SKRIPSI
OLEH :
MUKHTAR
NIM. 08C10404063
i
ABSTRAK
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Mukhtar
Nim : 08C10404063
Fakultas : Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Menyetujui,
Diketahui,
iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Nama : Mukhtar
Nim : 08C10404063
Fakultas : Pertanian
Program Studi : Agribisnis
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mukhtar
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal Lahir : Cot Punti, 01 September 1987
Agama : Islam
Alamat : Desa Lhok Mesjid Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya
Pendidikan Formal
1. SD : SD Negeri Blang Ara (1995 – 2000)
2. SLTP : SLTP Negeri 4 Seunagan (2000 -2003)
3. MAN : MAN Negeri 1 Jeuram (2003 -2006)
4. Perguruan Tinggi : Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
Pengalaman Organisasi
1. Anggotan Pramukan MAN Negeri 1 Jeuram (2005)
2. Pengurus BEM Fakultas Pertanian (2010)
3. Pengurus PEMA Universitas Teuku Umar (2011)
Karya Tulis
v
KATA PENGANTAR
di Desa Cot Mue Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya”. Selawat dan
salam tidak lupa penulis persembahkan kepada Nabi Besar Muhammad S.A.W.
serta keluarga dan sahabat beliau, yang telah banyak mengorbankan tenaga dan
Kepada kedua orang tua yang telah sangat berjasa dalam menyelesaikan
penulisan ini, dimana dan karena tenaga dan Do’anyalah penulis berhasil
menyelesaikan ini.
Penulis menyadari penulisan dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, dan dari itu tidak terlepas dari bantuan serta dorongan dari
kepada:
1. Bapak Ir. Rusdi Faizin. M.Si Selaku Pembimbing Pertama, dan Bapak Dahnil
waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan serta memberikan saran
2. Bapak Diswandi Nurba, S.TP, selaku penguji Pertama, dan ibu Jelliani, SP
vi
3. Bapak Yoga Nugroho, SP, MM Selaku Ketua Jurusan SEP yang telah banyak
4. Kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian penulisan
ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya. Moril maupun
dan karuni-Nya. Akhirnya kepada Allah SWT jualah hamba berserah diri,
Dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga segala amal dan
bantuan mereka mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT Amin.......
Penulis
Mukhtar
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
LEMBARAN PENGESAHAN.................................................................... iii
LEMBARAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................. vi
DAFTAR ISI................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
1.5. Hipotesis .......................................................................................... 4
viii
4.3. Sejarah pembangunan perkebunanKelapa Sawit Desa Cot Mue ..... 22
4.4. Pelaksaan usaha Tani perkebunan kelapa Sawir Desa Cot Mue..... 25
4.5. Budidaya Kelapa Sawit.................................................................... 30
4.6. Analisis Pendapatan dan Keuntungan Usaha Tani Kelapa Sawit .... 40
ix
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian............................ ......... 5
x
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Kusioner............................ ...................................................................... 46
xi
1
I. PENDAHULUAN
perekonomian Indonesia, peran tersebut antara lain adalah (1) sektor pertanian
masih menyumbang dari Produk Domestik Bruto (PDB), sangat kecil. (2) sektor
pertanian masih mampu menyediakan angkatan kerja yang ada, dan bahkan di
mendukung sektor industri, baik industri hulu maupun hilir dan (5) ekspor hasil
yang lainnya, namun dari segi sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB), yang sangat kecil. Salah satu sub sektor pertanian adalah perkebunan,
ada dua jenis dalam pengusahaan perkebunan yang salah satunya adalah
diusahakan di lahan relatif sempit dengan cara tradisional, produktivitas dan mutu
1
2
goreng, sehingga pasokan yang kontinu ikut menjaga kestabilan harga minyak
goreng. Ini penting, sebab minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan
seluruh lapisan masyarakat. Kedua, sebagai salah satu komoditas pertanian dalam
ekspor non migas, komoditas ini memiliki prospek yang baik sebagai sumber
jumlah produksi dan kualitas buah yang tinggi. Untuk itu diperlukan pengadaan
modal bagi petani untuk membuka lahan dan membeli bibit kelapa sawit yang
tanpa ada tenaga kerja maka perkebunan kelapa sawit tidak akan berjalan dengan
baik, baik tenaga kerja dari keluarga petani sendiri maupun dari luar.
pengembanganya, yakni Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR), Pola Unit Pelayanan
dan Pengembangan (UPP), dan terakhir adalah pola swadaya. Namun secara
Inti Rakyat. Petani swadaya adalah petani yang membangun dan mengelola
dimilikinya dibangun di atas tanah milik sendiri atau tanah milik komunitas/
ulayat. Dalam hal penentuan luas, didasarkan pada kebutuhan ekonomi rumah
perkebunan sawit rakyat ini telah mampu membangun perkebunan di lahan yang
cukup luas, meskipun rata-rata masih dibawah 4 hektar. Namun sebagian besar di
atas 4 hektar (Petani Kelapa Sawit, 2013) Oleh sebab itu peneliti tertarik
adalah:
Sedangkan secara umum tujuan dari penelitian untuk skripsi ini adalah:
Raya.
4
diharapkan adalah:
1. Bagi petani, penelitian ini dapat memberikan masukan atau informasi yang
pengembangan usahanya.
1.5. Hipotesis
sebagai berikut :
secara ekonomi.
5
Adapun data penduduk Cot Mue berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada
Dari tabel 1 diatas terlihat bahwa penduduk Desa Cot Mue adalah 245
orang sebagian besar merupakan ibu rumah tangga sebanyak 106 jiwa, sebagian
besar lagi petani berjumlah 79 jiwa, angka terendah pekerjaan di bidang sopir
yaitu hanya satu orang, namun semuanya itu tidak terlepas dari kegiatan produktif
Tanaman Kelapa Sawit (Alaisis guinensis jacq) berasal dari Negara Afrika
Barat. Tanaman ini dapat tumbuh subur di Indonesia, Malaysia, Thailand, Dan
Papua Nugini. Kelapa Sawit merupakan tanaman yang sangat Penting bagi
Belanda di Indonesia. Ada 4 batang kelapa sawit yang ditanam pertama kali di
Kebun Raya Bogor. Tanaman ini mulai diusahakan dan dibudidayakan secara
komersial pada tahun 1911-1912. orang yang pertama kali merintis usaha
berkebangsaan Belgia yang mana telah belajar banyak tentang perkebunan kelapa
14.164.439 ha atau 21,5% jika dibandingkan pada tahun 1990 yang hanya
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik
faktor dari luar maupun dari tanaman itu sendiri. Faktor itu sendiri pada dasarnya
Dalam menunjang pertumbuhan dan proses produksi kelapa sawit, faktor tersebut
saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain dalam hal peningkatan produksi yang
biaya yang cukup agar dapat berjalan dengan baik. (Fauzi, dkk, 2005).
pada anggaran produksi yang penting yang dikeluarkan untuk biaya operasional dan
dibutuhkan selama usaha itu masih berlangsung. Lancar atau tidaknya suatu usaha
bergantung kepada biaya yang dikeluarkan, biaya produksi sebagai penunjang segala
aktivitas yang ada karena menyangkut dengan produktivitas tanaman dan keuntungan
bagi petani. selain itu biaya yang diusahakan juga harus diperhitungkan, karena biaya
yang dikeluarkan juga akan mempengaruhi pendapatan yang akan diterima dalam
tanaman. Baik buruknya pemeliharaan tanaman akan tercermin dari tingkat produksi
produksi antara lain tahun tanam (menyangkut umur dan komposisi tanaman), luas
areal yang dipanen, jumlah pokok dalam satu hektar (populasi pokok), jenis tanah,
dan pola panen secara umum produksi kelapa sawit mempunyai tiga pola panen yaitu
Petani pemilik tanah akan sangat tertarik tentang keuntungan tunai. Demikian
juga petani yang akan mendapatkan porsi kecil dari hasil usahanya, tentunya
keuntungan atau penerimaannya akan selalu lebih besar dari biaya tunai yang mereka
keluarkan. Di pihak lain pemerintah akan lebih tertarik terhadap total biaya termasuk
8
pengeluaran tenaga kerja keluarga, sekaligus menghitung investasi nasional yang telah
memanfaatkan atau mengefisiensikan sumberdaya yang ada (SDM dan SDA) untuk
dikelola sehingga mampu memberikan kontribusinya yaitu hasil produksi TBS yang
optimal. Upaya penghematan biaya produksi dengan terus memantau harga TBS
ketingkat yang lebih wajar demi kelangsungan usaha misalkan harga yang rendah dan
biaya produksi yang terus meningkat bisa berdampak menyebabkan kerugian bagi
Agar mencapai target, pemanen sering dibantu oleh tenaga kerja keluarga yaitu istri
dan anak. Berdasarkan keterangan diatas biaya panen akan menjadi lebih rendah
adalah memperbaiki lingkungan, pengelolaan air, dan kesuburan tanah. Selain itu,
pemuliaan tanaman juga dilakukan untuk mendapatkan hasil panen yang baik. Untuk
lingkungan yang cocok (favorable condition), potensi produksi tanaman kelapa sawit
akan baik. Upaya yang dilakukan oleh manajemen meliputi manajemen persiapan
pemeliharaan TM dan biaya panen merupakan komponen biaya produksi dan dicatat
pada perkiraan rugi laba. Agar mendapatkan produksi yang baik dengan rendemen
yang tinggi, pemanen kelapa sawit harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa
hal seperti kematangan TBS, cara dan alat panen, serta rotasi panen (Pardamean,
2008)
mencakup sistem kerja untuk meraih apa yang diinginkan sehingga berdampak pada
perkebunan kelapa sawit sesuai dengan kegiatan yang ada adalah anggaran produksi
TBS. Anggaran biaya ini didukung oleh anggaran bahan seperti anggaran pemupukan,
10
anggaran tenaga kerja, anggaran biaya panen dan anggaran transportasi (Suratiyah,
2008).
Biaya produksi merupakan bagian dari pada anggaran produksi yang penting
yang dikeluarkan untuk biaya operasional dan dibutuhkan selama usaha itu masih
berlangsung. Lancar atau tidaknya suatu usaha bergantung kepada biaya yang
dikeluarkan, biaya produksi sebagai penunjang segala aktivitas yang ada karena
menyangkut dengan produktivitas tanaman dan keuntungan bagi petani. selain itu
biaya yang diusahakan juga harus diperhitungkan, karena biaya yang dikeluarkan juga
akan mempengaruhi pendapatan yang akan diterima dalam menjalankan suatu usaha
(Hernanto, 1991).
diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah cukup bukan saja terlihat dari
tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu juga
jenis kelamin (HKSP dan HKSW), kualitas tenaga kerja dan umur tenaga kerja. Oleh
karena itu, penilaian terhadap upah perlu di standarisasi menjadi hari kerja orang
tanaman tersebut mampu mamberikan kontribusinya yaitu hasil TBS yang sesuai
11
yang diharapkan. Mulai dari dosis pupuk perpokok, cara perlakuan penaburan sesuai
kriteria yang berlaku, penggunaan tenaga kerja harus dimanfaatan seefisien mungkin
(Chandra, 2005).
Biaya panen yang dikeluarkan adalah seluruh biaya produksi akhir yang
gunanya untuk mengeluarkan produksi TBS, dan biaya tersebut adalah biaya-biaya
tenaga kerja potong TBS, biaya alat kerja dan biaya transport kepabrik. Penyusunan
anggaran upah dimulai dari menyusun kebutuhan tenaga kerja dan faktor-faktor
pendukung yang dapat meningkatkan kualitas dan hasil panen yang dimulai dari
lapangan sampai kepabrik sesuai dengan standar yang disesuaikan dengan kondisi
Pada saat ini, kualitas bukan hanya dimaksudkan pada produk akhir saja,
tetapi meliputi semua aspek teknis dan manajemen, sejak awal produk diproses
hingga barang tersebut habis dan tidak terpakai lagi oleh konsumen. Dalam
produk mengacu pada harga yang wajar. Harga yang wajar berarti mempertahankan
harga pokok dengan peningkatan efisiensi dan produktivitas petani untuk lebih efektip
1. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu
masa produksi contohnya pajak tanah, pajak air, penyusutan alat dan bangunan
2. Biaya variabel (variabel cost) yaitu biaya yang dikeluarkan selama proses produksi
berlangsung contohnya biaya pupuk, bibit, pestisida, buruh atau tenaga kerja
upahan, biaya panen (pengadaan alat kerja dan tenaga kerja yang berpengalaman)
2.6. Panen
Tujuan dari penanaman kelapa sawit yaitu untuk menghasilkan produksi yang
optimal sehingga mampu memberikan hasil yang optimal bagi petani kelapa sawit.
mempengaruhi produksi harus dipahami dan diusahakan pada level yang optimal.
memberikan pendapatan yang optimal bagi petani kelapa sawit. Panen dan produksi
merupakan hasil dari aktivitas kerja dibidang pemeliharaan tanaman (Sunarko, 2009).
panen dan produksi yaitu TBS. Pekerjaan panen meliputi pemotongan TBS yang
pemungutan hasil (TPH), untuk kemudian dibawa kepabrik pengolahan. Biaya panen
yang ekonomis merupakan salah satu komponen biaya produksi antara lain, umur
2008).
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3
tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses
13
pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya. Pada
saat buah masak, kandungan minyak pada buah akan maksimal. Jika terlalu matang,
buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya, buah jatuh tersebut
kerusakan pada tanaman, dan langkah-langkah tersebut harus mengacu pada cara dan
kriteria panen yang berlaku. Untuk standar kriteria matang panen diperkirakan dalam
satu TBS terdapat 2-4 brondolan yang lepas dari tandan secara alami, dan untuk
itu untuk penggunaan alat kerja seperti dodos, egrek, kapak, angkong gancu harus
2.7. Pendapatan
sebagian penerimaan dari usahatani yang tenaga kerjanya berasal dari keluarganya
pedoman untuk menilai apakah usahataninya berhasil atau belum bagi keluarganya
(Hadisapoetra, 1983).
14
Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu daerah
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Agustus 2013 sesuai
metode survey. Survey adalah pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk
daerah atau lokasi tertentu, atau suatu studi ekstensif yang dipolakan untuk
yang ada.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
perkebunan kelapa sawit swadaya dengan data primer dan sekunder. Data
sekunder diambil pada instansi terkait, Data primer diambil melalui metoda
Cot Mue, Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya. Sampel yang diambil
yaitu petani yang mengusahakan perkebunan kelapa sawit secara swadaya, yang
secara teknis pembangunannya terlepas dari campur tangan perkebunan inti atau
besar.
sampel yang dipilih secara cermat denga nmengambil orang atau subyek
penelitian yang selektif dan mempunyai ciri-ciri yang spesifik. Sampel yang
diambil memiliki ciri-ciri khusus dari populasi, sehingga dapat dianggap cukup
dengan petimbangan ukuran sampel tersebut telah dapat memberikan ragam yang
16
sebagai berikut:
ℎ
N=
Kelompok ke-h
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang petani dari 131
populasi sampel
usahatani kelapa sawit di Gampong Cot Mue. Jangka waktu yang diteliti untuk
Mue
17
Mue, meliputi:
diamati yaitu:
b) Harga, harga hasil penjualan kelapa sawit yang diterima petani pertahun
1. Biaya dibayarkan, adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam
satu tahun terakhir ditambah biaya yang dibayarkan pada awal penanaman
yang dikeluarkan pada awal penanaman ini dibebankan pada biaya di tahun
biaya tenaga kerja luar keluarga, biaya sewa alat pemotong dan biaya bahan
bakar.
usaha tani perkebunan kelapa sawit oleh masyarakat di Gampong Cot Mue.
kepada petani sampel yang diiring oleh seorang informan kunci (key informan).
Sebagai pelengkap dan keakuratan data sekunder, maka diambillah data sekunder
dari instansi terkait yaitu dari Dinas Pertanian Kabupaten Nagan Raya dan Badan
Untuk tujuan penelitian kedua adalah analisa usahatani periode data yang
dianalisa dalam penelitian ini dijabarkan dengan variabel yang diamati, yaitu:
1. Produksi, hasil produksi kelapa sawit yang diperoleh petani per tahun
2. Harga, harga hasil penjualan kelapa sawit yang diterima petani per tahun
a. Biaya dibayarkan, adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam
satu tahun terakhir ditambah biaya yang dibayarkan pada awal penanaman
tanah (persiapan lahan), pembuatan lubang tanam, dan penanaman. Biaya yang
dikeluarkan pada awal penanaman ini dibebankan pada biaya di tahunan alisa
biaya tenaga kerja luar keluarga, biaya sewa alat pemotong dan biaya bahan
bakar.
4. Analisa pendapatan
Yi = (Xi x Hx) – Bt
6. Biaya diperhitungkan
sendiri.
Analisi B/C ratio dapat digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu
usaha untuk dijalankan. Bila nilai B/C yang diperoleh sama dengan 1 (satu),
berarti titik impas (cash in flows sama dengan cash out flows), sehingga perlu
pembenahan. Jika nilai B/C ratio lebih besar dari 1 (satu) berarti gagasan
usaha/proyek tersebut layak untuk dikerjakan dan jika lebih kecil dari 1 (satu)
Rumus B/C ratio adalah sebagai berikut : B/C ratio = Total Penerimaan :
jumlah petani yang memiliki tanah perkebunan adalah 131 orang, memiliki kurang
dari 5 Ha adalah 128 orang dan 10–50 Ha adalah 3 orang dari Jumlah penduduk
Petani Kelapa sawit swadaya di Desa Cot Mue mempunyai latar belakang
dan asal yang berbeda beda atau bersifat heterogen bila ditinjau dari latar belakang
etnik budayanya. terdapat dua asal usul etnis utama yang menempati desa Cot
Mue, yaitu Aceh dan Jawa. Keberadaan etnis jawa sebagian besar datang melalui
Penduduk di Desa Cot Mue berasal dari 3 etnis budaya yang berbeda,
yaitu Aceh dan Jawa. Pada penelitian ini etnis Jawa menjadi mayoritas, karena
sebagian besar perkebunan kelapa sawit rakyat di Desa Cot Mue ini memang
diusahakan oleh petani-petani dari etnis Aceh. Petani swadaya di Desa Cot
21
22
ditanami diatas lahan Hak guna Usaha (HGU). Lahan tersebut di kelola dengan
Pada tahun 1993 sampai 1995, timbul beberapa pelopor yang membangun
perkebunan kelapa sawit secara swadaya di Desa Cot Mue. Petani ini melihat
aspek ekonomi dari kelapa sawit yang mengguntungkan. Selain itu mereka juga
sawit swadaya di Desa Cot Mue ini sudah mulai berkembang pesat.
kepada masyarakat untuk membuka kebun kelapa sawit dan juga menyediakan
bibi tkelapa sawit kepada masyarakat yang mau membangun perkebunan kelapa
sawit. Akan tetapi tidak ada satupun masyarakat yang mau membuka lahan sawit.
Pada saat itu, perkebunan kelapa sawit ini kurang diminati oleh masyarakat.
Terbukti dengan tidak ada masyarakat yang membangun perkebunan kelapa sawit
swadaya ini selain salah satu dari pelopor. Mereka menganggap kelapa sawit tidak
bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Selain itu mereka juga
menganggap budidaya kelapa sawit ini sulit dan tidak sesuai dengan budaya
mereka. Pada saat itu di Desa Cot Mue hampir seluruh masyarakatnya menanam
perkebunan kelapa sawit swadaya di Desa Cot Mue di pengaruhi oleh; pertama di
23
lihat dari prospek pasar kelapa sawit yang bagus dimana permintaan akan CPO
baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Permintaan akan CPO ini
diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ketahunya (Mystri, 2009). Selain itu
tersedianya tiga buah pabrik kelapa sawit yang dapat terus menampung TBS
petani swadaya. Kedua adalah harga kelapa sawit yang tinggi. Harga kelapa sawit
petani akan mendapat pendapatan yang tinggi pula. Faktor yang selanjutnya
adalah keberhasilan kebun petani plasma dan petani pelopor perkebunan swadaya
bahwa awal pembangunan perkebunan kelapa sawit di Cot Mue dimulai oleh
perusahaan Swasta. Oleh karena itu, banyak dari petani swadaya ini belajar dan
dari kebun perusahaan swasta tersebut. Petani- petani kelapa sawit swadaya ini
juga belajar membangun perkebunan kelapa sawit dari petani lainya, seperti petani
plasma. Ada juga petani swadaya ini belajar dari perkebunan petani swadaya
petani swadaya ini lebih banyak mengadopsi teknik budidaya Perusahaan Swasta
dan petani plasma akan tetapi tentu tidak akan sesempurna perkebunan besar
tersebut Petani swadaya di Desa Cot Mue ini, mengadopsi dan belajar sendiri
tentang cara membangun perkebunan kelapa sawit secara swadaya sesuai dengan
kemampuan mereka.
24
Pada Sub bab ini akan dijelaskan luas serta kepemilikan lahan, jenis lahan
dan cara pembukaan lahan. Secara umum luas, lokasi dan status kepemilikan
lahan terlihat bahwa di Desa Cot Mue telah berkembang perkebunan kelapa sawit
swadaya dengan luas yang bervariasi. Perkembangan ini setelah adanya beberapa
membangun kebun kelapa sawit. Luas perkebunan yang paling kecil adalah 2 ha
dan luas perkebunan swadaya yang terbesar adalah 40 ha. Petani swadaya ini
mereka hanya membangun 1–5 ha saja. Setelah kebun kelapa sawit mereka
baru. Berbeda dengan pelopor pembangunan kelapa sawit swadaya yang memang
kelapa sawitnya, petani ini membangun 20 ha terlebih dahulu dan sisanya lagi
Dari aspek status kepemilikan lahan petani di Desa Cot Mue pada
umumnya lahan dibeli oleh petani–petani pendatang, lahan biasanya dibeli dari
masyarakat Desa Cot Mue yang memiliki lahan tersebut. Selain itu beberapa
yang diturunkan dari generasi ke generasi melaui pewaris menurut garis bapak.
Tanah pusaka ini hanya dimiliki oleh laki-laki dan perempuan, oleh karena itu
petani perempuan yang menggunakan lahan ulayat ini mereka dapat dari
suaminya. Penggunaan lahan ini sangat menguntungkan bagi petani. Lahan ulayat
ini mereka gunakan pertama kali saat membangun perkebunan kelapa sawit.
kelapa sawitnya. Hal ini sejalan dengan pandangan Mosher (1977) yang
didasarkan kepada adat suku atau masyarakat setempat. Tanah itu menjadi
menerus, dan akan tetap menjadi miliknya selama mereka masih menggunakanya.
Pada aspek jenis lahan yang digunakan petani swadaya di Cot Mue pada
umumnya lahan adalah lahan baru seperti hutan, akan tetapi beberapa petani juga
akan mengeringkan rawa gambut lebih dahulu, setelah kering barulah mereka
memulai menanam kelapa sawit di lahan sawit tersebut. Beralihnya lahan gambut
perkebunan kelapa sawit lebih menguntungkan dari pada lahan gambut tersebut.
masyarakat di Desa Cot Mue mempunyai cara yang unik. Selain pembukaan
26
lahan secara manual, yaitu tebang dan bakar, petani biasanya menyerahkan
lahannya kepada petani lain, khususnya petani jagung dan tanaman yang berumur
pendek untuk dapat membuka lahan hutan tersebut. Petani kelapa sawit yang
membuka lahan baru bekerja sama dengan petani jagung dan tanaman yang
berumur pendek. Petani jagung dan tanaman yang berumur pendek ini membuka
lahan petani kelapa sawit untuk mereka Tanami jagung dan tanaman yang
berumur pendek. Petani jagung dan tanaman yang berumur pendek menggunakan
lahan petani swadaya selama satu sampai 2 kali musim tanam dan selama musim
tanam tersebut petani kelapa sawit secara berangsur angsur membuka sisa lahan
hutan yang tidak digarap petani jagung dan tanaman yang berumur pendek.
Pembukaan lahan di Desa Cot Mue ini tidak begitu sulit. Hal ini
pembukaan lahan biasa dilakukan secara manual saja. Lamanya pembukaan lahan
ini adalah sekitar 10-15 hari kerja. Bagi petani swadaya yang menyerahkan
lahannya untuk ditanami jagung dan tanaman yang berumur pendek, petani ini
hanya menyediakan zat kimia (racun) atau alat-alat seperti parang untuk
membuka lahan hutan dalam membantu petani jagung dan tanaman yang
berumur pendek untuk membuka lahannya. Setelah petani jagung dan tanaman
yang berumur pendek panen barulah petani kelapa sawit ini mengolah lahan
tersebut untuk ditanami kelapa sawit. Pada umumnya petani jagung dan tanaman
yang berumur pendek ini masih menanam jagung dan tanaman yang berumur
pendeknya disela-sela pohon kelapa sawit yang ditanami oleh petani swadaya.
27
Pada aspek sumber modal terlihat bahwa petani kelapa sawit swadaya
perkebunan kelapa sawitnya. Dari hasil sub bahasan identitas petani diatas,
disana dijelaskan masing masing pekerjaan dari petani kelapa sawit swadaya.
Dari sinilah kita dapat menjelaskan modal yang di dapat oleh petani. Ada modal
yang berasal dari simpanan petani. Simpanan ini berasal dari pekerjaanya yang
sebagai PNS, pedagang, pegawai Swasta dan buruh. Ada juga modal sendiri
petani yang berasal dari usaha tani mereka sebelumnya, seperti usahatani jagung
jarang dilakukan oleh petani. Dari sampel yang diwawancarai hanya 20% petani
atau sebanyak 8 orang petani yang meminjam uang kepada Bank. Hal ini
usaha sampingan lain, seperti pedagang pengumpul dan juga sebagai lembaga
keuangan non resmi atau orang yang meminjamkan uang kepada petani-petani
Jenis pinjaman petani kelapa sawit ini adalah pinjaman biasa kepada
BPR dan bukan pinjaman untuk perkebunan (revitalisasi perkebunan). Dari hasil
juga rumit. Peminjaman modal kepada lembaga keuangan resmi seperti Bank
harus melalui beberapa prosedur. Hal inilah yang menjadi kendala bagi petani
28
swadaya untuk meminjam modal kepada Bank. Rata rata peminjaman uang ini
mereka lakukan untuk membuka kebun baru dan menambah modal kebun kelapa
petani sulit untuk membuat proposal atau kelayakan usaha yang merupakan salah
satu prosedur yang harus dilalui petani didalam peminjaman modal kepada Bank.
Oleh sebab itulah petani jarang meminjam modal untuk usaha perkebunannya
kepada Bank.
swadaya di Desa Cot Mue, 80% petani menggunakan modal sendiri tanpa
biaya dari pembangunan perkebunan kelapa sawit swadaya ini tidak begitu
tinggi. Untuk biaya pembelian tanah dan bibit hampir tidak ada karena
petani swadaya yang meminjam modal kepada lembaga keuangan, hal ini
petani yang meminjam modal kepada lembaga keuangan ini juga berprofesi
peminjaman uang kepada Bank, dalam hal ini seperti sertifikat tanah dan
pembuatan kelayakan usaha atau proposal yang akan diajukan oleh petani
a) Pembibitan
Didalam aspek jenis bibit terlihat bahwa petani kelapa sawit swadaya di
Desa Cot Mue, pada umumnya mereka menggunakan bibit lokal. Disini yang
dimaksud bibit lokal adalah bibit yang mereka ambil sendiri dari kebun
perusahaan dan bibit yang dibeli di pasar. Pengambilan bibit di kebun perusahaan
ini mereka lakukan secara illegal bibit Perusahaan Swasta. Bibit-bibit ini ada yang
mereka ambil berasal dari buah yang jatuh dari pohon kelapa sawit dan bibit yang
dibudidayakan sendiri oleh perusahaan swasta. Jika petani ingin membeli bibit
PTP harus mengajukan surat permohonan terlebih dahulu dan harus melalui
beberapa prosedur.
petani tidak membeli bibit dan lebih memilih mengambil bibit perusahaan swasta
secara ilegal. Petani menganggap bahwa bibit dari perusahaan ini bagus,
sehingga mereka yakin sawit mereka akan tumbuh dengan baik. Pengambilan
bibit secara illegal ini banyak dilakukan oleh petani swadaya, hal ini dapat
mengurangi cost didalam pembelian bibit. Tidak sedikit pula petani yang membeli
penangkaran bibit liar yang harganya jauh lebih murah dari pada bibit yang
bersertifikat. Jenis bibit yang mereka beli adalah bibit Malihat yang berasal dari
Medan. Ada juga sebagian dari petani yang membudidayakan sendiri bibit kelapa
sawitnya. Bibit ini mereka dapat dari kebun kelapa sawit mereka sendiri. Buah
kelapa sawit yang jatuh dari brondolnya mereka ambil dan dibudidayakan.
30
kendala oleh petani swadaya, bagi petani yang membeli bibit bersertifikat
kendalanya adalah prosedur pembelian bibit yang rumit pada perusahaan, selain
itu bibit bibit ini juga mahal harganya. Harga satu bibit kelapa sawit di perusahaan
maupun bibit bersertifikat yang dijual pedagang bibit pada saat ini adalah
Rp.25.000/btg. Bahkan untuk bibit yang mutunya lebih bagus lagi, harga
dibeli oleh petani swadaya ini dibudidayakan dan disortir sendiri oleh petani.
Sehingga mutu dari bibit tersebut tidak terjamin. Dari hasil wawancara kepada
petani, mutu atau kualitas bibit yang baik dapat dilihat dari panjang daun bibit,
daun yang lurusyang tidak tegang serta bongkolnya yang besar. Menurut Sunarko
(2006), bibit dengan mutu yang bagus adalah sebagai berikut; bibit yang rata
rata tingginya sama, bibit yang permukaanya tidak rata, bibit yang tidak
Dari hasil wawancara kepada key informan yaitu pedagang bibit, tingginya
harga bibit bersertifikat juga merugikan pedagang bibit, karena dengan harga yang
tinggi menyebabkan sulit bagi petani untuk membeli bibit mereka. Sehingga salah
satu cara penangkaran bibit untuk mendapatkan bibit adalah mengambil bibit dari
perkebunan petani kelapa sawit yang pada umumnya belum terjamin mutu dan
kualitas bibitnya karena tidak disortir dan lainya. Bibit bibit ini mereka jual
dengan sangat murah. Ketika ada petani yang membeli bibit seperti ini,
kebanyakan dari mereka akan kecewa dengan hasil kelapa sawitnya. Tidak jarang
31
pula ada petani yang telah menanam bibit yang tidak punya sertifikat ini
mengalami kerugian besar karena kelapa sawitnya tidak berbuah atau kelapa
pembudidayaan kelapa sawit ini, kebanyakan mereka dapat dari melihat kebun
perusahaan dan petani lainya. Sama halnya dengan pembibitan, pada umumnya
mereka melihat bagaimana cara perusahaan swasta dan petani plasma dalam
tidak sebagus perusahaan swasta. Selain itu tidak jarang juga petani kelapa sawit
ini belajar dari orang tua mereka yang terlebih dulu membangun perkebunan
di desa Cot Mue, tetapi mereka banyak menggunakan bibit lokal. Banyaknya bibit
yang bisa diambil secara illegal oleh petani pada perusahaan swasta,
swadaya. Hal ini disebabkan selain tanah yang digunakan adalah tanah ulayat
(pusaka tinggi), bibit yang dipakaipun bisa didapat dengan mudah oleh petani.
Secara umum jenis bibit, cara mendapatkan bibit, dan permasalahan dalam
pembibitan.
b) Pemeliharaan
Pada aspek pemupukan terlihat bahwa petani swadaya di Desa Cot Mue
di tahun pertama dan kedua saja. Banyak dari petani yang melakukan pemupukan
32
tidak menentu waktunya. Akan tetapi tidak sedikit juga petani yang menganggap
bahwa pupuk tersebut sangat penting bagi pertumbuhan kelapa sawit mereka. Jika
tidak diberi pupuk secara teratur maka hasil kelapa sawitnya tidak optimal. Petani
swadaya ini memberikan pupuk kepada kelapa sawitnya secara rutin yaitu 3
Jenis pupuk yang digunakan oleh petani swadaya di Desa Cot Mue adalah
pupuk NPK atau Urea, SP, dan KCL. Dari hasil wawancara kepada petani
swadaya, petani swadaya kurang memahami cara teknis pemupukan yang benar,
kombinasi pemakaian pupuk jenis Urea, KCL, dan SP. Waktu pengunaan pupuk
serta dosis yang tepat. Dosis atau takaran yang mereka pakai adalah sama untuk
setiap jenis pupuk (Urea, SP, dan KCL) adalah masing masing 1,5 sampai 2 kg
untuk satu pohon untuk umur kelapa sawit diatas 4 tahun. Sedangkan untuk
tanaman umur 0 sampai 4 tahun dosis yang diberikan petani adalah sebanyak
sawit tergantung kepada umur tanaman. Selain itu jenis pupuk yang digunakan
mendapatkan pupuk dan harga pupuk yang mahal. Hal inilah yang menyebabkan
sawit mereka tidak diberi pupuk, kelapa sawit mereka masih bisa untuk
menghasilkan. Hal ini dikarenakan kondisi lahan di Desa Cot Mue sangat cocok
untuk ditanami kelapa sawit dengan unsur hara yang sesuai (lihat sub bab
33
kesesuaian lahan). Inilah yang banyak terjadi di Desa Cot Mue. Petani
menganggap pemberian pupuk tidak begitu penting dan mereka hanya akan
membeli pupuk pada waktu mereka mempunyai pendapatan yang lebih dan pupuk
mudah di dapat. Sebagian petani yang sadar akan pentingnya pupuk bagi
perkebunan mereka justru melakukan pemupukan hingga tiga kali dalam setahun,
bervariasi. Adakalanya produksi kelapa sawit tinggi, dan tidak jarang pula
produksi kelapa sawitnya menurun. Sampai saat ini tidak adanya penyuluhan
bagaimana cara pemberian pupuk, jenis pupuk yang digunakan pada perkebunan
swadaya.
dilakukan oleh petani kelapa sawit swadaya. Hal ini dikarenakan jarangnya kelapa
sawit terkena penyakit di Desa Cot Mue. Selain itu juga jarangnya terdapat hama
hanya saja sering terdapat babi hutan dan landak yang menjadi hama pada
dicabut, petani membuat piringan disekitar pohon kelapa sawitnya. Besar jari- jari
34
piringan adalah 250 cm. Petani swadaya juga menggunakan zat kimia (Gromoson
dan Rondup) dalam pemberantasan gulma. Cara pemberantasan secara kimia ini
setiap harinya mereka selalu datang kekebun pada saat itulah petani melakukan
pemberantasan gulma dikebun mereka, cara ini lebih dipilih petani, karena petani
memberantas gulma.
Selain cara-cara diatas petani juga menggunakan cara yang unik. Mereka
gulma. Seperti yang telah dijelaskan didalam bahasan pembukaan lahan, saat
petani kelapa sawit ini membuka lahan ia menyerahkan kepada petani jagung atau
tanaman yang berumur pendek untuk dibuka lahannya untuk di tanami jagung.
Pada saat petani jagung dan tanaman yang berumur pendek panen barulah petani
kelapa sawit swadaya ini menanam kelapa sawitnya. Sebagian petani swadaya
menanam di lahan mereka. Tanaman yang berumur pendek tersebut mereka tanam
sebagai penambah modal untuk perawatan sawit mereka dan juga biaya rumah
35
tangga sebelum sawit mereka panen. Sistem tumpang sari ini juga merupakan
salah satu kearifan lokal yang terdapat di Desa Cot Mue. Kearifan local dapat
swadaya.
berasal dari pulau jawa. Oleh karena system tumpang sari ini banyak memberikan
keuntungan, maka system ini banyak di adopsi oleh petani lain di dalam
Pengendalian gulma itu baru mereka lakukan setelah gulma itu tumbuh banyak.
c) Panen
Dari hasil wawancara kepada informan kunci (key informan), yaitu praktisi
perkebunan besar mengatakan bahwa hasil panen dari petani swadaya ini masih
jauh dibawah perkebunan besar. Hal ini disebabkan oleh manajemen perkebunan
yang kurang baik dari petani swadaya. Misalkan saja dalam hal perawatan,
seperti yang dikatakan diatas. Oleh sebab itu, hasil panen dari perkebunan kelapa
Banyak dari petani swadaya yang hasil panennya di bawah 2 ton/ha. Ada
juga petani yang hasil kebunnya dibawah 1 ton/ha. Hasil panen yang seperti ini
jika kita tinjau dari awal petani membangun kebunya, maka dapat kita simpulkan
bahwa hasil panen yang tidak optimal mereka dapat mungkin dikarenakan;
36
pertama, bibit yang mereka gunakan tidak bersertifikat, hanya berapa petani yang
belum tentu seluruhnya bagus, apalagi bibit yang diambil dari buah yang jatuh.
Kedua adalah perawatan yang kurang, seperti pemberian pupuk pada kebun. Bagi
petani yang merawat kebunya secara intensif maka hasil panennya cukup bagus
yaitu sekitar 2 sampai 3 ton/ha. Panen kelapa sawit pada umumnya di lakukan
oleh petani 2 kali dalam satu bulan. Hasil panen kelapa sawit ini sesuai dengan
umur tanaman. Semakin tua umur tanaman kelapa sawit maka semakin tinggi
produksinya.
d) Tenaga Kerja
Pada aspek jenis tenaga kerja terlihat bahwa petani swadaya menggunakan
Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) dan Tenaga Kerja Dalam Keluarga
(TKDK). Pemakaian tenaga kerja adalah pada saat perawatan dan juga panen.
Akan tetapi yang paling sering digunakan adalah pada saat panen. Tenaga kerja
mereka. Sama halnya dengan pembahasan diatas, penggunaan tenaga kerja ini
juga menggunakan tenaga kerja petani jagung dan tanaman yang berumur
pendek. Pada umumya petani swadaya menggunakan tenaga kerja luar keluarga,
umumnya adalah petani denga lahan perkebunan yang sangat luas dan petani yang
juga memiliki pekerjaan lain, selain sebagai petani. Sebanyak 20% petani
mempunyai lahan yang tidak terlalu luas dan tersedianya tenaga kerja dalam
keluarga dan selebih nya adalah petani yang menggunakan tenaga kerja dalam
37
keluarga dan tenaga kerja luar keluarga, merupakan petani yang mempunyai
lahan yang cukup luas dan mempunyai tenaga kerja dalam keluarga mereka.
Biaya sewa tenaga kerja luar keluarga di Desa Cot Mue adalah rata rata
sama setiap orangnya. Tenaga kerja ini disewa oleh petani dengan upah Rp.
50.000/hari, upah ini di gunakan oleh petani untuk menyewa tenaga kerja dalam
sebesar Rp.150.000/tonnya. Biasanya upah untuk tenaga kerja luar keluarga ini
ditentukan jauh atau dekatnya jarak dari perkebunan ke jalan utama dimana
membayar upah tenaga kerja sewa, mereka menggunakan tenaga kerja keluarga.
Penggunaan tenaga kerja keluarga ini mereka anggap lebih effisien karena tidak
mengeluarkan biaya.
Penggunaan tenaga kerja oleh petani swadaya ini dilakukan pada saat
perawatan kelapa sawit dan juga panen. Perawatan kelapa sawit seperti
pengendalian gulma biasanya dilakukan oleh tenaga kerja keluarga dan juga petani
jagung dan tanaman yang berumur pendek. Maksudnya disini adalah petani
jagung dan tanaman yang berumur pendek yang menanam jagung dan tanaman
yang berumur pendek dilahan petani kelapa sawit, juga dijadikan tenaga kerja
seperti di dalam perawatan kebun kelapa sawit. Sewaktu petani kelapa sawit ingin
memanen kelapa sawitnya, tenaga kerja petani jagung dan tanaman yang berumur
pendek ini juga dapat digunakan oleh petani sawit swadaya. Didalam perawatan
memakai tenaga kerja keluarga. Dalam pemanenan kelapa sawit petani juga
e) Pemasaran
panennya. Sebagian petani yang hasil panennya tidak terlalu tinggi biasanya
produksi kelapa sawit mereka yang kurang dari 2 ton per Ha, langsung
Hasil (TPH). Disini petani hanya sebagai price taker dimana harga kelapa sawit
menginginkan bahwa kelapa sawit yang dijual adalah buah kelapa sawit yang
telah matang atau telah jatuh 5 buah kelapa sawit dari tandanya. Akan tetapi,
banyak dari petani yang memanen kelapa sawitnya sebelum buahnya matang,
Samangan (2005), jika kelapa sawit dipanen satu minggu sebelum titik matang
kandungan minyak dalam mesokarp baru mencapai sekitar 73% dari potensinya,
maka pabrik akan rugi sekitar 27% nya. Hal inilah yang membuat pedagang
membeli hasil produksi kelapa sawit petani dengan harga yang rendah.
39
Sedangkan untuk petani kelapa sawit yang hasil panennya cukup tinggi,
biasanya lebih dari 3 ton, selain itu bagi petani yang juga memiliki luas lahan
menganggap bahwa jika hasil panennya banyak, akan lebih untung baginya untuk
menjual kepabrik. Bagi petani yang menjual hasil panennya ke pabrik, diharuskan
memenuhi prosedur yang ditetapkan oleh pabrik yaitu petani harus memiliki Surat
Pengantar Buah (SPB). Pada tata niaga kelapa sawit swadaya ini selisih harga
yang diterima oleh petani dan pabrik adalah Rp.150 sampai Rp.200/kg. Penetapan
harga di lapangan adalah oleh pabrik. Misalnya Harga kelapa sawit pada bulan
Januari adalah Rp.1.220 sampai Rp.1.250 perkg dipabrik. Selanjutnya harga yang
diatas dapat dikemukakan bahwa di Desa Cot Mue; petani menggunakan lahan
a) Produksi
Dari hasil penelitian rata-rata produksi kelapa sawit yang diperoleh petani
sampel per tahunnya adalah sebesar 17,43 Ton/Ha, dengan jumlah panen
sebanyak 2 kali setiap bulannya atau 24 kali panen dalam satu tahun.
40
Produksi kelapa sawit yang dihasilkan petani sampel masih rendah. Hal
ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu sebagian petani sampel mengunakan bibit
yang tidak bersertifikat sehingga hasil produksi yang mereka dapat rendah,
b) Harga
Tempat Pengumpulan Hasil (TPH). Selama bulan januari 2013 sampai desember
2013. Harga jual kelapa sawit selama satu tahun (tahun produksi kelapa sawit
yang diteliti) tidak memperlihatkan fluktuasi yang berarti (harga antara Rp.1.220
Rp.1.220/Kg yang terjadi pada awal tahun 2013 dan harga tertingginya adalah
Rp.1.616/Kg yang terjadi pada akhir tahun 2013, rata-rata harga kelapa sawit
sawit yang diterima petani sampai saat ini belum merugikan petani sampel
c) Biaya
rata-rata Rp. 4.605.536,- per Ha dan ini terutama disebabkan oleh sebagian petani
41
mengunakan bibit yang tidak dibeli, dan pengolahan lahan dilakukan dengan alat-
1. Biaya dibayarkan
Semua biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam satu tahun terakhir
ditambah biaya yang dibayarkan pada awal penanaman untuk kegiatan yang
analisa setelah dibagi dengan umur ekonomis tanaman. Biaya- biaya yang
Total rata-rata biaya yang dibayarkan dengan rata-rata per hektarnya Rp.
3.399.304,-.
2. Biaya diperhitungkan
sebanyak Rp.1.224.490,-.
42
d) Penerimaan
keuntungan, pada perkebunan kelapa sawit swadaya di Desa Cot Mue dapat dilihat
pada (Lampiran 1)
e) Keuntungan
petani berproduksi. Keuntungan yang di dapat petani kelapa sawit di Desa Cot
Mue dinilai cukup besar karena biaya yang dikeluarkan petani jauh lebih kecil dari
sebagian besar petani mengunakan bibit yang mereka ambil dari pihak
pertahun adalah Rp. 19.081.431,- perhektar yang di dapat dengan cara penerimaan
di kurangi biaya total produksi. Berarti rata-rata petani menerima keuntungan Rp.
adalah senilai 5,14 dalam artian petani kelapa sawit Desa Cot Mue Kecamatan
5.1. Kesimpulan
1. Pelaksanaan teknis penanaman kelapa sawit oleh petani Desa Cot Mue
belum sesuai standar karena petani masih banyak yang menggunakan bibit
yang tidak unggul, pemupukan tidak rutin, penyiangan gulma jarang, dan
bulannya.
3. Nilai B/C Ratio secara Keseluruhan adalah senilai 5,14 dalam artian petani
kelapa sawit Desa Cot Mue Kecamatan Tadu Raya secara keseluruhan
menguntungkan.
5.2. Saran
pendapatan kelapa sawit di desa Cot Mue Kecamatan Tadu Raya Kabupaten
Nagan Raya. Dan perlu perhatian khusus dari pihak yang berwenang, terutama
dalam teknis budidaya kelapa sawit di Desa Cot Mue. Bagi petani herus
43
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, Deron, 2005. Peta Terkini Perkebunan dan Industri Kelapa sawit.
Penerbit PT. ISMaC Indonesia. Jakarta.
Daniel, Moehar. 2003. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Bumi Aksara Jakarta.
Fauzi, Yan, Widyastuti, Erna, Yustisia, Styawibawa, Iman, Hartono, Rudi, 2005.
Kelapa sawit, Edisi Revisi Budi Daya Pemanfaaatan Hasil dan Limbah
Analisis Usaha dan Pemasaran. Cetakan kedelapan Belas. Penerbit
Penebar Swadaya. Jakarta.
Hernanto, Fadholi, 1991. Ilmu Usaha Tani. Cetakan pertama. Penerbit PT.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Pahan, Iyung, 2008. Panduan Tehnis Budidaya Kelapa Sawit. Cetakan kedua.
Penerbit PT. Indopalma Wahana Hutama, Jakarta.
44
45
Soekartawi, 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi. PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sunarko, 2009. Budidaya Dan Pengelolaan Kebun kelapa Sawit Dengan Sistem
kemitraan. Cetakan pertama. Penerbit PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Suratiyah, Ken, 2008. Ilmu Usaha Tani. Cetakan kedua. Penerbit Penebar
Swadaya. Jakarta.
Suratiyah, Ken, 2008. Ilmu Usaha Tani. Cetakan kedua. Penerbit Penebar
Swadaya. Jakarta.
Yan Fauzi, 2002. Sejarah Perkembangan Kelapa Sawit Daerah . Jawa Timur.
46
Lampiran 1. Kusioner
Kuisioner
Petani kelapa sawit ( Elastis guinensis tack ) di Desa Cot Mue Kecamatan
Tadu RayaKabupaten Nagan Raya.
1. Nama Petani Responden : …………………………………
2. Umur Petani Responden : …………………………………
3. Pendidikan terakhir : …………………........………………
4. Alamat / Dusun : ………………………………….............
5. Status kepemilikan lahan
a.Milik, biaya PBB yang harus dibayar : ....................... Rp/Tahun
b.Sewa, sewa yang harus dibayar : ....................... Rp/Tahun
c.Bagi hasil, sistem bagi hasil : .......................
d.…………………………………..
Kendala / Masalah
a. …………………………………………………………………………………
b. …………………………………………………………………………………
c. …………………………………………………………………………………
d. …………………………………………………………………………………
e. …………………………………………………………………………………
Saran-saran
a. ………………………………………………………………………………...
b. …………………………………………………………………………………
c. …………………………………………………………………………………