Anda di halaman 1dari 11

KINERJA PRODUKSI DUA STRAIN AYAM BROILER PADA PETERNAK

MITRA PT. CEMERLANG UNGGAS LESTARI


PRODUCTION PERFORMANCE OF TWO BROILER STRAINS IN PARTNER
FARMERS PT. CEMERLANG UNGGAS LESTARI
David Vito Dwitama, Sundari, Fx. Suwarta
Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana, Jl. Wates Km 10, Yogyakarta 55753
Email: mailto:david.vito86@gmail.com

INTISARI*

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kinerja produksi dua strain ayam broiler pada peternak
mitra PT. Cemerlang Unggas Lestari. Penelitian dilaksanakan pada bulan September – Oktober 2020, materi
penelitian yang digunakan adalah peternak yang memelihara ayam broiler strain Cobb dan Ross yang ada di
Yogyakarta, Klaten, dan Purworejo. Metode yang yang digunakan adalah metode survey, data yang diambil berupa
data Primer (berat DOC, mortalitas, deplesi, pertumbuhan bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan, umur
panen, berat akhir dan indeks performa). Data yang didapat ditabulasi lalu di uji menggunakan uji T-test
menggunakan SPSS 26.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja produksi strain Cobb dan strain Ross tidak
memiliki perbedaan yang nyata kecuali pada berat doc. Hasil uji T-test menunjukkan rata – rata umur panen 34 hari,
dengan bobot panen rata – rata 2 kg/ekor, tingkat deplesi strain Cobb (2.29±1.24%) dan strain Ross (3.04±1,96%),
konversi pakan strain Ross (1,555±0,04 g/ekor) dan strain Cobb (1,580±0,07 g/ekor), sehingga menghasilkan rata –
rata indeks performa strain Ross (387±43,55) dan Cobb (372±38,37). Hasil penelitian disimpulkan bahwa ayam
broiler strain Cobb dan strain Ross pada peternak mitra PT. Cemerlang Unggas Lestari memiliki kinerja produksi
yang sama kecuali berat DOC.

Kata kunci: Broiler, Strain, Kinerja Produksi, Cobb, Ross


ABSTRACT*

The purpose of this research was to study the production performance of two strains broiler in partner
farmer of PT. Cemerlang Unggas Lestari. The research was conducted in September - October 2020, the research
material used was farmer who rearing Cobb and Ross strain broilers in Yogyakarta, Klaten and Purworejo. The
method used was a survey method, the data were taken in the form of primary data (DOC weight, mortality,
depletion, average daily gain, feed consumption, feed conversion, harvest age, final weight and performance index).
The data obtained were tabulated and then tested by the T-test using SPSS 26.0. The result showed that the
production performance of Cobb and Ross strains had not significant differences except for doc weight. The result
of the T-test showed that the average age of harvest was 34 days, with an average harvest weight of 2 kg /chick, the
depletion rate of Cobb strains (2.29 ± 1.24%) and the Ross strain (3.04 ± 1.96%) , feed conversion of Ross strain
(1.555 ± 0.04) and Cobb strain (1.580 ± 0.07), so that the average performance index for Ross strain (387 ± 43.55)
and the Cobb strain (372 ± 38.37). The results concluded that the broiler strain Cobb and Ross in partner farmer of
PT. Cemerlang Unggas Lestari has the same production performance except on doc weight.

Keyword: Broiler, Strain, Production Performance, Cobb, Ross

PENDAHULUAN hewan hewan ternak yang lebih umum dipilih para


peternak untuk dikembangkan karena
Ayam broiler merupakan salah satu hewan
pertumbuhannya yang cepat. Berbagai macam strain
ternak yang sangat digemari oleh masyarakat
ayam broiler yang dapat ditemukan saat ini,
Indonesia untuk dikonsumsi guna memenuhi
merupakan hasil perkawinan antar ras dengan
kebutuhan protein asal hewan. Ayam broiler adalah
kemajuan tenologi yang semakin pesat, maka mampu

1
menghasilkan strain baru yang nantinya akan mandiri adalah kurangnya pengetahuan tentang
menguntungkan secara ekonomi (Rasyaf, 2011). manajemen peternakan ayam broiler yang baik dan
Kebutuhan konsumsi daging ayam menghadapi harga sarana produksi yang berupa
mengalami peningkatan sejalan dengan pertumbuhan DOC, pakan, dan harga jual ayam yang tidak stabil.
penduduk yang semakin pesat. Menurut Direktur Perbedaan strain pada ayam broiler mengakibatkan
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2020), perbedaan perlakuan dalam manajemen pemeliharaan
berdasarkan hasil Survei Konsumsi Bahan Pokok ayam broiler yang berpengaruh terhadap kinerja
(VKBP) tahun 2017 dan Survei Sosial Ekonomi produksi ayam broiler. Keterbatasan ini yang
Nasional (Susenas) tahun 2019 yang dilaksanakan membuat peternak mandiri tidak dapat berusaha
BPS RI, konsumsi daging ayam ras adalah sebesar secara maksimal dan perlu menjalin kerjasama yang
12,79 kg/kapita/tahun. Kebutuhan daging ayam ras bersifat kemitraan dengan perusahaan. Melalui
sampai bulan Mei 2020 diperkirakan sebesar kemitraan diharapkan dapat meningkatkan perolehan
1.450.715 ton. Sementara berdasarkan potensi nilai tambah bagi pelaku kemitraan. Kemitraan
produksi daging ayam ras sampai bulan Mei 2020, diharapkan menjadi solusi untuk merangsang
diperkirakan sebesar 1.721.609 ton.  tumbuhnya usaha pada sub sektor peternakan
Ayam broiler memiliki berbagai macam khususnya pada usaha budidaya ayam broiler. Oleh
strain yang merupakan hasil perkawinan dari bibit karena itu, beberapa peternak memilih bergabung
berkualitas tinggi yang memiliki keunggulannya dengan perusahaan kemitraan. Salah satu perusahaan
masing masing, sehingga mempunyai daya kemitraan dibidang budidaya ayam broiler di Kota
produktivitas yang tinggi serta pertumbuhan yang Yogyakarta adalah PT. Cemerlang Unggas Lestari.
cepat (Rasyaf, 2011).
PT. Cemerlang Unggas Lestari yang
Saat ini, jenis strain ayam ras pedaging yang
berlokasi di Jl. Anggrek No.84, Sambelegi Kidul,
banyak beredar di pasaran adalah Super 77, Tegel 70,
Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten
ISA, Kim Cross, Lohmann, MB 202, Hyline, Vdett,
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro,
merupakan sebuah perusahaan yang bergerak
Goto, Arbor Arcres, Tatum, Indian River, Hybro,
dibidang budidaya ayam broiler dan melaksanakan
Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross,
kemitraan dengan peternak rakyat yang tersebar di
Marshall ”M”, Euribrid, AA 70, H&N, Sussex,
Provinsi Jawa Tengah sejak tahun 1980. PT.
Bromo, dan CP 707 (Kumorojati, 2011). Jenis strain
Cemerlang Unggas Lestari merupakan salah satu
atau galur ayam ini diklaim memiliki daya
anak usaha dari PT. Charoen Pokphand yang
produktifitas relatif sama. Akan tetapi, beberapa jenis
memiliki kegiatan usaha di wilayah Republik
strain dapat saja memberikan capaian performa
Indonesia hingga manca negara. Cakupan wilayah
berbeda.
PT. Cemerlang Unggas Lestari mencakup seluruh
Kendala bagi peternak rakyat yang tidak
area provinsi Jawa Tengah. Keberadaan perusahaan
menjalin kemitraan dalam mengembangkan usahanya
kemitraan PT. Cemerlang Unggas Lestari bertujuan
adalah keterbatasan pengetahuan, modal, teknologi,
untuk memberikan kemudahan dan solusi bagi
dan pemasaran. Kendala yang dihadapi oleh peternak
peternak mandiri dalam menghadapi keterbatasan

2
yaitu modal, teknologi budidaya, dan pemasaran.
Peternak dapat menjalankan usahanya secara Materi Penelitian
berkesinambungan karena adanya bantuan modal Dalam penelitian ini yang menjadi sampel
berupa DOC, pakan dan obat-obatan dari PT. adalah Peternak Mitra PT. Cemerlang Unggas
Cemerlang Unggas Lestari selaku perusahaan inti, Lestari. Peralatan yang digunakan yaitu alat tulis,
dimana modal tersebut akan dikembalikan kepada lembar kuisioner dan kamera
perusahaan mitra setelah panen dengan harga yang
sudah disepakati di awal kontrak. Oleh karena itu, Metode Penelitian
perlu dilakukan penelitian dalam menganalisis Pra Penelitian
pendapatan usaha ternak ayam broiler pada peternak Pada tahap ini dilakukan pengurusan ijin dan
sebelum bermitra dan setelah bermitra dengan PT. orientasi pada manajemen di PT. Cemerlang Unggas
Cemerlang Unggas Lestari. Lestrai dan dilanjutkan penempatan lokasi penelitian.
Jenis strain ayam broiler di PT. Cemerlang
Unggas Lestari ada dua macam yaitu strain Cobb dan Pengambilan Sampel
strain Ross, masing-masing strain tersebut memiliki Teknik sampling yang digunakan adalah
karakteristik yang berbeda serta memiliki simple random sampling (sampel acak sederhana).
keunggulan. Perbedaan strain pada kedua ayam Dengan populasi 45 peternak yang tersebar di daerah
broiler tersebut mengakibatkan munculnya isu pada Yogyakarta, Klaten dan Purworejo. Dari total
peternak mitra bahwa strain Cobb memiliki kinerja populasi diambil sampel 31 responden atau sekitar
produksi lebih baik daripada strain Ross, sehingga 68,88% dari total peternak, yang terdiri dari 15
peternak mitra menjadi pilih – pilih terhadap jenis peternak ayam broiler strain Cobb, 15 peternak ayam
strain yang akan di budidayakan. broiler strain Ross dan 1 peternak yang memelihara
strain Cobb dan Ross.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja
Variabel Pengamatan
Produksi Dua Strain Ayam Broiler Pada Peternak
Mitra PT. Cemerlang Unggas Lestari”.
a. Berat DOC

MATERI DAN METODE Menimbang berat badan DOC strain Cobb


dan strain Ross, dengan cara menimbang kontainer
berisi DOC kemudian bobot timbang dikurangi
Waktu dan Tempat Penelitian bobot kontainer lalu dibagi dengan jumlah DOC.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Rumus: Berat DOC =
September - Oktober 2020 di Peternak Mitra PT.
Cemerlang Unggas Lestari yang ada di daerah berat total−berat kontainer
Yogyakarta, Klaten dan Purworejo. Pemilihan lokasi
jumlah DOC
penelitian ini dilakukan dengan sengaja karena PT. b. Mortalitas

Cemerlang Unggas Lestari merupakan salah satu Menghitung persentase mortalitas ayam

anak usaha dari PT. Charoen Pokphand. broiler strain Cobb dan strain Ross. Total jumlah

3
ayam yang mati dibagi dengan total jumlah ayam dikonsumsi dibagi dengan total bobot badan ayam
yang masuk. yang dihasilkan.
Rumus: Mortalitas (%) = Jumlah ayam Rumus menghitung FCR ialah :
mati / Jumlah ayam masuk x 100% Jumlah pakan yang dikonsumsi(kg)
FCR=
c. Deplesi Berat badan yang dihasilkan(kg)
Menghitung tingkat deplesi antar dua strain
ayam broiler. Menghitung jumlah ayam yang mati g. Umur Panen
dan diculling/afkir dibagi dengan jumlah total awal Parameter ini menghitung rata-rata umur
ayam yang dipelihara. Jumlah ayam yang mati dan ayam yang dipanen. Pemanenan dalam parameter ini
afkir diperoleh dari hasil catatan jumlah total ayam adalah pemanenan ayam sehat pada bobot badan
yang dipelihara dengan jumlah total ayam yang tertentu. Jadi, ayam afkir tidak termasuk ke dalam
dijual. Rumus menghitung tingkat deplesi (D) ialah: perhitungan.
jumlah ayammati+ Afkir Rumus:
D= x 100 %
populasi awal Rata – rata umur panen =
(Umur ayam dipelihara x Populasi ayam yang dip
d. Pertambahan Bobot Badan harian (ADG) Total populasi terpanen( ekor)
Menghitung pertambahan bobot badan
harian ayam broiler atau ADG (Average Daily h. Bobot Panen
Gain). ADG diperoleh dengan cara menghitung Menghitung bobot panen yang dihasilkan
rerata berat akhir ayam, berat doc dan umur panen, oleh kedua strain ayam broiler. Rumus Abw:
menggunakan rumus:
ADG Totola bobot ayam(kg)
Total ayam terpanen(ekor )
ABW −Berat DOC
¿
umur panen
i. Index Performance (IP)
e. Konsumsi Pakan
Menghitung Index Performance yang
Menghitung total pakan yang dikonsumsi
dihasilkan oleh kedua strain ayam broiler. Rumus
oleh dua strain ayam broiler. Jumlah konsumsi
Index Performance:
pakan diperoleh dengan cara menghitung jumlah
( 100−D ) x BB x 100
total habis pakan dengan jumlah ayam terpanen per IP=
A
periode. Rumus perhitungan: FCR x
U( )
Keterangan :
Konsumsi pakan = habis pakan (kg) : jumlah
IP : Indeks performan
ayam terpanen (ekor)
D : Persentase deplesi (%)
BB : Bobot badan rata-rata
f. Konversi pakan
saat panen (kg)
Menghitung konversi pakan antar dua strain
FCR : Feed conversion ratio
ayam broiler. FCR diperoleh dari total pakan yang

4
A/U : Umur rata-rata panen Variabel dalam kinerja produksi ayam broiler
(hari) meliputi: berat DOC, mortalitas, deplesi, ADG,
Standar IP yang baik ialah di atas 300. Oleh konsumsi pakan, FCR, rerata umur panen, bobot
karena itu, semakin tinggi nilai IP maka semakin panen, indeks performa.
berhasil suatu peternakan broiler tersebut (Medion,
2010). Tabel 4. Uji T-Test
Tabel 3. Standar Indeks Performa Strain Hasil T-test
Variabel Sig. Pengam
Indeks Peforma Nilai
X Y (2- bilan
(IP)
tailed keputusa
< 300 Kurang
) n
301 – 325 Cukup
Berat DOC (g) 42,13±0, 43,06±0, 0.001 (P<0,05)
326 – 350 Baik
71a 68b
351 – 400 Sangat baik
Deplesi (%) (ns) 2,29s±1. 3,04±1,9 0.202 (P>0,05)
> 400 Istimewa
24 6%
Mortalitas (%) (ns) 1,04±0,8 1,36±1,1 0.352 (P>0,05)
Analisis Data 0 0%
ADG (g) (ns) 58,73±0, 60,60±1, 0.254 (P>0,05)
Data yang didapat kemudian ditabulasi,
89 34
selanjutnya dilakukan analisis dan pengujian Konsumsi Pakan (g) 3,198±0, 3,245±0, 0.583 (P>0,05)
(ns) 17 28
menggunakan uji T-test.
FCR (ns) 1,580±0, 1,555±0, 0.278 (P>0,05)
07 04
Umur Panen (h) (ns) 33,81±1, 33,75±1, 0.897 (P>0,05)
HASIL DAN PEMBAHASAN 42 29
ABW (kg) (ns) 2,02±0,0 2,08±0,1 0.245 (P>0,05)
9 8
Lokasi Budi Daya Broiler IP (ns) 372±38,3 387±43,5 0.332 (P>0,05)
7 5
Berdasarkan hasil pengumpulan data Keterangan : - X: Strain Cobb Y:Strain Ross
sekunder dalam penelitian ini, diketahui bahwa lokasi - a,b superscript antar baris berat
pengembangan usaha budi daya ayam broiler dengan DOC menunjukkan adanya
strain Cobb dan Strain Ross yang berada dalam perbedaan nyata
region/unit Yogyakarta melalui sistem kemitraan - ns: menunjukkan perbedaan tidak
antara PT. Cemerlang Unggas Lestari selaku inti nyata
dengan peternak plasma, meliputi wilayah: Berat DOC
Kabupaten Sleman (14), Kabupaten Bantul (2), Rata-rata berat DOC antara strain Cobb dan
Kabupaten Kulon Progo (1), Kabupaten Klaten (6), Strain Ross dapat dilihat pada Tabel 4 yaitu
Kabupaten Purworejo (8) (42.13±0,71a g/ekor) dan (43.06g±0,68b g/ekor). Hasil
uji T-Test menunjukkan bahwa berat strain Ross
Kinerja Produksi berbeda nyata (P<0,05) dari strain Cobb. Berat rata –
rata strain Ross lebih besar bila dibandingkan dengan
Kinerja produksi ternak merupakan
strain Cobb dipengaruhi oleh faktor genetik dari
parameter yang digunakan untuk mengevaluasi dan
masing – masing strain. Hal ini sesuai dengan Ross
menentukan keberhasilan dalam usaha peternakan.
(2019) bahwa berat DOC strain Ross sebesar 43g dan

5
(Cobb, 2018) berat DOC strain Cobb adalah 42g. dihasilkan. DOC yang memiliki kualitas rendah dapat
Perbedaan berat DOC diduga dipengaruhi oleh bobot dilihat dengan ciri-ciri yaitu kaki DOC kering. Selain
induk masing – masing strain itu DOC terlihat stres ditandai dengan ciri-ciri DOC
Bobot induk yang lebih besar menghasilkan tidak mau makan, akibatnya fisik DOC menjadi
berat telur yang lebih besar pula, Rajab (2013) lemah. DOC juga dapat dikatakan rendah apabila
menyatakan bahwa beberapa faktor yang ketahanan tubuh DOC rendah, hal tersebut dapat
mempengaruhi bobot tetas antara lain yaitu bobot dilihat jika DOC yang dikirim tidak mampu
induk, umur induk, kualitas telur, kesehatan induk, beradaptasi dengan kondisi jalan saat proses
dan pengelolaan penetasan. Diperkuat oleh Astomo pengiriman DOC ke kandang berlangsung. Sehingga
dkk. (2016) yang menyatakan bahwa bobot telur DOC yang tidak dapat bertahan selama proses
yang besar akan menghasilkan bobot tetas yang besar pengiriman mengalami stres atau kurang lincah saat
juga, begitu pula sebaliknya. Semakin tinggi bobot masuk kedalam kandang
telur tetas semakin tinggi pula bobot DOC yang Menurut Bell dan Weaver (2002), tingkat
dihasilkan (Rajab, 2013). kematian ayam banyak terjadi pada minggu-minggu
Menurut penelitian Rama dkk. (2016) bobot pertama pemeliharaan dan sangat ditentukan oleh
induk mempengaruhi bobot telur yang dihasilkan. kondisi anak ayam pada saat pemeliharaan ayam.
Sedangkan bobot telur juga mempengaruhi berat tetas Tingkat mortalitas dipengaruhi oleh beberapa fakor,
dimana semakin tinggi bobot telur yang ditetaskan diantaranya bobot badan, bangsa, tipe ayam, iklim,
akan menghasilkan bobot tetas yang lebih besar. kebersihan lingkungan, sanitasi peralatan dan
Persentase bobot tetas yaitu berkisar 60 – 65% dari kandang serta penyakit (Zulfanita dkk, 2011),
berat telur (Dewanti, 2014).
Deplesi
Mortalitas Rata-rata tingkat deplesi antara strain Cobb
Rata-rata tingkat mortalitas antara strain dan Strain Ross dapat dilihat pada Tabel 4 yaitu
Cobb dan strain Ross dapat dilihat pada Tabel 4 yaitu (2.29±1.24%) dan (3.04±1,96%). Hasil uji T-Test
(1.04±0,80%) dan (1.36±1,10%). Hasil uji T-Test menunjukkan bahwa tingkat deplesi strain Ross
menunjukkan bahwa tingkat mortalitas strain Ross berbeda tidak nyata (P>0,05) dari strain strain Cobb.
berbeda tidak nyata (P>0,05) dari strain Cobb. Namun secara numerik persentase deplesi strain Ross
Namun secara numerik persentase mortalitas strain lebih tinggi dari strain Cobb. Faktor tingginya tingkat
Ross lebih tinggi dari strain Cobb. Indikasi faktor deplesi strain Ross disebabkan oleh tinggingya angka
penyebab terjadinya kematian tertinggi dalam kasus mortalitas dan afkir pada strain Ross, yang
tersebut yaitu akibat kualitas DOC kurang baik. disebabkan oleh kualitas DOC yang kurang baik.
Ustomo (2016) Kualitas DOC merupakan Deplesi merupakan akumulasi dari jumlah
salah satu penyebab risiko kematian pada budidaya angka kematian dan culling dalam satu periode
ayam broiler. Penyebabnya jarak tempuh dan kondisi pemeliharaan, adapun faktor yang menyebabkan
lalu lintas pada saat pengiriman DOC yang cukup tingginya angka deplesi adalah perubahan cuaca,
jauh, hal tersebut mempengaruhi kualitas DOC yang kualitas bibit yang buruk, buruknya menejemen

6
pemeliharaan, genetik dan adanya infeksi penyakit Pertambahan Bobot Badan (ADG)
(Fadilah, 2017). Tolok ukur dari keberhasilan Rata-rata pertumbuhan bobot badan antara
pengelolaan kandang salah satunya adalah tingkat strain Cobb dan strain Ross dapat dilihat pada Tabel
mortalitas atau tingkat deplesi. Produksi dapat 4 yaitu. Hasil uji T-Test menunjukkan bahwa
dikatakan berhasil apabila tingkat mortalitas atau pertumbuhan bobot badan strain Ross (60.60±1,34
deplesi <5% tidak lebih dari itu. Tingkat kematian g/ekor/hari) berbeda tidak nyata (P>0,05) dari strain
dan penurunan produksi telur akan meningkat jika Cobb, Namun secara numerik pertambahan bobot
keadaan di dalam kandang terlalu panas atau terlalu badan strain Ross lebih besar dari strain Cobb
dingin (Tabara, 2012). (58.73±0,89 g/ekor/hari). Faktor yang mempengaruhi
bobot badan ayam broiler antara lain; genetik, jenis
Konsumsi Pakan kelamin, kualitas ransum, suhu, manajemen
Rata-rata konsumsi pakan total antara strain perkandangan dan sanitasi (Hasan dkk. 2013)
Cobb dan strain Ross dapat dilihat pada Tabel 4 yaitu Rata-rata pertambahan berat tubuh yang
(3.198±0,17 g/ekor) dan (3.245±0,28 g/ekor). Hasil berbeda pada penelitian ini disebabkan oleh jumlah
uji T-Test menunjukkan bahwa rata – rata konsumsi konsumsi ransum yang lebih tinggi pada strain Ross
pakan strain Ross bebeda tidak nyata (P>0,05) dari daripada strain Cobb. Ayam broiler memiliki
strain Cobb. Namun secara numerik konsumsi pakan kapasitas untuk mencapai bobot badan 2 kg dalam
strain Ross lebih banyak dari strain Cobb. waktu 33 hari. Akan tetapi, bobot badan tergantung
Konsumsi ransum strain Ross yang lebih pada genetik dari strain, selain perkandangan,
tinggi daripada strain Cobb diduga dipengaruhi oleh kualitas ransum, dan strategi manajemen (Idahor dkk.
bobot awal ayam/bobot DOC. Rata-rata bobot awal 2013). Lebih tingginya pertambahan berat tubuh
dari strain Ross lebih besar 43.06 g/ekor dibanding strain Ross sejalan dengan tingginya konsumsi
strain Ross sebesar 42.13 g/ekor. Hal ini selaras ransum.
dengan penelitian Supriyono (2016) bahwa DOC Hal ini sesuai pendapat Ensminger and
dengan bobot awal yang tinggi memilik sistem Heinemann (1992) dalam Fajri (2012), bahwa
pencernaan yang dapat menampung lebih banyak pertumbuhan yang cepat adakalanya didukung
pakan, sehingga ayam dapat mengkonsumsi lebih dengan konsumsi ransum yang banyak pula. Hal ini
banyak pakan dan berpengaruh terhadap pertambahan didukung juga oleh pendapat Wahju (2006) dalam
bobot badan ayam. Hal ini sesuai dengan pendapat Fajri (2012), bahwa untuk mencapai tingkat
Scott, dkk. (1982) bahwa kemampuan biologis dari pertumbuhan optimal sesuai dengan potensi genetik,
setiap ayam berbeda dalam mencerna dan diperlukan makanan yang mengandung unsur gizi
mengabsopsi makanan, sehingga jumlah konsumsi secara kualkitatif dan kuantitatif, dengan demikian
ransum juga berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat ada hubungan kecepatan pertumbuhan dengan jumlah
Rasyaf (2011) yang menyatakan bahwa tinggi konsumsi makanan.
rendahnya bobot awal ayam akan sangat
memengaruhi bobot akhir yang dihasilkan. Rata – Rata Umur Panen

7
Rata-rata umur panen antara strain Cobb dan Bobot akhir strain Ross lebih besar
strain Ross dapat dilihat pada Tabel 4 yaitu dibanding strain Cobb disebabkan oleh konsusmi
33,81±1,42 dan 33,75±1,29 hari masa pemeliharaan ransum strain Ross lebih besar 3.245 g/ekor
Hasil uji T-Test menunjukkan bahwa rata – rata umur dibanding strain Cobb 3.198g/ekor. hal ini sesuai
panen strain Cobb tidak nyata (P>0,05) dari strain dengan pendapat Uzer dkk (2013) bahwa
Ross. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan strain pertambahan bobot badan sangat berkaitan dengan
Cobb dan strain Ross memiliki umur panen yang pakan, dalam hal kuantitas yang berkaitan dengan
sama 34 hari masa pemeliharaan, hal ini disebabkan konsumsi pakan apabila konsumsi pakan terganggu
oleh permintaan konsumen dan harga jual dipasar. maka akan mengganggu pertumbuhan.
Pada penelitian kali ini peternak
ayam broiler banyak memanen ayamnya di umur 30- Konversi pakan (FCR)
36 hari dengan bobot hidup antara 1,5 – 2,0 kg per Rata-rata konversi pakan antara strain Cobb
ekor ayam. Namun waktu panen ini bisa pula dan strain Ross dapat dilihat pada Tabel 4 yaitu
disesuaikan dengan waktu pencapaian bobot badan 1,580±0,07 dan 1,555±0,04. Hasil uji T-Test
ayam yang digemari konsumen. Pada daerah tertentu menunjukkan bahwa rata – rata konversi pakan strain
konsumen lebih suka ayam kecil dengan bobot Cobb berbeda tidak nyata (P>0,05) dari strain Ross.
kurang dari 1 kg. Sedangkan di daerah lain konsumen Hal ini menunjukkan efisiensi penggunaan nutrien
lebih suka ayam besar dengan bobot 1,5-2 kg, serta antara ayam broiler strain Cobb dan Ross hampir
ada juga yang menyukai ayam dengan bobot di atas 2 sama.
kg. Tingginya harga jual daging ayam broiler di Konversi ransum atau FCR (Feed
pasaran juga mempengaruhi hasil jual panen ayam, Convertion Ratio) merupakan istilah yang banyak
sehingga faktor ini pun bisa menjadi pertimbangan digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan
penentuan umur panen. Apabila di pasaran sedang makanan. FCR menunjukkan banyaknya makanan
terjadi kenaikan harga jual, seperti menjelang hari- yang dikonversikan menjadi bobot badan dan
hari besar agama, periode pemeliharaan bisa semakin rendah nilai FCR menunjukkan efisiensi
dipersingkat dan ayam bisa dipanen dan dijual lebih makanan yang semakin baik (Yaman dkk, 2011).
awal agar keuntungan yang diperoleh lebih besar. Menurut Allama dkk. (2012) bahwa nilai
konversi pakan yang rendah menunjukkan bahwa
Rata – rata bobot panen (ABW) efisiensi penggunaan pakan yang baik, karena
Rata-rata bobot badan pada perlakuan strain semakin efisien ayam mengkonsumsi pakan untuk
Cobb dan strain Ross dapat dilihat pada Tabel 4 yaitu memproduksi daging. Indeks konversi ransum akan
strain Cobb sebesar (2,02±0,09 kg/ekor) dan strain naik apabila hubungan antara jumlah energi dalam
Ross sebesar (2,08±0,18 kg/ekor). Hasil uji T-Test formula dan kadar protein disesuaikan secara teknis
menunjukkan bahwa rata – rata bobot badan akhir (Mookiah et al., 2014). Nilai konversi ransum
Strain Ross berbeda tidak nyata (P>0,05) dari strain dipengaruhi oleh jumlah konsumsi ransum dan
Cobb. Namun secara numerik bobot panen strain pertambahan bobot badan
Ross lebih besar daripada strain Cobb.

8
Konversi ransum ayam selain tergantung optimal sehingga usahanya dapat efisien. Perolehan
pada kecepatan pertumbuhan dan konsumsi ransum, nilai IP dapat dibandingkan dengan IP standar,
juga ditentukan oleh besar ukuran tubuh, temperatur berdasarkan literasi Medion nilai IP dinyatakan stabil
lingkungan dan kesehatan ayam (Berri dkk, 2011). bila berada pada kisaran 300-350. Nilai IP dibawah
Proses konversi zat gizi dalam sistem metabolisme 300 dikategorikan kinerja produksinya kurang baik
ayam juga dipengaruhi oleh kemampuan nutrisi sementara jika IP di atas 350 masuk kategori sangat
mengaktifkan enzim dan hormon pencernaan baik. Semakin tinggi pencapaian IP, maka
(Guernec dkk, 2004). keuntungan akan semakin besar. Hasil penilaian
penampilan produksi berguna untuk evaluasi pada
Index Performance (IP) akhir periode dan hasil evaluasi ini berguna untuk
Rata-rata Index Performance pada perlakuan membuat keputusan pengisian kembali atau
strain Cobb dan strain Ross dapat dilihat pada Tabel pengosongan kandang (Sinollah, 2011).
4 yaitu strain Cobb sebesar 372±38,37 dan strain
Ross sebesar 387±43,55. Hasil uji T-Test PENUTUP
menunjukkan bahwa rata – rata Index Performance
strain Ross tidak nyata (P>0,05) dari strain Cobb. A. Kesimpulan
Namun secara numerik indeks peforma strain Ross Hasil penelitian disimpulkan bawa ayam
lebih tinggi dari strain Cobb. broiler strain Cobb dan strain Ross pada peternak
IP strain Ross lebih baik dibanding strain mitra PT. Cemerlang Unggas Lestrari memiliki
Cobb, kondisi ini dimungkinkan karena hasil kinerja produksi yang sama kecuali berat DOC.
pemeliharaan ayam broiler strain Rosss memiliki
rata-rata konversi pakan lebih rendah (1,555), bobot B. Saran
badan akhir lebih tinggi (2.08 kg/ekor), walaupun Bagi para peternak serta pembaca yang
tingkat deplesi lebih tinggi (3,04%) dibanding strain berminat menjalankan usaha budidaya ayam broiler
Cobb. kususnya peternak mitra di PT. Cemerlang Unggas
Menurut Rofii (2018) peternak sebagai Lestari disarankan untuk tidak perlu memilih – milih
pelaku usaha harus mencapai indeks performa strain ayam broiler karena kinerja produksinya sama.

DAFTAR PUSTAKA

Astomo, W., D. Septinova dan T. Kurtini. 2016. Pengaruh sex ratio ayam Arab terhadap
fertilitas, daya tetas dan bobot tetas. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 4(1):6-12.

Aviagen. 2019. Ross 308 – Ross 308FF Broiler Performance Objective, Newbridge, Britania
Raya

Bell, D. D. dan W. D. Weaver, Jr. 2002. Commercial chicken meat and egg production. 5
Edition. Springer science and business medial, Inc. Spring Street, New York.

Berri, C., Debut, M., Santé-Lhoutellier, C., Arnould, B., Boutten, B., Sellier, N., Baéza, E., Jehl,

9
N., Jégo, Y., Duclos, M. J. and Le Bihan-Duval, E., 2011. Variations in chicken breast
meat quality: A strong implication of struggle and muscle glycogen level at death. Br.
Poult. Sci. 46:572–579

Cobb-Vantress. 2018. Cobb Broiler Management Guide 2018. Cobb-Vantress, Siloam Springs,
AR. Colchester, United Kingdom

Dewanti, A. C. 2014. Pengaruh Berbagai Jenis Bahan Litter Terhadap Respon Fisiologis
Broiler Fase Finisher Di Closed House. Skirpsi. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung. Bandar Lampung

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2020. Kementan: Stok Pangan Asal
Hewan Jelang Hbkn. https://ditjenpkh.pertanian.go.id/kementan-stok-pangan-asal-
hewan-jelang-hbkn-aman. (diakses tanggal 11 Januari 2021)

Fadilah R, Polana A, Alam S, Parwanto E. 2017. Sukses Berternak Ayam Broiler. PT.
AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Fajri, N. 2012. Pertambahan Berat Badan, Konsumsi dan Konversi Pakan Broiler yang
Mendapat Ransum Mengandung Berbagai Level Tepung Daun Katuk (Sauropus
Androgynus). Makalah Hasil Penelitian. Fakultas Perternakan Universitas Hasanuddin
Makassar. Makassar.

Guernec, A., B. Chevalier, and M. J. Duclos. 2004. Nutrient supply enhances both IGF-1 and
MSTN mRNA Levels in chicken skeletal muscle. Domes. Anim. Endocrinol.

Hasan, N. F., U. Atmomarsono dan E. Suprijatna. 2013. Pengaruh frekuensi pemberian pakan
pada pembatasan pakan terhadap bobot akhir, lemakabdominal dan kadarlemak hati
ayam broiler. Anim. Agri. J. 2 (1): 336-343.

Idahor, K. O., Yakubu, A., Gwaza, D. S., Egahi, J.O., Dogo, O.A., and John, A.D. 2013.
Physiological indices of four broiler strains on feed restriction in the middle belt of
Nigeria. J. Anim. Prod. Adv. 3(9): 283‒289.

Mookiah, S., CC. Sieo, K. Ramasamy, N. Abdullah, and Y.W. Ho. 2014. Effect of dietary
prebiotic, probiotic and synbiotics on performance, caecal bacterial populations and
caecal fermentation concentrations of broiler chicken. J. Sci. Food Agric. 94(2):341-
348.

Rama, S., Wibowo dan L. Silitongan. 2016. Pengaruh umur induk dan posisi pada mesin tetas
terhadap daya tetas telur ayam buras (gallus gallus domesticus). Jurnal Ilmu Tropika
Vol. 5. No.

Rajab. 2013. Hubungan bobot telur dengan fertilitas, daya tetas dan bobot anak ayam kampung.
Agrinimal. 3(2):56-60.

Rasyaf, M. 2011. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Swadaya. Jakarta.

10
Scott, M. L., M. C. Neisheim dan R. J. Young. 1982. Nutrition of the chicken. 3 Edition. ML.
Scott and ASS, Ithaca.

Supriyono, A. 2016. Korelasi Antara Bobot Awal Doc (Day Oid Chick) Dengan Penampilan
Ayam Pedaging. Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya.

Tabara, J. H. 2012. Respon Ayam Ras Pedaging Pada Lokasi Pemeliharaan Daerah Pantai dan
Pegunungan. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makasar.

Ustomo, E. 2016. 99% Gagal Beternak Ayam Broiler. Penebar Swadaya. Jakarta

Uzer, F., N. Iriyanti dan Roesdiyanto. 2013. Penggunaan pakan fungsional dalam ransum
terhadap konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan ayam broiler. J. Ilmiah
Peternakan. 1 (1): 282-288.

Yaman, M.A, Zulfan dan Andi Saputra. 2011. Respon pertumbuhan ayam lokal pedaging
terhadap suplementasi protein isolasi biji-bijian (PIB) dan perbedaan level protein
ransum. Agripet : Vol (9) No. 2: 55-61.

Zulfanita, E.M. Roisu, dan D.P. Utami. 2011. Pembatasan Ransum Berpengaruh Terhadap
Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler Pada Periode Pertumbuhan. Jurnal Ilmu-ilmu
Pertanian. Vol. 7. NO. 1: 59-60.

11

Anda mungkin juga menyukai