Farida Mardhatilla
Abstrak
Konsumsi susu Indonesia meningkat secara pesat 5-7 % pertahun. Peningkatan konsumsi ini tidak
diiringi dengan peningkatan produksi. Konsumsi susu pada tahun 2016 sebesar 972.619 ton dan
proyeksi peningkatan hingga tahun 2020 sejumlah 1.142.393 ton, sehingga diperkirakan Indonesia
akan mengalami defisit susu mencapai 103 ribu ton pada tahun 2020.Usaha ternak perah umunya
diusahakan pada dataran tinggi.Kesesuaian suhu dan kelembapan adalah alasan mengapa usaha
ternak sapi perah diusahakan di dataran tinggi. Cekaman panas pada daerah dataran rendah dapat
menghambat produktivitas susu. Dengan adanya standardisasi pengelolaan ternak sapi perah dari
FAO (Good Dairy Farming Practice) diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.Good Dairy
Farming Practice (GDFP) adalah adalah tatalaksana peternakan sapi perah yang meliputi segala
aspek teknis dan ekonomis dalam hal pemeliharaan sehari-hari.Tujuan dari penelitian ini ingin
mengetahui apakah penerpan aspek GDFP pada dataran rendah juga dapat menghasilkan
produktivitas yang tinggi pada usaha ternak sapi perah rakyat. Selanjutnya ingin mengetahui, kisaran
pendapatan yang diterima oleh peternak sapi perah rakyat pada dataran rendah.Metode yang
digunakan adalah metode survey terhadap anggota kelompok sapi perah “Maju Rukun”, kemudian
data dibahas secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok ternak “Maju Rukun”
memiliki nilai GDFP rata-rata 3,63 artinya kelompok sapi perah tersebut melakukan manajemen
pengelolaan yang baik. Pengelolaan manajemen yang baik akan meningkatkan produktivitas sapi
perah. Kemampuan produksi dari seekor sapi rata-rata 10,12lt/hari. Pendapatan peternak yang
diperoleh dari rata-rata satu ekor sapi perbulan adalah Rp 1.050.006,27
Kata Kunci: susu,sapi perah,GDFP.
14
LOGIKA, Desember 2018, XXII (3): 14-21 Mardhatilla. Potensi Usaha Ternak.....
tinggi akan dapat mematikan usaha ternak menghasilkan produktivitas yang tinggi
sapi perah rakyat. pada usaha ternak sapi perah rakyat.
Usaha ternak sapi perah umumnya Selanjutnya ingin mengetahui, kisaran
diusahakan di daerah dataran tinggi, pendapatan yang diterima oleh peternak
karena daerah dataran tinggi memiliki sapi perah rakyat pada dataran rendah.
kesesuain suhu dan kelembapan yang
METODE PENELITIAN
optimal untuk produktivitas sapi perah.
Ketinggian dan temperatur akan Penelitian dilaksanakan di kelompok usaha
mempengaruhi pola makan sapi perah ternak sapi perah “Maju Rukun” di
sehingga berpengaruh terhadap Kecamatan Tengahtani, Kabupaten
produktivitas sapi perah (Lestari, 2015). Cirebon.Kabupaten Cirebon merupakan
Usaha ternak sapi perah juga dapat wilayah yang berdataran rendah di daerah
diusahakan di dataran rendah seperti Jawa Barat.Kelompok sapi perah “Maju
Kabupaten Cirebon, peluang usaha ternak Rukun” adalah satu satunya kelompok sapi
sapi perah akan terbuka jika beberapa perah yang berada di Kabupaten
kendala pada dataran rendah dapat Cirebon.Pengambilan data dilakukan pada
diatasi(Siregar & Kusnadi, 2004). bulan Juni sampai dengan Juli 2018.Data
Kendalayang paling menonjol adalah yang digunakan meliputi data primer dan
cekaman suhu dan kelembapan. Kendala data sekunder.Data primer diperoleh pada
tersebut akan dapat diminimalisasi dengan saat survey di lapangan, sedangkan data
pengelolaan yang tepat. Organisasi pangan sekunder diperoleh dari BPS seperti
dunia (FAO,2014) telah menerbitkan laporan geografis dan keadaan iklim.
standardisasi tatalaksana untuk usaha Penelitian ini menggunakan
ternak perah dalam Guide toGood Dairy metode survey, dengan melakukan
Farming Practice.Good Dairy Farming wawancara dan pengamatan langsung
Practice (GDFP) adalah tatalaksana kepada peternak sapi perah yang
peternakan sapi perah yang meliputi segala berpedoman pada kuisioner yang telah
aspek teknis dan ekonomis dalam hal disiapkan.Isi kuisioner meliputi
pemeliharaan sehari-hari. karakteristik peternak, aspek teknis
Tatalaksana peternakan yang penerapan GDFP (pembibitan dan
dijalankan oleh peternak merupakan kunci reproduksi, pakan dan air minum,
keberhasilan dalam suatu usaha peternakan pengelolaan, kandang dan peralatan,
sapi perah(Firman, Marina, Paturachman, kesehatan ternak) serta pendapatan yang
& Linda, 2017). Penerapan aspek GDFP diperoleh peternak.
bila dilaksanakan dengan baik mampu Sampel yang digunakan adalah
meningkatkan pendapatan seluruh anggota kelompok ternak sapi
peternak.Semakin tinggi penerapan GDFP, perah “Maju Rukun” yang terdiri dari 17
maka semakin tinggi pula tingkat anggota dengan kepemilikan 1 sampai 4
pendapatan peternak.Hal ini sesuai dengan sapi laktasi per anggota.Data yang
hasil penelitianyang dilakukan oleh diperoleh dianalisis secara deskriptif
(Lestari, 2015) pada dataran tinggi. dengan menjelaskan atau menguraikan
Tujuan penelitian ini ingin data primer maupun data sekunder. Aspek
mengetahui apakah penerpan aspek GDFP GDFP masing – masing dinilai dengan
pada dataran rendah juga dapat memberikan poin 4, 3,2, 1 dan 0 (Baik
15
LOGIKA, Desember 2018, XXII (3): 14-21 Mardhatilla. Potensi Usaha Ternak.....
hingga sangat buruk) pada setiap alternatif kabupaten berada pada 108o40’ – 108o48’
jawaban. Nilai setiap aspek dihitung Bujur Timur dan 6o30’ – 7o00’ Lintang
dengan analisisis statistik menggunakan Selatan. Kabupaten Cirebon memiliki
Microsoft Excel.Performa peternak ketinggian antara 0 – 130m dari
dikelompokkan berdasarkan nilai yang permukaan laut.Kabupaten Cirebon
diperoleh seperti pada tabel 1. memiliki iklim tropis, karena sebagian
Tabel 1. Nilai konversi performa peternak besar wilayah Kabupaten Cirebon berada
diposisi yang relative rendah dari
Nilai rataan Keterangan permukaan laut. Suhu di Kabupaten
GDFP
Cirebon dikenal cukup panas berada
0.00 – 0.50 Sangat buruk
0.51 - 1.00 Buruk diantara 24oC hingga 33oC dengan rata-
1.01 – 2.00 Kurang baik rata 28oC dengan kelembapan berkisar 48
2.01 – 3.00 Cukup – 93% (BPS, 2017).
3.01 – 4.00 Baik
Kesesuaian Iklim dalam Pemeliharaan
Sapi Perah
Pendapatan peternak sapi perah diperoleh
total biaya dari total penerimaan dikurangi Suhu udara di Kabupaten Cirebon
(Suratiyah, 2015). Sumber penerimaan bukanlah suhu yang ideal untuk
peternak sapi perah berasal dari penjualan pemeliharaan dan produktivitas sapi perah
susu x liter dikalikan dengan harga susu karena menurut Wierama (1990) cit
per liter (y rupiah) sedangkan biaya yang (Hertanto & Widiati, 2012) sapi perah
dikeluarkan meliputi dua jenis, biaya tidak akan memberikan penampilan produksi
tetap dan biaya tetap. Biaya tidak tetap terbaik jika berada pada suhu 18,3O C
terdiri dari pakan, obat – obatan, listrik dan dengan kelembapan 55%. Sapi perah yang
air.Biaya tetap terdiri dari penyusutan diusahakan di Kabupaten Cirebon adalah
ternak, penyusutan kandang, penyusutan turunan sapi perah impor Friesian Holstein
alat dan tenaga kerja. Penyusutan dihitung atau yang dikenal sebagai peranakan FH.
menggunakan metode garis lurus (Fahmi, Peranakan FH adalah hasil persilangan
2016). sapi Friesian Holstein dengan sapi
lokal.Tujuan dilakukan persilangan
D tersebut agar sapi perah dapat beradaptasi
D = Penyusutan metode garis lurus dengan suhu udara setempat dan
Io = Harga awal berproduksi secara optimal.
In = Nilai sisa Usaha ternak sapi perah belum
N = Umur manfaat/jangka waktu familiar di Kabupaten Cirebon. Hal ini
penggunaan. karena adanya anggapan bahwa sapi perah
HASIL DAN PEMBAHASAN tidak cocok diusahakan di daerah dataran
rendah. Jumlah sapi perah yang ada di
Keadaan Geografi dan Topografi
Kabupaten Cirebon hanya 90 ekor (BPS,
Kabupaten Cirebon
2018). Jumlah ini sangat jauh jika
Kabupaten Cirebon terletak di bagian dibandingkan dengan hewan ternak
timur provinsi Jawa Barat dengan luas lainnya seperti sapi potong (3.748 ekor),
daerah administrasi 990,36 Km2. kerbau (3.907 ekor), dan kambing
Berdasarkan letak geografisnya, posisi sebanyak 15.777 ekor.
16
LOGIKA, Desember 2018, XXII (3): 14-21 Mardhatilla. Potensi Usaha Ternak.....
Tabel 3.Rata – rata nilai penerapan GDFP bangsa sapi FH, cekaman suhu akan
No. Aspek GDFP Nilai Ranking menurunkan produktivitas sapi perah,
1. Pembibitan 3,47 5 berbeda dengan bangsa peranakan FH.
dan Tidak ada perbedaan nyata kemampuan
Reproduksi produksi susu sapi peranakan FH yang
2. Manajemen 3,54 4 diusahakan di dataran tinggi dengan yang
pakan dan air diusahakan di dataran rendah (Siregar &
minum
Kusnadi, 2004).
(Nutrisi)
3. Pengelolaan 3,65 3 Aspek Manajemen Pakan dan Air Minum
dan (Nutrisi)
Lingkungan
4. Kandang dan 3,8 2 Produksi dan kualitas susu sangat
peralatan dipengaruhi oleh manajemen pemberian
5. Kesehatan 3,33 6 pakan (nutrisi). Nutrisi merupakan kunci
ternak utama produktivitas, kesehatan dan
6. Kesejahteraan 4 1
kesejahteraan sapi perah (Lestari, 2015).
ternak
Rata – rata 3,63 Aspek GDFP bernilai 3,54 pada
manajemen pakan dan air minum. Ini
menunjukkan bahwa peternak menjamin
Aspek Pembibitan dan Reproduksi
ketersediaan pakan dan air minum untuk
Nilai GDFP pada aspek pembibitan dan sapi perah. Faktor penentu pada aspek ini
reproduksi yang ditunjukkan pada Tabel adalah cara pemberian pakan dan air
3.adalah 3,47.Artinya untuk pembibitan minum, jumlah dan frekuensi pemberian.
dan reproduksi peternak sudah mengelola Pakan yang digunakan adalah hijauan dan
dengan baik. Aspek pembibitan dan konsentrat.Penggunaan konsentrat sering
reproduksi meliputi tatalaksana pemilihan disubtitusi dengan ongok atau ampas tahu,
bangsa sapi, cara seleksi,cara kawin, hal ini untuk meminimalkan biaya pakan
pengetahuan birahi,umur beranak pertama, yang tinggi.Untuk hijauan, peternak
umur saat dikawinkan setelah beranak dan menanam sendiri rumput yang
calving interval. digunanakan sebagai pakan.Efisiensi ini
Walaupun aspek ini berada pada membuat biaya pakan yang dikeluarkan
posisi dua terakhir dibanding aspek teknis relative rendah, yaitu 57,09% karena
lainnya, namun bukan berarti peternak menurut penelitian Budiarsa dan Juarini
tidak memberikan perhatian terhadap (2006) cit.(Hertanto & Widiati, 2012)
aspek tersebut.Pemberian bobot nilai biaya pakan sapi perah berkisar antara
GDFP umumnya digunakan pada dataran 66% hingga 68%.
tinggi sehingga nilai pemilihan bangsa FH
murni merupakan nilai tertinggi (empat) Aspek Pengelolaan dan Lingkungan
pada bobot penilaan GDFP.Sapi yang Aspek pengelolaan dan lingkungan
diusahakan pada kelompok sapi perah meliputi tatakelola sapi perah mulai dari
“Maju Rukun” adalah sapi peranakan FH kebersihan kandang dan sapi, cara
yang nilai bobot GDFP nya adalah penangan panen (pemeraham) dan pasca
dua.Pemilihan bangsa ini untuk mengatasi panen, pemeliharaan pedet dan dara,
cekaman suhu pada dataran rendah. Pada pengeringan sapi laktasi, pencatatan usaha
18
LOGIKA, Desember 2018, XXII (3): 14-21 Mardhatilla. Potensi Usaha Ternak.....
21