Anda di halaman 1dari 6

Analisis Usahatani dan Strategi Pengembangan Usahatani Jagung di Kecamatan Sentolo Kabupaten

Kulonprogo
DIAH NOVELIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional.


Sektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, hortikultura, kehutanan,
perkebunan, dan peternakan. Sektor tanaman pangan terdiri dari dua kelompok
besar yaitu padi dan palawija. Salah satu tanaman palawija yang dibudidayakan
oleh petani di Indonesia adalah tanaman jagung. Jagung mempunyai berbagai
manfaat baik untuk pangan, pakan maupun bahan baku industri. Mengingat
banyaknya manfaat dari tanaman jagung, maka diperlukan upaya-upaya strategis
untuk mengembangkan usahatani jagung tersebut agar produksinya terus meningkat
di masa depan.
Jagung merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat penting dan
saling terkait dengan industri besar. Selain dikonsumsi sebagai sayuran, buah
jagung juga bisa diolah menjadi aneka makanan. Selain itu, pipilan keringnya
dimanfaatkan untuk pakan ternak. Kondisi ini membuat budidaya jagung memiliki
prospek yang sangat menjanjikan, baik dari segi permintaan maupun harga jualnya.
Terlebih lagi setelah banyak beredar benih jagung hibrida yang memiliki banyak
keunggulan dibandingkan dengan benih jagung lokal. Keunggulan tersebut antara
lain, masa panennya lebih cepat, lebih tahan serangan hama dan penyakit, serta
produktivitasnya lebih banyak (Muhaimin dan Novi, 2011).
Berdasarkan data Statistik Pertanian tahun 2013, produksi jagung di
Indonesia mencapai 18.510.435 ton. Nilai produksi tersebut lebih kecil dari tahun
sebelumnya yaitu tahun 2012 yang mencapai 19.387.022 ton. Dengan demikian,
produksi jagung mengalami penurunan sebesar 876.587 ton atau turun sebesar
4,52%. Penurunan produksi jagung ini disebabkan berkurangnya luas panen
nasional sebesar 100.236 hektar dari tahun sebelumnya. Diekspektasikan produksi
jagung akan meningkat menjadi 20.087.445 ton pada tahun 2014.
Produksi jagung nasional masih belum mampu memenuhi kebutuhan,
akibatnya pemerintah harus melakukan impor. Berdasarkan data Statistik Ekspor
Impor Komoditas Pertanian tahun 2014, pada periode tahun 2010-2013 lalu impor
jagung mencapai 3,09 miliar US$ dengan volume 10,24 juta ton. Data statistik
tersebut menggambarkan bahwa potensi dalam budidaya tanaman jagung cukup
Analisis Usahatani dan Strategi Pengembangan Usahatani Jagung di Kecamatan Sentolo Kabupaten
Kulonprogo
DIAH NOVELIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

menjanjikan. Masih rendahnya produksi jagung nasional dapat dijadikan peluang


yang bisa dimanfaatkan oleh petani untuk mengisi kekurangan kebutuhan jagung
tersebut. Untuk itu maka perlu dilakukan usaha yang lebih ekstra agar produksi
jagung yang ada bisa lebih ditingkatkan, baik dengan cara memperluas areal
penanaman maupun dengan peningkatan produktifitas dan strategi pengembangan
lainnnya.
Kecamatan Sentolo merupakan salah satu sentra produksi jagung di
Kabupaten Kulonprogo. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2013,
terdapat 5.836 rumah tangga petani jagung di Kecamatan Sentolo atau sebanyak
21% dari seluruh rumah tangga petani jagung di Kabupaten Kulonprogo.
Berdasarkan hasil penelitian Fafurida (2009), jagung merupakan komoditas
tanaman pangan yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif di
Kecamatan Sentolo yang berpotensial untuk terus dikembangkan. Pengembangan
usahatani jagung perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi demi memenuhi
kebutuhan jagung yang terus meningkat baik untuk pangan, pakan dan bahan baku
industri.
Keberadaan usahatani jagung di Kecamatan Sentolo diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi perekonomian masyarakat di daerah tersebut
mengingat banyaknya rumah tangga yang membudidayakan jagung. Apabila
produksi jagung tinggi maka pendapatan usahatani jagung akan tinggi pula. Oleh
karena itu, perlu dilakukan analisis faktor apa saja yang berpengaruh terhadap
produksi dan pendapatan usahatani jagung. Selain itu, perlu juga diidentifikasi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada untuk merumuskan strategi
pengembangan usahatani jagung agar produksinya meningkat sehingga kebutuhan
jagung dapat terpenuhi dan pendapatan usahatani yang diterima petani juga
meningkat.

2. Perumusan Masalah

Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam


pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Kulon Progo. Peranan sektor pertanian
tersebut antara lain adalah sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan pangan,
sandang, dan papan, menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk
Analisis Usahatani dan Strategi Pengembangan Usahatani Jagung di Kecamatan Sentolo Kabupaten
Kulonprogo
DIAH NOVELIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dan memberikan sumbangan terhadap pendapatan daerah maupun nasional. Sektor


pertanian masih mendominasi perekonomian Kabupaten Kulonprogo. Kontribusi
sektor pertanian pada PDRB Kabupaten Kulonprogo 2013 mencapai 23,48%.
Sektor pertanian terdiri atas 6 sub sektor, yaitu tanaman pangan, tanaman
hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Tanaman pangan
meliputi komoditas padi dan palawija. Salah satu palawija yang menjadi komoditas
unggulan Kabupaten Kulonprogo adalah jagung. Berdasarkan Badan Pusat Statistik
tahun 2013, produksi jagung mencapai 274.560 kwintal. Berikut ini data luas
panen, produksi dan produktivitas jagung di Kabupaten Kulonprogo tahun 2009-
2013.

Tabel 1.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Kabupaten


Kulonprogo Tahun 2009- 2013
Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Kw) Produktivitas (Kw/Ha)
2009 5.136 331.690 64,11
2010 4.986 278.910 55,94
2011 5.011 300.240 59,92
2012 5.112 312.330 61,10
2013 4.919 274.560 55,82
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulonprogo, 2013

Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa luas panen, produksi dan


produktivitas jagung di Kabupeten Kulonprogo bersifat fluktuatif dari tahun ke
tahun. Produktivitas di tahun 2013 sebesar 55,82 kw/ha, jauh menurun
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Besar kecilnya produksi jagung
dipengaruhi oleh fungsi produksi yang menyusun kegiatan usaha budidaya jagung.
Jumlah produksi usahatani jagung menyebabkan petani akan mendapatkan
penerimaan dari kegiatan usahataninya. Penerimaan yang dikurangi dengan biaya
akan menghasilkan pendapatan usahatani. Biaya yang dipengaruhi harga
mengambarkan bagaimana penggunaan faktor-faktor produksi oleh petani. Faktor
produksi terdiri dari faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen.
Setiap petani memiliki kombinasi penggunaan faktor produksi yang berbeda yang
akan mempengaruhi jumlah produksi dan pendapatan usahataninya.
Kedepannya pemerintah Republik Indonesia menargetkan peningkatan
produksi jagung nasional dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan, pakan dan
bahan baku industri. Kebutuhan jagung untuk pangan, pakan maupun bahan baku
Analisis Usahatani dan Strategi Pengembangan Usahatani Jagung di Kecamatan Sentolo Kabupaten
Kulonprogo
DIAH NOVELIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

industri diproyeksikan akan terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan


pertambahan jumlah penduduk, populasi ternak dan industri. Oleh karena itu,
pemerintah telah menyusun target produksi jagung tahun 2014-2019 seperti berikut:

Tabel 1.2. Target Produksi Jagung Nasional Tahun 2014-2019


Tahun Produksi (Ton)
2014 20.087.445
2015 20.549.456
2016 21.022.094
2017 21.505.602
2018 22.000.231
2019 22.506.236
Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2014

Dalam rangka mencapai target produksi tersebut, maka diperlukan strategi-


strategi pengembangan usahatani jagung yang tepat untuk diterapkan pada daerah-
daerah penghasil jagung di Indonesia. Di dalam proses perumusan strategi
pengembangan perlu diperhatikan faktor-faktor yang berada di lingkungan
usahatani jagung baik internal maupun eksternal. Faktor-faktor lingkungan tersebut
perlu dipertimbangkan karena memiliki pengaruh pada keberlangsungan usahatani
jagung.
Kecamatan Sentolo merupakan sentra produksi jagung di Kabupaten
Kulonprogo. Petani jagung di Kecamatan Sentolo sudah berpengalaman dan
memiliki kemampuan mengelola usahatani jagung yang cukup baik. Petani
menggunakan benih yang berkualitas yang merupakan salah satu modal utama
penentu keberhasilan produksi jagung. Namun demikian, petani jagung juga
menghadapi kendala seperti lahan yang sempit dan terbatasnya akses pemasaran.
Sebagian besar petani jagung di Kecamatan Sentolo menjual hasil panennya kepada
pengepul atau tengkulak dengan harga jual yang tergolong rendah.
Potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan dengan adanya
industri peternakan yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung
sebagai campuran bahan pakan ternak. Adanya industri pakan ternak dapat
dijadikan target pasar bagi petani untuk memasarkan hasil panennya. Potensi
tersebut tentu membuka peluang bagi petani untuk menanam jagung atau
meningkatkan produksi jagungnya. Selain peluang, terdapat pula ancaman yang
dapat mengganggu usahatani jagung milik petani seperti perubahan iklim dan
Analisis Usahatani dan Strategi Pengembangan Usahatani Jagung di Kecamatan Sentolo Kabupaten
Kulonprogo
DIAH NOVELIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

serangan hama penyakit. Perubahan iklim yang sering terjadi saat ini dapat
mempengaruhi perubahan pada jadwal tanam, ketersediaan air dan serangan hama
penyakit. Peluang dan ancaman tersebut perlu juga diperhitungkan untuk
merumuskan strategi pengembangan usahatani jagung.
Berdasarkan hal tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Apakah luas lahan, penggunaan pupuk urea, penggunaan pupuk NPK,
penggunaan pupuk organik, penggunaan pestisida, curahan tenaga kerja,
pendidikan, pengalaman dan kemampuan manajerial petani mempengaruhi
produksi jagung?
b. Apakah luas lahan, harga benih, harga pupuk urea, harga pupuk NPK, harga
pestisida, upah tenaga kerja, pendidikan, pengalaman dan kemampuan
manajerial petani mempengaruhi pendapatan usahatani jagung?
c. Bagaimanakah strategi pengembangan usahatani jagung di masa depan?

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan, maka


tujuan dari penelitian ini antara lain:
a. Mengetahui pengaruh luas lahan, penggunaan benih, penggunaan pupuk urea,
penggunaan pupuk NPK, penggunaan pupuk organik, penggunaan pestisida,
curahan tenaga kerja, pendidikan, pengalaman dan kemampuan manajerial
petani terhadap produksi jagung.
b. Mengetahui pengaruh luas lahan, harga benih, harga pupuk urea, harga pupuk
NPK, harga pupuk organik, harga pestisida, upah tenaga kerja, pendidikan,
pengalaman dan kemampuan manajerial petani terhadap pendapatan
usahatani jagung.
c. Memformulasikan strategi pengembangan usahatani jagung di masa depan.

4. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini diharapkan


berguna:
a. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat berguna untuk meningkatkan ilmu
mengenai sosial ekonomi pertanian khususnya mengenai analisis produksi,
pendapatan usahatani, serta strategi pengembangan usahatani dan juga
Analisis Usahatani dan Strategi Pengembangan Usahatani Jagung di Kecamatan Sentolo Kabupaten
Kulonprogo
DIAH NOVELIA
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan strata satu di


Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
b. Bagi pemerintah atau pihak-pihak terkait, hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pembuatan atau pengambilan
keputusan kebijakan yang berkaitan dengan usahatani jagung.
c. Bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dan informasi yang bermanfaat terkait produksi,
pendapatan usahatani, strategi pengembangan usahatani jagung serta dapat
dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai