43-66 43
Naskah diterima: 4 Januari 2017 Direvisi: 20 Januari 2017 Disetujui terbit: 6 April 2017
ABSTRACT
Maize is one of important commodities after rice. As a secondary crop in Indonesia, maize has multifunctional uses either
as food or feed. Maize agribusiness has some benefits as it is highly demanded for feed raw material and easily cultivated.
Besides external factor, i.e. inter-regional trade and export opportunities among regions and countries such as maize trade
opportunity among regions and countries. Some weaknesses of maize agribusiness are limited farmers’ land areas, minimal
infrastructure, technology, competing water use with other major crops, and potential threat of climate change. This study
uses SWOT (Strength-Weakness-Opportunities- Threats) and QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)
approaches. Analysis results show that maize agribusiness development should be competitive, farmers-based, sustainable
and decentralized. The government needs to improve people’s participation in maize agribusiness. Main measures to take
maize agribusiness development are effectiveness and quality of government service, and distribution facilities and
infrastructure improvement.
Keywords: food, maize, agribusiness, strategy
ABSTRAK
Jagung merupakan komoditas strategis utama terpenting setelah padi dan salah satu komoditas tanaman palawija utama di
Indonesia yang kegunaannya relatif luas, terutama untuk konsumsi manusia dan kebutuhan bahan pakan ternak. Agribisnis
jagung memiliki berbagai keuntungan yakni memberikan banyak manfaat, memiliki keunggulan sebagai pakan untuk
unggas, dan usaha taninya mudah. Namun, jagung memiliki beberapa permasalahan seperti luas lahan yang terbatas, dan
teknologi usaha tani rendah. Jagung memiliki peluang perdagangan antardaerah dan negara dan kebutuhan jagung nasional
cukup tinggi dan terus tumbuh. Untuk itu, perlu dilakukan studi untuk mendapatkan strategi pengembangan jagung nasional
ke depan. Penelitian ini menggunakan metode SWOT (Strenght-Weakness-Opportunities-Threats) dan QSPM
(Quantitative Strategic Planning Matrix). Hasil analisis data mendapatkan bahwa strategi alternatif terpenting dalam
pengembangan agribisnis jagung adalah harus berorientasi pada pengembangan agribisnis jagung yang berdaya saing,
berkerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi. Dibutuhkan peningkatan efektivitas dan kualitas kinerja pemerintah
dalam memfasilitasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam membangun agribisnis jagung. Secara menyeluruh, prioritas
utama dalam pengembangan agribisnis jagung ke depan membutuhkan dukungan melalui peningkatan efektivitas dan kualitas
kinerja pemerintah, serta pengembangan sarana dan prasarana distribusi.
Kata Kunci: analisis SWOT, analisis QSPM, jagung, agribisnis, strategi agribisnis
44 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66
petani sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan Hasil kajian mengenai kebijakan jagung nasional
pasar. oleh Kementerian Perdagangan (2011), Utomo
(2012), Suryana dan Agustian
Dalam usaha tani jagung, peran pelayanan utama
(2014), dan Pangestika et al (2016); menyimpulkan
yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak lain
bahwa masih banyak kebijakan pemerintah yang
mutlak diperlukan. Pelayanan yang dapat menunjang
belum optimal realisasinya di lapang. Permasalahan
keberhasilan usaha seperti kemudahan untuk
yang kerap berulang adalah terjadinya kekurangan
mendapatkan bantuan modal usaha, teknologi, dan
jagung dalam negeri sehingga harus mengimpor.
penyuluhan. Peraturan pemerintah daerah/pusat yang
Penyediaan saprodi juga belum sepenuhnya mampu
mendukung kinerja usaha bisnis dari budi daya
memenuhi kebutuhan petani. Demikian pula dengan
jagung tentu sangat diperlukan. Dalam upaya
kebijakan harga yang belum sepenuhnya efektif,
meningkatkan pengembangan usaha tani jagung,
sehingga petani belum terbantu dimana harga jagung
pelayanan kelembagaan terhadap petani sangat
masih sepenuhnya tergantung pada pasar. Dari sisi
diutamakan. Keberadaan penyuluh di lapangan
agraria, berlangsung akumulasi lahan pada segelintir
sangat penting karena dapat diakses oleh petani
petani, serta munculnya lahan guntai dan lahan
dalam upaya mendapatkan informasi teknologi.
terlantar.
Namun kenyataannya, penyuluh di lapangan sangat
terbatas, bahkan seorang penyuluh harus melayani Pasandaran dan Kasryno (2002) mengemukakan
satu kecamatan. Sementara, lembaga finansial masih bahwa sentra pengembangan produksi jagung di
terbatas dalam memberikan pinjaman modal kepada Indonesia dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
petani. Hal tersebut juga merupakan permasalahan (1) Sumatera yang merupakan daerah pengembangan
dalam pengembangan agribisnis jagung. jagung masa depan karena memperlihatkan dinamika
perkembangan yang cepat selama tiga dekade lalu
Permasalahan yang diungkapkan oleh Deptan
serta memiliki sumber daya lahan yang mendukung;
(2005b), CAPSA (2006), Deptan (2007),
(2) Jawa sebagai sentra produksi jagung dan bahan
Winarso (2012), Nikmah et al. (2013), dan Nadapdap
pangan, namun sumber daya lahan semakin terbatas
(2016) dapat disimpulkan di antaranya bahwa
sehingga peran tersebut akan semakin menurun; dan
pendidikan petani yang rata- rata rendah merupakan
(3) Kawasan Timur Indonesia sebagai daerah
faktor kelemahan dalam pengembangan wilayah,
konsumen jagung yang menjadikannya makanan
tingkat penguasaan teknologi petani jagung belum
pokok. Semua permasalahan ini menunjukkan betapa
maksimal, dan keterbatasan modal sehingga petani
perlunya menyusun strategi alternatif dalam
menggunakan modal sendiri seadanya. Permasalahan
pengembangan agribisnis jagung nasional dari hulu
dari aspek sumber daya lahan di antaranya lahan
sampai ke hilir.
garapan umumnya sangat sempit, status lahan bukan
milik, tata air/irigasi pada umunya dalam kondisi
yang kurang terpelihara, dan lahan kurang subur.
Dari sisi kelembagaan, permasalahan di antaranya METODOLOGI
adalah kinerja kelompok tani jagung masih belum
banyak berperan, banyak petani yang belum Berdasarkan permasalahan dan faktor penyebab
melakukan kemitraan dengan pihak lain, seperti keberhasilan agribisnis jagung di semua tingkat
dengan pengusaha jagung dan produk turunannya, stakeholder, maka tujuan penelitian adalah: (1)
dan masih sangat sedikit kelompok yang mampu Menganalisis faktor internal dan eksternal agribisnis
mengakumulasi modal usahanya. Permasalahan jagung; dan (2). Menentukan strategis prioritas dalam
selanjutnya dari aspek usaha/produksi, di antaranya: agribisnis jagung. Ruang lingkup penelitian yaitu
mahalnya harga pupuk dan obat-obatan, banyak menentukan faktor peluang, ancaman, kekuatan dan
petani tidak memiliki atau sulit mendapat fasilitas kelemahan agribisnis jagung dari setiap responden,
Alsintan (seperti traktor dan corn sheller); dan memberi pembobotan terhadap setiap faktor oleh
kurang maksimalnya dalam penanganan budi daya, responden, menentukan strategi alternatif, dan
sehingga hasil yang didapatkan belum maksimal. menganalisis tingkat kepentingan dari pembobotan
Serangan hama penyakit jagung masih sulit untuk yang diberikan oleh responden terhadap setiap faktor
dikendalikan terutama penyakit hawar daun dan di semua strategi alternatif yang terbentuk.
hama lainnya, seperti ulat grayak; penangan panen
dan prosesing masih kurang mendapat perhatian dari
petani, sehingga tingkat kehilangan hasil masih
tinggi.
46 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66
Mengetahui kembali nilai kepentingan hasil evaluasi faktor eksternal dan internal secara
keseluruhan berdasarkan masing-masing strategi alternatif yang telah ditentukan dari masing-
masing responden
Analisis dan intuisi menyediakan dasar untuk kontribusi sumbangan terbesar ke 6 dan 8 dari total
membuat keputusan-keputusan perumusan strategi. 27 wilayah yang ada di Jawa Barat dengan kisaran
Pengembangan strategi alternatif dilakukan untuk sumbangan masing-masing sekitar 6,23
menemukan kesesuaian antara kekuatan-kekuatan % dan 5,48 % pada periode 2010-2015 (BPS, 2016).
internal dan eksternal suatu usaha. Suatu usaha dapat Data primer berupa data kualitatif diperoleh dari hasil
mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman wawancara secara mendalam dengan perwakilan
eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses stakeholder dalam agribisnis jagung, yaitu: petani,
analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi itu pedagang, peneliti bidang pakan ternak dan
disebut sebagai perencanaan strategis (David 2004). Kementerian Pertanian. Karena tujuan utama studi
Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar adalah memperoleh informasi secara detail mengenai
dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal sistem agribisnis jagung dari hulu ke hilir, bukan
dan eksternal, sehingga suatu usaha dapat jumlah responden, maka penentuan sampling
mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Jadi, ditetapkan secara purposive oleh stakeholder terkait
perencanaan strategis penting untuk memperoleh mulai dari peneliti hingga penentu kebijakan
keunggulan bersaing dan memiliki produk yang (pemerintah) yang merupakan ahli di bidangnya.
sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan
yang optimal dari sumberdaya yang ada (Rangkuti
Metode Analisis
2005). Analisis strategi merupakan peramalan yang
bersifat kualitatif dengan hasil berupa analisis Data primer yang diperoleh dari hasil wawancara
deskriptif. diolah dengan Matriks SWOT yang mencakup
seluruh alternatif strategi yang diperoleh dari
Menurut Ma’arif dan Tanjung (2003), peramalan
kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman
kualitatif adalah peramalan yang didasarkan pada
yang berasal dari luar maupun dalam agribisnis
intuisi dan pengalaman empiris, sehingga bersifat
jagung. Data dan informasi mengenai jagung
subyektif. Jika peramalan kualitatif tersebut
merupakan jagung untuk pakan dan untuk pangan.
dilakukan oleh beberapa orang secara terpisah, maka
Kemudian, hasil analisis strategi alternatif yang
hasilnya akan bervariasi cukup besar. Sebaliknya,
diperoleh dianalisis kembali dengan menggunakan
jika dilaksanakan secara bersama-sama,
Matriks QSPM untuk menentukan strategi terpilihnya
kemungkinan tidak diperoleh kesamaan hasil
berdasarkan tingkat kepentingan dalam suatu nilai
peramalan, atau orang yang berpengaruh pada
daya tarik di setiap faktor- faktor internal dan
kelompoklah yang menentukan hasilnya. Penelitian
eksternal (David 2004).
ini bersifat analisis deskriptif kualitatif yang
didukung oleh data yang diperlukan (seperti data
produksi, ekspor impor, permintaan), sehingga Matriks SWOT (Strenght-Weakness-
jumlah responden bukan menjadi prioritas. Hasil Opportunities-Threats)
pemikiran yang dituangkan oleh responden secara Skema yang mewakili Matriks SWOT disajikan
detil dan mengerucut dapat dikolaborasikan untuk dalam Tabel 1, dimana Matriks SWOT terdiri dari 9
menghasilkan suatu alternatif strategi rekomendasi sel. Terdapat 4 sel faktor kunci, 4 sel strategi dan 1
kebijakan. sel yang dibiarkan kosong (sel kiri atas). Empat sel
strategi, dengan label SO, WO, ST, dan WT;
Lokasi, Waktu, dan Responden dikembangkan setelah menyelesaikan empat sel
faktor kunci, berlabel S, W, O, T. Delapan langkah
Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta, Bogor dan
untuk menyusun Matriks SWOT adalah sebagai
Karawang. Jawa Barat merupakan sentra produksi
berikut (David 2004):
jagung di Indonesia, dengan jumlah produksi rata-
rata sebesar 1 jutaan ton pada periode 2010-2015, 1. Mengidentifikasi peluang eksternal dari
yang merupakan Provinsi dengan kontribusi share ke agribisnis jagung.
6 terbesar setelah Jawa Timur, Jawa Tengah,
2. Mengidentifikasi ancaman eksternal dari
Lampung, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara
agribisnis jagung.
dengan sumbangan sekitar 5,39 % dari total
Indonesia yang berjumlah sekitar 18 jutaan ton pada 3. Mengidentifikasi kekuatan internal dari
periode yang sama (BPS, 2016). Dipilihnya lokasi di agribisnis jagung.
Jakarta, Bogor dan Karawang karena Jakarta
4. Mengidentifikasi kelemahan internal dari
merupakan pusat pemerintahan. Sedangkan Bogor
agribisnis jagung.
dan Karawang memberikan
48 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66
5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan internal, dan baris paling atas terdiri
eksternal dan mencatat Strategi SO dalam sel dari strategi alternatif yang dapat dijalankan. Secara
yang sudah ditentukan. spesifik kolom kiri QSPM terdiri atas informasi yang
6. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman diperoleh secara langsung dari Matriks SWOT. Pada
eksternal dan mencatat Strategi ST dalam sel kolom yang berdampingan dengan kolom faktor
yang sudah ditentukan. eksternal dan internal (Tabel 2, Kolom ke-1),
dituliskan bobot setiap faktor yang diperoleh
7. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang langsung dari Matriks QSPM. Alat-alat pencocokan
eksternal dan mencatat Strategi WO dalam sel ini biasanya menghasilkan strategi alternatif yang
yang sudah ditentukan. juga dapat dijalankan. Namun, tidak setiap strategi
8. Mencocokkan kelemahan internal dengan yang disarankan oleh teknik-teknik pencocokan harus
ancaman eksternal dan mencatat Strategi WT dinilai dalam QSPM. Para perencana strategi dapat
dalam sel yang sudah ditentukan. menggunakan penilaian intuitif yang baik dalam
memilih strategi yang akan dimasukkan ke dalam
Tujuan langkah tersebut adalah untuk QSPM (David 2004).
menghasilkan strategi alternatif yang dalam
penelitian ini disingkat sebagai SA (Strategi Suatu QSPM menggambarkan unsur strategi
Alternatif) yang dapat dijalankan. Pedoman alternatif, faktor kunci, bobot AS (Attractiveness
perumusan strategi yang digunakan dapat membantu Score) disebut sebagai “nilai daya tarik”, dan TAS
mempercepat proses pencocokan faktor-faktor (Total Attractiveness Score) yang disebut dengan
eksternal dan internal kunci. Kemudian, ketika “total nilai daya tarik”. Tiga istilah baru yang baru
strategi alternatif telah dibuat berdasarkan faktor saja diperkenalkan adalah: (1) AS = nilai Daya
internal dan eksternal yang telah di susun, maka Tarik ; (2) TAS = Total Nilai Daya Tarik, dan (3)
keempat kuadran harus diperhitungkan dalam proses Jumlah TAS. Definisi dan penjelasan enam langkah
pemilihan strategi alternatif prioritas melalui analisis untuk mengembangkan QSPM adalah sebagai
selanjutnya, yaitu QSPM. berikut:
1. Membuat daftar peluang/ancaman eksternal kunci
Matriks QSPM (Quantitative Strategic dan kekuatan/kelemahan internal kunci dari
Planning Matrix) perusahaan di kolom kiri QSPM.
Format dasar hasil QSPM tersaji dalam Tabel 2.
Kolom kiri QSPM terdiri atas faktor
Informasi tersebut diambil langsung dari Matirks berarti strategi lainnya tidak dapat diterapkan, tetapi
SWOT. Paling tidak 10 faktor keberhasilan prioritas terbesar untuk strategi terpilih tersebut yang
internal dicakupkan dalam QSPM. dijalankan berdasarkan hasil analisis QSPM. Dalam
2. Memberi bobot pada setiap faktor eksternal dan penelitian ini dipilih nilai STAS minimal 3 keatas.
internal kunci. Bobot tersebut disajikan dalam Artinya, strategi terpilih memiliki tingkat kewajaran
kolom sebelah kanan kolom faktor keberhasilan yang menarik hingga sangat menarik untuk dapat
kritis eksternal dan internal (Kolom ke-2). Bobot diterapkan dalam pengembangan agribisnis jagung di
diperoleh langsung dari sampel yang di Indonesia.
wawancara pada saat identifikasi faktor eksternal
dan internal.
3. Bobot yang diperoleh dari masing-masing sampel HASIL DAN PEMBAHASAN
diolah kembali, karena sampel berjumlah 4 unit.
Selain itu, jumlah total bobot untuk faktor
internal dan eksternal gabungan dari keempat Identifikasi Faktor Internal
sampel untuk semua faktor eksternal dan internal Faktor internal terdiri dari faktor kekuatan dan
dibagi 4. kelemahan dari agribisnis jagung. Faktor kekuatan
4. Menentukan nilai AS yang didefinisikan sebagai dan kelemahan yang diperoleh dari responden
angka yang menunjukkan daya tarik relatif merupakan pengalaman yang selama ini berlangsung
masing-masing strategi pada satu rangkaian dalam agribisnis jagung yang telah melalui proses
alternatif tertentu. Nilai AS ditentukan oleh pengamatan dan penelitian. Faktor kekuatan dalam
keempat sampel berdasarkan tingkat kepentingan agribisnis jagung berupa sentra produksi, keragaman
dalam setiap stakeholder atau pelaku agribisnis dan kondisi iklim, keragaman produk, perdagangan
jagung. Nilai daya tarik tidak semua harus diisi jagung baik lokal maupun internasional, penjualan,
dalam setiap faktor eksternal atau internal, namun pengolahan, sumberdaya alam, hingga manfaat
disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan jagung itu sendiri. Hasil analisis mendapatkan bahwa
kepentingan oleh masing- masing pelaku kekuatan (Strenght) Internal dalam agribisnis jagung
agribisnis jagung, dalam hal ini keempat sampel. di Indonesia adalah:
5. Cakupan nilai AS dari 1 sampai 4, yaitu: 1 = tidak
menarik; 2 = agak menarik; 3 = wajar menarik; 1. Terbentuknya sentra produksi jagung di Jawa
dan 4 = sangat menarik. Untuk faktor kunci yang (S1).
tidak diberikan nilai AS, tidak perlu ditotalkan 2. Keragaman potensi sumberdaya dan kondisi
nilai AS nya (dibiarkan kosong). Ini berarti iklim daerah Jawa mempunyai keunggulan
bahwa faktor eksternal dan internal tersebut tidak komparatif dalam memproduksi jagung (S2).
mempunyai pengaruh atas pilihan strategi
alternatif tersebut. 3. Informasi tentang keragaman produk jagung
6. Menghitung TAS didefinisikan sebagai hasil yang tersedia di pasar global akan cepat tersebar
mengalikan bobot yang telah dikonversi dengan (S3).
nilai AS. Semakin tinggi total nilai daya tarik, 4. Produk olahan jagung telah memberikan pilihan
semakin menarik strategi alternatif tersebut. yang semakin banyak bagi masyarakat
7. Menghitung jumlah total nilai TAS, yakni dengan Indonesia sebagai konsumen (S4).
menjumlahkan TAS di masing- masing kolom
strategi QSPM. Jumlah TAS (STAS = Score 5. Indonesia mempunyai keunggulan komparatif
Total Attractiveness Score) mengungkapkan sebagai negara agraris dan maritim, yang
strategi yang paling menarik dalam masing- merupakan fundamental perekonomian yang
masing rangkaian alternatif. Semakin tinggi perlu didayagunakan melalui pembangunan
nilainya menunjukkan semakin menarik strategi ekonomi, sehingga menjadi faktor keunggulan
tersebut, dengan mempertimbangkan semua bersaing (S5).
faktor kritis internal dan eksternal yang berkaitan 6. Pakan jagung adalah pakan yang paling
yang dapat memengaruhi keputusan strategis. diminati oleh unggas (S6).
Setelah nilai STAS diperoleh untuk semua 7. Produksi pakan unggas dari jagung mudah
alternatif strategi yang ada, maka nilai STAS dilakukan pengolahannya (S7).
tertinggi dipilih sebagai strategis terpilih. Bukan
8. Penjualan pakan unggas dari jagung lebih
cepat (perputaran modal cepat) (S8).
50 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66
9. Banyak manfaatnya, mulai dari bongkolnya lainnya dalam agribisnis jagung. Adapun daftar
hingga buah jagungnya (S9). kelemahan (Weakness) internal dalam agribisnis
10. Jagung sumber serat, energi dan dapat menjadi jagung di Indonesia sebagai berikut:
makanan pokok pengganti beras, dengan harga 1. Pendapatan usaha tani jagung masih rendah
yang lebih rendah (S10). hanya sekedar memenuhi biaya kebutuhan
11. Pengolahan lahan dan hasil tanaman hidup sehari-hari, atau belum memberikan nilai
jagung relatif mudah (S11). kesejahteraan yang lebih (W1).
12. Panen jagung relatif cepat dan panen jagung 2. Luas lahan rata-rata cenderung sempit (W2).
bisa mencapai 3-4 kali per tahun (S12). 3. Nilai tambah dari pemanfaatan keunggulan
13. Lebih menguntungkan dijual ke tengkulak, komparatif jagung masih kecil, sehingga tingkat
karena tengkulak dapat membayar secara tunai pendapatan masyarakat tetap rendah (W3).
(cash) (S13). 4. Pertumbuhan produksi jagung berjalan lamban
14. Motivasi petani tinggi dalam melakukan (W4).
budidaya jagung (S14). 5. Kapasitas produksi jagung nasional semakin
15. Komitmen pemerintah daerah dalam terbatas, sehingga berlangsung konversi lahan,
mendukung agribisnis jagung cukup baik (S15). serta menurunnya kualitas dan kesuburan lahan
akibat kerusakan lingkungan (W5).
16. Terdapat ketersediaan lembaga
pendukung, seperti Balai Pengkajian Teknologi 6. Kepemilikan lahan yang sempit tidak
Pertanian (BPTP) (S16). memungkinkan petani untuk memperoleh
penghasilan layak dari usaha yang tidak
17. Dukungan kebijakan pemerintah setempat terdiversifikasi (W6).
dalam mendukung agribisnis jagung (S17).
7. Dalam memproduksi pakan jagung untuk
Sejalan dengan hasil penelitian oleh Hadijah unggas, menggunakan alat dengan bahan bakar
(2010), bahwa Harga jagung yang terus meningkat solar, sehingga biaya relatif tinggi, dan
menjadi daya tarik bagi petani untuk menanam sewaktu-waktu bahan bakar bisa habis (W7).
jagung pada musim kemarau, yang biasanya lahan
diberakan. Dibandingkan dengan usaha tani padi, 8. Persepsi mengenai jagung sebagai sumber
pendapatan dari usaha tani jagung cukup kompetitif, energi dan bisa dijadikan sebagai makanan
apalagi jika dikomparasikan dengan kondisi pokok pengganti beras sudah ditinggalkan,
sebelumnya dimana lahan pada musim tersebut karena masyarakat Indonesia beranggapan “jika
diberakan. Adapun kekuatan dari agribisnis jagung belum makan nasi, belum makan” (W8).
yang disimpulkan menurut Wenno (2010), Theodoric 9. Pasokan pakan unggas dari jagung masih sangat
(2014) dan Theodoric et al. (2016) di antaranya: rendah, karena produksi jagung juga masih
potensi alam yang mendukung, kesuburan lahan terbatas (W9).
yang sesuai, ketersediaan tenaga kerja dalam
memproduksi jagung, modal yang digunakan petani 10. Mudah ditumbuhi jamur yang memproduksi
dan luas lahan yang disesuaikan. Banyak petani yang alfatoksin (racun) yang disebabkan oleh
menganggap bahwa pekerjaan sebagai petani adalah Aspergilus Plavus, yang dapat menyerang hati
tumpuan dan sumber finansial utama untuk unggas, dan berdampak kematian pada yang
mencukupi kebutuhan keluarga, dimana mayoritas mengkonsuminya (W10).
usia petani yaitu 16 – 55 (usia produktif) diharapkan 11. Penanaman jagung masih terfokus pada daerah-
mampu bekerja secara maksimal. Pengalaman bertani daerah tertentu (tidak merata) (W11).
cukup memberi pengaruh positif terhadap
keterampilan dalam manajemen pengelolaan usaha. 12. Biaya produksi usaha tani jagung relatif tinggi
(W12).
Faktor kelemahan dari agribisnis jagung secara
ringkas berkenaan dengan aspek ekonomi, luas lahan, 13. Diperlukan pengolahan lahan dari awal (W13).
nilai tambah, produksi, konversi, kepemilikan, biaya,
hama penyakit tanaman, penanaman yang belum
merata, tingkat kesuburan lahan, serta kelemahan
teknis
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG DI INDONESIA Rizma Aldillah 51
14. Sering diserang hama putih dan wereng yang 3. Pedagang jagung antar daerah akan mendorong
sulit diberantas (W14). pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat,
dan keterpaduan serta kebersamaan ekonomi
15. Akses petani terhadap informasi pasar terbatas,
nasional. Perdagangan jagung antar negara
sehingga terjadi ketidakcocokan antara
dapat mengoptimalkan pemanfaatan
penawaran dengan permintaan jagung;
sumberdaya, meningkatkan kesejahteraan
kurangnya pengetahuan dan keterampilan
masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi pada
tentang praktek pertanian yang baik (good
masing-masing negara bagi pemenuhan
agriculture practice) (W15).
kebutuhan konsumen yang beragam seiring
16. Kurangnya infrastruktur yang mendukung dengan pengembangan ekonomi pangan jagung
proses pasca panen (corn sheller dan traktor) di dalam negeri. (O3).
di tingkat petani, sehingga kualitas jagung yang
4. Memberikan jaminan akses yang lebih baik bagi
dihasilkan belum dapat menyaingi jagung impor
masyarakat miskin atas pangan jagung yang
(W16).
bersifat pokok (O4).
Adapun faktor kelemahan yang terdapat dalam
5. Agribisnis jagung memiliki daya saing,
agribisnis jagung disimpulkan menurut Natsir dan
berkelanjutan, berkerakyatan, serta
Mulyawan (2008), Wenno (2010), Theodoric et al.
terdesentralisasi (O5).
(2016) di antaranya: teknologi yang digunakan petani
masih sederhana, penggunaan sarana produksi masih 6. Peningkatan daya beli masyarakat terhadap
kurang, pencatatan biaya usaha tani belum dilakukan, jagung dan produk olahannya (O6).
minimnya penyediaan bibit jagung, lemahnya modal
7. Pemerintah memberikan lahan yang besar di
dan motivasi petani yang disebabkan oleh rendah
beberapa wilayah Indonesia untuk menanam
dan terbatasnya pendapatan petani, rendahnya
jagung di luar pulau Jawa (O7).
tingkat pendidikan petani, status kependudukan
petani yang mayoritas pendatang (artinya potensi 8. Kebutuhan untuk pasokan pakan unggas dari
daerah belum banyak diminati oleh penduduk asli jagung masih besar (O8).
setempat), belum optimalnya dukungan infrastruktur,
kemampuan ekonomi petani masih lemah, masih 9. Jagung dapat dibuat produk olahan lainnya,
terbatasnya tenaga terampil yang seperti minyak jagung, etanol untuk bahan
bakar (O9).
menguasai teknologi, dan belum banyak
diterapkan teknik budidaya jagung sesuai 10. Produk olahan jagung seperti sereal juga
anjuran. dikonsumsi oleh kalangan menengah ke atas
(O10).
Identifikasi Faktor Eksternal
11. Jagung mentah dapat dijual di warung-
Faktor eksternal terdiri dari peluang dan warung kecil atau di pinggir jalan (O11).
ancaman. Seperti halnya faktor internal, dalam faktor
eksternal juga memiliki hambatan dan peluang dalam 12. Permintaan jagung untuk pakan dan
agribisnis jagung, antara lain dalam hal pemasaran pangan sangat tinggi (O12).
dan distribusi, perdagangan, perilaku dan akses 13. Harga jagung manis dan pipilan
konsumsi, daya beli masyarakat, produk olahan, dan kemungkinan dapat meningkat lagi (O13).
sistem usaha tani jagung. Berikut ini faktor peluang
(Opportunities) eksternal dalam agribisnis jagung di 14. Penanaman jagung dapat
Indonesia yaitu: ditumpangsarikan (O14).
1. Dukungan sistem distribusi dan pemasaran yang 15. Penyuluhan dapat dikembangkan untuk
mampu menghantarkan produk pangan tersebut kelompok-kelompok tani pada setiap daerah
kepada konsumen di tingkat rumahtangga sentra produksi jagung (O15).
dengan harga yang terjangkau (O1). 16. Peningkatan permintaan dari industri pakan
2. Kekuatan masyarakat sebagai pelaku utama ternak; peningkatan permintaan dari pasar
agribisnis jagung yang ditopang oleh fasilitas ekspor seperti Malaysia, Filipina dan Vietnam
pemerintah (O2). (O16).
17. Pengolahan jagung yang membuat nilai tambah
bagi agribisnis jagung itu sendiri (O17).
Memiliki produk turunan yang diolah dan
bernilai tambah, dan bisa dijadikan
52 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66
salah satu produk ekspor, misalnya berupa kue wilayah konsumen belum memadai, sehingga
dan minuman olahan dari sari jagung, atau tas wilayah-wilayah terpencil masih mengalami
handmade dari kulit jagung. (O18). keterbatasan pasokan jagung pada waktu-waktu
Adapun faktor peluang yang terdapat dalam tertentu (T9).
agribisnis jagung disimpulkan menurut Roidah 10. Kelembagaan pemasaran jagung belum mampu
(2013) dan Lestari et al. (2015) di antaranya: adanya berperan baik sebagai penyangga kestabilan
kelompok tani yang mendukung, jarak distribusi hasil distribusi dan harga pangan jagung (T10).
produksi, permintaan jagung yang tinggi, penetapan
jagung sebagai komoditas unggulan Indonesia, 11. Tidak terjaminnya keamanan jalur distribusi
tersedianya lembaga pendukung usaha tani jagung, serta adanya pungutan resmi dari pemerintah,
besarnya dana untuk produksi jagung berkualitas serta berbagai pungutan lainnya sepanjang jalur
(hibrida), kualitas benih jagung yang memengaruhi distribusi dan pemasaran, mengakibatkan biaya
harga, brand image (citra produk) jagung hibrida distribusi menjadi tinggi (T11).
yang mahal dan sulit teknik budidayanya, dan 12. Dengan penduduk yang besar dan terus
standarisasi harga jagung untuk ekspor yang masih bertambah, maka dominasi beras dalam pola
kurang siap. konsumsi pangan akan membebani upaya
Selain faktor peluang, dalam lingkungan eksternal pemantapan ketahanan pangan secara
terdapat ancaman atau tantangan yang harus berkelanjutan (T12).
dihadapi dalam agribisnis jagung, antara lain dalam 13. Program peningkatan penyediaan pangan
hal dinamika perdagangan, daya saing produk, selama ini difokuskan kepada beras, sehingga
irigasi, permodalan, sarana dan prasarana, insentif industri pangan tidak didorong untuk
petani, kelembagaan, harga, tingkat pengetahuan menunjang pangan karbohidrat non beras
masyarakat akan gizi, hingga usaha tani jagung. termasuk untuk jagung (T13).
Berikut ini daftar ancaman (Threats) eksternal
dalam agribisnis jagung di Indonesia: 14. Pengetahuan masyarakat mengenai pola
konsumsi pangan dan gizi masih terbatas (T14).
1. Dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia
telah menjadi sasaran pasar bagi produsen 15. Tuntutan permintaan dari konsumen terhadap
pangan luar negeri yang mengancam konsistensi pasokan dan kualitas jagung (T15).
kemandirian di bidang pangan termasuk untuk 16. Pasar yang dihadapi petani cenderung bersifat
jagung (T1). monopsoni atau oligopoli (T16).
2. Indonesia belum memiliki kemampuan bersaing 17. Harga jagung berfluktuasi sehingga sulit
di pasar internasional (T2). ditentukan harga tetap jagung (T17).
3. Semakin terbatasnya dan tidak pastinya 18. Jagung merupakan salah satu komoditas
penyediaan air untuk produksi pangan akibat pertanian yang nilai impornya masih besar
untuk kerusakan hutan (T3). sehingga harganya relatif tinggi (T18).
4. Rusaknya sekitar 30% prasarana pengairan di 19. Pestisida (obat hama) yang tersedia terlalu
Indonesia (T4). banyak pilihan, sehingga sulit bagi petani
5. Persaingan pemanfaatan sumberdaya air dengan menentukan mana obat dengan kualitas terbaik
sektor industri dan pemukiman, serta (T19).
ketidakpastian perilaku iklim (T5). 20. Informasi mengenai usaha tani jagung yang
6. Petani mengalami keterbatasan dimiliki petani relatif rendah, sehingga
aksesibilitas terhadap sumber permodalan, pengetahuan petani mengenai usaha tani jagung
teknologi dan sarana produksi (T6). yang efisien belum memadai, karena
penyebaran informasi dari pihak penyuluhan
7. Sulit meningkatkan efisiensi dan produktivitas tidak merata (T20).
tanpa difasilitasi pemerintah (T7).
Adapun faktor ancaman yang terdapat dalam
8. Sulitnya memberikan insentif kepada petani agribisnis jagung disimpulkan menurut Roidah
secara efektif, khususnya untuk insentif harga (2013) dan Theodoric (2016) di antaranya:
(subsidi) (T8). penyuluhan jagung yang masih kurang, masuknya
9. Prasarana distribusi darat dan antar pulau yang jagung impor, perubahan iklim dan cuaca akibat
diperlukan untuk menjangkau seluruh pemanasan global, minimnya
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG DI INDONESIA Rizma Aldillah 53
petani dalam mengakses informasi pasar, serangan Alternatif Strategi Pengembangan Agribisnis
hama dan penyakit, minimnya ketersediaan kios Jagung
sarana produksi (kios saprodi), harga komoditi
Alternatif strategi pengembangan agribisnis
jagung yang fluktuasi, kurangnya lembaga
jagung diperoleh dari berbagai kombinasi antara
permodalan, persaingan dengan pedagang pengumpul
faktor internal dengan eksternal, yang
dari kabupaten tetangga untuk memperoleh
dipertimbangkan berdasarkan dinamika agribisnis
komoditas jagung, tingginya biaya pungutan dalam
jagung saat ini. Adapun berbagai strategi yang
pengangkutan, dan iklim yang kurang mendukung,
merupakan hasil analisis matriks SWOT adalah
gangguan hama penyakit tanaman, berkembang
sebagai berikut:
pesatnya tanaman jagung di luar daerah sehingga
terjadi persaingan pesat antar petani lokal (setempat)
Strategi SO (Strenghts dan Opportunities)
dengan petani pendatang, dan saluran pemasaran
yang belum efektif. Alternatif strategi diperoleh dari faktor kekuatan
internal dan peluang eksternal. Strategi ini berada
Dapat disimpulkan bahwa faktor internal dan
pada kuadran pertama, yakni dengan memanfaatkan
eksternal yang menjadi prioritas utama untuk
kekuatan dan peluang yang ada. Strategi ini bisa
diperhatikan dalam penentuan strategi alternatif
dikatakan sebagai strategi penting untuk memperkuat
utama yaitu di antaranya bahwa faktor kekuatan
posisi jagung nasional. Beberapa di antara strategi
prioritas yang dapat mengilangkan semaksimal
yang dapat dilakukan adalah pengembangan
mungkin kelemahan yang ada adalah Indonesia kaya
konsumsi pangan beragam, bergizi dan berimbang
akan sumber daya alamnya, jagung yang begitu
(diversifikasi pangan) (SA1), didukung oleh kekuatan
banyak manfaatnya baik untuk pangan dan non
mengenai informasi keragaman produk di pasar
pangan, ketersediaan lembaga pendukung dan
global, dan produk olahan jagung yang semakin
dukungan kebijakan pemerintah, hingga kemudahan
banyak ragamnya, sehingga memiliki peluang dalam
dalam membudidayakannya. Sehingga kelemahan
peningkatan daya beli masyarakat terhadap produk
seperti pendapatan petani yang belum memadai,
olahan jagung, baik produk untuk pangan maupun
minimnya nilai tambah produk, kepemilikan lahan
pakan (S3, S4, O8, O12). Strategi kedua yaitu
yang sempit hingga minimnya akses petani terhadap
pengembangan agribisnis jagung yang berdaya saing,
informasi pasar dan kurangnya infrastruktur sarpras
berkerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi
di tingkat petani dapat diminimalisir.
(SA2), yang dapat didukung dari keragaman potensi
Selain itu, terdapatnya ancaman dalam SDA dan keunggulan komparatif yang memiliki visi
pengembangan agribisnis yang harus diperhatikan menuju agribisnis jagung yang berdaya saing,
secara prioritas di antaranya adalah keterbatasan berkelanjutan, berkerakyatan, serta terdesentralisasi
modal petani, keterbatasan sarana dan prasarana di (S2, S6, O7, O20).
tingkat petani, hingga harga jagung yang sering
Seperti hasil penelitian Burhansyah (2006),
mengalami fluktuasi di pasaran dapat. Hal ini dapat
bahwa peranan jagung sebagai bahan baku industri
dihilangkan dengan memanfaatkan peluang yang ada,
akan semakin penting. Diperkirakan pertumbuhan
dimana peluang yang menjadi prioritas di antaranya
industri pakan 12% per tahun dari tahun 2003-2015.
adalah dukungan dan perbaikan sistem distribusi dan
Industri yang banyak menggunakan jagung sebagai
pemasaran yang telah tersedia, memperbaiki
bahan baku adalah industri pakan ternak (75,2%),
koordinasi perdagangan jagung antar daerah hingga
penggilingan (19,5%), campuran kopi bubuk (1,5%),
antar negara, memberikan jaminan akses bagi
minuman (0,5%), mie dan sejenisnya
masyarakat miskin atas pangan jagung untuk
(0,4%), roti (0,4%), industri makanan (0,4%) dan
peningkatan daya beli terhadap jagung dan produk
kerupuk (0,08%). Pada dekade terakhir ini,
olahannya, hingga mencoba penanaman jagung yang
permintaan terhadap pakan ternak meningkat dengan
dapat ditumpangsarikan dengan tanaman lain,
pesat. Seperti dijelaskan oleh PSEKP (2010) dalam
sehingga dapat memberikan peningkatan pendapatan
kurun 5 tahun terakhir (2005- 2010), kebutuhan
petani. Seperti dikatakan oleh Kemendag (2012)
jagung untuk bahan industri pakan ternak, makanan
bahwa perkembangan produksi jagung Indonesia
dan minuman terus meningkat sekitar 10–15% setiap
telah mampu menyumbang pemenuhan konsumsi
tahun. Begitupun menurut Tangendjaja et al. (2005)
jagung nasional, sehingga menjadikan Indonesia
bahwa di negara-negara ASEAN, dari total produksi
sebagai salah satu negara penghasil jagung dunia.
jagung 18,6 juta ton, sekitar 13,9 juta ton (75%)
digunakan untuk pakan.
54 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66
Selanjutnya, strategi untuk peningkatan kapasitas Adapun menurut Natsir et al. (2008), strategi
produksi jagung nasional adalah dengan melakukan yang memanfaatkan kekuatan dan peluang di
peningkatan kualitas dan ketersediaan data antaranya adalah dengan mengoptimalkan
sumberdaya alam, perluasan areal pertanian, pemanfaatan lahan serta meningkatkan kinerja aparat
penataan pengelolaan, dan pemanfaatan sumberdaya penyuluh dalam pembinaan pengembangan usaha
lahan, air dan perairan umum, dan penerapan tani jagung, memfasilitasi terbentuknya sub terminal
teknologi tepat guna untuk merehabilitasi agribisnis jagung pada sentra pengembangan, dan
kemampuan sumberdaya lahan, air dan perairan membuka hubungan kemitraan dengan para pelaku
umum (SA3). Semua upaya ini ditunjang oleh atau pengusaha yang bergerak di bidang agribisnis.
manfaat jagung mulai dari untuk pakan hingga Mohamad et al. (2016) menyatakan bahwa strategi
bongkol dan buahnya, dengan usaha tani jagung serta SO lainnya adalah: (1) Meningkatkan produksi
produk turunannya yang relatif mudah, motivasi dengan menggunakan atau mengadopsi teknologi
petani yang baik dalam usaha tani jagung, hingga pertanian yang tepat, (2) Meningkatkan potensi lahan
terbentuknya sentra produksi di Jawa. Faktor-faktor dan memanfaatkan bantuan pemerintah untuk
kekuatan tersebut memiliki peluang memperluas peningkatan produksi, dan (3) Melakukan kemitraan
lahan dan produk turunannya, karena mudah dalam dengan pihak industri atau pemerintah untuk
penjualannya dengan permintaan yang tinggi, memperoleh pasar dan pengadaan saprodi.
penanaman yang dapat ditumpangsarikan, hingga
dukungan penyuluhan di setiap daerah sentra (S1, S7, Strategi WO (Weakness dan Opportunities)
S8, S9, S10, S11, S12, S13, S15, O9, O10, O11,
O13, O14, O16, O17). Seperti dijelaskan oleh Strategi yang memanfaatkan peluang untuk
Kasryno et al. (2005), bahwa keuntungan bertanam meminimalisir kelemahan antara lain adalah melalui
jagung sangat besar. Selain biji sebagai hasil utama, pengembangan kapasitas produksi jagung nasional
batang jagung merupakan bahan pakan ternak yang melalui perluasan areal dan rehabilitasi kemampuan
sangat potensial. Dalam pengusahaan jagung, selain produksi, dan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya
mendapat biji atau tongkol jagung, masih ditambah alam, lahan, air dan perairan (SA 5); sehingga dapat
lagi dengan brangkasannya yang juga memiliki nilai meminimalisir kekurangan luas lahan yang
ekonomi tinggi. Dari segi pengelolaan, keuntungan berimplikasi terhadap tingkat kesejahteraan petani,
bertanam jagung adalah kemudahan dalam usaha konversi lahan pertanian ke non pertanian, hingga
tani karena tidak memerlukan perawatan intensif, dan belum meratanya penanaman jagung di daerah-
dapat ditanam pada hampir semua jenis tanah, daerah tertentu. Untuk itu, perlu didukung oleh
sementara resiko kegagalan lebih kecil dibanding kekuatan masyarakat sebagai pelaku utama agribisnis
tanaman palawija lainnya. jagung yang ditopang oleh fasilitas dari pemerintah
dalam perluasan lahan (W2, W5, W6, W11, O2, O9).
Strategi dalam pemanfaatan wahana perdagangan Strategi selanjutnya dapat dengan meningkatkan
internasional dilaksanakan dengan memfasilitasi dan efektivitas dan kualitas kinerja pemerintah dalam
mengatur ekspor serta impor pangan yang memfasilitasi masyarakat berpartisipasi dalam
berorientasi pasar dan berpihak pada keseimbangan membangun agribisnis jagung (SA 6) yang didukung
kepentingan produsen maupun konsumen (SA 4). Ini oleh kekuatan masyarakat dalam agribisnis jagung
dapat dilakukan dengan dukungan dari perdagangan yang ditopang fasilitas pemerintah untuk
internasional jagung untuk meningkatkan memberikan jaminan akses yang lebih baik untuk
pertumbuhan ekonomi, yang tentunya didukung oleh masyarakat miskin untuk mencapai visi agribisnis
komitmen dan kebijakan pemerintah daerah hingga yang berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan
pusat, serta lembaga pendukung dalam agribisnis dan terdesentralisasi. Hal ini semua untuk
jagung. Semua ini merupakan peluang dalam meminimalisir akses petani yang kurang terhadap
mendorong pertumbuhan ekonomi sosial, informasi pasar, serta kurangnya infrastruktur yang
kesejahteraan rakyat, pengoptimalan dalam mendukung proses pascapanen (W15, W16, O2, O6,
pemanfaatan SDM dan SDA (S5, S16, S17, S18, O7). Seperti dijelaskan oleh Hamdi (2002);
O3, O4, O5). Pada Sumodiningrat (2004); Arif (2012); Sembiring
dekade awal tahun 2000-an, jagung yang (2012); Nurdin et al. (2014); bahwa sejalan dengan
diperdagangkan di pasar dunia relatif konstan sekitar reformasi birokrasi maka perhatian pemerintah pada
11,5% dari produksi jagung dunia (Rachman 2005). sektor jagung mendapat perhatian utama dalam
pembangunan. Dalam konteks ini, pemerintah
berperan dalam pembinaan masyarakat sebagai
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG DI INDONESIA Rizma Aldillah 55
rantai pemasaran, harga di tingkat konsumen, petani dengan pihak swasta, dan meningkatkan peran
tersedianya fasilitas fisik pemasaran, dan tingkat kelompok tani sebagai unit usaha.
persaingan pasar untuk mencapai efisiensi sistem
distribusi. Hal ini dapat dilakukan melalui teknik Strategi WT (Weakness dan Threats)
struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar.
Selain itu, efisiensi suatu pemasaran tidak hanya Ini merupakan strategi yang diperoleh dari
ditentukan oleh aspek- aspek ekonomi semata, kuadran keempat, yaitu dengan meminimalisir
namun juga ditentukan oleh aspek-aspek non kelemahan yang ada untuk menghindari atau
ekonomi atau sosial kelembagaan yang banyak menghilangkan ancaman yang ada. Strategi dapat
mewarnai transaksi di negara-negara berkembang berupa peningkatan keberdayaan dan partisipasi
seperti di Indonesia (Sudrajat et al. 2014). masyarakat dalam mengembangkan dan mengatasi
permasalahan ketahanan pangan, termasuk jagung
Strategi selanjutnya dapat berupa pengembangan (SA 11) dengan meminimalisir minimnya nilai
konsumsi pangan beragam, bergizi dan berimbang, tambah dan keunggulan komparatif jagung, persepsi
yang dilaksanakan dengan pemberdayaan masyarakat masyarakat Indonesia jika belum makan nasi belum
dan keluarga agar memahami konsumsi pangan makan, sehingga dapat menghindari ancaman berupa
dengan gizi seimbang, pengembangan dan ketidakinginan produsen luar negeri terhadap
peningkatan daya tarik pangan dengan teknologi kemandirian Indonesia dalam swasembada pangan,
pengolahan pangan yang dapat meningkatkan cita keterbatasan akses modal, teknologi dan saprodi, dan
rasa dan citra pangan khas nusantara, termasuk bahan sulitnya meningkatan program penyediaan pangan
pangan karbohidrat non beras (jagung), karbohidrat non beras karena keterbatasan
pengembangan produk dan mutu produk-produk pengetahuan masyarakat akan pola konsumsi pangan
pangan bergizi tinggi, peningkatan pengawasan dan gizi (W1, W2, W3, W8, T1, T6, T12, T13, T14).
mutu, keamanan dan kehalalan pangan untuk Sentuhan teknologi pangan akan meningkatkan status
melindungi konsumen (SA 10). Dengan makanan tradisional berbasis jagung dari inferior
memanfaatkan informasi keragaman produk, menjadi superior. Hal ini dimulai dari pemilihan
banyaknya manfaat jagung sebagai sumber serat dan bahan, sanitasi yang terjaga, pengolahan sesuai
energi, hingga pengolahan tanaman yang relatif standar untuk menjaga rusaknya senyawa pangan
mudah; dapat meminimalisir dominasi konsumsi fungsional hingga siap dihidangkan. Selanjutnya
beras, serta meningkatkan pengetahuan masyarakat produk perlu dikemas sedemikian rupa untuk
terhadap pola konsumsi pangan dan gizi (S3, S4, mempromosikan pangan tradisional dengan rasa
S10, S11, S12, T12, T13, T14). Dalam spesifik, unik, dan mengikuti produk yang sedang
Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002, secara trend (Suarni 2013).
eksplisit dituangkan bahwa penganekaragaman
pangan diselenggarakan untuk meningkatkan Peningkatan produksi jagung domestik melalui
ketahanan pangan dengan memperhatikan volume, kualitas dan keragamannya, yang
sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal (Badan dilaksanakan dengan kegiatan intensifikasi pertanian
Bimas Ketahanan Pangan 2003). Oleh karena itu, ramah lingkungan, serta perluasan areal pertanian
penganekaragaman pangan dilakukan dengan dengan metode yang ramah lingkungan, serta
mengembangkan teknologi pengolahan dan produk pengembangan pemanfaatan pangan jagung (SA 12)
pangan (Ariani et al. 2013). dapat dilakukan dengan meminimalisir pemanfaatan
keunggulan komparatif yang rendah, hingga
Adapun menurut Natsir et al. (2008), strategi rendahnya pasokan pakan unggas dari jagung. Hal
yang dapat memanfaatkan kekuatan untuk ini dapat menghindari ancaman berupa terbatasnya
menghilangkan ancaman yang ada di antaranya sarana irigasi, keterbatasan aksesibilitas terhadap
adalah dengan melakukan pengaturan jadwal tanam modal, teknologi dan saprodi, keterbatasan pasokan
serta memonitor perkembangan harga dan produksi jagung pada waktu tertentu di wilayah terpencil (W3,
jagung di daerah lain, serta mengefektifkan saluran W4, W5, W7, W9, W16, T3, T4, T5, T9). Jagung
pemasaran baik produksi maupun sarana produksi. mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif
Selain itu, strategi lainnya menurut Mohamad et al. dibandingkan kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu,
(2016) di antaranya berupa kerjasama dengan pihak dan kedelai. Beberapa keunggulan dalam usaha tani
pemerintah dan swasta produsen obat-obatan untuk jagung adalah risiko kegagalan rendah, rantai
memberikan pelatihan pengendalian hama penyakit, pemasaran lebih pendek, dan biaya produksi per
mengupayakan kerjasama satuan lebih rendah (Mawardi et al. 2008).
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG DI INDONESIA Rizma Aldillah 57
Tabel 3. Hasil nilai akhir total daya tarik alternatif strategi berdasarkan QSPM
Alternatif Strategi Nilai Akhir TAS (STAS) Keterangan
SA 1 1,300
SA 2 4,860 Strategi prioritas pertama
SA 3 2,640
SA 4 2,770
SA 5 2,860
SA 6 4,090 Strategi prioritas kedua
SA 7 3,180 Strategi prioritas ketiga
SA 8 2,330
SA 9 2,820
SA 10 1,620
SA 11 2,130
SA 12 2,940
SA 13 2,150
SA 14 1,500
yang terkait dengan agribisnis jagung baik di tingkat Penanaman Modal Dalam Negeri, BUMN, BUMD,
petani hingga pelaku usaha pengolahan produk dan koperasi), dari para petani, pedagang, hingga
jagung. Hal ini perlu dibarengi dengan peningkatan industri rumahtangga yang terlibat dalam agribisnis
produksi jagung melalui intensifikasi pertanian jagung. Pemerintah dapat bertindak sebagai
ramah lingkungan, perluasan areal tanam, maupun stimulator, selain sebagai fasilitator penyedia
memperluas penggunaan benih hibrida dan komposit prasarana dan sarana, dan tentunya sebagai regulator.
tanpa mengganggu masyarakat sekitar areal produksi.
Petani diharapkan dapat menyediakan produksi Tiga, Strategi prioritas ketiga: peningkatan
jagung domestik secara kontinyu baik volume penghasilan dan daya beli masyarakat terhadap
(kuantitas) maupun kualitas yang terjamin keamanan pangan, melalui pemberdayaan ekonomi kelompok
dan mutu produknya. Selain itu, pengembangan masyarakat dalam mengembangkan diversifikasi
pemanfaatan jagung dan perluasan areal tanam usaha di pedesaan, baik vertikal (bidang hulu dan
jangan terkonsentrasi pada daerah-daerah tertentu hilir pertanian) maupun horizontal (jenis komoditas
saja, namun menyebar di seluruh provinsi di dan jenis bidang usaha, termasuk jenis usaha non
Indonesia. pertanian), dan pengembangan sarana dan prasarana
distribusi untuk meningkatkan keterjangkauan
Dua, Strategi prioritas kedua: peningkatan masyarakat rawan pangan.
efektivitas dan kualitas kinerja pemerintah dalam
memfasilitasi masyarakat dalam agribisnis jagung. Sebagaimana dalam Nawa Cita Presiden, strategi
Sejumlah kebijakan diperlukan untuk menciptakan dalam pengembangan agribisnis (termasuk jagung)
iklim yang kondusif, seperti pengembangan insentif yang terpilih sesuai dengan strategi penguatan
agroindustri adalah melalui:
investasi, pengembangan kelembagaan keuangan dan
(1) Pengembangan industri pengolahan terutama di
permodalan pertanian, peningkatan dukungan perdesaan serta peningkatan ekspor hasil pertanian,
teknologi pertanian yang siap diterapkan di lapang, dan (2) Peningkatan produktivitas, mutu hasil
peningkatan kualiats sumberdaya manusia, pertanian komoditas andalan ekspor, potensial untuk
peningkatan kelembagaan ekspor dan substitusi impor. Khusus untuk strategi
agribisnis, peningkatan dukungan pemasaran, serta terpilih yang kedua, dalam peningkatan kualitas dan
dukungan peraturan perundangan yang terkait dengan efektivitas kinerja pemerintah dalam memfasilitasi
perdagangan internasional komoditas jagung dan partisipasi masyarakat antara lain melalui (Bappenas,
produk turunannya. Peran pemerintah lebih ditujukan 2015): pemanfaatan lahan bekas pertambangan,
dalam penyiapan prasarana dan sarana yang pemulihan kualitas kesuburan lahan yang airnya
menunjang agroindustri serta penyusunan regulasi. tercemar, membangun seribu desa pertanian organik,
Investasi masyarakat dapat merupakan investasi yang penciptaan sistem inovasi nasional, perluasan lahan
kering 1 juta hektar, pendirian unit perbankan untuk
dilakukan oleh pengusaha berbadan hukum
pertanian (serta UMKM dan
(Penanaman Modal Asing,
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG DI INDONESIA Rizma Aldillah 59
koperasi), peningkatan kemampuan petani dalam peningkatan efisiensi kelancaran distribusi pangan;
berorganisasi, pelibatan perempuan petani, pengembangan konsumsi pangan beragam, bergizi
penciptaan daya tarik pertanian bagi tenaga kerja dan berimbang; peningkatan keberdayaan dan
muda, pengembangan inovasi teknologi melalui partisipasi masyarakat dalam mengembangkan dan
kerjasama swasta, pemerintah dan PT, serta mengatasi permasalahan ketahanan pangan;
pembangunan techno science park. peningkatan produksi jagung domestik melalui
volume, kualitas dan keragamannya; pengembangan
teknologi untuk meningkatkan produktivitas usaha
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN masyarakat yang spesifik lokasi dan ramah
lingkungan; serta peningkatan kemampuan
pemerintah dan masyarakat dalam pengadaan dan
Kesimpulan pengelolaan cadangan pangan.
Dari hasil analisis strategi pengembangan Secara menyeluruh, strategi pengembangan ke
agribisnis jagung, dapat disimpulkan bahwa depan perlu memberikan prioritas utama pada
agribisnis jagung memiliki faktor internal baik pengembangan agribisnis jagung yang berdaya saing,
kekuatan maupun kelemahan, serta faktor eksternal berkerakyatan dan berkelanjutan. Hal ini perlu
baik peluang maupun ancaman. Beberapa faktor didukung oleh peningkatan efektivitas dan kualitas
kekuatan yang dimiliki di antaranya adalah bahwa kinerja pemerintah, serta pengembangan sarana dan
sentra produksi jagung yang terpusat di Jawa, potensi prasarana distribusi untuk meningkatkan
SDA dan kondisi iklim yang beragam dan memiliki keterjangkauan masyarakat rawan pangan, sehingga
keunggulan komparatif, jagung memiliki banyak dapat memberikan implikasi terhadap pengembangan
manfaat, keunggulan pakan jagung untuk unggas, diversifikasi usaha di pedesaan baik secara vertikal
serta usaha tani jagung yang relatif mudah. (dari hulu hingga hilir pertanian) maupun horizontal
Sementara, peluang pengembangan yang dimiliki (jenis komoditas dan bidang usaha).
berupa dukungan sistem distribusi dan pemasaran
hingga ke konsumen akhir, perdagangan jagung antar Implikasi Kebijakan
daerah dan antar negara berpotensi mendorong
pertumbuhan ekonomi sosial, kebutuhan pasokan Pengembangan agribisnis jagung nasional ke
jagung untuk pangan dan pakan cukup tinggi, depan membutuhkan keputusan untuk memilih
memiliki peluang nilai tambah agribisnis jagung di strategis prioritas utama. Dari hasil analisis terlihat
dalam negeri maupun di luar negeri, persaingan bahwa Indonesia perlu mengembangkan agribisnis
pemanfaatan sumberdaya air dan ketidakpastian jagung yang berdaya saing, berkerakyatan,
iklim, penyediaan pangan hanya terfokus pada beras, berkelanjutan, dan terdesentralisasi.
sehingga pengetahuan masyarakat akan konsumsi
Untuk mencapai ini ada banyak upaya yang harus
pangan dan gizi masih terbatas, pasar cenderung
dijalankan yaikni peningkatan efektivitas dan kualitas
monopsoni/ oligoponi.
kinerja pemerintah dalam memfasilitasi masyarakat
Untuk mengatasi ancaman dan kelemahan yang berpartisipasi dalam membangun agribisnis jagung;
ada dalam agribisnis jagung, dapat memanfaatkan peningkatan penghasilan dan daya beli masyarakat
kekuatan serta peluang yang tersedia, di antaranya terhadap pangan, dukungan kebijakan pemerintah
dengan pengembangan konsumsi pangan beragam, untuk pemanfaatan lahan bekas pertambangan, dan
bergizi dan berimbang; pengembangan agribisnis perluasan lahan kering. Selain itu juga perlu
jagung yang berdaya saing, berkerakyatan, dibarengi dengan pengembangan inovasi teknologi
berkelanjutan, dan terdesentralisasi; melalui kerjasama swasta, pemerintah dan
pemeliharaan dan peningkatan kapasitas produksi masyarakat; penyiapan prasarana dan sarana
jagung nasional; pengembangan kapasitas produksi pertanian yang menunjang pembangunan
jagung nasional; meningkatkan efektivitas dan agroindustri; dan penciptaan daya tarik pertanian
kualitas kinerja pemerintah dalam memfasilitasi bagi TK muda.
masyarakat; peningkatan penghasilan dan daya beli
Kebijakan lain yang diperlukan dalam
masyarakat terhadap pangan; pengembangan dan
pengembangan agribisnis jagung adalah dukungan
peningkatan intensitas jaringan kerja sama lintas
dari pemerintah baik secara ekonomi maupun dalam
pelaku, lintas wilayah, dan lintas waktu; peningkatan
hal pertanian ramah lingkungan, sehingga daya saing
efisiensi sistem distribusi pangan,
jagung semakin memiliki kekuatan di tingkat
nasional maupun
60 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66
internasional. Kelembagaan agribisnis jagung perlu [BKP] Badan Ketahanan Pangan. 2016. Pedoman Teknis
melibatkan semua pelaku agribisnis, khususnya Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat
dalam pembiayaan. Untuk itu, koordinasi antara (Penguatan-LDPM). Badan Ketahanan Pangan.
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah Kementerian Pertanian. Jakarta.
diperlukan secara maksimal, sehingga apa yang http://bkp.pertanian.go.id/tinymcpuk/
gambar/file/Pedoman_Teknis_LDPM_2016_Gabu
menjadi kebutuhan mulai dari hulu hingga hilir
ngan(1).pdf (14 Juni 2017)
terpenuhi secara efektif dan efisien.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi jagung
menurut provinsi 1993-2015. [Internet]. Jakarta (ID):
Badan Pusat Statistik. [cited 2016 Oct 21]. Available
UCAPAN TERIMA KASIH
from: http://www.bps.go.id/linkTable
Dinamis/view/id/868
Penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan Bappenas. 2015. Arah kebijakan pembangunan pertanian.
Direktur Pangan dan Pertanian. Kementerian
dan dukungan banyak pihak sehingga tersusunya
Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas.
tulisan ini, terutama kepada Dr. Elizabeth Wina dan Disampaikan dalam Pra Musrenbangtannas Tahun
Dr. Budi (Peneliti di Balai Penelitian Ternak, 2015. Jakarta, 12 Mei
Kementerian Pertanian), Bapak Ugan dan Bapak 2015.
Jujum (petani jagung di kabupaten Karawang),
Bapak Mulyadi (pedagang besar jagung di Kota Burhansyah R. 2006. Model pengembangan agribisnis
berbasis jagung kawasan usaha agribisnis terpadu
Bogor), serta Ir. Sri Wulan, M.Si. dan Ir. Yuliva (Sub Sanggau Ledo Kabupaten Bengkayang. Humanity
Bagian Penganekaragaman Pangan, Pusat 1(2):87-95.
Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan
Pangan, Badan Ketahanan Pangan- Kementerian [CAPSA] Centre for Alleviation of Poverty through
Pertanian). Sustainable Agriculture. 2006. Pengembangan
agribisnis berbasis palawija di Indonesia: perannya
dalam peningkatan ketahanan pangan dan pengentasan
kemiskinan. Prosiding Seminar Nasional. [Internet].
DAFTAR PUSTAKA Bogor (ID): Centre for Alleviation of Poverty through
Sustainable Agriculture. [cited 2016 Oct 21]. Available
from: http://uncapsa.org/sites/default/files/CG49_0.pdf
Agustian A. 2014. Daya saing komoditas padi, jagung, dan
kedelai dalam konteks pencapaian swasembada David, FR. 2004. Manajemen strategis: konsep- konsep.
pangan. Policy Brief. [Internet]. Bogor (ID): Pusat Edisi ke-9. Jakarta (ID): PT. Indeks Kelompok
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. [cited 2017 Gramedia.
Jan 5]. Available from:
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PB_A Departemen Pertanian. 2007. Prospek dan arah
NJAK_ADG_2014.pdf pengembangan agribisnis jagung. Buku edisi kedua.
Jakarta (ID): Badan Litbang Pertanian. Departemen
Ariani M, Pasandaran E. 2005. Pola konsumsi dan Pertanian.
permintaan jagung untuk pangan-buku ekonomi jagung
Indonesia. Jakarta (ID): Badan Litbang Pertanian. Ditjen Tanaman Pangan. 2004. Proksi mantap melalui
Departemen Pertanian. borneo corn belt. Makalah lokakarya seminar integrasi
jagung dan ternak Pontianak. 22-24 September 2004.
Ariani M, Hermanto, Hardono GS, Sugiarto, Wahyudi TS. Pontianak (ID): Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
2013. Kajian strategi pengembangan diversifikasi Kalimantan Barat, Badan Penelitian dan
pangan lokal-laporan kegiatan: kajian isu-isu aktual Pengembangan Pertanian.
kebijakan pembangunan pertanian 2013. [Internet].
Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Downey WD, Erickson SP. 1989. Manajemen agribisnis.
Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Terjemahan oleh Rochidayat Ganda S dan Alfonsus
Pertanian. [cited 2017 Apr 14]. Available from: Sirait. Jakarta (ID): Erlangga.
http://pse.litbang.pertanian. Falatehan F, Wibowo A. 2008. Analisis keunggulan
go.id/ind/pdffiles/anjak_2013_06.pdf komparatif dan kompetitif pengusahaan komoditi
Arif. 2012. Peran dan fungsi pemerintah. [Internet]. [cited jagung di Kabupaten Grobogan: studi Kasus Desa
2017 Apr 13]. Available from: Panunggalan, Kecamatan Pulokulon, Kabupaten
http://arifgii.blogspot.com/2012/12/peran-dan-fung si- Grobogan, Jawa Tengah. [Internet]. J Agribisnis dan
pemerintahan.html Ekon Pertan. 2(1):1-15. [cited 2017 Jan 5]. Available
from: http://journal.ipb.ac.id/index.php/
Badan Bimas Ketahanan Pangan. 2003. Peraturan jurnalagribisnis/article/view/5988/4646
Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 68 Tahun 2002
Tentang Ketahanan Pangan. Departemen Pertanian. Hadijah AD. 2010. Peningkatan produksi jagung melalui
Jakarta. penerapan inovasi pengelolaan tanaman terpadu.
[Internet]. Iptek Tanam Pangan. 5(1):64-
73. [cited 2017 Feb 5]. Available from:
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG DI INDONESIA Rizma Aldillah 61
Pengembangan Pertanian, Departemen Economic and Social Commission for Asia and the
Pertanian. Pacific (ESCAP).
Pranadji T, Pasandaran E. 2005. Analisis kelembagaan Sudrajat J, Mulyo JH, Hartono S, Subejo. 2014. Analisis
dalam agribisnis jagung di Indonesia–Ekonomi Jagung efisiensi dan kelembagaan pemasaran jagung di
Indonesia. [Internet]. Jakarta (ID): Badan Litbang Kabupaten Bengkayang. J Social Economic of
Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. [cited 2016 Agriculture. 3(1):14-23.
Oct 1]. Available from: http://www.litbang.pertanian.
go.id/buku/ekonomi-jagung-indonesia/Analisis- Sudrajat J, Mulyo JH, Hartono S, Subejo. 2015. Peranana
Kelembagaan.pdf social capital dalam memelihara keberlanjutan
agribisnis jagung. J Masy, Kebud dan Politik.
[PSEKP] Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 28(3):139-152.
2010. Analisis kebijakan pertanian: analisis penawaran
dan permintaan jagung untuk pakan di Indonesia. Sumodiningrat. 2004. Kemitraan dan model-model
Bogor (ID): Badan Litbang Pertanian. Kementerian pemberdayaan. Yogyakarta (ID): Gava Media.
Pertanian. Suryana A, Arifin M, Sumaryanto. 1990. Konsumsi jagung,
[PSEKP] Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. ubikayu dan kedelai rumahtangga di Indonesia. Jakarta
2010. Analisis penawaran dan permintaan jagung untuk (ID): Biro Perencanaan, Departemen Pertanian.
pakan di Indonesia. Kajian analisis kebijakan pertanian. Suryana A, Sudaryanto T. 1997. Penawaran, permintaan
[Internet]. Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan pangan, dan kebiasaan perilaku makan. Laporan
Kebijakan Pertanian. Kementerian Pertanian. [cited penelitian. Bogor (ID): Pusat Sosial Ekonomi dan
2017 Jun 13]. Available from: http://pse.litbang. Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan
pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_01.pdf Pengembangan Pertanian.
Rachman B. 2005. Perdagangan internasional jagung. Suryana A, Agustian A. 2014. Analisis dayasaing usahatani
Buku ekonomi jagung Indonesia. Jakarta (ID): Badan jagung di Indonesia. Anal Kebijak Pertan. 12(2):143-
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen 156.
Pertanian.
Swain DK, Herath S, Pathirane A, Mittra BN. 2005.
Rangkuti F. 2005. Analisis SWOT teknik membedah kasus Rainfed lowland and flood prone rice: a critical review
bisnis; reorientasi konsep perencanaan strategis untuk on ecology and management technology improving the
menghadapi abad 21. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka productivity in Asia. Thailand (ID): Role of Water
Umum. Sciences in Transboundary River Basin Management.
Roidah IS. 2013. Strategi pemasaran jagung hibrida di Swastika DKS, Agustian A, Sudaryanto T. 2011. Analisis
Desa Janti Kecamatan Papar Kabupaten Kediri. senjang penawaran dan permintaan jagung pakan
[Internet]. J Manajemen Agribisnis. 13(1): 25-32. dengan pendekatan sinkronisasi sentra produksi, pabrik
[cited 2016 Sept 11]. Available from: pakan, dan populasi ternak di Indonesia. Inform
http://publikasi.uniska-kediri.ac.id/data/uniska/ Pertan. 20(2):65-75.
agribisnis/agribisnisvol13no1jan2013/agribisnis-
vol13no1jan2013-03.%20Ida%20Syamsu%20 Tangendjaja B, Yusdja Y, Ilham N. 2005. Analisis
Roidah.pdf ekonomi permintaan jagung untuk pakan. Buku
Ekonomi Jagung Indonesia Cetakan 2. Jakarta (ID):
Sa’id EG, Prastiwi YE. 2005. Agribisnis syariah; Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian.
manajemen agribisnis dalam perspektif syariah Islam.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Theodoric CS, Iskandarini, Jufri. 2016. Strategi
peningkatan produksi jagung. Media Neliti 9(2).
Saleh C, Sumedi, Jamal E. 2005. Analisis pemasaran
jagung di Indonesia. Ekonomi jagung Indonesia. Theodoric CS. 2014. Strategi peningkatan produksi jagung:
[Internet]. Jakarta (ID): Badan Litbang Pertanian, studi kasus Desa Kineppen Kec. Munte Kab. Karo.
Departemen Pertanian. [cited 2016 Sept 11]. Skripsi. Medan (ID): Program Studi Agribisnis
Available from: http://www.litbang.pertanian.go.id/ Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
buku/ekonomi-jagung-indonesia/Analisis-
Utomo S. 2012. Dampak impor dan ekspor jagung terhadap
Pemasaran.pdf
produktivitas jagung di Indonesia. J Etikonomi.
Sembiring M. 2012. Budaya dan Kinerja Organisasi. 11(2):158-179.
Bandung (ID): Fokusmedia.
Wenno D. 2010. Analisis pendapatan petani jagung peserta
Siagian R. 2003. Pengantar manajemen agribisnis. program pengembangan usaha agribisnis perdesaan di
Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Kabupaten Nabire. J Agroforestri. 5(2):156-164.
Suarni. 2013. Pengembangan pangan tradisional berbasis Winarso B. 2012. prospek dan kendala pengembangan
jagung mendukung diversifikasi pangan. J Iptek Tanam agribisnis jagung di Propinsi Nusa Tenggara Barat. J
Pangan. 8(1):39-47. Penelit Pertan Terap. 12(2):103-114.
Subandi, Manwan I, Blumenschein A. 1988. Jagung:
teknologi produksi dan pascapanen. Bogor (ID):
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG DI INDONESIA Rizma Aldillah 63
No.
Bobot Strategi - Strategi Alternatif
Daftar Faktor
Eksternal dan Bobot Konversi SA1 SA2 SA3 SA4 SA5 SA6 SA7
Internal
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan (S)
1. S1 0,1 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0
2. S2 0,1 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0
3. S3 0,1 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 1,0 0,0 2,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1
4. S4 0,1 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
5. S5 0,1 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0 4,0 0,1 2,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0
6. S6 0,2 0,0 1,0 0,0 3,0 0,1 2,0 0,1 3,0 0,1 3,0 0,1 3,0 0,1 3,0 0,1
7. S7 0,2 0,1 3,0 0,2 2,0 0,1 3,0 0,2 2,0 0,1 2,0 0,1
8. S8 0,1 0,0 3,0 0,1 1,0 0,0 3,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1
9. S9 0,2 0,1 2,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1 1,0 0,0 1,0 0,0
10. S10 0,1 0,0 3,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1 4,0 0,1 3,0 0,1
11. S11 0,1 0,0 4,0 0,1 1,0 0,0 2,0 0,0 1,0 0,0 2,0 0,0
12. S12 0,3 0,1 3,0 0,2 3,0 0,2 3,0 0,2 3,0 0,2
13. S13 0,3 0,1 3,0 0,2 3,0 0,2 3,0 0,2 3,0 0,2
14. S14 0,1 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0
15. S15 0,2 0,0 2,0 0,1 2,0 0,1
16. S16 0,3 0,1 4,0 0,3 4,0 0,3
17. S17 0,3 0,1 4,0 0,3 4,0 0,3
18. S18 0,2 0,1 4,0 0,2 4,0 0,2
Kelemahan (W)
19. W1 0,1 0,0 1,0 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1 3,0 0,1
20. W2 0,1 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 4,0 0,1 3,0 0,1
21. W3 0,1 0,0 1,0 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0
22. W4 0,1 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 4,0 0,1 3,0 0,1
23. W5 0,1 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 4,0 0,1 3,0 0,1
24. W6 0,1 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 4,0 0,1 3,0 0,1
25. W7 0,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
26. W8 0,0 0,0 4,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
27. W9 0,1 0,0 2,0 0,1 2,0 0,1 4,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1
28. W10 0,1 0,0 2,0 0,1 4,0 0,1
29. W11 0,0 0,0 4,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0
30. W12 0,1 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,1 3,0 0,0 2,0 0,0
31. W13 0,1 0,0 2,0 0,1 4,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1
32. W14 0,1 0,0 1,0 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 1,0 0,0
33. W15 0,1 0,0 4,0 0,1
34. W16 0,1 0,0 4,0 0,1
Peluang (O)
35. O1 0,1 0,0 1,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 1,0 0,0 4,0 0,1 4,0 0,1
36. O2 0,0 0,0 1,0 0,0 4,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 1,0 0,0 4,0 0,0 3,0 0,0
37. O3 0,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0 4,0 0,0 3,0 0,0
38. O4 0,0 0,0 3,0 0,0 4,0 0,0 1,0 0,0 4,0 0,0 2,0 0,0
39. O5 0,1 0,0 3,0 0,1 4,0 0,1 1,0 0,0 4,0 0,1 2,0 0,1
40. O6 0,1 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,1 3,0 0,1
41. O7 0,1 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 1,0 0,0 4,0 0,1 3,0 0,0
42. O8 0,1 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,1 4,0 0,1
43. O9 0,2 0,1 3,0 0,2 3,0 0,2 1,0 0,1 4,0 0,2 3,0 0,2 2,0 0,1
44. O10 0,3 0,1 3,0 0,2 3,0 0,2 2,0 0,2 2,0 0,2 3,0 0,2 3,0 0,2 2,0 0,2
45. O11 0,1 0,0 3,0 0,1 2,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1
46. O12 0,2 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1
47. O13 0,1 0,0 2,0 0,1 4,0 0,1 2,0 0,1 3,0 0,1
48. O14 0,2 0,0 3,0 0,1 4,0 0,2 2,0 0,1 1,0 0,0 3,0 0,1
49. O15 0,2 0,1 3,0 0,2 3,0 0,2
50. O16 0,2 0,1 2,0 0,1 3,0 0,2 4,0 0,2 1,0 0,1
51. O17 0,2 0,0 2,0 0,1 1,0 0,0 4,0 0,2 2,0 0,1
52. O18 0,3 0,1 4,0 0,3 4,0 0,3
53. O19 0,3 0,1 4,0 0,3 4,0 0,3 4,0 0,3
54. O20 0,3 0,1 4,0 0,3 4,0 0,3 4,0 0,3 4,0 0,3
Ancaman (T)
55. T1 0,1 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 4,0 0,1 3,0 0,0
56. T2 0,1 0,0 1,0 0,0 4,0 0,1 2,0 0,0
57. T3 0,0 0,0 4,0 0,0 4,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0
58. T4 0,0 0,0 4,0 0,0 4,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0
59. T5 0,0 0,0 4,0 0,0 3,0 0,0
60. T6 0,1 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,1 3,0 0,0
61. T7 0,1 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0 4,0 0,1 3,0 0,0
62. T8 0,0 0,0 1,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,0 2,0 0,0
64 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66
Lampiran 1. Lanjutan
No.
Bobot Strategi - Strategi Alternatif
Daftar Faktor
Eksternal dan Bobot Konversi SA8 SA9 SA10 SA11 SA12 SA13 SA14
Internal
AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS
Kekuatan (S)
1. S1 0,1 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0
2. S2 0,1 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0
3. S3 0,1 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1
4. S4 0,1 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
5. S5 0,1 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
6. S6 0,2 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1 1,0 0,0 3,0 0,1 2,0 0,1
7. S7 0,2 0,1 1,0 0,1 3,0 0,2 3,0 0,2 3,0 0,2 1,0 0,1
8. S8 0,1 0,0 1,0 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 1,0 0,0
9. S9 0,2 0,1 1,0 0,0 3,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1
10. S10 0,1 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0 3,0 0,1 1,0 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0
11. S11 0,1 0,0 2,0 0,0 4,0 0,1 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
12. S12 0,3 0,1 2,0 0,1 3,0 0,2
13. S13 0,3 0,1 1,0 0,1 2,0 0,1 4,0 0,3 3,0 0,2
14. S14 0,1 0,0 4,0 0,1 4,0 0,1
15. S15 0,2 0,0 2,0 0,1 3,0 0,1 3,0 0,1
16. S16 0,3 0,1
17. S17 0,3 0,1
18. S18 0,2 0,1
Kelemahan
(W)
19. W1 0,1 0,0 2,0 0,1 2,0 0,1 3,0 0,1 3,0 0,1
20. W2 0,1 0,0 2,0 0,1 2,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1
21. W3 0,1 0,0 2,0 0,0 1,0 0,0 1,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
22. W4 0,1 0,0 2,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1
23. W5 0,1 0,0 1,0 0,0 2,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1
24. W6 0,1 0,0 2,0 0,1 1,0 0,0 3,0 0,1 2,0 0,1
25. W7 0,0 0,0 1,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0
26. W8 0,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0
27. W9 0,1 0,0 2,0 0,1 2,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1 1,0 0,0
28. W10 0,1 0,0 1,0 0,0 4,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1
29. W11 0,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 1,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 1,0 0,0
30. W12 0,1 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0
31. W13 0,1 0,0 2,0 0,1 2,0 0,1
32. W14 0,1 0,0 2,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1 1,0 0,0
33. W15 0,1 0,0 4,0 0,1 4,0 0,1
34. W16 0,1 0,0 4,0 0,1 4,0 0,1
Peluang (O)
35. O1 0,1 0,0 4,0 0,1 4,0 0,1 4,0 0,1 2,0 0,0 3,0 0,0
36. O2 0,0 0,0 4,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0
37. O3 0,0 0,0 4,0 0,0 4,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
38. O4 0,0 0,0 4,0 0,0 4,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0
39. O5 0,1 0,0 4,0 0,1 4,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1
40. O6 0,1 0,0 4,0 0,1 3,0 0,1 3,0 0,1 4,0 0,1 2,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,1
41. O7 0,1 0,0 4,0 0,1 2,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 1,0 0,0
42. O8 0,1 0,0 4,0 0,1 2,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,1 2,0 0,0
43. O9 0,2 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1 1,0 0,1 2,0 0,1 4,0 0,2 2,0 0,1 1,0 0,1
44. O10 0,3 0,1 2,0 0,2 3,0 0,2 3,0 0,2 2,0 0,2 1,0 0,1
45. O11 0,1 0,0 2,0 0,1 1,0 0,0 2,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1
46. O12 0,2 0,0 3,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1 2,0 0,1
47. O13 0,1 0,0 4,0 0,1 2,0 0,1 4,0 0,1 1,0 0,0 2,0 0,1
48. O14 0,2 0,0 1,0 0,0 4,0 0,2 3,0 0,1 3,0 0,1 2,0 0,1
49. O15 0,2 0,1 4,0 0,2 2,0 0,1
50. O16 0,2 0,1 1,0 0,1 2,0 0,1
51. O17 0,2 0,0 2,0 0,1 1,0 0,0 4,0 0,2 2,0 0,1 2,0 0,1
52. O18 0,3 0,1
53. O19 0,3 0,1
54. O20 0,3 0,1
Ancaman (T)
55. T1 0,1 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 4,0 0,1 3,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0
56. T2 0,1 0,0 4,0 0,1
57. T3 0,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0
58. T4 0,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0
59. T5 0,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0
60. T6 0,1 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 3,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,1 2,0 0,0
61. T7 0,1 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 2,0 0,0 4,0 0,1 3,0 0,0
66 Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 15 No. 1, Juni 2017: 43-66