Anda di halaman 1dari 50

TUGAS MATA KULIAH USAHATANI

“ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN


LUWU”

DISUSUN OLEH:

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena rahmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI

KELAPA SAWIT DI KABUPATEN LUWU”. Makalah ini berisi tentang bagaimana

pendapatan yang diperoleh petani dari usaha mereka mengolah kelapa sawit. Makalah ini

diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Usahatani. Makalah ini jauh dari sempurna,

untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar - besarnya apabila ada kekurangan atau kesalahan

penulisan pada makalah ini.

Penulis menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman penulis tentang

rumput laut menjadikan keterbatasan penulis pula, untuk itu penulis meminta kritik dan saran

dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan

karya tulis ini. Penulis berharap, semoga makalah ini membawa manfaat bagi masyarakat.

Atas perhatiannya penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam proses pembuatan makalah ini.

Makassar, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
2.2 Rumusan Masalah................................................................................ 1
2.3 Tujuan Penulisan................................................................................. 2
BAB III METODE
3.1 Pengertian Usahatani........................................................................... 3
3.2 Strategi untuk meningkatkan produksi pertanian................................ 4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kesimpulan........................................................................................ 12
4.2 Saran.................................................................................................. 12
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 12
5.2 Saran.................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman padi merupakan salah satu bahan pangan yang memegang peranan

sangat penting bagi perekonomian yaitu sebagai bahan untuk mencukupi

kebutuhan pokok masyarakat maupun sebagai mata pencaharian masyarakat

Kabupaten Luwu Timur merupakan salah satu daerah tingkat II di Provinsi

Sulawesi Selatan Indonesia. Kabupaten ini berasal dari pemekaran dari Kabupaten

Luwu Utara, yang di sahkan dengan UU no 7 tahun 2003 pada tanggal 25 februari

2003, Yang menjadikan Malili sebagai Ibu Kota dari Kabupaten Luwu Timur.

Kabupaten ini terletak di ujung utara teluk Bone, yang memiliki luas wilayah

6.944,98 km2 terdiri dari 11 kecamatan, 100 desa dan 20 kelurahan.

Pada tahun 2011 skala perekonomian Luwu Timur yang di tunjukkan

besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku

sudah sekitar 13,83 triliun rupiah dan terus meningkat menjadi 19,21 triliun

rupiah di tahun 2015. Pada tahun 2016, PDRB harga berlaku Luwu Timur sedikit

mengalami penurunan menjadi 19,06 triliun rupiah.

Adapun komoditi pertanian terbesar di Kabupaten Luwu Timur adalah

tanaman padi, sebagai sumber pangan pokok bagi masyarakat. Dengan demikian

dalam hal ini peran Pemerintah Daerah sangat penting dalam membantu

peningkatan Produksi tanaman padi khususnya di Daerah Kabupaten Luwu

Timur.
1
2

Berikut adalah data Luas lahan dan Produksi padi di Kabupaten Luwu Timur: Tabel

1.1 Luas lahan dan Produksi padi Tahun 2014-2018.


Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)
2014 37.908 269.842,10
2015 38.924 272.953,31
2016 42.910 307.259,72
2017 42.789 308.404,19
2018 45.545 338.836,59
Sumber: BPS Kabupaten Luwu Timur.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Luas lahan dari tahun 2014

sampai dengan tahun 2018 mengalami peningkatan. Luas lahan merupakan faktor

terpenting dalam peningkatan produksi padi, karena merupakan tempat produksi.

Akan tetapi jika dilihat dari peningkatan Luas lahan dari data tersebut, hasil

produksi juga mengalami peningkatan setiap tahunnya di Kabupaten Luwu

Timur.Desa Parumpanai yang terletak di Kecamatan Wasuponda merupakan

bagian Wilayah dari Kabupaten Luwu Timur, Sebagian besar masyarakat di Desa

Parumpanai adalah petani padi. Semakin berkembangnya sektor pertanian,

diharapkan mampu meningkatkan hasil produksi sehingga dapat pula

meningkatkan pendapatan yang diperoleh petani dengan kata lain hasil produksi

sesuai dengan harapan petani. Pendapatan merupakan salah satu indikator

ekonomi, sebagai arah pembangunan ekonomi yaitu mengusahakan agar produksi

padi meningkat, yang di ikuti dengan meningkatnya pula pendapatan yang

diperoleh oleh petani padi di Desa Parumpanai.

Upaya peningkatan produksi harus di dukung oleh pengembangan teknologi

seperti penggunaan alat dan mesin pertanian, pengendalian hama dan penyakit

tanaman, peningkatan Luas lahan. Pengembangan keberagaman lahan pangan


3

dilakukan dengan memasyarakatkan berbagai macam pangan sehingga

masyarakat tidak tergantung pada satu jenis komoditi pangan saja yaitu padi.

Tabel 1.2 Luas Lahan dan Produksi Padi di Desa Parumpanai.


Tahun Luas lahan (Ha) Produksi (kg)
2014 216 9.720
2015 274 10.960
2016 368 16.560
2017 470 18.800
2018 470,95 18.838
Sumber:Data potensi Desa Parumpanai

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa luas lahan dan hasil produksi padi di

Desa Parumpanai dari tahun 2014-2018 mengalami peninggkatan setiap tahunnya.

Luas lahan merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian, semakin luas lahan

yang digarap atau ditanami maka akan semakin besar jumlah yang akan

dihasilkan oleh lahan tersebut (Rahim, 2007). Ketika Luas lahan padi setiap

tahunnya berkurang, hal tersebut dikarenakan beberapa faktor yakni adanya

pembangunan perusahaan, pembngunan perumahan dan sebagainya. Ketika Luas

lahan padi semakin berkurang, maka akan mempengaruhi produksi yang akan

diperoleh petani, dan ketika hasil produksi padi tidak sesuai dengan apa yang

diharapkan maka pendapatan petani juga akan menurun seiring dengan harga yang

dipasaran yang semakin hari semakin meningkat.

Harga merupakan salah satu faktor untuk menetukan pendapatan petani.

Logikanya, jika harga dipasar rendah maka harga beli dari petani juga rendah. Ini

membuat keuntungan yang akan diperoleh petani semakin kecil mengingat Biaya

produksi tanam yang semakin tinggi. Dimana faktor Biaya produksi ini tentu saja
4

tidak terlepas dari pengembangan usaha tani, mulai dari biaya penanaman,upah,

biaya pupuk dan sebagainya.

Adapun permasalahan yang dialami oleh petani di Desa Parumpanai yaitu

ketika masa panen telah tiba, hasil produksi padi tidak sesuai dengan apa yang

diharapkan para petani. Semakin berkurangnya lahan persawahan yang

disebabkan banyaknya alih fungsi lahan, sehingga menyebabkan pendapatan

yang diperoleh petani tidak menentu sedangkan pengeluaran yang semakin

meningkat setiap harinya. Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dan

produksi padi yang dihasilkan tidak menentu serta melaratnya petani dalam hal

pembiayaan pertanian yang membuat petani terlibat hutang.

Sebagian lahan persawahan di Desa Parumpanai juga telah beralih fungsi

sebagai lahan perkebunan yang di tanami sayur-sayuran dan jagung pada saat

musim kemarau, disebabkan karena pengairan atau irigasi yang belum maksimal

dalam menyalurkan sumber air ke persawahan. Sehingga hasil produksi padi tidak

sesuai dengan harapan petani.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik mengangkat

penelitian dengan judul “Faktor-faktor Yang Memengaruhi Pendapatan Petani

Padi di Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat di kemukakan

Rumusan masalah sebagai berikut:


1. Apakah Luas lahan berpengaruh terhadap pendapatan petani padi di Desa

Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur?

2. Apakah Harga berpengaruh terhadap pendapatan petani padi di Desa

Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur?

3. Apakah Biaya Produksi berpengaruh terhadap pendapatan petani padi di

Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur?

4. Apakah Produksi berpengaruh terhadap pendapatan petani padi di Desa

Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan Rumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Luas lahan, terhadap pendapatan petani padi di

Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.

2. Untuk mengetahui pengaruh Harga, terhadap pendapatan petani padi di

Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.

3. Untuk mengetahui pengaruh Biaya produksi, terhadap pendapatan petani

padi di Desa Parumpanai Kecmatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.

4. Untuk mengetahui pengaruh Produksi, terhadap pendapatan petani padi di

Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori

2.1.1 Tanaman Padi

Budi daya tanaman padi di Indonesia merupakan salah satu cara alternatif

dalam menciptakan bangsa yang sejatera dan makmur, mengingat bahwa padi

adalah makanan pokok di Indonesia. Padi merupakan tanaman yang tumbuh di

daerah tropis maupun sub tropis. Air menjadi ketersediaan yang sangat penting

untuk menggenanginya,tanah sebagai wadah penampung air pada area

persawahan (Suparyono dan Setyono, 2007).

Proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah, padi harus dipelihara dengan

baik. Terutama harus di usahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan

penyakit yang sering kali menurunkan produksi. Sistem penanaman padi sawah

biasanya didahului dengan pengolahan tanah secara sempurnah seraya petani

melakukan persemaian. Mula-mula sawah dibajak, pembajakan dapat dilakukan

dengan menggunakan mesin maupun ternak atau melalui pencangkulan oleh

petani.

2.1.2 Teori Pendapatan

Pendapatan merupakan balas jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi

yang dimiliki oleh sektor rumah tangga dan sektor perusahaan yang dapat berupa

gaji/upah, sewa, bunga ataupun keuntungan/profit. Sedangkan menurut Paula

pendapatan merupakan unsur yang sangat penting dalam usaha tani karena dalam

8
7

melakukan suatu usaha tentu ingin mengetahui nilai/jumlah pendapatan yang

diperoleh selama melakukan usaha tersebut, (Sukirno, 2013).

Menurut Sukirno (2013) Pendapatan dapat dihitung melalui 3 cara yaitu :

1. Cara pengeluaran yaitu pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai

pengeluaran/pembelanjaan ke atas barang-barang dan jasa, di hitung sebesar

barang yang di beli.

2. Cara produksi, cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai

barang dan jasa yang dihasilkan. Seperrti dengan mengelolah sumber daya

sehingga dapat menghasilkan produksi yang dapat dijadikan penghasilan.

3. Cara pendapatan, dalam penghitungan ini pendapatan diperoleh dengan cara

menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima.

2.1.3 Teori Harga

Defenisi harga menurut Philip Kotler, harga adalah elemen pemasaran

campuran yang paling mudah untuk mengatur keistimewaan suatu produk. Harga

juga mengkomunikasikan kepada pasar penempatan nilai produk atau merek yang

dimaksud suatu perusahaan (Kotkler, 2005).

Harga merupakan suatu struktur harga yang terdiri dari harga dalam daftar

harga ditambah dengan komponen-komponen potongan discount,allowances dan

kredit provision yang diberikan kepada pembeli. Defenisi yang kedua

mengartikan bahwa harga sebagai nilai akhir yang diterima oleh perusahaan

sebagai pendapatan (net price), (Soemarso, 1990).

Harga suatu barang dan jumlah suatu barang yang diperjual belikan, yang

ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari barang tersebut. Karena itu untuk

menganalisis mekanisme penentuan harga dan jumlah barang yang diperjual

belikan dipasar perlu secara serentak di analisis permintaan dan penawaran

terhadap suatu barang tertentu yang ada dipasar (Sukirno, 2002).


8

Teori harga merupakan teori ekonomi yang menerangkan tentang perilaku

harga atau jasa. Isi dari teori harga pada umunya adalah harga suatu barang atau

jasa yang pasarnya kompetitif tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan dan

penawaran.

2.1.4 Teori Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan

penyediaan jasa. Biaya produksi dapat diklasifikasikan sebagai biaya produksi

lansung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (Hansen, 2004).

Biaya (expense) adalah kas sumber daya yang telah atau akan dikorbankan

untuk mewujudkan tujuan tertentu. Pengertian tersebut dapat dilihat dari beberapa

unsur yang terkandung di dalamnya, yaitu merupakan hal yang terjadi atau

potensial akan terjadi dan pengorbanan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan

tertentu dimasa yang akan datang dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan,

biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi berupa kas atau ekuivaleannya

yang dapat di ukur dalam satuan moneter uang, (Mulyadi 2003).

Biaya produksi adalah jumlah dari tiga unsur biaya, yaitu biaya produksi

langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi

langsung dan biaya tenaga kerja langsung dapat digolongkan kedalam golongan

utama (primer cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead

pabrik dapat digabungkan kedalam golongan konversi (conversion cost) yang

mencerminkan biaya pengubahan bahan langsung menjadi barang atau hasil

produksi (Milton dkk, 2005).

Biaya pada umumnya adalah jumlah uang yang dibayar atau dibelanjakan

untuk suatu produk atau jasa tertentu. Jadi biaya merpakan pengeluaran, akan

tetapi semua pengeluaran belum tentu dikatakan sebagai biaya produksi. Biaya
9

produksi dalam hal ini adalah jumlah yang dikeluarkan dan di ukur dalam bentuk

satuan uang termasuk pengeluaran-pengeluaran dalam bnetuk pemindahan atas

kekayaan dan aset, dan jasa-jasa yang dipergunakan untuk memperoleh barang

yang dibutuhkan. Jumlah uang sebenar nya dikeluarkan atau dibebankan untuk

pembelian barang atau jasa. Sehubungan adanya biaya dalam proses produksi,

maka dikenal pula istilah dari biaya yaitu biaya langsung(Direct Cost) dan biaya

tidak langsung(Indirect Cost).

Menurut (Salvatore, 2008) adapun biaya dalam jangka panjang dan jangka

panjang adalah :

a) Total biaya jangka pendek

b) Biaya rata-rata jangka panjang.

2.1.5 Teori Produksi

Produksi yaitu berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan)

dipergunakan untuk menghasilkan produk (keluaran). Produksi merupakan hasil

akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan

atau input yang ada. Produksi atau memproduksi yaitu menambah kegunaan (nilai

guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah apabila memberikan

manfaat baru atau lebih baik dari bentuk semula. Lebih spesifiknya lagi produksi

yaitu proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan -kekuatan

(input,faktor,sumber daya atau jasa-jasa produksi) (Beattie dan Taylor).

Teori produksi adalah suatu teori yang mengatur dan menjelaskan suatu

proses produksi. Hal ini dikarenakan kaum klasik percaya bahwa “supply creates

its own demand”. Pernyataan kaum klasik tersebut menunjukkan bahwa

berapapun yang di produksi oleh produsen (sektor swasta) akan mampu diserap
10

atau dikonsumsi oleh rumah tangga. Teori produksi yang sederhana

menggambarkan tentang hubungan antara tingkat produksi suatu barang dengan

jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat

produksi barang tersebut, (Sukirno 2004).

Produksi dalam arti luas adalah kegiatan menciptakan nilai, Sedangkan

dalam arti sempit adalah kegiatan produksi berarti menghasilkan suatu komoditi

tertentu dengan menggunakan fakto-faktor produksi. Yang dimaksud dengan

faktor-faktor produksi adalah input yang dimasukkan kedalam proses-proses

produksi (Mankiw, 2006). Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa

produksi adalalah suatu proses pembuatan barang dalam bentuk bahan baku yang
11

memiliki nilai guna yang kecil menjadi bentuk yang memiliki nilai guna yang

besar dan dapat digunakan untuk suatu tujuan yaitu untuk mencapai keuntungan.

Produksi padi adalah jumlah output atau hasil panen padi dari lahan petani selama

satu kali musim yang diukur dalam satuan kilogram (kg).

Aspek penting dalam melakukan suatu proses produksi adalah tersedianya

sumber daya atau bahan baku yang bisa juga disebut sebagai faktor produksi.

Menurut (Sukirno 2003-2004). Adapun jenis proses produksi dapat ditinjau dari

segi wujud proses produksi sebagai berikut :

a. Proses produksi kimiawi yaitu suatu proses produksi yang menitik beratkan

kepada adanya proses analisa atau sintesa serta senayawa kimia. Contoh

perusahaan obat-obatan, perusahaan tambang minyak.

b. Proses produksi perubahan bentuk adalah proses produksi dimana dalam

pelaksanaannya menitik beratkan pada perubahan input menjadi keluaran

output sehingga didaptkan penambahan manfaat atau faedah dari barang

tersebut, contoh perusahaan mebel, perusahaan garmen.

c. Proses produksi assembling adalah suatu proses produksi yang dalam

pelaksanaan produksinya lebih mengutamakan pada proses penggabungan

dari komponen-komponen produk dalam perusahaan yang bersangkutan

atau membeli komponen produk yang dibeli dari perusahaan lain.

Contohnya perusahaan yang memproduksi peralatan elektronika, perakitan

mobil.

d. Proses produksi transportasi adalah suatu proses produksi dengan jalan

menciptakan jasa pemindahan tempat dari barang ataupun manusia. Dengan


12

adanya pemindahan tempat maka barang atau manusia yang bersnggkutan

ini akan mempunyai kegunaan atau merasakan adanya tambahan manfaat.

Contohnya perusahaan kereta api, perusahaan angkutan.

e. Proses produksi penciptaan jasa administrasi adalah suatu proeses produksi

yanng memberikan jasa administrasi kepada perusahaan-perusahaan yang

lain atau lembaga-lembaga yang memerlukannya. Adapun pemberian

metode penyusunan, penyimpanan dan penyajian data serta informasi yang

diperlukan oleh masing-masing perusahaan yang memerluakannya

merupakan jasa yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan seperti ini,

contohnya lembaga konsultan amnajemen dan akuntansi, biro konsultan

manajemen .

2.1.6 Hubungan Antara Variabel

1. Hubungan Antara Luas lahan dengan pendapatan

Secara umum dikatakan, semakin luas lahan yang ditanami maka semakin besar

pula jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Karena luas lahan

pertanian merupakan penentu dari pengaruh komoditas pertanian. Lahan yang

dikelola dengan baik bagi petani tentunya akan memberikan hasil bagi petani dan

akan menguntungkan bagi petani. Apabila hasil produksi yang dihasilkan oleh

petani meningkat, maka pendapatan petani juga akan meningkat.

Luas penguasaan lahan pertanian merupakan suatu yang sangat penting

dalam proses prooduksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Luas pemilikan

atau penguasaan berhubungan dengan efesiensi usaha tani. Karena dalam usaha

tani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien
13

di bandingkan dengan lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha,

semakin tidak efisien usaha tani yang dilakukan kecuali usaha tani dijalankan

dengan tertib.Luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan mengarah

pada segi efisien akan mengurang karena hal berikut :

a. Terbatasnya persediaan tenaga kerja disekitar daerah itu yang pada akhirnya

akan mempengaruhi efisien usaha pertanian tersebut.

b. Lemahnya pengawasan pada faktor produksi seperti bibit, pupuk, obat-

obatan dan tenaga kerja.

c. Terbatas akan modal untuk membiayai uasaha tani.

Di bidang pertanian, persediaan lahan subur untuk penanaman tidaklah

tetap. Mengapa para petani berpindah-pindah tempat?, karena kesuburan tanah

yang tidak menentu dalam waktu yang pendek. Bila hasil produksi yang diperoleh

dari lahan rendah, kesuburan lahan dapat rusak dalam waktu singkat. Daya tahan

yang asli dan tak kunjung punah dari tanah lapisan atas (the original and

inexhaustible power of the soil), yang banyak disebut-sebut oleh para ekonom

dimasa silam, sesungguhnya dapat punah. Para petani masih kurang atas

pengetahuan asas-asas pemerkayaan dan pelestarian,namun mereka mengetgahui

kenyataan tersebut.

Adapun yang mempengaruhi pendapatan petani yang dilihat dari luas

lahan yaitu antara penggarap lahan dan pemilik lahan, penggarap lahan dikenakan

sewa atas lahan yang digarapnya. Sedangkan pemilik lahan dikenakan pajak atas

kepemillikan lahannya.
14

2 Hubungan Antara Harga dengan Pendapatan

Selain jumlah produksi,luas lahan, tenaga kerja dan modal, maka harga jual

produk juga merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi

besar kecilnya pendapatan petani. Harga jual beras ditingkat petani berbeda-beda

tergantung dengan loksi penjemuran gabah hingga menjadi beras dan saluran

pemasaran yang mereka pilih, (Mardawati, 2014).

Defenisi harga adalah nilai ynag dipertukarkan konsumen untuk suatu manfaat

akan konsumsi pengguanaan dan kepemilikan barang atau jasa. Harga tidak selalu

berbentuk uang, tetapi harga juga dapat berbentuk barang, tenaga dan waktu.

Harga merupakan gejala ekonomi yang sangat penting dan sangat

mempengaruhi masyarakat dalam menentukan jumlah barang dan jasa yang

dikonsumsinya, karena setiap barang dan faktor-faktor penentu tidak bebas

mempengaruhi harga. Apabila harga dari beberapa barang meningkat maka para

produsen di dorong untuk menghasilkan barang-barang tersebut. Akibatnya

produksi dapat ditingkatkan sehingga pendapatan mengalami peningkatan. Salah

satu yang merangsang produsen atau petani dalam meningkatkan hasil pertanian

mereka adalah harga, sebab dengan bersaing dan tingginya harga maka

pendapatan yang dihbasilkan petani akan meningkat pula. Permintaan suatu

barang akan dipengaruhi terutama dipengaruhi oleh harganya. Semakin rendah

harga suatu barang maka akan semakin banyak permintaan akan suatu barang,

sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan

terhadap barang tersebut.


15

Harga adalah tingkat kemampuan suatu barang dapat ditukarkan dengan

barang lain, harga ditentukan oleh dua kekuatan yaitu permintaan dan penawaran

yang saling berjumpa dalam pasar(tiap organisasi tempat penjual dan pembeli

suatu benda dipertemukan). (Kadariah, 1994).

Dalam hal penawaran juga dianggap bahwa kecuali harga barang, segala sesuatu

yang mempengaruhi seperti metode teknik produksi, biaya produksi, atau harga

produksi hasil panen perhektar dan lain-lain semua harus tetap tidak mengalami

perubahan asumsi disebut cateris paribus.

Proses penetapan harga suatu barang merupakan struktur yang kompleks dari

syarat-syarat penjualan yang saling berhubungan dan berkaitan. Setiap perubahan

merupakan keputusan harga yang akan mengubah pendapatan yang akan

diperoleh. Peranan perusahaan dalam proses penetapan harga jual barangnya

sangat berbeda-beda, karena tergantung dari bentuk pasar yang di hadapinya.

Menurut Soemarso ada tiga bentuk penetapan harga jual yakni :

a. Penetapan harga jual oleh pasar,

b. Penetapan harga jual oleh pemerintah,

c. Penetapan harga jual yang dapat di kontrol oleh perusahaan.

Selanjutnya Soemarso juga mengatakan tujuan pokok penentuan harga jual adalah

sebagai berikut :

a. Mencapai target return on investment atau target penjualan,

b. Memaksimumkan laba,

c. Meningkatkan penjualan dan mempertahankan atau memperluas pesan pasar.

d. Mengurangi persaingan.
16

e. Menstabilkan harga.

Keputusan penetapan harga jual muncul karena adanya kenyataan bahwa hasil

penetapan harga jual yang telaj di dapat dari prosedur harga ternyata masih belum

mampu memecahkan persoalan tentang harga. Faktor-faktor yang mempengaruhi

harga yang sedemikian macam ragamnya saling berhubungan satu sama lain dan

selalu berubah-ubah, sehingga apabila prosedur harga diikuti dengan kaku, akan

mengakibatkan seringnya terjadi variasi dan kesulitan dalam mempraktekkannya.

3 Hubungan Antara Biaya produksi dengan Pendapatan

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses

produksi sehingga membawanya menjadi produk termasuk di dalamnya barang

yang dibeli dan jasa yang dibayar di dalam maupun diluar usaha tani. Sedangkan

total produksi biaya usaha tani adalah semua pengeluaran yang di gunakan dalam

mengorganisasi dan melaksanakan proses produksi termasuk di dalamnya modal

input-input dan jasa-jasa yang digunakan dalam biaya produksi.

Biaya produksi dinyatakan sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik

faktor-faktor produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses

produksi baik secara tunai maupun tidak tunai untuk mengembangkan produksi

padi. Daniel menyatakan bahwa dalam usaha tani dikenal dengan dua macam

biaya, yaitu biaya tunai adalah biaya yang di bayarkan dan biaya yang tidak tunai

atau biaya yang tidak dibayarkan. Adapun biaya yang dibayarkan adalah biaya

yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk

pembelian input produksi seperti pembelian bibit, pupuk, obat-obatan dan lain-

lain. Kadang juga termasuk biaya iuran untuk pemakaian air dan irigasi,
17

pembayaran zakat, sewa lahan dan alin-lain, (Muchtar, 2002) dengan kata lain

biaya dalam pengembangan produksi padi.

Modal (biaya) yang tersedia berhubungan langsung dengan peran petani

sebagai manajer dan juru tani dalam mengelola usaha taninya agar dapat

menghasilkan output yang sesuai dengan harapan. Seberapa besar tingkat

penggunaan faktor produksi tergantung pada modal yang tersedia baik itu tunai

ataupun non tunai. Karena petani sebagai manajer tidak dapat menyediakan dana

maka terpaksa penggunaan faktor produksi tidak sesuai dengan ketentuan yang

seharusnya, akibatnya produktivitas rendah dan pendapatan juga rendah

(Suratyah, 2006).

Biaya dalam usaha tani diklasifikasikan dalam tiga golonngan yaitu : a. Biaya

uang dan biaya natura, b. Biaya tetap dan biaya variabel, dan c. Biaya rata-rata

dan biaya marginal. (Soekartawi, 2003).

Biaya yang berupa uang tunai , misalnya upah tenaga kerja untuk biaya persiapan

atau penggarapan tanah termasuk upah untuk ternak,biaya untuk pembelian pupuk

dan pestisida dan lain-lain. Sedangkan biaya panen,bagi hasil, sumbangan dan

pajak dibayarkan dalam bentuk in natura dengan kata lain biaya yang dikeluarkan

pada saat panen. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak

tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewah atau bunga tanah yang

berupa uang. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya

berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya bibit, pupuk, pestisida

dan lain-lain.
18

Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya total dengan jumlah produk yang

dihasilkan. Sedangkan biaya marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan

petani untuk mendapatkan tambahan satu-satuan produk pada satu tingkat

produksi tertentu.

4 Hubungan Antara Produksi dengan Pendapatan

Produksi pertanian dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya macam

komoditi,luas lahan tenaga kerja, modal, iklim dan faktor sosial ekonomi

produsen. Untuk lebih jelasnya dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi di

bedakan atas dua kelompok yaitu :

a) Faktor biologi yaitu seperti lahan pertanian dengan berbagai macam tingkat

kesuburannya, bibit yaitu seperti varietas,pupuk, obat-obatan dan lain-lain.

b) Faktor sosial ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat

pendidikan, pendapatan dan lain-lain.

Jika permintaan akan produksi tinggi, maka harga di tingkat petani akan tinggi

pula. Sehingga dengan biaya yang sama maka petani akan memperoleh

pendapatan yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika petani telah berhasil meningkatkan

produksi, tetapi harga turun maka pendapatan petani akan menurun.

Banyak dijumpai perusahaan yang memproduksi barang dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan atau keinginan masyarakat. Untuk memproduksi barang dan

jasa tersebut di perlukan adanya proses produksi untuk menghasilkan produksi

yang banyak. Produksi atau quantity merupakan kegiatan untuk menghasilkan

barang dan jasa, dimana barang atau jasa tersebut memiliki dua nilai guna

(utilitas). Nilai guna barang tersebut adalah :


19

a) Nilai guna bentuk (form utility), suatu barang akan memiliki nilai guna

apabila telah mengalami perubahan bentuk.

b) Nilai guna tempat (place utility), nilai guna suatu barang akan lebih tinggi

karena perbedaan tempat.

c) Nilai guna Kepemilikan (ownership utility), nilai guna suatu barang akan

bertambah apabila barang tersebut telah berpinda kepemilikannya.

d) Nilai guna waktu (Time utility), nilai guna suatu barang akan bertambah

apabila digunakan pada saat yang tepat.

Faktor produksi sektor pertanian adalah semua pengorbanan yang diberikan pada

tanaman,agar tanaman tersebut mampu tumbuh dengan baik dan menghasilkan

secara optimal. Diberbagai literatur, faktor produksi dikenal dengan istilah input,

production faktor atau korbanan produksi. Faktor produksi sangat menentukan

besar kecilnya produk yang akan diperoleh. Berbagai macam pengalaman

menunjukkan, faktor produksi lahan dan modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-

obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi terpenting di

antara faktor produksi lain.


20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten

Luwu Timur. Penelitian ini di laksanakan selama tiga bulan sampai dengan

selesai, alasan saya memilih Desa tersebut karena saya melihat adanya potensi

Desa yang menarik untuk di teliti.

3.2 Jenis dan Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua berdasarkan

pada pengelompokkannya yaitu :

3.2.1 Data Primer

Dilakukan secara langsung dilapangan dengan melakukan wawancara pihak

terkait dan observasi langsung mengenai pendapatan yang diperoleh petani padi di

Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.

3.2.2 Data Sekunder

Adalah data-data yang telah di olah dan diperoleh dari pemerintah setempat atau

pihak-pihak yang terkait, seperti data mengenai gambaran umum lokasi

penelitian, jumlah penduduk, jumlah petani padi yang ada di Desa Parumpanai

Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu cara untuk memperoleh bahan-bahan


21

keterangan atau kenyataan yang benar-benar mengungkapkan data-data yang

diperlukan dalam suatu penelitian baik untuk data yang pokok maupun data

penunjang. Menurut Arikunto (2006) adapun metode yang dilukakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.3.1 Observasi

Observasi adalah teknik yang digunakan sebagai pelengkap data dan untuk

melihat serta mencermati secara langsung tempat yang akan diteliti.

3.3.2 Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data atau variabel mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan,buku,prasasti,notulen rapat. Metode dokumentasi ini

digunakan untuk mengumpulkan data fisik dan kondisi wilayah di Desa

Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur, seperti luas

wilayah, jumlah penduduk, dan mata pencaharian penduduk.

3.3.3 Kuisioner

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk

di jawabnya. Metode ini dilakukan untuk mecari data tentang usaha tani padi di

Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah semua alat yang akan digunakan untuk

mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan,

mengelola, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif

dengan tujuan memecahkan persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi setiap

alat yang digunakan dalam penelitian disebut dengan instrumen penelitian,


22

(Statistika, 2012). Dalam penelitian ini ada beberapa jenis instrumen yang

digunakan sebagai berikut:

a) Teknis tes

b) Teknis non tes

Teknis Tes adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan

serentetan soal atau tugas serta alat lainnya kepada subjek yang diperlukan

datanya. Pengumpulan data dapat pula dilakukan dengan cara teknik nontes, yaitu

dengan tidak memberikan soal-soal atau tuugas-tugas kepada subjek yang

diperlukan datanya. Dalam teknik ini, data dari subjek yang dikumpulkan

dengan: wawancara, observasi, dan pencatatan dokumen.

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Persamaan Regresi Berganda adalah persamaan Regresi yang melibatkan dua

variabel atau lebih variabel dalam analisa. Tujuannya adalah untuk menghitung

parameter-parameter estimasi dan untuk melihat apakah variable bebas mampu

menjelasakan variabel terikat dan memiliki pengaruh. Variable yang akan di

estimasi adalah variabel terikat, sedangkan variabel-variabel yang mempengaruhi

adalah variabel bebas. Metode ini memperlihatkan hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat, digunakan untuk melihat pengaruh Luas lahan, harga,

Biaya produksi dan Produksi terhadap Pendapatan petani padi Di Desa

Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten luwu Timur. Memperoleh

gambaran secara umum mengenai hasil penelitian ini serta dalam rangka

pengujian Hipotesis sebagai jawaban sementara untuk pemecahan permasalahan

yang dikemukakan dapat dilihat melalui persamaan fungsi :


23

Y = f (X1, X2, X3, X4,)

Secara eksplisit dapat dinyatakan dalam fungsi Cobb-Douglas berikut:

Y = B0+B1X1+B2X2+B3X3+B4X4+ei

Untuk estimasi koefisien regresi, ditransformasi ke bentuk linier dengan

menggunakan logaritma natural (Ln) guna menghitung nilai elastisitas dari

masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat ke dalam model sehingga

di peroleh persamaan sebagai berikut:

Ln Y=LnB0+B1LnX1+B2LnX2+B3LnX3+B4LnX4+ei

Keterangan :

Ln = Logaritma Natural

Y = Pendapatan

X1 = Luas lahan

X2 = Harga

X3 = Biaya produksi

X4 = Produksi

B0 = Konstanta

B1 = Koefisien Regrhesi Luas lahan

B2 = Koefisien Regresi Harga

B3 = Koefisien Biaya produksi

B4 = Koefisien Produksi

ei = Error term
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Desa Parumpanai adalah bagian dari Wilayah Kecamatan Wasuponda yang

terletak di Kabupaten Luwu Timur, dengan luas wilayah adalah 54.078,52 Ha. Di

bagian utara Desa Parumpanai berbatasan dengan Kabupaten Morowali Utara,

bagian Selatan berbatasan dengan Desa Kawata, bagian Timur berbatasan dengan

Desa Matano Dan bagian Barat berbatasan dengan Desa Kasintuwu. Secara umum

Desa parumpanai tediri dari 8 Dusun yaitu Dusun Laroeha, Lampesue, Birono

jaya, Lahumpangi, Lahumpangi Barat, Koropansu, Rende-Rende dan Dandawasu.

Adapun luas wilayah dari setiap Dusun yang ada di Desa Parumpanai adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.1 Luas wilayah menurut Dusun yang ada di Desa Parumpanai
No Dusun Luas (Km2) Presentase (%)

1 Laroeha 39 16,9

2 Lampesue 28 12,1

3 Birono jaya 46 19,9

4 Lahumpangi 23 9,9

5 Lahumpangi Barat 16 6,9

6 Koropansu 21 9,1

7 Rende-rende 32 13,9

8 Dandawasu 26 11,3

Sumber:Data potensi Desa Parumpanai tahun 2019

40
Sampai saat ini sektor pertanian masih merupakan sektor yang menjadi sumber

pendapatan utama bagi penduduk yang ada di Desa Parumapanai di bandingkan

dengan sektor-sektor perekonomian lainnya. Jarak Desa Parumpanai dari Ibu kota

Kecamatan adalah 53 km2, sedangkan jarak dari ibu kota Kabupaten 22 km2.

4.1.2 Aspek Geografis

Desa Parumpanai adalah satu dari enam Desa di Kecamatan Wasuponda yang

terdapat di Kabupaten Luwu Timur, luas wilayah Desa Parumpanai sebesar

231,00 Km2.

Sebagian besar wilayah di Desa Parumpanai adalah lahan persawahan, yang

mayoritas merupakan sawah tadah hujan.

4.1.3 Aspek Demografi

Jumlah penduduk di Desa Parumpanai Tahun 2019 berjumlah 3.955jiwa, yang

terdiri laki-laki 2072 jiwa dan perempuan 1883 jiwa yang tersebar di delapan

dusun. Rasio jenis kelamin sekitar 110,04, jumlah penduduk tertinggi berada di

Dusun Birono jaya yakni 758 jiwa dan jumlah penduduk terendah berada di

Dusun Lahumpangi barat yakni 257 jiwa.

Jumlah penduduk yang besar tidak hanya bermodal pembangunan, akan tetapi

dapat juga menjadi beban, bahkan dapat menimbulkan berbagai permasalahan

seperti kebutuhan lapangan kerja, kebutuhan perumahan, pendidikan dan

sebagainya. Selain itu komposisi jumlah penduduk muda dengan usia produktif

yang tidak seimbang dapat menimbulkan berbagai permasalahan di suatu daerah.


4.1.4 Deskripsi Variabel Penelitian

Deskripsi dari masing-masing variable di dalam penelitian yaitu melihat faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pendpatan petani diantaranya luas

lahan,harga, biaya produksi dan produksi. Adapun deskripsi penelitian yaitu:

1. Luas lahan (X1)

Distribusi responden berdasarkan luas lahan, tanah merupakan sumber daya

yang paling utama khususnya dalam produksi padi. Tanah merupakan salah satu

faktor produksi yang sangat penting dan sangat mendasar. Adapun luas lahan

yang digunakan petani padi di Desa Parumpanai dapat dilihat pada tabel 4.9

berikut:

Tabel 4.8 Luas Lahan Desa Parumpanai


Luas Lahan (Ha) Frekuensi(n) Persentase (%)

≤50 7 8,6
51-100 63 77,8
≥101 11 13,6
Jumlah 81 100
Sumber:Responden Tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.8 distribusi responden berdasarkan luas lahan menunjukkan

jumlah tertinggi yaitu luas lahan 51 sampai 100 are dengan persentase 77,8 persen

dibandingkan dengan petani yang memiliki luas lahan ≤50 yaitu hanya berjumlah

7 orang,dengan persentase 8,6 persen. Hal ini meunjukkan bahwa rata-rata petani

menggunakan lahan yang luas dalam produksi padi, dengan luas lahan yang

dimiliki dapat memperoleh hasil produksi yang maksimal.


2. Harga (X2)

Distribusi responden berdasarkan harga gabah, di Desa Parumpanai petani

menjual gabahnya dengan harga yang di patok oleh pengumpul gabah.

Tabel 4.9 distribusi Responden Harga Jual Gabah Tahun 2020


Harga (Rp) Frekuensi (n) Persentase (%)

Rp 4000 55 67,9
Rp 4500 26 32,1
Jumlah 81 100
Sumber :Responden Tahun 2020

Perbedaan harga disebabkan Karena ada beberapa pengumpul gabah dengan

berbagai harga yang ditawarkan kepada petani sesuai dengan kualitas gabah setiap

petani. Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa ada dua versi harga yang di tawarkan

oleh pengumpul gabah sesuai dengan kualitas gabah dari para petani. Harga gabah

tertinggi adalah Rp 4500,00 yaitu hanya sebanyak 26 orang petani dengan

persentase 32,1 persen, sedangkan harga gabah Rp 4000,00 yaitu sebanyak 55

orang dengan persentase 67,9 persen. Hal ini menunjukkan bahwa harga gabah

yang terendah masih mendominasi jumlah petani, disebabkan karena pengumpul

gabah membeli gabah sesuai dengan kualitas gabah yang dimiliki oleh petani.

Para petani akan merasakan kesejahteraan apabila produksi yang mereka dapatkan

meningkat dan harga jual meningkat. Karena ketika harga jual gabah melambung

naik maka akan memperoleh pendapatan yang tinggi, dengan jumlah produksi

yang dihasilkan.

3. Biaya Produksi (X3)

Distribusi responden berdasakan biaya produksi, biaya produksi petani

dihitung mulai dari biaya pupuk,pestisida dan biaya pengolahan lahan,dapat

dilihat pada tabel berikut:


Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Biaya Produksi Petani Tahun 2020
Biaya Produksi (Rp) Frekuensi (n) Persentase (%)

Rp 1.000.000-5.000.000 46 56,7
Rp 5.100.00-10.000.000 8 9,9
Rp 10.100.000-15.000.000 17 21
Rp 15.100.000-20.000.000 8 9,9
Rp 21.000.000 2 2,5
Jumlah 81 100
Sumber:Responden Tahun 2020

Tabel 4.10 menunjukkan distribusi responden berdasarkan biaya produksi

petani, biaya yang dimaksud adalah biaya pupuk, biaya pengolahan, biaya

pembibitan dan biaya tenaga kerja yang digunakan petani untuk meningkatkan

hasil produksinya. Dengan jumlah tertinggi yaitu Rp 1000.000 - 5.000.000 dengan

frekuensi 46 orang. Biaya yang mereka keluarkan itu dilihat dari luas

lahan,kepemilikan lahan, dan apakah pemilik lahan itu membajak sendiri lahan

pertaniannya.

4. Produksi (X4)

Distribusi responden berdasarkan produksi padi petani pada tabel berikut:

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Produksi Padi 2020


Produksi (kg) Frekuensi (n) Persentase (%)
1.000-5000 kg 16 19,8
5.100-10.000 kg 40 49,4
10.100-15.000 kg 21 25,9
15.100-30.000 kg 4 4,9
Jumlah 81 100
Sumber:Responden Tahun 2020

Tabel 4.11 menunjukkan distribusi responden berdasarkan hasil produksi dalam

satukali panen, dengan jumlah tertinggi yaitu 40 orang yang memproduksi

sebanyak 5.100 kg – 10.000 kg. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan

petani sudah lumayan baik karena pendapatan yang diperoleh petani rata-rata

berkisar 5.100 kg-10.000 kg, dan tingkat pendapatan yang rendah disebabkan
karena cuaca dan hama yang meyerang padi di sawah. Hasil produksi merupakan

hal yang paling di tunggu oleh para petani,sebab yang mereka harapkan adalah

peningkatan hasil produksi di setiap masa panen. Ketika hasil produksi itu

maksimal,maka pendapatan yang akan diperoleh petani juga akan maksimal atau

dengan kata lain petani akan memperoleh laba yang banyak.

5. Pendapatan Petani (Y)

Pendapatan petani dilihat dari berapa banyak hasil produksinya, sebab

kesejahteraan petani di lihat dari besarnya pendapatan yang di peroleh dalam satu

kali panen. Distribusi responden berdasarkan pendapatan petani, dapat dilihat

pada tabel 4.13 sebagai berikut:

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Petani (2020)


Pendapatan (Rp) Frekuensi (n) Persentase (%)

4.000.000-6.000.000 2 2,5
6.100.000-10.000.000 5 6,2
10.100.000-20.000.000 21 25,9
20.100.000-30.000.000 37 45,7
30.100.000-40.000.000 6 7,4
40.100.000-60.000.000 7 8,6
≥60.000.000 keatas 3 3,7
Jumlah 81 100
Sumber:Responden Tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan

pendapatan petani dalam satu kali masa panen yaitu jumlah petani tertinggi

dengan pendapatan Rp 20.100.000- Rp 30.000.000 frekuensi 37 orang persentase

45,7 persen dan frekuensi petani yang rendah adalah petani dengan pendapatan

Rp 4.000.000 – 6.000.000 yang hanya 2 orang petani saja,dengan persentase 2,5

persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan petani tergolong cukup

dalam kesejahteraan, sebab dengan pendapatan seperti sudah dapat menghidupi


keluarga yang mereka tanggung.

4.2 Hasil Uji Instrumen

4.2.1 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian linier regresi berganda terhadap hipotesis

penelitian, maka terlebih dahulu perlu dilakukan suatu pengujian untuk

mengetahui ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik yang

mendasari model regresi linier berganda. Asumsi-asumsi klasik dalam penelitian

ini meliputi uji normalitas dan uji multikolinieritas.

Untuk estimasi koefisien regresi, di transformasi ke bentuk linier dengan

menggunakan logaritma natural (Ln) guna untuk menghitung nilai elastisitas dari

masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

4.2.2 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi , variabel

terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.

Model regresi yang baik adalah memiliki data yang normal atau mendekati

normal. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikan pada tabel
Kolmogorov Smirnov Test. Apabila nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka

nilai residual terdistribusi normal.

Tabel 4.13 Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Predicted Value

N 81
Mean 25861.3580247
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 11721.05582885
Absolute .179
Most Extreme Differences Positive .179
Negative -.083
Kolmogorov-Smirnov Z 1.608
Asymp. Sig. (2-tailed) .21

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
sumber: Data Primer yang diolah, 2020

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai signifikan pada tabel

Kolmogorov-smirnov test yaitu 0,21 lebih besar dari 0,05 sehingga data residual

terdistribusi secara normal. Hal ini sejalan dengan teori Ghozali (2007)

menyatakan bahwa jika probabilitas Z statistik lebih besar dari 0,05, maka nilai

residual dalam suatu regresi berdistribusi secara normal.

4.2.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas merupakan suatu pengujian untuk mengetahui ada atau

tidaknya hubungan erat antara variabel bebas (independen) dengan melihat nilai

VIF, apabila nilai VIF<10, maka variabel tersebut bebas dari pengujian

multikolinieritas. Berdasarkan aturan variance inflation faktor (VIF) dan

tolerance, maka apabila VIF melebihi angka 10 atau tolerance kurang dari 0,10

maka dinyatakan terjadi gejala multikolinieritas.


Tabel 4.14 Uji Multikolinieritas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF
(Constant)
luas lahan .14 7.198
1 Harga .895 1.117
biaya produksi .58 7.107
Produksi .13 6.401

Sumber:Data Primer yang di olah,2020


Berdasarkan tabel di atas, nilai VIF untuk masing-masing variabel bebas (luas

lahan, harga, biaya produksi dan produksi) nilai VIF kurang dari 10 dan nilai

tolerance lebih dari 0,10 maka dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas.

4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Penelitian ini menggunakan analisis regrsesi linier berganda, karena penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (luas lahan, harga,

biaya produksi dan produksi) terhadap variabel dependen (pendapatan). Hal itu

dapat di lihat pada persamaan regresi linier sebagai berikut:

Tabel 4.15 Regresi linier Berganda


Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) -4.409 .618 -7.139 .000


luas lahan 3.343 2.174 .114 3.904 .000

1 Harga 1.785 .075 .124 9.644 .000

biaya produksi -.927 .115 .408 -8.092 .000


Produksi 3.595 .296 1.294 12.149 .000
a. Dependent Variable: pendapatan
Sumber: Output SPSS (Data Primer yang diolah, 2020)
Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Y = -4.409α + 33.254,X1 + 6.233,X2 + 0.927,X3 + 3.595,X4

a) Nilai Konstanta (α)

Nilai konstanta sebesar -4.409 berarti jika luas lahan, harga, biaya produksi

dan produksi nilainya 0 atau konstan maka pendapatan petani nilainya berkurang

sebesar 4.409 persen.

b) Luas lahan (X1)

Nilai koefisien regresi luas lahan sebesar 3.343, artinya jika luas lahan

mengalami kenaikan satu persen, maka pendapatan petani padi akan mengalami

peningkatan sebesar 3,343 persen. Arah hubungan anatara luas lahan dengan

pendapatan adalah searah (+), dimana penambahan luas lahan akan

mengakibatkan kenaikan pendapatan petani padi.

c) Harga (X2)

Nilai koefisien regresi harga sebesar 1.785 menyatakan bahwa setiap

kenaikan satu persen harga jual, maka akan menyebabkan peningkatan

pendapatan petani padi sebesar 1,785 persen. Arah hubungan antara harga dengan

pendapatan adalah searah (+), dimana naiknya harga jual gabah akan

mengakibatkan kenaikan pendapatan petani padi. Semakin tinggi harga jual

gabah, maka semakin meningkat pula pendapatan petani.

d) Biaya Produksi (X3)

Nilai koefisien regresi biaya produksi sebesar -0.927, menyatakan bahwa

setiap penambahan satu persen biaya produksi maka akan mengakibatkan

turunnya pendapatan petani padi sebesar 0.927 persen. Arah hubungan antara
biaya produksi dengan pendapatan petani padi adalah tidak searah (-), dimana

kenaikan biaya produksi akan mengakibatkan penurunan pendapatan petani padi.

e) Produksi (X4)

Nilai koefisien regresi hasil produksi sebesar 3.595, meyatakan bahwa setiap

penambahan satu persen hasil produksi, akan menyebabkan peningkatan

pendapatan petani padi sebesar 3.595 persen. Arah hubungan antara hasil produksi

dengan pendapatan petani padi adalah searah (+) , dimana kenaikan hasil produksi

akan mengakibatkan kenaikan pendapatan petani padi. Semakin besar hasil

produksi akan meningkatkan pendapatan petani padi pada setiap masa panen.

Dengan pengambilan keputusan dalam uji regresi linier berdasarkan tabel di atas

di peroleh nilai signifikan variabel independen sebesar 0,000 < 0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel independen (luas lahan, harga, biaya produksi

dan produksi) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (pendapatan).

4.2.3 Uji Hipotesis

a. Koefisien korelasi dan determinasi

Uji koefisien ini pada intinya untuk mengukur berapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai koefisien determinan

yang mendekati satu variabel-variabel independennya menjelaskan hampir semua

informasi yang di butuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Hasil

perhitungan koefisien determinasi penelitian ini dapat terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R square)
Model Sumarry
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .898a .895 .852 .02830


a.Predictors:(constant), produksi, luas lahan, harga, biaya
produksi b.Dependent Variable: pendapatan
Sumber: Output SPSS 24 (Data Primer di olah, 2020)

Berdasarkan hasil output SPSS bahwa hasil dari perhitungan di peroleh nilai

koefisien determinasi (R square) sebesar 0,895 dengan kata lain hal ini

menunjukkan bahwa besar persentase variasi pendapatan petani padi yang bisa di

jelaskan oleh variasi dari ke empat variabel bebas yaitu luas lahan, harga, biaya

produksi, dan produksi sebesar 89,5 persen sedangkan sisanya sebesar 10,5 persen

di pengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak di bahas dalam penelitian ini.

b. Uji t

Uji yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel atau

secara parsial variabel independen (luas lahan, harga, biaya produksi dan

produksi) terhadap variabel dependen (pendapatan). Proses pengujian dilakukan

dengan melihat pada nilai ttabel uji parsial dengan memperhatikan kolom

signifikansi dan nilai thitung dan membandingkan dengan taraf signifikansi α = 0,05

dan juga membandingkan nilai ttabel dengan thitung. Adapun dasar pengambilan

keputusan yaitu:

1. Jika nilai signifikansi < 0,05 dan thitung > ttabel, maka H0 ditolak Ha diterima.

2. Jika nilai signifikansi > 0,05 dan thitung < ttabel, maka H0 diterima Ha ditolak.

Sementara hasil perhitungan uji t ditunjukkan pada tabel 4.17 berikut :


Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Uji t (secara parsial)
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized
Model Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -4.409 .618 -7.139 .000
luas lahan 3.343 2.174 .114 3.904 .000
1 Harga 1.785 .075 .124 9.644 .000
biaya produksi -.927 .115 .408 -8.092 .000
Produksi 3.595 .296 1.294 12.149 .000
a.Dependent Variable: pendapatan
Sumber:Output SPSS 24 (Data Primer, 2020)

Tabel 4.17 menunjukkan pengaruh secara parsial variabel luas lahan, harga,

biaya produksi, dan produksi terhadap pendapatan petani padi dapat di lihat dari

tingkat signifikansi diman variabel tersebut memiliki tingkat signifikan <0.05.

dari hasil tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa variabel independen terhadap

variabel dependen berpengaruh secara parsial.

c. Uji F

Uji F statistik pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependennya. Kriteria pengujian adalah H0 ditolak atau Ha

diterima, jika nilai taraf signifikansi Fhitung < α = 0,05 juga dibuktikan dengan jika

nilai Fhitung >Ftabel. Jika nilai signifikansi Fhitung dibawah α = 0,05 dan jika Fhitung

>Ftabel maka variabel independen dalam penelitian ini secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil perhitungan Uji F ini

dapat dilihat pada tabel 4.18 sebagai berikut:


Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Uji F (secara simultan)
ANOVAa
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Regression 26.574 4 6.644 8295.242 .001b
1 Residual .097 76 .002
Total 26.671 80

a. Dependent Variable: pendapatan


b. Predictors: (Constant), produksi,harga, biaya produksi, luas lahan

Sumber:output SPSS 24 (Data Primer di olah,2020)

Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.18 diatas menunjukkan bahwa:

Pengaruh variabel luas lahan (X1), harga (X2), biaya produksi (X3) dan produksi

(X4) terhadap pendapatan petani padi (Y) , dengan signifikansi sebesar 0,001 lebih

kecil dari α=0,05 yang digunakan dalam penelitian ini yaitu (0,001<0,05) hal ini

menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu (luas lahan, harga, biaya produksi dan

produksi) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat

(pendapatan).

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengaruh Luas Lahan Terhadap Pendapatan Petani

Berdasarkan Tabel 4.8, luas lahan berpengaruh signifikan dan berhubungan positif

terhadap pendapatan petani. Berdasarkan penelitian bahwa luas lahan yang

digunakan oleh petani padi di Desa Parumpanai adalah luas lahan dengan jumlah

tertinggi yaitu luas lahan 51-100 are sebanyak 63 petani dengan persentase 77,8

persen dan luas yang terendah yaitu ≤ 50 are sebanyak 7 petani dengan persentase

8,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani menggunakan lahan yang

sudah cukup luas dalam memproduksi padi. Dengan luas lahan yang dimiliki

dapat memproduksi hasil produksi yang maksimal. Nilai koefisien luas lahan
sebesar 3.343 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 persen luas lahan maka

akan meyebabkan peningkatan pendapatan petani padi sebesar 3,343 persen. Arah

hubungan antara luas lahan dengan pendapatan adalah searah (+), dimana

penambahan luas lahan akan mengakibatkan kenaikan pendapatan petani padi.

Semakin luas lahan sawah maka akan semakin banyak hasil produksi, dan

semakin banyak produksi yang dihasilkan akan semakin meningkat juga

pendapatan petani.

Penelitian ini mendukung teori A.T Mosher dalam (Soekartawi,2002) yang

menyatakan bahwa lahan merupakan pabriknya produksi pertanian, besar kecilnya

luas lahan sangat berpengaruh terhadap produksi pertanian dan pendapatan petani.

Luas lahan memiliki sifat yang tidak sama dengan faktor produksi lain yaitu luas

relatif tetap dan permintaan akan lahan semakin meningkat shingga bersifat

langka. Lahan pertanian merupakan penentu dari komoditas pertanian, secara

umum dikatakan bahwa semakin luas lahan yang di tanami maka akan semakin

besar jumlah produksi yang akan dihasilkan oleh lahan tersebut.

Hal tersebut mendukung penelitian Nasution (2008) dengan judul “Pengaruh

Modal kerja,Luas lahan dan Tenaga kerja Terhadap Pendapatan Usaha Tani”

menyatakan bahwa semakin luas lahan yang diusahakan petani maka jumlah

produksi pun akan meningkat yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan

petani. Hal ini sejalan dengan penelitian Ani Kasutri (2012) dengan judul

“Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi padi di Kabupaten Wajo”

yang menyatakan bahwa jumlah luas lahan sangat berpengaruh dan signifikan

terhadap produksi padi di Kabupaten Wajo, luas lahan yang memadai dan
didukung dengan tingkat kesuburan tanah yang baik, maka akan meningkatkan

produksi padi yang akan dihasilkan, dan ketika produksi meningkat maka

pendapatan yang akan di hasilkan akan meningkat juga.

4.3.2 Pengaruh Harga Terhadap Pendapatan Petani

Berdasarkan Tabel 4.9, harga berpengaruh signifikan terhadap perubahan

peningkatan pendapatan petani padi. Sehingga untuk mendapatkan penambahan

hasil, pendapatan yang besar harus di ikuti dengan harga gabah dalam penjualan

dan pemasaran, kenaikan harga gabah akan mengurangi biaya ongkos yang akan

dikeluarkan oleh petani selama proses produksi, sehingga akan mampu

meningkatkan pendapatan yang diperoleh. Nilai koefisien harga sebesar 1.785

menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 persen harga maka akan menyebabkan

peningkatan pendapatan petani padi sebesar 1,785 persen. Arah hubungan antara

harga dengan pendapatan petani padi adalah searah (+), dimana naiknya harga

gabah akan mengakibatkan peningkatan pendapatan petani padi. Maka semakin

tinggi harga gabah akan meningkatkan pendapatan petani padi.

Penelitian ini mendukung teori Cobweb dalam Mubyarto (1989:162) yang

menyatakan bahwa petani sangat responsif terhadap perubahan harga komoditi

pertanian, pada waktu harga tinggi petani menambah komoditi produksi pertanian

mereka dan sebaliknya pada waktu harga rendah petani berusaha menurunkan

produksi. Hal ini berarti jika harga jual gabah meningkat di pasaran, maka petani

akan berusaha meningkatkan jumlah peoduksinya, yang dapat dilakukan dengan

berbagai cara di antaranya meningkatkan atau memaksimalkan penggunaan input-

input produksi dan melakukan perawatan tanaman padi sawah dengan baik lagi.
Hal tersebut mendukung penelitian A.Husni Malian dkk. Koefisien dari

variabel harga yang diterima petani dari hasil regresi logistik adalah positif,

artinya jika harga semakin tinggi akan mengakibatkan peluang petani menjual

gabah ke LUEP semakin besar. Dan penelitian Markati (2012) dengan

judul”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani padi sawah

di Kabupaten Serdang” menyatakan bahwa harga jual sangat berpengaruh

signifikan yang ditunjukkan oleh nilai probability kedua variabel tersebut adalah

0,000, nilai ini lebih kecil dari α = 0,01.

4.3.3 Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Pendapatan Petani

Tabel 4.10 menunjukkan distribusi responden berdasarkan biaya produksi petani,

biaya yang dimaksud adalah biaya pupuk dan biaya pengolahan lahan,biaya

pembibitan dan biaya tenaga kerja yang digunakan petani untuk meningkatkan

hasil produksinya. Dengan nilai tertinggi yaitu Rp.1.000.000 sampai Rp.5.000.000

dengan frekuensi 46 orang. Biaya yang mereka keluarkan itu dilihat dari luas

lahan,kepemilikan lahan dan apakah pemilik lahan itu membajak sendiri lahan

pertaniannya.

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa biaya produksi berpengaruh signifikan

terhadap perubahan pendapatan petani padi. Sehingga untuk mendapatkan

penambahan pendapatan yang besar harus diikuti dengan biaya produksi dalam

melakukan produksi. Nilai koefisien regresi hasil produksi sebesar -0,927

menyatakan bahwa setiap penambahan 1 persen biaya produksi, maka akan

menyebabkan pendapatan petani padi turun sebesar 0,927 persen. Arah hubungan
antara biaya produksi dengan pendapatan petani padi tidak searah (-), dimana

kenaikan biaya produksi akan mengakibatkan penurunan pendapatan petani padi.

Penelitian tersebut mendukung teori Daniel,Muchtar (2002), bahwa biaya

produksi di nyatakan sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-

faktor produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses

produksi baik secara tunai maupun tidak tunai untuk mengembangkan produksi

padi. Daniel menyatakan dalam usaha tani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya

tunai atau biaya yang dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak di

bayarkan. Adapun biaya yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk

membayarkan tenaga kerja luar keluarga, biaya untnuk pembelian input produksi

seperti bibit, pupuk, obat-obatan, kadang juga untuk biaya iuran pemakaian air,

irigasi dan lain-lain.

Hal tersebut juga mendukung penelitian Mulyati (2014) dengan judul

“Analisis Produksi dan Pendapatan Usaha Tani Padi sawah Desa Jono Oge

Kecamatan Sigi Biromaro Kabupaten Sigi”. Menyatakan bahwa biaya produksi

berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani padi (0,02<0,05). Biaya

produksi merupakan korbanan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk setiap

kali produksi, setiap kegiatan usaha tani tidak pernah terlepas dari biaya variabel

dan biaya tetap untuk mengelolah usaha taninya agar memperoleh hasil yang di

harapkan.

4.3.4 Pengaruh Produksi Terhadap Pendapatan Petani

Tabel 4.11 menunjukkan distribusi responden berdasarkan hasil produksi dalam

satu kali panen, dengan frekuensi tertinggi sebanyak 40 orang yang memproduksi
5.100 kg sampai 10.000 kg. Hal ini menunjukkan tingkat kesejahteraan petani

cukup baik dengan pendapatan yang diperoleh petani rata-rata berkisar sekitar

5.100 kg sampai 10.000 kg, dan tingkat yang rendah disebabkan karena cuaca dan

hama yang menyerang padi disawah. Hasil produksi merupakan hal yang paling

ditunggu oleh petani, yang mereka harapkan adalah peningkatan hasil produksi

disetiap masa panen.

Tabel 4.11 menunjukkan hasil produksi berpengaruh signifikan terhadap

peningkatan petani padi di Desa Parumpnai Kecamatan Wasuponda Kabupaten

Luwu Timur. Hasil produksi dengan frekuensi tertinggi adalah 40 orang, dengan

persentase 49,4 persen. Sedangkan hasil produksi terendah yaitu 15.100 kg

sampai 30.000 kg dengan frekuensi 4 orang persentase 4,9 persen.

Nilai koefisien regresi hasil produksi sebesar 3,595 menyatakan bahwa setiap

penambahan 1 persen hasil produksi, maka akan menyebabkan kenaikan

pendapatan petani padi sebesar 3,595 persen, arah hubungan antara produksi

dengan pendapatan petani padi adalah searah (+) dimana kenaikan hasil produksi

akan mengakibatkan kenaikan pendapatan petani padi. Semakin besar hasil

produksi, maka pendapatan akan mengalami peningkatan setiap masa panen.

Penelitian ini mendukung teori Mankiw (2006) menyatakan bahwa produksi

dalam arti luas adalah kegiatan menciptakan nilai, sedangkan dalam arti sempit

adalah kegiatan produksi menghasilkan suatu komoditi tertentu dengan

menggunakan faktor-faktor produksi, yang di maksud dengan faktor-faktor

produksi adalah input yang di masukkan kedalam proses-proses produksi. Hal

tersebut mendukung Penelitian Adtya Purnomo dan Muhammad fathorrazi (2002)


dengan judul “Pengaruh Biaya produksi, Hasil produksi, Luas lahan terhadap

peningkatan Pendapatan Petani padi di Desa Pronojiwo Kecamatan Pronojiwo

Kabupaten Lumajang” menyatakan bahwa hasil produksi berpengaruh signifikan

terhadap pendapatan petani, dengan menggunakan tingkat signifikan 5 persen

dapat diketahui hasil signifikan dan bbertanda positif terhadap pendpatan petani.

Hasil positif menunjukkan bila hasil bertambah 1 persen, maka pendapatan petani

akan bertambah 0,106 persen. Dan penelitian Rolas Sinaga (2016) berjudul

“Pengenalan Sarana Produksi Pertanian” menyatakan bahwa produksi padi adalah

hasil output atau hasil panen dari lahan petani selama satu kali musim yang diukur

dalam satuan kilogram (kg). Kemudian produktifitas adalah kemampuan suatu

faktor produksi seperti luas tanah, untuk memperoleh hasil produksi per-

hektarnya. Produksi dan produktivitas ditentukan dari banyaknya faktor seperti

kesuburan tanah, bibit yang ditanam, penggunaan pupuk yang memadai baik jenis

ataupun dosisnya, tersedianya air dalam jumlah yang cukup, teknik bercocok

tanam yang tepat dan pengggunaan alat-alat produksi pertanian yang memadai

dan tersedianya tenaga kerja.


BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan, pengaruh luas lahan, harga,

biaya produksi dan produksi terhadap pendapatan petani padi dengan

membagikan kuisioner kepada responden di Desa Parumpanai , maka diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel luas lahan berpengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap

tingkat pendapatan petani padi di Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda

Kabupaten Luwu Timur.

2. Variabel harga berpengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap

tingkat pendapatan petani padi di Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda

Kabupaten Luwu Timur.

3. Variabel biaya produksi berpengaruh signifikan, tetapi berhubungan negatif

terhadap tingkat pendapatan petani padi di Desa Parumpanai Kecamatan

Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.

4. Variabel produksi berpengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap

tingkat pendapatan petani padi di Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda

Kabupaten luwu Timur.

5. Variabel luas lahan (X1), harga (X2), biaya produksi (X3) dan produksi (X4),

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan petani

padi di Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.


5.2 Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah di ambil, maka saran yang dapat diberikan

berdasarkan hasil penelitian adalah:

1. Untuk meningkatkan produksi petani padi, diharapkan kepada pihak terkait

untuk memberikan bantuan dalam bentuuk tambahan modal dan bibit kepada

petani, karena sangat berperan penting dalam peningkatan produksi pertanian.

2. Untuk meningkatkan produksi bagi petani, dari pihak pemerintah ataupun

swasta harus mengarahkan petani dalam hal pemasaran hasil panen yang

diperoleh serta cara penggunaan teknologi dibidang produksi, baik itu secara

kualitas maupun kuantitasnya. Sehingga hasil produksi yang diperoleh petani

dapat meningkat dalam setiap satu kali panen.

3. Pemerintah Desa Parumpanai dan Dinas pertanian dapat memberikan

pembinaan dan pengembangan kemampuan petani, dan diharapkan kepada

pemerintah dalam menerapkan kebijakan harus sesuai dengan kebutuhan

masyarakat, khususnya kebijakan yang pro terhadap masyarakat yang mata

pencahariannya bertani dan untuk pemberdayaan para petani.

4. Untuk pemerintah, agar memberikan arahan kepada para petani agar dapat

melakukan penanaman secara bersamaan untuk mengurangi resiko hama.

5. Bagi masyarakat petani untuk meningkatkan pendapatan yang cukup dalam

memenuhi kebutuhan hidup, sebaiknya membentuk kelompok tani ataupun

koperasi yang dapat membantu dalam hal memperoleh pinjaman modal,

membantu pemasaran hasil produksinya dan tukar ilmu serta informasi antar

petani, agar petani dapat lebih mandiri.


6. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan peelitian yang

saya lakukan, agar dapat melihat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi

tingkat pendapatan petani.

Anda mungkin juga menyukai