Anda di halaman 1dari 20

KINERJA USAHA TERNAK SAPI PERAH DI KELURAHAN

KEBON PEDES, KOTA BOGOR

Gabriella Stephanie Gultom1), dan Suharno2)


1,2)
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor
1)
riel.cute@ymail.com

ABSTRACT
Dairy cows is one of animal husbandry that produce milk. In Indonesia, there is a gap between
milk demand and its production that offers chance of animal husbandry business. Bogor is a city
in West Java that has numbers of family relying their family’s livelihood on animal husbandry
business. There are two dairy cow farmers groups that is still operating in Bogor, Kelompok
Ternak Maju Terus (‘Maju Terus’ Group) and Kelompok Ternak Sumber Makmur (‘Sumber
Makmur’ Group). The objectives of this research are to analyze the determinant factors of milk
production and business performance in both farmer groups. The production function, income
approach and R/C ratio analysis are used to obtain the research objectives. The result shows
that determinant factors that statistically significant are the number of productive cows, the
amount of feed both green feed and ‘waste’ feed, while concentrate is not significant. The farmer
group performance of ‘Maju Terus’ is better than ‘Sumber Makmur’ where the R/C ratio is
higher. The farmers should increase the number of dairy cow ownership, the amount of feed and
‘waste’ feed, therefore milk production of dairy cows will increase and improve the income of
farmers.
Keyword(s): dairy cow, performance, production function, income approach, R/C ratio

ABSTRAK
Sapi perah merupakan salah satu hewan ternak yang menghasilkan susu. Di Indonesia, masih
terdapat gap antara permintaan dan prodduksi susu sehingga memberikan kesempatan yang baik
untuk bisnis peternakan. Kota Bogor adalah salah satu wilayah di Jawa Barat yang sebagian dari
masyarakatnya masih mengusahakan sapi perah sebagai penghasilan utama keluarga. Terdapat
dua kelompok ternak yang masih aktif melakukan usaha sapi perah untuk menghasilkan susu
segar. Kelompok ternak tersebut adalah Kelompok Ternak Maju Terus dan Sumber Makmur.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi produksi susu dan
kinerja kedua kelompok ternak. Fungsi produksi, analisis pendapatan dan R/C ratio digunakan
untuk memperoleh tujuan tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor–faktor
yang mempunyai pengaruh signifikan adalah jumlah sapi laktasi, jumlah pemberian pakan
hijauan dan jumlah pemberian pakan ampas, sedangkan faktor konsentrat tidak mempunyai
pengaruh nyata. Kinerja usaha ternak di Kelompok Ternak Maju Terus lebih baik dibandingkan
Sumber Makmur karena tingkat pendapatan dan nilai R/C rasio lebih tinggi. Peternak harus
meningkatkan jumlah kepemilikan sapi perah, pemberian pakan hijauan dan pakan ampas
sehingga produksi susu sapi perah akan meningkat dan meningkatkan pendapatan peternak.
Kata Kunci: sapi perah, kinerja, fungsi produksi, pendapatan, R/C rasio

47
Gabriella Stephanie Gultom, dan Suharno

PENDAHULUAN bahwa usaha sapi perah masih memiliki


Sektor peternakan merupakan salah peluang untuk dilaksanakan.
satu sektor yang berkontribusi terhadap Jawa Barat merupakan salah satu
Produk Domestik Bruto (PDB) di provinsi di Indonesia yang cocok sebagai
Indonesia. Kontribusi sektor peternakan pengembangan agribisnis sapi perah. Hal
terhadap PDB tahun 2012 sebesar tersebut terlihat dari jumlah populasi sapi
12,21% dan meningkat lagi tahun 2013 perah di Jawa Barat yang menempati
mejadi 12,59% (BPS, 2014). Sektor ini urutan ketiga setelah Jawa Timur dan
masih dijadikan sebagai usaha untuk Jawa Tengah. Sedangkan produksi
memenuhi kebutuhan hidup bagi susunya menempati urutan kedua setelah
masyarakat di Indonesia, tercermin dari Jawa Timur (Deptan, 2014).
populasi ternak yang dimiliki peternak Kota Bogor adalah salah satu
setiap tahun semakin meningkat wilayah di Jawa Barat yang sebagian dari
(Lampiran 1). Hal tersebut membuktikan masyarakatnya masih mengusahakan sapi
bahwa usaha ternak menguntungkan perah sebagai penghasilan utama
untuk dijalankan. keluarga. Usaha ternak yang dulu pernah
Salah satu hewan ternak penghasil berjaya di Kota Bogor dan merupakan
protein yang berasal dari susu adalah sapi ikon dari susu murni terletak di
perah. Permintaan akan susu terus Kelurahan Kebon Pedes. Namun
mengalami peningkatan karena masya- peningkatan jumlah penduduk di Kota
rakat semakin memiliki kesadaran akan Bogor memberikan dampak pada usaha
kebutuhan nutrisi untuk tubuhnya. ternak tersebut. Pemerintah Kota Bogor
Produksi susu di Indonesia dari tahun ke telah berusaha merealokasi usaha
tahun juga mengalami peningkatan. Pada peternakan di Kelurahan Kebon Pedes ke
tahun 2010 produksi susu sebesar daerah Kawasan Usaha Peternakan
909.500 ton, tahun 2011 sebesar 974.700 (KUNAK) di Kecamatan Cibungbulang.
ton, tahun 2012 mengalami penurunan Namun, peternak menolak rencana
menjadi 959.700 ton dan meningkat tersebut karena memiliki banyak kendala
kembali pada tahun 2013 (angka mulai dari modal untuk menyewa
sementara) yaitu sebesar 981.600 ton kandang, tenaga kerja dan pemasaran
(Deptan, 2014). Namun, peningkatan susu sapi. Alasan lainnya adalah peternak
hasil produksi susu masih lebih rendah tidak mau meninggalkan kampung
dibandingkan dengan permintaan akan halaman serta warisan usaha turun
susu. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi temurun dari keluarganya.
susu nasional yaitu pada tahun 2010 Terdapat dua kelompok ternak yang
sebesar 3.173.050 ton, kemudian masih aktif melakukan usaha sapi perah
meningkat tahun 2011 (angka sementara) untuk menghasilkan susu segar.
menjadi sebesar 3.494.810 ton dan Kelompok ternak tersebut adalah
mengalami penurunan tahun 2012 (angka Kelompok Ternak Maju Terus dan
estimasi) menjadi 2.738.510 ton Kelompok Ternak Sumber Makmur.
(Ditjennak, 2014). Hal ini menunjukkan Pelaksanaan usaha ternak masih
48
Kinerja Usaha Ternak Sapi Perah …

menggunakan cara tradisional yang duksi susu untuk menjaga keberlang-


didapatkan dari keluarga peternak. sungan produksi susu sapinya. Kendala
Peternakan sapi di Kelurahan Kebon pakan juga dialami peternak akibat dari
Pedes tergolong pada peternakan sapi tidak ada lahan untuk menanam hijauan
rakyat dimana kepemilikan sapi berkisar sehingga pakan hijauan yang diberikan
1 sampai 9 ekor. Rata-rata kepemilikan kepada sapi laktasi juga tidak optimal.
sapi perah di kedua kelompok tersebut Hal tersebut sangat berpengaruh kepada
ialah 7 sampai 8 ekor per peternak hasil produksi susu sapi perah tersebut.
sedangkan produktivitas rata-rata sebesar Sudono (1999) mengatakan bahwa
9 sampai 10 liter perekor perhari. terdapat beberapa faktor yang mem-
Atmakusuma (2012) dan Harmini et al. pengaruhi kualitas, kuantitas dan susunan
(2012) mengatakan bahwa produksi susu susu adalah bangsa/rumpun sapi, lama
peternak Indonesia umumnya kurang dari bunting, masa laktasi, besarnya sapi,
atau sama dengan 10 liter perekor perhari, estrus (berahi), umur, selang beranak
sekalipun menggunakan bibit sapi unggul (calving interval), masa kering, frekuensi
yang sebenarnya mampu berproduksi 15 pemerahan, makanan dan tata laksana.
sampai 20 liter perekor perhari (Yusdja, Ako (2013) menyatakan bahwa ada dua
2005). Walaupun memiliki peluang yang faktor yang mempengaruhi produksi dan
tinggi untuk berusaha ternak sapi perah, kualitas air susu yaitu faktor internal dan
namun skala usaha yang relatif kecil dan faktor eksternal. Pada faktor internal
produksi susu yang rendah akan sangat terdiri dari bangsa/ rumpun/ breed,
berpengaruh terhadap kinerja usaha yang keturunan, masa laktasi, umur, kondisi
tercermin dari tingkat pendapatan atau ternak dan ambing, siklus estrus (berahi)
keuntungan yang akan diperoleh. dan kebuntingan. Sedangkan faktor eks-
Usaha ternak yang berhasil terlihat ternal terdiri dari musim/iklim, interval
dari kinerja usaha yang baik dalam pemerahan, lama masa kering, peng-
menghasilkan produksi susu yang aturan calving interval, pemberian obat-
optimal. Produksi susu yang optimal obatan, pemberian hormon, penyakit,
dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi pergantian pemerah dan makanan.
yang mendukungnya. Skala usaha ternak Anisa (2008) mendapatkan faktor-
sapi perah di Kelurahan Kebon Pedes faktor yang mempunyai pengaruh nyata
relatif kecil dan tergolong ke dalam terhadap produksi susu sapi perah di
peternakan rakyat. Sehingga hasil wilayah kerja KPSBU Lembang
produksi susu sapinya juga relatif kecil. Kabupaten Bandung adalah jumlah sapi
Kendala modal yang dialami peternak laktasi dan ampas tahu. Berbeda halnya
menjadikan mereka berusaha pada dengan Heriyanto (2009) dan Karunia-
jumlah sapi laktasi yang rendah. Sapi wati (2012) menyatakan bahwa faktor-
laktasi yang dimiliki peternak di Kebon faktor yang mempengaruhi produksi susu
Pedes juga sering diperjualbelikan karena sapi perah pada peternak adalah jumlah
produksi susu yang dihasilkan rendah pemberian pakan konsentrat sapi
atau mencari sapi yang akan mempro- berproduksi, jumlah pemberian pakan
49
Gabriella Stephanie Gultom, dan Suharno

hijauan sapi berproduksi dan masa laktasi faktor yang mempengaruhi produksi susu
sapi yang berproduksi sedangkan faktor di tingkat peternak di Kelurahan Kebon
biaya usaha tidak berpengaruh nyata. Hal Pedes, Kota Bogor serta menganalisis
tersebut senada dengan pernyataan kinerja peternak di Kelompok Ternak
Alpian (2010) dan Apriani (2011) yang Maju Terus dan Kelompok Ternak
menyatakan bahwa faktor yang paling Sumber Makmur di Kelurahan Kebon
berpengaruh terhadap produksi susu pada Pedes dalam usaha ternak sapi perahnya
sapi perah adalah pemberian pakan yaitu melalui pendekatan fungsi produksi,
berupa pakan hijauan dan konsentrat. analisis pendapatan dan analisis rasio
Karuniawati (2012) menambahkan fakor R/C.
mineral, air dan penggunaan tenaga kerja
sebagai faktor-faktor yang dapat me- KERANGKA PEMIKIRAN
ningkatkan produksi susu. Wahyudi Konsep Produksi dan Fungsi Produksi
(2014) mengatakan bahwa produktivitas Nicholson (2000) menjelaskan bah-
(produksi susu sapi) akan mempengaruhi wa fungsi produksi merupakan hubungan
pendapatan peternak sapi perah. matematik antara input dengan output.
Kinerja yang baik akan memberikan Semaoen dan Siti (2011) menyatakan
keuntungan yang baik bagi usaha ternak bahwa fungsi produksi adalah hubungan
tersebut. Kinerja suatu usaha dikatakan antara output maksimum yang diperoleh
baik dapat dilihat berdasarkan seberapa dengan menggunakan sejumlah faktor
besar tingkat pendapatan yang diterima produksi tertentu. Sedangkan Sudarsono
peternak dan seberapa besar tambahan (1995) dan Debertin (1986) mengatakan
pendapatan yang dihasilkan jika peng- bahwa fungsi produksi adalah hubungan
usaha tersebut menambah satu satuan teknis yang mengubah input (faktor
biaya produksinya. Pertanyaannya adalah produksi) menjadi hasil produksinya
apa saja faktor-faktor yang mem- (output). Fungsi produksi adalah sebagai
pengaruhi produksi susu sapi perah yang berikut:
dipelihara oleh peternak di Kelurahan
Y = f(X1, X2, X3,…, Xn│Xp)
Kebon Pedes, Kota Bogor? Berdasarkan
besarnya tingkat pendapatan dan rasio Keterangan:
Y = Hasil produksi (output)
R/C, bagaimana kinerja peternak di f = Mentransformasikan faktor-faktor produksi ke
Kelompok Ternak Maju Terus dan dalam hasil produksi
X1, X2, X3,…,Xn = Input variabel
peternak di Kelompok Ternak Sumber Xp = Input tetap.
Makmur pada lokasi yang sama di
Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor? Teori Pendapatan
Manakah kinerja yang lebih baik? Penerimaan usahatani ialah hasil
Berdasarkan uraian tersebut, maka kajian perkalian antara produksi yang diperoleh
kinerja usaha ternak sapi perah penting dengan harga jual (Soekartawi, 2002).
dilakukan untuk menjawab pertanyaan Secara matematis total penerimaan atau
tersebut. Oleh karena itu penelitian ini total pendapatan (Total Revenue) dapat
bertujuan untuk menganalisis faktor- dirumuskan sebagai berikut:

50
Kinerja Usaha Ternak Sapi Perah …

TR = Py.Y
Keterangan : METODE PENELITIAN
TR = Total Revenue atau total penerimaan (Rp) Lokasi dan Waktu Penelitian
Py = Price atau harga pasar (Rp)
Y = Output atau hasil produksi (satuan). Penelitian ini dilaksanakan di usaha
ternak sapi perah pada dua kelompok
Total penerimaan yang dikurangi ternak yaitu Kelompok Ternak Maju
dengan total biaya yang dikeluarkan Terus dan Kelompok Ternak Sumber
disebut dengan pendapatan bersih atau Makmur di Kelurahan Kebon Pedes, Kota
keuntungan (profit) yang diterima oleh Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ini
petani ataupun pengusaha. Biaya tunai dilakukan secara sengaja (purposive)
merupakan biaya yang dikeluarkan dalam dengan pertimbangan bahwa Kelurahan
bentuk tunai (uang). Sedangkan biaya Kebon Pedes merupakan salah satu sentra
non tunai (biaya diperhitungkan) meru- peternakan sapi perah di Kota Bogor.
pakan biaya yang dikeluarkan petani Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan
/peternak bukan dalam bentuk uang tunai, pada bulan Januari 2014 hingga bulan
tetapi diperhitungkan dalam perhitungan Maret 2014.
usahatani/ternak, seperti upah tenaga Jenis data yang dibutuhkan dalam
kerja dalam keluarga, penyusutan, biaya penelitian ini adalah data primer dan data
sewa lahan dan sebagainya. Pendapatan sekunder. Data primer berasal dari
bersih atau keuntungan dapat dirumuskan informasi tentang produksi susu pada satu
sebagai berikut : sapi laktasi dengan pengambilan data “on
the spot” di bulan Januari dan Februari
Pd = TR – TC 2015 dengan laktasi sapi berkisar antara
Keterangan: laktasi ketiga dan keempat, total
Pd = Pendapatan bersih atau keuntungan (Rp) penerimaan dan total biaya untuk
TR = Total penerimaan (Rp)
TC = Total biaya tunai dan non tunai (Rp). menghasilkan susu segar per ekor sapi
laktasi yang diperoleh secara langsung
Moeheriono (2010) mengatakan dari 32 responden yang terdiri dari 19
bahwa kinerja atau performance merupa- orang peternak sapi perah pada
kan gambaran mengenai tingkat pen- Kelompok Ternak Maju Terus dan 13
capaian pelaksanaan suatu program orang peternak Kelompok Ternak
kegiatan atau kebijakan dalam me- Sumber Makmur di Kelurahan Kebon
wujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi Pedes. Pengumpulan data primer dilaku-
organisasi yang dituangkan melalui kan dengan menggunakan metode
perencanaan strategis suatu organisasi. recalling kepada 32 peternak sapi perah
Salah satu cara untuk mengukur di Kelurahan Kebon Pedes dan
kinerja usaha, selain dari pendapatan menggunakan kuesioner yang langsung
usahanya adalah dengan melihat rasio dipandu oleh peneliti. Data sekunder
R/C (Return Cost Ratio). Rasio R/C berasal dari literatur-literatur terkait
adalah perbandingan antara penerimaan dengan topik penelitian yaitu berupa
dan biaya (Soekartawi, 2002). informasi tempat tinggal peternak, data-
51
Gabriella Stephanie Gultom, dan Suharno

data tentang produksi dan konsumsi susu pangkat dua adalah fungsi Cobb-Douglas
di Indonesia yang berasal dari buku, ini tidak mempunyai nilai maksimum.
artikel, jurnal, data dari instansi seperti Model yang digunakan untuk
Dinas Peternakan, BPS dan sebagainya menganalisis faktor-faktor yang yang
ataupun melalui pencarian data di inter- mempengaruhi produksi susu sapi perah
net. Pengumpulan data sekunder dilaku- ditingkat peternak ialah model Cobb-
kan dengan penelusuran pustaka-pustaka Douglas di mana terdapat dua variabel
terkait baik melalui media cetak, internet yaitu variabel Y sebagai peubah tak bebas
serta mendatangi instansi terkait untuk (variabel dependen) dalam hal ini adalah
memperoleh data yang dibutuhkan. produksi susu sapi perah yang dipelihara
Fungsi produksi Cobb-Douglas peternak serta variabel X1, X2, X3, X4
merupakan salah satu fungsi yang paling sebagai peubah bebas (variabel inde-
sering digunakan untuk analisis produksi penden) yaitu jumlah sapi laktasi, jumlah
pada usahatani. Menurut Soekartawi pemberian pakan hijauan, jumlah pem-
(2002) fungsi produksi Cobb-Douglas berian pakan konsentrat dan jumlah
merupakan suatu fungsi atau persamaan pemberian ampas.
yang melibatkan dua atau lebih variabel. Dalam menduga parameter dalam
Varibel yang dijelaskan disebut sebagai persamaan fungsi Cobb-Douglas maka
variabel dependen (Y) dan variabel yang harus diubah terlebih dahulu ke dalam
menjelaskan disebut sebagai variabel bentuk double logaritme natural (Ln),
independen (X). Variabel dependen bentuk persamaanya menjadi:
berupa output sedangkan variabel in-
dependen berupa input. Adapun Ln Y = Lnβ0 + β1LnX1 + β2LnX2 + β3LnX3
persamaan matematis mengenai fungsi + β4LnX4 + ε
produksi Cobb-Douglas dengan n Keterangan:
variabel bebas secara umum adalah Y = Produktivitas susu sapi perah (liter/ekor/hari)
X1 = Jumlah sapi laktasi (hari)
sebagai berikut (Soekartawi et al., 1986): X2 = Jumlah pemberian pakan hijauan (kg/hari)
X3 = Jumlah pemberian pakan konsentrat (kg/hari)
X4 = Jumlah pemberian ampas (kg/hari)
Y= aoX1a1X2a2… Xnan β0 = Konstanta
β1,β2,β3 dan β4 = Koefisien parameter dugaan X1, X2,
Keterangan: X3 dan X4
Y= Variabel dependen ε = eror.
X= Variabel independen
a = Koefisien.
Faktor-faktor produksi yang diguna-
Nilai a1 harus positif dan lebih kecil kan di atas diperoleh dari penelitan
dari satu agar relevan dengan asumsi terdahulu, data historis dan disesuaikan
Cobb-Douglas. Sehingga berlaku hukum dengan kondisi di lapang yang terkait
tambahan hasil yang semakin berkurang dengan faktor-faktor yang mempe-
(the law of diminishing returns) untuk ngaruhi produksi.
semua variabel X. Perbedaannya dengan Adapun hipotesis penelitian adalah
fungsi produksi kuadratik dan akar sebagai berikut:

52
Kinerja Usaha Ternak Sapi Perah …

1. β1 > 0 artinya apabila semakin banyak menunjukkan adanya tingkat kelayakan


jumlah sapi laktasi maka produksi berdasarkan asumsi OLS (Ordinary Least
susu sapi perah akan semakin Square) yaitu dengan mencari koefisien
meningkat. model melalui pengepasan (fitting) antara
2. β2 > 0 artinya apabila semakin banyak model dengan data sampel. Sehingga
pemberian pakan hijauan maka mendapat estimasi yang BLUE (Best
produksi susu sapi perah akan semakin Linear Unbiased Estimator).
meningkat. Adapun asumsi OLS yang di-
3. β3 > 0 artinya apabila semakin banyak maksud adalah model linier dalam
pemberian konsentrat maka produksi parameter, tidak terdapat autokorelasi,
susu sapi perah akan semakin tidak terdapat multikolinier antara
meningkat. variabel independen, ragamnya homogen
4. β4 > 0 artinya apabila semakin banyak (homoskedastisitas) dan data menyebar
pemberian pakan ampas maka normal (normalitas). Model linier dalam
produksi susu sapi perah akan semakin koefisien (parameter) dapat dilihat dari
meningkat. hasil output dimana parameter ber-
Taraf nyata yang digunakan dalam derajad satu (berpangkat satu). Pengujian
penelitian ini yaitu pada taraf nyata 15 multikolinearitas dilakukan agar variabel
persen. independen yang digunakan tidak saling
mempengaruhi satu sama lain. Pengujian
HASIL DAN PEMBAHASAN heteroskedastisitas pada model dengan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi menggunakan pendekatan plot data.
Produksi Susu Sapi Perah Pengujian terhadap normalitas terlihat
Setiap usaha yang dijalankan ber- dari histogram bahwa data menyebar
tujuan untuk mencapai keuntungan yang normal atau pada nilai Jarque-Bera
maksimal. Begitu juga pada usaha ternak dimana nilai P-value > α membuktikan
sapi perah, peternak pasti menginginkan bahwa sebaran data menyebar normal.
hasil yang maksimal bagi usahanya. Pengujian tersebut dapat dilihat pada
Maka perlu dipahami mengenai faktor- Lampiran 3, 4 dan 5. Syarat asumsi OLS
faktor apa saja yang dapat mem- terpenuhi dan hal tersebut menunjukkan
pengaruhi produksi susu sapi perah. bahwa model fungsi produksi tersebut
Berdasarkan hasil pengolahan data dapat digunakan dalam menduga
(dapat dilihat pada Lampiran 2) dengan hubungan antara variabel bebas (input
menggunakan software EViews 7 diper- produksi) yang digunakan terhadap hasil
oleh model fungsi produksi: produksi (output) dalam kegiatan usaha
ternak sapi perah.
Y = -479,6199 + 288,7596 X1 + 0,2681 Hasil pendugaan model dengan
X2 + 0,1233 X3 + 0,4159 X4 menggunakan model fungsi regresi
berganda diperoleh bahwa nilai koefisien
Model penduga fungsi produksi determinasi (R-squared) sebesar 97,70
yang telah dilakukan analisis dapat persen dengan nilai determinasi ter-
53
Gabriella Stephanie Gultom, dan Suharno

koreksi (Adjusted R-squared) sebesar sapi perah. Rata-rata jumlah kepemilikan


97,36 persen. Nilai koefisien determinasi sapi laktasi peternak ialah 7 sampai 8
(R-squared) tersebut menunjukkan ekor. Kepemilikan sapi perah di
bahwa sebesar 97,70 persen dari variasi Indonesia kurang dari atau sama dengan
produksi dapat dijelaskan secara 10 ekor perpeternak (Yusdja, 2005;
bersama-sama oleh faktor jumlah sapi Harmini et al., 2012; Atmakusuma,
laktasi, jumlah pemberian pakan hijauan, 2012). Rendahnya jumlah kepemilikan
jumlah pemberian konsentrat dan jumlah sapi laktasi tersebut disebabkan oleh
pemberian pakan ampas. Sedangkan 2,3 kendala yang dimiliki peternak berupa
persen lagi dijelaskan oleh faktor-faktor modal. Hal tersebut sesuai dengan
lain diluar model. pernyataan Karuniawati (2012).
Dengan hipotesis penelitian penulis Variabel jumlah sapi laktasi
telah terbukti bahwa: mempunyai pengaruh nyata terhadap
1. Jumlah sapi laktasi berpengaruh produksi susu sapi peternak. Berdasar-
positif dan nyata pada taraf nyata 15 kan nilai koefisien parameter faktor
persen terhadap produksi susu sapi jumlah sapi laktasi mempunyai nilai
perah peternak. positif yaitu sebesar 288,7596. Nilai
2. Pemberian pakan hijauan ber- tersebut menunjukkan bahwa apabila
pengaruh positif dan nyata pada taraf jumah sapi laktasi bertambah sebesar satu
nyata 15 persen terhadap produksi persen maka akan meningkatkan
susu sapi perah peternak. produksi susu sapi perah sebesar
3. Pemberian konsentrat berpengaruh 288,7596 persen dengan mengganggap
positif dan tidak nyata pada taraf nyata faktor lain tetap (cateris paribus).
15 persen terhadap produksi susu sapi Pernyataan tersebut sesuai dengan
perah peternak. hipotesis sebelumnya yang menyatakan
4. Pemberian pakan ampas berpengaruh bahwa penambahan jumlah sapi laktasi
positif dan nyata pada taraf nyata 15 akan meningkatkan produksi sapi perah
persen terhadap produksi susu sapi serta senada dengan pernyataan Mukson
perah peternak. et al. (2009), Anisa (2008) dan Astuti et
Nilai koefisien dalam model fungsi al. (2010).
regresi berganda merupakan nilai
elastisitas produksi dari variabel-variabel 2. Faktor Jumlah Pemberian Pakan
produksi tersebut. Berdasarkan hasil Hijauan (X2)
output pada Lampiran 2, maka pengaruh Pakan hijauan merupakan pakan
masing-masing variabel bebas terhadap utama bagi sapi perah. Hijauan
produksi susu dapat diuraikan sebagai mempunyai kandungan energi relatif
berikut: rendah namun merupakan sumber
1. Faktor Jumlah Sapi Laktasi (X1) vitamin dan mineral yang baik untuk
Jumlah sapi laktasi yang dimiliki ternak sapi perah. Rata-rata pemberian
peternak akan menentukan berapa jumlah pakan hijauan kepada sapi perah oleh
produksi susu suatu usaha peternakan peternak sebesar 44,34 kilogram
54
Kinerja Usaha Ternak Sapi Perah …

persatuan ternak perhari. Pemberian berbeda pada peternakan di Kabupaten


pakan hijauan tersebut tidak jauh berbeda Bogor yaitu 6,26 kilogram persatuan
di wilayah kerja KPSBU Lembang yaitu ternak perhari (Karuniawati, 2012).
sebesar 43,30 kilogram persatuan ternak Berbeda dengan hasil penelitian Anisa
perhari (Anisa, 2008). Berbeda dengan (2008) di wilayah kerja KPSBU Lembang
hasil penelitian Karuniawati (2012) di bahwa pemberian konsentrat kepada sapi
Kabupaten Bogor bahwa pemberian perah sebesar 9,56 kilogram persatuan
pakan hijauan kepada sapi perah hanya ternak perhari.
sebesar 38,69 kilogram persatuan ternak Variabel konsentrat tidak ber-
perhari. pengaruh nyata secara statistik terhadap
Variabel hijauan mempunyai pe- produksi susu sapi perah. Sedangkan
ngaruh nyata terhadap produksi susu sapi berdasarkan nilai koefisien parameter
perah. Berdasarkan nilai koefisien pemberian konsentrat mempunyai nilai
parameter pemberian pakan hijauan positif yaitu sebesar 0,1233. Nilai
mempunyai nilai positif yaitu sebesar koefisien regresi tersebut mengandung
0,2681. Nilai tersebut menunjukkan arti bahwa apabila terjadi penambahan
bahwa apabila pemberian pakan hijauan faktor produksi berupa konsentrat sebesar
bertambah sebesar satu persen maka akan satu persen maka akan meningkatkan
meningkatkan produksi susu sapi perah produksi sapi perah sebanyak 0,1233
sebesar 0,2681 persen dengan meng- persen dengan menganggap faktor lain
anggap faktor lain tetap (cateris paribus). tetap (ceteris paribus). Pernyataan
Pernyataan tersebut sesuai dengan tersebut sesuai dengan hipotesis
hipotesis sebelumnya yang menyatakan sebelumnya yang menyatakan bahwa
bahwa penambahan jumlah sapi laktasi penambahan konsentrat sebanyak satu
akan meningkatkan produksi sapi perah persen akan meningkatkan produksi susu
serta senada dengan pernyataan sapi perah namun tidak signifikan secara
Heriyanto (2009), Alpian (2010), Apriani statistik. Hal tersebut senada dengan
(2011) dan Karuniawati (2012). pernyataan Mukson et al. (2009),
Karuniawati (2012) dan Anisa (2008).
3. Faktor Jumlah Pemberian Konsentrat Peternak di Kelurahan Kebon Pedes
(X3) tidak memiliki takaran yang jelas dalam
Konsentrat merupakan makanan pemberian konsentrat. Konsentrat diberi-
penguat ternak yang berasal dari biji- kan secara asal-asalan oleh peternak
bijian dan limbah pertanian seperti bahkan ada peternak yang tidak mem-
jagung, menir, bulgur, hasil ikutan berikan konsentrat pada sapi laktasinya.
pertanian dari pabrik seperti dedak, katul, Konsentrat adalah jenis pakan yang
bungkil kelapa, bungkil kacang tanah dan mengandung energi dan protein yang
molases. Peternak memberikan konsen- tinggi dan serat kasar rendah (Ako, 2013).
trat kepada sapi perah rata-rata sebesar Sehingga pemberian konsentrat akan
5,09 kilogram persatuan ternak perhari. mempengaruhi kualitas susu dan bukan
Pemberian konsentrat tersebut tidak jauh

55
Gabriella Stephanie Gultom, dan Suharno

kepada kuantitas produksi susu sapi perah Kinerja Usaha Ternak Sapi Perah
tersebut. Kinerja atau performance adalah
hasil kerja yang dapat dicapai oleh
4. Faktor Jumlah Pemberian Pakan seseorang atau sekelompok orang dalam
Ampas (X4) suatu organisasi baik secara kuantitatif
Pakan ampas merupakan limbah maupun kualitatif yang dalam penelitian
yang berasal dari pembuatan tahu dan ini pada kedua kelompok ternak.
tempe yang dapat dimanfaatkan sebagai Pengukuran kinerja usaha ternak dari
pakan tambahan bagi ternak sapi perah. kedua kelompok ternak adalah dengan
Peternak memberikan pakan ampas menghitung dan membandingkan tingkat
kepada sapi perah dengan rata-rata pendapatan dan rasio R/C (Return Cost
sebesar 6,53 kilogram persatuan ternak Ratio) yang dihasilkan dalam usaha
perhari. Pemberian pakan ampas tersebut ternak sapi perahnya.
tidak jauh berbeda pada peternakan di
Kabupaten Bogor yaitu sebesar 7,47 Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah
kilogram persatuan ternak perhari Penerimaan usaha ternak merupa-
(Karuniawati, 2012). Berbeda dengan kan nilai produksi yang diperoleh dalam
hasil penelitian Anisa (2008) di wilayah jangka waktu tertentu. Penerimaan usaha
kerja KPSBU Lembang bahwa ternak merupakan hasil perkalian antara
pemberian pakan ampas kepada sapi jumlah produksi total susu segar dengan
perah sebesar 14,75 kilogram persatuan harga jual dari hasil produksi tersebut.
ternak perhari. Penerimaan usaha ternak sapi perah
Variabel pakan ampas berpengaruh terdiri atas penerimaan tunai dan
nyata terhadap produksi susu sapi perah. penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai
Sedangkan berdasarkan nilai koefisien berasal dari penjualan susu ke konsumen
regresi faktor produksi pakan ampas secara langsung, ke loper dan ke KPS
mempunyai nilai positif yaitu sebesar Bogor. Penerimaan tidak tunai berasal
0,4159. Nilai koefisien regresi tersebut dari susu yang diberikan ke pedet.
mengandung arti bahwa apabila terjadi Penelitian ini hanya membahas mengenai
penambahan faktor produksi berupa penerimaan usaha ternak pada sapi laktasi
pakan ampas sebesar satu persen maka atau sapi produksi saja.
akan meningkatkan produksi sapi perah Rata-rata harga jual susu segar
sebanya 0,4159 persen dengan meng- peternak di Kelompok Ternak Maju
anggap faktor lain tetap (ceteris paribus). Terus sebesar Rp 6.867 per liter.
Pernyataan tersebut sesuai dengan Sedangkan harja jual susu segar peternak
hipotesis sebelumnya yang menyatakan di Kelompok Ternak Sumber Makmur
bahwa penambahan pakan berupa ampas sebesar Rp 5.045 per liter nya. Rata-rata
sebanyak satu satuan akan meningkatkan penerimaan total peternak di Kelompok
produksi susu sapi perah serta senada Ternak Maju Terus adalah sebesar Rp
dengan pernyataan Anisa (2008) dan 2.582.953,38 sedangkan rata-rata pene-
Alpian (2010). rimaan total peternak di Kelompok
56
Kinerja Usaha Ternak Sapi Perah …

Ternak Sumber Makmur adalah sebesar Kelompok Ternak Maju Terus Rp


Rp 1.729.627,80. 320.216,38 sedangkan total biaya yang
diperhitungkan sebesar Rp 347.160,71.
Struktur Biaya Usaha Ternak Sapi Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Perah persentase biaya tunai lebih dominan
Biaya usaha ternak sapi perah terdiri dibandingkan dengan biaya yang
dari dua komponen, yaitu biaya tunai dan diperhitungkan.
biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai Jumlah biaya total merupakan
meliputi jumlah uang yang dibayarkan penjumlahan dari total biaya tunai dan
untuk pembelian barang dan jasa bagi total biaya yang diperhitungkan. Jumlah
usaha ternak. Sedangkan biaya yang biaya total pada Kelompok Maju Terus
diperhitungkan meliputi pengeluaran sebesar Rp 1.184.375,23 sedangkan pada
tidak tunai yang dikeluarkan oleh Kelompok Sumber Makmur sebesar Rp
peternak sebagai opportunity cost lahan 1.272.022,89.
milik pribadi, tenaga kerja dalam
keluarga dan penyusutan dari sarana Pendapatan dan R/C rasio Usaha
produksi (Soekartawi et al., 1986). Ternak Sapi Perah
Biaya tunai dalam usaha ternak sapi Pendapatan usaha ternak diperoleh
perah terdiri dari biaya pembelian pakan dari selisih antara penerimaan dengan
hijauan, konsentrat, pakan ampas, biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan
mineral, pelicin ambing, obat-obatan dan usaha ternak tersebut. Pendapatan di-
vitamin, tenaga kerja luar keluarga, bedakan menjadi dua macam yaitu
transportasi, listrik, dan biaya iuran pendapatan atas biaya tunai dan
koperasi. Biaya tunai tersebut dikeluar- pendapatan atas biaya total.
kan sesuai dengan jumlah ternak yang Rata-rata pendapatan atas biaya
dimiliki peternak. Biaya listrik dan iuran tunai untuk satu ekor sapi laktasi pada
koperasi merupakan biaya yang bersifat bulan Januari 2014 pada peternak di
tetap yang harus dikeluarkan oleh Kelompok Ternak Maju Terus sebesar Rp
peternak. Biaya tetap adalah biaya yang 1.718.794,53 sedangkan rata-rata pen-
relatif tetap jumlahnya, dan terus dapatan atas total biayanya sebesar Rp
dikeluarkan walaupun produksi yang 1.398.578,15. Rata-rata pendapatan
diperoleh banyak atau sedikit. Total biaya peternak di Kelompok Ternak Maju terus
tunai pada Kelompok Ternak Maju Terus lebih tinggi dibandingkan peternak di
sebesar Rp 864.158,85 dan total biaya Kelompok Ternak Sumber Makmur yang
tunai pada Kelompok Ternak Sumber memiliki rata-rata pendapatan atas biaya
Makmur sebesar Rp 924.862,18. tunai untuk satu ekor sapi laktasi pada
Biaya diperhitungkan terdiri dari bulan Januari tahun 2014 sebesar Rp
biaya upah tenaga kerja dalam keluarga, 804.765,62 dan rata-rata pendapatan atas
penyusutan kandang, penyusutan peralat- biaya total adalah sebesar Rp 457.604,91.
an dan biaya sewa lahan untuk kandang. Rata-rata hasil perhitungan analisis
Total biaya yang diperhitungkan pada rasio R/C atas biaya tunai untuk satu ekor
57
Gabriella Stephanie Gultom, dan Suharno

sapi laktasi pada peternak di Kelompok ekor sapi laktasi adalah 1,87 dan nilai
Ternak Maju Terus adalah 2,99. Nilai rasio R/C atas biaya total untuk satu ekor
tersebut mempunyai arti bahwa setiap sapi laktasi adalah 1,36. Adapun hasil
pengeluaran tunai sebesar Rp 1, akan penelitian Karuniawati (2012) pada
menghasilkan penerimaan sebesar Rp peternak Kelompok Ternak Mekar Jaya,
2,99. Sedangkan rata-rata rasio R/C atas Desa Cipayung, Kecamatan Megamen-
biaya total untuk satu ekor sapi laktasi di dung, Kabupaten Bogor yang memiliki
Kelompok Ternak Maju Terus ini sebesar rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi
2,18. Nilai tersebut mempunyai arti sebesar lima ekor per peternak dengan
bahwa setiap Rp 1 biaya total yang rata-rata produktivitas susu 8-10 liter/
dikeluarkan peternak memperoleh pene- ekor/hari dan rata-rata pendapatan atas
rimaan sebesar Rp 2,18. Pada peternak di biaya tunai sebesar Rp 458.980,68 dan
Kelompok Ternak Sumber Makmur, rata- pendapatan atas biaya total sebesar Rp
rata rasio R/C atas biaya tunai untuk satu 238.994,15 serta nilai rasio R/C atas
ekor sapi laktasi adalah 1,87. Nilai ini biaya tunai sebesar 1,64 dan nilai rasio
mempunyai arti bahwa setiap Rp 1 biaya R/C atas biaya total sebesar 1,25.
tunai, akan menghasilkan penerimaan Apabila kinerja ketiga kelompok
sebesar Rp 1,87. Sedangkan rata-rata ternak tersebut dibandingkan maka dapat
rasio R/C atas biaya total untuk satu ekor dilihat bahwa kinerja Kelompok Ternak
sapi laktasi adalah 1,36. Nilai tersebut Maju Terus lebih baik karena memiliki
mempunyai arti bahwa setiap penge- nilai R/C rasio tertinggi. Selanjutnya
luaran biaya tunai sebesar Rp 1, akan kinerja Kelompok Ternak Sumber
menghasilkan penerimaan sebesar Rp Makmur juga lebih baik dibandingkan
1,36. Hasil perhitungan analisis pen- kinerja Kelompok Ternak Mekar Jaya
dapatan dan rasio R/C dapat dilihat pada yang ditandai oleh lebih tingginya nilai
Lampiran 6 dan 7. rasio R/C yang dihasilkan. Namun, ketiga
Berdasarkan hasil tingkat pen- kelompok ternak tersebut sudah memiliki
dapatan dan nilai rasio R/C di kedua usaha ternak sapi perah yang meng-
kelompok ternak tersebut maka dapat untungkan. Hal tersebut dapat dilihat dari
dilihat bahwa kinerja Kelompok Ternak nilai rasio R/C ketiga kelompok tersebut
Maju Terus lebih baik karena memiliki memiliki nilai yang lebih besar dari satu,
nilai pendapatan dan nilai rasio R/C yang namun bila dilihat dari rendahnya tingkat
lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pendapatan peternak maka usaha ternak
di Kelompok Ternak Sumber Makmur. tersebut belum dapat dikatakan ekonomis
Peternak Kelompok Ternak Maju terus dari segi bisnis.
memiliki nilai rasio R/C atas biaya tunai
untuk satu ekor sapi laktasi adalah 2,99 SIMPULAN DAN SARAN
dan rasio R/C atas biaya total untuk satu Simpulan
ekor sapi laktasi adalah 2,18. Sedangkan 1. Faktor–faktor yang mempunyai pe-
di Kelompok Ternak Sumber Makmur, ngaruh signifikan terhadap produksi
nilai rasio R/C atas biaya tunai untuk satu susu sapi perah pada peternak di
58
Kinerja Usaha Ternak Sapi Perah …

Kelurahan Kebon Pedes, Kota Bogor Saran


adalah jumlah sapi laktasi, jumlah Saran yang diberikan adalah pe-
pemberian pakan hijauan dan jumlah ternak perlu meningkatkan jumlah ke-
pemberian pakan ampas. Sedangkan pemilikan sapi laktasi, kuantitas dan
faktor konsentrat tidak mempunyai kualitas pakan hijauan, konsentrat dan
pengaruh nyata terhadap produksi pakan ampas dengan tepat agar pro-
susu. Penambahan jumlah sapi laktasi, duktivitas produksi susu sapi meningkat.
penggunaan pakan hijauan, konsen- Karena faktor tersebut diduga mem-
trat, pakan ampas merupakan faktor pengaruhi produksi susu sapi perah.
yang dapat meningkatkan produksi Pemberian pakan tersebut harus
susu. dilakukan dengan takaran yang benar
2. Rata–rata tingkat pendapatan usaha (bukan asal-asalan) karena hal ini akan
ternak atas biaya tunai per ekor sapi berdampak pada pemborosan biaya
laktasi peternak di Kelompok Ternak pakan. Untuk penelitian selanjutnya,
Maju Terus sebesar Rp 1.718.794,53 faktor sumberdaya manusia sebagai
sedangkan pendapatan rata-rata atas pengelola usaha ternak perlu dikaji secara
biaya total sebesar Rp 1.398.578,15 mendalam serta menambah variabel
per ekor sapi laktasi dengan nilai R/C lainnya karena faktor tersebut dapat
ratio atas biayatunai sebesar 2,99 dan meningkatkan produktivitas sapi perah
atas biaya total sebesar 2,18. Rata–rata sehingga meningkatkan kinerja usaha.
tingkat pendapatan usaha ternak atas
biaya tunai per ekor sapi laktasi DAFTAR PUSTAKA
peternak di Kelompok Ternak Sumber Ako, Ambo. 2013. Ilmu Ternak Perah
Makmur sebesar Rp 804.765,62 Daerah Tropis. IPB Press. Bogor.
sedangkan pendapatan rata-rata atas
Alpian. 2010. Faktor-Faktor yang
biaya total sebesar Rp 457.604,91 per
Mempengaruhi Produktivitas Susu
ekor sapi laktasi dengan nilai R/C ratio dan Pendapatan Peternak Sapi
atas biaya tunai sebesar 1,87 dan atas Perah di Kecamatan Tanjungsari,
biaya total sebesar 1,36. Nilai tersebut Kabupaten Sumedang. [Skripsi].
menunjukkan bahwa usaha ternak sapi Program Sarjana. Institut Pertanian
perah yang diusahakan peternak di Bogor, Bogor.
kedua kelompok ternak sudah Anisa, Anis. 2008. Analisis Fungsi Biaya
menguntungkan. Namun, berdasarkan dan Efisiensi Usahaternak Sapi
hasil analisis R/C rasio di kedua Perah di Wilayah Kerja KPSBU
kelompok ternak tersebut maka dapat Lembang Kabupaten Bandung.
dilihat bahwa kinerja Kelompok [Skripsi]. Program Sarjana. Institut
Ternak Maju Terus lebih baik karena Pertanian Bogor, Bogor.
memiliki nilai R/C rasio yang lebih Apriani. 2011. Analisis Faktor-Faktor
tinggi dibandingkan dengan kinerja di yang Mempengaruhi Produktivitas
Kelompok Ternak Sumber Makmur. Susu Sapi pada CV Mulya Khansa
Niaga di Kota Depok, Jawa Barat.

59
Gabriella Stephanie Gultom, dan Suharno

[Skripsi]. Program Sarjana. Institut Harmini, Ratna Winandi Asmarantaka,


Pertanian Bogor, Bogor. Dwi Rachmina dan Feryanto.
2012. Analisis Kelayakan Usaha
Astuti, Melani, Rini Widiati dan Yustina
Ternak Sapi Perah Rakyat dan
Yuni Suranindyah. 2010. Efisiensi
Pemasaran Susu di Jawa Timur
Produksi Usaha Sapi Perah Rakyat
(Studi Kasus Peternakan Sapi
(Studi Kasus pada Peternak
Perah di Kecamatan Pujon,
Anggota Koperasi Usaha
Malang-Jawa Timur). Proseding
Peternakan dan Pemerahan Sapi
Seminar Penelitian Unggulan
Perah Kaliurang, Sleman,
Departemen Agribisnis. ISBN 978-
Yogyakarta). Buletin Peternakan,
979-19423-8-6. Bogor, 27-28
34(1): 64-69.
Desember 2012
Atmakusuma, Juniar. 2012. Kelayakan
Heriyanto. 2009. Analisis Pendapatan
Usaha Peternakan Sapi Perah
dan Faktor yang Mempengaruhi
dalam Menunjang Swasembada
Produksi Susu Sapi Perah di
Susu di Indonesia. Prosiding
Tingkat Peternak (Kasus Anggota
Seminar Penelitian Unggulan
Koperasi Serba Usaha “Karya
Departemen Agribisnis. ISBN 978-
Nugraha” kecamatan Cigugur
979-19423-8-6. Bogor, 27-28
Kabupaten Kuningan Provinsi
Desember 2012.
Jawa Barat). [Skripsi]. Program
[BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. Sarjana. Institut Pertanian Bogor,
2014. Kontribusi Sub Sektor Bogor.
Pertanian Terhadap PDB di
Karuniawati, Rina. 2012. Faktor-faktor
Indonesia dari Tahun 2004 sampai
yang Mempengaruhi Produksi
2012. http://www.bps.go.id.
Susu Sapi Perah (Kasus Peternak
Diakses 17 Januari 2014.
Anggota Kelompok Ternak Mekar
Debertin, David L. 1986. Agricultural Jaya Desa Cipayung, Kecamatan
Production Economics. Macmillan Megamendung, Kabupaten Bogor,
Publishing Company. Unites Provinsi Jawa Barat). [Skripsi].
States of America. Program Sarjana. Institut Pertanian
[Deptan] Departemen Pertanian. 2014. Bogor, Bogor.
Populasi Ternak di Indonesia Moeheriono. 2010. Pengukuran Kinerja
Tahun 2006 sampai 2011. Berbasis Kompetensi. Ghalia
http://www.deptan.go.id. Diakses Indonesia, Bogor.
27 Januari 2014.
Mukson, T. Ekowati, M. Handayani dan
[Ditjennak]. Direktorat Jendral D.W. Harjanti. 2009. Faktor-
Peternakan. 2014. Perkembangan Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Konsumsi Susu di Kinerja Usaha Ternak Sapi Perah
Indonesia Tahun 2006 sampai Rakyat di Kecamatan Getasan
2010. Kabupaten Semarang. Seminar
http://ditjennak.pertanian.go.id/. Nasional Kebangkitan Peternakan.
Diakses 28 Januari 2014. Semarang, 20 Mei 2009.

60
Kinerja Usaha Ternak Sapi Perah …

Nicholson, Walter. 2000. Intermediate


Microeconomics and Its
Application. Eight Edition.
Harcourt Inc.
Soekartawi, A. Soeharjo, Dillon JL,
Hardaker JB. 1986. Ilmu Usahatani
dan Penelitian Untuk
Pengembangan Petani Kecil. UI
Press. Jakarta.
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. UI
Press. Jakarta.
Semaoen, I dan Siti MK. 2011.
Mikroekonomi. UB Press. Malang.
Sudarsono. 1995. Pengantar Ekonomi
Mikro. LP3ES. Jakarta.
Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak
Perah. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Wahyudi, Ahmad. 2014. Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Anggota Koperasi
Peternakan Sapi Perah (Studi
Kasus pada Anggota “SAE
Kecamatan Pujon, Kabupaten
Malang). Jurnal Ilmiah.
Universitas Brawijaya. Malang.

61
Gabriella Stephanie Gultom, dan Suharno

Lampiran 1. Populasi Ternak (000 ekor) tahun 2010 sampai 2013


Kegiatan Utama 2010 2011 2012 2013*
Sapi Potong 13.582 14.824 15.981 16.607
Sapi Perah 488 597 612 636
Kerbau 2.000 1.305 1.438 1.484
Kuda 419 409 437 454
Kambing 16.620 16.946 17.906 18.576
Domba 10.725 11.791 1.420 14.560
Babi 7.477 7.525 7.900 8.246
Ayam Buras 257.544 264.340 274.564 290.455
Ayam Ras Petelur 105.210 124.636 138.718 147.279
Ayam Ras Pedaging 986.872 1.177.991 1.244.402 1.355.288
Itik 44.302 43.488 49.295 50.931
Catatan: *Angka Sementara
Sumber: BPS (2014)

Lampiran 2. Kutipan Hasil Olahan Data Dengan Software EViews 7

Dependent Variable: PRODUKSI_SUSU


Method: Least Squares
Date: 03/23/14 Time: 22:19
Sample: 1 32
Included observations: 32

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -479.6199 238.1598 -2.013858 0.0541


SAPI_LAKTASI 288.7596 8.741439 33.03342 0.0000
HIJAUAN 0.268125 0.169741 1.579610 0.1258
KONSENTRAT 0.123297 0.676729 0.182196 0.8568
PAKAN_AMPAS 0.415985 0.226157 1.839359 0.0769

R-squared 0.977040 Mean dependent var 2160.671


Adjusted R-squared 0.973639 S.D. dependent var 2406.828
S.E. of regression 390.7768 Akaike info criterion 14.91675
Sum squared resid 4123077. Schwarz criterion 15.14577
Log likelihood -233.6680 Hannan-Quinn criter. 14.99267
F-statistic 287.2411 Durbin-Watson stat 2.034127
Prob(F-statistic) 0.000000

62
Kinerja Usaha Ternak Sapi Perah …

Lampiran 3. Statistik VIF

Variance Inflation Factors


Date: 03/23/14 Time: 22:46
Sample: 1 32
Included observations: 32

Coefficient Uncentered Centered


Variable Variance VIF VIF

C 56720.08 11.88582 NA
SAPI_LAKTASI 76.41276 1.842935 1.022906
HIJAUAN 0.028812 3.803905 1.070151
KONSENTRAT 0.457962 1.432459 1.062292
PAKAN_AMPAS 0.051147 10.30277 1.084840

Lampiran 4. Hasil Pengolahan Pengujian Heteroskedastisitas Fungsi Produksi

2,500

2,000

1,500
Sapi laktasi
HIJAUAN
KONSENTRAT
Pakan Ampas 1,000

500

0
-1,200 -800 -400 0 400 800 1,200

RESID

63
Gabriella Stephanie Gultom, dan Suharno

Lampiran 5. Grafik Sebaran Data Penelitian


14
Series: Residuals
12 Sample 1 32
Observations 32
10
Mean 1.31e-13
Median -1.563899
8 Maximum 903.7089
Minimum -1006.618
6 Std. Dev. 364.6950
Skewness -0.012615
4 Kurtosis 4.617713

Jarque-Bera 3.490177
2
Probability 0.174630
0
-1250 -1000 -750 -500 -250 0 250 500 750 1000

64
Kinerja Usaha Ternak Sapi Perah …

Lampiran 6. Kinerja Usaha Ternak Sapi Perah Per Ekor Laktasi di Kelompok
Ternak Maju Terus Bulan Januari Tahun 2014
Kelompok Ternak Maju Terus
No Komponen
Jumlah Satuan Harga (Rp) Nilai (Rp)
1 Penerimaan Usahaternak
A. Penerimaan Tunai
Penjualan Susu 314,14 Liter 6.867 2.157.199,38
Total Penerimaan Tunai 2.157.199,38
B. Pendapatan Non Tunai
Susu untuk pedet 62,00 Liter 6.867 425.754,00
Total Penerimaan Non Tunai 425.754,00
Total Penerimaan (A+B) 2.582.953,38
2 Biaya Usahaternak
C. Biaya Tunai
Pakan hijauan 610,86 Kg 255,26 155.928,12
Konsentrat 51,64 Kg 2.282,14 117.849,71
Pakan Ampas 985,14 Kg 446,05 439.421,70
Mineral 1.827,59
Vitamin/Obat-obatan 8.000,00
Pelicin ambing 0,17 Kg 24.000 4.080,00
TKLK 3,26 HKP 25.000 81.500,00
Transportasi 39.482,76
Listrik 6.068,97
Iuran Koperasi 10.000,00
Total biaya tunai 864.158,85
D. Biaya Diperhitungkan
TKDK 6,47 HKP 25.000 161.750
Penyusutan Kandang 35.531,61
Penyusutan Peralatan 37.169,50
Sewa Lahan 85.765,27
Total Biaya Diperhitungkan 320.216,38
Biaya Total (C+D) 1.184.375,20
3 Pendapatan Atas Biaya Tunai 1.718.794,53
4 Pendapatan Atas Biaya Total 1.398.578,15
5 R/C Ratio Tunai 2,99
6 R/C Ratio Total 2,18

65
Gabriella Stephanie Gultom, dan Suharno

Lampiran 7. Kinerja Usaha Ternak Sapi Perah Per Ekor Laktasi di Kelompok
Sumber Makmur Bulan Januari Tahun 2014
Kelompok Ternak Sumber Makmur
No Komponen
Jumlah Satuan Harga (Rp) Nilai (Rp)
1 Penerimaan Usahaternak
A. Penerimaan Tunai
Penjualan Susu 280,84 Liter 5.045 1.416.837,80
Total Penerimaan Tunai 1.416.837,80
B. Pendapatan Non Tunai
Susu untuk pedet 62,00 Liter 5.045 312.790,00
Total Penerimaan Non Tunai 312.790,00
Total Penerimaan (A+B) 1.729.627,80
2 Biaya Usahaternak
C. Biaya Tunai
Pakan hijauan 763,55 Kg 219,23 167.393,07
Konsentrat 106,20 Kg 2.243,75 238.286,25
Pakan Ampas 842,96 Kg 430,34 362.759,41
Mineral 119,05
Vitamin/Obat-obatan 12.017,90
Pelicin ambing 0,12 Kg 24.000 2.880,00
TKLK 2,78 HKP 25.000 69.500,00
Transportasi 53.553,57
Listrik 8.352,94
Iuran Koperasi 10.000,00
Total biaya tunai 924.862,18
D. Biaya Diperhitungkan
TKDK 7,15 HKP 25.000 178.750,00
Penyusutan Kandang 28.571,43
Penyusutan Peralatan 46.509,00
Sewa Lahan 93.330,28
Total Biaya Diperhitungkan 347.160,71
Biaya Total (C+D) 1.272.022,90
3 Pendapatan Atas Biaya Tunai 804.765,62
4 Pendapatan Atas Biaya Total 457.604,91
5 R/C Ratio Tunai 1,87
6 R/C Ratio Total 1,36

66

Anda mungkin juga menyukai