Disusun oleh :
Kelompok 11 B
Disusun oleh :
Kelompok 11 B
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki jumlah penduduk
yang tinggi bahkan menempati urutan ke-4 di dunia, jumlah dan pertumbuhan
penduduk di indonesia terus bertambah setiap tahunnya. Pertambahan jumlah
penduduk yang signifikan mengkibatkan meningkatnya kebutuhan protein
hewani seperti daging, telur dan susu. Peningkatan kebutuhan juga di dasari atas
meningkatnya kesadaran masyarakat atas pentingnya mengkonsumsi makanan
yang berkualitas bagus terutama dari protein hewani. Susu merupakan salah satu
produk peternakan yang saat ini mulai digemari oleh masyarakat karena harga
yang terjangkau, mudah didapatkan, dapat diolah menjadi berbagai macam
produk olahan susu serta tingkat kecernaan yang tinggi.
Sapi perah merupakan salah satu ternak perah pemasok dari kebutuhan
susu di indonesia, selain itu ada pula ternak kambing perah dan kerbau perah.
Populasi ternak sapi perah di indonesia menurut data badan pusat statistik tahun
2017 sebanyak 544.791 ekor dengan produksi rata-rata 920 ribu ton susu segar
sedangkan kebutuhan susu nasional mencapai 4,5 juta ton artinya hanya sekitar
20 persen sehingga masih banyak peluang untuk dikembangkan usaha sapi perah.
Pemerintah merencanakan kemandirian susu nasional dengan memproduksi
susu segar dalam negeri sebesar 60 persen dari kebutuhan susu nasional pada
tahun 2025 yang berarti akan banyak kebijakan pemerintah yang mendukung
peningkatan kebutuhan susu dalam negeri. Populasi sapi perah yang sedikit
dikarenakan usaha sapi perah masih peternakan tradisional dan manajemen yang
kurang baik serta tingkat kepemilikan sapi per petani yang masih dibawah angka
titik balik modal.
Peningkatan populasi sapi perah dan produktivitas susu sapi dapat
dilakukan dengan pengunaan teknologi dan perbaikan manajemen khususnya
pada pakan yang diberikan. Populasi dapat ditingkatkan dengan menggunakan
inseminasi buatan atau dengan kawin alami dengan bibit atau pejantan yang
memiliki kualitas yang baik sehingga pedet yang dihasilkan mampu menurunkan
sifat produktivitas yang baik pula. Pemberian pakan yang baik akan berpengaruh
terhadap kualitas dari susu yang dihasilkan, perbandingan antara hijauan dan
konsentrat akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas susu, hal ini diperlukan
karena susu yang tidak sesuai standar pemasarannya akan sulit. Penggunaan
peralatan berbasis teknologi modern seperti mesin perah akan lebih efisien dan
efektif dibandingkan dengan pemerahan secara tradisional. Hal ini dapat
dijadikan peluang usaha sapi perah untuk memenuhi kebutuhan susu nasional
dan mengembangkan bisnis usaha sapi perah menjadi lebih besar serta mampu
bersaing di pasar..
Permasalahan
Sumber daya peternakan khususnya populasi yang sedikit dan manajemen
pemeliharaan yang kurang baik. Fluktuasi harga produk yang dijual. Produk yang
dijual merupakan produk yang mudah rusak sehingga harus cepat dijual. Perlu
penanganan khusus agar produk yang dihasilkan menjadi lebih tahan lama. Biaya
pemeliharaan yang cukup tinggi terutama biaya pakan serta ketersedian lahan
hijauan yang semakin sedikit. Perlunya pengolahan limbah agar tidak mencemari
lingkungan dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik serta bahan bakar
alternatif biogas.
Metode Analisis
Berdasarkan latar belakang bahwa usaha sapi perah memiliki peluang yang
cukup besar dikarenakan belum terpenuhinya kebutuhan susu nasional.
Peningkatan kebutuhan susu nasional juga semakin memperluas peluang usaha
sapi perah. Limbah peternakan dapat menjadi peluang apabila diolah dengan baik
seperti dibuat pupuk dan biogas yang memiliki nilai jual tambahan.
Permasalahanya adalah manajemen pemeliharaan yang kurang baik,
ketersediaan lahan hijauan pakan yang semakin sedikit, harga produk yang selalu
berubah serta produk yang dihasilkan merupakan produk yang mudah rusak dan
perlu penanganan khusus agar produk dapat bertahan lebih lama. Sementara di
wilayah Kabupaten Boyolali sangat potensial karena wilayahnya cocok untuk
dikembangkan usaha sapi perah, ketersediaan lahan yang cukup dan masih dekat
dengan pasar atau konsumen.
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
NPV
Hasil perhitungan NPV Rp.4.848.266,- menunjukan bahwa artinya usaha
tersebut layak untuk dijalankan, karena nilai NPV lebih besar daripada nol.
IRR
Hasil perhitungan IRR 7,1% menunjukan bawa IRR lebih besar dari
bunga deposito bank sehingga usaha dapat dilaksanakan.
R/C Ratio
Hasil perhitungan R/C Ratio 1,35 menunjukan bahwa R ratio lebih besar
dari 1 sehingga proyek usaha memperoleh keuntungan setiap pengeluaran Rp.1,-
akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp.1,35,-.
BEP
Untuk memperoleh titik impas perusahaan harus menjual produk susu
minimal sebanyak 23.450.507,7 liter dengan harga jual Rp 3.688,3/liter.
PBP
PBP sama dengan 10 tahun yang berarti modal yang dikeluarkan akan
kembali pada saat usaha berjalan selama 10 tahun.
ASPEK LINGKUNGAN
Pendugaan Dampak Lingkungan
Peternakan sapi perah yang berkelanjutan tidak hanya memperhatikan
kelangsungan hidup ternak dan produksinya namun peternakan harus
memperhitungkan dampak yang akan timbul terhadap lingkungan.
Pembangunan suatu peternakan harus memperhatikan aspek dampak yang
ditimbulkan kepada lingkungan, seperti memperhitungkan jarak antara
peternakan dengan permukiman. Setiap komoditas ternak memiliki perbedaan
jarak ideal antara peternakan dengan permukiman, pada komoditas sapi perah
memiliki jarak ideal yang relatif dekat yaitu 10-15 m. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Syarif (2011), menyatakan bahwa jarak peternakan sapi perah dengan
rumah tinggal minimum 10 m, namun lokasi peternakan lebih baik berada jauh
dari permukiman penduduk, hal tersebut bertujuan untuk meminimalisir dampak
pencemaran lingkungan dari peternakan epada masyarakat.
Lingkungan hidup merupakan satu kesatuan dari semua aspek yang ada di
alam baik hewan, tumbuhan, benda, manusia dan perilakunya sehingga
lingkungan hidup merupakan aspek yang perlu diperhatikan dalam
pembangunan dan pengembangan usaha peternakan. Menurut Wiswayana
(2014), menyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya keadaan dan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia
dan perilaku yang mempengaruhi kelangsungan lingkungan hidup.
Perkembangan usaha ternak memiliki korelasi terhadap dampak
pencemaran yang dihasilkan terhadap lingkungan, dalam perencanaan
pengembangan suatu peternakan harus memperhitungkan dampak yang timbul
dari keberadaan peternakan tersebut secara jangka panjang. Peningkatan jumlah
ternak harus disesuaikan dengan kapasitas fasilitas pengolahan limbah. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Fikar (2014), bahwa peningkatan jumlah
populasi sapi harus disertai dengan pengembangan fasilitas instalasi pengolahan
limbah yang ada. Meningkatnya populasi akan disertai dengan peningkatan
limbah yang dihasilkan khususnya limbah feses, apabila tidak diantisipasi dengan
pengolahan limbah yang baik maka akan menyebabkan pencemaran sumber air
dan tanah.
Strategi Mengatasi Dampak Lingkungan
Limbah yang dihasilkan dari peternakan sapi perah meliputi limbah padat,
cair dan gas. Peternakan sapi perah harus memiliki pengolahan limbah ternak
untuk meminimalisir dampak buruk limbah ternak terhadap lingkungan, seperti
melakukan pengolahan feses menjadi pupuk oranik, dengan dilakukannya
pengolahan limbah dapat meningkatkan nilai ekonomis dari limbah tersebut.
Pengolahan feses dapat dilakukan baik secara aerob maupun anaerob dengan
bantuan bakteri asam laktat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Yuli (2010),
menyatakan bahwa pengolahan limbah feses ternak sapi menjadi pupuk organik
dapat dilakukan secara anaerob dengan menambahkan bakteri saccharomyces
cerevisiae. Penambahan bakteri dalam proses pembuatan pupuk darri limbah
ternak bertujuan untuk mendegradasi subtrat kompleks yang masih terkandung
dalam feses menjadi lebih mudah diserap oleh tanaman sehingga dapat
meningkatkan kualitas pupuk dan meningkatkan nilai ekonomis dari limbah
kotoran ternak.
Upaya pengolahan limbah untuk meminimalisir pencemaran lingkungan
tidak hanya dilakukan dengan mengolahnya menjadi pupuk organik saja. Salah
satu cara untuk meminimalisir pencemaran udara akibat limbah gas yang
dihasilkan dari kotoran ternak adalah dengan membuat instalasi biogas dalam
bentuk digester. Menurut Wahyuni (2013), menyatakan bahwa pengolahan
limbah peternakan dan pertanian menjadi sumber energi alternatif dengan
mendirikan digester merupakan salah satu solusi untuk menanggulangi dampak
pencemaran gas dari limbah ternak. Prinsip kerja mengakumulasi gas CH4, CO dan
H2S yang dihasilkan dari limah feses ternak menjadi gas bio yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar gas
Pengolahan limbah ternak harus dilakukan sebagai upaya meminimalisir
pencemaran lingkungan yang akan berdampak pada keberlangsungan
peternakan tersebut dan juga kelestarian lingkungan disekitar peternakan.
Pengolahan limbah baik dalam bentuk padatan, cair maupun gas harus dilakukan
dengan tepat. Proses pengolahan harus menghasilkan suatu produk yang dapat
dimanfaatkan baik oleh peternak maupun masyarakat disekitar peternakan.
Penanganan tersebut harus mampu memberi dampak positif bagi lingkungan dan
berkesinambungan dengan peternakan.
PENUTUP
Kesimpulan
Manajemen pemeliharaan, perencanaan dan Inovasi sangat diperlukan
untuk mengembangkan peternakan sapi perah yang memproduksi susu
berkualitas tinggi. Berbagai aspek harus diperhitungkan dan dipertimbangkan
sebelum mengembangkan peternakan sapi perah, mulai dari aspek lingkungan,
ekonomi, sumber daya pakan, sosial budaya dan perencaaan jangka panjang
lainnya sehingga ternak mampu memproduksi susu berkualitas serta pengusaha
ternak mampu mengembangkan peternakannya dalam jangka waktu panjang.
Perencanaan peternakan sapi perah meliputi berbagai aspek diantaranya
adalah aspek lingkungan yang berkaitan dengan iklim, suhu, kelembaban dan
lokasi peternakan. Perencanaan dari segi aspek pendukung harus
memperhitungkan fasilitas infrastruktur yang ada, jarak antara peternakan
dengan pasar atau tempat penjualan produk, kemudian aspek perencanaan
sumber daya alam lokasi yang akan dikembangkan harus tersedia sumber pakan
yang memadai, tersedia sumber air yang cukup untuk menopang kebutuhan
ternak sapi perah dan evaluasi agribisnis, yaitu membuat suatu perencanaan
produksi dan hasil yang seharusnya diperoleh sebagai acuan untuk mengevaluasi
hasil yang diperoleh dari usaha
Perencanaan finansial harus disusun dengan melihat seberapa besar modal
yang dibutuhkan untuk mengembangan usaha peternakan tersebut, biaya apa
saja yang harus dikeluarkan untuk operasional dan biaya lain-lain. Perencanaan
tersebut dibuat untuk memprediksi keuntungan yang akan diperoleh dari usaha
peternakan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Fikar. S dan Dadi.R, 2012. Beternak Sapi Limousin. Penebar swadaya. Jakarta.
Priyanti, A., Saptati. 2009. Dampak Harga Susu dalam Negeri di Tingkat
Peternakan. IPB. Bogor.
Syarif E.K dan Bagus. H, 2011. Beternak dan bisnis ternak sapi perah. Agro
Media. Jakarta.
Yuli.A., Hidayati. T.B dan Kurniati A.,2010. Kualitas pupuk cair hasil pengolahan
feses sapi potong dengan metode fermentasi menggunakan saccharomyces
cereviciae. Jurnal Ilmu Ternak. 11(2) :102-107.
Zuhriyah, Amanatuz. 2010. Analisis Permintaan dan Penawaran Susu Segar di Jawa
Timur. Embryo 7(2).