Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BERBASIS RISET UNGGULAN NASIONAL

PENGGALIAN ASET MELALUI PENGOLAHAN LIMBAH KOTORAN SAPI


MENJADI BIOGAS DAN PRODUK OLAHAN SUSU DI DESA GEGER KECAMATAN
SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN PENDEKATAN ABCD

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL


SURABAYA
TAHUN 2018
A. ISU DAN FOKUS PENGABDIAN
Peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki nilai strategis dalam
memenuhi peningkatan kebutuhan pangan di Indonesia yang dikarenakan oleh pertambahan
jumlah penduduk. Salah satu sektor peternakan yang berpotensi untuk dikembangkan dan dapat
menjadi sumber pertumbuhan ekonomi adalah melalui agribisnis persusuan.
Populasi sapi perah terbesar di Indonesia pada tahun 2016 terdapat di Jawa Timur
dengan jumlah 259,57 ribu ekor sapi atau 49,70% dari total populasi sapi perah Indonesia.
Selain itu, penghasil susu sapi terbesar dari tahun 2012-2016 juga berada di provinsi Jawa Timur
dengan rata-rata produksi 475,12 ribu ton atau sebesar 55,50% dari produksi nasional
(PDSIP,2016).
Salah satu peternak sapi perah terbesar di Jawa Timur adalah di Kabupaten
Tulungagung. Menurut data dari Dinas Peternakan Jawa Timur (2017), jumlah sapi perah di
Kabupaten Tulungagung pada tahun 2016 adalah sebesar 25.229 ekor. Populasi sapi perah
terbanyak adalah di Kecamatan Sendang dengan jumlah 12.003 ekor sapi (BPS Tulungagung,
2017).
Hasil produksi dari sapi perah selama ini biasa dimanfaatkan adalah berupa susu segar.
Menurut Nurwantoro dan Mulyani (2013), susu merupakan hasil emulsi lemak di dalam larutan
air yang terdiri dari gula dan garam mineral dengan protein berbentuk koloid. Pemanfaatan dari
hewan ternak juga ini diterangkan dalam QS. Al Mukminun: 21, sebagai berikut:

“Sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, terdapat pelajaran yang penting bagi kamu.
Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-
binatang ternak itu terdapat manfaat yang banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu
makan,” (QS. Al-Mukminun: 21).

Perekonomian masyarakat dapat ditingkatkan apabila mengolah hasil susu segar menjadi
lebih optimal. Susu segar tidak hanya diolah sebagai minuman, tetapi juga dimanfaatkan sebagai
bahan produk makanan lainnya. Produk-produk makanan yang unik hasil dari olahan hasil susu
segar ini dapat menjadi oleh-oleh khas daerah dan meningkatkan perekonomian masyarakat di
daerah tersebut.
Selain menghasilkan susu segar sebagai produk utamanya, sapi perah juga menghasilkan
produk sampingan, yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan ternak. Semakin tinggi jumlah
populasi ternak, semakin tinggi pula jumlah limbah yang dihasilkan. Jumlah kotoran yang
dihasilkan oleh setiap ternak dapat berbeda-beda, tergantung kepada jenis ternak, jumlah pakan,
dan bobot tubuhnya. Semakin besar bobot tubuh ternak dan jumlah pakan yang dikonsumsi
maka akan menyebabkan semakin banyaknya jumlah kotoran yang dihasilkan.
Kotoran yang dihasilkan ternak tersebut, apabila tidak ditangani maka akan
menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat, seperti timbulnya pencemaran, penyakit, dan
polusi udara. Limbah tersebut tidak jarang menimbulkan protes dari masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah sekitar peternakan. Polusi udara berupa bau yang dihasilkan dari perombakan
kotoran biasanya disebabkan oleh lepasnya amonia, asam lemak terbang, dan sulphida. Sulphida
merupakan gas yang sangat berbau (evil odors) yang dihasilkan dari sulphat. Selain itu, berbagai
limbah seperti kotoran ternak maupun manusia dapat saja merupakan “carrier” berbagai
parasiter yang bersifat patogen bagi tanaman, ternak dan manusia (Salundik, dkk, 2009).
Parasiter yang terdapat pada kotoran ternak dan manusia juga dapat menimbulkan penyakit bagi
tumbuhan, ternak, dan bahkan manusia.
Limbah kotoran ternak sapi perah ini dapat mempunyai dampak positif untuk masyarakat
dengan dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk menghasilkan energi alternatif pengganti bahan
bakar fosil. Kotoran yang dihasilkan dari sapi dapat digunakan sebagai bahan baku penghasil
biogas. Penerapan biogas memiliki beberapa keunggulan, seperti dapat mengurangi atau bahkan
menghilangkan polusi udara yang disebabkan oleh kotoran.
Biogas dapat menghasilkan energi yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan,
bahan bakar rumah tangga pengganti minyak tanah, dan gas elpiji ataupun untuk menghasilkan
listrik.
Isu dan fokus pengabdian ini adalah memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya
masyarakat yang sudah ada agar lebih optimal dan berdaya guna untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat melalui pendekatan yang menitikberatkan pada peran aktif
masyarakat Kecamatan Sendang, Tulungagung terutama masyarakat di Desa Geger, dalam
menyusun perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil riset. Seperti telah disebutkan
sebelumnya bahwa terdapat banyak ternak sapi dan produksi susu di daerah tersebut, tetapi
belum ada pengolahan hasil produksi yang optimal dan pemanfaatan limbah agar tidak menjadi
polusi. Oleh karena itu, tim pengabdi bersama-sama dengan masyarakat akan merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi program-program riset dalam meningkatkan perekonomian
peternak sapi perah di Kecamatan Sendang, Tulungagung.

B. ALASAN MEMILIH SUBYEK DAMPINGAN


Subyek dampingan adalah masyarakat peternak sapi perah di Desa Geger Kecamatan
Sendang Kabupaten Tulungagung. Alasan pertama yang mendasari pemilihan subyek
dampingan adalah mata pencaharian utama di daerah tersebut adalah peternak dan adanya
kesadaran serta kemauan masyarakat untuk berubah .
Alasan kedua, yaitu memilih lokasi di Desa Geger, Tulungagung yang merupakan salah satu
daerah potensial dari sisi peternak sapi perah. Didapatkan data pada tahun 2016 terdapat 1.347
peternak sapi dan produksi susu terbanyak ada di Kecamatan Sendang dengan rata-rata 13.888
liter/hari. Namun, hasil produksi susu segar tersebut hanya dijual melalui KUD tanpa diolah
menjadi produk lain yang bernilai ekonomi tinggi.
Alasan ketiga adalah belum ada pengolahan limbah kotoran sehingga merusak
lingkungan dan kesehatan di sekitar daerah tersebut. Alasan keempat adalah terdapat obyek
wisata di Desa Geger, Kecamatan Sendang, Tulungagung yang berupa Candi Penampihan, Air
Terjun Laweyan dan Agro Bunga Sekar Wilis. Hal ini akan lebih menarik pengunjung dan
menjadikan produk-produk olahan susu segar hasil peternak sapi perah desa Geger menjadi
oleh-oleh khas daerah tersebut sehingga pendapatan juga akan meningkat.

C. KONDISI SUBYEK DAMPINGAN SAAT INI


Subjek dampingan adalah masyarakat peternak sapi perah yang berkedudukan di Desa
Geger, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung. Peternak sapi adalah mata pencaharian
dominan dan penyumbang perekonomian desa terbesar. Hampir semua rumah di Desa Geger
mempunyai sapi perah sendiri.
Masyarakat aktif pada kegiatan karang taruna dan organisasi kemasyarakatan untuk
menjalankan kegiatan sosial kemasyarakatan. Selain itu, masyarakat bekerja sama dengan KUD
Kecamatan Sendang untuk memasarkan hasil susu perah. Hasil susu perahan dikumpulkan oleh
masyarakat dan disetorkan ke KUD untuk dijual ke beberapa pabrik yang membutuhkan bahan
dasar berupa susu segar.
D. KONDISI MASYARAKAT YANG DIHARAPKAN
Program pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk:
1. Memiliki ketrampilan dalam pengolahan susu dengan berbagai inovasi sehingga
mempunyai nilai jual yang tinggi
2. Memperbaiki perekonomian masyarakat dengan adanya produk hasil olahan susu
menjadi makanan khas
3. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan
oleh karena kotoran ternak sapi
4. Memiliki ketrampilan dalam pengolahan kotoran sapi menjadi biogas sehingga
kebersihan lingkungan terjaga dan hasil olahan mempunyai nilai jual yang tinggi
5. Terwujudnya masyarakat yang aktif, inovatif, kreatif, mandiri, dan berdaya saing tinggi

E. STRATEGI YANG DIGUNAKAN


Strategi yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini yaitu menggunakan
teknik pemberdayaan dengan pendekatan ABCD (Asset Based Community-driven Development).
Pendekatan ABCD yaitu jenis pendekatan kritis yang masuk dalam lingkup pengembangan
masyarakat berbasis pada kekuatan dan aset yang dimiliki masyarakat. Sebuah pendekatan yang
sangat menekankan kepada kemandirian masyarakat dan terbangunnya sebuah tatanan dimana
warga aktif menjadi pelaku dan penentu pembangunan. Upaya pengembangan masyarakat
dilaksanakan sejak dari awal menempatkan masyarakat dampingan untuk mengetahui apa yang
menjadi kekuatan yang dimiliki serta segenap potensi dan aset yang dimiliki yang potensial
untuk dimanfaatkan.
Paradigma dan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat berbasis aset (ABCD) sebagai
berikut:
1. Setengah Terisi Lebih Berarti (Half full and half empty)
2. Semua punya potensi (No body has nothing)
3. Partisipasi (Participation)
4. Kemitraan (Partnership)
5. Penyimpangan positif (Positive Deviance)
6. Berasal dari dalam masyarakat (Endogenous)
7. Mengarah pada sumber energy (Heliotropic)
Dalam prinsip ABCD, kemampuan masyarakat dampingan untuk menemukenali aset,
kekuatan, dan potensi yang mereka miliki dipandang mampu menggerakkan dan memotivasi
masyarakat dampingan tersebut untuk melakukan perubahan sekaligus menjadi pelaku utama
perubahan tersebut. Untuk mencapai hal tersebut, metode atau teknik ABCD yang digunakan
adalah sebagai berikut:

Pemetaan aset

Penyusunan program kegiatan

Pelatihan program kegiatan

Pelaksanaan kegiatan

Penguatan jaringan

Evaluasi

1. Menemukenali aset, kekuatan, dan potensi yang ada di masyarakat dampingan dengan cara
sebagai berikut:
a. Penemuan Apresiatif (Appreciative Inquiry)
Appreciative Inquiry (AI) adalah cara yang positif untuk melakukan perubahan
organisasi berdasarkan asumsi yang sederhana yaitu bahwa setiap organisasi memiliki
sesuatu yang dapat bekerja dengan baik, sesuatu yang menjadikan organisasi hidup,
efektif dan berhasil, serta menghubungkan organisasi tersebut dengan komunitas dan
stakeholdernya dengan cara yang sehat.

b. Pemetaan Komunitas (Community Mapping)


Pendekatan atau cara untuk memperluas akses ke pengetahuan lokal.
Community Mapping merupakan visualisasi pengetahuan dan persepsi berbasis
masyarakat mendorong pertukaran informasi dan menyetarakan bagi semua masyarakat
untuk berpartisipasi dalam proses yang mempengaruhi lingkungan dan hidup
masyarakat.
c. Penelusuran Wilayah (Transect)
Asosiasi merupakan proses interaksi yang mendasari terbentuknya lembaga-
lembaga social yang terbentuk karena memenuhi faktor-faktor sebagai berikut:
(1) Kesadaran akan kondisi yang sama
(2) Adanya relasi social
(3) Orientasi pada tujuan yang telah ditentukan

d. Pemetaan Asosiasi dan Institusi


Asosiasi merupakan proses interaksi yang mendasari terbentuknya lembaga-
lembaga social yang terbentuk karena memenuhi faktor-faktor sebagai berikut:
(1) Kesadaran akan kondisi yang sama
(2) Adanya relasi social
(3) Orientasi pada tujuan yang telah ditentukan

e. Pemetaan Aset Individu (Individual Inventory Skill)


Metode atau alat yang dapat digunakan untuk melakukan pemetaan individual asset
antara lain kuisioner, interview dan focus group discussion.
Manfaat dari Pemetaan Individual Aset antara lain:
(1) Membantu membangun landasan untuk memberdayakan masyarakat dan memiliki
solidaritas yang tinggi dalam masyarakat
(2) Membantu membangun hubungan yang baik dengan masyarakat
(3) Membantu masyarakat mengidentifikasi keterampilan dan bakat mereka sendiri.

f. Sirkulasi Keuangan (Leaky Bucket)


Dalam mengenali, mengembangkan dan memobilisir asset dalam ekonomi
masyarakat dampingan diperlukan sebuah analisa dan pemahaman yang cermat. Salah
satu pendekatan yang digunakan dalam pendekatan ABCD yaitu melalui Leacky Bucket.
Leacky Bucket adalah alat yang berguna untuk mempermudah masyarakat dampingan
untuk mengenal berbagai perputaran asset ekonomi lokal yang mereka miliki. Hasilnya
bisa dijadikan untuk meningkatkan kekuatan secara kolektif dan membangunnya secara
bersama.
g. Skala Prioritas (Low Hanging Fruit)
Skala prioritas adalah salah satu cara atau tindakan yang cukup mudah untuk
diambil dan dilakukan untuk menentukan manakah salah satu tujuan masyarakat
dampingan yang bisa direalisasikan dengan menggunakan sebagai peningkatan
pendapatan ekonomi masyarakat Desa Geger, Kecamatan Sendang, Kabupaten
Tulungagung.

2. Penyusunan program dengan melibatkan masyarakat dampingan


Setelah masyarakat mampu menemukan aset yang bisa dikembangkan di daerahnya,
masyarakat diajak untuk bermimpiuntuk mengembangkan dan meraih mimpinya dengan aset
yang telah dimiliki. Untuk itu dilakukan penyusunan program kegiatan dengan melibatkan
langsung masyarakat. Hal ini bertujuan agar masyarakat juga berperan aktif dalam
pengembangan aset dan dapat berkelanjutan. Penyusunan program dapat dilihat pada Gambar 1.

LINGKUNGAN
HIDUP

Lingkungan biotik Lingkungan abiotik Masyarakat

Air Peternakan sapi Susu

Kotoran sapi Inovasi pengolahan


susu

Teknologi biogas

Energi produk olahan

Desa mandiri

Gambar 1. Proses penyusunan program kegiatan pengabdian masyarakat


3. Pelatihan program kegiatan
Untuk mendukung program kegiatan yang telah dibuat maka diperlukan pelatihan bagi
masyarakat. Pelatihan ini meliputi proses bagaimana pembuatan biogas, produk olahan susu
serta keberlanjutan program yang telah disusun.

4. Pelaksanaan kegiatan
Setelah masyarakat sudah memiliki ketrampilan dalam pembuatan biogas dan produk
olahan susu maka pelaksanaan kegiatan segera dilakukan, hal ini tentu dengan arahan dan
evaluasi dari tim pendamping pengabdian masyarakat. Sumur pembuatan biogas dibuat disetiap
10 rumah di desa Geger dan hasil dari biogas tersebut baik berupa gas metan yang dapat
digunakan untuk memasak maupun energi listrik disalurkan disetiap 10 rumah warga tersebut.
Sedangkan produk olahan susu dapat diproduksi sebagai industri rumahan dan dipasarkan di
galeri olahan susu sebagai produk unggulan desa tersebut.

BIOGAS
Biogas merupakan sumber renewable energy yang mampu memberikan andil dalam
usaha memenuhi kebutuhan bahan bakar. Bahan baku sumber energi biogas merupakan bahan
bakar non-fosil, yaitu umumnya biomasa yang mengandung bahan organik yang tersedia
melimpah di Indonesia, diantaranya adalah sumber daya peternakan dan pertanian (Ibrahim,
2017). Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas mikroba secara anaerobik pada bahan-
bahan organik meliputi kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), dan
sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable. Kandungan utama dalam
biogas adalah 55-75% metan dan 22-45% CO2. Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik
digunakan dalam pengolahan limbah biodegradable karena dapat menghasilkan bahan bakar dan
menghancurkan bakteri patogen serta mengurangi volume limbah buangan. Metan dalam biogas
bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batubara dan menghasilkan energi yang lebih
besar dengan emisi karbodioksida yang lebih sedikit (Zhang et al, 2014).

Proses pembuatan biogas adalah sebagai berikut:


1. Kotoran ternak dicampur dengan air dengan perbandingan 1:1
2. Kotoran ternak dialirkan menuju Reaktor (Digester) melalui saluran masuk (inlet) dan
diaduk dengan menggunakan pengaduk mekanis.
3. Kemudian gas yang dihasilkan dari campuran kotoran dan air dialirkan menuju penampang
gas, dengan diatur oleh valve pengatur tekanan.
4. Biogas dari penampung gas bisa digunakan pada generator biogas untuk kemudian
menyalakan peralatan listrik.
5. Zat sisa proses Digesterisasi dapat digunakna langsung sebagai pupuk kandang atau diolah
menjadi pupuk urea kemasan yang siap dijual atau dapat digunakan sebagai pakan ternak
(Saputri 2014).

Gambar 2. Proses pembuatan Biogas.


Instalasi kerja biogas dapat dilihat pada Gambar 3.

PRODUK OLAHAN SUSU


Galeri olahan susu produk unggulan dari desa Geger terdiri dari susu goreng, kerupuk
susu dan yogurt. Resep dari produk olahan susu ini antara lain adalah:
1. Susu Goreng
Bahan:
a. 500 ml susu cair
b. 75 gram tepung maizena
c. 2 butir telur ayam
d. 100 gram gula pasir
e. 6 cm kayu manis
f. 1 sendok makan kulit jeruk nipis
g. 500 ml minyak untuk menggoreng

Bahan Pelapis:
a. 1 butir telur ayam, kocok lepas
b. 100 gram terigu
Bahan taburan (aduk rata):
a. 10 sendok makan gula halus
b. ¼ sendok teh kayu manis bubuk
Cara Membuat:
a. Kocok telur hingga benar-benar rata. Masukkan maizena, aduk rata kembali. Tuang
100 ml susu murni. Aduk rata. Sisihkan
b. Dalam panci/penggorengan, rebus sisa susu cair bersama gula, kulit jeruk dan kayu
manis sambil terus diaduk. Setelah susu mendidih, ambil dan buang kulit jeruk dan
kayu manis.
c. Lalu tuang campuran telur kedalamnya. Masak sambil terus diaduk hingga
mengental. Segera matikan api dan aduk terus hingga adonan menjadi lebih halus.
d. Siapkan wadah, lapisi dengan plastik lalu tuang adonan dan ratakan. Tutup lagi
dengan plastik. Tunggu hingga suhunya turun, kurang lebih 30 menit lalu simpan
dalam kulkas kurang lebih 1 jam hingga mengeras.
e. Setelah dingin dan mengeras, potong-potong sesuai selera.
f. Balur potongan susu dengan terigu lalu masukkan ke kocokan telur dan balur lagi
dengan terigu. Lakukan hingga seluruh potongan susu terlapisi
g. Goreng potongan susu hingga kecokelatan kedua sisinya. Angkat dan tiriskan
h. Taburi susu goreng dengan bahan taburan. Simpan sejenak dalam kulkas sebelum
disajikan. Bisa dimakan langsung atau disajikan bersama saus coklat maupun
sebagai bahan pelengkap es krim

2. Kerupuk Susu
Bahan:
a. 2 liter susu pecah atau disebut juga susu segar atau susu mentah
b. 1 kg tepung terigu
c. 1 kg tepung tapioka
d. 5 butir telur ayam
e. 10 gr baking powder
f. Bumbu sesuai selera, terdiri dari ulekan bawang putih, kemiri, dan garam
g. 500 ml minyak goring

Cara Membuat:
a. Seluruh bahan dicampur dalam satu wadah dan diaduk hingga rata dan tidak lengket
b. Adonan dikukus selama 1-2 jam
c. Setelah matang, adonan diamkan selama semalam untuk menjadikannya padat
d. Adonan potong tipis-tipis sesuai selera, kemuadian jemur di bawah terik matahari
hingga kering
e. Goreng kerupuk mentah tersebut dalam api sedang, setelah matang tiriskan dan siap
untuk dibungkus dengan plastik kemasan untuk siap dipasarkan.

3. Yogurt
Bahan:
a. Siapkan 1 liter susu murni
b. Bibit yoghurt sebanyak 5% dari banyaknya susu murni. Untuk 1 liter susu murni
bisa menggunakan sekitar 50 mL atau 2 sdm bibit yoghurt

Cara Membuat:
a. Panaskan susu murni di atas api kecil sambil terus diaduk selama 30 menit dan jaga
agar susu tidak sampai mendidih supaya protein susu tidak rusak.
b. Setelah 30 menit, angkat susu dan dinginkan hingga hangat kuku dalam suhu
ruangan
c. Masukan bibit yoghurt lalu aduk sampai rata dengan menggunakan alat pengaduk
steril. Bila kesulitan mencari alat pengaduk dapat menggunakan spatula kayu yang
sebelumnya sudah disiram menggunakan air panas sebagai proses sterilisasi alat.
d. Apabila sudah selesai masukan ke wadah tertutup lalu tutupin dengan serbet untuk
menciptakan kondisi gelap yang adalah syarat hidup bakteri fermentasi selama 20-24
jam.
e. Sesudah 20-24 jam akan muncul lapisan berwarna kekuningan kental di atas
permukaannya. Apabila masih kurang kental atau kurang asam bisa dilebihkan lagi
waktunya. Bila dirasa sudah pas, aduk menggunakan alat steril sampai tercampur
rata.
f. Jika hendak membuat yoghurt lagi, pisahkan beberapa sendok ke dalam cup kecil.
Inilah yang kelak akan menjadi starter apabila hendak membuat yoghurt lagi jadi
tidak perlu ke supermarket membeli bibit baru. Cup berisi yoghurt tersebut ditutup
rapat, tuliskan tanggal pembuatannya lalu masukan kulkas. Disarankan maksimal
seminggu supaya tetap terjaga rasa dan sterilitasnya
g. Bila sudah siap, bisa ditambahkan sirup atau buah-buahan sesuai selera
5. Penguatan Jaringan
Kegiatan penguatan jaringan melibatkan seluruh stakeholder terkait yang diharapkan
dapat memfasilitasi terwujudnya media jaringan yang dapat memperkuat jaringan kerja dan
produk olahan susu.

6. Evaluasi
Evaluasi perlu dilakukan disetiap program kegiatan untuk melihat apakah program yang
sudah kita lakukan berjalan dengan baik, sehingga masyarakat ds Geger dapat dikatakan sebagai
desa mandiri.

F. PARA PIHAK YANG TERLIBAT DENGAN PERANNYA


1. Tim Pengabdian Masyarakat
Pada kegiatan pemberdayaan masyarakat ini, tim pengabdi berperan sebagai fasilitator
dan mitra bagi masyarakat dampingan. Tim pengabdi memberikan masukan dan sebagaian
fasilitas, sebagai motivator, dan sebagai konselor sehingga dapat menunjang keberhasilan dalam
pencapaian tujuan program ini. Selain itu, tim pengabdi juga menjalin kerja sama dengan
pemerintah kabupaten dalam upaya dukungan untuk pencapaian tujuan program ini.

2. Masyarakat Dampingan
Masyarakat dampingan ini yaitu seluruh masyarakat Desa Geger, Kecamatan Sendang,
Kabupaten Tulungagung yang merupakan pelaku utama dalam program ini. Masyarakat
dampingan terdiri dari: Perangkat desa, Para peternak, Ibu-ibu rumah tangga, dan para pemuda
pemudi (karang taruna). Bagi para peternak akan memiliki peran utama dalam produksi susu
murni, kemudian hasil susu murni tersebut dilakukan proses pengolahan oleh ibu-ibu rumah
tangga untuk diolah menjadi beberapa makanan sehingga akan menjadi makanan khas dari desa
tersebut. Sedangkan untuk para pemuda diberikan peran sebagai pengelola pembuatan biogas,
sehingga seluruh masyarakat mampu berperan aktif dalam keberhasilan program ini.

3. KUD (Koperasi Unit Desa)


KUD merupakan wadah dimana hasil produk yang sudah dihasilkan akan dipamerkan ke
masyarakat luas sehingga mesyarakat luas tahu dan tertarik untuk membeli hasil produk
tersebut. Selain itu, KUD juga sebagai motor penggerak dalam membantu perekonomian
masyarakat dampingan dalam hal modal usaha sehingga program ini dapat mencapai
keberhasilan.

4. Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung dan Provinsi Jawa Timur


Dinas yang terkait dalam program ini antara lain Dinas Pertanian, Dinas Peternakan,
serta Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Tulungagung. Adanya dinas terkait tersebut
diharapkan dapat memberikan dukungan dan semangat bagi masyarakat dampingan untuk
mencapai keberhasilan program.

5. Kementerian Agama RI
Kementerian Agama RI merupakan institusi yang memberikan bantuan dana berupa
program bantuan peningkatan mutu pengabdian kepada masyarakat

G. RESOURCES YANG SUDAH DIMILIKI


1. Studi Pendahuluan
Tim pengabdi telah melakukan beberapa kajian pendahuluan terkait dengan lokasi,
karakteristik umum masyarakat, potensi daerah dan cara pembuatan biogas serta pengolahan
produk susu segar.

2. Organisasi Masyarakat
Masyarakat di Desa Geger, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung telah memiliki
beberapa organisasi kemasyarakatan yang dapat mendukung keterlaksanaan dan keberlanjutan
kegiatan pengabdian masyarakat ini. Organisasi masyarakat itu diantaranya adalah majelis
taklim, PKK dan karang taruna. Adanya organisasi kemasyarakatan yang telah terbentuk
tersebut akan mempermudah pola komunikasi, fasilitasi, dan kerjasama antara tim pengabdi
dengan masyarakat setempat, juga dengan pihak-pihak lain yang terlibat dalam jaringan
kerjasama dengan masyarakat.
H. JADWAL PENGABDIAN
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dijadwalkan akan berlangsung selama lima bulan dengan
alokasi waktu sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Tabel Kegiatan


No. Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5
Pemetaan (mapping) potensi,
permasalahan, dan tantangan
1 masyarakat dan tantanannya
FGD 1: Mengidentifikasi bersama peta
dasar kebutuhan, potensi dan
2 permasalahan masyarakat dampingan
FGD 2: Strategi penanggulangan
3 pemecahan masalah
Sosialisasi/penyuluhan mengenai
4 pengelolaan limbah kotoran sapi
FGD 3: Pengembangan berbagai
pilihan kegiatan pemberdayaan
5 masyarakat
Pelatihan pembuatan biogas dan produk
6 olahan susu
FGD 4: Perencanaan implementasi
7 kegiatan
Pembuatan biogas dan produk olahan
8 susu
Studi bersama masyarakat terkait lokasi
9 biogas
10 Pemasangan biogas
FGD 5: Identifikasi kebutuhan
keterampilan dan manajemen teknis
11 yang diperlukan oleh masyarakat
12 Kegiatan penguatan jaringan
13 Monitoring dan evaluasi
14 Pelaporan
I. BIO DATA PERSONALIA
Susunan tim pengabdi, pembagian waktu dan tanggung jawab untuk masing-masing
Ketua dan Anggota Tim Pengabdian Masyarakat diberikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Susunan Organisasi Tim Pengabdian Masyarakat dan Pembagian Tugas


Instansi Bidang Alokasi waktu
No Nama Uraian tugas
asal keahlian (jam/minggu)
1. Mei Lina UIN Kesehatan 4 1. Penanggung jawab
Fitri Sunan kegiatan
Kumalasari, Ampel pengabdian
M.Kes Surabaya masyarakat secara
keseluruhan
2. Mengkoordinir
kegiatan pemetaan
(mapping) potensi,
permasalahan, dan
tantangan
masyarakat
3. Penanggungjawab
pelaksanaan
kegiatan pelatihan
4. Menyusun
manuscript untuk
Makalah Seminar,
Jurnal dan Laporan
Kegiatan
Pengabdian
Masyarakat
2. Dr. Abdul UIN Psikologi 4 1. Penanggung jawab
Muhid., Sunan kegiatan
M.Si Ampel pengabdian
Surabaya masyarakat
2. Mengkoordinir
kegiatan pemetaan
(mapping) potensi,
permasalahan, dan
tantangan
masyarakat
3. Penanggungjawab
pelaksanaan
kegiatan pelatihan
4. Menyusun
manuscript untuk
Makalah Seminar,
Jurnal dan Laporan
Kegiatan
Pengabdian
Masyarakat
3. Funsu UIN Kesehatan 4 1. Penanggung jawab
Andiarna, Sunan kegiatan
M.Kes Ampel pengabdian
Surabaya masyarakat
2. Penanggung jawab
pelaksanaan FGD
3. Mengkoordinir
stakeholder terkait

J. DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Tulungagung. 2017. "Ternak Besar menurut Kecamatan dan Jenisnya di
Kabupaten Tulungagung"
Dinas Peternakan Jawa Timur. 2017. "Populasi Ternak di Jawa Timur"
Ibrahim, dkk. 2017. “Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa Tertinggal Melalui Biogas
Kotoran sapi”. Jurnal Bakti saintek: Jurnal Pengabdian Masyarakat Bidang Sains dan
teknologi Vol.1 No.1 Tahun 2017. ISSN 2548-9593
Nurwantoro dan S. Mulyani. 2003. "Buku Ajar Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan".
Semarang: Universitas Diponegoro
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (PDSIP). 2016. "Statistik Pertanian 2016". Jakarta:
Kementeran Pertanian Republik Indonesia.
Salundik, dkk. 2009. "Aplikasi Flexible Tank Dari Karet Sebagai Penampung Biogas Portable".
Proceedings. IPB Scientific Repository
Saputri, Yasinta Fajar, dkk. 2014. “Pemanfaatan Kotoran Sapi sebagai Bahan Bakar Biogas”.
Jurnal Penelitian sebagai Bahan Bakar PLT 80 KW.Vol-1 Jurusan FT ITS, hal.1-6
UIN Sunan Ampel Surabaya. 2015. "Panduan KKN ABCD (Asset Based Community-driven
Development) UIN Sunan Ampel Surabaya". Surabaya: LP2M UIN Sunan Ampel
Surabaya
Nurwantoro dan S. Mulyani. 2003. "Buku Ajar Teknologi Hasil Ternak". Fakultas Peternakan.
Semarang: Universitas Diponegoro
Zhang, Z. et al. 2014. “Impact of Pretreatment on Solid State Anaerobic Digestion of yard Waste
for Biogas Production” dalam World J Microbiol Biotechnol 30(2): 547-554

Anda mungkin juga menyukai