Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

PERENCANAAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN

PROSES MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN


BIDANG PETERNAKAN

OLEH:

NAMA : WAHYUNI WINANDASARI


NIM : I011201269
KELOMPOK : IV (EMPAT)
ASISTEN : KHOIRUL FADHLAM

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan merupakan satu dari sekian banyak sektor yang sangat penting

bagi pemenuhan pangan. Selain sebagai penyedia produk peternakan, juga

berperan dalam tersedianya lapangan pekerjaan terutama pada masyarakat

pedesaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan laju

pertumbuhan penduduk menyebabkan kebutuhan akan produk hewani juga

meningkat. Hal ini menyebabkan perlu adanya peningkatan dalam sektor

peternakan, sehingga dapat memaksimalkan perannya dalam perekonomian

negara. Peternakan umumnya terbagi menjadi peternak mandiri dan peternak

plasma yang tergabung dalam pola kemitraan. Peternak mandiri menjalankan

usahanya secara mandiri, mulai dari input produksi sampai dengan menjual hasil

panennya. Sedangkan peternak dengan pola kemitraan menjalin kerja sama

dengan perusahaan kemitraan, perusahaan menyediakan sarana produksi,

memberikan pengarahan pada peternak, dan membeli kembali hasil produksi

sesuai kesepakatan (Ervin dan Mokh, 2021).

Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap kegiatan

pengelolaan. Tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami

kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Jika

perencanaan dilakukan dengan baik, sesungguhnya setengah dari keberhasilan

sudah tercapai, selanjutnya setengahnya kemudian ditentukan oleh pelaksanaan

dari pembelajaran tersebut. Meskipun perencanaan sudah disusun dengan baik dan

sistematis tetapi bila dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan perencanaan,

1
kemungkinan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Oleh karena itu,

perencanaan yang baik dan pelaksanaan yang tepat akan sangat menentukan

keberhasilan proses pembelajaran (Widy dan Abdul, 2021).

Pembangunan peternakan adalah bagian dari pembangunan dalam sektor

pertanian yang mempunyai nilai strategis guna terpenuhinya kebutuhan pangan

masyarakat yang terus meningkat. Pembangunan peternakan juga berperan

sebagai konsekuensi bagi pertambahan jumlah penduduk di Indonesia. Beternak

di pedesaan sangat penting dan berarti dalam meningkatkan pendapatan para

peternak. Hal tersebut dikarenakan peternakan dapat menghasilkan bahan pangan

berkualitas tinggi misalnya susu, daging dan juga telur. Penerapan ilmu

manajemen juga dapat digunakan dalam bidang peternakan, seperti mengatur

strategi pemasaran yang efektif dan modern mengikuti perkembangan pasar

(Ningrum, dkk., 2021).

Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) adalah salah satu

bentuk pembangunan partisipatif di Indonesia yang dilaksanakan di daerah. Dasar

pelaksanaan musrenbang di kota-kota atau kabupaten adalah amanat Undang-

undang yang kemudian oleh pemerintah daerah diturunkan dalam bentuk

Peraturan Daerah dan Petunjuk Teknis sebagai pedoman bagi penyelenggaraan

dan pelaksanaan musrenbang di daerah. Musrenbang merupakan forum bagi

pemerintah, legislatif dan pemangku kepentingan pembangunan (masyarakat)

untuk memahami isu-isu dan permasalahan pembangunan daerah dengan tujuan

untuk mencapai kesepakatan bersama tentang prioritas program pembangunan

(Erialdy dan Muhtadi, 2021). Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya

2
praktikum lapang Perencanaaan Pembangunaan Peternakan mengenai Proses

Musrenbang Pada Bidang Peternakan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam praktek

lapang ini adalah bagaimana proses Musrenbang pada bidang peternakan?

Tujuan dan Manfaat

Tujuan dilakukannya praktikum Perencanaaan Pembangunaan Peternakan

mengenai Proses Musrenbang Bidang Peternakan yaitu untuk mengetahui

bagaimana proses Musrenbang bidang peternakan dan apa saja hambatan yang

terjadi dalam proses Musrenbang bidang peternakan.

Adapun manfaat dilakukannya praktikum Perencanaaan Pembangunaan

Peternakan mengenai Proses Musrenbang Bidang Peternakan yaitu sebagai

sumber informasi ilmiah bagi mahasiswa, dosen dan masyarakat agar mengetahui

bagaimana proses Musrenbang bidang peternakan dan apa saja hambatan yang

terjadi dalam proses Musrenbang bidang peternakan.

3
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Sapi Potong

Sapi potong merupakan penyumbang daging terbesar dari kelompok

ruminansia terhadap produksi daging nasional sehingga usaha ternak ini

berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha yang menguntungkan. Sapi potong

telah lama dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai tabungan dan tenaga kerja

untuk mengolah tanah dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional.

Strategi pengembangan sapi potong harus mendasarkan kepada sumber pakan dan

lokasi usaha. Untuk itu dibutuhkan identifikasi dan strategi pengembangan

kawasan peternakan agar kawasan peternakan yang telah berkembang di daerah

dapat dioptimalkan pemanfaatannya, sehingga mampu menumbuhkan investasi

baru untuk budidaya sapi potong (Sandi dan Purnama, 2017).

Berdasarkan Rencana Strategis Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan

Tahun 2010-2014 (Ditjen PKH 2011), daging sapi merupakan 1 dari 5 komoditas

bahan pangan yang ditetapkan dalam RPJMN 2010-2014 sebagai komoditas

strategis. Konsumsi daging sapi nasional pada tahun 2005 sebesar 0,99 kg per

kapita per tahun dan terus meningkat sampai tahun 2012 hingga menjadi 2,16 kg

per kapita per tahun (BKP 2013). Permintaan daging sapi tersebut diperkirakan

akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional,

meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani, dan

pertambahan jumlah penduduk (Susanti, dkk., 2014).

Pemenuhan kebutuhan daging sapi nasional saat ini sebagiannya (39%)

masih bergantung pada impor. Kondisi ini berbeda dengan era tahun 70-an ketika

4
Indonesia menjadi negara pengeskpor sapi. Pada tahun 1972 Indonesia

mengekspor sekitar 15 ribu ekor sapi dan kerbau ke Singapura dan Hongkong. Ini

berarti peternakan sapi potong di Indonesia belum mampu mempertahankan atau

meningkatkan eksistensinya untuk memenuhi kebutuhan akan daging sapi yang

semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya populasi penduduk di

Indonesia. Beberapa saran yang dapat dilakukan untuk pengembangan usaha

ternak sapi potong yaitu peternak harus terus berinovasi dan mengajarkan,

pemerintah harus menjalankan aturan yang telah dibuat dengan tegas, penyuluh

peternakan harus berperan aktif dalam melakukan penyuluhan, dan akademisi

pada bidang peternakan harus mampu menjadi solusi atas berbagai masalah yang

dihadapi oleh peternak (Humau, dkk., 2020).

Laju populasi sapi potong di Indonesia lebih rendah dengan permintaan

daging yang semakin meningkat, sehingga mengakibatkan adanya impor sapi

potong bakalan naik tiap tahunnya. Dengan hal ini, perlu dilakukan gerakan untuk

meningkatkan efisiensi dan efektifitas reproduksi sapi potong sehingga impor sapi

potong dapat dikurangi. Selan itu, penampilan reproduksi di peternakan rakyat

secara umum masih tergolong rendah, sehingga perlu adanya evaluasi reproduksi

sapi potong pada paritas berbeda. Tinggi rendahnya efisiensi reproduksi ternak

dipengaruhi oleh lima hal yaitu . sngka kebuntingan (conception rate); jarak antar

kelahiran (calving interval); jarak waktu antara melahirkan sampai bunting

kembali (service periode); angka kawin per kebuntingan (service per conception);

angka kelahiran (calving rate) (Ihsan dan Wahjuningsih, 2011).

5
Tinjauan Umum Perencanaan Pembangunan Peternakan

Perencanaan adalah sesuatu yang penting sebelum melakukan sesuatu

yang lain. Perencanaan dianggap penting karena akan menjadi penentu dan

sekaligus memberi arah terhadap tujuan yang ingin dicapai. Perencanaan juga

dapat diartikan dengan proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis

yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan juga

merupakan suatu proses penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan

pada waktu yang akan datang, dalam rangka mencapai sasaran tertentu.

Perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan

dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, siapa yang melakukan,

bilamana, dimana, dan bagaimana melakukannya (Darwisyah, dkk., 2021).

Pembangunan merupakan usaha sadar dari masyarakat untuk mencapai

kesejahteraannya adalah hal yang wajar dilakukan oleh masyarakat untuk

mencapai kesejahteraannya sendiri. Sayangnya, saat ini, pembangunan yang

dilakukan oleh masyarakat pada umumnya adalah pembangunan yang bersifat

sementara dan tidak berkelanjutan. Pembangunan yang berkelanjutan tersebut

dilakukan untuk menjamin terpenuhinya SGDs yang merupakan rangkaian dari

pembangunan ekonomi, sosial, dan ekologi. Sehingga dengan adanya

pembangunan yang berkelanjutan tersebut, maka tercapai tujuan dari negara

dengan adanya pembangunan masyarakat yakni peningkatan taraf hidup yang

pada akhirnya akan bermuara pada kesejahteraan rakyat (Yenny, 2020).

Pembangunan peternakan adalah rangkaian kegiatan yang

berkesinambungan dan merupakan upaya untuk mengembangkan kemampuan

peternak agar mampu melaksanakan usaha yang produktif dibidang peternakan

6
secara mandiri. Di masa mendatang, pembangunan peternakan memiliki visi yaitu

mewujudkan peternakan yang maju, efisien, dan Tangguh, kompetitif, mandiri

dan berkelanjutan serta mampu memberdayakan ekonomi rakyat. Pembangunan

peternakan tersebut dilakukan dari hulu ke hilir. Pelaksanan kegiatan pengabdian

masyarakat mampu membantu peternak untuk mengembangkan pembangunan

peternakan melalui peningkatan produktivitas ternak utamanya melalui

peningkatan pengetahuan dan keterampilan (Fathurohman, dkk., 2018).

Isu pembangunan peternakan berkelanjutan di Indonesia erat kaitannya

dengan standar kompetensi lulusan program studi sarjana peternakan. Berbagai

upaya mewujudkan pembangunan peternakan berkelanjutan, diantaranya yaitu

dengan sistem integrasi tanaman-ternak dengan konsep zero waste, pemanfaatan

sumber daya lokal untuk menekan impor. Pembangunan peternakan berkelanjutan

pada prinsipnya memiliki 5 (lima) dimensi, yaitu dimensi ekologi, dimensi

ekonomi, dimensi sosial dan budaya, dimensi kelembagaan, dan dimensi

teknologi. Standar kompetensi lulusan telah diatur melalui Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020. Standar

kompetensi lulusan tersebut erat kaitannya dengan peranan mahasiswa sebagai

agent of change dalam pembangunan peternakan berkelanjutan tersebut

(Setyawan dan Amam, 2021).

Tinjauan Umum Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) merupakan

program tahunan pemerintah yang dilaksanakan secara bertahap dari tingkat

desa/kelurahan hingga tingkat provinsi dan diakhiri pada Musrenbang Nasional.

Tujuan Musrenbang adalah untuk merumuskan berbagai program pembangunan

7
di Indonesia melalui pendekatan bottom-up. Kondisi IPM Indonesia dinilai belum

optimal maka diperlukan pendekatan strategis dalam meningkatkan kualitas

manusia Indonesia. Salah satunya ialah membuat dan merencanakan proses

pembangunan manusia menjadi lebih fokus, terencana dan terukur dalam

kerangka penuntasan berbagai persoalan masyarakat (Hendri, dkk., 2014).

Musrenbang Kecamatan merupakan forum pertemuan para pemangku

kepentingan untuk menghimpun aspirasi dari seluruh desa dan mencapai

kesepakatan dengan desa-desa di bawah kecamatan masing-masing. Misalnya,

proposal terkait peternakan akan diajukan ke Dinas Peternakan dan Peternakan

tingkat kabupaten, proposal terkait pertanian akan diteruskan ke Dinas Pertanian

tingkat kabupaten, dan seterusnya. Selanjutnya, setiap kecamatan juga memiliki

alokasi anggaran yang ditetapkan oleh Bappeda. Mereka dapat menggunakan

anggaran ini untuk menampung proposal dari desa dan kegiatan yang diprakarsai

oleh kecamatan itu sendiri. Tujuan utama musyawarah perencanaan ini adalah

untuk mendiskusikan dan menyepakati hasil musyawarah desa yang akan menjadi

prioritas pembangunan kecamatan (Sinaga, 2022).

Forum perencanaan misalnya Musrenbang sebenarnya telah

mengakomodir partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan baik itu ikut

berpartisipasi dalam musrenbang ataupun melalui penyampaian aspirasi melalui

pihak lain. Komunikasi yang terjadi menunjukkan bahwa masyarakat telah terlibat

secara langsung dalam proses formulasi perencanaan terlepas apakah nantinya

aspirasi mereka akan diterima atau tidak. Komunikasi yang terjadi menunjukkan

bahwa masyarakat telah terlibat secara langsung dalam proses formulasi

perencanaan terlepas apakah nantinya aspirasi mereka akan diterima atau tidak.

8
Selanjutnya, setiap kecamatan juga memiliki alokasi anggaran yang ditetapkan

oleh Bappeda. Mereka dapat menggunakan anggaran ini untuk menampung

proposal dari desa dan kegiatan yang diprakarsai oleh kecamatan itu sendiri

(Hakim, dkk., 2015).

Beberapa masalah yang sering kali terjadi dalam musrenbang adalah

pencapaian tujuan yang tidak terlaksana dengan baik. Masalah ini muncul karena

tiga sebab. Pertama, masalah muncul karena kemampuan keuangan dana daerah

yang terbatas. Kedua, setelah memerhatikan, saran dan pendapat masyarakat

lainya serta memerhatikan masukan dan saran pada saat rapat gabungan, ternyata

hal itu masih dianggap belum menjadi prioritas yang harus didahulukan untuk

dikerjakan. Ketiga, pemahaman tentang musrenbang, belum dimengerti secara

utuh oleh semua komponen yang terlibat dalam musrenbang itu. Hal menarik lain

adalah proses perencanaan pembangunan belum diawali dengan kegiatan

pendahuluan untuk mendapatkan data yang valid mengenai potensi, masalah dan

kebutuhan masyarakat (Manik, dkk., 2022).

9
METODOLOGI PRAKTEK LAPANG

Waktu dan tempat

Berdasarkan Praktek Lapang Perencanaan Pembangunan Peternakan

mengenai Proses Musyawarah Perencanaan Pembangunan Bidang Peternakan

dilaksanakan pada hari Jumat-Minggu, 14-16 Oktober 2022, bertempat di Desa

Tompo Kecematan Barru, Kabupaten Barru.

Jenis dan sumber data

Jenis data yang digunakan dalam praktek lapang Perencanaan Pembangunan

Peternakan mengenai Proses Musyawarah Perencanaan Pembangunan Bidang

Peternakan yaitu:

1. Data Kualitataif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata. Data ini

diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data seperti,

wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah

dibandingkan dalam catatan lapangan (transkrip).

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan.

Penelitian kuantitatif mencakup setiap jenis penelitian yang didasarkan

atas perhitungan presentasi, rata-rata dan perhitungan statistik. Sesuai

dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah dan dianalisis

menggunakan teknik perhitungan matematik dan sistematika, misalnya

jumlah keluarga dan ternak.

10
Sumber data yang digunakan dalam praktek lapang Perencanaan

Pembangunan Peternakan mengenai Proses Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Bidang Peternakan yaitu:

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

responden. Dalam kegiatan pelaksanaan Praktek Lapang ini, data primer

didapatkan dari hasil wawancara dan responden.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari

responden. Dalam kegiatan Praktek Lapang ini, yang menjadi sumber data

sekunder yaitu buku, jurnal, serta profil desa.

Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang dilakukan praktek lapang Perencanaan

Pembangunan Peternakan yaitu :

1. Studi lapangan yang terdiri dari :

a. Observasi merupakan salah satu teknik pengumpukan data yang tidak

hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat digunakan

untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik ini digunakan

jika penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses

kerja dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.

b. Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

tatap muka dan tanya jawab langsung antara pewawancara dengan

responden.

11
2. Studi pustaka adalah bahan atau sumber ilmiah yang biasa digunakan untuk

membuat suatu karya tulis ilmiah. Literatur ini mirip daftar pustaka dan

referensi, referensi ke sumber lain itulah yang dinamakan literatur. Bentuk

literatur ini bisa berupa hardcopy dan softcopy.

12
GAMBARAN UMUM LOKASI

Letak dan Keadaan Geografis

Secara administratif, Desa Tompo termasuk dalam wilayah Kecamatan

Barru, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Barru terletak

antara koordinat 40o5'49" - 40o47'35" lintang selatan dan 119o35'00" 119o49'16"

bujur timur dengan luas wilayah 1.174.72 km2. Desa Tompo merupakan salah satu

desa yang berada di daerah pegunungan dengan luas wilayah 34,86 km2. Desa

Tompo terdiri dari 4 Dusun, 20 RT, dengan batas wilayah Sebelah Utara

berbatasan dengan Desa/Kelurahan Binuang dan Kecamatan Balusu, Sebelah

Selatan berbatasan dengan Desa/Kelurahan Palakka dan Kecamatan Barru,

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa/Kelurahan Soppeng dan Kabupaten

Soppeng, Sebelah Barat berbatasan dengan Sepe’e dan Kecamatan Barru.

Secara visualisasi, wilayah administratif dapat dilihat dalam peta wilayah

Desa Tompo sebagai berikut:

Gambar 1. Peta wilayah Desa Tompo

13
GAMBARAN UMUM RESPONDEN

Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada Desa Tompo,

Kecamatan Barru, Kabupaten Barru, jumlah responden berdasarkan jenis kelamin

didapatkan hasil pada tabel berikut.

Tabel 1. Identifikasi responden berdasarkan Jenis Kelamin.


No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Laki laki 3 30
2. Perempuan 7 70
Jumlah 10 100
Sumber : Data primer Desa Tompo, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru

Umur

Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada Desa Tompo,

Kecamatan Barru, Kabupaten Barru, jumlah responden berdasarkan umur

didapatkan hasil pada tabel berikut.

Tabel 2. Identifikasi responden berdasarkan umur.


No. Frekuensi Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 20-29 4 40
2. 30-39 1 10
3. 40-49 3 30
4. 50-59 2 20
Jumlah 10 100
Sumber : Data primer Desa Tompo, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru

Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada Desa Tompo,

Kecamatan Barru, Kabupaten Barru, jumlah responden berdasarkan tingkat

pendidikan didapatkan hasil pada tabel berikut.

14
Tabel 3. Identifikasi responden berdasarkan tingkat pendidikan.
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Tidak Berpendidikan 1 10
2. SD 7 70
3. SMP - -
4. SMA 2 20
5. S1-Sederajat - -
Jumlah 10 100
Sumber : Data primer Desa Tompo, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru

Pekerjaan Utama

Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada Desa Tompo,

Kecamatan Barru, Kabupaten Barru, jumlah responden berdasarkan pekerjaan

utama didapatkan hasil pada tabel berikut.

Tabel 4. Identifikasi responden berdasarkan Pekerjaan.


No. Tingkat Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. Petani 5 50
2. Peternak 3 30
3. Ibu Rumah Tangga 2 20
Jumlah 10 100
Sumber : Data primer Desa Tompo, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru

Jumlah Ternak

Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada Desa Tompo,

Kecamatan Barru, Kabupaten Barru, jumlah responden berdasarkan jumlah ternak

didapatkan hasil pada tabel berikut.

Tabel 5. Identifikasi responden berdasarkan Jumlah Ternak.


No. Jumlah Ternak (Ekor) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 1-10 9 90
2. 11-20 - -
3. 21-30 - -
4. >30 1 10
Jumlah 10 100
Sumber : Data primer Desa Tompo, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru

15
Lama Beternak

Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada Desa Tompo,

Kecamatan Barru, Kabupaten Barru, jumlah responden berdasarkan lama beternak

didapatkan hasil pada tabel berikut.

Tabel 6. Identifikasi responden berdasarkan Lama Beternak.


No. Lama Beternak (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 1-10 7 70
2. 11-20 1 10
3. 21-30 1 10
4. >30 1 10
Jumlah 10 100
Sumber : Data primer Desa Tompo, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru

Jumlah Tanggungan Keluarga

Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada Desa Tompo,

Kecamatan Barru, Kabupaten Barru, jumlah responden berdasarkan jumlah

tanggungan keluarga didapatkan hasil pada tabel berikut.

Tabel 7. Identifikasi responden berdasarkan Jumlah Tanggungan.


No. Jumlah Tanggungan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. 1-2 3 30
2. 3-4 6 60
3. >5 1 10
Jumlah 10 100
Sumber : Data primer Desa Tompo, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru

16
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian Musyawarah Pembangunan Perencanaan

Musrenbang merupakan bentuk pembangunan partisipatif di Indonesia

yang dilaksanakan di daerah. Dasar pelaksanaan musrenbang adalah amanat

Undang-undang yang kemudian oleh pemerintah daerah diturunkan dalam bentuk

peraturan daerah dan petunjuk teknis sebagai pedoman bagi penyelenggaraan dan

pelaksanaan musrenbang. Musrenbang merupakan forum bagi pemerintah,

legislatif dan pemangku kepentingan pembangunan untuk memahami isu-isu dan

permasalahan pembangunan daerah dengan tujuan mencapai kesepakatan bersama

atas prioritas pembangunan. Dengan harapan tidak ada lagi program-program

pembangunan yang tumpang tindih namun sesuai dengan kebutuhan masyarakat

sehingga sumber daya pembangunan yang terbatas dapat dimanfaatkan dengan

optimal (Erialdy, dkk., 2021)

Musrenbang berfungsi sebagai proses negosiasi, rekonsiliasi dan

harmonisasi perbedaan antara pemerintah dan pemangku kepentingan non

pemerintah, sekaligus mencapai consensus bersama mengenai prioritas kegiatan

pembangunan anggaran. Tujuan Musrenbang desa yaitu: Menyepakati prioritas

kebutuhan / masalah dan kegiatan desa yang akan menjadi bahan penyusunan

Rencana Kerja Pembangunan Desa dan menyepakati tim delegasi desa yang akan

memaparkan persoalan daerah yang ada di desanya pada forum Musrenbang

kecamatan untuk penyusunan program pemerintah daerah / SKPD tahun

berikutnya (Rahayuningsih dan Arbayah, 2021)

17
Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) berperan

dalam menyerap aspirasi masyarakat dalam pembangunan dari tingkat

desa/kelurahan sampai ke tingkat kabupaten. Hal ini dapat dikatakan bahwa forum

Musrenbang merupakan wadah yang representatif bagi masyarakat di

desa/kelurahan guna menyalurkan aspirasi masyarakat agar dapat disampaikan

kepada pemerintah tingkat yang lebih atas untuk dapat diakomodir. Dalam

Musrenbang ini seluruh elemen masayarakat di desa/kelurahan dapat

menyampaikan berbagai permasalahan dan usulan kegiatan yang menjadi

kebutuhan masyarakat (Paselle, 2013).

Upaya Pemerintah dalam Mengikutsertakan Peternak pada Proses


Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Peran pemerintah dalam mempengaruhi masyarakatnya untuk turut serta

dalam kegiatan pembangunan lebih khususnya pada musrenbang desa adalah

perihal yang krusial serta tidak bisa dipisahkan. Peranan dari pejabat desa untuk

upaya peningkatan pembangunan desa dengan pondasi yang telah dirumuskan

guna menjalankan perencanaan pembangunan desa yang diharapkan oleh

masyarakat. Musyawarah dalam rangka rencana pembangunan desa merupakan

forum yang diselenggarakan setiap tahun dimana dilakukan dengan partisipatif

dari seluruh yang berkepentingan dalam desa dengan tujuan kesepakatan rencana

kegiatan untuk setahun dan 5 tahun pembangunan desa (Dihung, 2022).

Pemerintah sudah melakukan kerjasama untuk menggabungkan hal-hal

apa saja yang menjadi permasalahan di masyarakat. Dalam hal ini pemerintah

sepakat untuk memberikan penyuluhan dan pendataan terkait dampak yang terjadi

apabila mendirikan bangunan di tengah permukiman masyarakat. Upaya yang

dilakukan oleh pemerintah ini mendapatkan respon positif oleh masyarakat

18
pembudidaya. masyarakat pembudidaya juga sepakat untuk melakukan arahan

yang di berikan oleh pemerintah. dalam hal ini upaya yang dilakukan oleh

pemerintah sudah berjalan dengan baik meskipun belum sepenuhnya efektif tetapi

upaya yang dilakukan pemerintah susah sedikit membantu masyarakat (Ariyanti,

dkk., 2022).

Peranan pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan daerah

merupakan pemerintah yang mempunyai kewenangan yang sangat strategis dan

kedudukan yang strategis hal ini berkaitan dengan fungsinya selaku “pelayanan

publik” guna meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran, keamanan, keadilan dan

ketenteraman bagi masyarakat. Sebab perencanaan pembangunan daerah adalah

suatu kegiatan untuk dilakasanakan dimasa depan dalam hal ini berawal dari

tahapan-tahapan proses penyusunan program dan aktivitas yang melibatkan

berbagai elemen didalamnya, demi pemanfaatan dan pengalokasian sumber-daya-

sumber daya yang ada dengan tujuannya untuk menigkatkan kesejahteraan

masyarakat pada umumnya dalam suatu lingkungan atau wilayah yang

direncanakan dalam jangka waktu tertentu (Soares, dkk., 2015).

Peran Peternak dalam Proses Musrenbang

Peran peternak hanya sebagai obyek masyarakat yang didengar

pendapatnya lalu disimpulkan, rakyat telah ikut berpartisipasi dan lembaga negara

telah memenuhi kewajibannya. Namun pada tangga informasi rakyat hanya diberi

tahu akan tetapi tidak peduli peternak itu memahami. Terlebih tangga informasi

tersebut juga berlaku pada saat partisipasi peternak dalam program musrenbang

yang membiarkan peternak tidak mengetahui program musrenbang untuk dapat

19
mengoperasikan sendiri ataupun mendorong peternak agar berperan aktif untuk

terlibat dalam program musrenbang tersebut (Azhar, 2015).

Tingkat partisipasi masyarakat dalam Musrenbang Kecamatan masih

rendah, rendahnya minat masyarakat ini di sebabkan oleh sosialisasi yang

dilakukan pemerintah dalam hal ini pemerintah Kecamatan masih kurang, ini

berdampak terhadap kehadiran masyarakat dalam pelaksanaan Musrenbang dan

pengetahuan masyarakat atas penting dan perlunya musrenbang masih sangat

minim, dengan rendahnya minat masyarakat terhadap kegiatan Musrenbang yang

merupakan bagian dari starategi pembangunan daerah akan mempengaruhi

kualitas dari Perencanaan tersebut (Imhitan, dkk., 2017).

Penggalangan partisipasi itu dilandasi adanya pengertian bersama dan

adanya pengertian tersebut adalah karena diantara orang-orang itu saling

berkomunikasi dan berinteraksi sesamanya. Dalam menggalang peran serta semua

pihak itu diperlukan (1) terciptanya suasana yang bebas atau demokratis dan (2)

terbinanya kebersamaan. Selanjutnya dinyatakan, partisipasi masyarakat dalam

pembangunan adalah sebagai ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut

dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, dan ikut serta memanfaatkan dan

menikmati hasil-hasil pembangunan (Mustanir dan Abadi, 2017).

Dampak yang Dirasakan Peternak dari Terealisasikannya Musrenbang

Dengan diberlakukannya sistem Musrenbang telah membawa dampak

meningkatnya jumlah usulan pembangunan yang berasal dari peternak yang

masuk kedalam pemerintah. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya jumlah

pembangunan yang berasal dari peternak dan sesuai dengan apa yang mereka

butuhkan. Selain itu dengan adanya Musrenbang ini telah membawa kemudahan

20
bagi peternak untuk berpartisipasi. Peternak dapat menyampaikan usulan mereka

dalam forum rembuk RT yang selanjutnya usulan tersebut akan ditindak lanjuti

oleh Ketua RT / Ketua RW untuk dimasukkan kedalam usulan pembangunan

diwilayah tersebut (Baskoro, 2020).

Berbagai kekurangan yang timbul dalam pelaksanaan musrenbang,

dikhawatirkan dapat menggerus partisipasi peternak dan mengurangi iklim

akuntabilitas dalam perencanaan pembangunan daerah. Peternak bisa menjadi

semakin apatis dan menganggap musrenbang hanya sebagai forum formalitas

semata. Jika itu terjadi maka akan membawa dampak yang tidak baik dalam

upaya pengelolaan kelembagaan daerah ke arah pelibatan partipasi peternak. Oleh

karena itu, peternak sebagai salah satu unsur yang berperan dalam pelaksanaan

musrenbang perlu diberikan pemahaman yang utuh akan hak-hak mereka agar

bargaining position peternak dapat memiliki nilai lebih dan berimbas pada

semakin meningkatnya partisipasi peternak di daerah tersebut (Far, 2022).

Program pembangunan yang diajukan dalam musrenbang juga telah

disesuaikan dengan prioritas pembangunan di tingkat kabupaten, namun tidak

dipungkiri bahwa dalam implementasi di lingkup kecamatan bahkan desa program

pembangunan yang dijalankan belum memberikan manfaat maupun dampak

signifikan kepada peternak. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh

ketidaksesuaian dengan kebutuhan peternak, yang pada akhirnya peternak tidak

dapat memanfaatkan program pembangunan yang telah dilaksanakan. Untuk

mengoptimalkan program pembangunan desa agar manfaatnya dirasakan secara

menyeluruh oleh peternak, tidak hanya pembangunan fisik tetapi pembangunan

non fisik yang menjadi perubahan (Kurniawati dan Eprilianto, 2022).

21
22
PENUTUP

Kesimpulan

Saran

23
DAPUS

Mewengkang, A. J., Singkoh, F., & Sampe, S. (2021). Efektivitas Pelaksanaan


Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) di Kecamatan Tompaso
Kabupaten Minahasa Tahun 2016. Governance, 1(2) :1-10

Erliady., dan Muhtadi, T. Y. (2021). Pendampingan Masyarakat Sebagai Fasilitator


Dalam Memandu Kegiatan Musrenbang Tingkat Kelurahan. Dinamisia: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(2), 342-348.

Paselle, E. (2017). Perencanaan Pembangunan Partisipatif: Studi Tentang Efektivitas


Musrenbang Kec. Muara Badak Kab. Kutai Kartanegara. Jurnal Paradigma (JP), 2(1), 10-
25.

Ariyanti, W., Razak, A. R., & Parawangi, A. (2022). Koordinasi


Pemerintah Dalam Pembudidayaan Sarang Walet Di Kecamatan
Mangkutana Kabupaten Luwu Timur. Kajian Ilmiah Mahasiswa
Administrasi Publik (KIMAP), 3(3), 934-946.

Soares, A., Nurpratiwi, R., & Makmur, M. (2015). Peranan


pemerintah daerah dalam perencanaan Pembangunan daerah. JISIP:
Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 4(2). 232-236

Imtihan, H., & Wahyunadi, F. (2017). Peran Pemerintah Dan Partisipasi Masyarakat
Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah. Neo-Bis, 11(1), 28-40.

24

Anda mungkin juga menyukai