Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman padi merupakan salah satu bahan pangan yang memegang peranan

sangat penting bagi perekonomian yaitu sebagai bahan untuk mencukupi

kebutuhan pokok masyarakat maupun sebagai mata pencaharian masyarakat

Kabupaten Luwu Timur merupakan salah satu daerah tingkat II di Provinsi

Sulawesi Selatan Indonesia. Kabupaten ini berasal dari pemekaran dari Kabupaten

Luwu Utara, yang di sahkan dengan UU no 7 tahun 2003 pada tanggal 25 februari

2003, Yang menjadikan Malili sebagai Ibu Kota dari Kabupaten Luwu Timur.

Kabupaten ini terletak di ujung utara teluk Bone, yang memiliki luas wilayah

6.944,98 km2 terdiri dari 11 kecamatan, 100 desa dan 20 kelurahan.

Pada tahun 2011 skala perekonomian Luwu Timur yang di tunjukkan besarnya

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku sudah sekitar

13,83 triliun rupiah dan terus meningkat menjadi 19,21 triliun rupiah di tahun

2015. Pada tahun 2016, PDRB harga berlaku Luwu Timur sedikit mengalami

penurunan menjadi 19,06 triliun rupiah.

Adapun komoditi pertanian terbesar di Kabupaten Luwu Timur adalah tanaman

padi, sebagai sumber pangan pokok bagi masyarakat. Dengan demikian dalam hal

ini peran Pemerintah Daerah sangat penting dalam membantu peningkatan

Produksi tanaman padi khususnya di Daerah Kabupaten Luwu Timur.

1
2

Berikut adalah data Luas lahan dan Produksi padi di Kabupaten Luwu Timur:

Tabel 1.1 Luas lahan dan Produksi padi Tahun 2014-2018.


Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)
2014 37.908 269.842,10
2015 38.924 272.953,31
2016 42.910 307.259,72
2017 42.789 308.404,19
2018 45.545 338.836,59
Sumber: BPS Kabupaten Luwu Timur.

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Luas lahan dari tahun 2014 sampai

dengan tahun 2018 mengalami peningkatan. Luas lahan merupakan faktor

terpenting dalam peningkatan produksi padi, karena merupakan tempat produksi.

Akan tetapi jika dilihat dari peningkatan Luas lahan dari data tersebut, hasil

produksi juga mengalami peningkatan setiap tahunnya di Kabupaten Luwu

Timur.Desa Parumpanai yang terletak di Kecamatan Wasuponda merupakan

bagian Wilayah dari Kabupaten Luwu Timur, Sebagian besar masyarakat di Desa

Parumpanai adalah petani padi. Semakin berkembangnya sektor pertanian,

diharapkan mampu meningkatkan hasil produksi sehingga dapat pula

meningkatkan pendapatan yang diperoleh petani dengan kata lain hasil produksi

sesuai dengan harapan petani. Pendapatan merupakan salah satu indikator

ekonomi, sebagai arah pembangunan ekonomi yaitu mengusahakan agar produksi

padi meningkat, yang di ikuti dengan meningkatnya pula pendapatan yang

diperoleh oleh petani padi di Desa Parumpanai.

Upaya peningkatan produksi harus di dukung oleh pengembangan teknologi

seperti penggunaan alat dan mesin pertanian, pengendalian hama dan penyakit

tanaman, peningkatan Luas lahan. Pengembangan keberagaman lahan pangan


3

dilakukan dengan memasyarakatkan berbagai macam pangan sehingga

masyarakat tidak tergantung pada satu jenis komoditi pangan saja yaitu padi.

Tabel 1.2 Luas Lahan dan Produksi Padi di Desa Parumpanai.


Tahun Luas lahan (Ha) Produksi (kg)
2014 216 9.720
2015 274 10.960
2016 368 16.560
2017 470 18.800
2018 470,95 18.838
Sumber:Data potensi Desa Parumpanai

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa luas lahan dan hasil produksi padi di Desa

Parumpanai dari tahun 2014-2018 mengalami peninggkatan setiap tahunnya. Luas

lahan merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian, semakin luas lahan yang

digarap atau ditanami maka akan semakin besar jumlah yang akan dihasilkan oleh

lahan tersebut (Rahim, 2007). Ketika Luas lahan padi setiap tahunnya berkurang,

hal tersebut dikarenakan beberapa faktor yakni adanya pembangunan perusahaan,

pembngunan perumahan dan sebagainya. Ketika Luas lahan padi semakin

berkurang, maka akan mempengaruhi produksi yang akan diperoleh petani, dan

ketika hasil produksi padi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan maka

pendapatan petani juga akan menurun seiring dengan harga yang dipasaran yang

semakin hari semakin meningkat.

Harga merupakan salah satu faktor untuk menetukan pendapatan petani.

Logikanya, jika harga dipasar rendah maka harga beli dari petani juga rendah. Ini

membuat keuntungan yang akan diperoleh petani semakin kecil mengingat Biaya

produksi tanam yang semakin tinggi. Dimana faktor Biaya produksi ini tentu saja
4

tidak terlepas dari pengembangan usaha tani, mulai dari biaya penanaman,upah,

biaya pupuk dan sebagainya.

Adapun permasalahan yang dialami oleh petani di Desa Parumpanai yaitu ketika

masa panen telah tiba, hasil produksi padi tidak sesuai dengan apa yang

diharapkan para petani. Semakin berkurangnya lahan persawahan yang

disebabkan banyaknya alih fungsi lahan, sehingga menyebabkan pendapatan

yang diperoleh petani tidak menentu sedangkan pengeluaran yang semakin

meningkat setiap harinya. Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dan

produksi padi yang dihasilkan tidak menentu serta melaratnya petani dalam hal

pembiayaan pertanian yang membuat petani terlibat hutang.

Sebagian lahan persawahan di Desa Parumpanai juga telah beralih fungsi

sebagai lahan perkebunan yang di tanami sayur-sayuran dan jagung pada saat

musim kemarau, disebabkan karena pengairan atau irigasi yang belum maksimal

dalam menyalurkan sumber air ke persawahan. Sehingga hasil produksi padi tidak

sesuai dengan harapan petani.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik

mengangkat penelitian dengan judul “Faktor-faktor Yang Memengaruhi

Pendapatan Petani Padi di Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda

Kabupaten Luwu Timur”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat di kemukakan Rumusan

masalah sebagai berikut:


5

1. Apakah Luas lahan berpengaruh terhadap pendapatan petani padi di Desa

Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur?

2. Apakah Harga berpengaruh terhadap pendapatan petani padi di Desa

Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur?

3. Apakah Biaya Produksi berpengaruh terhadap pendapatan petani padi di

Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur?

4. Apakah Produksi berpengaruh terhadap pendapatan petani padi di Desa

Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan Rumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Luas lahan, terhadap pendapatan petani padi di

Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.

2. Untuk mengetahui pengaruh Harga, terhadap pendapatan petani padi di

Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.

3. Untuk mengetahui pengaruh Biaya produksi, terhadap pendapatan petani

padi di Desa Parumpanai Kecmatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.

4. Untuk mengetahui pengaruh Produksi, terhadap pendapatan petani padi di

Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Sebagai bahan acuan bagi peneliti untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan

mengenai pendapatan petani padi di Desa Parumpanai.


6

2. Manfaat praktis

Dalam pelaksanaan penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat secara

Praktis, yang dapat diperoleh yaitu sebagai berikut :

1) Bagi Pemerintah Kabupaten Luwu Timur

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah Desa

Parumpanai dalam upaya meningkatkan pendapatan petani padi di desa

Parumpanai.

2) Bagi Masyarakat

Penelitian ini memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa ada beberapa

faktor penting yang dapat mempengaruhi pendapatan petani padi di Desa

Parumpanai dalam usaha meningkatkan pendapatannya.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dan agar tidak terjadi pembahasan

yang meluas dan tidak menyimpang, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan

masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan dalam penulisan penelitian

proposal ini yaitu:

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Di Desa Parumpanai

Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur. Ruang lingkup yang akan

dibahas yaitu:

1. Pengaruh Luas lahan terhadap Pendapatan Petani Padi di Desa Parumpanai

Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.

2. Pengaruh Harga terhadap Pendapatan Petani Padi di Desa Parumapanai

Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.


7

3. Pengaruh Biaya Produksi terhadap Pendapatan Petani Padi di Desa

Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.

4. Pengaruh Produksi terhadap Pendapatan Petani Padi di Desa Parumpanai

Kecamatan Wasuponda Kanupaten Luwu Timur.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori

2.1.1 Tanaman Padi

Budi daya tanaman padi di Indonesia merupakan salah satu cara alternatif dalam

menciptakan bangsa yang sejatera dan makmur, mengingat bahwa padi adalah

makanan pokok di Indonesia. Padi merupakan tanaman yang tumbuh di daerah

tropis maupun sub tropis. Air menjadi ketersediaan yang sangat penting untuk

menggenanginya,tanah sebagai wadah penampung air pada area persawahan

(Suparyono dan Setyono, 2007).

Proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah, padi harus dipelihara dengan

baik. Terutama harus di usahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan

penyakit yang sering kali menurunkan produksi. Sistem penanaman padi sawah

biasanya didahului dengan pengolahan tanah secara sempurnah seraya petani

melakukan persemaian. Mula-mula sawah dibajak, pembajakan dapat dilakukan

dengan menggunakan mesin maupun ternak atau melalui pencangkulan oleh

petani.

2.1.2 Teori Pendapatan

Pendapatan merupakan balas jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi yang

dimiliki oleh sektor rumah tangga dan sektor perusahaan yang dapat berupa

gaji/upah, sewa, bunga ataupun keuntungan/profit. Sedangkan menurut Paula

pendapatan merupakan unsur yang sangat penting dalam usaha tani karena dalam

8
9

melakukan suatu usaha tentu ingin mengetahui nilai/jumlah pendapatan yang

diperoleh selama melakukan usaha tersebut, (Sukirno, 2013).

Penghasilan yang diterima setiap faktor produksi di anggap sebagai pendapatan

masing-masing keluarga terlatih terhadap pendapatan nasional, (Sumitro, 1991).

Pendapatan merupakan hasil pengurangan dari total output dengan total input,

(Prawirokusumo 1990). Pendapatan yaitu jumlah barang dan jasa yang memenuhi

tingkat hidup masyarakat, dimana dengan adanya pendapatan yang dimiliki

masyarakat dapat memenuhi kebutuhan, dan pendapatan rata-rata yang dimiliki

oleh tiap jiwa disebut juga dengan pendapatan perkapita serta menjadi tolak ukur

kemajuan atau perkembangan ekonomi. Distribusi pendapatan berdasarkan

besarnya (size distribution of income) yaitu distribusi pendapatan di antara rumah

tangga yang berbeda, tanpa mengacu pada sumber-sumber pendapatan atau kelas

sosialnya dan ketidakmerataan distribusi pendapatan yang cukup besar di semua

Negara.

Menurut Sukirno (2013) Pendapatan dapat dihitung melalui 3 cara yaitu :

1. Cara pengeluaran yaitu pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai

pengeluaran/pembelanjaan ke atas barang-barang dan jasa, di hitung sebesar

barang yang di beli.

2. Cara produksi, cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai

barang dan jasa yang dihasilkan. Seperrti dengan mengelolah sumber daya

sehingga dapat menghasilkan produksi yang dapat dijadikan penghasilan.

3. Cara pendapatan, dalam penghitungan ini pendapatan diperoleh dengan cara

menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima.


10

2.1.3 Teori Luas Lahan

Luas lahan akan mempengaruhi skala usaha, dimana usaha ini akan

mempengaruhi efesien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Makin Luas lahan

yang dipakai sebagai usaha pertanian maka lahan tersebut maka lahan tersebut

semakin tidak efisien. Hal ini di dasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan

mengakibatkan upaya yang mengarah pada segi efisien akan berkurang.

Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap faktor produksi

semakin baik, sehingga usaha pertanian ini semakin efisien. Namun dari lain sisi

semakin Luas lahan semakin banyak penghasilan dari petani padi.

Tanah memiliki sifat yang tidak sama dengan faktor produksi lain yaitu luas

relatif tetap dan permintaan akan lahan semakin meningkat sehingga sifatnya

langka. Ditinjau dari sudut ekonomi pertanian, tanah dapat dianggap sebagai dasar

utama kegiatan potensial yaitu daya menghasilkan benda yang tergantung dalam

alam, (Munawarah, 2001).Tanah merupakan sumber daya paling utama,

khususnya dalam produksi pertanian. Karena itu tanah merupakan salah satu

faktor produksi yang sangat penting atau yang sangat mendasar. Ukuran lahan

pertanian dapat dinyatakan dengan hektar(ha) atau are. Lahan pertanian

merupakan penentu dari pengaruh komoditas pertanian. Secara umum dikatakan

semakin Luas lahan yang ditanami,maka akan semakin besar jumlah produksi

yang di hasilkan oleh lahan tersebut (Rahim, 2007).

1. Lahan Sawah

Tanah sawah adalah tanah pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh

pematang, saluran untuk menahan/menyalurkan air dan biasanya ditanami padi


11

sawah,tanpa memandangn darimana diperolehnya ataupun status dari tanah

tersebut. Yang temasuk pada lahan sawah dianataranya adalah :

1. Sawah berpengairan teknis, sawah yang memperoleh pangairan dimana

saluran pemberi terpisah dari pembuang agar penyediaan dan pembagian

irigasi dapat sepenuhnya di atur dsan di ukur dengan mudah. Jaringan

seperti ini terdiri dari saluran induk,sekunder dan tersier. Saluran indui

tersier serta bangunannya dibangun,dikuasai dan dipelihara oleh pemerintah.

2. Sawah berpenngairan setemngah teknis. Sawah berpengairan teknis akan

tetapi pemerintah hanya menguasai bangunan penyadap untuk dapat

mengatur dan mengukur pemasukan air,sedangkan jaringan selanjutnya

tidak diukur dan dikuasai oleh pemerintah.

3. Sawah berpengairan sederhana, sawah yang memeperoleh pengairan dimana

cara pembagian dan pembuangan airnya belum teratur,walaupun pemerintah

sudah ikut membangun sebagian dari jaringan tersebut, misalnya biaya

membuat bendungannya.

2. Lahan bukan sawah/Lahan Ladang

Tanah bukan lahan sawah adalah semua tanah yang tidak termasuk tanah sawah.

Tanah yang berstatus tanah sawah yanng tidak berfungsi lagi sebagai tanah sawah

dimasukan sebagai tanah bukan sawah. Lahan bukan sawah merupakan semua

lahan selain sawah meliputi :

1. Kebun adalah lahan kering yang biasanya ditanami tanaman semusim atau

tahunan yang terpisah oleh halaman rumah serta penggunaannya tidak

berpindah-pindah.
12

2. Hama, adalah lahan bukan sawah yang biasanya ditanami tanaman musiman

dan penggunaannya hanya semusim atau dua musim, kemudian akan di

tinggalkan apabila sudah tidak subur lagi sehingga kemungkinan lahan ini

beberapa tahun kemudian akan dikerjakan kembali jika sudah subur.

3. Tegal/kebunan/ldang/Hama, yaitu lahan kering yang ditanami tanaman

musiman seperti padi ladang,palawija/holtikultura letaknya terpisah dengan

halaman sekitar rumah.

2.1.4 Teori Harga

Defenisi harga menurut Philip Kotler, harga adalah elemen pemasaran campuran

yang paling mudah untuk mengatur keistimewaan suatu produk. Harga juga

mengkomunikasikan kepada pasar penempatan nilai produk atau merek yang

dimaksud suatu perusahaan (Kotkler, 2005).

Harga merupakan suatu struktur harga yang terdiri dari harga dalam daftar harga

ditambah dengan komponen-komponen potongan discount,allowances dan kredit

provision yang diberikan kepada pembeli. Defenisi yang kedua mengartikan

bahwa harga sebagai nilai akhir yang diterima oleh perusahaan sebagai

pendapatan (net price), (Soemarso, 1990).

Harga suatu barang dan jumlah suatu barang yang diperjual belikan, yang

ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari barang tersebut. Karena itu untuk

menganalisis mekanisme penentuan harga dan jumlah barang yang diperjual

belikan dipasar perlu secara serentak di analisis permintaan dan penawaran

terhadap suatu barang tertentu yang ada dipasar (Sukirno, 2002).


13

Teori harga merupakan teori ekonomi yang menerangkan tentang perilaku harga

atau jasa. Isi dari teori harga pada umunya adalah harga suatu barang atau jasa

yang pasarnya kompetitif tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan dan

penawaran.

1. Permintaan

Permintaan merupakan jumlah kemungkinan suatu barang dan jasa yang di beli

oleh para konsumen dari produsen pada berbagai kemungkinan tingkat harga ynag

berlaku, pada waktu tertentu. Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan

antara permintaan suatu barang dan jasa dengan tingkat harganya.

Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan

bahwa : semakin rendah harga suatu barang dan jasa maka akan semakin banyak

permintaan terhadap suatu barang atau jasa. Sebaliknya, semakin tinggi harga

suatu barang dan jasa maka semakin sedikit permintaan terhadap barang dan jasa

tersebut, (Sukirno, 2003).

2. Penawaran

Penawaran adalah banyaknya permintaan yang ditawarkan oleh penjual kepada

pembeli pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu dan pada tingkat harga

tertentu. Harga suatu barang selalu dipandang sebagai faktor yang sangat penting

dalam menentukan penawaran barang dan jasa tersebut. Karena itu, teori

penawaran terutama menumpukan perhatiannya kepada hubungan di anatara

tingkat harga dengan jumlah barang yang di tawarkan di pasar. Hukum

permintaan pada dasarnya mengatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang

,maka semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh penjual.
14

Sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang

yang di tawarkan, (Sukirno, 2003).

2.1.5 Teori Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan

penyediaan jasa. Biaya produksi dapat diklasifikasikan sebagai biaya produksi

lansung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (Hansen, 2004).

Biaya (expense) adalah kas sumber daya yang telah atau akan dikorbankan untuk

mewujudkan tujuan tertentu. Pengertian tersebut dapat dilihat dari beberapa unsur

yang terkandung di dalamnya, yaitu merupakan hal yang terjadi atau potensial

akan terjadi dan pengorbanan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu

dimasa yang akan datang dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan, biaya

merupakan pengorbanan sumber ekonomi berupa kas atau ekuivaleannya yang

dapat di ukur dalam satuan moneter uang, (Mulyadi 2003).

Biaya produksi adalah jumlah dari tiga unsur biaya, yaitu biaya produksi

langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi

langsung dan biaya tenaga kerja langsung dapat digolongkan kedalam golongan

utama (primer cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead

pabrik dapat digabungkan kedalam golongan konversi (conversion cost) yang

mencerminkan biaya pengubahan bahan langsung menjadi barang atau hasil

produksi (Milton dkk, 2005).

Biaya pada umumnya adalah jumlah uang yang dibayar atau dibelanjakan

untuk suatu produk atau jasa tertentu. Jadi biaya merpakan pengeluaran, akan

tetapi semua pengeluaran belum tentu dikatakan sebagai biaya produksi. Biaya
15

produksi dalam hal ini adalah jumlah yang dikeluarkan dan di ukur dalam bentuk

satuan uang termasuk pengeluaran-pengeluaran dalam bnetuk pemindahan atas

kekayaan dan aset, dan jasa-jasa yang dipergunakan untuk memperoleh barang

yang dibutuhkan. Jumlah uang sebenar nya dikeluarkan atau dibebankan untuk

pembelian barang atau jasa. Sehubungan adanya biaya dalam proses produksi,

maka dikenal pula istilah dari biaya yaitu biaya langsung(Direct Cost) dan biaya

tidak langsung(Indirect Cost).

Menurut (Salvatore, 2008) adapun biaya dalam jangka panjang dan jangka

panjang adalah :

a) Total biaya jangka pendek

b) Biaya rata-rata jangka panjang.

Dalam biaya jangka pendek satu atau lebih (tetapi tidak semua) faktor

produksi jumlahnya adalah tetap. Biaya tetap total (TFC) mencerminkan seluruh

kewajiban atau biaya yang ditanggung oleh perusahaan per unit waktu atas semua

input tetap. Biaya variabel total (TVC) adalah seluruh biaya yang ditanggung oleh

perusahaan per unit waktu atas semua input variabel yang digunakan. Biaya Total

(TC) adalah TFC ditambah TVC.

Jangka panjang sebagai periode waktu yang cukup panjang sehingga

memungkinkan perusahaan utnuk mengubah jumlah semua input yang digunakan.

Jadi, dalam jangka panjang tidak ada faktor produksi tetap dan tidak ada biaya

tetap.
16

2.1.6 Teori Produksi

Produksi yaitu berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan)

dipergunakan untuk menghasilkan produk (keluaran). Produksi merupakan hasil

akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan

atau input yang ada. Produksi atau memproduksi yaitu menambah kegunaan (nilai

guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah apabila memberikan

manfaat baru atau lebih baik dari bentuk semula. Lebih spesifiknya lagi produksi

yaitu proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan -kekuatan

(input,faktor,sumber daya atau jasa-jasa produksi) (Beattie dan Taylor).

Teori produksi adalah suatu teori yang mengatur dan menjelaskan suatu proses

produksi. Hal ini dikarenakan kaum klasik percaya bahwa “supply creates its own

demand”. Pernyataan kaum klasik tersebut menunjukkan bahwa berapapun yang

di produksi oleh produsen (sektor swasta) akan mampu diserap atau dikonsumsi

oleh rumah tangga. Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang

hubungan antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang

digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut,

(Sukirno 2004).

Produksi dalam arti luas adalah kegiatan menciptakan nilai, Sedangkan

dalam arti sempit adalah kegiatan produksi berarti menghasilkan suatu komoditi

tertentu dengan menggunakan fakto-faktor produksi. Yang dimaksud dengan

faktor-faktor produksi adalah input yang dimasukkan kedalam proses-proses

produksi (Mankiw, 2006). Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa

produksi adalalah suatu proses pembuatan barang dalam bentuk bahan baku yang
17

memiliki nilai guna yang kecil menjadi bentuk yang memiliki nilai guna yang

besar dan dapat digunakan untuk suatu tujuan yaitu untuk mencapai keuntungan.

Produksi padi adalah jumlah output atau hasil panen padi dari lahan petani selama

satu kali musim yang diukur dalam satuan kilogram (kg).

Aspek penting dalam melakukan suatu proses produksi adalah tersedianya

sumber daya atau bahan baku yang bisa juga disebut sebagai faktor produksi.

Menurut (Sukirno 2003-2004). Adapun jenis proses produksi dapat ditinjau dari

segi wujud proses produksi sebagai berikut :

a. Proses produksi kimiawi yaitu suatu proses produksi yang menitik beratkan

kepada adanya proses analisa atau sintesa serta senayawa kimia. Contoh

perusahaan obat-obatan, perusahaan tambang minyak.

b. Proses produksi perubahan bentuk adalah proses produksi dimana dalam

pelaksanaannya menitik beratkan pada perubahan input menjadi keluaran

output sehingga didaptkan penambahan manfaat atau faedah dari barang

tersebut, contoh perusahaan mebel, perusahaan garmen.

c. Proses produksi assembling adalah suatu proses produksi yang dalam

pelaksanaan produksinya lebih mengutamakan pada proses penggabungan

dari komponen-komponen produk dalam perusahaan yang bersangkutan

atau membeli komponen produk yang dibeli dari perusahaan lain.

Contohnya perusahaan yang memproduksi peralatan elektronika, perakitan

mobil.

d. Proses produksi transportasi adalah suatu proses produksi dengan jalan

menciptakan jasa pemindahan tempat dari barang ataupun manusia. Dengan


18

adanya pemindahan tempat maka barang atau manusia yang bersnggkutan

ini akan mempunyai kegunaan atau merasakan adanya tambahan manfaat.

Contohnya perusahaan kereta api, perusahaan angkutan.

e. Proses produksi penciptaan jasa administrasi adalah suatu proeses produksi

yanng memberikan jasa administrasi kepada perusahaan-perusahaan yang

lain atau lembaga-lembaga yang memerlukannya. Adapun pemberian

metode penyusunan, penyimpanan dan penyajian data serta informasi yang

diperlukan oleh masing-masing perusahaan yang memerluakannya

merupakan jasa yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan seperti ini,

contohnya lembaga konsultan amnajemen dan akuntansi, biro konsultan

manajemen .

2.1.7 Hubungan Antara Variabel

1. Hubungan Antara Luas lahan dengan pendapatan

Secara umum dikatakan, semakin luas lahan yang ditanami maka semakin besar

pula jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Karena luas lahan

pertanian merupakan penentu dari pengaruh komoditas pertanian. Lahan yang

dikelola dengan baik bagi petani tentunya akan memberikan hasil bagi petani dan

akan menguntungkan bagi petani. Apabila hasil produksi yang dihasilkan oleh

petani meningkat, maka pendapatan petani juga akan meningkat.

Luas penguasaan lahan pertanian merupakan suatu yang sangat penting

dalam proses prooduksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Luas pemilikan

atau penguasaan berhubungan dengan efesiensi usaha tani. Karena dalam usaha

tani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien
19

di bandingkan dengan lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha,

semakin tidak efisien usaha tani yang dilakukan kecuali usaha tani dijalankan

dengan tertib.Luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan mengarah

pada segi efisien akan mengurang karena hal berikut :

a. Terbatasnya persediaan tenaga kerja disekitar daerah itu yang pada akhirnya

akan mempengaruhi efisien usaha pertanian tersebut.

b. Lemahnya pengawasan pada faktor produksi seperti bibit, pupuk, obat-

obatan dan tenaga kerja.

c. Terbatas akan modal untuk membiayai uasaha tani.

Di bidang pertanian, persediaan lahan subur untuk penanaman tidaklah

tetap. Mengapa para petani berpindah-pindah tempat?, karena kesuburan tanah

yang tidak menentu dalam waktu yang pendek. Bila hasil produksi yang diperoleh

dari lahan rendah, kesuburan lahan dapat rusak dalam waktu singkat. Daya tahan

yang asli dan tak kunjung punah dari tanah lapisan atas (the original and

inexhaustible power of the soil), yang banyak disebut-sebut oleh para ekonom

dimasa silam, sesungguhnya dapat punah. Para petani masih kurang atas

pengetahuan asas-asas pemerkayaan dan pelestarian,namun mereka mengetgahui

kenyataan tersebut.

Adapun yang mempengaruhi pendapatan petani yang dilihat dari luas

lahan yaitu antara penggarap lahan dan pemilik lahan, penggarap lahan dikenakan

sewa atas lahan yang digarapnya. Sedangkan pemilik lahan dikenakan pajak atas

kepemillikan lahannya.
20

2 Hubungan Antara Harga dengan Pendapatan

Selain jumlah produksi,luas lahan, tenaga kerja dan modal, maka harga jual

produk juga merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi

besar kecilnya pendapatan petani. Harga jual beras ditingkat petani berbeda-beda

tergantung dengan loksi penjemuran gabah hingga menjadi beras dan saluran

pemasaran yang mereka pilih, (Mardawati, 2014).

Defenisi harga adalah nilai ynag dipertukarkan konsumen untuk suatu manfaat

akan konsumsi pengguanaan dan kepemilikan barang atau jasa. Harga tidak selalu

berbentuk uang, tetapi harga juga dapat berbentuk barang, tenaga dan waktu.

Harga merupakan gejala ekonomi yang sangat penting dan sangat

mempengaruhi masyarakat dalam menentukan jumlah barang dan jasa yang

dikonsumsinya, karena setiap barang dan faktor-faktor penentu tidak bebas

mempengaruhi harga. Apabila harga dari beberapa barang meningkat maka para

produsen di dorong untuk menghasilkan barang-barang tersebut. Akibatnya

produksi dapat ditingkatkan sehingga pendapatan mengalami peningkatan. Salah

satu yang merangsang produsen atau petani dalam meningkatkan hasil pertanian

mereka adalah harga, sebab dengan bersaing dan tingginya harga maka

pendapatan yang dihbasilkan petani akan meningkat pula. Permintaan suatu

barang akan dipengaruhi terutama dipengaruhi oleh harganya. Semakin rendah

harga suatu barang maka akan semakin banyak permintaan akan suatu barang,

sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan

terhadap barang tersebut.


21

Harga adalah tingkat kemampuan suatu barang dapat ditukarkan dengan

barang lain, harga ditentukan oleh dua kekuatan yaitu permintaan dan penawaran

yang saling berjumpa dalam pasar(tiap organisasi tempat penjual dan pembeli

suatu benda dipertemukan). (Kadariah, 1994).

Dalam hal penawaran juga dianggap bahwa kecuali harga barang, segala sesuatu

yang mempengaruhi seperti metode teknik produksi, biaya produksi, atau harga

produksi hasil panen perhektar dan lain-lain semua harus tetap tidak mengalami

perubahan asumsi disebut cateris paribus.

Proses penetapan harga suatu barang merupakan struktur yang kompleks dari

syarat-syarat penjualan yang saling berhubungan dan berkaitan. Setiap perubahan

merupakan keputusan harga yang akan mengubah pendapatan yang akan

diperoleh. Peranan perusahaan dalam proses penetapan harga jual barangnya

sangat berbeda-beda, karena tergantung dari bentuk pasar yang di hadapinya.

Menurut Soemarso ada tiga bentuk penetapan harga jual yakni :

a. Penetapan harga jual oleh pasar,

b. Penetapan harga jual oleh pemerintah,

c. Penetapan harga jual yang dapat di kontrol oleh perusahaan.

Selanjutnya Soemarso juga mengatakan tujuan pokok penentuan harga jual adalah

sebagai berikut :

a. Mencapai target return on investment atau target penjualan,

b. Memaksimumkan laba,

c. Meningkatkan penjualan dan mempertahankan atau memperluas pesan pasar.

d. Mengurangi persaingan.
22

e. Menstabilkan harga.

Keputusan penetapan harga jual muncul karena adanya kenyataan bahwa hasil

penetapan harga jual yang telaj di dapat dari prosedur harga ternyata masih belum

mampu memecahkan persoalan tentang harga. Faktor-faktor yang mempengaruhi

harga yang sedemikian macam ragamnya saling berhubungan satu sama lain dan

selalu berubah-ubah, sehingga apabila prosedur harga diikuti dengan kaku, akan

mengakibatkan seringnya terjadi variasi dan kesulitan dalam mempraktekkannya.

3 Hubungan Antara Biaya produksi dengan Pendapatan

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses

produksi sehingga membawanya menjadi produk termasuk di dalamnya barang

yang dibeli dan jasa yang dibayar di dalam maupun diluar usaha tani. Sedangkan

total produksi biaya usaha tani adalah semua pengeluaran yang di gunakan dalam

mengorganisasi dan melaksanakan proses produksi termasuk di dalamnya modal

input-input dan jasa-jasa yang digunakan dalam biaya produksi.

Biaya produksi dinyatakan sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik

faktor-faktor produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses

produksi baik secara tunai maupun tidak tunai untuk mengembangkan produksi

padi. Daniel menyatakan bahwa dalam usaha tani dikenal dengan dua macam

biaya, yaitu biaya tunai adalah biaya yang di bayarkan dan biaya yang tidak tunai

atau biaya yang tidak dibayarkan. Adapun biaya yang dibayarkan adalah biaya

yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk

pembelian input produksi seperti pembelian bibit, pupuk, obat-obatan dan lain-

lain. Kadang juga termasuk biaya iuran untuk pemakaian air dan irigasi,
23

pembayaran zakat, sewa lahan dan alin-lain, (Muchtar, 2002) dengan kata lain

biaya dalam pengembangan produksi padi.

Modal (biaya) yang tersedia berhubungan langsung dengan peran petani

sebagai manajer dan juru tani dalam mengelola usaha taninya agar dapat

menghasilkan output yang sesuai dengan harapan. Seberapa besar tingkat

penggunaan faktor produksi tergantung pada modal yang tersedia baik itu tunai

ataupun non tunai. Karena petani sebagai manajer tidak dapat menyediakan dana

maka terpaksa penggunaan faktor produksi tidak sesuai dengan ketentuan yang

seharusnya, akibatnya produktivitas rendah dan pendapatan juga rendah

(Suratyah, 2006).

Biaya dalam usaha tani diklasifikasikan dalam tiga golonngan yaitu : a. Biaya

uang dan biaya natura, b. Biaya tetap dan biaya variabel, dan c. Biaya rata-rata

dan biaya marginal. (Soekartawi, 2003).

Biaya yang berupa uang tunai , misalnya upah tenaga kerja untuk biaya persiapan

atau penggarapan tanah termasuk upah untuk ternak,biaya untuk pembelian pupuk

dan pestisida dan lain-lain. Sedangkan biaya panen,bagi hasil, sumbangan dan

pajak dibayarkan dalam bentuk in natura dengan kata lain biaya yang dikeluarkan

pada saat panen. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak

tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewah atau bunga tanah yang

berupa uang. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya

berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya bibit, pupuk, pestisida

dan lain-lain.
24

Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya total dengan jumlah produk yang

dihasilkan. Sedangkan biaya marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan

petani untuk mendapatkan tambahan satu-satuan produk pada satu tingkat

produksi tertentu.

4 Hubungan Antara Produksi dengan Pendapatan

Produksi pertanian dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya macam

komoditi,luas lahan tenaga kerja, modal, iklim dan faktor sosial ekonomi

produsen. Untuk lebih jelasnya dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi di

bedakan atas dua kelompok yaitu :

a) Faktor biologi yaitu seperti lahan pertanian dengan berbagai macam tingkat

kesuburannya, bibit yaitu seperti varietas,pupuk, obat-obatan dan lain-lain.

b) Faktor sosial ekonomi seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat

pendidikan, pendapatan dan lain-lain.

Jika permintaan akan produksi tinggi, maka harga di tingkat petani akan tinggi

pula. Sehingga dengan biaya yang sama maka petani akan memperoleh

pendapatan yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika petani telah berhasil meningkatkan

produksi, tetapi harga turun maka pendapatan petani akan menurun.

Banyak dijumpai perusahaan yang memproduksi barang dan jasa untuk

memenuhi kebutuhan atau keinginan masyarakat. Untuk memproduksi barang dan

jasa tersebut di perlukan adanya proses produksi untuk menghasilkan produksi

yang banyak. Produksi atau quantity merupakan kegiatan untuk menghasilkan

barang dan jasa, dimana barang atau jasa tersebut memiliki dua nilai guna

(utilitas). Nilai guna barang tersebut adalah :


25

a) Nilai guna bentuk (form utility), suatu barang akan memiliki nilai guna

apabila telah mengalami perubahan bentuk.

b) Nilai guna tempat (place utility), nilai guna suatu barang akan lebih tinggi

karena perbedaan tempat.

c) Nilai guna Kepemilikan (ownership utility), nilai guna suatu barang akan

bertambah apabila barang tersebut telah berpinda kepemilikannya.

d) Nilai guna waktu (Time utility), nilai guna suatu barang akan bertambah

apabila digunakan pada saat yang tepat.

Faktor produksi sektor pertanian adalah semua pengorbanan yang diberikan pada

tanaman,agar tanaman tersebut mampu tumbuh dengan baik dan menghasilkan

secara optimal. Diberbagai literatur, faktor produksi dikenal dengan istilah input,

production faktor atau korbanan produksi. Faktor produksi sangat menentukan

besar kecilnya produk yang akan diperoleh. Berbagai macam pengalaman

menunjukkan, faktor produksi lahan dan modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-

obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi terpenting di

antara faktor produksi lain.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama, Tahun Dan Judul Metode Analisis Hasil Penelitian


dan Variabel
1 Alvio G. Onibala, Mex Produksi (Y) Luas Secara serentak Variabel
L. Sondakh, Rine Lahan (X1), Luas Lahan, benih, Urea,
Kaunang & Jaliana Jumlah Tenaga Phonska, pstisida dan
mandey. 2017. Kerja (X2), Jumlah Tenaga Kerja
Analisis Faktor-Faktor pupuk phonska berpengaruh terhadap
yang mempengaruhi (X3), Jumlah produksi padi sawah di
Produksi Padi Sawah di pupuk Urea (X4), Kelurahan Koya. Secara
Kelurahan Koya, Jumlah benih (X5), individu Variabel Luas
26

Kecamatan Tondano dan Jumlah Lahan, Benih dan pupuk


Selatan. pestisida (X6) Urea berpengaruh
signifikan terhadap
produksi padi.
2 Fatmawati M Lumintang, Produksi (X1), Besar kecilnya
2012. Jumlah Biaya (X2), Pendapatan Usaha Tani
Analisis Pendapatan Pendapatan (Y) Padi di Desa Teep di
Petani Padi di Desa teep, pengaruhi oleh
Kecamatan langowan Penerimaan dan Biaya
Timur. Produksi.
3 Silvira, Ir,H.Hasman Bibit (X1), Pupuk Penelitian menunjukkan
Hasyim,M.Si dan Ir.Lily (X2), Pestiisida Faktor-Faktor Produksi
Fauziah, M,Si. 2014. (X3), dan Tenaga seperti bibit, pupuk,
Analisis Faktor-Faktor Kerja (X4), pestisida dan Tenaga
yang Mempengaruhi Pendapatan (Y) Kerja secara serentak
Produksi Padi Sawah di berpengaruh nyata
Desa Medang Kecamatan terhadap produksi padi
Medang Kabupaten Batu sawah, tetapi secara
Bara. parsial hanya pestisida
yang berpengaruh
terhadap produksi.
4 Klivensi Ilona Mafor, Luas lahan (X1), Hasil penelitian
2018. penggunaan pupuk menunjukkan bahwa
Analisis Faktor Produksi Urea (X2), Faktor-Faltor Produksi
padi sawah di Desa penggunaan pupuk yang berpengaruh secara
Tompasobaru Dua Phonska (X3), dan nyata terhadap produksi
Kecamatan hasil Produksi (Y) padi di Desa
Tompasobaru. Tompasobaru Dua.
5 Puguh Apriadi, 2015. Modal (X1), Bahwa secara simultan
Analisis Pengaruh Jumlah hari kerja Variabel Independen
Modal, Jumlah hari kerja, (X2), Luas lahan berpengaruh terhadap
Luas lahan, Pelatihan & (X3), Pelatihan Variabel Dependen.
Teknologi Terhadap (X4), Teknologi Secara parsial Variabel
Pendapatan Petani Padi (X5), dan Modal, Jumlah hari kerja,
di Kecamatan Gambiran Pendapatan (Y). dan Pelatihan
Kabupaten Banyuwangi. berpengaruh signifikan
terhadap Pendapatan,
sedangkan Luas lahan dan
Teknologi tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Pendapatan.
6 Faoeza Hafiz Saragih, Harga Benih (X1), Dari penelitian ini bahwa
2016. Faktor-Faktor yang Pupuk Urea (X2), Variabel Harga Benih dan
Mempengaruhi Pupuk TSP (X3), Luas lahan berpengaruh
Pendapatan Rumah Pestisida (X4), nyata atau Signifikan
Tangga Tani Padi Di Tenaga kerja (X5), terhadap Pendapatan
27

Desa Sei Bulu Luas lahan (X6), Usaha Tani Padi.


Kecamatan Teluk dan Pendapatan Sedangkan Variabel
Mengkudu,kabupaten (Y). Pupuk Urea, TSP,
Deli Serdang. Pestisida dan Tenaga
kerja, Tidak berpengaruh
Signifikan terhadap
Pendapatan Usaha Tani
Padi.
7 Reka Listiani, agus Pestisida(X1), Variabel Pestisida dan
Setiyadi, dan Siswanto Pupuk(X2), Luas lahan berpengaruh
Imam Santoso, 2019. Bibit(X3), Tenaga nyata atau signifikan
Analisis Pendapatan kerja(X4), Luas terhadap
Usaha Tani Padi di lahan(X5), dan Pendapatan.Sedangkan
Kecamatan Mlonggo Pendapatan(Y). Variabel Pupuk, Bibit dan
Kabupaten Jepara. Tenaga kerja, tidak
berpengaruh terhadap
Pendapatan.
8 Putu Dika Arimbawa , Luas lahan(X1), Secara keseluruhan
Bagus Putu Widanta, Teknologi(X2), Variabel Luas lahan,
2017. Pelatihan(X3), Teknologi, dan Pelatihan,
Pengaruh Luas lahan, Produktivitas berpengaruh positif dan
Teknologi dan Pelatihan Petani (Y1) dan signifikan terhadap
Terhadap Pendapatan Pendapatan Produktivitas Petani dan
Petani Padi dengan petani(Y2). Pendapatan Petani.
Produktivitas sebagai
Variabel Intervening di
Kecamatan Mengwi.
9 Afrizal, Umaruddin Biaya Produksi Berdasarkan hasil
Usman, 2019. (X1), Luas penelitian bahwa secara
Faktor-faktor yang lahan(X2), Hasil simultan Variabel bebas,
Mepengaruhi Produksi(X3), dan berpengaruh signifikan
Peningkatan Pendapatan Pendapatan terhadap Pendapatan
Petani Padi. Petani(Y). Petani. Variabel Biaya
produksi dan Luas lahan,
secara parsial
berpengaruh signifikan
terhadap Pendapatan
Petani. Sedangkan
Variabel hasil Produksi,
secara parsial tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Pendapatan
Petani.
28

10 Joni Arman Damanik, Luas lahan(X1), Secara keselurahan bahwa


2014. Analisis Faktor- Tenaga kerja(X2), Variabel Luas lahan, dan
Faktor yang Biaya Biaya Produksi
Mempengaruhi Produksi(X3),dan berpengaruh positif dan
Pendapatan Pendapatan Pendapatan(Y). signifikan terhadap
Petani Padi Di Pendapatan petani.
Kecamatan Masaran Sedangkan Variabel
Kabupaten Sragen. Tenaga kerja berpengaruh
positif, tetapi tidak
signifikan terhadap
Pendapatan Petani.

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan uraian di atas, secara teori bahwa luas lahan,Harga,biaya produksi

dan Produksi akan mempengaruhi pendapatan petani padi di Desa Parumpanai

kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.

Pada kerangka konseptual di jelaskan bahwa tingkat pendapatan petani di

pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu luas lahan, harga jual,biaya produksi dan

hasil produksi.

Faktor luas lahan sebagai salah satu faktor produksi adalah tempat dimana

proses produksi berjalan dan dimana hasil-hasil produksi itu keluar. Pentingnya

faktor produksi tanah dilihat dari luas atau sempitnya lahan tanaman. Dimana luas

lahan tananaman akan mempengaruhi efisiensi atau tidaknya suatu usaha

pertanian. Karena semakin luas tanah yang di tanami maka semakin besar pula

produksi padi yang dihasilkan, begitupun semakin besar produksi yang dihasilkan

maka s emakin besar pula pendapatan yang di peroleh petani.


29

Luas lahan (X1)

Harga (X2)
Pendapatan Petani
Padi (Y)
Biaya produksi (X3)

Produksi (X4)
Gambar 2.3.1 kerangka konseptual.

2.4 Hipotesis

Hipotesis berdasarkan kerangka konseptual merupakan dugaan sementara

terhadap suatu persoalan yang dihadapi, yang masih akan di uji kebenarannya

lebih lanjut melalui analisis data yang relevan.

1. H1 : Diduga bahwa Luas lahan berpengaruh terhadap pendapatan petani.

2. H2: Diduga bahwa Harga berpengaruh terhadap pendapatan petani.

3. H3: Diduga bahwa Biaya Produksi berpengaruh terhadap pendapatan petani.

4. H4: Diduga bahwa Produksi berpengaruh terhadap pendapatan petani.


32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Dapat di simpulkan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

menggunakan angka dalam proses perhitungan dan menganalisis hasil penelitian

yang dilakukan dengan kajian pemikiran yang sifatnya ilmiah, apabila dilihat dari

jenis data dan metode analisis, maka dapat dikatakan penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif dengan metode analisis regresi linier berganda.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian kuantitatif,

direncanakan akan dilaksanakan di Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda

Kabupaten Luwu Timur.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten

Luwu Timur. Penelitian ini di laksanakan selama tiga bulan sampai dengan

selesai, alasan saya memilih Desa tersebut karena saya melihat adanya potensi

Desa yang menarik untuk di teliti.

3.3 Jenis dan Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua berdasarkan

pada pengelompokkannya yaitu :

3.3.1 Data Primer

Dilakukan secara langsung dilapangan dengan melakukan wawancara pihak

terkait dan observasi langsung mengenai pendapatan yang diperoleh petani padi di

Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.

32
33

3.3.2 Data Sekunder

Adalah data-data yang telah di olah dan diperoleh dari pemerintah setempat atau

pihak-pihak yang terkait, seperti data mengenai gambaran umum lokasi

penelitian, jumlah penduduk, jumlah petani padi yang ada di Desa Parumpanai

Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu cara untuk memperoleh bahan-bahan

keterangan atau kenyataan yang benar-benar mengungkapkan data-data yang

diperlukan dalam suatu penelitian baik untuk data yang pokok maupun data

penunjang. Menurut Arikunto (2006) adapun metode yang dilukakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.4.1 Observasi

Observasi adalah teknik yang digunakan sebagai pelengkap data dan untuk

melihat serta mencermati secara langsung tempat yang akan diteliti.

3.4.2 Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data atau variabel mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan,buku,prasasti,notulen rapat. Metode dokumentasi ini

digunakan untuk mengumpulkan data fisik dan kondisi wilayah di Desa

Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur, seperti luas

wilayah, jumlah penduduk, dan mata pencaharian penduduk.


34

3.4.3 Kuisioner

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk

di jawabnya. Metode ini dilakukan untuk mecari data tentang usaha tani padi di

Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah semua alat yang akan digunakan untuk

mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan,

mengelola, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif

dengan tujuan memecahkan persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi setiap

alat yang digunakan dalam penelitian disebut dengan instrumen penelitian,

(Statistika, 2012). Dalam penelitian ini ada beberapa jenis instrumen yang

digunakan sebagai berikut:

a) Teknis tes

b) Teknis non tes

Teknis Tes adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan

serentetan soal atau tugas serta alat lainnya kepada subjek yang diperlukan

datanya. Pengumpulan data dapat pula dilakukan dengan cara teknik nontes, yaitu

dengan tidak memberikan soal-soal atau tuugas-tugas kepada subjek yang

diperlukan datanya. Dalam teknik ini, data dari subjek yang dikumpulkan dengan

: wawancara, observasi, dan pencatatan dokumen.


35

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Operasionalisasi penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu :

1. Variabel Dependen (Y)

Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pendapatan petani di

Desa Parumpanai Kecamatan Wauponda Kabupaten Luwu Timur. Pendapatan

merupakan hasil pengurangan jumlah penerimaan dengan biaya tetap dan biaya

variabel yang dikeluarkan ketika melakukan produksi yang diukur dengan rata-

rata pendapatan dalam satuan rupiah (Rp).

2. Variabel Independen (X) yaitu :

a) Luas lahan (X1) yaitu tanah atau tempat yang menjadi media untuk menanam

padi di Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu timur,

lahan dihitung dengan satuan (are) perpanen.

b) Harga jual (X2) didefinisikan sebagai besarnya harga yang di bebankan oleh

penjual kepada pembeli di Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda

Kabupaten Luwu Timur,untuk manfaat memiliki atau menggunakan barang

yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

c) Biaya produksi (X3) adalah biaya yang di keluarkan dalam pengembnagan

usaha tani padi di Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu

Timur, yang dinyatakan dalam bentuk rupiah (Rp).

d) Produksi (X4) adalah jumlah output atau hasil panen padi dari lahan petani di

Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur, selama

satu kali musim yang di ukur dalam satuan kilogram (Kg).


36

3.7 Populasi dan Sampel

3.7.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi yang

di ambil oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu semua petani padi yang ada di

Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur. Adapun

jumlah petani padi di Desa Parumpanai yaitu berjumlah 102 petani.

3.7.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti, (Arikunto, 2006).

Dengan melihat waktu, tenaga, luas wilayah penelitian dan dana, sehingga penulis

dalam menentukan jumlah sampel dengan metode simple random sampling.

Metode simple random sampling adalah pengambilan sampel secara acak.

Penelitian ini menggunakan pengambilan metode random, dimana pengambilan

random adalah bahwa semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk di

ambil sebagai sampel dengan menggunakan rumus slovin sebagai taraf

signifikansi 5% atau dengan nilai 0,05 dengan rumus:

N
n=
1+Ne2

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e =error Tolerance

dengan demikian besarnya sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini

dapat di hitung sebagai berikut :


37

N
n=
1+Ne2
= 102
1+102x0,05x 0,05

= 102
1,255
= 81
Dengan demikian, jumlah sampel yang akan di gunakan dalam penelitian ini yaitu

sebanyak 81 petani padi yang di anggap sudah mewakili seluruh petani yaitu

sebanyak 102 petani padi.

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Persamaan Regresi Berganda adalah persamaan Regresi yang melibatkan dua

variabel atau lebih variabel dalam analisa. Tujuannya adalah untuk menghitung

parameter-parameter estimasi dan untuk melihat apakah variable bebas mampu

menjelasakan variabel terikat dan memiliki pengaruh. Variable yang akan di

estimasi adalah variabel terikat, sedangkan variabel-variabel yang mempengaruhi

adalah variabel bebas. Metode ini memperlihatkan hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat, digunakan untuk melihat pengaruh Luas lahan, harga,

Biaya produksi dan Produksi terhadap Pendapatan petani padi Di Desa

Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten luwu Timur. Memperoleh

gambaran secara umum mengenai hasil penelitian ini serta dalam rangka

pengujian Hipotesis sebagai jawaban sementara untuk pemecahan permasalahan

yang dikemukakan dapat dilihat melalui persamaan fungsi :

Y = f (X1, X2, X3, X4,)

Secara eksplisit dapat dinyatakan dalam fungsi Cobb-Douglas berikut:

37
38

Y = B0+B1X1+B2X2+B3X3+B4X4+ei

Untuk estimasi koefisien regresi, ditransformasi ke bentuk linier dengan

menggunakan logaritma natural (Ln) guna menghitung nilai elastisitas dari

masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat ke dalam model sehingga

di peroleh persamaan sebagai berikut:

Ln Y=LnB0+B1LnX1+B2LnX2+B3LnX3+B4LnX4+ei

Keterangan :

Ln = Logaritma Natural

Y = Pendapatan

X1 = Luas lahan

X2 = Harga

X3 = Biaya produksi

X4 = Produksi

B0 = Konstanta

B1 = Koefisien Regrhesi Luas lahan

B2 = Koefisien Regresi Harga

B3 = Koefisien Biaya produksi

B4 = Koefisien Produksi

ei = Error term

3.9 Uji Asumsi Klasik

3.9.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi , variabel

terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
39

3.9.2 Uji Multikolonieritas

Uji multikolinieritas merupakan suatu pengujian untuk mengetahui ada atau

tidaknya hubungan erat antara variabel bebas (independen) dengan melihat nilai

VIF, apabila nilai VIF<10, maka variabel tersebut bebas dari pengujian

multikolinieritas.

3.10 Analisis Pengujian Hipotesis

3.10.1 Uji t

Uji yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel atau

secara parsial variabel independen (luas lahan, harga, biaya produksi dan

produksi) terhadap variabel dependen (pendapatan). Proses pengujian dilakukan

dengan melihat pada nilai ttabel uji parsial dengan memperhatikan kolom

signifikansi dan nilai thitung dan membandingkan dengan taraf signifikansi α = 0,05

dan juga membandingkan nilai ttabel dengan thitung.

3.10.2 Uji f

Uji f statistik pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependennya. Kriteria pengujian adalah H0 ditolak atau Ha

diterima, jika nilai taraf signifikansi Fhitung < α = 0,05 juga dibuktikan dengan jika

nilai Fhitung >Ftabel. Jika nilai signifikansi Fhitung dibawah α = 0,05 dan jika Fhitung

>Ftabel maka variabel independen dalam penelitian ini secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Desa Parumpanai adalah bagian dari Wilayah Kecamatan Wasuponda yang

terletak di Kabupaten Luwu Timur, dengan luas wilayah adalah 54.078,52 Ha. Di

bagian utara Desa Parumpanai berbatasan dengan Kabupaten Morowali Utara,

bagian Selatan berbatasan dengan Desa Kawata, bagian Timur berbatasan dengan

Desa Matano Dan bagian Barat berbatasan dengan Desa Kasintuwu. Secara umum

Desa parumpanai tediri dari 8 Dusun yaitu Dusun Laroeha, Lampesue, Birono

jaya, Lahumpangi, Lahumpangi Barat, Koropansu, Rende-Rende dan Dandawasu.

Adapun luas wilayah dari setiap Dusun yang ada di Desa Parumpanai adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.1 Luas wilayah menurut Dusun yang ada di Desa Parumpanai
No Dusun Luas (Km2) Presentase (%)

1 Laroeha 39 16,9

2 Lampesue 28 12,1

3 Birono jaya 46 19,9

4 Lahumpangi 23 9,9

5 Lahumpangi Barat 16 6,9

6 Koropansu 21 9,1

7 Rende-rende 32 13,9

8 Dandawasu 26 11,3

Sumber:Data potensi Desa Parumpanai tahun 2019

40
41

Sampai saat ini sektor pertanian masih merupakan sektor yang menjadi sumber

pendapatan utama bagi penduduk yang ada di Desa Parumapanai di bandingkan

dengan sektor-sektor perekonomian lainnya. Jarak Desa Parumpanai dari Ibu kota

Kecamatan adalah 53 km2, sedangkan jarak dari ibu kota Kabupaten 22 km2.

4.1.2 Aspek Geografis

Desa Parumpanai adalah satu dari enam Desa di Kecamatan Wasuponda yang

terdapat di Kabupaten Luwu Timur, luas wilayah Desa Parumpanai sebesar

231,00 Km2.

Sebagian besar wilayah di Desa Parumpanai adalah lahan persawahan, yang

mayoritas merupakan sawah tadah hujan.

4.1.3 Aspek Demografi

Jumlah penduduk di Desa Parumpanai Tahun 2019 berjumlah 3.955jiwa, yang

terdiri laki-laki 2072 jiwa dan perempuan 1883 jiwa yang tersebar di delapan

dusun. Rasio jenis kelamin sekitar 110,04, jumlah penduduk tertinggi berada di

Dusun Birono jaya yakni 758 jiwa dan jumlah penduduk terendah berada di

Dusun Lahumpangi barat yakni 257 jiwa.

Jumlah penduduk yang besar tidak hanya bermodal pembangunan, akan tetapi

dapat juga menjadi beban, bahkan dapat menimbulkan berbagai permasalahan

seperti kebutuhan lapangan kerja, kebutuhan perumahan, pendidikan dan

sebagainya. Selain itu komposisi jumlah penduduk muda dengan usia produktif

yang tidak seimbang dapat menimbulkan berbagai permasalahan di suatu daerah.


42

4.1.4 Keadaan Penduduk

a) Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang diperoleh, penduduk dapat dikelompokkan menurut jenis

kelamin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 4.2 berikut:

Table 4.2 Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis kelamin 2019


Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Presentase (%)

Laki-laki 2072 52,4%


Perempuan 1883 47,6%
Jumlah 3955 100%
sumber:Data Geospasial Potensi Desa Parumpanai

Tabel 4.2 Dapat diliat jumlah penduduk di Desa Parumpanai mayoritas adalah

laki-laki. Hal menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di Desa Parumpanai

masih stabil. Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan tidak

terlalu besar. Perbandingannya sebesar 52,4 persen penduduk laki-laki, sedangkan

perempuan sebesar 47,6 persen penduduknya. Banyaknya jumlah penduduk laki-

laki akan menentukan peluang pendapatan yang akan di peroleh, karena laki-laki

dapat mengerjakan hamper semua jenis pekerjaan.

b) Keadaan Sarana dan Prasarana

Kemajuan perekonomian suatu daerah sangat berpengaruh dengan jumlah

sarana dan prasarana yang dimiliki daerah tersebut, baik itu sarana bangunan

ataupun saran perhubungan yang dapat menunjang kegiatan perekonomian disuatu

daerah. Apabila suatu daerah memiliki sarana dan prasarana yang lengkap dan

memadai serta di tunjangi juga oleh sumber daya alam yang berkualitas, maka

kegiatan yang dilakukan di daerah tersebut akan berjalan dengan lancar.

c) Sarana Pendidikan
43

Keberhasilan pembangunan suatu daerah sanagat di tentukan oleh kualitas

sumber daya manusianya. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan sumber daya manusia tersebut. Oleh karena itu peningkatan mutu

pendidikan harus terus di upayakan, dengan membuka kesempatan seluas-luasnya

kepada masyarakat untuk mngenyam pendidikan hingga pada peningkatan

kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Jumlah Sarana Pendidikan Tahun 2018

Jenis Sarana Jumlah (unit) Persentase (%)

Tk/Tpa 2 33,3
SD Negeri 2 33,3
Smp/Mts Negeri 1 16,7
Sma /Smk /Ma 1 16,7
Universitas - 0
Jumlah 6 100,00
Sumber: Desa Parumpanai dalam angka 2019
Tabel 4.3 pada jumlah sarana pendidikan yang ada di Desa Parumpanai

hanya memiliki enam sarana pendidikan, yaitu TK/TPA 2 dengan jumlah

persentase 33,3% sama dengan jumlah SD Negeri yaitu 2 persentase 33,3%,

dibandingkan dengan SMP/MTS Negeri dan SMA/SMK/MA masing-masing

hanya memiliki 1 dengan persentase 16,7%, serta belum memiliki Universitas.

Dengan demikian berdasarkan sarana pendidikan yang masih belum memadai

untuk memperoleh ilmu di Desa Parumpanai, maka para petani masih harus

melanjutkan pendidikan anak-anak mereka keluar daerah untuk menuntut ilmu

demi kehidupan mendatang.

d) Sarana Peribadatan
44

Tempat ibadah merupakan tempat yang digunakan oleh ummat beragama

untuk beribadah menurut ajaran agama atau keyakinan masing-masing

Tabel 4.4 Jumlah Tempat Peribadatan Desa Parumpanai 2018


Jumlah Tempat Ibadah Jumlah (unit) Persentase (%)

Masjid 8 45
Mushollah 1 5
Gereja 11 55
Jumlah 20 100
Sumber:Data Potensi Desa Parumpanai 2019

Mayoritas penduduk di Desa Parumpanai adalah beragama islam, namun jika

di lihat dari jumlah bangunan sarana peribadatan di dominasi oleh bangunan

gereja yaitu 11 unit dengan persentase 55%, sedangkan bangunan masjid hanya 8

unit atau 40% dan mushollah 1 unit persentase 5%. Namun demikian masyarakat

di Desa Parumpanai selalu menjaga dan menjalin erat rasa persaudaraan.

4.1.5 Keadaan Ekonomi

Jika dibandingkan dengan beberapa Desa yang ada di Kecamatan Wasuponda,

Desa Parumpanai adalah salah satu Desa yang memiliki masih tertinggal. Hal ini

dapat dilihat kurangnya kurangnya jumlah usaha mikro kecil dan menengah, baik

dari sektor pertanian,perdagangan, industri maupun aneka usaha lainnya.

4.1.6 Transportasi dan Komunikasi

Alat transportasi yang di gunakan oleh masyarakat di Desa Parumpanai adalah

jalur transportasi darat yakni kendaraan roda dua dan roda empat/lebih.

Berdasarkan hasil pendataan potensi Desa di Desa Parumpanai sebagian besar

masyarakatnya sudah menggunakan telepon sesuler, hal ini di dukung jaringan

telepon seluler. Selain itu, masyarakat juga dapat memperoleh informasi melalui
45

media televisi, selain siaran Televisi Republik Indonesia (TVRI) juga menyiarkan

Televisi swasta Nasional.

4.1.7 Analisis Deskripsi Responden

Analisis deskripsi adalah langkah awal yang dilakukan untuk mengetahui

bagaimana gambaran umum data yang dikumpulkan dari responden. Analisis

deskripsi responden dimaksudkan untuk melihat factor luas lahan,harga,produksi

dan biaya produksi responden.

1. Kelompok Umur

Tingkat kemampuan kerja dari manusia itu sangat bergantung pada tingkat

umur. Umur yang produktif dalam melakukan pekerjaan akan efektif

dibandingkan dengan umur yang belum atau sudah tidak produktif lagi. Adapun

distribusi responden yang berdasarkan tingkat umur dapat dilihat pada tabel 4.6

berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Umur Petani


Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

25-40 31 38,27
41-50 26 32,1
51-65 22 27,16
66 keatas 2 2,47
Jumlah 81 100
Sumber: Hasil olahan Data Primer Tahun 2020

Tabel 4.5 menunjukkan distribusi responden berdasarkan kelompok umur,

dan paling banyak yaitu petani yang berumur 25-40 tahun dengan persentase

38,27 persen. Dibandingkan dengan jumlah petani yang berusia 66 tahun keatas

yaitu dengan persentase 2,47 persen. Hal ini menunjukkan dalam penelitian,petani

yang menjadi responden kebanyakan yang berusia produktif, karena pada


46

dasarnya jenis pekerjaan sebagai petani adalah jenis pekerjaan yang dilakukan

berdasarkan ketururnan atau bisa dikatakan melanjutkan pekerjaan orang tua.

Karena usia produktif dalam melakukan suatu pekerjaan akan meningkatkan

produktivitas. Bukan hanya itu, penduduk yang berusia produktif dibandingkan

dengan usia nonproduktif dapat melakukan pekerjaan lebih memiliki tenaga dan

kekuatan dalam melakukan pekerjaan seperti bertani, karena usia nonproduktif

secara biologis memiliki kerentangan terhadap fisik dan tenaga yang dimiliki.

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu input proses produksi yang perlu dimiliki

oleh para petani, karena pendidikan dapat membuat petani memiliki kualitas yang

baik Sehingga mampu bekerja dengan produktif. Untuk lebih jelasnya tingkat

pendidikan dari petani di Desa Parumpanai dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai

berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani


Tingkat Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak sekolah/tidak tamat 13 16,1


Tamat SD 21 25,9
Tamat SMP 32 39,5
Tamat SMA 14 17,3
S1 1 1,2
Jumlah 81 100
Sumber: Responden Tahun 2020

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan tingkat

pendidikan petani bahwa paling banyak responden yang tamat SMP yaitu

sebanyak 32 orang dengan persentase 39,5 persen. Sedangkan jumlah petani yang

sarjana hanya berjumlah 1 orang, hal ini menunjukkan bahwa kesadaran


47

masyarakat akan pendidikan masih sangat rendah jika dilihat dari jumlah petani

yang tidak sekolah berjumlah 13 orang dengan persentase 16,1%. Maka jika

dilihat dari tingkat pendidikan bahwa petani padi di Desa Parumpanai belum

dapat memanfaatkan ilmu pendidikan mereka secara maksimal dalam peningkatan

produktivitas pertanian.

3. Jumlah Tanggungan

Tanggungan keluarga yang besar merupakan faktor dominan yang

mempengaruhi pengeluaran dari rumah tangga. Semakin besar jumlah tanggungan

dalam sebuah rumah tangga, maka pengeluaran yang akan dikeluarkan oleh

rumah tangga tersebut akan besar jumlah tanggungan.

Adapun distribusi responden berdsarkan jumlah anggota keluarga yang

ditanggung dalam satu keluarga dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota keluarga


Jumlah Tanggungan Frekuensi (n) Persentase (%)

1-3 orang 46 56,8


4-6 orang 32 39,5
7-8 orang 3 3,7
Jumlah 81 100
Sumber:Responden Tahun 2020

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa distribusi responden jumlah tanggungan

keluarga petani yang paling banyak adalah jumlah anggota 1 sampai 3 orang yaitu

sebanyak 46 orang dengan persentase 56,8 persen. Hal ini meunjukkan bahwa

jumlah tanggungan petani berada pada tingkat yang masih normal, sehingga

jumlah pengeluaran rumah tangga petani tidak terlalu mempengaruhi pendapatan

yang diperoleh petani untuk menghidupi keluarganya.


48

4.1.8 Deskripsi Variabel Penelitian

Deskripsi dari masing-masing variable di dalam penelitian yaitu melihat faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pendpatan petani diantaranya luas

lahan,harga, biaya produksi dan produksi. Adapun deskripsi penelitian yaitu:

1. Luas lahan (X1)

Distribusi responden berdasarkan luas lahan, tanah merupakan sumber daya

yang paling utama khususnya dalam produksi padi. Tanah merupakan salah satu

faktor produksi yang sangat penting dan sangat mendasar. Adapun luas lahan

yang digunakan petani padi di Desa Parumpanai dapat dilihat pada tabel 4.9

berikut:

Tabel 4.8 Luas Lahan Desa Parumpanai


Luas Lahan (Ha) Frekuensi(n) Persentase (%)

≤50 7 8,6
51-100 63 77,8
≥101 11 13,6
Jumlah 81 100
Sumber:Responden Tahun 2020

Berdasarkan tabel 4.8 distribusi responden berdasarkan luas lahan menunjukkan

jumlah tertinggi yaitu luas lahan 51 sampai 100 are dengan persentase 77,8 persen

dibandingkan dengan petani yang memiliki luas lahan ≤50 yaitu hanya berjumlah

7 orang,dengan persentase 8,6 persen. Hal ini meunjukkan bahwa rata-rata petani

menggunakan lahan yang luas dalam produksi padi, dengan luas lahan yang

dimiliki dapat memperoleh hasil produksi yang maksimal.


49

2. Harga (X2)

Distribusi responden berdasarkan harga gabah, di Desa Parumpanai petani

menjual gabahnya dengan harga yang di patok oleh pengumpul gabah.

Tabel 4.9 distribusi Responden Harga Jual Gabah Tahun 2020


Harga (Rp) Frekuensi (n) Persentase (%)

Rp 4000 55 67,9
Rp 4500 26 32,1
Jumlah 81 100
Sumber :Responden Tahun 2020

Perbedaan harga disebabkan Karena ada beberapa pengumpul gabah dengan

berbagai harga yang ditawarkan kepada petani sesuai dengan kualitas gabah setiap

petani. Pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa ada dua versi harga yang di tawarkan

oleh pengumpul gabah sesuai dengan kualitas gabah dari para petani. Harga gabah

tertinggi adalah Rp 4500,00 yaitu hanya sebanyak 26 orang petani dengan

persentase 32,1 persen, sedangkan harga gabah Rp 4000,00 yaitu sebanyak 55

orang dengan persentase 67,9 persen. Hal ini menunjukkan bahwa harga gabah

yang terendah masih mendominasi jumlah petani, disebabkan karena pengumpul

gabah membeli gabah sesuai dengan kualitas gabah yang dimiliki oleh petani.

Para petani akan merasakan kesejahteraan apabila produksi yang mereka dapatkan

meningkat dan harga jual meningkat. Karena ketika harga jual gabah melambung

naik maka akan memperoleh pendapatan yang tinggi, dengan jumlah produksi

yang dihasilkan.
50

3. Biaya Produksi (X3)

Distribusi responden berdasakan biaya produksi, biaya produksi petani

dihitung mulai dari biaya pupuk,pestisida dan biaya pengolahan lahan,dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Biaya Produksi Petani Tahun 2020
Biaya Produksi (Rp) Frekuensi (n) Persentase (%)

Rp 1.000.000-5.000.000 46 56,7
Rp 5.100.00-10.000.000 8 9,9
Rp 10.100.000-15.000.000 17 21
Rp 15.100.000-20.000.000 8 9,9
Rp 21.000.000 2 2,5
Jumlah 81 100
Sumber:Responden Tahun 2020

Tabel 4.10 menunjukkan distribusi responden berdasarkan biaya produksi

petani, biaya yang dimaksud adalah biaya pupuk, biaya pengolahan, biaya

pembibitan dan biaya tenaga kerja yang digunakan petani untuk meningkatkan

hasil produksinya. Dengan jumlah tertinggi yaitu Rp 1000.000 - 5.000.000 dengan

frekuensi 46 orang. Biaya yang mereka keluarkan itu dilihat dari luas

lahan,kepemilikan lahan, dan apakah pemilik lahan itu membajak sendiri lahan

pertaniannya.

4. Produksi (X4)

Distribusi responden berdasarkan produksi padi petani pada tabel berikut:

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Produksi Padi 2020


Produksi (kg) Frekuensi (n) Persentase (%)
1.000-5000 kg 16 19,8
5.100-10.000 kg 40 49,4
10.100-15.000 kg 21 25,9
15.100-30.000 kg 4 4,9
Jumlah 81 100
Sumber:Responden Tahun 2020
51

Tabel 4.11 menunjukkan distribusi responden berdasarkan hasil produksi dalam

satukali panen, dengan jumlah tertinggi yaitu 40 orang yang memproduksi

sebanyak 5.100 kg – 10.000 kg. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan

petani sudah lumayan baik karena pendapatan yang diperoleh petani rata-rata

berkisar 5.100 kg-10.000 kg, dan tingkat pendapatan yang rendah disebabkan

karena cuaca dan hama yang meyerang padi di sawah. Hasil produksi merupakan

hal yang paling di tunggu oleh para petani,sebab yang mereka harapkan adalah

peningkatan hasil produksi di setiap masa panen. Ketika hasil produksi itu

maksimal,maka pendapatan yang akan diperoleh petani juga akan maksimal atau

dengan kata lain petani akan memperoleh laba yang banyak.

5. Pendapatan Petani (Y)

Pendapatan petani dilihat dari berapa banyak hasil produksinya, sebab

kesejahteraan petani di lihat dari besarnya pendapatan yang di peroleh dalam satu

kali panen. Distribusi responden berdasarkan pendapatan petani, dapat dilihat

pada tabel 4.13 sebagai berikut:

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Petani (2020)


Pendapatan (Rp) Frekuensi (n) Persentase (%)

4.000.000-6.000.000 2 2,5
6.100.000-10.000.000 5 6,2
10.100.000-20.000.000 21 25,9
20.100.000-30.000.000 37 45,7
30.100.000-40.000.000 6 7,4
40.100.000-60.000.000 7 8,6
≥60.000.000 keatas 3 3,7
Jumlah 81 100
Sumber:Responden Tahun 2020
52

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan

pendapatan petani dalam satu kali masa panen yaitu jumlah petani tertinggi

dengan pendapatan Rp 20.100.000- Rp 30.000.000 frekuensi 37 orang persentase

45,7 persen dan frekuensi petani yang rendah adalah petani dengan pendapatan

Rp 4.000.000 – 6.000.000 yang hanya 2 orang petani saja,dengan persentase 2,5

persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan petani tergolong cukup

dalam kesejahteraan, sebab dengan pendapatan seperti sudah dapat menghidupi

keluarga yang mereka tanggung.

4.2 Hasil Uji Instrumen

4.2.1 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian linier regresi berganda terhadap hipotesis

penelitian, maka terlebih dahulu perlu dilakukan suatu pengujian untuk

mengetahui ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik yang

mendasari model regresi linier berganda. Asumsi-asumsi klasik dalam penelitian

ini meliputi uji normalitas dan uji multikolinieritas.

Untuk estimasi koefisien regresi, di transformasi ke bentuk linier dengan

menggunakan logaritma natural (Ln) guna untuk menghitung nilai elastisitas dari

masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

4.2.2 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi , variabel

terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.

Model regresi yang baik adalah memiliki data yang normal atau mendekati

normal. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikan pada tabel
53

Kolmogorov Smirnov Test. Apabila nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka

nilai residual terdistribusi normal.

Tabel 4.13 Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Predicted Value

N 81

a,b
Mean 25861.3580247
Normal Parameters
Std. Deviation 11721.05582885
Absolute .179
Most Extreme Differences Positive .179
Negative -.083
Kolmogorov-Smirnov Z 1.608
Asymp. Sig. (2-tailed) .21

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
sumber: Data Primer yang diolah, 2020

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai signifikan pada tabel

Kolmogorov-smirnov test yaitu 0,21 lebih besar dari 0,05 sehingga data residual

terdistribusi secara normal. Hal ini sejalan dengan teori Ghozali (2007)

menyatakan bahwa jika probabilitas Z statistik lebih besar dari 0,05, maka nilai

residual dalam suatu regresi berdistribusi secara normal.

4.2.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas merupakan suatu pengujian untuk mengetahui ada atau

tidaknya hubungan erat antara variabel bebas (independen) dengan melihat nilai

VIF, apabila nilai VIF<10, maka variabel tersebut bebas dari pengujian

multikolinieritas. Berdasarkan aturan variance inflation faktor (VIF) dan

tolerance, maka apabila VIF melebihi angka 10 atau tolerance kurang dari 0,10

maka dinyatakan terjadi gejala multikolinieritas.


54

Tabel 4.14 Uji Multikolinieritas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

(Constant)

luas lahan .14 7.198


1 Harga .895 1.117
biaya produksi .58 7.107
Produksi .13 6.401

Sumber:Data Primer yang di olah,2020


Berdasarkan tabel di atas, nilai VIF untuk masing-masing variabel bebas (luas

lahan, harga, biaya produksi dan produksi) nilai VIF kurang dari 10 dan nilai

tolerance lebih dari 0,10 maka dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas.

4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Penelitian ini menggunakan analisis regrsesi linier berganda, karena penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (luas lahan, harga,

biaya produksi dan produksi) terhadap variabel dependen (pendapatan). Hal itu

dapat di lihat pada persamaan regresi linier sebagai berikut:

Tabel 4.15 Regresi linier Berganda


a
Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) -4.409 .618 -7.139 .000

luas lahan 3.343 2.174 .114 3.904 .000

1 Harga 1.785 .075 .124 9.644 .000

biaya produksi -.927 .115 .408 -8.092 .000

Produksi 3.595 .296 1.294 12.149 .000


a. Dependent Variable: pendapatan
Sumber: Output SPSS (Data Primer yang diolah, 2020)
55

Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Y = -4.409α + 33.254,X1 + 6.233,X2 + 0.927,X3 + 3.595,X4

a) Nilai Konstanta (α)

Nilai konstanta sebesar -4.409 berarti jika luas lahan, harga, biaya produksi

dan produksi nilainya 0 atau konstan maka pendapatan petani nilainya berkurang

sebesar 4.409 persen.

b) Luas lahan (X1)

Nilai koefisien regresi luas lahan sebesar 3.343, artinya jika luas lahan

mengalami kenaikan satu persen, maka pendapatan petani padi akan mengalami

peningkatan sebesar 3,343 persen. Arah hubungan anatara luas lahan dengan

pendapatan adalah searah (+), dimana penambahan luas lahan akan

mengakibatkan kenaikan pendapatan petani padi.

c) Harga (X2)

Nilai koefisien regresi harga sebesar 1.785 menyatakan bahwa setiap

kenaikan satu persen harga jual, maka akan menyebabkan peningkatan

pendapatan petani padi sebesar 1,785 persen. Arah hubungan antara harga dengan

pendapatan adalah searah (+), dimana naiknya harga jual gabah akan

mengakibatkan kenaikan pendapatan petani padi. Semakin tinggi harga jual

gabah, maka semakin meningkat pula pendapatan petani.

d) Biaya Produksi (X3)

Nilai koefisien regresi biaya produksi sebesar -0.927, menyatakan bahwa

setiap penambahan satu persen biaya produksi maka akan mengakibatkan

turunnya pendapatan petani padi sebesar 0.927 persen. Arah hubungan antara
56

biaya produksi dengan pendapatan petani padi adalah tidak searah (-), dimana

kenaikan biaya produksi akan mengakibatkan penurunan pendapatan petani padi.

e) Produksi (X4)

Nilai koefisien regresi hasil produksi sebesar 3.595, meyatakan bahwa setiap

penambahan satu persen hasil produksi, akan menyebabkan peningkatan

pendapatan petani padi sebesar 3.595 persen. Arah hubungan antara hasil produksi

dengan pendapatan petani padi adalah searah (+) , dimana kenaikan hasil produksi

akan mengakibatkan kenaikan pendapatan petani padi. Semakin besar hasil

produksi akan meningkatkan pendapatan petani padi pada setiap masa panen.

Dengan pengambilan keputusan dalam uji regresi linier berdasarkan tabel di atas

di peroleh nilai signifikan variabel independen sebesar 0,000 < 0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel independen (luas lahan, harga, biaya produksi

dan produksi) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (pendapatan).

4.2.3 Uji Hipotesis

a. Koefisien korelasi dan determinasi

Uji koefisien ini pada intinya untuk mengukur berapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai koefisien determinan

yang mendekati satu variabel-variabel independennya menjelaskan hampir semua

informasi yang di butuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Hasil

perhitungan koefisien determinasi penelitian ini dapat terlihat pada tabel berikut:
57

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R square)


Model Sumarry
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

a
1 .898 .895 .852 .02830
a.Predictors:(constant), produksi, luas lahan, harga, biaya produksi
b.Dependent Variable: pendapatan
Sumber: Output SPSS 24 (Data Primer di olah, 2020)

Berdasarkan hasil output SPSS bahwa hasil dari perhitungan di peroleh nilai

koefisien determinasi (R square) sebesar 0,895 dengan kata lain hal ini

menunjukkan bahwa besar persentase variasi pendapatan petani padi yang bisa di

jelaskan oleh variasi dari ke empat variabel bebas yaitu luas lahan, harga, biaya

produksi, dan produksi sebesar 89,5 persen sedangkan sisanya sebesar 10,5 persen

di pengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak di bahas dalam penelitian ini.

b. Uji t

Uji yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel atau

secara parsial variabel independen (luas lahan, harga, biaya produksi dan

produksi) terhadap variabel dependen (pendapatan). Proses pengujian dilakukan

dengan melihat pada nilai ttabel uji parsial dengan memperhatikan kolom

signifikansi dan nilai thitung dan membandingkan dengan taraf signifikansi α = 0,05

dan juga membandingkan nilai ttabel dengan thitung. Adapun dasar pengambilan

keputusan yaitu:

1. Jika nilai signifikansi < 0,05 dan thitung > ttabel, maka H0 ditolak Ha diterima.

2. Jika nilai signifikansi > 0,05 dan thitung < ttabel, maka H0 diterima Ha ditolak.

Sementara hasil perhitungan uji t ditunjukkan pada tabel 4.17 berikut :


58

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Uji t (secara parsial)


Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized
Model Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -4.409 .618 -7.139 .000
luas lahan 3.343 2.174 .114 3.904 .000
1 Harga 1.785 .075 .124 9.644 .000
biaya produksi -.927 .115 .408 -8.092 .000
Produksi 3.595 .296 1.294 12.149 .000
a.Dependent Variable: pendapatan
Sumber:Output SPSS 24 (Data Primer, 2020)

Tabel 4.17 menunjukkan pengaruh secara parsial variabel luas lahan, harga,

biaya produksi, dan produksi terhadap pendapatan petani padi dapat di lihat dari

tingkat signifikansi diman variabel tersebut memiliki tingkat signifikan <0.05.

dari hasil tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa variabel independen terhadap

variabel dependen berpengaruh secara parsial.

c. Uji F

Uji F statistik pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependennya. Kriteria pengujian adalah H0 ditolak atau Ha

diterima, jika nilai taraf signifikansi Fhitung < α = 0,05 juga dibuktikan dengan jika

nilai Fhitung >Ftabel. Jika nilai signifikansi Fhitung dibawah α = 0,05 dan jika Fhitung

>Ftabel maka variabel independen dalam penelitian ini secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil perhitungan Uji F ini

dapat dilihat pada tabel 4.18 sebagai berikut:


59

Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Uji F (secara simultan)


a
ANOVA
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
b
Regression 26.574 4 6.644 8295.242 .001
1 Residual .097 76 .002
Total 26.671 80

a. Dependent Variable: pendapatan


b. Predictors: (Constant), produksi,harga, biaya produksi, luas lahan

Sumber:output SPSS 24 (Data Primer di olah,2020)

Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.18 diatas menunjukkan bahwa:

Pengaruh variabel luas lahan (X1), harga (X2), biaya produksi (X3) dan produksi

(X4) terhadap pendapatan petani padi (Y) , dengan signifikansi sebesar 0,001 lebih

kecil dari α=0,05 yang digunakan dalam penelitian ini yaitu (0,001<0,05) hal ini

menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu (luas lahan, harga, biaya produksi dan

produksi) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat

(pendapatan).

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengaruh Luas Lahan Terhadap Pendapatan Petani

Berdasarkan Tabel 4.8, luas lahan berpengaruh signifikan dan berhubungan positif

terhadap pendapatan petani. Berdasarkan penelitian bahwa luas lahan yang

digunakan oleh petani padi di Desa Parumpanai adalah luas lahan dengan jumlah

tertinggi yaitu luas lahan 51-100 are sebanyak 63 petani dengan persentase 77,8

persen dan luas yang terendah yaitu ≤ 50 are sebanyak 7 petani dengan persentase

8,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani menggunakan lahan yang

sudah cukup luas dalam memproduksi padi. Dengan luas lahan yang dimiliki

dapat memproduksi hasil produksi yang maksimal. Nilai koefisien luas lahan
60

sebesar 3.343 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 persen luas lahan maka

akan meyebabkan peningkatan pendapatan petani padi sebesar 3,343 persen. Arah

hubungan antara luas lahan dengan pendapatan adalah searah (+), dimana

penambahan luas lahan akan mengakibatkan kenaikan pendapatan petani padi.

Semakin luas lahan sawah maka akan semakin banyak hasil produksi, dan

semakin banyak produksi yang dihasilkan akan semakin meningkat juga

pendapatan petani.

Penelitian ini mendukung teori A.T Mosher dalam (Soekartawi,2002) yang

menyatakan bahwa lahan merupakan pabriknya produksi pertanian, besar kecilnya

luas lahan sangat berpengaruh terhadap produksi pertanian dan pendapatan petani.

Luas lahan memiliki sifat yang tidak sama dengan faktor produksi lain yaitu luas

relatif tetap dan permintaan akan lahan semakin meningkat shingga bersifat

langka. Lahan pertanian merupakan penentu dari komoditas pertanian, secara

umum dikatakan bahwa semakin luas lahan yang di tanami maka akan semakin

besar jumlah produksi yang akan dihasilkan oleh lahan tersebut.

Hal tersebut mendukung penelitian Nasution (2008) dengan judul “Pengaruh

Modal kerja,Luas lahan dan Tenaga kerja Terhadap Pendapatan Usaha Tani”

menyatakan bahwa semakin luas lahan yang diusahakan petani maka jumlah

produksi pun akan meningkat yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan

petani. Hal ini sejalan dengan penelitian Ani Kasutri (2012) dengan judul

“Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi padi di Kabupaten Wajo”

yang menyatakan bahwa jumlah luas lahan sangat berpengaruh dan signifikan

terhadap produksi padi di Kabupaten Wajo, luas lahan yang memadai dan
61

didukung dengan tingkat kesuburan tanah yang baik, maka akan meningkatkan

produksi padi yang akan dihasilkan, dan ketika produksi meningkat maka

pendapatan yang akan di hasilkan akan meningkat juga.

4.3.2 Pengaruh Harga Terhadap Pendapatan Petani

Berdasarkan Tabel 4.9, harga berpengaruh signifikan terhadap perubahan

peningkatan pendapatan petani padi. Sehingga untuk mendapatkan penambahan

hasil, pendapatan yang besar harus di ikuti dengan harga gabah dalam penjualan

dan pemasaran, kenaikan harga gabah akan mengurangi biaya ongkos yang akan

dikeluarkan oleh petani selama proses produksi, sehingga akan mampu

meningkatkan pendapatan yang diperoleh. Nilai koefisien harga sebesar 1.785

menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 persen harga maka akan menyebabkan

peningkatan pendapatan petani padi sebesar 1,785 persen. Arah hubungan antara

harga dengan pendapatan petani padi adalah searah (+), dimana naiknya harga

gabah akan mengakibatkan peningkatan pendapatan petani padi. Maka semakin

tinggi harga gabah akan meningkatkan pendapatan petani padi.

Penelitian ini mendukung teori Cobweb dalam Mubyarto (1989:162) yang

menyatakan bahwa petani sangat responsif terhadap perubahan harga komoditi

pertanian, pada waktu harga tinggi petani menambah komoditi produksi pertanian

mereka dan sebaliknya pada waktu harga rendah petani berusaha menurunkan

produksi. Hal ini berarti jika harga jual gabah meningkat di pasaran, maka petani

akan berusaha meningkatkan jumlah peoduksinya, yang dapat dilakukan dengan

berbagai cara di antaranya meningkatkan atau memaksimalkan penggunaan input-

input produksi dan melakukan perawatan tanaman padi sawah dengan baik lagi.
62

Hal tersebut mendukung penelitian A.Husni Malian dkk. Koefisien dari

variabel harga yang diterima petani dari hasil regresi logistik adalah positif,

artinya jika harga semakin tinggi akan mengakibatkan peluang petani menjual

gabah ke LUEP semakin besar. Dan penelitian Markati (2012) dengan

judul”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani padi sawah

di Kabupaten Serdang” menyatakan bahwa harga jual sangat berpengaruh

signifikan yang ditunjukkan oleh nilai probability kedua variabel tersebut adalah

0,000, nilai ini lebih kecil dari α = 0,01.

4.3.3 Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Pendapatan Petani

Tabel 4.10 menunjukkan distribusi responden berdasarkan biaya produksi petani,

biaya yang dimaksud adalah biaya pupuk dan biaya pengolahan lahan,biaya

pembibitan dan biaya tenaga kerja yang digunakan petani untuk meningkatkan

hasil produksinya. Dengan nilai tertinggi yaitu Rp.1.000.000 sampai Rp.5.000.000

dengan frekuensi 46 orang. Biaya yang mereka keluarkan itu dilihat dari luas

lahan,kepemilikan lahan dan apakah pemilik lahan itu membajak sendiri lahan

pertaniannya.

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa biaya produksi berpengaruh signifikan

terhadap perubahan pendapatan petani padi. Sehingga untuk mendapatkan

penambahan pendapatan yang besar harus diikuti dengan biaya produksi dalam

melakukan produksi. Nilai koefisien regresi hasil produksi sebesar -0,927

menyatakan bahwa setiap penambahan 1 persen biaya produksi, maka akan

menyebabkan pendapatan petani padi turun sebesar 0,927 persen. Arah hubungan
63

antara biaya produksi dengan pendapatan petani padi tidak searah (-), dimana

kenaikan biaya produksi akan mengakibatkan penurunan pendapatan petani padi.

Penelitian tersebut mendukung teori Daniel,Muchtar (2002), bahwa biaya

produksi di nyatakan sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-

faktor produksi atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses

produksi baik secara tunai maupun tidak tunai untuk mengembangkan produksi

padi. Daniel menyatakan dalam usaha tani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya

tunai atau biaya yang dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak di

bayarkan. Adapun biaya yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk

membayarkan tenaga kerja luar keluarga, biaya untnuk pembelian input produksi

seperti bibit, pupuk, obat-obatan, kadang juga untuk biaya iuran pemakaian air,

irigasi dan lain-lain.

Hal tersebut juga mendukung penelitian Mulyati (2014) dengan judul

“Analisis Produksi dan Pendapatan Usaha Tani Padi sawah Desa Jono Oge

Kecamatan Sigi Biromaro Kabupaten Sigi”. Menyatakan bahwa biaya produksi

berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani padi (0,02<0,05). Biaya

produksi merupakan korbanan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk setiap

kali produksi, setiap kegiatan usaha tani tidak pernah terlepas dari biaya variabel

dan biaya tetap untuk mengelolah usaha taninya agar memperoleh hasil yang di

harapkan.

4.3.4 Pengaruh Produksi Terhadap Pendapatan Petani

Tabel 4.11 menunjukkan distribusi responden berdasarkan hasil produksi dalam

satu kali panen, dengan frekuensi tertinggi sebanyak 40 orang yang memproduksi
64

5.100 kg sampai 10.000 kg. Hal ini menunjukkan tingkat kesejahteraan petani

cukup baik dengan pendapatan yang diperoleh petani rata-rata berkisar sekitar

5.100 kg sampai 10.000 kg, dan tingkat yang rendah disebabkan karena cuaca dan

hama yang menyerang padi disawah. Hasil produksi merupakan hal yang paling

ditunggu oleh petani, yang mereka harapkan adalah peningkatan hasil produksi

disetiap masa panen.

Tabel 4.11 menunjukkan hasil produksi berpengaruh signifikan terhadap

peningkatan petani padi di Desa Parumpnai Kecamatan Wasuponda Kabupaten

Luwu Timur. Hasil produksi dengan frekuensi tertinggi adalah 40 orang, dengan

persentase 49,4 persen. Sedangkan hasil produksi terendah yaitu 15.100 kg

sampai 30.000 kg dengan frekuensi 4 orang persentase 4,9 persen.

Nilai koefisien regresi hasil produksi sebesar 3,595 menyatakan bahwa setiap

penambahan 1 persen hasil produksi, maka akan menyebabkan kenaikan

pendapatan petani padi sebesar 3,595 persen, arah hubungan antara produksi

dengan pendapatan petani padi adalah searah (+) dimana kenaikan hasil produksi

akan mengakibatkan kenaikan pendapatan petani padi. Semakin besar hasil

produksi, maka pendapatan akan mengalami peningkatan setiap masa panen.

Penelitian ini mendukung teori Mankiw (2006) menyatakan bahwa produksi

dalam arti luas adalah kegiatan menciptakan nilai, sedangkan dalam arti sempit

adalah kegiatan produksi menghasilkan suatu komoditi tertentu dengan

menggunakan faktor-faktor produksi, yang di maksud dengan faktor-faktor

produksi adalah input yang di masukkan kedalam proses-proses produksi. Hal

tersebut mendukung Penelitian Adtya Purnomo dan Muhammad fathorrazi (2002)


65

dengan judul “Pengaruh Biaya produksi, Hasil produksi, Luas lahan terhadap

peningkatan Pendapatan Petani padi di Desa Pronojiwo Kecamatan Pronojiwo

Kabupaten Lumajang” menyatakan bahwa hasil produksi berpengaruh signifikan

terhadap pendapatan petani, dengan menggunakan tingkat signifikan 5 persen

dapat diketahui hasil signifikan dan bbertanda positif terhadap pendpatan petani.

Hasil positif menunjukkan bila hasil bertambah 1 persen, maka pendapatan petani

akan bertambah 0,106 persen. Dan penelitian Rolas Sinaga (2016) berjudul

“Pengenalan Sarana Produksi Pertanian” menyatakan bahwa produksi padi adalah

hasil output atau hasil panen dari lahan petani selama satu kali musim yang diukur

dalam satuan kilogram (kg). Kemudian produktifitas adalah kemampuan suatu

faktor produksi seperti luas tanah, untuk memperoleh hasil produksi per-

hektarnya. Produksi dan produktivitas ditentukan dari banyaknya faktor seperti

kesuburan tanah, bibit yang ditanam, penggunaan pupuk yang memadai baik jenis

ataupun dosisnya, tersedianya air dalam jumlah yang cukup, teknik bercocok

tanam yang tepat dan pengggunaan alat-alat produksi pertanian yang memadai

dan tersedianya tenaga kerja.


BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan, pengaruh luas lahan, harga,

biaya produksi dan produksi terhadap pendapatan petani padi dengan

membagikan kuisioner kepada responden di Desa Parumpanai , maka diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel luas lahan berpengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap

tingkat pendapatan petani padi di Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda

Kabupaten Luwu Timur.

2. Variabel harga berpengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap

tingkat pendapatan petani padi di Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda

Kabupaten Luwu Timur.

3. Variabel biaya produksi berpengaruh signifikan, tetapi berhubungan negatif

terhadap tingkat pendapatan petani padi di Desa Parumpanai Kecamatan

Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.

4. Variabel produksi berpengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap

tingkat pendapatan petani padi di Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda

Kabupaten luwu Timur.

5. Variabel luas lahan (X1), harga (X2), biaya produksi (X3) dan produksi (X4),

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan petani

padi di Desa Parumpanai Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur.

66
67

5.2 Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah di ambil, maka saran yang dapat diberikan

berdasarkan hasil penelitian adalah:

1. Untuk meningkatkan produksi petani padi, diharapkan kepada pihak terkait

untuk memberikan bantuan dalam bentuuk tambahan modal dan bibit kepada

petani, karena sangat berperan penting dalam peningkatan produksi pertanian.

2. Untuk meningkatkan produksi bagi petani, dari pihak pemerintah ataupun

swasta harus mengarahkan petani dalam hal pemasaran hasil panen yang

diperoleh serta cara penggunaan teknologi dibidang produksi, baik itu secara

kualitas maupun kuantitasnya. Sehingga hasil produksi yang diperoleh petani

dapat meningkat dalam setiap satu kali panen.

3. Pemerintah Desa Parumpanai dan Dinas pertanian dapat memberikan

pembinaan dan pengembangan kemampuan petani, dan diharapkan kepada

pemerintah dalam menerapkan kebijakan harus sesuai dengan kebutuhan

masyarakat, khususnya kebijakan yang pro terhadap masyarakat yang mata

pencahariannya bertani dan untuk pemberdayaan para petani.

4. Untuk pemerintah, agar memberikan arahan kepada para petani agar dapat

melakukan penanaman secara bersamaan untuk mengurangi resiko hama.

5. Bagi masyarakat petani untuk meningkatkan pendapatan yang cukup dalam

memenuhi kebutuhan hidup, sebaiknya membentuk kelompok tani ataupun

koperasi yang dapat membantu dalam hal memperoleh pinjaman modal,

membantu pemasaran hasil produksinya dan tukar ilmu serta informasi antar

petani, agar petani dapat lebih mandiri.


68

6. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan peelitian yang

saya lakukan, agar dapat melihat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi

tingkat pendapatan petani.

Anda mungkin juga menyukai