A. Latar Belakang
tanaman pangan dalam negeri terutama untuk bahan pangan pokok. Produksi
produksi yang digunakan dalam proses produksi sangatlah penting agar proses
produksi yang dilaksanakan dapat efisien dan hasil produksi yang didapat menjadi
optimal. Setiap faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian adalah dimiliki
oleh seseorang. Pemiliknya menjual faktor produksi tersebut kepada pengusaha dan
sebagai balas jasanya yaitu memperoleh pendapatan, dan jumlah pendapatan yang
terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam,
bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan,
dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan.
1
2
menyatakan bahwa ketahanan pangan sebagai suatu kondisi dimana setiap orang
sepanjang waktu, baik fisik maupun ekonomi, memiliki akses terhadap pangan
yang cukup, aman, dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari sesuai
preferensinya.
pangan dalam konsep pendapatan nasional menurut lapangan usaha dalam arti luas
bahan baku pangan pokok telah berhasil memingkatkan pendapatan petani dan
produksi tanaman pangan diarahkan terhadap tanaman padi dan jagung. Padi telah
sebagai sumber pangan pokok juga menjadi sumber penghasilan bagi petani dan
kebutuhan hidup sehari-hari bagi jutaan penduduk. Oleh karena itu, ketersediaan
3
produktifitasnya.
Ketersedian beras pada gudang milik pemerintah dalam hal ini diatur oleh
Perum Bulog menjadi acuan bagi pemerintah untuk menjaga ketahanan pangan bagi
masyarakat. Stok cadangan beras yang terdapat pada Perum Bulog juga dijadikan
sebagai indikator bagi pemerintah untuk mengadakan kegiatan impor beras dari luar
negeri apabila cadangan beras dalam negeri menurun yang diakibatkan oleh gagal
panen ataupun faktor yang lain. Sehingga ketersediaan beras sebagai pangan pokok
dapat terkendali yang sekaligus dapat menjaga kestabilan harga beras di pasaran
1,100
1,000 994.2 958
1,000
500
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Grafik 1.1 Stok Beras yang dimiliki oleh Perum Bulog tahun 2008-
2018(dalam ribuan)
Sumber: databoks.katadata.co.id
Dari grafik diatas menunjukan stok beras yang dimiliki oleh Perum Bulog
sebagai badan resmi yang dibentuk oleh pemerintah untuk mengurususi masalah
cadangan beras nasional. Data tersebut mulai dari tahun 2008 hingga tahun 2018
tahun 2012 stok cadangan beras menjadi tahun yang terbanyak menyimpan
cadangannya yaitu sebanyak 2,3 juta ton beras. Sedangkan stok cadangan yang
terendah tercatat pada tahun 2018 yaitu sebanyak 958 ribu ton beras. Data tersebut
menunjukan penurunan cadangan beras yang di mulai dari tahun 2012 hingga tahun
2018 terkecuali pada tahun 2016 yang mengalami peningkatan stok cadangan beras
Banyaknya cadangan stok beras yang dimiliki oleh Perum Bulog sendiri
tergantung dari produksi atau panen padi yang diperoleh pada tiap tahunnya. Selain
itu cadangan stok beras juga dipengaruhi oleh kuantitas atau jumlah impor beras
yang dilakukan oleh pemerintah pada tahun tersebut. Untuk produksi padi yang
diperoleh pada seluruh provinsi di Pulau Jawa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.1 Produksi Padi pada Provinsi di Pulau Jawa tahun 2017
Dari tabel diatas dapat diketahuin tentang luas area panen, produksi yang
dihasilkan, dan tingkat produktivitas padi di tiap provinsi di Pulau Jawa pada tahun
2017. Dari tabel tersebut menunjukan total produksi terbanyak terdapat di Provinsi
Jawa Timur dengan total produksi sebanyak 13.060.464 ton. Akan tetapi tingkat
5
produktivitas yang mencapai 134,55 kw/ha. Untuk total produksi terendah berada
di Provinsi DKI Jakarta dengan total produksi sebanyak 4.238 ton yang sekaligus
Provinsi Yogyakarta sendiri berada pada peringkat kelima pada seluruh provinsi di
Pulau Jawa dengan total produksi dan tingkat produktivitas yang masing-masing
provinsi dapat ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi. Dari penelitian
yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya terdapat berbagai faktor yang
jumlah tenaga kerja, dan Curah hujan yang tersedia. Sedangkan upaya lain yang
cara seperti misalnya membangun infrastruktur berupa embung, saluran irigasi, dan
jalan desa. Selain itu dapat pula berupa penambahan modal berupa permudahan
luas lahan memiliki pengaruh yang kuat terhadap tingkat produksi padi, apabila
semakin luas lahan pertanian padi yang digunakan pada suatu daerah maka produksi
padi pada daerah tersebut akan semakin meningkat. Demikian pula sebaliknya
apabila semakin sempit luas lahan pertanian padi maka produksi padi akan semakin
sedikit.
6
Tabel 1.2 Luas Lahan Pertanian pada Provinsi Yogyakarta tahun 2008-2017
Luas Perkembangan
Tahun
(ha) (ha)
2008 227131 -
227710 579
2009
226140 -1570
2010
225888 -252
2011
240242 14354
2012
239160 -1082
2013
242939 3779
2014
242246 -693
2015
241113 -1133
2016
238044 -3069
2017
Dari tabel diatas menunjukan data mengenai luas lahan pertanian yang ada di
Provinsi Yogyakarta dan perkembangannya per tahun. Tercatat pada tahun 2008
luas lahan yang dimilik oleh Provinsi Yogyakarta yaitu seluas 227.131 hektar. Pada
tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 579 hektar menjadi seluas 227.710
hektar yang digunakan untuk pertanian. Akan tetapi mengalami penurunan luas
lahan pada tahun 2010 sebesar 1570 hektar menjadi seluas 226.140 hektar. Pada
penurunan hingga pada tahun 2017 tercatat luas lahan pertanian yang dimiliki oleh
Provinsi Yogyakarta yaitu seluas 230.044 hektar yang masih digunakan sebagai
lahan pertanian.
7
Jumlah tenaga kerja terbukti menjadi salah satu dari sekian faktor penting
Menurut Muh Rijal, Fajri, dan Widyawati(2016) tenaga kerja harus diperhitungkan
dalam proses produksi, yaitu dalam jumlah yang efisien bukan hanya dilihat dari
segi ketersediaannya tenaga kerja tetapi kualitas tenaga kerja tersebut. Untuk
mengetahui jumlah tenaga kerja di sektor pertanian dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Dari tabel tersebut dapat dilihat data mengenai jumlah tenaga kerja bidang
pertanian di Provinsi Yogyakarta pada tahun 2008-2017. Pada tahun 2008 jumlah
tenaga kerja yang tercatat yaitu sebanyak 560.089 orang. Kemudian meningkat
pada tahun 2009 menjadi sebanyak 570.574 orang. Pada tahun-tahun berikutnya
jumlah tenaga kerja terus mengalami peningkatan maupun penurunan. Hingga pada
Curah hujan termasuk sebagai faktor alam yang memiliki pengaruh besar
terhadap produksi padi. Akan tetapi sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat
mengendalikan curah hujan agar dapat memaksimalkan produksi padi yang ada.
Sehingga untuk banyak sedikitnya curah hujan yang terjadi setiap tahunnya
sepenuhnya tergantung dari cuaca alam itu sendiri. Untuk data mengenai curah
hujan yang terjadi di Provinsi Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Pada tabel tersebut menunjukan data jumlah curah hujan yang terjadi pada
tahu 2008-2017. Pada sepanjang tahun 2008 Provinsi Yogyakarta menerima curah
sebanyak 1872 mm3. Pada tahun 2009 curah hujan mengalami penurunan menjadi
1653 mm3. Curah hujan yang terjadi pada tahun-tahun berikutnya terus mengalami
kenaikan dan penurunan yang tidak menentu. Hingga pada tahun 2017 Provinsi
pertanian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya menunjukan hasil
sebagai berikut:
Silvira, Hasman Hasyim, dan Lily Fauzia (2015) dalam penelitian mereka
yang mengunakan analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi Rank
bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata
terhadap produksi padi sawah, tetapi sec Karakteristik sosial ekonomi petani yang
memiliki hubungan dengan produksi padi sawah adalah luas lahan, sedangkan
umur, tingkat pendidikan, lama bertani dan jumlah tanggungan tidak memiliki
produksi.
penelitian menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja (X1) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel produksi padi (Y). Hal tersebut berarti bahwa setiap
lahan (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel produksi padi (Y).
Hal tersebut berarti bahwa setiap peningkatan atau penurunan jumlah luas lahan
tidak signifikan hal tersebut berarti bahwa setiap peningkatan atau penurunan
10
(2017) dalam penelitian mereka dengan mengunakan analisis regresi model Cobb
produksi yang dihasilkan. Secara serentak variabel luas lahan, benih, pupuk urea,
pupuk phonska, pestisida dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi padi
sawah di Kelurahan Koya. Secara individu variabel luas lahan, benih dan pupuk
penelitian yang lebih mendalam tentang produksi pertanian padi. Dengan penelitian
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah luas lahan pertanian, jumlah
tenaga kerja, dan Curah hujan berpengaruh terhadap produksi padi di Provinsi
1. Apakah luas lahan pertanian, jumlah tenaga kerja, dan curah hujan
Istimewa Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan luas lahan, tenaga kerja, dan
Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
E. Landasan Teori
1. Produksi Padi
penggunaan input-output. Input dan output untuk setiap sistem produksi menurut
ditingkatkan dan fungsi produksi berubah. Fator produktivitas adalah kunci untuk
mendapatkan kombinasi atau proporsi input yang optimal yang harus dipergunakan
untuk menghasilkan satu produk yang mengacu pada the law of variable proportion
factor memberikan dasar untuk penggunaan sumber daya yang efisien dalam
Produksi padi Sri Adiningsi(1995) adalah jumlah output atau hasil panen padi
dari lahan petani selama satu kali musim tanam yang diukur dalam satuan kilogram
(kg). Kemudian produktivitas adalah kemampuan suatu faktor produksi, seperti luas
tanah, untuk memperoleh hasil produksi per hektar. Produksi dan produktivitas
ditentukan oleh banyak faktor seperti kesuburan tanah, varitas bibit yang ditanam,
penggunaan pupuk yang memadai baik jenis maupun dosis, tersedianya air dalam
jumlah yang cukup, teknik bercocok tanam yang tepat dan penggunaan alat-alat
2. Luas Lahan
Luas lahan adalah luas area persawahan yang digunakan oleh para petani
yang biasa ditanami dengan bermacam-macam tanaman. Dalam penelitian ini luas
luas lahan yang diutamakan adalah area persawahan yang digunakan untuk
13
menanam berbagai macam padi yang disesuaikan dengan musim tertentu. Pada
1. Lahan sawah
Lahan sawah adalah tanah pertanian yang dibatasi oleh pematang untuk
menahan atau menyalurkan air pada petak-petak area persawahan dan biasanya
ditanami oleh padi sawah. Lahan sawah sendiri memiliki beberapa macam cara
diukur dengan mudah oleh para petani. Jaringannya terdiri dari saluran induk,
pemasukan air.
Lahan bukan sawah adalah semua tanah yang tidak tergolong sebagai tanah
sawah. Tanah yang tidak difungsikan sebagai tanah sawah digolongkan sebagai
atau tahunan dan terpisah oleh halaman rumah serta penggunaannya tidak
berpindah-pindah.
akan ditinggalkan bila sudah tidak subur lagi sehingga kemungkinan lahan ini
dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam usaha tani
misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien
dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien
usaha tani yang dilakukan kecuali usahatani dijalankan dengan tertib. Luas
masukan akan semakin efisien bila luas lahan yang dikuasai semakin besar.
3. Tenaga Kerja
bahwa tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki maupun wanita yang sedang dalam
15
atau akan melakukan pekerjaan, baik luar maupun dalam hubungan kerja guna
kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik, di mana para pekerja
tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai Keynes kecil sekali, tingkat
Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor (marginal
dalam mempekerjakan labor akan turun. Jika penurunan harga tidak begitu besar
maka kurva nilai produktivitas hanya turun sedikit. Meskipun demikian jumlah
tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang
ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga turun drastis, ini menyebabkan
kurva nilai produktivitas marjinal labor turun drastis pula, dan jumlah tenaga kerja
yang tertampung menjadi semakin kecil dan pengangguran menjadi semakin luas.
Menurut Soekartawi (2001) dalam usahatani tenaga kerja dibedakan atas dua
macam yaitu menurut sumber dan jenisnya. Menurut sumbernya tenaga kerja
berasal dari dalam keluarga dan tenaga kerja dari luar keluarga. Sedangkan menurut
16
dalam bekerja yang dikenal tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Penggunaan
tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga dipengaruhi oleh skala usaha,
semakin besar skala usaha maka penggunaan tenaga kerja cenderung semakin
standarisasi satuan tenaga kerja yang biasanya disebut dengan hari orang kerja atau.
mempengaruhi produksi, karena walaupun jumlah tenaga kerja tidak berubah tetapi
kualitas dari tenaga kerja lebih baik maka dapat mempengaruhi produksi.
4. Curah Hujan
Hujan merupakan salah satu fenomena alam yang terdapat dalam siklus
hidrologi dan sangat dipengaruhi iklim. Keberadaan hujan sangat penting dalam
kehidupan, karena hujan dapat mencukupi kebutuhan air yang sangat dibutuhkan
diameter 0.5 mm atau lebih. Hydrometeor yang jatuh ke tanah disebut hujan
sedangkan yang tidak sampai tanah disebut Virga (Tjasyono : 2006). Hujan yang
sampai ke permukaan tanah dapat diukur dengan jalan mengukur tinggi air hujan
tersebut dengan berdasarkan volume air hujan per satuan luas. Hasil dari
pengukuran tersebut dinamakan dengan curah hujan. Curah hujan merupakan salah
satu unsur cuaca yang datanya diperoleh dengan cara mengukurnya dengan
menggunakan alat penakar hujan, sehingga dapat diketahui jumlahnya dalam satuan
17
millimeter (mm). Curah hujan 1 mm adalah jumlah air hujan yang jatuh di
permukaan per satuan luas ( m2 ) dengan catatan tidak ada yang menguap, meresap
atau mengalir. Jadi, curah hujan sebesar 1 mm setara dengan 1 liter/ m2 ( Aldrian,
E. dkk, 2011). Curah hujan dibatasi sebagai tinggi air hujan yang diterima di
dalam tana
a. Hujan gerimis / drizzle, dengan diameter butirannya kurang dari 0,5 mm.
c. Hujan batu es, curahan batu es yang turun didalam cuaca panas awan yang
d. Hujan deras / rain, dengan curah hujan yang turun dari awan dengan nilai
diindikasikan antara lain oleh adanya bencana banjir, kekeringan (musim kemarau
18
yang panjang) dan bergesernya musim hujan. Dalam beberapa tahun terakhir ini
komoditi pangan (padi, palawija dan sayuran). Sedangkan banjir dan kekeringan
begitu banyak petani mengandalkan langsung pada hujan untuk kegiatan pertanian
Pertanian tadah hujan sangat rentan terhadap perubahan iklim, jika praktek bertani
tetap tidak berubah. Suhu yang lebih tinggi akan menantang sistem pertanian.
Tanaman sangat sensitif terhadap suhu tinggi selama tahap kritis seperti berbunga
tinggi dapat menyebabkan bencana untuk lahan pertanian. Perubahan suhu dan
kelembaban udara juga dapat memicu perkembangan dan ledakan hama dan
Banjir dan kekeringan yang berkepanjangan akibat dari pengelolaan air yang tidak
signifikan.
F. Telaah Pustaka
berupaya melakukan penelitian lebih awal terhadap pustaka yang ada berupa karya-
karya penelitian terdahulu yang mempunyai relevansi terhadap topik yang akan
diteliti. Maksud dari telaah pustaka ini adalah untuk memberikan perbedaan antara
19
dipertangung jawabkan serta terhindar dari unsur plagiasi. Dari hasil penelusuran
penyusun selama ini ditemukan beberapa karya tulis yang berkaitan dengan topik
dilakuan ini diantaranya meliputi variabel independen yang diteliti, wilayah yang
dijadikan objek penelitian, rentang waktu penelitan dan alat analisi yang digunakan
G. Pengembangan Hipotesis
menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Adapun
hipotesa dari penelitian ini adalah sub sekor dari sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan. Berikut ini akan dijelaskan hubungan antara variabel bebas(luas lahan,
tenaga kerja, dan curah hujan) dengan variabel terikat (produksi padi) sebagai dasar
hipotesis
untuk variabel luas lahan adalah 0,9331. Berarti setiap penambahan 1% luas lahan
maka produksi meningkat sebesar 0,9331. Sehingga diduga luas lahan memiliki
padi
positif dan signifikan produksi padi, semakin tinggi jumlah tenaga kerja maka akan
produksi padi
diindikasikan oleh bergesernya musim tanam dan waktu panen, penurunan luas
tanam dan panen, perubahan produktivitas dan produksi padi di lahan sawah tadah
produksi padi
H. Kerangka Pemikiran
Dalam menganalisa pengaruh luas lahan pertanian, jumlah tenaga kerja, dan
Luas Lahan
Curah hujan
I. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
malalui perhitungan ilmiah berasal dari data yang akan diolah mengunakan alat
Data yang diperoleh adalah data yang bersifat sekunder, data tersebut
diperoleh dari website peneyedia data resmi dari pemerintah atau lembaga penyedia
data, misalnya BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang diperoleh
akan berupa data time series yang terdiri dari data luas lahan pertanian, jumlah
tenaga kerja di sektor pertanian dan Curah hujan yang tersedia di Provinsi
Yogyakarta pada kurun waktu penelitian. Data akan diolah mengunakan aplikasi
Eviews versi 8 yang kemudian hasil dari pengolahan data tersebut akan menunjukan
oleh penyusun.
a. Luas lahan
29
Luas lahan dapat mempengaruhi jumlah produksi petani, semakin luas lahan
semakin besar pula hasil produksi yang diperoleh petani. Akan tetapi jika petani
tidak dapat memanfaatkan luas lahan tersebut maka semakin luas lahan tidak
menjamin pendapatan petani meningkat dikarenakan denga lahan yang akan sulit
yang luas juga memerlukan tenaga kerja dan modal yang cukup besar pula. Satuan
yang digunakan untuk luas lahan dalam penelitian diukur mengunakan skala
hektar(ha).
b. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut
UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.18 Secara
garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga
kerja dan bukan. Sehingga satuan yang dimaksud sebagai tenaga kerja yang
c. Curah hujan.
mengukur jumlah curah hujan pada satuan waktu tertentu. Panakar hujan mengukur
tinggi hujan seolah-olah air hujan yang jatuh ke tanah menumpuk ke atas
merupakan kolom air. Air yang tertampung volumenya dibagi dengan luas corong
30
penampung, hasilnya adalah tinggi atau tebal, satuan yang dipakai adalah milimeter
(mm).
4. Metode Analisis
analisis regresi yang melibatkan hubungan dari dua atau lebih variabel bebas.
Persamaan regresi berganda adalah perasamaan regresi dengan lebih dari satu
perubah bebas (X1, X2,..., Xn). Hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat
Dimana :
Y = Produksi padi
α = Intercept/ Konstanta
β = Koefisien Regresi
independen. Nilai koefisien determinasi adalah Nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji apakah suatu parameter
(b1) sama dengan nol, atau dengan rumusan hipotesis stastistik (kuncoro, 2002:97).
H0 : bi : b
Ha : bi ≠ b
c. Uji F
uji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol
H0 : b1 = b2 = ......... bk = 0
Ha : b1 # b2 # =......... bk # 0
nol (H0)
a. Uji Normalitas
b. Uji Multikolinearitas
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Uji multikolinearitas terjadi karena
korelasi yang kuat (hampir sempurna) antar variabel bebas. Uji multikolinearitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Jika bebas saling berkorelasi, maka variabel-
menggunakan nilia TOL (Tolereance) dan VIF (Variance Inflastion Factor). Salah
satu cara untuk menguji gejala multikolinearitas dalam model regresi adalah
melihat nilai tolerance dan variance bebas terhadap variabel terikat. Jika nilai VIF
tidak lebih dari 0.10 maka model dinyatakan tidak mengandung multikolinearitas.
(Ghazali, 2009:95-96)
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Glejser.
persamaan regresi. Jika hasil regresi mempunyai nilai signifikan t pada tiap variabel
Sebaliknya jika nilai signifikan t pada tiap variabel independen (kurang dari) ≤ 5%
J. Sistematika Pembahasan
konsep sistem penelitian yang disusun ini di bagi menjadi kedalam lima bab.
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan titik tolak dan menjadi acuan dalam peroses penelitian yang
dilakukan. Pada bab ini terdiri dari empat sub bab yaitu latar belakang yang
menguraikan tentang teori dan fakta yang menjelaskan tentang peranan sektor
pertanian dalam hal ini produksi padi bagi ketahanan pangan nasional. Selanjutnya
melalui penelitian ini. Kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penelitian
untuk mengetahui inti dari penelitian ini. Bab ini diakiri dengan sistematika
Memuat tinjauan pustaka dan hasil hasil penelitian sejenis yang pernah
dilakukan guna mengetahui posisi penelitian. Pada bab ini juga menampilkan
kerangka pemikiran.
operasional yang menguraikan, jenis dan sumber data, metode pengumpulan dan
metode analisis
Pada permulaan bab ini akan digambarkan secara singkat keadaan geografis,
demografis dan kondisi perekonomian. Kemudian pada bab ini akan diuraikan hasil
BAB V PENUTUP
permasalhan dalam penelitian ini. Pada bab ini juga disampaikan saran terhadap
K. Daftar Pustaka
Sukirno, Sadono. 2002. Teori Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Raja Grafindo
persada
Kuncoro. 2002. Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Indeks.
Kelompok Gramedia.
Gujarati. 2010. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat.
Pindyck, Rubinfield. 2001. Ekonomi Mikro (Alih Bahasa oleh Aldi Jeine) Jakarta:
Prentice Hall Inc, h 280
Sri Adiningsi. 1995. Ekonomi Mikro, Edisi I.Yogyakarta: BPFE, h 51