Oleh :
MUH. ZARESTA
(G2B122008)
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir. Marsuki Iswandi, M.Si.
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4
2.1 Kebijakan Pertanian................................................................................4
2.2 Beberapa Kebijakan dibidang Pertanian...............................................5
2.3 Permasalahan Pertanian..........................................................................9
2.4 Strategi dan Kebijakan Pokok Pembangunan Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian...........................................................................14
BAB III PENUTUP.........................................................................................18
3.1 Kesimpulan................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang diperoleh dari rumusan masalah tersebut adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari kebijakan pertanian.
2. Untuk mengetahui kebijakan di bidang pertanian.
3. Untuk mengetahui permasalahan di bidang pertanian.
4. Untuk mengetahui strategi dan kebijakan pokok pembangunan pengolahan
dan pemasaran hasil pertanian.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat kita petik dari makalah ini adalah kita dapat mengetahui
tentang permasalahan dan kebijakan pertanian yang ada di Indonesia sehingga
3
dengan adanya kebijakan pertanian ini, masyarakat dapat lebih memahami hal-hal
apa yang perlu di perhatikan dalam kegiatan usaha tani mereka.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2. Kebijakan Pemasaran
Di samping kebijakan harga untuk melindungi petani produsen,
pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan-kebijakan khusus dalam kelembagaan
perdagangan dengan tujuan yang sama, tetapi dengan tekanan pada perubahan
mata rantai pemasaran dari produsen ke konsumen, dengan tujuan utama untuk
memperkuat daya saing petani. Di negara-negara Afrika seperti Nigeria dan
Kenya apa yang dikenal dengan nama Badan Pemasaran Pusat (Central Marketing
Board) berusaha untuk mengurangi pengaruh fluktuasi harga pasar dunia atas
penghasilan petani. Badan pemasaran ini sangat berhasil di Inggris yang dimulai
sesudah depresi besar tahun 1930 untuk industri bulu domba, susu, telor dan
kentang. Di Indonesia Badan Pengurusan Kopra, Badan Pemasaran Lada pada
prinsipnya mempunyai tujuan yang sama dengan Badan pemasaran Pusat di
Afrika dan Inggris.
Masalah yang dihadapi di Indoensia adalah kurangnya kegairahan
berproduksi pada tingkat petani, tidak ada keinginan untuk mengadakan
penanaman baru dan usaha-usaha lain untuk menaikkan produksi karena
persentase harga yang diterima oleh petani relatif kecil dibandingkan dengan
bagian yang diterima golongan-golongan lain.
Selain kebijakan pemasaran hasil-hasil tanaman perdagangan untuk
ekspor, kebijakan ini meliputi pula pengaturan distribusi sarana-sarana produksi
bagi petani. Pemerintah berusaha menciptakan persaingan yang sehat di antara
para pedagang dengan melayani kebutuhan petani seperti pupuk, insektisida,
pestisida dan lain-lain sehingga petani akan dapat membeli sarana-sarana produksi
tersebut dengan harga yang relatif tidak terlalu tinggi. Jadi disini jelas bahwa
kebijakan pemasaran merupakan usaha campur tangan pemerintah dalam
bekerjanya kekuatan-kekuatan pasar.
7
3. Kebijakan Struktural
Kebijakan struktural dalam pertanian dimaksudkan untuk memperbaiki
strukutur produksi misalnya luas pemilikan tanah, pengenalan dan pengusahaan
alat-alat pertanian yang baru dan perbaikan prasarana pertanian pada umumnya
baik prasarana fisik maupun sosial ekonomi.
Kebijakan struktural ini hanya dapat terlaksana dengan kerjasama yang
erat dari beberapa lembaga pemerintah. Perubahan struktur yang dimaksud disini
tidak mudah untuk mencapainya dan biasanya memakan waktu lama. Hal ini
disebabkan sifat usahatani yang tidak saja merupakan unit usaha ekonomi tetapi
juga merupakan bagian dari kehidupan petani dengan segala aspeknya. Oleh
karena itu tindakan ekonomi saja tidak akan mampu mendorong perubahan
struktural dalam sektor pertanian sebagaimana dapat dilaksanakan dengan lebih
mudah pada sektor industri. Pengenalan baru dengan penyuluhan-penyuluhan
yang intensif merupakan satu contoh dari kebijakan ini. Kebijakan pemasaran
yang telah disebutkan di atas sebenarnya dimaksudkan pula untuk mempercepat
proses perubahan struktural di sektor pertanian dalam komoditi-komoditi
pertanian. Pada bidang produksi dan tataniaga kopra, lada, karet, cengkeh dan
lain-lain. Dalam kenyataannya pelaksanaan kebijakan harga, pemasaran dan
struktural tidak dapat dipisahkan, dan ketiganya saling melengkapi.
Ketiga ciri khusus pertanian ini nampak dalam teori ekonomi sebagai
perbedaan dalam respons permintaan dan penawaran atas perubahan-perubahan
harga.
Elatisitas harga atas permintaan dan penawaran hasil-hasil pertanian jauh
lebih kecil daripada hasil-hasil industri. Misalnya elastisitas harga atas permintaan
radio, buku-buku, mobil dan lain-lain, jauh lebih tinggi daripada elatisitas harga
atas permintaan beras dan bahan pakaian. Hal ini disebabkan pendapatan sektor
industri pada umumnya lebih tinggi daripada pendapatan sektor pertanian maka
elastisitas pendapatan atas permintaan barang-barang hasil industri lebih besar
daripada atas bahan makanan pokok.
yang mengerjakan sawah dengan bajak atau traktor dalam waktu yang sama akan
mampu menyelesaikan luas sawah yang lebih besar daripada petani lain yang
hanya menggunakan cangkul. Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya adalah:
1. Adanya tambahan modal yang berupa pajak dan ternak serta mesin traktor
pada petani pertama
2. Adanya keahlian dan keterampilan khusus yang diperlukan oleh petani
yang menjalankan bajak atau traktor itu.
Kedua unsur inilah yang menimbulkan perbedaan produktivitas tenaga kerja.
3. Pertanian Subsisten
Perkataan subsisten ini banyak sekali dipakai dalam berbagai karangan
mengenai ekonomi pertanian sebagai terjemahan dari perkataan subsistence dari
kata subsist yang berarti hidup. Pertanian yang subsisten diartikan sebagai suatu
sistem bertani dimana tujuan utama dari si petani adalah untuk memenuhi
keperluan hidupnya beserta keluarganya. Namun dalam menggunakan definisi
yang demikian sejak semula harus diingat bahwa tidak ada petani susbsisten yang
11
begitu homogen, yang begitu sama sifat-sifatnya satu dari yang lain. Dalam
kenyataannya petani subsisten ini sangat berbeda-beda dalam hal luas dan
kesuburan tanah yang dimilikinya dan dalam kondisi-kondisi sosial ekonomi
lingkungan hidupnya.
Apa yang sama di antara mereka adalah bahwa mereka memandang
pertanian sebagai sarana pokok untuk memenuhi kebutuhan keluarga yaitu
melalui hasil produksi pertanian itu. Dengan definisi tersebut sama sekali tidak
berarti bahwa petani susbsisten tidak berfikir dalam pengertian biaya dan
penerimaan. Mereka juga berpikir dalam pengertian itu, tetapi tidak dalam bentuk
pengeluaran biaya tunai, melainkan dalam kerja, kesempatan beristirahat dan
partisipasi dalam kegiatan-kegiatan upacara adat dan lain-lain.
5. Perlunya Efisiensi
12
efektivitas kerja rendah yang menyerap banyak tenaga manusia atau memang
karena distribusi kerja yang tidak merata.
6. Tuntutan Inovasi
Dalam arah kebijakan pembangunan nasional, pembangunan sektor
pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan kesejahteraan, daya beli,
taraf hidup, kapasitas dan kemandirian serta akses masyarakat pertanian dalam
proses pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas produksi serta
distribusi dan keanekaragaman hasil pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan
pada pengembangan sistem pertanian yang berkelanjutan yang berbudaya industri,
maju dan efisien ditingkatkan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Untuk memenuhi tuntutan di atas, alternatif inovasi yang sampai sekarang
tampaknya relevan walaupun tidak terlalu baru adalah penerapan mekanisasi
pertanian (penggunaan alat dan mesin pertanian). Sudah saatnya dimulai
penerapan mekanisasi pertanian dalam sistem pertanian nasional meskipun tetap
dilakukan secara selektif.
Upaya menuju pertanian industri antara lain dapat dikembangkan dengan
peningkatan penggunaan alat dan mesin pertanian dalam pengolahan tanah dan
penanganan pasca panen. Salah satu keuntungan yang diperoleh adalah terjadinya
peningkatan efisiensi dan produktivitas pemanfaatan sumber daya alam.
Salah satu dampak yang signifikan dari kebijakan yang menitik beratkan
kepada usaha produksi (budidaya) selama ini adalah kurang memadainya upaya-
upaya inovasi teknologi pasca panen dan pengolahan serta diseminasinya. Hal
tersebut mengakibatkan lemahnya daya saing dan kecilnya nilai tambah yang
dapat dinikmati oleh petani, sehingga kesejahteraan tidak meningkat dari tahun ke
tahun. Untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk pertanian maka
perlu ditingkatkan upaya-upaya inovasi teknologi pasca panen dan pengolahan
hasil pertanian serta diseminasinya. Dalam hubungan tersebut, beberapa kebijakan
yang akan dilaksanakan adalah:
1. Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan sumber-sumber inovasi
teknologi seperti lembaga riset, Perguruan Tinggi dan bengkel-bengkel
swasta dalam rangka pengembangan dan diseminasi teknologi tepat guna.
2. Mengembangkan bengkel alsin pascapanen dan pengolahan hasil
3. Mengembangkan sistem sertifikasi dan apresiasi (penghargaan) terhadap
inovasi teknologi yang dilakukan oleh masyarakat.
4. Mengembangkan pilot proyek dan percontohan penerapan teknologi pasca
panen dan pengolahan hasil pertanian.
5. Memberikan penghargaan dengan kriteria mutu, rasa, skala usaha, tampilan
terhadap produk olahan yang dihasilkan oleh para pelaku usaha.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebijakan pertanian adalah serangkaian tindakan yang telah, sedang dan
akan dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun
tujuan umum kebijakan pertanian kita adalah memajukan pertanian,
mengusahakan agar pertanian menjadi lebih produktif, produksi dan efisiensi
produksi naik dan akibatnya tingkat penghidupan dan kesejahteraan petani
meningkat.
Beberapa kebijakan di bidang pertanian Kebijakan Harga, kebijakan
pemasaran, kebijakan structural, kebijakan pertanian dan industry, pendapatan
penduduk desa dan kota. Itulah beberapa kebijakan yang diambil oleh pemerintah
indonesia. Yang diharapkan dapat meningkatkan hasil produk pertanian indonesia.
Beberapa permasalahan pertanian jarak waktu yang lebar antara
pengeluaran dan penerimaan pendapatan dalam pertanian, tekanan penduduk dan
pertanian, pertanian subsisten, mekanisasi pemecahan masalah efisiensi kerja
petani, perlunya efisiensi, tuntutan inovasi dan mekanisasi dan distribusi kerja.
Untuk mengatasi permasalah diatas pemerintah kini tengah gencar
mengatasi permasalahan yang ada dalam bidang pertanian Indonesia misalnya
dengan pengembangan teknologi permodalan untuk para petani ditambah dan
pengusahaan peningkatan hasil pertanian.
19
DAFTAR PUSTAKA