Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu karakteristik negara Indonesia adalah merupakan negara agraris

yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Sektor

pertanian berperan penting dalam perekonomian nasional, hal ini terlihat dari

banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang hidup dan bekerja di sektor tersebut.

Seiring dengan meningkatnya pembangunan nasional terutama dalam

memenuhi kebutuhan pangan maka permintaan bahan pangan pun meningkat,

mengingat sumber daya alam yang besar pada sektor pertanian, maka di masa

mendatang sektor ini masih merupakan sektor penting dalam memberikan konstribusi

pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian yaitu untuk

meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri

dalam negeri, meningkatkan ekspor, pendapatan petani, memperluas lahan pekerjaan

dan mendorong pemerataan usahatani.

Tahun 2004 oleh pemerintah dicanangkan sebagai “Tahun Padi Nasional”.

Pencanagan ini dilaksanakan dalam upacara Hari Pangan Sedunia Tingkat Nasional

yang dipusatkan di Ambarawa Kabupaten Semarang Jawa Tengah beberapa waktu

yang lalu. Pencanangan Tahun Padi Nasional ini berkaitan erat dengan upaya

pemerintah untuk mensukseskan program ketahanan pangan nasional dan

meningkatkan kesejahteraan petani.

1
2

Secara letak geografis dan topologi, wilayah Kabupaten Simeulue sebagian

besar bergelombang sampai berbukit dengan kelerengan landai sampai curam, pada

wilayah pedalaman dan perbatasan pada umumnya merupakan kawasan pegunungan.

Luas area persawahan untuk pertanian padi dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan yang signifikan. Produksi hasil pertanian terutama padi dan gabah juga

cenderung meningkat dan menjadi salah satu komoditi pangan utama disamping juga

hasil produksi pangan dari sektor usaha lainnya.

Masyarakat di wilayah Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue

menjadikan padi sebagai mata pencaharian utama, meskipun sebagian masyarakat

juga bermata pencaharian lainnya dari sektor perkebunan masyarakat, perikanan dan

sektor usaha kerambah atau budidaya hasil laut, pegawai negeri dan wiraswasta.

Melihat kenyataan ketersediaan lahan serta jumlah hasil panen dan produksi

padi sawah ternyata masih banyak permasalahan yang dihadapi oleh petani

diantaranya ketika saat panen tiba dengan hasil yang melimpah pendapatan mereka

masih sangat kurang dibandingkan dengan biaya pengelolaan produksi padi sawah

mulai dari pengadaan bibit, pupuk, pengolahan, pestisida dan biaya lainnya yang

tidak terduga ini terjadi dikarenakan hasil panen mereka hanya dijual pada pedagang

(tengkulak) lokal serta biaya pengangkutan (operasional) yang tinggi. Kendala utama

lainnya yaitu belum adanya sistem irigasi atau pengairan untuk areal persawahan

sehingga para petani hanya melakukan penanaman sekali dalam satu tahun

dikarenakan masih menggantungkan kebutuhan air dari air hujan (tadah hujan).

Permasalahan lainnya yaitu belum adanya instansi yang memfasilitasi dalam

mendistribusikan atau memasarkan hasil produksi padi sawah, sehingga


3

mengakibatkan belum meratanya pendapatan yang diterima oleh petani padi di

wilayah Kecamatan Teupah Kabupaten Simeulue.

Oleh karena itu pendapatan nominal yang dapat diperoleh petani padi setiap

bulan tidak diketahui secara pasti dan tidak tentu. Padahal gambaran umum tentang

tingkat pendapatan suatu masyarakat sangat penting untuk diketahui karena tingkat

pendapatan tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu tolok ukur untuk menentukan

tingkat kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan suatu penelitian untuk

mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani

dalam bentuk skripsi yang bjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pendapatan Petani Padi di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana pengaruh secara parsial antara dukungan pemerintah, tenaga

kerja, dan harga jual terhadap pendapatan petani padi di Kecamatan Teupah

Barat Kabupaten Simeulue?

2) Bagaimana pengaruh secara simultan antara dukungan pemerintah, tenaga

kerja, dan harga jual terhadap pendapatan petani padi di Kecamatan Teupah

Barat Kabupaten Simeulue?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun yang menjadi tujuan dari

penelitian ini adalah:


4

1) Untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel dukungan pemerintah,

tenaga kerja, dan harga jual terhadap pendapatan petani padi di Kecamatan

Teupah Barat Kabupaten Simeulue.

2) Untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel dukungan pemerintah,

tenaga kerja, dan harga jual terhadap pendapatan petani padi di Kecamatan

Teupah Barat Kabupaten Simeulue.

1.4. Anggapan Dasar

Berdasarkan pendapat Arikunto (2010:61), anggapan dasar atau postulat

merupakan tempat berpijak atau titik pangkal untuk merumuskan hipotesis dalam

suatu penelitian. Adapun yang menjadi postulat dalam penelitian ini adalah variabel

dukungan pemerintah, tenaga kerja, dan harga dan pemasaran berpengaruh terhadap

pendapatan petani padi di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue.

1.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam suatu penelitian merupakan jawaban sementara yang perlu

diuji kebenarannya. Arikunto (2010:62) mengemukakan bahwa hipotesis dapat

diartikan sebagai suatu jawaban yang masih bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian melalui pengumpulan data penelitian. Adapun yang menjadi

hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1) Variabel dukungan pemerintah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan petani padi di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue.

2) Variabel tenaga kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan petani padi di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue.


5

3) Variabel harga jual secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan

petani padi di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue.

4) Variabel dukungan pemerintah, tenaga kerja, dan harga jual secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani padi di Kecamatan

Teupah Barat Kabupaten Simeulue.

1.6. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain adalah:

1) Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan penulis dalam penelitian

survey terhadap masalah ekonomi pertanian khususnya sektor tanaman padi

yang mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani

serta kendala yang dihadapi para petani dalam mengelola pertanian padi.

2) Sebagai sumber informasi yang dapat dijadikan acuan bagi pemerintah daerah

dan instansi terkait lainnya dalam upaya pembinaan dan membantu para

petani padi untuk mampu meningkatkan hasil produksi sekaligus tingkat

pendapatan petani.

3) Sebagai bahan rujukan bagi pihak lain yang akan melakukan kajian relevan

lanjutan.

1.4. Sistematika Penulisan

Organisasi penulisan skripsi ini terbagi ke dalam lima bab, yaitu:

Bab I : Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, anggapan

dasar dan hipotesis, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.


6

Bab II : Tinjauan Kepustakaan

Mencakup bahasan hasil studi literatur dan kepustakaan tentang teori atau

materi pendukung penelitian dan penulisan skripsi.

Bab III : Metode Penelitian

Meliputi pendekatan dan jenis penelitian, setting penelitian, populasi dan

sampel penelitian, serta teknik pengumpulan dan analisis data yang

digunakan.

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Terdiri dari uraian lengkap tentang hasil penelitian dan analisa data serta

pembahasan terkait tujuan penelitian.

Bab V : Penutup

Berisi kesimpulan dan saran yang direkomendasikan oleh penulis setelah

melakukan penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi

pendapatan petani padi.


7

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Pendapatan (Income)

2.1.1. Konsep Pendapatan

Tujuan akhir dari pengelolaan suatu usaha tani adalah untuk mendapatkan

pendapatan berupa laba (profit) usaha. Menurut Soeharjo (2003:23), “pendapatan

dalam usaha tani merupakan selisih antara biaya yang dikeluarkan dengan

penerimaan yang diperoleh dalam suatu kegiatan untuk mendapatkan produksi”.

Karena dalam kegiatan sehari-hari seorang petani bertindak sebagai pengelola,

sebagai pekerja, dan sebagai penanam modal pada sektor usahanya, maka istilah

pendapatan dapat digambarkan sebagai imbalan (balas jasa) dari faktor-faktor

produksi yang biasanya dihitung dalam jangka waktu tertentu.

Adiwilaga (2002:33) mengemukakan bahwa, antara nilai nyata pendapatan

dapat dilihat dan diperhitungkan dari dua aspek yaitu:

a) Pendapatan tunai, yaitu merupakan selisih antara penerimaan tunai dengan

biaya tunai. Penerimaan tunai adalah penerimaan yang benar-benar diterima

oleh petani atas penjualan dari sejumlah hasil produksinya. Sedangkan biaya

tunai, adalah jumlah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani dalam

mengelola usaha tani.

b) Pendapatan total, merupakan selisih dari penerimaan dengan biaya, baik biaya

tunai ataupun yang diperhitungkan. Dari kedua segi penilaian pendapatan ini,

dapat dilihat secara nyata bahwa jumlah pendapatan sebenarnya yang

diperoleh oleh petani dan sejumlah pendapatan yang seharusnya diterima

petani.

7
8

Untuk lebih memperjelas pengertian tentang konsep pendapatan tersebut di

atas, berikut ini dikemukakan pengertian pendapatan menurut para ahli, yaitu:

Dumairy (2004:56) menambahkan bahwa, “pendapatan adalah jumlah balas

jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi

meliputi upah (gaji), sewa tanah, bunga dan keuntungan.

Sedangkan Soekartawi (2002:98) menyebutkan, pendapatan kotor adalah nilai

kotor dalam usaha jangka waktu tertentu, sedangkan pendapatan bersih adalah selisih

antara pendapatan kotor dan pengeluaran total. Pendapatan kotor adalah semua

pendapatan yang diperoleh dari semua cabang dan sumber- sumber selama 1 (satu)

tahun. Hal ini dapat diperhitungkan dari hasil penjualan dan pertukaran.

Basu Swastha (2000:86) mengemukakan bahwa, pendapatan adalah semua

penghasilan yang diterima oleh setiap individu atau orang dalam kegiatan

perekonomian pada suatu periode tertentu. Menurut Poerwadimantha (2008:36),

pendapatan adalah hasil kerja (usaha dan sebagainya), pencaharian, penemuan

tentang suatu yang tidak ada sebelumnya.

Soemarso (2002:274) menyebutkan bahwa, pendapatan adalah peningkatan

jumlah aktiva atau penurunan kewajiban yang timbul dari penyerahan barang atau

jasa atau aktivitas usaha lainnya dalam suatu periode.

Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

pendapatan adalah semua barang, jasa dan uang yang diperoleh atau diterima oleh

seseorang atau masyarakat dalam suatu periode tertentu atau biasanya diukur dalam

satu tahun yang diwujudkan dalam skop nasional (national income) dan ada kalanya

dalam skop individual yang disebut pendapatan perkapita (personal income).


9

Pendapatan usaha tani yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah total

jumlah produksi dikalikan dengan harga yang berlaku dikurang dengan biaya

produksi yang dikeluarkan petani, baik yang dibayar tunai maupun tidak tunai selama

proses produksi berlangsung.

2.1.2. Pendapatan Usaha Tani

Menurut Soemarso (2002:19), besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari

suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya.

Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan

pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan

produktivitas merupakan sumber dari faktor ketidakpastian, sehingga bila harga dan

produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga berubah (Soekartawi,

2002:19).

Lebih lanjut Soekartawi (2002:5) menjelaskan bahwa, pendapatan dapat

dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga.

Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total.

Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani

ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan di luar usahatani.

Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya

produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam.

Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat

melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek, dan lain

sebagainya.
10

a. Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani menurut Soemarso (2002:24), dapat dibagi menjadi dua

pengertian, yaitu (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh

petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil

penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga

per satuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh

pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi

selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil

sarana produksi.

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur

penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil

perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau

biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain

yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Soemarso, 2002:26). Produksi

berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima

petani karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan biaya

yang dipakai dalam proses produksi tersebut.

Menurut Soekartawi (2002:17), biaya usahatani adalah semua pengeluaran

yang dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu

biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak

tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya tidak

tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi. Tolok

ukur yang sangat penting untuk melihat kesejahteraan petani adalah pandapatan
11

rumah tangga, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan tergantung pada tingkat

pendapatan petani. Besarnya pendapatan petani itu sendiri akan mempengaruhi

kebutuhan dasar yang harus dipenuhi yaitu, pangan, sandang, papan, kesehatan dan

lapangan kerja.

Petani di pedesaan khususnya petani kecil sangat tergantung dari pendapatan

di sektor non-pertanian sehingga kaitan keberhasilan sektor pertanian dan non-

pertanian di pedesaan menjadi sangat kental (Soekartawi, 2002:22). Keluarga pada

umumnya terdiri dari seorang kepala keluarga dan beberapa orang anggotanya.

Kepala rumah tangga adalah orang yang paling bertanggungjawab terhadap rumah

tangga tersebut, sedangkan anggota keluarga atau rumah tangga adalah mereka yang

hidup dalam satu atap dan menjadi tanggungan kepala rumah tangga yang

bersangkutan.

Tingkat pendapatan rumah tangga merupakan indikator yang penting untuk

mengetahui tingkat hidup rumah tangga. Umumnya pendapatan rumah tangga di

pedesaan tidak berasal dari satu sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber

pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut diduga dipengaruhi oleh pemenuhan

kebutuhan dasar rumah tangga petani.

Soekartawi (2002:24), menyatakan bahwa terdapat dua faktor yang

mempengaruhi keberhasilan usahatani, yaitu faktor internal seperti unsur tanah, air,

iklim, tingkat teknologi, manajemen, tenaga kerja, modal, dan jumlah tenaga kerja.

Selain faktor internal juga terdapat faktor eksternal, yaitu tersedianya sarana

transportasi dan komunikasi, harga, sarana produksi, fasilitas kredit, dan penyuluhan.

Tingkat pendapatan yang rendah mengharuskan anggota rumah tangga untuk

bekerja atau berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan
12

keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan besarnya modal yang

dimiliki petani. Semakin besar pendapatan keluarga petani cenderung lebih berani

menanggung resiko. Pendapatan besar mencerminkan tersedianya dana yang cukup

untuk usahatani selanjutnya dan pendapatan yang rendah menyebabkan menurunnya

investasi dan upaya pemupukan modal.

Sumber pendapatan rumah tangga digolongkan kedalam dua sektor, yaitu

sektor pertanian dan non pertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian dapat

dirincikan lagi menjadi pendapatan dari usahatani, ternak, buruh petani, menyewakan

lahan dan bagi hasil. Sumber pendapatan dari sektor non pertanian dibedakan

menjadi pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan, pegawai, jasa, buruh

non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya.

Ukuran pendapatan yang digunakan untuk tingkat kesejahteraan keluarga

adalah pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari bekerja. Tiap anggota keluarga

berusia kerja dirumah tangga akan terdorong bekerja untuk kesejahteraan

keluarganya. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa anggota keluarga seperti istri

dan anak-anak adalah penyumbang dalam berbagai kegiatan baik dalam pekerjaan

rumah tangga maupun mencari nafkah.

Menurut Soekartawi (2002:25), pendapatan petani dialokasikan untuk

kegiatan:

1) Kegiatan produktif, yaitu untuk membiayai kegiatan usahataninya,

2) Kegiatan konsumtif, yaitu untuk pangan, papan, kesehatan, pendidikan,

rekreasi, dan pajak,

3) Pemeliharaan investasi, dan

4) Investasi dan tabungan.


13

2.1.3. Pengukuran Pendapatan dan Penghasilan Kerja

Menurut Soekartawi (2002:59), terdapat beberapa kategori pengukuran

pendapatan petani, antara lain meliputi:

1) Pendapatan kerja petani, yaitu merupakan selisih antara semua penerimaan

yang berasal dari penjualan barang produksi, konsumsi keluarga (rumah

tangga), dan kenaikan nilai inventarisasi dengan semua pengeluaran, baik

pengeluaran tunai maupun pengeluaran yang tidak diperhitungkan.

2) Penghasilan kerja petani, adalah merupakan jumlah dari pendapatan kerja

dengan penerimaan yang tidak tunai, seperti hasil-hasil usaha tani yang tidak

dikonsumsi keluarga.

3) Pendapatan kerja keluarga, merupakan jumlah penghasilan kerja petani

dengan nilai kerja keluarga. Dalam hal ini, kerja yang berasal dari keluarga

diperhitungkan sebagai pendapatan, karena merupakan balas jasa terhadap

usaha tani yang dikelolanya.

4) Pendapatan keluarga, adalah jumlah pendapatan dari sumber-sumber lain

yang diterima oleh petani bersama keluarganya, disamping kegiatan

utamanya. Cara ini dipakai apabila petani tersebut tidak membedakan

sumber-sumber pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Penghasilan dapat diterima dalam bentuk barang atau fasilitas fasilitas. Selain

penghasilan mungkin masih juga ada penerimaan uang masuk lainnya, misalnya

berupa uang pensiun, sumbangan atau hadiah, pinjaman atau hutang.

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Menurut Komarudin (2004:25), pendapatan dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain: besar kecilnya usaha, kuantitas dan kualitas produksi, modal yang
14

digunakan dan tingkat pengetahuan masyarakat. Tingkat pendapatan petani secara

umum dipengaruhi oleh beberapa komponen yaitu: jumlah produksi, harga jual, dan

biaya-biaya yang dikeluarkan petani dalam pertaniannya. Hal ini berarti bahwa

perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian merupakan usaha untuk memperbaiki

taraf kehidupan sebagian besar penduduk yang tergolong miskin.

Lebih lanjut, Komaruddin (2004:32) menjelaskan bahwa, untuk memperbesar

pendapatan nyata, dapat diusahakan melalui:

a. Memperbesar jumlah produksi yang dipakai masyarakat.

b. Menaikkan efisiensi untuk setiap faktor produksi.

c. Merubah lingkungan sosial dan struktural sehingga sumber-sumber produktif

dapat ditambah ataupun hasilnya dapat diperluas dengan memuaskan.

Selain daripada yang telah dikemukakan di atas, menurut Soeharjo (2003:69),

maka beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan adalah:

1) Luas Lahan

Luas lahan merupakan luas areal yang diusahakan petani sebagai tempat

bercocok tanam. Luas lahan garapan merupakan faktor penting dalam usaha

meningkatkan produksi yang akan mempengaruhi pendapatan yang akan diterima

petani.

2) Biaya Produksi

Biaya produksi dalam usahatani berperan sangat penting dan mempengaruhi

kemampuan petani dalam mengkombinasikan faktor-faktor input untuk melakukan

proses produksi. Biaya produksi dalam penelitian ini adalah semua biaya yang

digunakan selama berlangsungnya proses produksi padi per musim tanam baik biaya

tunai maupun biaya tidak tunai.


15

Perhitungan didasarkan atas harga-harga yang berlaku di daerah penelitian

pada saat penelitian dilakukan. Komponen-komponen biaya tunai yang

diperhitungkan meliputi biaya yang dikeluarkan untuk membeli sarana produksi

(pupuk, peptisida), biaya tenaga kerja luar keluarga, peralatan yang dihitung dengan

nilai penyusutan, biaya pengolahan lahan, biaya proses pemetikan dan biaya

pengangkutan, sedangkan bibit termasuk ke dalam biaya tidak tunai karena dalam hal

ini bibit merupakan bantuan dari pemerintah. Biaya tidak tunai meliputi bibit bantuan

pemerintah, biaya tenaga kerja dalam keluarga dan penyusutan alat-alat.

3) Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang tidak kalah

pentingnya dibandingkan lahan dan biaya produksi yang juga ikut mempengaruhi

tingkat produksi dan pendapatan yang diperoleh petani. Tenaga kerja harus

diperhitungkan dalam proses produksi, yaitu dalam jumlah efisien dan bukan hanya

dilihat dari segi tersedianya tenaga kerja tetapi kualitas tenaga kerja tersebut.

Penggunaan tenaga kerja yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah

upah dan masa persiapan lahan, persemaian benih, pencabutan bibit, penanaman,

pemeliharaan, panen, pemetikan dan pengangkutan. Pemeliharaan merupakan

kegiatan yang panjang, dimulai dari penanaman hingga panen tiba.

Beberapa faktor lainnya sebagai tambahan yang juga berperan penting dalam

menentukan tingkat pendapatan khususnya para petani padi dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Harga Jual

Definisi harga menurut Kotler (dalam Sinamora, 2001:195) menyatakan

bahwa harga adalah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk suatu manfaat atas
16

pengkonsumsian, penggunaan dan kepemilikan barang atau jasa. Harga tidak selalu

berbentuk uang, akan tetapi harga juga dapat berbentuk barang, tenaga dan waktu.

Sedangkan menurut Kadariah (2004:1) harga adalah tingkat kemampuan suatu

barang untuk ditukarkan dengan barang lain, harga ditentukan oleh dua kekuatan

yaitu permintaan dan penawaran yang saling berjumpa dalam pasar (tiap organisasi

tempat penjual dan pembeli suatu benda dipertemukan).

Menurut Baharsyah (2005:72) salah satu yang dapat merangsang produsen

atau petani dalam meningkatkan hasil pertaniannya mereka adalah harga, sebab

dengan bersaing dan tingginya harga maka pendapatan yang diterima petani akan

meningkat pula.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa harga hasil usaha tani di pasaran

sangat menentukan tingkat pendapatan para petani. Hal ini disebabkan karena nilai

harga jual sangat menentukan nilai tukar barang tersebut di pasaran.

2) Dukungan Pemerintah

Faktor lainnya yaitu dukungan pemerintah yang tentunya sangat menentukan

tingkat pendapatan para petani. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kebijakan dan

dukungan pemerintah atau instansi terkait misalnya seperti: bantuan pemodalan,

pembinaan dan penyuluhan, ketersediaan dan kebijakan harga pupuk yang stabil,

ketersediaan irigasi dan penanggulangan hama dan penyakit tanaman.

Dukungan pemerintah tersebut secara tidak langsung sangat menentukan

keberhasilan usaha tani yang dijalankan oleh masyarakat yang juga ikut

mempengaruhi tingkat produksi dan pendapatan yang diperoleh petani.

.
17

2.2. Konsep Biaya

Menurut Supriyono (2000:8), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi

yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi

untuk tujuan tertentu. Sedangkan Mubyarto (1995:71) menjelaskan bahwa biaya

produksi dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1) biaya uang, dan 2) biaya in-natura.

Biaya-biaya yang berupa uang tunai misalnya: upah kerja untuk biaya persiapan atau

penggarapan tanah, termasuk upah untuk ternak, biaya untuk membeli pupuk dan

pestisida. Sedangkan biaya-biaya panen, bagi hasil, sumbangan ataupun pajak

dibayarkan dalam bentuk in-natura.

Biaya-biaya produksi diperlukan untuk memperoleh bahan baku (bahan

mentah) dari pemasok dan mengubahnya menjadi produk selesai yang siap dijual,

elemen biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya

overhead pabrik yaitu biaya yang tidak langsung pengaruhnya terhadap proses

produksi.

Untuk tujuan yang berbeda, biaya dapat dibedakan dalam berbagai cara.

Lebih lanjut Mubyarto (1995:72) menyebutkan bahwa istilah biaya dalam dunia

usaha dibagi dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya

yang tidak berubah-ubah (konstan) untuk setiap tingkat atau jumlah hasil yang

diproduksi, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah disebabkan

oleh adanya perubahan hasil, yaitu apabila jumlah barang yang dihasilkan bertambah

maka biaya variabel juga meningkat.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa biaya adalah

pengorbanan yang dikeluarkan saat sekarang dan diharapkan dapat memperoleh hasil

tertentu pasa masa yang akan datang.


18

2.3. Kerangka Konseptual

Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh

variabel bebas (independen) yang meliputi: dukungan pemerintah (X1), tenaga kerja

(X2), dan harga jual (X3) terhadap pendapatan (Y) sebagai variabel terikat (dependen)

yang didukung dengan data-data primer dan sekunder. Secara lebih jelas kerangka

konseptual tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)

Dukungan
Pemerintah
(X1)

Tenaga Kerja
Pendapatan (Y)
(X2)

Harga Jual
(X3)

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual


19

Tabel 3.1. Variabel Penelitian

Variabel Definisi Operasional Indikator


Variabel Terikat (Dependen)
Pendapatan adalah selisih antara 1. Penghasilan utama
biaya yang dikeluarkan dengan 2. Dapat menghidupi
penerimaan yang diperoleh 3. Penyediaan kehidupan
dalam suatu kegiatan untuk yang layak
mendapatkan produksi. Penda- 4. Penghasilan yang
patan dapat juga didefinisikan memadai
Pendapatan sebagai total jumlah produksi 5. Dapat menabung
(Y) dikalikan dengan harga yang
berlaku dikurang dengan biaya
produksi yang dikeluarkan
petani, baik yang dibayar tunai
maupun tidak tunai selama
proses produksi berlangsung.

Variabel Bebas (Independen)


Dukungan pemerintah adalah 1. Pemodalan
bentukan peran dari pemerintah 2. Perhatian
atau instansi terkait yang dalam 3. Pupuk murah
hal ini Dinas Pertanian untuk 4. Pembinaan
Dukungan membantu masyarakat dalam 5. Ketersediaan pupuk
Pemerintah mengelola usaha tani melalui 6. Irigasi
(X1) penyediaan sarana penunjang 7. Bibit yang baik
dan penyuluhan atau pembinaan 8. Dukungan instansi
demi keberhasilan usaha tani terkait
yang dijalankan. 9. Penanggulangan hama
10. Peran aktif
Tenaga kerja dapat diartikan 1. Kebutuhan tenaga kerja
sebagai 1 orang atau lebih yang 2. Ketersediaan tenaga
Tenaga Kerja bertugas ikut membantu penge- kerja yang terampil
(X2) lolaan usaha tani yang sedang 3. Jumlah yang memadai
dijalankan 4. Penyediaan lapangan
kerja
Harga jual adalah harga hasil 1. Pemasaran
Harga Jual panen yang dapat dijual per 2. Harga jual yang stabil
(X3) satuan ukuran berat atau volume 3. Distribusi
dan dinilai dengan uang 4. Harga yang sesuai

Beberapa variabel yang menjadi variabel bebas (independen) meliputi:

dukungan pemerintah, tenaga kerja dan harga jual. Sedangkan pendapatan adalah

sebagai variabel terikat (dependen).


20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan

menggunakan metode penelitian survei yang berusaha menggambarkan dengan jelas

keadaan subjek penelitian. Menurut Soekartawi (2002:17), metode penelitian survei

adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan

kuesioner (angket) sebagai alat pengumpul data yang pokok. Sedangkan jenis

penelitian adalah studi kasus dengan cara mengamati (observasi) secara langsung

subjek penelitian.

Selain itu, data-data penunjang penelitian juga dikumpulkan melalui

wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan informan yaitu pihak-

pihak terkait seperti aparatur desa dan Kecamatan untuk mendapatkan informasi

penunjang. Sedangkan dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data-data

sekunder tentang keadaan wilayah Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue

termasuk data Gampong dan jumlah penduduk serta proyeksi profesi masyarakat

untuk mendukung validitas penelitian.

3.2. Setting Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan menggunakan kuesioner

(angket) yang disebarkan kepada sejumlah responden yang menjadi subjek penelitian

untuk memperoleh data terkait dengan sasaran penelitian. Hasil dari jawaban

responden tersebut kemudian dibuat dalam bentuk tabulasi data dan dianalisis secara

20
21

komputerisasi dengan bantuan software pengolah data Statistical Software for Social

Science (SPSS) untuk mengetahui pengaruh antara masing-masing variabel bebas

(independen) dan terikat (dependen).

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data kualitatif, adalah data yang bukan dalam bentuk angka-angka atau tidak

dapat dihitung, dan diperoleh dari hasil wawancara dengan para Aparatur

Kecamatan dan Gampong serta informasi-informasi yang diperoleh dari pihak

lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

b. Data kuantitatif, adalah data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang

dapat dihitung, yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan dan

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam

yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer, adalah data yang diperoleh penulis melalui observasi atau

pengamatan langsung baik melalui observasi, kuesioner ataupun wawancara

secara langsung sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian.

2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu

melalui dokumen-dokumen dan buku–buku literatur yang memberikan

informasi terkait variabel penelitian.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh petani padi di wilayah Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue

yang berjumlah 213 Kepala Keluarga.


22

Sedangkan sampel adalah objek yang diambil yang merupakan bagian dari

populasi yang dianggap dapat mewakili populasi. Arikunto (2010:128)

mengemukakan bahwa jika jumlah subjek penelitiannya besar, maka dapat diambil

sampel antara 10%-15% atau 20%-25%. Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah menggunakan simple random sampling, dimana prosedur

pengambilan sampel adalah secara acak sederhana.

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 15% dari

jumlah keseluruhan 213 Kepala Keluarga di wilayah Kecamatan Teupah Barat

Kabupaten Simeulue yang memiliki lahan pertanian padi atau sawah. Dengan

demikian jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 35 Kepala Keluarga

yang bermata pencaharian sebagai petani padi. Karena keterbatasan waktu, tenaga

dan biaya maka penelitian ini hanya dilakukan di 5 (lima) Gampong dari total 18

Gampong yang ada di wilayah Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue untuk

mewakili populasi. Wilayah Gampong yang dijadikan acuan penelitian meliputi:

Gampong Angkeo, Awe Kecil, Awe Seubal, Bunon dan Inor. Untuk keseragaman

data maka di setiap Gampong tersebut dipilih 7 Kepala Keluarga sebagai sampel

penelitian.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data yang diperlukan dalam pembahasan ini melalui dua

tahap penelitian, yaitu:

1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder dari

perusahaan, landasan teori dan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini
23

dengan cara dokumentasi. Studi dilakukan antara lain dengan mengumpulkan

data yang bersumber dari literatur-literatur, bahan kuliah, dan hasil penelitian

lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian. Hal ini dilakukan untuk

mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai masalah yang sedang dibahas.

2. Studi Lapangan (Field Research)

Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data yang diperlukan dengan

cara melakukan pengamatan langsung pada perusahaan yang bersangkutan, baik

melalui observasi, penyebaran kuesioner kepada para responden, dan wawancara.

Penelitian lapangan dilakukan dengan cara:

a. Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan

pengamatan langsung ke lokasi penelitian sehingga diperoleh gambaran yang

jelas mengenai masalah yang dihadapi.

b. Wawancara adalah metode untuk mendapatkan data dengan cara melakukan

tanya jawab secara langsung dengan para petani atau responden atau pihak

terkait guna mendapatkan data dan keterangan yang menunjang data

penelitian.

c. Kuesioner, adalah teknik pengumpulan data dengan cara menyebarkan

sejumlah daftar pertanyaan yang telah disusun kepada responden yang

dijadikan sebagai sampel penelitian untuk memperoleh data yang dibutuhkan

dalam penelitian. Kuesioner disebarkan kepada sejumlah petani padi di

wilayah Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue.


24

3.5. Teknik Analisa Data

Untuk membuktikan hipotesis yang telah dikemukakan maka dalam

penelitian ini digunakan:

3.5.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif kuantitatif merupakan metode yang bertujuan mengubah

kumpulan data mentah menjadi bentuk yang mudah dipahami, dalam bentuk

informasi yang ringkas, dimana hasil penelitian beserta analisanya diuraikan dalam

suatu tulisan ilmiah yang mana dari analisa tersebut akan dibentuk suatu kesimpulan.

3.5.2. Analisis Kuantitatif

1) Untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas (independen) yang

meliputi: dukungan pemerintah, tenaga kerja, dan harga jual, terhadap

variabel terikat (dependen) yaitu pendapatan digunakan teknik analisis regresi

berganda, atau dengan kata lain untuk mengetahui besarnya signifikansii

pengaruh secara kuantitatif dari suatu perubahan variabel bebas (X) terhadap

variabel terikat (Y). Analisis regresi menggunakan rumus persamaan regresi

berganda seperti yang dikutip dalam Sugiyono (2008:277), yaitu:

Y = a + b1X1 + b2X2+ b3X3

Dimana:

Y = Variabel dependen: pendapatan


X1 = Variabel independen: dukungan pemerintah
X2 = Variabel independen: tenaga kerja
X3 = Variabel independen: harga jual
a = Konstanta
b1 = Koefisien regresi variabel dukungan pemerintah
b2 = Koefisien regresi variabel tenaga kerja
b3 = Koefisien regresi variabel harga jual
25

2) Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Pada model linear berganda ini, akan dilihat besarnya kontribusi untuk

variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya dengan

melihat besarnya koefisien determinasi totalnya (R2). Jika (R2) yang diperoleh

mendekati 1 (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut

menerangkan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya

jika (R2) makin mendekati 0 (nol) maka semakin lemah pengaruh variabel-

variabel bebas terhadap variabel terikat.

3) Uji-T (Uji Parsial)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebasnya

secara sendiri-sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

terikatnya. Dimana Ttabel > Thitung, hipotesis ditolak. Dan jika Ttabel < Thitung,

maka hipotesis diterima, begitupun jika sig > ά (0,05), maka hipotesis ditolak

dan jika sig < ά (0,05), maka hipotesis diterima.

4) Uji-F (Uji Serempak)

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel bebas

terhadap varibel terikat. Dimana Fhitung > Ftabel, maka hipotesis diterima atau

secara bersama-sama variabel bebas dapat menerangkan variabel terikatnya

secara serentak. Sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel, maka hipotesis ditolak atau

secara bersama-sama variabel bebas tidak memiliki pengaruh terhadap

variabel terikat. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh secara bersama-

sama variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan probability

sebesar 5% (α= 0,05).


26

3.5.3. Pengukuran Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2008:132) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dam persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Sehingga untuk mengetahui pengukuran jawaban responden pada penelitian ini yang

mana menggunakan instrument penelitian berupa kuisioner, penulis menggunakan

metode skala Likert (Likert’s Summated Ratings).

Dalam pengukuran jawaban responden, pengisian kuesioner diukur dengan

menggunakan skala Likert, dengan tingkatan sebagai berikut:

1. Jawaban “Sangat Setuju” diberi bobot = 4

2. Jawaban “Setuju” diberi bobot = 3

3. Jawaban “Kurang Setuju” diberi bobot = 2

4. Jawaban “Tidak Setuju” diberi bobot = 1

Instrumen penelitian (kuesioner) yang baik harus memenuhi persyaratan yaitu

valid dan reliabel. Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner perlu

dilakukan pengujian atas kuisioner dengan menggunakan uji validitas dan uji

reliabilitas. Karena validitas dan reliabilitas ini bertujuan untuk menguji apakah

kuesioner yang disebarkan untuk mendapatkan data penelitian adalah valid dan

reliabel, maka untuk itu, penulis juga akan melakukan kedua uji ini terhadap

instrumen penelitian (kuesioner)

1. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel. Reabilitas diukur dengan uji statistik

cronbach’s alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

cronbach’s alpha > 0,60.


27

2. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Uji validitas dilakukan dengan melakukan korelasi bivariat antara

masing-masing skor indikator dengan total skor variabel.

3.6. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam memberikan pengertian dan makna,

adapun definisi operasional untuk masing-masing istilah yang digunakan dalam

penulisan ini adalah sebagai berikut:

1) Pendapatan

Secara umum, pendapatan dapat diartikan sebagai hasil pencaharian usaha

yang dapat berupa hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimiliki

kepada sektor produksi. Adapun yang dimaksud dengan tingkat pendapatan

dalam penelitian ini adalah profit (laba) usaha tani yang diperoleh oleh petani

padi di wilayah Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue dari hasil

penjualan hasil panen atau produksi padi.

2) Petani

Yang dimaksud dengan petani dalam penulisan ini adalah orang atau

masyarakat di wilayah Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue yang

memiliki lahan pertanian padi dan persawahan baik milik sendiri ataupun

status sewa untuk berusaha tani sebagai pencaharian baik yang bekerja sendiri

maupun yang menggunakan tenaga kerja buruh tani.

3) Padi

Yaitu jenis tanaman biji-bijian yang ditanam di areal persawahan untuk

tujuan sebagai bahan pangan atau makanan pokok masyarakat agraris


28

termasuk wilayah kepulauan Indonesia. Definisi padi dalam penelitian ini

adalah hasil produksi pertanian berupa gabah kering yang memiliki nilai jual

dan dapat dipasarkan.


29

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga. 2002. Ilmu Usaha Tani. Bandung: Alumni

Baharsyah. 2005. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga FE-
UI.

Basu Swastha, 2000, Manajemen Penjualan, Yogyakarta: Penerbit BPFI

Dumairy. 2004. Perekonomian Indonesia. Cetakan Kelima. Jakarta: Erlangga.

Gilarso, 2003. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.

Kadariah. 2004. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: FE-UI.

Komaruddin, 2004. Strategi Manajemen Bisnis, Edisi Pertama, Bandung: Kapa-


Sigma.

Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES

Perdana, 2007. Budidaya Padi Gogo. Yogyakarta: Mahasiswa Swadaya Penyuluhan


dan Komunikasi Pertanian UGM.

Poerwadimantha. 2008. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Salemba

Purwono dan Heni Purnamawati, 2013. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Jakarta: Penebar Swadaya.

Sinamora, Hendri. 2001. Manajemen Pemasaran Internasional. Jakarta: Salemba.

Soeharjo dkk., 2003. Sendi-sendi Pokok Usahatani. Departemen Ilmu-Ilmu

Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani. Jakarta: UI Press.

Soemarso, 2002. Peranan Harga Jual dalam Penentuan Harga Pokok. Jakarta:
Rajawali Press.

Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Supriyono. 2000. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: STIE YKPN

Anda mungkin juga menyukai