Anda di halaman 1dari 37

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi di Provinsi

Yogyakarta Tahun 2008-2017

A. Latar Belakang

Pemerintah melalui paket kebijakannya kembali mengaungkan tentang

ketahanan pangan bagi masyarakat Indonesia dengan meningkatkan produksi

tanaman pangan dalam negeri terutama untuk bahan pangan pokok. Produksi

menurut Sadono(2002) adalah suatu proses mengubah input menjadi output

sehingga nilai barang tersebut bertambah. Penentuan kombinasi faktor-faktor

produksi yang digunakan dalam proses produksi sangatlah penting agar proses

produksi yang dilaksanakan dapat efisien dan hasil produksi yang didapat menjadi

optimal. Setiap faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian adalah dimiliki

oleh seseorang. Pemiliknya menjual faktor produksi tersebut kepada pengusaha dan

sebagai balas jasanya yaitu memperoleh pendapatan, dan jumlah pendapatan yang

diperoleh berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu

barang adalah sama dengan harga dari barang tersebut

Pengertian ketahanan pangan menurut UU No. 18/2012 tentang Pangan.

Disebutkan dalam UU tersebut bahwa Ketahanan Pangan adalah kondisi

terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari

tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam,

bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan,

dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara

berkelanjutan.

1
2

Definisi ketahanan pangan dalam UU No 18 tahun 2012 diatas merupakan

penyempurnaan dan "pengkayaan cakupan" dari definisi dalam UU No 7 tahun

1996 yang memasukkan "perorangan" dan "sesuai keyakinan agama" serta

"budaya" bangsa. Definisi UU No 18 tahun 2012 secara substantif sejalan dengan

definisi ketahanan pangan dari FAO(Food and Agriculture Organization) yang

menyatakan bahwa ketahanan pangan sebagai suatu kondisi dimana setiap orang

sepanjang waktu, baik fisik maupun ekonomi, memiliki akses terhadap pangan

yang cukup, aman, dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari sesuai

preferensinya.

Sektor pertanian yang menjadi acuan untuk mengembangkan ketahanan

pangan dalam konsep pendapatan nasional menurut lapangan usaha dalam arti luas

dibagi menjadi 5 (lima) subsektor yaitu: subsektor tanaman pangan, subsektor

perkebunan, subsektor kehutanan, subsektor peternakan, dan subsektor perikanan.

Menurut Sagala(2016) dari kelima subsektor tersebut, subsektor tanaman pangan

menjadi subsektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan

nasional menurut lapangan usaha. Subsektor tanaman pangan sebagai penghasil

bahan baku pangan pokok telah berhasil memingkatkan pendapatan petani dan

memperluas lapangan pekerjaan di daerah-daerah pada umumnya. Peningkatan

produksi tanaman pangan diarahkan terhadap tanaman padi dan jagung. Padi telah

menjadi komonditas strategis dalam kehidupan di Indonesia, peran padi selain

sebagai sumber pangan pokok juga menjadi sumber penghasilan bagi petani dan

kebutuhan hidup sehari-hari bagi jutaan penduduk. Oleh karena itu, ketersediaan
3

pasokan padi harus selalu terjaga, bekelanjutan bahkan harus ditingkatkan

produktifitasnya.

Ketersedian beras pada gudang milik pemerintah dalam hal ini diatur oleh

Perum Bulog menjadi acuan bagi pemerintah untuk menjaga ketahanan pangan bagi

masyarakat. Stok cadangan beras yang terdapat pada Perum Bulog juga dijadikan

sebagai indikator bagi pemerintah untuk mengadakan kegiatan impor beras dari luar

negeri apabila cadangan beras dalam negeri menurun yang diakibatkan oleh gagal

panen ataupun faktor yang lain. Sehingga ketersediaan beras sebagai pangan pokok

dapat terkendali yang sekaligus dapat menjaga kestabilan harga beras di pasaran

dengan kelimpahan cadangan beras yang ada.

Stok Beras Perum Bulog


2,500 2,300
2,100
2,000
1,600 1,600 1,600
1,500 1,300 1,300
Ton

1,100
1,000 994.2 958
1,000

500

0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Grafik 1.1 Stok Beras yang dimiliki oleh Perum Bulog tahun 2008-
2018(dalam ribuan)
Sumber: databoks.katadata.co.id

Dari grafik diatas menunjukan stok beras yang dimiliki oleh Perum Bulog

sebagai badan resmi yang dibentuk oleh pemerintah untuk mengurususi masalah

cadangan beras nasional. Data tersebut mulai dari tahun 2008 hingga tahun 2018

memperlihatkan penambahan dan pengurangan cadangan beras. Tercatat pada


4

tahun 2012 stok cadangan beras menjadi tahun yang terbanyak menyimpan

cadangannya yaitu sebanyak 2,3 juta ton beras. Sedangkan stok cadangan yang

terendah tercatat pada tahun 2018 yaitu sebanyak 958 ribu ton beras. Data tersebut

menunjukan penurunan cadangan beras yang di mulai dari tahun 2012 hingga tahun

2018 terkecuali pada tahun 2016 yang mengalami peningkatan stok cadangan beras

dari tahun sebelumnya.

Banyaknya cadangan stok beras yang dimiliki oleh Perum Bulog sendiri

tergantung dari produksi atau panen padi yang diperoleh pada tiap tahunnya. Selain

itu cadangan stok beras juga dipengaruhi oleh kuantitas atau jumlah impor beras

yang dilakukan oleh pemerintah pada tahun tersebut. Untuk produksi padi yang

diperoleh pada seluruh provinsi di Pulau Jawa dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1 Produksi Padi pada Provinsi di Pulau Jawa tahun 2017

Luas Panen Produksi Produktivitas


Provinsi
(ha) (ton) (kw/ha)
Banten 428628 2.413.478 56,31
Yogyakarta 158817 881.106 55,48
Jakarta 787 4.238 53,85
Jawa Barat 929.000 12.500.000 134,55
Jawa Tengah 2010465 11.396.629 56,69
Jawa Timur 2285232 13.060.464 57,15
Total 5812929 40.255.915 69,25

Sumber: Provinsi dalam Angka tahun 2018

Dari tabel diatas dapat diketahuin tentang luas area panen, produksi yang

dihasilkan, dan tingkat produktivitas padi di tiap provinsi di Pulau Jawa pada tahun

2017. Dari tabel tersebut menunjukan total produksi terbanyak terdapat di Provinsi

Jawa Timur dengan total produksi sebanyak 13.060.464 ton. Akan tetapi tingkat
5

produktivitas tertinggi terdapat pada Provinsi Jawa Barat dengan tingkat

produktivitas yang mencapai 134,55 kw/ha. Untuk total produksi terendah berada

di Provinsi DKI Jakarta dengan total produksi sebanyak 4.238 ton yang sekaligus

menjadi provinsi dengan tingkat produktivitas yang mencapai 53,85 kw/ha.

Provinsi Yogyakarta sendiri berada pada peringkat kelima pada seluruh provinsi di

Pulau Jawa dengan total produksi dan tingkat produktivitas yang masing-masing

mencapai 881.106 ton dan 55,48 kw/ha.

Jumlah produksi dan tingkat produktivitas padi yang dihasilkan di tiap

provinsi dapat ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi. Dari penelitian

yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya terdapat berbagai faktor yang

dapat mempengaruhi produksi padi. Diantaranya adalah luas lahan pertanian,

jumlah tenaga kerja, dan Curah hujan yang tersedia. Sedangkan upaya lain yang

dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan total produksi dilakukan dengan

cara seperti misalnya membangun infrastruktur berupa embung, saluran irigasi, dan

jalan desa. Selain itu dapat pula berupa penambahan modal berupa permudahan

pemodalan bagi masyarakat ataupun subsidi-subsidi yang disalurkan oleh

pemerintah untuk bibit, pupuk, dan lain sebagainya

Luas lahan pertanian menurut pendapat Mubyarto (1991) menjelaskan bahwa

luas lahan memiliki pengaruh yang kuat terhadap tingkat produksi padi, apabila

semakin luas lahan pertanian padi yang digunakan pada suatu daerah maka produksi

padi pada daerah tersebut akan semakin meningkat. Demikian pula sebaliknya

apabila semakin sempit luas lahan pertanian padi maka produksi padi akan semakin

sedikit.
6

Tabel 1.2 Luas Lahan Pertanian pada Provinsi Yogyakarta tahun 2008-2017

Luas Perkembangan
Tahun
(ha) (ha)
2008 227131 -
227710 579
2009
226140 -1570
2010
225888 -252
2011
240242 14354
2012
239160 -1082
2013
242939 3779
2014
242246 -693
2015
241113 -1133
2016
238044 -3069
2017

Sumber: Provinsi Yogyakarta dalam Angka tahun 2009-2018

Dari tabel diatas menunjukan data mengenai luas lahan pertanian yang ada di

Provinsi Yogyakarta dan perkembangannya per tahun. Tercatat pada tahun 2008

luas lahan yang dimilik oleh Provinsi Yogyakarta yaitu seluas 227.131 hektar. Pada

tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 579 hektar menjadi seluas 227.710

hektar yang digunakan untuk pertanian. Akan tetapi mengalami penurunan luas

lahan pada tahun 2010 sebesar 1570 hektar menjadi seluas 226.140 hektar. Pada

tahun-tahun berikutnya luas lahan pertanian terus mengalami kenaikan dan

penurunan hingga pada tahun 2017 tercatat luas lahan pertanian yang dimiliki oleh

Provinsi Yogyakarta yaitu seluas 230.044 hektar yang masih digunakan sebagai

lahan pertanian.
7

Jumlah tenaga kerja terbukti menjadi salah satu dari sekian faktor penting

yang dapat meningkatkan produksi padi dalam banyak penelitian terdahulu.

Menurut Muh Rijal, Fajri, dan Widyawati(2016) tenaga kerja harus diperhitungkan

dalam proses produksi, yaitu dalam jumlah yang efisien bukan hanya dilihat dari

segi ketersediaannya tenaga kerja tetapi kualitas tenaga kerja tersebut. Untuk

mengetahui jumlah tenaga kerja di sektor pertanian dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel 1.3 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Provinsi Yogyakarta


Tahun 2008-2017

Tahun Tenaga Kerja


2008 560.089
2009 570.574
2010 539.703
2011 431.070
2012 531.840
2013 531.559
2014 496.967
2015 436.529
2016 475.346
2017 451.861

Sumber: Provinsi Yogyakarta dalam Angka Tahun 2009-2018

Dari tabel tersebut dapat dilihat data mengenai jumlah tenaga kerja bidang

pertanian di Provinsi Yogyakarta pada tahun 2008-2017. Pada tahun 2008 jumlah

tenaga kerja yang tercatat yaitu sebanyak 560.089 orang. Kemudian meningkat

pada tahun 2009 menjadi sebanyak 570.574 orang. Pada tahun-tahun berikutnya

jumlah tenaga kerja terus mengalami peningkatan maupun penurunan. Hingga pada

tahun 2017 jumlah tenaga kerja tercatat sebanyak 451.861.


8

Curah hujan termasuk sebagai faktor alam yang memiliki pengaruh besar

terhadap produksi padi. Akan tetapi sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat

mengendalikan curah hujan agar dapat memaksimalkan produksi padi yang ada.

Sehingga untuk banyak sedikitnya curah hujan yang terjadi setiap tahunnya

sepenuhnya tergantung dari cuaca alam itu sendiri. Untuk data mengenai curah

hujan yang terjadi di Provinsi Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.4 Curah Hujan di Provinsi Yogyakarta pada Tahun 2008-2017

Tahun Curah Hujan


(mm³)
2008 1872
2009 1653
2010 3044
2011 3042
2012 1461
2013 2351
2014 2025
2015 2018
2016 3058
2017 2544

Sumber: Provinsi Yogyakarta dalam Angka 2009-2018

Pada tabel tersebut menunjukan data jumlah curah hujan yang terjadi pada

tahu 2008-2017. Pada sepanjang tahun 2008 Provinsi Yogyakarta menerima curah

sebanyak 1872 mm3. Pada tahun 2009 curah hujan mengalami penurunan menjadi

1653 mm3. Curah hujan yang terjadi pada tahun-tahun berikutnya terus mengalami

kenaikan dan penurunan yang tidak menentu. Hingga pada tahun 2017 Provinsi

Yogyakartta menerima curah hujan sebanyak 2544 mm3.


9

Beberapa penelitian mengenai analisi faktor yang mempengaruhi sektor

pertanian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya menunjukan hasil

sebagai berikut:

Silvira, Hasman Hasyim, dan Lily Fauzia (2015) dalam penelitian mereka

yang mengunakan analisis regresi linear berganda dan analisis korelasi Rank

Spearman memperoleh hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor produksi seperti

bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata

terhadap produksi padi sawah, tetapi sec Karakteristik sosial ekonomi petani yang

memiliki hubungan dengan produksi padi sawah adalah luas lahan, sedangkan

umur, tingkat pendidikan, lama bertani dan jumlah tanggungan tidak memiliki

hubungan terhadap produksi.ara parsial hanya pestisida yang berpengaruh terhadap

produksi.

Sulferi (2016) mengunakan analisis regresi linear berganda menunjukan hasil

penelitian menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja (X1) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel produksi padi (Y). Hal tersebut berarti bahwa setiap

peningkatan atau penurunan jumlah tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap

peningkatan atau penurunan produksi padi di Kabupaten Soppeng. Variabel luas

lahan (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel produksi padi (Y).

Hal tersebut berarti bahwa setiap peningkatan atau penurunan jumlah luas lahan

berpengaruh signifikan terhadap peningkatan atau penurunan produksi padi di

Kabupaten Soppeng. Variabel teknologi pertanian (X3) berpengaruh positif namun

tidak signifikan hal tersebut berarti bahwa setiap peningkatan atau penurunan
10

teknologi pertanian tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan atau

penurunan produksi padi di Kabupaten Soppeng.

Alvio G. Onibala, Mex L. Sondakh, Rine Kaunang, dan Juliana Mandei

(2017) dalam penelitian mereka dengan mengunakan analisis regresi model Cobb

Douglas untuk melihat pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap hasil

produksi yang dihasilkan. Secara serentak variabel luas lahan, benih, pupuk urea,

pupuk phonska, pestisida dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi padi

sawah di Kelurahan Koya. Secara individu variabel luas lahan, benih dan pupuk

urea berpengaruh signifikan terhadap produksi padi.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas penyusun tertarik untuk melakukan

penelitian yang lebih mendalam tentang produksi pertanian padi. Dengan penelitian

yang berjudul “Analisi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi di

Provinsi Yogyakarta tahun 2008-2017”.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah luas lahan pertanian, jumlah

tenaga kerja, dan Curah hujan berpengaruh terhadap produksi padi di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan demikian permasalahan yang terjadi

memunculkan seuatu pertanyaan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah luas lahan pertanian, jumlah tenaga kerja, dan curah hujan

berpengaruh secara simultan terhadap produksi padi di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta?

2. Apakah luas lahan pertanian berpengaruh terhadap produksi padi di

Provinsi Daerah IstimewaYogyakarta?


11

3. Apakah jumlah tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi padi di

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?

4. Apakah Curah hujan berpengaruh terhadap produksi padi di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk tujuan, yaitu:

a. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan luas lahan, tenaga kerja, dan

teknologi pertanian terhadap produksi padi di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta.

b. Untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap produksi padi di

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

c. Untuk mengetahui pengaruh luas lahan terhadap produksi padi di

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

d. Untuk mengetahui pengaruh teknologi pertanian terhadap produksi padi

di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini diharpkan akan dapat berguna sebagai pengembangan

keilmuan terutama untuk permasalahan yang terkait dengan produksi padi

di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

b. Sebagai bahan masukan atau informasi bagi para pengambil kebijakan

terutama bagi pemerintah daerah serta instansi yang terkait dalam

menentukan langkah kebijakannya guna pengembangan produksi padi

dan ketahanan pangan pada daerah terkait.


12

E. Landasan Teori

1. Produksi Padi

Pengertian produksi menurut Boediono(1999) adalah suatu fungsi atau

persamaan yang menunjukan hubungan antara tingkat output dan tingkat

penggunaan input-output. Input dan output untuk setiap sistem produksi menurut

Rubinfield(2001) adalah fungsi dari karakteristik teknologi. Selagi teknologi dapat

ditingkatkan dan fungsi produksi berubah. Fator produktivitas adalah kunci untuk

mendapatkan kombinasi atau proporsi input yang optimal yang harus dipergunakan

untuk menghasilkan satu produk yang mengacu pada the law of variable proportion

factor memberikan dasar untuk penggunaan sumber daya yang efisien dalam

sebuah sistem produksi.

Produksi padi Sri Adiningsi(1995) adalah jumlah output atau hasil panen padi

dari lahan petani selama satu kali musim tanam yang diukur dalam satuan kilogram

(kg). Kemudian produktivitas adalah kemampuan suatu faktor produksi, seperti luas

tanah, untuk memperoleh hasil produksi per hektar. Produksi dan produktivitas

ditentukan oleh banyak faktor seperti kesuburan tanah, varitas bibit yang ditanam,

penggunaan pupuk yang memadai baik jenis maupun dosis, tersedianya air dalam

jumlah yang cukup, teknik bercocok tanam yang tepat dan penggunaan alat-alat

produksi pertanian yang memadai dan tersedianya tenaga kerja

2. Luas Lahan

Luas lahan adalah luas area persawahan yang digunakan oleh para petani

yang biasa ditanami dengan bermacam-macam tanaman. Dalam penelitian ini luas

luas lahan yang diutamakan adalah area persawahan yang digunakan untuk
13

menanam berbagai macam padi yang disesuaikan dengan musim tertentu. Pada

umumnya lahan persawahan terbagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Lahan sawah

Lahan sawah adalah tanah pertanian yang dibatasi oleh pematang untuk

menahan atau menyalurkan air pada petak-petak area persawahan dan biasanya

ditanami oleh padi sawah. Lahan sawah sendiri memiliki beberapa macam cara

pengairan, yang tergolong dalam:

a. Sawah berpengairan teknis, dimana saluran pemberian dan

pembuangan saluran irigasinya terpisah dan pembagiannya dapat diatur dan

diukur dengan mudah oleh para petani. Jaringannya terdiri dari saluran induk,

sekunder, dan tersier. Saluran induk, sekunder sera bangunan pengendali

saluran dibangun, dikuasai dan dirawat oleh pemerintah

b. Sawah berpengairan setengan teknis, memiliki karakterisistik sama

seperti sawah berpengairan teknis akan tetapi pemerintah hanya menguasai

bangunan pengendali saluran untuk dapat mengatur dan mengukur

pemasukan air.

c. Sawah berpengairan sederhana, yang hanya memperoleh pengaira

dimana cara pembagian dan pembuangan airnya belum teratus, walaupun

pemerintah sudah turut membangun sebagian dari jaringan saluran irigasinya.

2. Lahan bukan sawah

Lahan bukan sawah adalah semua tanah yang tidak tergolong sebagai tanah

sawah. Tanah yang tidak difungsikan sebagai tanah sawah digolongkan sebagai

tanah bukan sawah. Lahan bukan sawah meliputi:


14

a. Kebun, yaitu lahan kering yang biasanya ditanami tanaman semusim

atau tahunan dan terpisah oleh halaman rumah serta penggunaannya tidak

berpindah-pindah.

b. Huma, yaitu lahan bukan sawah yang biasanya ditanami tanaman

musiman dan penggunaannya hanya semusim atau dua musim, kemudian

akan ditinggalkan bila sudah tidak subur lagi sehingga kemungkinan lahan ini

beberpa tahun kemudian akan dikerjakan kembali jika sudah subur.

c. Tegal/Kebunan/Ladang/Huma, yaitu lahan kering yang ditanami

tanaman musiman seperti padi ladang, palawija /hortikultura letaknya

terpisah dengan halaman sekitar rumah.

Luas lahan dengan tingkat produksi padi

Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting

dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam usaha tani

misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien

dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien

usaha tani yang dilakukan kecuali usahatani dijalankan dengan tertib. Luas

pemilikan atau penguasaan berhubungan dengan efisiensi usahatani. Penggunaan

masukan akan semakin efisien bila luas lahan yang dikuasai semakin besar.

3. Tenaga Kerja

Dalam UU Nomor 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan menyebutkan

bahwa tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki maupun wanita yang sedang dalam
15

atau akan melakukan pekerjaan, baik luar maupun dalam hubungan kerja guna

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

John Maynard Keynes berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar tenaga

kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik, di mana para pekerja

mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha

memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah. Kalaupun

tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai Keynes kecil sekali, tingkat

pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota

masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada

gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan berkurang.

Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong turunya harga-harga.

Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor (marginal

value of productivity of labor) yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha

dalam mempekerjakan labor akan turun. Jika penurunan harga tidak begitu besar

maka kurva nilai produktivitas hanya turun sedikit. Meskipun demikian jumlah

tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang

ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga turun drastis, ini menyebabkan

kurva nilai produktivitas marjinal labor turun drastis pula, dan jumlah tenaga kerja

yang tertampung menjadi semakin kecil dan pengangguran menjadi semakin luas.

Tenaga kerja dengan tingkat produksi padi

Menurut Soekartawi (2001) dalam usahatani tenaga kerja dibedakan atas dua

macam yaitu menurut sumber dan jenisnya. Menurut sumbernya tenaga kerja

berasal dari dalam keluarga dan tenaga kerja dari luar keluarga. Sedangkan menurut
16

jenisnya didasarkan atas spesialisasi pekerjaan kemampuan fisik dan keterampilan

dalam bekerja yang dikenal tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Penggunaan

tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga dipengaruhi oleh skala usaha,

semakin besar skala usaha maka penggunaan tenaga kerja cenderung semakin

meningkat. Penilaian terhadap penggunaan tenaga kerja biasanya digunakan

standarisasi satuan tenaga kerja yang biasanya disebut dengan hari orang kerja atau.

Namun, tidak selamanya penambahan dan pengurangan tenaga kerja

mempengaruhi produksi, karena walaupun jumlah tenaga kerja tidak berubah tetapi

kualitas dari tenaga kerja lebih baik maka dapat mempengaruhi produksi.

4. Curah Hujan

Hujan merupakan salah satu fenomena alam yang terdapat dalam siklus

hidrologi dan sangat dipengaruhi iklim. Keberadaan hujan sangat penting dalam

kehidupan, karena hujan dapat mencukupi kebutuhan air yang sangat dibutuhkan

oleh semua makhluk hidup.

Hujan merupakan gejala meteorologi dan juga unsur klimatologi. Hujan

adalah hydrometeor yang jatuh berupa partikel-partikel air yang mempunyai

diameter 0.5 mm atau lebih. Hydrometeor yang jatuh ke tanah disebut hujan

sedangkan yang tidak sampai tanah disebut Virga (Tjasyono : 2006). Hujan yang

sampai ke permukaan tanah dapat diukur dengan jalan mengukur tinggi air hujan

tersebut dengan berdasarkan volume air hujan per satuan luas. Hasil dari

pengukuran tersebut dinamakan dengan curah hujan. Curah hujan merupakan salah

satu unsur cuaca yang datanya diperoleh dengan cara mengukurnya dengan

menggunakan alat penakar hujan, sehingga dapat diketahui jumlahnya dalam satuan
17

millimeter (mm). Curah hujan 1 mm adalah jumlah air hujan yang jatuh di

permukaan per satuan luas ( m2 ) dengan catatan tidak ada yang menguap, meresap

atau mengalir. Jadi, curah hujan sebesar 1 mm setara dengan 1 liter/ m2 ( Aldrian,

E. dkk, 2011). Curah hujan dibatasi sebagai tinggi air hujan yang diterima di

permukaan sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi dan peresapan ke

dalam tana

Berdasarkan ukuran butiran, hujan dapat dibedakan menjadi:

a. Hujan gerimis / drizzle, dengan diameter butirannya kurang dari 0,5 mm.

b. Hujan salju / snow, adalah kristal-kristal es yang temperatur udaranya

berada di bawah titik beku (00C).

c. Hujan batu es, curahan batu es yang turun didalam cuaca panas awan yang

temperaturnya dibawah titik beku (00C).

d. Hujan deras / rain, dengan curah hujan yang turun dari awan dengan nilai

temperatur diatas titik beku berdiameter butiran ± 7 mm.

Jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan menurut BMKG dibagi

manjadi tiga, yaitu :

a. Hujan sedang, 20 - 50 mm per hari.

b. Hujan lebat, 50-100 mm per hari.

c. Hujan sangat lebat, di atas 100 mm per hari.

Curah hujan terhadap tingkat produksi padi

Menurut Ruminta (2016) pengaruh perubahab iklim khususnya terhadap

sektor pertanian di Indonesia sangat dirasakan dampaknya. Perubahan ini

diindikasikan antara lain oleh adanya bencana banjir, kekeringan (musim kemarau
18

yang panjang) dan bergesernya musim hujan. Dalam beberapa tahun terakhir ini

pergeseran musim hujan menyebabkan bergesernya musim tanam dan panen

komoditi pangan (padi, palawija dan sayuran). Sedangkan banjir dan kekeringan

menyebabkan gagal tanam, gagal panen, dan bahkan menyebabkan puso.

Di Indonesia, perubahan pola hujanmungkin adalah ancaman terbesar, karena

begitu banyak petani mengandalkan langsung pada hujan untuk kegiatan pertanian

dan mata pencahariannya, setiap perubahan curah hujanmenyebabkan resiko besar.

Pertanian tadah hujan sangat rentan terhadap perubahan iklim, jika praktek bertani

tetap tidak berubah. Suhu yang lebih tinggi akan menantang sistem pertanian.

Tanaman sangat sensitif terhadap suhu tinggi selama tahap kritis seperti berbunga

dan perkembangan benih. Seringkali dikombinasikan dengan kekeringan, suhu

tinggi dapat menyebabkan bencana untuk lahan pertanian. Perubahan suhu dan

kelembaban udara juga dapat memicu perkembangan dan ledakan hama dan

penyakit tanaman. Banjir dan kekeringan juga mempengaruhi produksi pertanian.

Banjir dan kekeringan yang berkepanjangan akibat dari pengelolaan air yang tidak

baik dan kapasitas yang rendah mengakibatkan penurunan produksi yang

signifikan.

F. Telaah Pustaka

Sebagai upaya untuk mendukung penulisan proposal skripsi ini, penyusun

berupaya melakukan penelitian lebih awal terhadap pustaka yang ada berupa karya-

karya penelitian terdahulu yang mempunyai relevansi terhadap topik yang akan

diteliti. Maksud dari telaah pustaka ini adalah untuk memberikan perbedaan antara
19

penelitian satu dengan penelitian lainnya, agar kebenaran penelitian dapat

dipertangung jawabkan serta terhindar dari unsur plagiasi. Dari hasil penelusuran

penyusun selama ini ditemukan beberapa karya tulis yang berkaitan dengan topik

yang dibahas oleh penyusun.

No Peneliti Judul Metode Variabel Hasil Penelitian


Penelitian
1 Sulferi Analisis Analisis Variabel Hasil penelitian menunjukkan
(2016) Faktor-faktor regresi Bebas: bahwa variabel tenaga kerja (X1)
yang linear tenaga berpengaruh positif dan
Mempengaru berganda kerja, signifikan terhadap variabel
hi Produksi luas produksi padi (Y). Hal tersebut
Padi di lahan, berarti bahwa setiap peningkatan
Kabupaten dan atau penurunan jumlah tenaga
Soppeng teknologi kerja berpengaruh signifikan
(Skripsi) pertanian terhadap peningkatan atau
penurunan produksi padi di
Variabel Kabupaten Soppeng. Variabel
Terikat: luas lahan (X2) berpengaruh
produksi positif dan signifikan terhadap
padi variabel produksi padi (Y). Hal
tersebut berarti bahwa setiap
peningkatan atau penurunan
jumlah luas lahan berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan
atau penurunan produksi padi di
Kabupaten Soppeng. Variabel
teknologi pertanian (X3)
berpengaruh positif namun tidak
signifikan hal tersebut berarti
bahwa setiap peningkatan atau
penurunan teknologi pertanian
tidak berpengaruh signifikan
terhadap peningkatan atau
penurunan produksi padi di
Kabupaten Soppeng.
2 Nilam Analisis Fungsi Variabel Hasil penelitian menunjukkan
Anisyati Faktor-faktor produksi Bebas: bahwa variabel benih, luas lahan
Arwinni yang Cobb- benih, dan dummy wilayah berpengaruh
(2016) Mempengaru Douglass luas signifikan terhadap produksi
hi Produksi dan lahan, kacang tanah sedangkan pupuk
dan dan phonska, tenaga kerja,
20

Pendapatan Fungsi dummy pengalaman bertani, tanggungan


Usaha Tani keuntungan wilayah keluarga, dan umur berpengaruh
Kacang Cobb- dan tidak signifikan terhadap
Tanah di Douglass pupuk, produksi kacang tanah di
Kecamatan tenaga Kecamatan Camba Kabupaten
Camba kerja, Maros. Sementara faktor-faktor
Kabupaten pengala yang berpengaruh signifikan
Maros man, dan terhadap pendapatan adalah
(Skripsi) tanggung harga benih sedangkan harga
an pupuk phonska, tanggungan
keluarga, keluarga, pengalaman bertani,
dan umur umur dan dummy wilayah
berpengaruh tidak signifikan
Variabel terhadap pendapatan usahatani
Terikat: kacang tanah di Kecamatan
produksi Camba Kabupaten Maros.
kacang
tanah
dan
pendapat
an usaha
3 Alvio G. Analisis Analisis Variabel Hasil analisis menunjukan bahwa
Onibala Faktor-faktor regresi Bebas: faktor produksi yang
Mex L. yang model Cobb luas mempengaruhi produksi padi
Sondakh Mempengaru Douglass lahan, sawah adalah luas lahan, benih
Rine hi Produksi jumlah dan pupuk urea.
Kaunang Padi Sawah tenaga a. Pengaruh luas lahan terhadap
Juliana di Kelurahan kerja, produksi. Luas lahan
Mandei Koya, jumlah mempengaruhi produksi dengan
(2017) Kecamatan pupuk taraf signifikan sebesar 1% dan
Tondano phonska, nilai koefisien untuk variabel
Selatan jumlah luas lahan adalah 0,9331. Berarti
(Jurnal) pupuk setiap penambahan 1% luas lahan
urea, maka produksi meningkat
jumlah sebesar 0,9331.
benih, b. Pengaruh benih terhadap
dan produksi. Benih mempengaruhi
jumlah produksi dengan taraf signifikan
pestisida sebesar 1% dan nilai koefisien
untuk variable benih adalah
Variabel 0,1962. Berarti setiap
Terikat: penambahan 1% benih maka
produksi akan meningkatkan produksi
padi sebesar 0,1962.
c. Pengaruh urea terhadap
produksi. Urea mempengaruhi
21

produksi dengan taraf signifikan


sebesar 1% dan nilai koefisien
untuk variable urea adalah
0,2214. Berarti setiap
penambahan urea 1% maka akan
meningkatkan produksi sebesar
0,2214
d. Pengaruh phonska terhadap
produksi. Nilai koefisien untuk
variabel phonska adalah 0,0184
dimana phonska tidak
berpengaruh terhadap produksi.
Pengaruh pestisida terhadap
produksi. Nilai koefisien untuk
variable pestisida adalah -0,0851
dimana pestisida tidak
berpengaruh terhadap produksi.
Setiap penambahan pestisida
akan mengurangi produksi.
e. Pengaruh tenaga kerja terhadap
produksi. Tenaga kerja tidak
mempengaruhi produksi karena
nilai koefisien untuk variable
tenaga kerja adalah -0,2899.
Penambahan tenaga kerja sudah
tidak lagi efisien karena koefisien
bernilai negatif.
4 Edy Analisis Analisi Variabel Hasil analisis penelitian
Suprapto Faktor-faktor regresi Bebas: menunjukkan bahwa (1) luas
(2010) yang linear luas lahan terbukti dominan
Mempengaru berganda lahan, berpengaruh terhadap
hi Usaha modal, pendapatan petani sehingga perlu
Tani Padi biaya adanya penambahan luas lahan
Organik di tenaga, pada setiap petani. (2) Modal
Kabupaten biaya terbukti berpengaruh terhadap
Sragen pupuk, pendapatan petani sehingga perlu
(Tesis) biaya adanya penguatan modal setiap
bibit, petani. (3) Biaya tenaga tidak
biaya terbukti berpengaruh terhadap
pestisida, pendapatan petani sehingga pada
dan masa datang tidak perlu
penyuluh memasukkan variabel tersebut
an atau untuk meyakinkan maka
variabel tersebut perlu diteliti
Variable ulang. (4) Biaya bibit tidak
Terikat: terbukti berpengaruh terhadap
22

pendapat pendapatan petani, sehingga


an petani tidak perlu adanya penambahan
biaya bibit pada setiap petani. (5)
Biaya pupuk terbukti
berpengaruh terhadap
Pendapatan Petani sehingga
usahatani yang dilakukan masih
perlu adanya penambahan biaya
pupuk pada setiap petani. (6)
Biaya pestisida tidak terbukti
berpengaruh terhadap
pendapatan petani, sehingga
tidak perlu adanya penambahan
biaya pestisida pada setiap
petani. (7) Penyuluhan terbukti
berpengaruh positif terhadap
Pendapatan Petani, sehingga
perlu penambahan intensitas
penyuluhan pada setiap petani
5 Silvira, Analisis Analisis Variabel Hasil penelitian menunjukkan
Hasman Faktor-faktor regresi Bebas: faktor-faktor produksi seperti
Hasyim, yang linear bibit, bibit, pupuk, pestisida, dan
Lily Mempengaru berganda, pupuk, tenaga kerja secara serempak
Fauzia hi Produksi dan analisis pestisida, berpengaruh nyata terhadap
(2015) Padi Sawah korelasi dan produksi padi sawah, tetapi
Desa Rank tenaga secara parsial hanya pestisida
Mendang, Spearman kerja yang berpengaruh terhadap
Kec. produksi. Pendapatan usahatani
Mendang Variabel padi sawah cukup tinggi yakni
Deras, Kab. Terikat: sebesar Rp. 17.254.440,58/ha.
Batu Bara produksi Karakteristik sosial ekonomi
(Jurnal) padi petani yang memiliki hubungan
dengan produksi padi sawah
adalah luas lahan, sedangkan
umur, tingkat pendidikan, lama
bertani dan jumlah tanggungan
tidak memiliki hubungan
terhadap produksi.
6 Hermans Analisis Analisis Variabel Berdasarkan hasil penelitian, maka
yah Putra, Faktor-faktor Oridinary Bebas: dapat diambil beberapa kesimpulan
Muhamm yang Least tenaga antara lain sebagai berikut :
ad Nasir Memengaruh Square kerja, a. Variabel tenaga kerja, Penanaman
(2015) i Produksi penanam Modal Dalam Negeri (PMDN), dan
Sektor an modal luas lahan berpengaruh posistif dan
Pertanian di dalam signifikan terhadap produksi sektor
negeri(P pertanian di Provinsi Aceh.
23

Provinsi MDN), b. Dari keseluruhan variabel yang


Aceh (Jurnal) dan luas mempengaruhi produksi sektor
lahan pertanian di Provinsi Aceh, terlihat
bahwa variabel luas lahan yang
Variabel paling besar mempengaruhi tinggi
Terikat: rendahnya tingkat produksi sektor
produksi pertanian, dengan koefisien
pertanian estimasinya (β3) sebesar 0,636.
Artinya, apabila terjadi kenaikan
luas lahan sebesar 1 persen, maka
jumlah produksi sektor pertanian di
Provinsi Aceh akan mengalami
kenaikan sebesar 0,636 unit dengan
asumsi variabel lain dianggap
konstan.
c. Selanjutnya, pengaruh yang
kedua terbesar terhadap
pertumbuhan produksi sektor
pertanian di Provinsi Aceh adalah
variabel tenaga kerja. Hal ini dapat
dilihat dari hasil koefisien estimasi
(β1) sebesar 0,185.
d. Koefisien determinasi (Adj R-
square) sebesar 0,528 atau 52,8
persen, menyatakan bahwa 52,8
persen perubahan pada produksi
sektor pertanian di Provinsi Aceh
dijelaskan oleh variabel tenaga
kerja, PMDN, dan luas lahan.
Sedangkan sisanya (sebesar 0,472
atau 47,2 persen) dipengaruhi oleh
variabel lain di luar model penelitian
ini.
7 Poppy Faktor-faktor Analisis Variabel Hasil penelitin menunjukkan bahwa
Erviyana yang regresi data Bebas: produksi padi dan luas lahan jagung
(2014) Mempengaru panel, produksi berpengaruh secara signifikan
hi Produksi model fixed padi, terhadap produksi jagung,
Tanaman effect luas sedangkan PDRB tidak signifikan
Pangan lahan, dan tidak berpengaruh langsung
Jagung di dan terhadap produksi jagung. Saran
Indonesia PDRB yang berkaitan dengan penelitian ini
(Jurnal) adalah perlunya analisis lebih lanjut
Variabel mengenai faktor-faktor lain yang
Terikat: dapat mempengaruhi produksi
produksi jagung, serta diperlukan upaya
jagung pemerintah melalui kebijakan yang
24

da-pat mendukung ketersediaam


produksi jagung dan sosialisasi
kepada masyarakat agar tidak hanya
tergantung pada beras sebagai bahan
makanan pokok dan optimalisasi
buadaya pangan lokal.
8 Muhamm Analisis Analisis Variabel Pengujian secara serempak pada
ad Rijal, Faktor-faktor Fungsi Bebas: variabel modal, luas lahan, pupuk,
Fajri yang Cobb- modal, bibit dan tenaga kerja berpengaruh
Jakfar, Mempengaru Douglass luas secara nyata terhadap peningkatan
Widyawa hi Produksi lahan, produksi bawang merah di Desa
ti (2016) Usaha Tani pupuk, Lam Manyang Kecamatan Peukan
Bawang bibit, dan Bada. Pengujian secara parsial
Merah di tenaga didapatkan variabel modal, luas
Desa Lam kerja lahan, pupuk, dan bibit berpengaruh
Mayang secara nyata terhadap produksi
Kecamatan Variabel bawang merah di Desa Lam
Peukan Bada Terikat: Manyang, sedangkan pada variabel
(Jurnal) produksi tenaga kerja tidak berpengaruh
bawang nyata terhadap produksi bawang
merah merah di Desa Lam Manyang.
Dalam melakukan usaha budidaya
bawang merah petani sebaiknya
memperhatikan segala aspek
pemeliharaan budidaya bawang
merah. Hal ini dikarenakan agar
keberlangsungan budidaya bawang
merah dapat bertahan dalam jangka
waktu yang lama. Bertahannya
budidaya bawang merah maka akan
mempengaruhi produksi dan juga
keberlangsungan hidup petani
bawang merah itu sendiri.Selain
faktor internal petani bawang merah
harus memperhatikan faktor
eksternal seperti penyakit ataupun
segala sesuatu yang dapat
mengurangi produksi bawang
merah.
9 Ruminta Analisis Metode Variabel Hasil penelitian menunjukkan
(2016) Penurunan deskriptif bebas: bahwa dampak perubahan iklim di
Produksi eksplantif curah wilayah kabupaten Bandung sudah
Tanaman hujan, dirasakan oleh petani yang
Padi Akibat temperat diindikasikan oleh bergesernya
Perubahan ur, musim tanam dan waktu panen,
Iklim di penurunan luas tanam dan panen,
25

Kabupaten Variabel perubahan produktivitas dan


Bandung terikat: produksi padi di lahan sawah tadah
Jawa Barat produksi hujan dan
(Jurnal) padi lahan sawah ½ irigasi. Ada beberapa
kecamatan yang mengalami bahaya
(hazard) penurunan produksi
tanaman padi adalah kecamatan
Cicalengka, Pangalengan, Ciwidey,
Solokanjeruk, dan Ciparay. Wilayah
mengalami kerentanan
(vulnerability) akibat perubahan
iklim adalah kecamatan Pasirjambu,
Cimaung, Pangalengan, Kertasari,
dan Pacet (tingkat kerentanan sangat
tinggi). Wilayah yang mempunyai
risiko penurunan produksi tanaman
padi adalah kecamatan
Pasirjambu, Cimaung, dan Ciparay.
Ada beberapa usaha adaptasi
strategis untuk menghadapi risiko
penurunan produksi tanaman padi
akibat perubahan iklim adalah
penggunaan varitas padi unggul
yang tahan kekeringan/ banjir serta
berumur genjah; meningkatkan
teknik dan intensifikasi budidaya
tanaman padi misalnya PTT, SRI,
dan sistem Legowo; dan
optimalisasi pemanfaatan lahan
tidur dan pembukaan lahan sawah
baru.
10 Suciantini Interaksi Metode Variabel Berdasarkan gambaran pola hujan
(2015) Iklim (curah statistik bebas: setiap kecamatan di Pacitan, terlihat
hujan) deskriptif curah bahwa Pacitan seperti halnya
Terhadap hujan wilayah Pulau Jawa lainnya,
Produksi termasuk dalam pola monsunal
Tanaman Variabel dengan satu puncak hujan. Curah
Pangan di terikat: hujan setiap kecamatan bervariasi
Kabupaten produksi pada jeluk hujannya dengan bulan
Pacitan tanaman kering antara 2 hingga 5 bulan,
(Jurnal) pangan dengan rata-rata bulan kering 4
bulan dan puncak hujan umumnya
terjadi pada bulan Januari.
Kabupaten Pacitan merupakan salah
satu kabupaten yang cukup kering di
Provinsi Jawa Timur.
26

Untuk memperluas keilmuan terhadap bidang yang terkait, maka penyursu

mengembangakan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh

penyusun. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan

dilakuan ini diantaranya meliputi variabel independen yang diteliti, wilayah yang

dijadikan objek penelitian, rentang waktu penelitan dan alat analisi yang digunakan

oleh penyusun. Sehingga diharapkan penelitian yang dilakukan oleh penyusun

dapat menjadi pelengkap atau pengayaan kelimuan dibidang yang diteliti.

G. Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan permasalahan di atas, maka untuk keperluan penelitian ini dibuat

suatu hipotesa. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang

menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Adapun

hipotesa dari penelitian ini adalah sub sekor dari sektor pertanian, kehutanan, dan

perikanan. Berikut ini akan dijelaskan hubungan antara variabel bebas(luas lahan,

tenaga kerja, dan curah hujan) dengan variabel terikat (produksi padi) sebagai dasar

hipotesis

1. Hubungan luas lahan dengan produksi padi

Penelitian yang dilakukan Alvio G. Onibala dkk (2017) luas lahan

mempengaruhi produksi dengan taraf signifikan sebesar 1% dan nilai koefisien

untuk variabel luas lahan adalah 0,9331. Berarti setiap penambahan 1% luas lahan

maka produksi meningkat sebesar 0,9331. Sehingga diduga luas lahan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap produksi padi.


27

Ha1 : Luas lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi

padi

2. Hubungan tenaga kerja dengan produksi padi

Hasil penelitian Sulferi (2017) mengindikasikan bahwa peningkatan atau

penurunan jumlah tenaga kerja selama periode penelitian mempengaruhi secara

positif dan signifikan produksi padi, semakin tinggi jumlah tenaga kerja maka akan

mendorong peningkatan produksi padi. Sehingga diduga tenaga kerja memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap produksi padi.

Ha2 : Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produksi padi

3. Hubungan curah hujan dengan produksi padi

Hasil penelitian Ruminta (2016) menunjukkan bahwa dampak perubahan

iklim di wilayah kabupaten Bandung sudah dirasakan oleh petani yang

diindikasikan oleh bergesernya musim tanam dan waktu panen, penurunan luas

tanam dan panen, perubahan produktivitas dan produksi padi di lahan sawah tadah

hujan dan lahan sawah ½ irigasi.

Ha3 : Curah hujan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

produksi padi

H. Kerangka Pemikiran

Dalam menganalisa pengaruh luas lahan pertanian, jumlah tenaga kerja, dan

Curah hujan terhadap produksi padi di Provinsi Yogyakarta, maka dapat

digambarkan dengan kerangka pemikiran sebagai beriku:


28

Luas Lahan

Tenaga Kerja Produksi Padi

Curah hujan

I. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang bersifat

kuantitatif deskriptif. Dengan pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif

malalui perhitungan ilmiah berasal dari data yang akan diolah mengunakan alat

analisis regresi linear berganda. Pengolahan data tersebut akan dilakukan

mengungakan aplikasi penolah data yang bernama Eviews versi 8.

2. Jenis dan Teknik Pengumpulan data

Data yang diperoleh adalah data yang bersifat sekunder, data tersebut

diperoleh dari website peneyedia data resmi dari pemerintah atau lembaga penyedia

data, misalnya BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang diperoleh

akan berupa data time series yang terdiri dari data luas lahan pertanian, jumlah

tenaga kerja di sektor pertanian dan Curah hujan yang tersedia di Provinsi

Yogyakarta pada kurun waktu penelitian. Data akan diolah mengunakan aplikasi

Eviews versi 8 yang kemudian hasil dari pengolahan data tersebut akan menunjukan

bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yang diteliti

oleh penyusun.

3. Definisi Operasional Variabel

a. Luas lahan
29

Luas lahan dapat mempengaruhi jumlah produksi petani, semakin luas lahan

semakin besar pula hasil produksi yang diperoleh petani. Akan tetapi jika petani

tidak dapat memanfaatkan luas lahan tersebut maka semakin luas lahan tidak

menjamin pendapatan petani meningkat dikarenakan denga lahan yang akan sulit

untuk dilakukan pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi, selain lahan

yang luas juga memerlukan tenaga kerja dan modal yang cukup besar pula. Satuan

yang digunakan untuk luas lahan dalam penelitian diukur mengunakan skala

hektar(ha).

b. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah

setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau

jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.18 Secara

garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga

kerja dan bukan. Sehingga satuan yang dimaksud sebagai tenaga kerja yang

digunakan adalah orang(jiwa)

c. Curah hujan.

Penakar hujan adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan dan

mengukur jumlah curah hujan pada satuan waktu tertentu. Panakar hujan mengukur

tinggi hujan seolah-olah air hujan yang jatuh ke tanah menumpuk ke atas

merupakan kolom air. Air yang tertampung volumenya dibagi dengan luas corong
30

penampung, hasilnya adalah tinggi atau tebal, satuan yang dipakai adalah milimeter

(mm).

4. Metode Analisis

1) Analisis Regresi Berganda

Menurut Siagian dan Sugiarto (2000), analisis regresi berganda merupakan

analisis regresi yang melibatkan hubungan dari dua atau lebih variabel bebas.

Persamaan regresi berganda adalah perasamaan regresi dengan lebih dari satu

perubah bebas (X1, X2,..., Xn). Hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat

dirumuskan dalam bentuk persamaan:

Secara matematis, hubungan antara variabel dapat dijelaskan dalam variabel

terikat (variabel yang dipengaruhi, Y dengan variabel-variabel bebas (variabel yang

mempengaruhi). Model persamaannya adalah sebagai berikut :

Y = α + β1X1+ β2X2 + β3X3 +…….. µ

Dimana :

Y = Produksi padi

α = Intercept/ Konstanta

β = Koefisien Regresi

X1 = Luas lahan pertanian (Ha)

X2 = Jumlah tenaga kerja (orang)

X3 = Curah hujan (mm)

µ = term of error (kasalahan pengganggu)

2) Test of goodness of fit (uji Kesesuaian)

a. Koefisien Determinasi (R2)


31

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan

variabel independent secara bersama mampu memberi penjelasan terhadap variabel

independen. Nilai koefisien determinasi adalah Nol dan satu. Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-

variabel dependen sangat terbatas (Gazhali, 2002 :92)

b. Uji Koefisien Regresi (t-test)

Uji koefisien regresi (t-test) pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu varibel independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji apakah suatu parameter

(b1) sama dengan nol, atau dengan rumusan hipotesis stastistik (kuncoro, 2002:97).

H0 : bi : b

Ha : bi ≠ b

Menutut kriteria niai signifikansi :

1. Jika sig. ≥ 5% maka keputusannya adalah diterimanya hipotesis nol (H0)

2. Jika sig. ≤ 5% maka keputusannya adalah ditolaknya hipotesis nol (H0)

dan diterimanya hipotesis alternatif (Ha)

c. Uji F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel bebas. Hipotesis nol (H0) yang hendak di

uji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol

(Kuncoro, 2002:97). Rumusan Hipotesis statistik adalah sebagai berikut :


32

H0 : b1 = b2 = ......... bk = 0

Ha : b1 # b2 # =......... bk # 0

Menurut nilai signifikansi :

1. Jika nilai sig. ≥ 5% maka keputusannya adalah menerima hipotesis

nol (H0)

2. Jika nilai sig. 5% maka keputusannya adalah menolak hipotesis nol

(H0) dan men erima hipotesis alternatif (Ha)

3) Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan

normal. Dalam penelitian ini, normalitas diuji dengan mengggunakan Kolmogrov

Smirnov (K-S). (Gazhali, 2009:147) Dasar pengambilan keputusannya :

1. Jika sig. ≥ 5% maka residual berdistribusi normal

2. Jika sig. ≤ 5% maka residual berdistribusi tidak normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Uji multikolinearitas terjadi karena

korelasi yang kuat (hampir sempurna) antar variabel bebas. Uji multikolinearitas

bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi

antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel independen. Jika bebas saling berkorelasi, maka variabel-

variabel ini tidak ortogonal.


33

Untuk mengetahahui adanya masalah multikolinearitas pada penelitian ini

menggunakan nilia TOL (Tolereance) dan VIF (Variance Inflastion Factor). Salah

satu cara untuk menguji gejala multikolinearitas dalam model regresi adalah

melihat nilai tolerance dan variance bebas terhadap variabel terikat. Jika nilai VIF

tidak lebih dari 0.10 maka model dinyatakan tidak mengandung multikolinearitas.

(Ghazali, 2009:95-96)

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Uji Heteroskedastisitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji

Glejser.

Untuk menguji ada tidaknya Heteroskedastisitas digunakan uji gletser yaitu

dengan meregresi nilai absolute residual terhadap variabel independen dengan

persamaan regresi. Jika hasil regresi mempunyai nilai signifikan t pada tiap variabel

independen (lebih dari) ≥ 5% maka model terbebas dari Heteroskedastisitas.

Sebaliknya jika nilai signifikan t pada tiap variabel independen (kurang dari) ≤ 5%

maka model terkena Heteroskedastisitas (Ghazali, 2009:129).

J. Sistematika Pembahasan

Untuk memperjelas dan mempermudah pembaca dalam memahami maka

konsep sistem penelitian yang disusun ini di bagi menjadi kedalam lima bab.

Adapun sistematika pembahsan skripsi ini sebagai berikut:


34

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan titik tolak dan menjadi acuan dalam peroses penelitian yang

dilakukan. Pada bab ini terdiri dari empat sub bab yaitu latar belakang yang

menguraikan tentang teori dan fakta yang menjelaskan tentang peranan sektor

pertanian dalam hal ini produksi padi bagi ketahanan pangan nasional. Selanjutnya

rumusan masalah merupakan inti permasalahan yang dicarikan penyelesaiannya

melalui penelitian ini. Kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penelitian

untuk mengetahui inti dari penelitian ini. Bab ini diakiri dengan sistematika

pembahasan untuk mengetahui arah penelitian ini.

BAB II LANDASAN TEORI

Memuat tinjauan pustaka dan hasil hasil penelitian sejenis yang pernah

dilakukan guna mengetahui posisi penelitian. Pada bab ini juga menampilkan

kerangka pemikiran.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisikan tentang deskripsi bagaimana penelitian akan dilakukan secara

operasional yang menguraikan, jenis dan sumber data, metode pengumpulan dan

metode analisis

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada permulaan bab ini akan digambarkan secara singkat keadaan geografis,

demografis dan kondisi perekonomian. Kemudian pada bab ini akan diuraikan hasil

dari analisi penelitian dan pembahasan hasil dari pengolahan data.


35

BAB V PENUTUP

Merupakan kesimpulan yang merupakan jawaban akir dari rumusan

permasalhan dalam penelitian ini. Pada bab ini juga disampaikan saran terhadap

pihak-pihak yang berkempentingan dalam penelitian ini.

K. Daftar Pustaka

Sukirno, Sadono. 2002. Teori Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Raja Grafindo
persada

Sagala. 2016. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di


Kabupaten Deli Serdan. Ekonomi Pembangunan. Universitas Sumatera
Utara. Vol. 2. No. 1. Repository.usu.ac.id (16/Maret/2016).
Mubyarto. 1991. Pengantar Ekonomi Pertanian, Edisi Ketiga. Jakarta: Pustaka
LP3ES.

Kuncoro. 2002. Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Indeks.
Kelompok Gramedia.
Gujarati. 2010. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat.

Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Vol.100-125

Rijal, Muhammad, dkk. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi


Usaha Tani Bawang Merah di Desa Lam Mayang Kecamatan Peukan
Bada. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah Volume 1, Nomor
1(November 2016)

Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi Edisi Pertama, Cetakan Pertama.


Yogyakarta: Seri Sinopsis, BPFE, h 186

Pindyck, Rubinfield. 2001. Ekonomi Mikro (Alih Bahasa oleh Aldi Jeine) Jakarta:
Prentice Hall Inc, h 280
Sri Adiningsi. 1995. Ekonomi Mikro, Edisi I.Yogyakarta: BPFE, h 51

Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Raja Grafindo


Persada, h 63
36

Tjasyono, Bayong HK. 2006. Klimatologi, Penerbit ITB, Bandung

Sulferi. 2016. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Produksi Padi di


Kabupaten Soppeng. Skripsi. UIN Alauddin Makassar.

Arwinni, Nilam, Anisyati. 2016. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Produksi dan Pendapatan Usaha Tani Kacang Merah di Kecamatan
Camba Kabupaten Maros.Skripsi. Universitas Negeri Makassar
Suprapto, Edy. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Usaha Tani
Padi Organik di Kabupaten Sragen. Tesis. Universitas Sebelas Maret

Onibala, G. Alvio, dkk. 2017. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi


Produksi Padi Sawah di Kelurahan Koya, Kecamatan Tondano Selatan.
Jurnal. Agri-Sosio Ekonomi Unsrat, Volume 13 Nomor 2A

Silvira, dkk. 2015. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi


Sawah(Studi Kasus: Desa Medang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten
Batu Bara). Jurnal. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU

Putra, Hermansyah dan Nasir, Muh. 2015. Analisis Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Produksi Sektor Pertanian di Provinsi Aceh. Jurnal.
Agrisep Vol (16) No. 1, 2015

Erviyana, Poppy. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Tanaman


Pangan Jagung di Indonesia. Jurnal. JEJAK Jurnal of Economics and
Policy 7(2)(2015)

Rijal, Muh. Jakfar, Fajri, dan Widyawati.2016. Analisis Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Produksi Usahatani Bawagn Merah di Desa Lam
Manyang Kecamatan Peukan Bada. Jurnal. JIM Pertanian Unsyiah –
AGB, Vol. 1, No. 1, November 2016: 488-497

Ruminta. 2016. Analisis Penurunan Produksi Tanaman Padi Akibat Perubahan


Iklim di Kabupaten Bandung Jawa Barat. Jurnal. Kultivasi Vol. 15(1)
Maret 2016

Suciantini. 2015. Interaksi Iklim (Curah Hujan) terhadap Produksi Tanaman


Pangan di Kabupaten Pacitan. Jurnal. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1
(2): 358-365, April 2015
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/01/16/berapa-stok-beras-perum-
bulog diakses pada 07 Febuari 2019 jam 10:13
Provinsi Banten dalam Angka tahun 2018
Provinsi DKI Jakarta dalam Angka tahun 2018
37

Provinsi Jawa Barat dalam Angka tahun 2018


Provinsi Jawa Tengah dalam Angka tahun 2018
Provinsi Jawa Timur dalam Angka tahun 2018
Provinsi Yogyakarta dalam Angka tahun 2009-2018

Anda mungkin juga menyukai