MANAJEMEN AGRIBISNIS
OLEH:
ANGGITA SASKIA
I011191220
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
PENDAHULUAN
Latar Belakang
karena permintaan akan bahan-bahan yang berasal dari ternak akan terus meningkat seiring
mengkonsumsi pangan bergizi tinggi sebagai pengaruh dari naiknya tingkat pendidikan
sekarang berubah mengkonsumsi protein seperti daging, susu dan telur (Warmadewi,
2014).
Salah satu ternak yang dapat memenuhi kebutuhan akan sumber protein adalah
ternak sapi. Berdasarkan hasil awal pendataan sapi potong, sapi perah, dan kerbau (PSPK)
2011, populasi sapi potong di Indonesia ada sebanyak 14.805.053 ekor. atau meningkat
dua kali lipat selama kurun waktu 8 tahun terakhir. kenyataannya sampai sekarang
Indonesia masih mengimpor daging sapi untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam
negeri. Dari total populasi dan jumlah pemotongan secara nasional masih mengalami
defisit ketersediaan daging sebesar 28-29% sehingga masih harus mengimpor daging sapi
cukup tinggi (135.100 ton pada tahun 2008) untuk memenuhi kebutuhan daging nasional
sebesar 385.000 ton atau produksi dalam negeri baru mencapai 64,9% dari total populasi
Terkait dengan hal tersebut, salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah
adalah menyediakan sapi bibit lokal sebagai sumber bibit sapi yang akan menghasilkan
daging sapi. Pembibitan sapi yang terarah sangat penting untuk mengatasi sinyalemen
penurunan populasi dan mutu genetik sapi bali yang telah menjadi isu nasional selama ini,
disamping keuntungan yang diperoleh dari usaha ini. Di pihak lain usaha ini kurang
diminati para pengusaha karena dianggap secara ekonomis kurang menarik dan
membutuhkan waktu pemeliharaan cukup panjang. Tetapi dengan pengelolaan yang baik,
meliputi manajemen dan pemanfaatan teknologi yang tepat maka permasalahan ini dapat
diatasi.
Makalah ini akan membahas tata cara pengelolaan usaha perbibitan sapi bali betina
untuk menghasilkan anak yang unggul dilihat dari aspek usaha agribisnis dengan
keberhasilannya.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tata cara mengelola
usaha perbibitan sapi bali betina dilihat dari aspek manajemen, sehingga menghasilkan sapi
Manfaat Penulisan
Sebagai bahan informasi bagi pihak yang ingin mengembangkan usaha agribisnis
Sapi Bali merupakan ternak asli Indonesia yang mempunyai masa depan ekonomi
yang cerah (a promising economic future) dan telah tersebar di 26 propinsi di Indonesia.
Empat propinsi dengan jumlah populasi terbesar adalah Sulawesi Selatan, Bali, Nusa
Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Sapi bali memiliki berbagai keunggulan,
sehingga sering disebut dengan “Balinese Cow” yang sangat menarik dan potensial untuk
pedet baru lahir dengan bobot badan mencapai 24kg untuk pedet jantan (Pane & Packard,
1990) dan 15,8kg untuk pedet betina. Hasil binaan yang dilakukan P3Bali (kini Balai
Pembibitan Ternak Unggul Sapi Bali) mendapatkan bahwa berat lahir pedet sapi bali rata-
rata 16,97kg per ekor. Bahkan kini dengan tambahan pemberian pakan pedet baru lahir
dengan bobot badan rata-rata 19kg per ekor. Namun dipihak lain beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa pedet sapi bali baru lahir beratnya tidak lebih dari 14kg, bahkan di
NTT rata-rata hanya 11,9kg; di NTB 12,7kg; di Sulawesi Selatan 12,3kg; bahkan di Bali
dari on farm, pengolahan dan pemasaran. Suatu usaha dikatakan agribisnis apabila usaha
produksi ternak yang dapat dipasarkan dan menguntungkan bagi peternak atau kelompok
usaha dan disesuaikan dengan potensi dan sumber daya yang tersedia. (Suharto, 2019).
Ternak sapi umumnya masih dikelola secara tradisional dalam skala peternakan
rakyat dengan rata-rata kepemilikan 2-3 ekor/kk. Usaha ini kurang diminati oleh pengusaha
karena dianggap secara ekonomis kurang menarik dan membutuhkan waktu pemeliharaan
cukup panjang. Tetapi dengan manajemen dan teknologi, permasalahan ini dapat diatasi.
Apabila ternak ini dikelola secara intensif menggunakan kandang bagus, manajemen
modern, pakan yang terkontrol dengan baik, maka pertumbuhannya mampu mencapai 0,6-
1,0kg/hari. Kotoran dan air kencingnya dapat diolah dan dimanfaatkan untuk pupuk
organik yang sangat bagus dan mahal harganya, sehingga sangat menjanjikan dari segi
bisnis. Apabila usaha ini djalankan, maka import sapi bakalan dan daging dari luar negeri
Selama ini import bakalan dan daging dari luar negeri tidak terbendung karena
kebutuhan daging ternyata jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuan penyediaan
daging di dalam negeri. Data statistik pada Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan
menunjukkan konsumsi daging sapi per kapita di Indonesia hanya sebesar 1,72kg per tahun
dan terjadi peningkatan kebutuhan dari tahun ke tahun, dengan laju rata-rata sebesar 15,0%
per tahun. Peningkatan pendapatan per kapita sebesar 8,45% per tahun memberikan
adalah jumlah sapi induk betina hanya sekitar 11 juta ekor. Dimana idealnya sekitar 14 sd.
15 juta ekor. Namun di luar kendala kekurangan induk sapi tersebut, produktivitas ternak
sapi lokal juga sangat rendah. Kalau sapi impor rata-rata mampu tumbuh dengan
peningkatan bobot badan 1kg per hari, maka sapi lokal hanya akan bertambah berat tara-
rata 0,5 kg. per hari. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya hijauan sebagai ransum,
terutama pada musim kemarau. Makanan tambahan yang diberikan oleh peternak kepada
sapi mereka hanyalah dedak (padi serta jagung), ampas tahu, tetes serta limbah pertanian
lainnya.
BIBIT BERKUALITAS
Usaha agribisnis adalah unit usaha di bidang pertanian yang senantiasa melakukan
proses produksi hingga pemasaran (Suparta, dkk., 2011). Untuk memperoleh hasil yang
efektif dengan cara yang paling efisien maka diperlukan pengelolaan yang baik. Untuk itu
diperlukan manajemen dan bagaimana melakukan proses manajemen. Dua dimensi penting
yang diperlukan dalam penerapan manajemen adalah dimensi manusia dan teknik. Dimensi
manusia lebih penting karena kemampuan manajer untuk mencapai hasil melalui orang
Manajemen atau pengelolaan adalah suatu proses untuk mencapai hasil hasil yang
Konsep lain dari pandangan manajemen adalah sederetan fungsi, yakni fungsi
pengawasan. Supaya semua fungsi dapat berjalan dengan baik maka perlu ada komunikasi,
motivasi dan komitmen. Pengelola usaha agribisnis harus dapat melakukan fungsi-fungsi
1. Fungsi perencanaan
terhadap semua faktor yang terlibat dan diarahkan kepada sasaran secara khusus.
(Firdaus, 2017).
agribisnis sapi bibit adalah untuk mengatasi sinyalemen penurunan populasi dan
mutu genetik sapi bali yang telah menjadi isu nasional selama ini, disamping
keuntungan yang diperoleh dari usaha ini dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi
warga sekitar.
2. Fungsi pengorganisasian
Semua bisnis pasti memiliki struktur organisasi begitu juga usaha agribisnis
sapi bibit. Dengan adanya pengorganisasian maka suatu badan usaha mampu
3. Fungsi pengarahan
Acctuating (pengarahan) merupakan proses mengelola aktivitas harian
Dalam usaha agribisnis perbibitan sapi, tugas maupun kegiatan yang harus
dilakukan karyawan harus sesuai dengan pembagian yang telah tercantum dalam
struktur organisasi. Beberapa tugas yang harus dilakukan oleh karyawan antara
lain:
bulannya.
4. Fungsi pengkoordinasian
maka semua unsur karyawan agar memahami program, rencana, kebijakan, prosedur,
dan praktek yang harus dilakukan, terciptanya arus informasi, iklim pencapaian
keberhasilan dan terbinanya hubungan antar karyawan dan sikap yang mengarah
4. Fungsi pengendalian
Salah satu tujuan pengendalian adalah untuk menilai kemajuan yang telah
dicapai terhadap tujuan dan sasaran organisasi. Melalui sistem informasi tertentu
dilakukan monitor guna meyakinkan apakah proses sudah selaras dengan rencana
dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, apabila belum maka dilakukan
5. Fungsi pengawasan
kegiatan ini berfungsi sebagai alat ukur seberapa jauh hasil yang telah di dapatkan.
keuangan, pemasaran dan penjualan, produksi dan operasi serta personalia atau
SDM.
2. Perkandangan
6. Kesehatan (Warmadewi,2011)
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan suatu usaha sangat
ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Alit, IB Ketut. 2011. Peluang dan tantangan pengembangan sapi Bali menuju komoditas
andalan nasional. Makalah seminar nasional dan lokakarya. Universitas Udayana.
Denpasar
Ditjen Peternakan. 2010. Peta Wilayah Sumber Bibit Sapi Potong Lokal di Indonesia.
Ditjen Peternakan, Kementerian Pertanian
Suharto. 2019. Manajemen agribisnis dan teknologi pengolahan limbah ternak Sapi Bali.
limbah hijau sehari. Makalah Seminar Sehari, Bali. Ismapeti Wil. IV. Denpasar.
Bali. 23 Juni 2006. Multifarm-Research Station. Solo. Indonesia.
Yupardi, S. 2019. Sapi Bali : Mutiara dari Bali. Udayana University Press. Kampus
Universitas Udayana. Sudirman. Denpasar-Bal