolaan dan Lingkungan
pada bobot penilaan GDFP.Sapi yang Aspek pengelolaan dan lingkungan
diusahakan pada kelompok sapi perah meliputi tatakelola sapi perah mulai dari
“Maju Rukun” adalah sapi peranakan FH kebersihan kandang dan sapi, cara
yang nilai bobot GDFP nya adalah penangan panen (pemeraham) dan pasca
dua.Pemilihan bangsa ini untuk mengatasi panen, pemeliharaan pedet dan dara,
cekaman suhu pada dataran rendah. Pada pengeringan sapi laktasi, pencatatan usaha

18
LOGIKA, Desember 2018, XXII (3): 14-21 Mardhatilla. Potensi Usaha Ternak.....

hingga pengelolaan lingkungan pencegahan penyakit, sedangkan


(manajemen kotoran). Pemerahan akan pengobatan dipandang sebagai bentuk
mempengaruhi kuantitas dan kualitas susu penyelamatan ternak dari suatu penyakit
yang dihasilkan (Firman et al., 2017) yang menrunkan produksi (Lestari, 2015)
begitu juga halnya dengan kebersihan
Aspek Kesejahteraan Ternak
kandang dan sapi. Hal ini akan
berpengaruh terhadap kualitas susu yang Aspek kesejahteraan ternak merupakan
dihasilkan. prioritas bagi peternak.Tujuan dari aspek
Nilai GDFP pada aspek ini adalah ini adalah menjamin terpenuhinya
3,65 (baik). Peternak sangat kebutuhan dasar ternak.Lima kebutuhan
memperhatikan aspek pengelolaan, namun dasar ternak dikenal dengan istilah five
untuk pencatatan usaha dan manajemen freedoms, ternak bebas dari rasa lapar dan
kotoran belum menjadi prioritas yang haus, bebas dari rasa ketidaknyamanan,
penting bagi peternak.Hanya sebagian bebas dari rasa sakit, kecelakaan dan
peternak yang mengelola kotoran menjadi penyakit, bebas dari rasa takut serta bebas
biogas, sebagian lagi membuangnya ke dalam mengekspresikan tingkah laku
kebun sebagai pupuk organik. alaminya. Menurut (Lestari,
2015)Penerapan aspek kesejahteraan
Aspek Kandang dan Peralatan ternak akanmeningkatkan produktivitas
Pada penelitian ini, aspek kandang dan ternak. Nilai performa peternak terhadap
peralatan menjadi prioritas yang ketiga kesejahteraan ternak adalah empat, yang
bagi peternak. Pada aspek ini, GDFP artinya peternak menjamin kesejahteraan
bernilai 3,8 (baik). Peternak memberikan ternak.
perhatian terhadap tataletak kandang,
Kemampuan Berproduksi Susu
tempat kotoran, peralatan kandang dan
kondisi air yang digunakan. Aspek ini Pada penelitian yang dilakukan Siregar &
akan memberikan kenyamanan bagi sapi Kusnadi (2004) kemampuan produksi susu
perah dan kondisi lingkungan. sapi perah di Kabupaten Cirebon berkisar
Kenyamanan pada sapi perah akan antara 4 sampai dengan 8lt/hari dengan
berpengaruh pada tingkat stress, terutama rata-rata 5,8 lt/hari. Kemampuan
stress panas. Stress panas akan berdampak berproduksi susu sapi perah di Kabupaten
negative terhadap produktivitas sapi perah Cirebon saat ini mengalami peningkatan
yang dipelihara(Baturraden, n.d.) menjadi 10,12 lt/hari. Angka ini menyamai
produksi rata-rata susu sapi perah di
Aspek Kesehatatn ternak Indonesia pada dataran tinggiyang berkisar
Tujuan dari aspek ini adalah menjamin antara 10-12 lt/hari(Mona, Lestari, &
susu yang dihasilkan layak konsumsi dan Situmorang, 2014). Peningkatan ini
aman serta pengontrolan penyakit pada tentunya tidak lepas dari tatakelola yang
ternak. Aspek ini menekan pada baik, karena kemampuan berproduksi susu
pencegahan masuknya penyakit. Nilai pada dataran tinggi dan dataran rendah
GDFP pada aspek ini adalah 3,3 (baik). tidak berbeda nyata jika cekaman suhu
Peternak mengedepankan pencegahan dapat diatasi (Sudono,1983) cit.(Siregar &
daripada pengobatan. Usaha peningkatan Kusnadi, 2004). Pendapat ini serupa
efisiensi produksi dapat dilakukan dengan dengan pendapat Larasati (2016) Cekaman
19
LOGIKA, Desember 2018, XXII (3): 14-21 Mardhatilla. Potensi Usaha Ternak.....

suhu hanya mempengaruhi pola makan digunakan untuk memandikan sapi,


sapi yang secara tidak langsung akan membersihkan kandang, pemberian pakan
berpengaruh pada produktivitas susu sapi. dan pemerahan susu. Biaya ini cukup besar
karena tenaga kerja untuk pekerjaan
Biaya Produksi
tersebut cukup menyita waktu.
Biaya produksi terdiri dari biaya variable Penerimaan Usaha Sapi Perah
dan biaya tetap.Biaya terbesar pada usaha
Penjualan susu segar merupakan
ternak perah terdapat pada biaya
penerimaan terbesar pada usaha ternak
pakan.Presentase biaya pakan pada Tabel
sapi perah. Pada kelompok sapi perah
4.mencapai 57,09%. Biaya ini relative
“Maju Rukun” susu langsung dijual
rendah, umumnya biaya pakan pada usaha
kepada konsumen sehingga harga yang
ternak perah mencapai hingga 68%. Hal
ditawarkan relative tinggi, yaitu mencapai
ini disebabkan pada usaha ternak sapi
Rp. 12.000,00/liter. Selain itu, pedet dan
perah rakyat, peternak mengusahakan
kotoran yang dihasilkan menjadi bagian
sendiri pakan hijauan yang digunakan
komponen penerimaan walaupun hasilnya
(Hertanto & Widiati, 2012)
sangat kecil. Pada Tabel 4. Penerimaan
Biaya terbesar kedua adalah biaya
didapat dari rata-rata satu ekor sapi perah
tenaga kerja yang mencapai 32,25% dari
per laktasi
total biaya produksi. Biaya tersebut
.Tabel 4.Profitabilitas rata-rata per ekor/tahun laktasi

Uraian Jumlah Presentase


Penerimaan tunai
Penjualan Susu 30.866.000,00 97,04%
Penjualan Pedet 588.235,29 1,85%
Penjualan Kotoran 352.941,17 1,11%
Total penerimaan 31.807.176,46 100%
Biaya variabel
Pakan 10.964.950,78 57,09%
Obat – obatan 1.162.500,00 6,05%
Listrik dan Air 181.935,48 0,95%
Biaya Tetap
Penyusutan ternak 354.166,66 1,84%
Penyusutan Kandang 249.999,96 1,30%
Penyusutan Alat 99.999,96 0,52%
Tenaga Kerja dalam keluarga 6.193.548,30 32,25%
Total Biaya 19.207.101,14 100%
Pendapatan (keuntungan) 12.600.075,32

Pendapatan (Keuntungan) dari satu ekor sapi.Jika ingin pendapatan


yang lebih, peternak sebaiknya menambah
Pendapatan rata-rata yang diperoleh pada
jumlah sapi yang diusahakan. Karena
usaha ternak perah adalah Rp
semakin banyak jumlah sapi yang
12.600.075,32 atau Rp 1.050.006,27 per
diusahakan, semakin tinggi pula
bulan. Angka ini cukup besar bagi
pendapatan peternak untuk penghasilan
20
LOGIKA, Desember 2018, XXII (3): 14-21 Mardhatilla. Potensi Usaha Ternak.....

pendapatan yang diperoleh peternak negeri untuk pemenuhan kebutuhan


(Lestari, 2015) susu nasional. Buletin Ilmiah Litbang
Perdagangan, 5(2), 196–221.
KESIMPULAN
Firman, A., Marina, S., Paturachman, S.,
Usaha ternak sapi perah dapat dilakukan & Linda, H. (2017). Evaluation of
pada dataran rendah.Cekaman panas Good Dairy Farming Practice Method
sebagai penghambat dapat diatasi dengan on Dairy Farming in Subang District,
West Java, Indonesia. In Proceedings
pengelolaan usaha ternak yang baik.
of International Seminar on Livestock
Dengan penerpan aspek Good Dairy Production and Veterinary
Farming Practice pada usaha ternak sapi Technology (pp. 204–212).
perah akan meningkatkan produktivitas
Hertanto, B. S., & Widiati, R. (2012).
usaha ternak sapi perah pada dataran Analisis Ekonomi Usaha Sapi Perah
rendah. Kemampuan produksi dari seekor serta Strategi Pengembangannya pada
sapi rata-rata 10,12lt/hari.Pendapatan Peternakan Rakyat dan Perusahaan di
peternak yang diperoleh dari rata-rata satu Dataran Rendah. Buletin Peternakan,
ekor sapi perbulan adalah Rp 1.050.006,27 36(2), 129–140.
Kementerian Pertanian, 2016. Outlook
DAFTAR PUSTAKA
Susu, Komoditas Pertanian
Anindyasari, D., Setiadi, A., & Ekowati, Subsektor Peternakan. Pusat Data
T. (2015). Analisis Pendapatan DAN Sistem Informasi Pertanian
Peternak Sapi Perah Kecamatan Sekretariat Jendral-Kementerian
Banyumanik, Kecamatan Getasan, Pertanian
Dan Kecamatan Cepogo. Mediagro,
11(2). Lestari, N. F. (2015). Hubungan Antara
Penerapan Good Dairy Farming
Badan Pusat Statistik. 2017. Sosial dan Practice Dengan Tingkat Pendapatan
Kependudukan Kabupaten Cirebon Peternak Pada Peternakan Sapi Perah
Badan Pusat Statistik. 2018. Jumlah ternak Rakyat (Suatu Kasus di Wilayah
Provinsi Jawa Barat. Kerja KPBS Pangalengan Kabupaten
Bandung). Students E-Journal, 4(3).
Baturraden, S. P. (n.d). Pengaruh Stres
Mona, Q. T., Lestari, D. A. H., &
Panas Terhadap Performa Produksi
Situmorang, S. (2014). Analisis
Susu Sapi Friesian Holstein Di Balai
pendapatan dan tingkat kesejahteraan
Besar Pembibitan Ternak Unggul.
rumah tangga peternak sapi perah
Fahmi, I. 2016. Manajemen Produksi dan anggota Koperasi Peternakan
Operasi.Ed ke-3. CV. Alfabeta. Bandung Selatan (KPBS)
Jakarta. Pangalengan. Jurnal Ilmu-Ilmu
Agribisnis, 2(2), 109–117.
(FAO) Food and Agriculture Organization,
2004. Guide to good dairy farming Siregar, S. B., & Kusnadi, U. (2004).
practice. International Dairy Peluang pengembangan usaha sapi
Federation Food and Agriculture perah di daerah dataran rendah
Organization Of The United Kabupaten Cirebon. Media
Nations, Rome. Peternakan, 27(2).
Farid, M., & Sukesi, H. (2011). Suratiyah, K. (2015). Ilmu Usaha tani
Pengembangan susu segar dalam (edisi revisi). Penebar Swadaya Grup.

21

Anda mungkin juga menyukai