Anda di halaman 1dari 136

TESIS

ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADA TANAMAN KENTANG


BENIH VARIETAS GENERASI BARU DAN BENIH VARIETAS LOKAL
DI KABUPATEN GOWA

Analysis of Farmer Income on Potato Seed varieties New Varieties and


Local Varieties in Gowa

Oleh
:
Besse Bolong
Nomor Induk Mahasiswa : 2013 11 840

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
TESIS

ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADA TANAMAN KENTANG


BENIH VARIETAS GENERASI BARU DAN BENIH VARIETAS LOKAL
DI KABUPATEN GOWA

Yang Disusun dan Diajukan oleh

Besse Bolong
Nomor lnduk Mahasiswa : 2013 11 840

Telah Dipertahankan di Depan Panitia Ujian Tesis


pada Tanggal 12 September 2015

Menyetujui
Komisi Pembimbing

Pembimbing ll,

Mengetahui,

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi


Universitas Makassar

Prof. Dr. H.M. lde D.M., M.Pd. Dr. Jam'an, S.E., i,l.Si.
NBM. 988 463 NBN. 'l 507
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI

JudulTesis Analisis Pendapatan Petani pada Tanaman


Kentang Benih Varietas Generasi Baru dan
Benih Varietas Lokal di Kabupaten Gowa

Nama Mahasiswa : Besse Bolong


NIM '.2013 11 840
Program Studi : Magister Manajemen
Konsentrasi : Manajemen Agribisnis

Telah diuji dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Tesis pada Tanggal
12 September 2015 dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen (M.M.) pada Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, dengan beberapa
perbaikan.

Makassar, 30 Desember 2015

TIM Penguji

Prof. Dr. Syafiuddin, M.S.


(Ketua Pembimbing/Penguji)

Dr.lr.Sahardi Mulia, M.S.


(Sekretaris Pembimbing/Penguji)

Dr. Andi Jam'an, S.E., M.Si.


(Penguji)

Dr. lr. Kasifah, M.P.


(Penguji)

lll
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : Besse Bolong
Nomor Pokok : 2013 11 840
Program studi : Magister Manajemen
Konsentrasi : Manajemen Agribisnis

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan
bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 30 Desember 2015

Yang menyatakan

Besse Bolong

iv
ABSTRAK

BESSE BOLONG, 2015. Analisis Pendapatan Petani Pada Tanaman Kentang


Benih Varietas Baru dan Varietas Lokal Di Kabupaten Gowa, dibimbing oleh:
Syafiuddin Saleh dan Sahardi Mulia.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis jumlah biaya dan hasil
produksi yang diperoleh petani pada penggunaan benih varietas baru dan
benih varietas lokal, Mengkaji perbedaan pendapatan petani yang
menggunakan benih varitetas baru dan yang menggunakan benih varietas
lokal, merekomendasikan langkah strategis yang perlu diterapkan dalam
meningkatkan produksi dan pendapatan petani kentang.
Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Teknik penarikan
sampel untuk lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja dengan
mengambil 40 responden petani yang menanam kentang
Total biaya varietas lokal yaitu Rp 40.656.517 dan jumlah produksi
varietas lokal adalah Rp 2.580.000.000 sedangkan total biaya varietas
generasi baru yaitu Rp 785.390.000 dan jumlah produksi varietas generasi
baru adalah Rp 8.535.000.000.
Terdapat perbedaan nyata pendapatan usaha tani kentang varietas
generasi baru dengan varietas kentang lokal. Pendapatan usaha tani hasil
varietas lokal per petani adalah sebesar Rp 126.967.174 dan rata-rata
pendapatan per hektar adalah sebesar Rp 225.719.420. Pendapatan varietas
generasi baru per petani adalah sebesar Rp 387.480.500 dan rata-rata
pendapatan per hektar adalah sebesar Rp 508.171.148.
Langkah strategis dilakukan untuk meningkatkan produksi dan
pendapatan yaitu petani harus beralih dari menggunakan benih kentang lokal
menjadi kentang varietas generasi baru. Selain itu petani harus lebih
menguasai teknik budidaya yang dikehendaki tanaman kentang. Penggunaan
sarana produksi diusahakan agar lebih efektif dan efisien agar dapat
meminimalkan biaya produksi sehingga pendapatan dan keuntungan yang
diperoleh lebih tinggi,

Kata kunci : Pendapatan Kentang, Generasi Baru, Generasi Lokal

v
ABSTRACT

Besse Bolong, 2015. Analysis of Farmer Income on Potato Seed Varieties


New Varieties and Local Verieties in Gowa. Supervised by Syafiuddin Saleh
dan Sahardi Mulia
The research objective was to analyze the amount of costs and production
results were obtained by farmers on the use of new varieties of seeds and
seed varieties of local, assessing differences income of farmers who use seed
varieties new and were using seeds of local varieties, recommend strategic
steps that need to be implemented to increase production and income farmer
potatoes.
This study used quantitative descriptive. The sampling technique for the
location of the research done on purpose by taking 40 respondents farmers
who grow potatoes
The total cost of local varieties Rp 40,656,517 and total production of local
varieties Rp 2.58 billion while the total cost of the new generation varieties of
Rp 785 390 000 and the amount of production of a new generation of varieties
was Rp 8.535 billion
There were noticeable differences in farm income of potato varieties with a
new generation of local potato varieties. Farm income per farmer result of local
varieties was Rp 126.967.174 and the average income per hectare was
Rp 225.719.420. The new generation of varieties revenue per farmer was
Rp 387.480.500 and the average income per hectare was Rp. 508.171.148.
Strategic steps taken to increase production and income that farmers have
switched from using local seed potatoes into potato varieties of the new
generation. In addition farmers must be mastered cultivation techniques
desired potato plants. Attempted use production facilities in order to more
effectively and efficiently in order minimize production costs so that revenues
and profits are higher.

Keywords : Income Potato,New Generation,Generation Local


KATA PENGANTAR

Segenap puji bagi Allah Swt. pada kesempurnaan ke-maha Esaan-

Nya yang agung penulis lafazkan syukur karena atas kehendak-Nya penulis

dapat merampungkan tesis ini untuk menyempurnakan persyaratan mencapai

derajat Magister pada Program Studi Magister Manajemen Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Selama proses penyusunan dilakukan, terdapat banyak tantangan dan

selalu ada saran dan motivasi yang datang dari berbagai pihak. Sudah

sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih dan sebagai bentuk rasa

syukur atas semua nikmat Ilahi.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

Prof. Dr. Syafiuddin, M.S. pembimbing I dan Dr. Sahardi Mulia, M.S.

pembimbing II, yang telah meluangkan waktu bagi penulis dalam

membimbing dan memberi masukan serta arahan kepada penulis;

Dr. Ir. Kasifah, M.P. dan Dr. Andi Jam’an, S.E., M.Si. penguji yang

memberikan masukan dan kritikan pada saat ujian tesis.;

Prof. Dr. M. Ide Said D.M., M.Pd. Direktur Program Pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Makassar;

Dr. Andi Jam’an, S.E., M.Si. Ketua Prodi Magister Manajemen Pascasarjana

Universias Muhammadiyah Makassar;

vii
Seluruh dosen, staf dan pegawai di lingkungan Pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah membantu dalam proses perkuliahan,

administrasi, dan penyusunan tesisl;

Suami tercinta H. Idris Ke’nang, S.P. yang telah memberi dukungan dan

waktunya untuk mendampingi penulis dalam penyelasaian studi;

Anak-anakku tersayang Putra Pratama Idris dan Mega Putri Kumalasari Idris

yang telah setia dan ikhlas dan banyak mendukung dalam proses

penyelasaian tulisan ini.

Apa pun yang diberikan sebagai sumbangsih terwujudnya tesis ini, dengan

ikhlas hati penulis memohon kepada Allah Swt. untuk diberikan berkah dan

pahala yang berlipat ganda.

Makassar, September 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL I
HALAMANAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
DAFTAR ISTILAH xv
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 85
D. Kegunaan Penelitian 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA 7
A. Komoditas Kentang 7
B. Manajemen Usaha Tani Kentang 10
C. Input Produksi Kentang 17
D. Analisis Usaha Tani Kentang 21
E. Langkah Pengembangan Usaha Tani Kentang 24
F. Penelitian Terdahulu 29
G. Kerangka Pikir 33
B BAB III. METODE PENELITIAN 36
A. Desain dan Jenis Penelitian 36

ix
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 36
C. Populasi dan Sampel 36
D. Metode Pengumpulan Data 37
E. Definisi Operasional 38
F. Teknik Analisis Data 39
BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 41
A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 41
B. Keadaan Penduduk 42
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 45
A. Karakteristik Petani Kentang 45
B. Analisis Usaha Tani Kentang 53
C. Pendapatan UsahaTani Kentang 68
D. Input Produksi, Biaya dan Penerimaan 69
E. Langkah Strategis Peningkatan Produksi Kentang 71
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 77
A. Simpulan 77
B. Saran/Rekomendasi 78
DAFTAR PUSTAKA 80
LAMPIRAAN-LAMPIRAN 81
1. INSTRUMNEN PENELITIAN 82
2. IZIN PENELITIAN 86
3. DATA PENELITIAN 88
4. DATA OLAHAN 116
5. FOTO KEGIATAN 117
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Teks

4.1. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di


Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa ............................ 42

4.2. Jumlah Penduduk Beradasarkan Pendidikan di Kecamatan


Tombolopao Kabupaten Gowa …..……………………….……. 43

4.3. Distribusi Penduduk menurut Agama di Kecamatan


Tombolopao Kabupaten Gowa....................…………………... 44

5.1 Umur Petani Responden yang Menanam Generasi baru di


Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa ........................... 46

5.2 Lama Pendidikan Petani yang Menanam Varietas Lokal


di Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa ………..……… 46

5.3 Lama Pendidikan Petani yang Menanam Generasi


baru di Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa………… 48

5.4 Pengalaman Usaha Tani Kentang yang Menaman Varietas


Lokal Kecamatan Tombolopao KabupatenGowa..................... 49

5.5 Pengalaman Usaha Tani Kentang yang Menaman Generasi


Baru di Kecamatan Tombolopao KabupatenGowa………….. 50

5.6 Pengalaman Pedagang Kentang Kecamatan Tombolopao


Kabupaten Gowa...................................................................... 51

5.7. Jumlah Tanggungan yang Menanam Varietas Lokal di


Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa ............................ 52

5.8. Jumlah Tanggungan yang Menanam Generasi Baru di


Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa ............................ 53

5.9. Hasi Analisis Usaha Tani Kentang Varietas Lokal di


Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa ............................ 68

5.10. Hasi Analisis Usaha Tani Kentang Generasi Baru di


Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa …………….......... 69

xi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Kerangka Pikir Analisis Lembaga Pemasaran ………………… 34


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Kuesioner Penelitian ………………………………………....... 82

2. Karakteristik Responden Petani Kentang Varietas Lokal …….. 88

3. Karakteristik Responden Petani Kentang Generasi Baru …….. 89

4. Penggunaan Benih Petani Kentang Varietas Lokal ………..….. 90

5. Penggunaan Benih Petani Kentang Generasi Baru ……...….... 91

6. Penyusutan Alat Petani Kentang Varietas Lokal ……..………… 92

7. Penyusutan Alat Petani Kentang Generasi Baru ………..……… 94

8. Penggunaan Pupuk Petani Kentang Varietas Lokal ……………. 96

9. Penggunaan Pupuk Petani Kentang Generasi Baru …………... 99

10. Penggunaan Pestisida Petani Kentang Varietas Lokal ….…….. 102

11. Penggunaan Pestisida Petani Kentang Generasi Baru …………105

12. Tenaga Kerja Petani Kentang Varietas Lokal …………....………108

13. Tenaga Kerja Petani Kentang Generasi Baru ……………………111

14. Produksi Petani Kentang Varietas Lokal ………………………….114

15. Produksi Petani Kentang Generasi Baru ………………...……….115

16. Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan Varietas Lokal …......116

17. Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan Generasi Baru …..... 117

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional dewasa ini diprioritaskan pada bidang

perekonomian sehingga pemerintah selalu berusaha untuk menerapkan

kebijaksanaan dalam peningkatan hasil produksi pertanian. Apalagi Negara

Indonesia terkenal dengan Negara agraris yang mempunyai areal pertanian

yang cukup luas, dengan sumber daya alam yang masih sangat perlu digali

dan dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan manusia.

Sasaran utama pembangunan pertanian dewasa ini adalah

peningkatan produksi pertanian dan pendapatan petani, karena itu kegiatan

sektor pertanian diusahakan agar dapat berjalan lancar dengan peningkatan

produk pangan, baik melalui intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi

pertanian yang diharapkan dapat memperbaiki taraf hidup petani,

memperluas lapangan pekerjaan bagi golongan masyarakat yang masih

tergantung pada sektor pertanian.

Pendapatan usaha merupakan salah satu indikator dalam penilaian

keberhasilan suatu usaha tani. Tingkat pendapatan petani secara umum

dipengaruhi oleh beberapa komponen yaitu: jumlah produksi, harga jual, dan

biaya-biaya yang dikeluarkan petani dalam pertaniannya. Ini berarti bahwa

perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian merupakan usaha untuk


2

memperbaiki taraf kehidupan sebagian besar penduduk yang tergolong

miskin.

Usaha tani kentang merupakan salah satu komoditi yang mempunyai

prospek cerah guna menambah pendapatan para petani dan merupakan

kesempatan kerja bagi masyarakat pedesaan. Kebutuhan dan permintaan

akan komoditas ini dari tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan ini

disebabkan oleh makin meluasnya penggunaaan produk kentang untuk

berbagai bahan makanan, baik sebagai bahan sayuran, makanan ringan

maupun kebutuhan industri. Selain itu, kentang juga merupakan komoditas

ekspor dan impor antara Negara di dunia. Hal tersebut dapat memberi

motivasi bagi petani untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan

produksinya dengan harapan agar pada saat panen usaha memperoleh hasil

penjualan tinggi guna memenuhi kebutuhannya.

Untuk memperoleh pendapatan yang memuaskan petani, maka petani

dituntut kecermatannya dalam mempelajari perkembangan harga sebagai

solusi dalam menentukan pilihan, apakah ia memutuskan untuk menjual atau

menahan hasil produksinya. Namun, bagi petani yang secara umumnya

menggantungkan hidupnya dari bertani, maka mereka senantiasa tidak

memiliki kemampuan untuk menahan hasil panen kecuali sekedar untuk

konsumsi sehari-hari dan membayar biaya produksi yang telah dikeluarkan.

Produksi kentang di Sulawesi Selatan memiliki prospek yang sangat

cerah yang mampu memproduksi 30.295 ton/tahun dan tiap tahun

mengalami peningkatan produksi (Data Statistik, 2013). Sentra


3

pengembangan kentang di Sulawesi Selatan yaitu terdapat di Kabupaten

Gowa, Tanah Toraja, Enrekang, Bone, dan Gowa. Namun, terdapat

beberapa kabupaten yang mulai melakukan pengembangan kentang, di

antaranya : Luwu Utara, Sinjai, dan Jeneponto.

Kabupaten Gowa sebagai salah satu daerah pengembangan kentang

yang memiliki potensi cukup besar dan merupakan daerah yang memiliki

luas areal terbesar di Sulawesi Selatan yaitu 796 Ha (Data Statistik, 2013).

Selain dari luas areal, dan produksi yang telah dicapai, juga ternyata di

tingkat petani sudah dikembangkan beberapa jenis benih, baik melalui

pemanfaatan benih kentang maupun pemanfaatan tanaman sayuran lainnya

pada lahan petani.

Di Kabupaten Gowa Kecamatan Tombolopao merupakan sentra

produksi kentang terbesar di Kabupaten Gowa yang mampu memproduksi

92.480 kuintal/thn (Dinas Pertanian Kabupaten Gowa, 2013). Benih kentang

yang diusahakan oleh petani di Kecamatan Tombolopao yaitu benih kentang

varietas generasi baru dan benih kentang varietas lokal. Sumber benih

varietas generasi baru telah didapatkan dari Balai Penelitian Sayuran

(Balitsa) yang menghasilkan benih generasi baru yang ditanam oleh petani

penangkar terlatih di Kecamatan Gowa sehingga petani di Kecamatan

Tombolopao Kabupaten Gowa mulai membudidayakan benih generasi baru

ini secara umum. Sedangkan sumber benih varietas lokal yaitu benih yang

dibudidayakan petani yang didapatkan dari hasil perbanyakan yang

dilakukan oleh penangkar benih Kabupaten Gowa.


4

Pentingnya usaha tani kentang adalah dapat meningkatkan nilai

tambah dan sangat diharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani

sebagai upaya menciptakan pemberdayaan ekonomi kerakyatan melalui

pengembangan usaha agribisnis berbasis di pedesaan.

Sehubungan dengan fenomena itulah sehingga perlu dilakukan suatu

penelitian untuk mengkaji tingkat keuntungan petani cara memilih dan

menentukan jenis benih yang akan diusahakan sehingga dapat memperoleh

keuntungan yang layak dalam usaha taninya.

Analisis perbandingan pendapatan dan keuntungan usaha tani kentang yang

menggunakan benih varietas generasi baru dan yang menggunakan benih

varietas lokal ini perlu dilakukan agar diketahui apakah pemilihan

penggunaan benih ini memberikan peningkatan pendapatan dan keuntungan

bagi petani serta keberadaannya dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Atas dasar itulah, menjadi kajian yang menarik untuk diteliti mengenai

“Analisis Pendapatan Petani pada Tanaman Kentang Benih Varietas

Generasi Baru dan Benih Varietas Lokal di Kabupaten Gowa Provinsi

Sulawesi Selatan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Berapa jumlah biaya dan hasil produksi yang diperoleh petani pada

penggunaan benih varietas generasi baru dan varietas lokal ?


5

2. Apakah ada perbedaan pendapatan petani yang menggunakan benih

varietas generasi baru dengan yang menggunakan benih varietas

lokal?

3. Apa langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan untuk

meningkatkan produksi dan pendapatan petani kentang ?

C. Tujuan Penellitian

1. Untuk menganalisis jumlah biaya dan hasil produksi yang diperoleh

petani pada penggunaan benih varietas generasi baru dan benih

varietas lokal.

2. Untuk mengkaji perbedaan pendapatan petani yang menggunakan

benih varitetas generasi baru dan yang menggunakan benih varietas

lokal.

3. Untuk memberikan langkah-langkah strategis yang perlu diterapkan

dalam meningkatkan produksi dan pendapatan petani kentang.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini diharapkan berfungsi sebagai :

1. Bahan masukan bagi petani mengenai upaya-upaya untuk

meningkatkan pendapatannya terhadap usaha tani yang diusahakan

sehingga lebih menguntungkan dalam mengembangkan

penggunaan benih kentang.


6

2. Bahan informasi bagi pemerintah, terutama Dinas Pertanian dan

yang terlibat dalam proyek pengembangan benih kentang serta para

pemangku jabatan lainnya dalam menyusun dan menetapkan suatu

kebijakan dalam pengembangan komoditas kentang.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komoditas Kentang

Kentang (Solanum Tuberosum L.) dapat tumbuh dengan baik jika

ditanam pada daerah yang dingin dan sejuk dan dapat menghasilkan umbi

yang berkualitas tinggi. Yaitu pada daerah ketinggian antara 500 m-3000 m

di atas permukaan laut (ideal 1500 mdpl). Suhu udara pada siang hari antara

20-24⁰C. Pembentukan umbi kentang memerlukan usaha tanah yang relatif

rendah, rata-rata antara 14,9-17,7⁰C. curah hujan 1500-5000 mm/tahun,

curah hujan yang diharapkan adalah ± 1000 mm per musim atau 300 mm per

bulan. Kelembaban udara sekitar 80-90% dan kelembaban tanah sekitar 40-

60 % pada awal pertumbuhan hingga pertengahan, tanaman kentang

memerlukan cukup air, sedangkan pada pertengahan hingga akhir

pertumbuhan memerlukan iklim agak kering. Tanah yang terlalu lembab

dapat merusak pertumbuhan akar dan memperbesar kemungkinan serangan

penyakit cendawan (Setijo, 2004).

Tanah yang cocok adalah memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Bertekstur remah dan gembur, mengandung banyak bahan organik, subur

dan memiliki solum yang dalam. Jenis tanah yang cocok adalah lempung

ringan berpasir, tanah andosol di pegunungan dan tanah abu vulkanis, PH

tanah antara 5-6,5 (Setijo, 2004:33).


8

Undang-Undang No.12 Tahun 1992, tentang System Budi Daya

Tanaman pasal 1 ayat 4 yang dimaksud dengan benih tanaman adalah

tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau

mengembangbiakkan tanaman. Perbanyakan tanaman kentang dapat

dilaksanakan dengan cara vegetatif maupun generatif. Perbanyakan secara

generatif dapat menggunakan propagul benih dan biji. Perbanyakan vegetatif

dilakukan dengan menggunakan setek mikro, setek mini, umbi mikro, dan

umbi mini. Hingga saat ini sebagian besar petani di Indonesia lebih

mengenal benih kentang yang berupa umbi dibandingkan dengan umbi

kentang yang lain. Jumlah benih yang dibutuhkan untuk budi daya tanaman

pada lahan seluas satu hektar berkisar 1,0-1,5 ton. Produktivitas kentang

pada budi daya intensif dapat mencapai lebih dari 35 ton/ha. Namun,

produktivitas kentang rata-rata nasional masih rendah, yakni sekitar 15

ton/ha. Rendahnya produktivitas kentang tersebut dipengaruhi oleh banyak

hal, antara lain masih terbatasnya penggunaan benih kentang bermutu bagi

petani. Sebagian besar petani menggunakan benih umbi kentang dari

generasi lanjutan, yaitu hasil panen yang disengaja disisihkan dan disimpan

untuk dimanfaatkan sebagai benih. Kondisi tersebut disebabkan oleh

mahalnya harga benih kentang yang bermutu. Sementara harga kentang

konsumsi relatif rendah, sehingga petani kurang mampu membeli benih

kentang bermutu. Selain itu, seringkali benih kentang belum cukup tersedia

di lapangan pada waktu diperlukan oleh petani.


9

Sampai saat ini, jumlah pengusaha dan penangkar benih kentang

masih terbatas, beberapa perusahaan, perguruan tinggi dan instansi ada

yang mampu menghasilkan benih kentang secara aseptik, yaitu

memproduksi benih penjenis, generasi ke satu (G1), generasi kedua (G2)

dan setek benih kentang. Terbatasnya jumlah penangkar benih kentang

mengakibatkan kebutuhan benih kentang belum dapat tercukupi, lebih lanjut

hal ini mengakibatkan intensifikasi budi daya kentang tidak dapat

dilaksanakan dengan baik, sehingga prodktivitas lebih rendah dibandingkan

dengan produktivitas potensial. Kebutuhan benih kentang tidak kurang dari

97.000 ton, dan baru dapat tercukupi sekitar 21.000 ton atau sekitar 22

persen termasuk benih kentang impor (Setijo, 2004:61).

Sektor perbenihan merupakan salah satu pendukung utama dalam

program pembangunan pertanian yang diarahkan pada peningkatan

ketahanan pangan, nilai tambah, daya saing usaha pertanian, dan

kesejahteraan petani. Program pembangunan pertanian akan tercapai

dengan dukungan di mana salah satunya adalah terpenuhinya benih secara

kuantitas dan kualitas. Benih sangat mempengaruhi produktivitas dan

kualitas hasil produksi.

Penanaman benih kentang bermutu, tepat waktu dan tepat umur

fisiologis adalah faktor utama penentu keberhasilan produksi kentang. Upaya

penyediaan benih kentang bermutu perlu dilandasi dengan sistem

perbenihan yang mapan. Dalam perbenihan kentang dikenal level Generasi

0 (G0) – Generasi 4 (G4). Benih G0 merupakan benih umbi kentang hasil


10

tanaman kultur jaringan yang ditanam hingga besar dan menghasilkan umbi.

Umbi G0 ini kemudian ditanam lagi hingga menghasilkan umbi yang disebut

G1. Umbi G1 kemudian akan ditanam lagi hingga menghasilkan G2 dan

seterusnya. Dalam peraturan perbenihan kentang di Indonesia dikenal

hingga benih G4. Benih G4 merupakan benih yang siap disebar ke petani.

Benih kentang adalah umbi kentang yang diproduksi dengan menggunakan

teknologi tertentu yang dapat meminimalkan proses terjadinya infeksi

penyakit dan dalam proses produksinya mengikuti prosedur sertifikasi yang

ditetapkan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan

dan Hortikultura (BPSBTPH) yang ditandai dengan label benih pada

kemasannya. Dengan adanya label, berarti benih tersebut telah lulus

pemeriksaan BPSBTPH, baik secara prosedural maupun secara teknis

(Dinas Pertanian Kabupaten Gowa, 2015).

B. Manajemen Usaha Tani Kentang

a) Perencanaan

Usaha tani mulai timbul pada saat manusia mulai mengendalikan

tumbuhan dan hewan (Mosher, 1991). Pengaturan yang sedemikian rupa

dilakukan manusia sehingga menguntungkan bagi kehidupan manusia itu

sendiri. Dari sinilah usaha tani mulai mengalami perubahan, sejak usaha tani

subsistem sampai usaha tani modern.


11

Usaha tani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang

diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah, air, sinar matahari, dan

bangunan yang ada diatas tanah tersebut (Mubyarto, 1995).

Usaha tani sebagai pengalokasian sumber daya yang ada secara

efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada

waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat

mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki dan yang dikuasai sebaik-

baiknya. Sedangkan efisien bila memanfaatkan sumber daya tersebut

menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi,

2006). Untuk membangun pertanian masa depan termasuk mengembangkan

usaha tani dalam arti luas perlu dilakukan secara efisien, terintegrasi, bernilai

tinggi dan berdaya saing melalui pendekatan sistem agribisnis (Nuhung,

2006:10)

Di masa yang akan datang, sektor agribisnis masih memiliki ruang

gerak pengembangan yang cukup luas dan dukungan pasar yang cukup

potensial. Prospek sektor agribisnis dapat ditelusuri, baik dari sisi penawaran

maupun dari sisi permintaan (Saragih, 2001)

Sektor pusat dalam agribisnis adalah sektor produksi usaha tani.

Apabila ukuran tingkat keluaran dan efisiensi sektor ini bertambah, maka

sektor lain akan ikut bertambah. Baik buruknya keadaan sektor ini akan

berdampak langsung terhadap situasi keuangan, sektor masukan, dan sektor

keluaran agribisnis (Downey,1992)


12

Di dalam pengelolaan usaha tani dengan sasaran untuk mencapai

produksi dan keuntungan yang maksimum, terlebih dahulu dilakukan

perencanaan. Maksud dari analisis usaha tani mulai dari perencanaan

sampai dengan pengelolaan usaha tani pada prinsipnya mencari informasi

tentang keragaman suatu usaha tani yang dilihat dari berbagai aspek

(Soekartawi, 2006)

Perencanaan usaha tani dan perencanaan biaya mempunyai arti

yaitu:

1. Membantu petani dalam memperbaiki organisasi dan koperasi usaha

taninya dengan maksud untuk meningkatkan produksi dan

pendapatan petani

2. Membantu perencanaan pemanfaatan sumber-sumber produksi dan

metode-metodenya.

3. Menaksir produksi dan pendapatan yang biasa diperoleh (Tohir, 1991)

Perencanaan usaha tani disusun berdasarkan pengalaman dan

evaluasi faktor-faktor tetap yang menentukan (jumlah uang yang tersedia,

Konsumsi atau komersial, jumlah tenaga yang tersedia, tanah dan iklim).

Manusia tidak dapat berbuat banyak terhadap tanah dan iklim sehingga

langkah dalam pendekatan sebagai berikut:

a. Mengklasifikasikan tanah. berapa bagian yg ditanami kentang, padi,

kedelai, ternak, ikan, dan lain lain.

b. Menyusun rencana tanaman dengan syarat:

1. Dapat menambah atau mempertahankan kesuburan tanah.


13

2. Saling mendukung satu sama lain, sehingga dapat memanfaatkan

penggunaan alat alat pertanian dan tenaga kerja.

3. Menggunakan tenaga kerja keluarga dengan efisien.

4. permintaan pasar bagi usaha tani yang bertujuan menjual hasilnya ke

pasar.

c. Perencanaan usaha tani; usaha tani dapat mengubah hasil tanaman

menjadi makanan berkadar protein tinggi melalui hasilnya yg berupa

daging,susu,telur, dan lain-lain. Ternak dapat berfungsi sebagai tenaga

kerja.

d. Perencanaan tenaga kerja dan alat alat pertanian. Pada waktu waktu

kapan tenaga kerja dan alat-alat pertanian banyak/sering atau kurang

diperlukan. Untuk usaha tani yg luas,lebih mudah mengombinasikan

tenaga kerja dan alat-alat pertanian.

e. Perencanaan biaya, Anggaran/biaya usaha tani terdiri atas taksiran

pengeluaran total dan taksiran penerimaan total yang disusun untuk

jangka waktu pendek atau panjang.

Tujuan anggaran/biaya :

a. Dasar untuk perbaikan usaha tani.

b. Berfungsi sebagai peringatan atau penelitian rencana usaha.

Perencanaan dituangkan dalam bentuk rencana usaha anggota, rencana

usaha kelompok dan rencana usaha bersama. Pengaturan pada umumnya

petani telah tahu bagaimana memperkecil resiko usaha taninya yaitu dengan

jalan mengusahakan beberapa cabang usaha lebih dari satu macam.


14

Tanaman dan berbagai jenis ternak seperti sapi,unggas, dan sebagainya.

Hal ini memperbaiki pendapatan musiman dan distribusi tenaga kerja

sepanjang tahun. Keuntungan lain adalah perbaikan tanah, pencegahan

hama dan penyakit, dan sebagainya. Untuk membantu setiap petani dalam

rangka pengaturan gunakan langkah langkah sebagai berikut :

a. Teliti kondisi usaha tani. petani mencatat di mana, bagimana dan kapan

tanaman yang bermacam macam diusahakan. bagaimana cara cara

pengusahaan usaha tani.

b. Variasi dalam besarnya laba mengatur penggunaan sarana produksi dan

tenaga kerja. Beberapa tanaman bersaing dalam penggunaan tenaga

kerja dan tempat. Beberapa tanaman bersifat cocok untuk ditanam

bersama sama dan beberapa bersifat untuk ditanam saling menyusul.

Pengaturan uang tunai yg digunakan untuk usaha baik modal sendiri

maupun kredit. Hal ini dapat untuk membandingkan keuntungan dari

berbagai macam kombinasi tanaman.

c. Perubahan dalam faktor-faktor sosial ekonomi petani, kelompok tani dan

gabungan kelompok tani dalam pengaturan tenaga kerja memperhatikan

kesibukan-kesibukan masyarakat, seperti perbaikan irigasi, drainase,

dan sebagainya. Perubahan faktor tata niaga, harga dan lainnya.

d. Analisis data input output pada cabang usaha tani

petani/kelompoktani/gapoktan diharuskan mempunyai catatan input

output. cara mencatat input output ini dijelaskan dalam bab yang lain.
15

e. Pembagian tugas dalam kelompok/gabungan kelompok dalam

organisasi kelompok/gapoktan perlu dibuatkan seksi-seksi, sekretaris

dan bendahara. Seksi bertugas dalam menjalankan salah satu kegiatan

dari kelompok/gabungan kelompok seperti seksi pemasaran, seksi

sarana produksi, seksi simpan pinjam dan lainnya. Sekretaris bertugas

menjalankan fungsi administrasi kelompok dan bendahara bertugas

menjalankan pembukuan keuangan kelompok/gapoktan, cara

pencatatan administrasi dan pembukuan keuangan dijelaskan dalam bab

yang lain.

b). Pengorganisasian dan Pelaksanaan

Petani sebagai manager dalam usaha taninya memimpin pelaksanaan

kegiatan untuk usaha taninya dibantu oleh keluarga dan tenaga kerja dari

keluarga. Sebagai seorang manager menggerakkan tenaga memperlancar

proses produksi tersebut, sekaligus mencatatnya seluruh pelaksanaan

kegiatan usaha tani tersebut. Ketua kelompok tani/gapoktan sebagai

manager dalam kelompoknya memimpin pelaksanaan kegiatan usaha

kelompok dengan dibantu oleh seluruh pengurus sesuai fungsinya sendiri-

sendiri. Sekretaris mencatat kegiatan administrasi dan Bendahara mencatat

semua pengeluaran dan pemasukan kelompok. Dalam proses produksi bisa

terjadi penyimpangan atau gangguan seperti serangan hama/penyakit, maka

perlu dilakukan pertemuan kelompok/gapoktan untuk bersama sama

menanggulanginya. Dalam pengambilan keputusan pilihan yang dipilih

adalah alternatif yang dapat memberikan keuntungan yang paling


16

menyenangkan sesuai dengan input yang tersedia serta kemungkinan resiko

yang timbul akibat pilihan tadi. Jadi, sekali keputusan diambil, maka pilihan

tadi harus dilaksanakan dan sudah harus siap dengan resiko yang timbul.

Dengan dasar pengalaman masa lalu, maka keputusan yang diambil

diharapkan akan membuahkan keberuntungan.

c. Pengawasan dan Evaluasi

Pengawasan diperlukan dalam melihat apakah dari rencana yang

telah dilaksanakan tersebut dapat memenuhi sasaran-sasaran yang telah

dibuat atau belum. Apakah teerjadi penyimpangan, mengapa terjadi

penyimpangan tersebut, apakah ada faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol

dalam proses produksi. Di dalam kontrol perlu diciptakan sistem kontrol yang

tetap, terhadap rencana yang dilaksanakan serta terus dilaksanakan

pemantauan tehadap kegiatan usaha tani. Hasil juga harus diukur apakah

sesuai dengan yang direncanakan. Dengan cara ini maka dalam sistem

manajemen yang benar selalu ada umpan balik dari kontrol kearah rencana

yang telah dipilih berdasarkan informasi-informasi baru. Pencatatan data

dalam suatu pembukuaan adalah salah satu sistem kontrol yang perlu

dilaksanakan untuk dipakai sebagai umpan balik yang berkesinambungan

tanpa data, suatu bisnis dapat diibaratkan seperti kapal tanpa kompas.

Keempat fungsi manajemen harus dilaksanakan agar usaha tani dapat

berhasil dengan baik.


17

C. Input Produksi Kentang

Input produksi kentang adalah benda-benda yang disediakan alam

atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi

barang-barang dan jasa (Sukirno, 2002). Input produksi dikenal dengan

istilah faktor produksi, production faktor dan korbanan produksi. Input

produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Input

produksi seperti modal, tenaga kerja, Umur Petani, Lama Pendidikan adalah

input produksi yang terpenting dalam menentukan produksi kentang.

Dengan demikian input produksi kentang terdiri atas :

1. Modal

Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal apalagi

kegiatan proses produksi kentang. Modal adalah barang atau uang

yang secara bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja

menghasilkan barang-barang baru, dalam hal ini adalah hasil

pertanian (Hernanto, 1993).

Modal dalam usaha tani didefinisikan sebagai bentuk kekayaan, baik

berupa uang atau barang yang digunakan untuk menghasilkan

sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu

proses produksi (Soekartawi, 2006).

Modal dapat di bagi menjadi dua bagian yaitu modal tetap dan modal

bergerak. Modal tetap adalah barang yang digunakan beberapa kali

dalam proses produksi. Contoh modal tetap antara lain mesin, pabrik,
18

gudang, dan lain-lain. Modal bergerak adalah barang yang hanya

dapat digunakan dalam satu kali proses produksi (Daniel, 2002).

Sumber modal dalam usaha tani kentang berasal dari petani itu

sendiri atau dari pinjaman. Besar kecilnya modal yang dipakai

ditentukan oleh besar kecilnya skala usaha tani. Makin besar skala

usaha makin besar pula modal yang dipakai, begitu pula sebaliknya.

Macam komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian juga

menentukan besar kecilnya modal yang dipakai.

2. Luas Lahan

Luas lahan adalah tanah yang disiapkan untuk diusahakan untuk

kegiatan usaha tani kentang. Lahan ini dapat berupa tanah

pekarangan, tegalan, sawah, dan sebagainya. Lahan berdasarkan

statusnya dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu lahan milik, lahan

sewa, dan lahan sakap.

3. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan unsur produksi yang penting karena kerja

seseorang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan,

pengalaman, dan tingkat kesehatan. Tenaga kerja dapat diperoleh

dalam keluarga dan luar keluarga. tenaga kerja luar keluarga

diperoleh dengan cara upahan. Tenaga kerja dalam keluarga

umumnya oleh petani tidak diperhitungkan karena sulit pengukuran

penggunaannya. Tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan otak dan


19

fisik manusia (Daniel, 2002). Dalam analisis ketenagakerjaan

diperlukan standarisasi satuan tenaga kerja. Analisis ketenagakerjaan

juga sering dikaitkan dengan tahapan pekerjaan dalam usaha

pertanian (Soekartawi, 2006).

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang perlu diperhitungkan

dalam proses dalam jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari

tersedianya tenaga kerja tetapi kualitas dan macam tenaga kerja perlu

juga diperhitungkan. Jumlah tenaga kerja ini masih banyak

dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin,

musim dan upah tenaga kerja. Bila kualitas tenaga kerja tidak

diperhitungkan maka akan terjadi kemacetan dalam proses produksi

(Soekartawi, 1990).

4. Umur petani

Tingkat umur merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi

petani dalam melakukan usaha tani kentang. Umur sangat

mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berpikir sehingga

mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Pada umumnya petani

yang berusia muda dan sehat mempunyai fisik yang lebih kuat dan

cepat menerima informasi dan inovasi baru, hal ini disebabkan karena

petani yang berumur muda lebih berani menanggung resiko,

walaupun petani tersebut masih kurang pengalaman sehingga untuk

menutupi kekurangannya, maka petani yang muda bertindak lebih

dinamis, sehingga cepat mendapatkan pengalaman-pengalaman baru


20

yang berharga bagi perkembangan hidupnya pada masa-masa yang

akan datang.

5. Tingkat pendidikan petani

Tingkat pendidikan formal petani merupakan salah satu faktor yang

cukup penting dalam pengembangan usaha tani, terutama kaitannya

dengan penyerapan inovasi yang menunjang pencapaian produksi

yang optimal. Pendidikan formal yang relatif lebih tinggi akan lebih

memudahkan petani dalam menerapkan teknologi baru serta teknik-

teknik baru dalam usaha taninya, sehingga dengan demikian

kemajuan-kemajuan teknologi dalam usahanya dapat diaplikasikan

dengan cepat dan mudah.

6. Pengalaman menjadi petani

Pengalaman menjadi petani dapat dilihat dari lamanya seorang petani

dalam menekuni usaha taninya. Semakin lama petani menekuni

usahanya, maka akan semakin banyak pengalaman yang mereka

miliki. Pada umumnya petani yang memiliki pengalaman dalam

mengelola usaha tani kentang yang cukup lama cenderung memiliki

kemampuan usaha tani yang lebih baik, pengalaman dalam berusaha

tani kentang erat kaitannya dengan tingkat keterampilan seseorang

dalam berusaha. Karena umunya petani yang berpengalaman

kemudian ditunjang dengan pendidikan yang cukup, maka petani

tersebut akan lebih terampil dalam mengelola usaha taninya.


21

D. Analisis Usaha Tani Kentang

1. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang harus

dikeluarkan produsen untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan

bahan-bahan penunjang lainnya yang akan didayagunakan agar

produk-produk tertentu yang akan direncanakan dapat terwujud

dengan baik.

Biaya produksi adalah semua faktor produksi yang digunakan

baik dalam bentuk benda ataupun jasa selama produksi berlangsung

(Soekartawi, 1990). Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang

diterima pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya yang dikeluarkan

oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak

tunai.

Biaya produksi dalam usaha pertanian dapat dibagi menjadi dua

bagian yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable

cost) (Soekartawi, 2006) :

a. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak

tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa yang

berupa uang,pajak, bunga modal, penyusutan dll.

b. biaya variabel adalah biaya yang selalu berubah tergantung besar

kecilnya produksi. Yang termasuk dalam biaya variabel adalah

benih, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan sebagainya.


22

2. Penerimaan

Penerimaan adalah suatu keterkaitan produksi dimana terdapat

suatu rantai yang sangat menentukan keseluruhan proses.

Penerimaan adalah suatu variabel yang terdiri dari bermacam-macam

unit dan berfungsi menentukan selisih antara output dan input yang

telah dijalankan. Penerimaan ini adapat mewakili suatu selisih antara

biaya produksi dan penentuan laba.

Penerimaan adalah hasil penjualan dari sejumlah barang

tertentu yang diterima atas penyerahan sejumlah barang kepada

pihak lain. Jumlah penerimaan didefinisikan sebagai penerimaan dari

penjualan barang tertentu yang diperoleh dari jumlah barang yang

terjual dikalikan dengan harga penjualan setiap satuan

(Soedararsono, 1995).

Penerimaan dibidang pertanian adalah produksi yang

dinyatakan dalam bentuk uang tunai sebelum dikurangi dengan biaya

yang dikeluarkan selama kegiatan usaha tani (Mosher, 1991).

Penerimaan dibidang pertanian adalah hasil yang diharapkan akan

diterima petani pada saat panen (Mubyarto, 1995)

Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :

TR = Y. Py ……………. (Soekartawi, 2006)

Dimana :

TR = Total penerimaan
23

Y = Produksi

Py = Harga produksi

3. Pendapatan

Imbalan usaha tani berasal dari empat sumber utama yaitu

pendapatan usaha tani yang berasal dari kegiatan usaha tani setiap

tahunnya, penerimaan keluarga dari luar usaha tani, penjualan

barang-barang berupa modal dan mesin-mesin serta uang pinjaman.

Pendapatan didefinisikan sebagai keuntungan yang diperoleh

petani, merupakan hasil selisih dari penerimaan usaha tani dengan

biaya yang dikeluarkan selama periode usaha tani. Berhasil atau

tidaknya suatu usaha tani dapat dilihat dari besarnya pendapatan

yang diperoleh petani dalam mengelola suatu usaha tani.

Berusaha tani sebagai suatu kegiatan merupakan produksi

dilapangan pertanian. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari

kegiatan usaha tani tersebut, karena dalam kegiatan tersebut petani

bertindak sebagai pekerja sekaligus sebagai balas jasa dan

bekerjanya faktor-faktor produksi (Soekartawi, 1990).

Salah satu kajian yang dipelajari dalam ilmu usaha tani adalah

mengenai pendapatan usaha tani. Setiap orang yang melakukan

kegiatan usaha tani memiliki tujuan untuk memperoleh pendapatan

ataupun penghasilan. Biaya atau pengeluaran usaha tani adalah biaya

yang digunakan untuk melakukan kegiatan usaha tani. Biaya


24

diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha tani

yang jumlahnya relatif tetap tidak bergantung kepada besar kecilnya

produksi. Contoh biaya tetap adalah biaya penyusutan alat, pajak dll.

Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang nilainya bergantung

pada nilai produksi yang diperoleh. Contoh biaya variabel adalah

biaya untuk tenaga kerja (Soekartawi, 1990).

Analisa pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun

bagi pemilik faktor produksi. Tujuan dalam menganalisa yaitu

menggambarkan keadaan sekarang. Suatu kegiatan usaha dan

menggabarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau

tindakan. Bagi seorang petani analisa pendapatan memberi bantuan

untuk mengukur apakah kegiatan usaha tani pada saat ini berhasil

atau tidak. Pendapatan usaha tani adalah total pendapatan bersih

yang diperoleh dari seluruh aktivitas usaha tani yang merupakan

selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan.

E. Langkah-Langkah Pengembangan Usaha Tani Kentang

Hal penting yang perlu diantisipasi berkenaan dengan strategi

pengembangan kentang adalah aspek keberlanjutan usaha tani secara

keseluruhan. Perlu penelitian interdisiplin berupa studi dampak pengelolaan

intensif usaha tani kentang terhadap sustainabilitas ekosistem, terutama

dataran tinggi. Beberapa topik penelitian yang juga perlu dipertimbangkan


25

diantaranya adalah status kesuburan tanah dan pola tanam, status hama

penyakit, preferensi petani terhadap varietas, bahkan kelayakan

pengembangan kentang di dataran medium. Keterbatasan lahan untuk

ekspansi serta ekspektasi tinggi untuk meningkatkan produktivitas cenderung

mengarah pada penggunaan input, terutama pupuk dan pestisida, secara

berlebih. Hal ini pada gilirannya telah meningkatkan biaya produksi dan

mengurangi kebersaingan komoditas kentang, terutama untuk pasar ekspor.

Oleh karena itu, kaji ulang untuk berbagai teknologi kentang perlu

dilakukan sebagai bahan masukan untuk program pengembangan. Beberapa

usulan kebijakan dan strategi pengembangan yang bersifat generik dapat

dikemukakan sebagai berikut:

a. Perlu dipertimbangkan pelaksanaan studi dampak berkenaan dengan

teknologi usaha tani kentang yang ada sekarang terhadap status

kesuburan tanah, hama penyakit dan sistem pertanaman atau sistem

usaha tani untuk mendapatkan assessment apakah teknologi yang

ada cenderung lebih memberikan solusi atau justru lebih menimbulkan

masalah. Penelitian dan pengembangan komoditas kentang perlu

diarahkan untuk menciptakan teknologi tepat guna yang memiliki

karakteristik sebagai pengurang tingkat resiko. Secara implisit, hal ini

juga mencakup teknologi yang menghasilkan output di bawah tingkat

produksi maksimal dan bertumpu pada pemanfaatan proses biologis

serta sumberdaya yang renewable


26

b. Penataan kelembagaan dan kebijakan yang diarahkan untuk

memberikan fasilitas kredit serta memperbaiki sistem pembenihan

formal maupun informal merupakan langkah penting yang perlu

segera diinisiasi agar keragaan dan efektivitas pengembangan

kentang dapat terus ditingkatkan.

c. Dalam rangka memperlambat degradasi lingkungan di dataran tinggi,

berbagai komponen teknologi yang mengarah pada integrated crop

management (teknologi yang mempertimbangkan sensitivitas

lingkungan, viabilitas ekonomis, pendekatan keseluruhan usaha tani,

teknologi moderen, efisiensi penggunaan input, produk berkualitas

sesuai kebutuhan konsumen dan strategi jangka panjang) perlu lebih

dipacu perancangannya. Komponen teknologi tersebut perlu pula

didukung oleh kebijakan pemerintah yang jelas menyangkut

pemanfaatan dan pengelolaan ekosistem dataran tinggi. Di samping

itu, berbagai kemungkinan pengembangan kentang ke dataran

medium juga perlu dijajaki kembali kelayakan teknis, ekonomis dan

sosialnya secara lebih komprehensif.

d. Keragaan pasar kentang dengan segala permasalahannya perlu

mendapat perhatian yang lebih besar dari pemerintah. Dalam hal ini,

pemerintah perlu terus didorong untuk memfasilitasi pasar persaingan

sempurna (melalui penerbitan regulasi pasar standar, pemberian jasa

informasi pasar serta perbaikan infrastruktur pasar). Khusus untuk

pasar ekspor, kebersaingan kentang Indonesia dalam jangka panjang


27

perlu ditingkatkan melalui upaya pengurangan biaya produksi. Upaya

tersebut dapat ditempuh melalui perbaikan kualitas benih kentang

konsumsi dan kentang prosesing serta perbaikan budidaya yang

mengikuti prinsip keberlanjutan

Untuk mencapai tujuan dan sasaran dari program peningkatan

produksi dan pengembangan usaha tani kentang memerlukan pendekatan

dan strategi serta langkah operasional yang tepat. Untuk itu menemu-kenali

(Inventasisasi dan indentifikasi) permasalahan dan kendala yang dapat

menyebabkan terhambatnya program peningkatan produksi dan

pengembangan usaha tani kentang merupakan langkah awal yang harus

dilakukan.

Secara operasional pembangunan dan pengembangan agribisnis (kentang)

memerlukan pendekatan yang pragmatis dengan menggunakan 4 (empat)

pendekatan secara simultan, yaitu: (1) Pendekatan agropolitan dalam

agribisnis sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah; (2) pendekatan

pengembangan agribisnis berbasis komunitas lokal dengan sasaran

efektivitas dan keberlanjutan pelaksanaan program; (3) pengembangan

sistem dan usaha agribisnis secara integratif dalam rangka efektivitas

manajemen dan peningkatan daya saing komoditas pertanian, dan; (4)

kebijaksanaan strategis sebagai faktor pendukung pengembangan agribisnis

di tingkat nasional.

Dalam pendekatan agropolitan wilayah pedesaan didorong untuk

membentuk satuan-satuan usaha yang optimal melalui kebijaksanaan


28

perkreditan dan perpajakan. Satuan usaha pengembangan diorganisasikan

ke dalam koperasi, perusahaan kecil dan menengah, dengan

mempertimbangkan konsepsi pengembangan sebagai berikut: (a)

Perkembangan kelembagaan diusahakan melalui pengembangan insentif

dan tidak perlu dicampuri oleh pemerintah; (b) Selain berfungsi sebagai

pusat agribisnis, kota juga berfungsi sebagai pusat pelayanan agribisnis

yang kompetitif; (c) Lokasi dan sistem transportasi agroindustri dan pusat

pelayanan harus memungkinkan para petani untuk bekerja sebagai pekerja

paruh waktu; (d) Pusat agrondustri juga berfungsi sebagai pusat

pengembangan sumber daya manusia untuk teknologi yang berkaitan

dengan komoditas utama, dan; (e) Perkembangan kelembagaan selayaknya

dapat berlangsung secara alamiah dan campur tangan pemerintah

hendaknya dalam bentuk pengembangan insentif.

Dalam pendekatan pengembangan agribisnis berbasis komunitas lokal

komponen yang dibutuhkan adalah teknologi pertanian yang integratif dan

komprehensif, permodalan dan sistem perkerditan, infrastruktur dan

pendukung faktor eksternal, kelembagaan penyuluhan, organisasi, norma

dan tata-peraturan lokal dan dukungan aspek kultural yang menyangkut

apsifikasi etnis dan sifat ekseklusivitas. Perlunya pengembangan sistem dan

usaha agribisnis secara integratif ini di dasarkan pada kondisi karakterisitk

usaha tani rakyat yang dicirikan oleh sifat usaha kecil, pengelolaan

independen, dan menyebar dalam kawasan yang luas (dispersal).

Konsekwensinya volume produksi terbatas, kualitas produk dan waktu panen


29

bervariasi, dan biaya pengumpulan produk relatif besar sehingga kurang

kondusif sebagai basis pengembangan agroindustri dan sistem pemasaran

yang efisien. Dampaknya adalah biaya pemasaran yang tinggi sehingga

akan menekan harga yang diterima petani dan mengangkat harga yang

dibayar konsumen. Akibatnya adalah permintaandan penawaran produk

usaha tani akan menurun, sehingga menghambat perkembangan agribisnis.

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan berkaitan dengan

tema/gejala yang diteliti dihimpun untuk dijadikan data dan referensi

pendukung guna mempertegas teori-teori yang telah ada mengenai

pendapatan petani terhadap budidaya tanaman kentang sekaligus menjadi

acuan dalam butir-butir pertanyaan yang akan disebarkan kepada penerima

layanan. Ada 2 (dua) penelitian terdahulu yang menjadi acuan penelitian ini,

yaitu:

Pertama jurnal yang ditulis oleh Mawardati pada Tahun 2013. Jurnal

ini berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha

tani Kentang Di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh. Adapun analisis

data yang di gunakan adalah analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif kuantitatif. Untuk mengetahui tentang karakteristik

petani dan hubungannya dengan pendapatan digunakan analisis deskriptif.

Sedangkan untuk menganalisis hubungan antara variabel independen


30

dengan variabel dependen digunakan analisis linear berganda. Secara

matematis analisis linear berganda dapat ditulis sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β1X1 + β1X1 + β1X1 + β1X1 + β1X1 + β1X1 + ε

Keterangan :

X1 = Jumlah produksi (Kg)

X1 = Luas lahan ( ha)

X1 = Tenaga kerja (HOK)

X1 = Modal (Rp)

X1 = Harga (Rp)

ε = error term

α, β1, β1, β1, β1, β1 = parameter yang dicari

Model pada persamaan di atas dianalisis untuk mengetahui

signifikansi variabel independen dengan variabel dependen. Tingkat

signifikansi tersebut dapat dilihat pada nilai ρ –value variabel tersebut baik

secara individual (t-test) maupun secara bersama-sama atau serentak (F-

test).

Hasil penelitian menyebutkan bahwa Produksi dan harga jual

merupakan faktor-faktor yang berpengaruh sangat signifikan terhadap

pendapatan usaha tani kentang di Kecamatan Bukit Kabupaten Bener

Meriah. Rata-rata pendapatan usaha tani kentang di Kecamatan Bukit

Kabupaten Bener Meriah masih rendah.


31

Kedua jurnal yang ditulis oleh Kasmawati, M., A. Rahman Mappangaja

dan Melaty P. Yoenus pada tahun 2011 dengan judul analisis produksi dan

pendapatan usaha tani kentang di kecamatan uluere kabupaten Bantaeng

Tujuan penelitian adalah: 1) Untuk mengetahui potensi produksi dan

produktivitas usaha tani kentang yang dikembangkan di Kecamatan Uluere

Kabupaten Bantaeng, 2) Untuk mengetahui tingkat pendapatan usaha tani

kentang di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng.

Data yang diperoleh di analisa secara Deskriptif Kuantitatif untuk

menghitung produksi, termasuk produktivitas lahan dari usaha tani kentang

dan analisis pendapatan dan (R/C) ratio, untuk mengetahui besarnya tingkat

pendapatan yang diperoleh petani kentang secara finansial. Hasil penelitian

adalah: 1) Produk yang dihasilkan oleh petani kentang di Kecamatan Uluere

Kabupaten Bantaeng masih rendah, hanya 5 ton/ha sampai 10ton/ha, 2)

Pendapatan bersih yang diperoleh petani responden rata-rata diatas 10 juta

per hektar per musim tanam (4 bulan), pada tingkat harga saat penelitian Rp

3.787,50 per kilogram. Namun harga kentang bervariasi dari Rp 2.000

sampai Rp 7000 per kilogram. Rata-rata biaya yang digunakan Rp

14.387.787,24 per hektar dan rata-rata penerimaan Rp 24.524.062.50

sehingga pendapatan bersih yang diperoleh Rp 10.136.275,26 per hektar per

musim.

Ketiga tesis yang ditulis oleh Nini Mariani pada tahun 2011 dengan

judul analisa perbandingan pendapatan dan keuntungan usaha tani Kentang

(solanum tuberosum l.) Antara menggunakan benih kultur Jaringan


32

bersertifikat (g4) dengan benih lokal di kanagarian Batagak kecamatan

sungai puar kabupaten agam.

Latar belakang penelitian ini yaitu, usaha tani kentang di Indonesia

umumnya dilakukan dengan menggunakan benih lokal yang telah turun –

temurun dan terserang berbagai virus dan penyakit. Saat ini di Nagari

Batagak dilakukan usaha tani kentang menggunakan benih unggul

bersertifikat hasil kultur jaringan yang bebas dari berbagai virus dan penyakit.

Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan teknik budi daya kentang kultur

jaringan dan lokal serta menganalisis perbandingan pendapatan dan

keuntungan usaha tani kentang antara kedua varietas.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode studi kasus. Data

yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Analisa data untuk

deskripsi teknik budi daya tanaman kentang dilakukan dengan analisa

deskriptif, sedangkan perbandingan pendapatan dan keuntungan kedua

varietas kentang dianalisa secara kuantitatif menggunakan uji t - student

pada taraf nyata 5 %.

Hasil penelitian yang diperoleh dari deskripsi teknik budi daya yaitu

tidak berbeda jauh teknik budidaya kentang kultur jaringan bersetifikat dan

lokal. Teknik budidaya terdiri dari a) pengolahan lahan, b) pembenihan, c)

penanaman, d) penyiangan dan pembumbunan, e) pemupukan, f)

pemberantasan hama dan penyakit, g) panen dan h) pasca panen.

Rata – rata produksi kentang kultur jaringan bersertifikat lebih rendah

(13.132 kg/hektar) dari kemampuan optimal yang dapat dicapai (35


33

ton/hektar). Hal ini disebabkan tingginya curah hujan pada musim tanam ini.

Rata – rata pendapatan usaha tani kentang kultur jaringan bersertifikat Rp

8.753.771 dengan rata – rata per hektar Rp 44.650.394, sedangkan rata –

rata pendapatan usaha tani kentang lokal Rp 5.023.330 dengan rata – rata

per hektar Rp 25.239.773. Rata – rata keuntungan usaha tani kentang kultur

jaringan bersertifikat Rp 7.420.733 dengan rata – rata per hektar Rp

35.469.473, sedangkan rata – rata keuntungan usaha tani kentang lokal Rp

1.776.587 dengan rata – rata per hektar Rp 7.168.641. Hasil ini

menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata pendapatan dan

keuntungan usaha tani kentang dengan menggunakan benih kultur jaringan

bersertifikat dan menggunakan benih lokal.

Upaya perbaikan usaha budi daya kentang kedepan, pemerintah

diharapkan dapat memberi bantuan berupa pelatihan, pembinaan dan

bantuan modal. Bagi petani, sebaiknya beralih dari menggunakan benih

kentang lokal ke benih kentang kultur jaringan bersertifikat.

G. Kerangka Pikir

Kabupaten Gowa sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi

untuk pertanaman kentang, perlu untuk terus ditingkatkan. Tujuan utamanya

adalah agar seluruh petani kentang di daerah tersebut dapat meningkat

pendapatannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka peran seluruh pihak

yang terkait harus ditingkatkan, agar sejalan dengan visi pembangunan

pertanian ke depan yang akan diwujudkan yaitu pembangunan ekonomi

kerakyatan yang berbasis agribisnis.


34

Pengembangan usaha agribisnis dapat dilakukan antara lain melalui

penggunaan benih varietas generasi baru dan benih varietas lokal. Dengan

demikian, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani.

Berdasarkan uraian tersebut, maka yang menjadi pertanyaan sebagai

masalah pokok adalah apakah ada perbedaan jumlah produksi, biaya

produksi dan pendapatan antara petani yang menggunakan varietas

generasi baru dan varietas lokal. Hasil kajian tersebut diharapkan menjadi

bahan rekomendasi hasil penelitian dalam rangka meningkatkan pendapatan

petani.

Adapun kerangaka pikir penelitian adalah sebagai berikut.

KOMODITI KENTANG

VARIETAS BARU VARIETAS LOKAL

PRODUKSI KENTANG

PENDAPATAN

REKOMENDASI HASIL
35

Ket : ______ = Garis/alur yang berhubungan langsung dengan proses


produksi kentang
---------- = Garis yang tidak berhubungan langsung dengan proses
Produksi kentang tetapi berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan dan tingkat pendapatan

Gambar 1. Skema kerangka pikir Analisis Peningkatan Pendapatan Petani


pada Penggunaan Benih Varietas Generasi Baru dan Benih
Varietas Lokal di Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa.
36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu

penelitian yang menggambarkan kondisi variabel penelitian yaitu besarnya

pendapatan yang diperoleh petani kentang di Kecamatan Tombolopao

Kabupaten Gowa.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tombolopao Kabupaten

Gowa. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan alasan

karena di Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa merupakan mayoritas

petani yang menerapkan Generasi Baru dan Varietas Lokal. Kegiatan

penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Juni 2015.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini seluruh subjek penelitian atau petani

kentang yang berada di sentra pengembangan, yaitu Kecamatan

Tombolopao Kabupaten Gowa.

Teknik penarikan sampel untuk lokasi penelitian ini dilakukan secara

sengaja (purposive sampling) yaitu dengan mengambil 40 responden petani

yang menanam kentang di Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa.


37

Sampel diperoleh dari empat kelompok tani berdasarkan jenis usahanya

dengan jumlah sampel sebanyak 40 orang yakni dengan membagi petani

kentang menjadi 20 responden yang mengusahakan varietas generasi baru

dan 20 responden yang mengusahakan varietas lokal.

Pengambilan sampel ini didasari karena Kecamatan Tombolopao

merupakan sentra produksi kentang dan kemudahan dalam mengakses

informasi di Kabupaten Gowa.

D. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan

data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh

langsung dari lapangan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner

(daftar pertanyaan) dengan petani kentang yang dijadikan responden. data

primer yang dikumpulkan meliputi : identitas responden (Nama. Luas, Umur,

Pendidikan), komoditas utama, jumlah anggota keluarga, biaya usaha tani,

volume, dan harga produksi.

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari

instansi, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten

Gowa dan tingkat I Propinsi Sulawesi Selatan serta Pemerintah kabupaten

Gowa. Data sekunder yang dikumpulkan gambaran umum wilayah

penelitian, kebijakan pendukung pengembangan tanaman kentang, tingkat

harga, volume, dan nilai produksi.


38

Dalam proses pengumpulan data yang relevan dengan tujuan

penelitian digunakan beberapa pendekatan yaitu :

a. Pengamatan (Observasi)

b. Daftar Pertanyaan (Kuisioner)

c. Wawancara (Interview)

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

1. Pendapatan bersih usaha tani adalah nilai produksi (penerimaan)

setelah dikurangi total biaya yang yang dinyatakan dengan rupiah

(Rp)

2. Produktivitas usaha tani adalah banyaknya produksi yang dihasilkan

persatuan luas (kg/ha)

3. Pendapatan adalah seluruh penerimaan petani dalam periode

tertentu, dinyatakan dalam rupiah (Rp)

4. Biaya produksi adalah seluruh pengeluaran yang dikeluarkan oleh

petani selama proses produksi dinyatakan dalam rupiah (Rp)

termasuk penyusutan dan lain-lain yang dapat diperhitungkan.

5. harga adalah nilai nominal input dan output yang berlaku dipasar,

dinyatakan dalam rupiah (Rp).

6. Varietas lokal (benih lokal) adalah benih yang diperoleh dari hasil

perbanyakan benih kentang oleh Penangkar di Kecamatan

Tombolopao Kabupaten Gowa yang masih dianggap layak untuk

dikembangkan oleh petani.


39

7. Varietas Generasi Baru adalah benih generasi baru (benih

bersertifikat) yang dibudidayakan petani yang dihasilkan/didapatkan

dari BALITSA kemudian dilakukan perbanyakan oleh Lembaga

Penangkar Benih Kabupaten Gowa.

8. Agribisnis adalah keseluruhan kegiatan produksi dan distribusi sarana

produksi usaha tani, kegiatan produksi usaha tani (pertanian primer),

kegiatan penyimpanan, pengolahan dan distribusi komoditas

pertanian dan seluruh produksi olahan dari komoditas pertanian.

9. Kentang adalah salah satu komoditas sayuran yang telah dilakukan

diversifikasi melalui pemanfaatan benih kentang

F. Analisis Data

Untuk menguji hipotesis digunakan analisis keuntungan (Soekartawi,

2006:86) yaitu sebagai berikut :

a. Untuk menghitung penerimaan produksi kentang maka dilakukan

analisis berikut ini :

TR = Y. Py

Dimana :

TR = Total penerimaan

Y = Produksi

Py = Harga produksi
40

b. Untuk menghitung pendapatan usaha tani kentang maka dilakukan

analisis berikut ini :

𝜋 = TR – TC

Dimana :

𝜋 = Pendapatan bersih usaha tani

TR = Total Penerimaan usaha tani

TC = Total pengeluaran usaha tani


41

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Kecamatan Tombolopao adalah salah satu kecamatan yang terdapat

di Kabupaten Gowa, berada pada jarak kurang lebih ±75 km dari Ibu Kota

Kabupaten Gowa. Aksesibilitas dari dan ke Kecamatan Tombolopao ini

dapat dikatakan cukup lancar karena dapat dilalui dengan jalan darat meliputi

jalan beraspal yang dapat dilewati kendaraan roda dua maupun roda empat.

Luas Kecamatan Tombolopao kurang lebih 251,82 km² dan secara

administratif pemerintahan kecamatan ini mempunyai batas wilayah sebagai

berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bone

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tompobulu

Kabupaten Gowa

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tinggimoncong

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sinjai

Wilayah Kecamatan Tombolopao berada pada ketinggian ±800-1.800

mdpl. Dari ketinggian tersebut dapat disimpulkan bahwa Kecamatan

Tombolopao merupakan Kecamatan yang terletak di daerah

pegunungan. Kondisi landscap kecamatan tersebut bergunung dan

berlembah dengan kemiringan yang bervariasi di masing-masing titik.


42

Kecamatan tombolopao beriklim tropis dengan tipe iklim C2 yaitu tipe

iklim yang memiliki bulan basah 5-6 bulan dan bulan lembab 2-4 bulan

dikarenakan berada pada ketinggian 800-1.800 m dpl. Jumlah rata-rata

hujan selama beberapa tahun ini mencapai 1.545 mm dengan rata-rata

jumlah hari hujan 100 hari, curah hujan tertinggi pada bulan januari dan

februari sedangkan curah hujan terendah yakni pada bulan juli,

agustus, dan september.

B. Keadaan Penduduk

a. Jumlah dan Umur Penduduk

Menurut data monografi Kecamatan Tombolopao tahun 2015 tercatat

jumlah penduduk seluruhnya 26.889 jiwa, yang terdiri dari 13.651 jiwa laki–

laki dan 13.238 jiwa perempuan. Keadaan penduduk dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan


Tombolopao Kabupaten Gowa Tahun 2015

Jenis kelamin
No Desa/Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Tamaona 1.643 1.661 3.304
2 Tonasa 2.239 2.131 4.370
3 Kanreapia 2.155 2.136 4.291
4 Erelamembang 1.905 1.818 3.723
5 Pao 1.095 1.038 2.133
6 Mamampang 1.132 1.089 2.221
7 Tabbinjai 1.481 1.460 2.941
8 Balassuka 1.520 1.447 2.967
9 Bolaromang 481 458 939
Jumlah 13.651 13.238 26.889
Sumber : Monografi Kecamatan Tombolopao, 2015
43

b. Pendidikan

Nilai pendidikan dalam masyarakat setempat ternyata ditegaskan

dalam berbagai kebiasaan seperti tingkat pendidikan yang lebih tinggi yang

ditunjang dengan berbagai pengalaman usaha akan dapat meningkatkan

produktivitas dan kemampuan kerja. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat

pendidikan di Kecamatan Tombolopao sangat bervariasi. Secara rinci

keadaan pendidikan penduduk Kecamatan Tombolopao seperti terlihat pada

Tabel 4.2.

Tabel 4.2.Jumlah Penduduk Kecamatan Tombolopao Kabupaten


Gowa Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2015

Jumlah Persentase
No Tingkat Pendidikan
( Jiwa ) (%)

1 TK. 2879 12,60


2 SD/Sederajat 12794 55,99
3 SLTP / Sederajat 3942 17,25
4 SMA / Sederajat 3233 14,16

Jumlah 22848 100,00


Sumber : Monografi Kecamatan Tombolopao, 2015

Pada Tabel 4.2, diketahui bahwa sebagian besar penduduk

Kecamatan Tombolopao yaitu tamat SD/Sederajat sebanyak 12794 jiwa

(55,99 %) dan yang terkecil adalah TK sebanyak 2879 jiwa (12,60 %).

c. Agama dan Adat Istiadat

Penduduk Kecamatan Tombolopao memiliki agama yang cukup

beragam yaitu sebanyak 1031917 jiwa beragama Islam, sebanyak 289 jiwa

beragama Kristen katholik, sebanyak 294 jiwa beragama Kristen protestan


44

dan selebihnya beragama hindu yakni sebanyak 23 jiwa. Karena agama

Islam dianut oleh sebagian besar penduduk di Kecamatan Tombolopao,

maka kehidupan sosial kemasyarakatan dan kehidupan sehari–hari

penduduk di Kecamatan Tombolopao dipengaruhi oleh ajaran agama Islam,

sehingga adat istiadat yang tumbuh dan berkembang di masyarakat selalu

berciri khas keislaman.

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Kecamatan Tombolopao Kabupaten


Gowa Berdasarkan Tingkat Agama dan Adat Istiadat Tahun
2015

Agama
No Desa/kelurahan
Kristen Kristen
Islam Hindu Budha
katholik protestan
1 Tamaona 16.074 47 70 9 -
2 Tonasa 5.814 17 12 - -
3 Kanreapia 4.137 - - - -
4 Erelamembang 3.077 - - - -
5 Pao 5.119 - - - -
6 Mamampang 4.632 - - - -
7 Tabbinjai 5.175 - 1 - -
8 Balassuka 2.884 - - - -

9 Bolaromang 4.568 - - - -

Jumlah 1031917 289 294 23 -


Sumber : Monografi Kecamatan Tombolopao, 2015
45

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Petani Kentang

Responden dalam penelitian ini adalah petani yang membudidayakan

kentang di Kecamatan Tombolopao. Karakteristik petani responden dalam

penelitian ini meliputi : umur, lama pendidikan, pengalaman bertani, jumlah

tanggungan keluarga dan luas lahan. Karakteristik petani responden adalah

sebagai berikut :

a. Umur

Umur sebenarnya memegang peranan dalam kegiatan suatu usaha

tani yang akan dikelola. Hal ini dikarenakan semakin tua umur petani maka

secara fisik semakin lemah dalam bekerja. Akan tetapi disisi lain semakin tua

umur petani, maka relatif semakin banyak pula pengalaman yang didapatnya

dalam penyelenggaraan suatu usaha tani. Pada situasi yang demikian petani

dihadapkan pada berbagai keadaan. Untuk menutupi kelemahan fisiknya

petani memanfaatkan tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja

upahan. Jumlah petani kentang berdasarkan kelompok umur dapat dilihat

pada Tabel berikut ini.


46

Tabel 5.1. Umur Petani Responden yang Menanam Varietas Lokal di


Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

22-30 2 10
31-39 3 15
40-48 13 65
49-57 1 5
58-65 1 5

Jumlah 20 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Dari tabel 5.1 tersebut disebutkan bahwa umur responden terbanyak

berada pada kategori 40-48 dengan jumlah responden sebanyak 13 orang

atau dengan persentase sebesar 65 persen, sedangkan yang terendah

berada pada kategori 49-65 tahun masing-masing 1 orang atau dengan

persentase 65 persen.

Tabel 5.2. Umur Petani Responden yang Menanam Variates Generasi


Baru di Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

28-34 3 15
35-41 4 20
42-48 4 20
49-55 5 25
56-62 4 20

Jumlah 20 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Tabel 5.2 tersebut disebutkan bahwa umur petani responden yang

terbanyak berada pada kategori 49-55 tahun dengan jumlah responden 5


47

orang atau sebesar 25 persen. Sedangkan yang terendah berada pada

kategori 28-34 tahun dengan jumlah responden 3 orang atau sebesar 15

persen.

Dari tabel 5.1 dan 5.2 tersebut dapat disimpulkan bahwa umur

responden petani yang menanam varietas lokal dan generasi baru di

kecamatan tombolopao menunjukkan bahwa petani responden masih

tergolong dalam kategori umur produktif sehingga dapat dikatakan bahwa

petani responden masih potensial untuk mengelola usaha taninya.

Tingkat umur merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi

petani dalam upaya pengelolaan usaha taninya. Umur akan sangat

mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berfikir, sehingga mempengaruhi

dalam keputusan. Petani yang berusia muda memiliki kemampuan fisik yang

lebih baik dibandingkan dengan petani yang berusia tua. Namun demikian,

petani yang memiliki usia lebih tua relatif memiliki pengalaman yang lebih

banyak, sehingga akan mempengaruhi kematangan dalam mengambil

keputusan untuk mengelola usaha taninya. Potensi umur petani menjadi

tolak ukur kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu aktivitas.

b. Lama Pendidikan

Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap suatu usaha tani yang

akan dikelola, apalagi disiplin ilmu yang dimiliki sesuai dengan usaha yang

dilakukan. Tingkat pendidikan petani kentang masih tergolong cukup rendah,

hal ini di ketahui dari jumlah petani yang berpendidikan SMP/Sederajat lebih
48

banyak dibandingkan dengan yang berpendidikan SMA/Sederajat dan

S1/Sederajat. Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan petani

responden dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Lama Pendidikan Petani Responden yang Menanam Varietas


Lokal di Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

Tingkat Pendidikan
Jumlah (Orang) Persentase (%)
(Tahun)

SD 13 65
SMP 7 35
SMA 0 0

Jumlah 20 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Berdasarkan tabel 5.3 tersebut disebutkan bahwa jumlah responden

yang memiliki tingkat pendidikan terbanyak yaitu SD dengan jumlah

responden sebanyak 13 orang atau dengan persentase sebesar 65 persen.

Jika melihat data tersebut dapat disimpulkan bahwa responden yang

menanam varietas lokal memiliki tingkat pendidikan yang cukup rendah yaitu

hanya tingkat SD (sekolah dasar). Sementara itu tingkat pendidikan

merupakan salah satu faktor penentu atau pengambil keputusan yang

berhubungan dengan usaha tani responden yang diusahakan seperti metode

pengolahan lahan, pemilihan bibit, pemeliharan, panen hingga proses

pemasaran.
49

Tabel 5.4. Lama Pendidikan Petani Responden yang Menanam Varietas


Generasi Baru di Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa,
2015

Tingkat Pendidikan
Jumlah (Orang) Persentase (%)
(Tahun)

SD 3 15
SMP 11 55
SMA 5 25
S1 1 5

Jumlah 20 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Berdasarkan tabel 5.4. tersebut dapat disebutkan bahwa jumlah

petani responden terbesar berada pada tingkat pendidikan SMP dengan

jumlah responden sebesar 11 orang atau sebesar 55 persen, sedangkan

tingkat pendidikan yang terendah yaitu S1 dengan jumlah responden 1

orang atau sebesar 5 persen. Responden yang menanam generasi baru ini

memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi yaitu sebagian besar

berpendidikan SMP dan sebagian yang lain sudah menempuh jenjang

sekolah menengah atas hingga perguruan tinggi dibandingkan dengan

responden yang menanam variates lokal yang hanya sebagian besar

berpendidikan SD.

Lama pendidikan yang dimaksud adalah lamanya pendidikan formal yang

dimiliki oleh petani responden. Lama pendidikan ini merupakan salah satu

faktor yang menentukan dalam pengembangan usaha tani, terutama

kaitannya dengan penyerapan inovasi dan teknologi dalam menunjang

pencapaian tingkat produksi yang optimal.


50

c. Pengalaman Usaha Tani Kentang

Pengalaman dalam usaha tani kentang juga sangat mempengaruhi

hasil produksinya, biasanya orang yang sudah lama mengusahakan usaha

tani kentang dia akan memiliki banyak pengetahuan tentang proses usaha

tani kentang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Pengalaman Usaha Tani Kentang yang Menanam Variates


Lokal di Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

Pengalaman bertani
Jumlah (Orang) Persentase (%)
(Tahun)

5 – 11 3 15
12 – 18 4 20
19 – 25 8 40
26 – 32 2 10
33 – 38 3 15

Jumlah 20 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Berdasarkan tabel 5.5 dapat disebutkan bahwa pengalaman

responden yang tertinggi yaitu antara 19-25 tahun dengan jumlah responden

sebesar 8 orang atau dengan persentase sebanyak 40 persen. Sedangkan

yang terendah berada diantara 26-32 tahun dengan jumlah responden

sebesar 2 orang atau dengan persentase sebesar 10 persen. Lamanya

pengalaman bertani cukup berpengaruh terhadap pengambilan keputusan

dalam usaha taninya karena lebih banyak pengetahuan tentang usaha tani

baik dalam menghadapi resiko, hambatan hingga dalam hal peningkatan

produksi.
51

Tabel 5.6. Pengalaman Usaha Tani Kentang yang Menanam Variates


Lokal di Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

Pengalaman bertani
Jumlah (Orang) Persentase (%)
(Tahun)

3-10 3 15
11-18 0 0
19-26 4 20
27-34 8 40
35-40 5 25

Jumlah 20 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Berdasarkan tabel 5.6 tersebut dapat disebutkan bahwa jumlah

responden yang memiliki tingkat pengalaman yang tertinggi berada diantara

27-34 tahun dengan jumlah responden sebesar 8 orang atau dengan

persentase sebesar 40 persen. Sedangkan tingkat pengalaman yang

terendah berada diantara 3-10 tahun dengan jumlah responden sebesar 3

orang atau dengan persentase sebanyak 25 persen. Jika dibandingkan

dengan tingkat pengalaman yang tinggi responden generasi baru dengan

responden varietas lokal, maka tingkat pengalaman generasi baru

merupakan dianggap cukup berpengalaman dalam usaha taninya dan

tentunya lebih banyak mengetahui tentang seluk beluk usaha tani yang

diusahakannya. Tingkat pengalaman yang tinggi maka cukup berpengaruh

tentang pengambilan keputusan mengenai usaha tani yang dihadapi.


52

d. Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan petani kentang meliputi isteri, anak dan keluarga

yang ikut dan menjadi tanggungan keluarga. Jumlah tanggungan keluarga

dewasa disatu sisi menguntungkan, yaitu sebagai sumber tenaga kerja

dalam keluarga, sebab secara implisit tenaga kerja dalam keluarga juga

merupakan pendapatan petani apabila dibayarkan bagi petani itu sendiri dan

keluarganya. Tetapi disisi lain menambah pengeluaran atau biaya bagi

keluarga petani itu sendiri.

Tabel 5.7. Jumlah Tanggungan Keluarga yang Menaman Varietas Lokal


di Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

Tanggungan
Jumlah (Orang) Persentase (%)
keluarga (Orang)

3-4 8 40

5-6 10 50

7-8 2 10

Jumlah 20 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Berdasarkan tabel 5.7 tersebut dapat di sebutkan bahwa jumlah

tanggungan petani yang terbesar berada diantara 5-6 orang dengan jumlah

responden sebesar 10 orang petani atau dengan persentase sebesar 50

persen, sedangkan yang terendah berada diantara 7-8 orang dengan jumlah

jumlah responden sebesar 2 orang atau dengan persentase sebesar 10

persen.
53

Tabel 5.8. Jumlah Tanggungan Keluarga yang Menaman Varietas


Generasi Baru di Kecamatan Tombolopao Kabupaten
Gowa, 2015

Tanggungan
Jumlah (Orang) Persentase (%)
keluarga (Orang)

2-3 6 30
4-5 13 65
6-7 1 5

Jumlah 20 100,00
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Berdasarkan tabel 5.8 tersebut dapat di sebutkan bahwa jumlah

tanggungan petani yang terbesar berada diantara 4-5 orang dengan jumlah

responden sebesar 13 orang petani atau dengan persentase sebesar 65

persen, sedangkan yang terendah berada diantara 6-7 orang dengan jumlah

jumlah responden sebesar 1 orang atau dengan persentase sebesar 5

persen.

B. Input Produksi, Biaya dan Penerimaan

a. Usaha Tani Kentang Lokal

a). Lahan

Lahan sebagai tempat berlangsungnya aktifitas bercocok tanam

merupakan salah satu faktor produksi di dalam usaha tani. Luas lahan usaha

tani yang diusahakan oleh setiap petani bervariasi, dimana petani yang
54

memiliki lahan yang lebih luas akan cenderung memperoleh produksi yang

lebih besar dibandingkan yang luas lahannya lebih sempit. Jumlah petani

responden yang memiliki luas lahan tani kentang terbesar yaitu antara 0,376

dan 0,501 hektar mempunyai persentase tertinggi sebesar 50% dengan

jumlah 10 responden, sedangkan luas lahan yang terkecil berada diantara

0,25 – 0,375 dan 0,886 – 1,0 masing-masing mempunyai persentase 25%

dengan jumlah 5 responden. keadaan ini menunjukkan bahwa sebagian

besar luas lahan usaha tani yang dimiliki oleh petani responden relatif

sempit. Berdasarkan hal tersebut Baruadi (2003), mengemukakan bahwa

luas lahan yang dikuasai petani cenderung tidak mempengaruhi sikap petani

terhadap modernisasi pertanian demikian pula tingkat respon petani

terhadap inovasi teknologi budi daya tanaman kentang.

Rata-rata luas garapan petani responden berada dibawah satu hektar

yaitu 0,78 Ha, hal ini disebabkan karena semakin kurangnya lahan yang

bisa digunakan untuk berusaha tani menyebabkan semakin menurunnya

areal panen, selain harga benih, pupuk, pestisida sangat mahal, juga karena

harga produksi yang tidak menentu, sehingga daya beli petani menurun.

Faktor tersebut menyebabkan munculnya masalah dalam pengelolaan usaha

tani kentang menjadi belum optimal dalam budidaya varietas lokal.

Rendahnya luas lahan ini menyebabkan petani kentang memilih varietas

lokal untuk di budidayakan karena input yang digunakan untuk produksi

kentang jauh lebih rendah.


55

b) Benih

Petani umumnya membeli benih kentang varietas lokal yang di

siapkan oleh lembaga penangkar benih kentang yang ada di Kecamatan

Tombolopao Kabupaten Gowa dengan harga Rp. 6.000/kg. jadi dalam

perhektarnya petani membutuhkan benih sekitar 1.500 kg/ha dengan

mengeluarkan biaya sebesar Rp. 9.000.000.

Benih yang dibutuhkan dalam penanaman ini berdasarkan dari luas

lahan usaha tani kentang. Petani responden yang terbesar penggunaan

benih kentang berada diantara 748-936 kg dengan jumlah persentase

sebesar 50% atau sebanyak 10 orang petani responden. Sedangkan jumlah

benih yang terendah dibutuhkan petani berada diantara kisaran 370 – 558 kg

dengan jumlah persentase 25% atau sebanyak 5 orang petani kentang.

Satuan benih yang dibutuhkan dalam penanaman kentang lokal yaitu

berdasarkan luas lahan usaha tani kentang. Dalam penelitian ini petani

responden yang terbesar penggunaan benih kentang yaitu berada diantara

748 – 936 dengan jumlah persentase sebesar 50% atau sebanyak 10 orang

petani responden. Sedangkan jumlah benih antara 370 sampai 558 dan

1.315 sampai 1.500 masing-masing memiliki persentase 25% atau sebanyak

masing-masing 5 orang petani responden. Pemilihan benih varietas local

didasari karena harga benih varietas lokal yang cukup murah yang dapat

dijangkau oleh seluruh petani kentang, benih mudah didapatkan di

penangkar benih kecamatan tombolopao kabupaten gowa. Selain itu varietas

kentang lokal ini sudah dibudidayakan petani kecamatan tombolopao secara


56

turun temurun yakni ciri varietas lokal ini masyarakat petani sudah cukup

memahami secara tehknis dan proses budidayanya. Petani lebih memilih

varietas lokal ini karena varietas baru tehnis budidaya cukup rumit karena

melalui perawatan pemeliharaan yang cukup intensif sehingga petani merasa

di repotkan dengan proses budidaya kentang tersebut dan biaya benih yang

cukup mahal jika dibandingkan dengan benih lokal. Selain itu dengan

memilih varietas lokal petani dapat mendapatkan dengan mudah dan harga

yang murah.

c). Pupuk

Pupuk merupakan bahan yang diberikan kepada tanah dengan

maksud untuk memperbaiki sifat kimia, biologi dan fisika tanah serta

menambah unsur hara. Dalam usaha tani Kentang penggunaan sangat

bervariasi baik pupuk organik maupun pupuk anorganik.

Pupuk yang digunakan petani kentang varietas lokal di kecamatan

tombolopao adalah Pupuk kandang, Pupuk ZA, pupuk pupuk TSP/NPK dan

pupuk daun. Dalam penelitian ini, tidak semua jenis pupuk digunakan oleh

petani responden dalam kegiatan usaha tani kentang generasi baru.

(Lampiran 6).

Jumlah pupuk kandang yang digunakan oleh 20 responden kentang

generasi baru adalah 134.000 kg dengan rata-rata per responden 6.700 kg

responden dengan harga rata-rata Rp 500/kg. Jumlah Pupuk ZA yang

digunakan oleh 20 reponden kentang generasi lokal adalah 3.675 kg dengan


57

rata-rata per responden 183,75 kg responden dengan harga rata-rata Rp.

1.800/kg dan jumlah biaya pupuk TSP/NPK yang digunakan oleh 20

responden kentang generasi lokal adalah 4.150 kg dengan rata-rata per

responden 207,5 kg dengan harga rata-rata Rp. 2.300/kg.

Jumlah Pupuk daun yang digunakan oleh 20 reponden adalah 53

kg dengan rata-rata per responden 2,65 kg/responden dengan harga rata-

rata Rp 25.000. Jumlah Total penggunaan pupuk adalah 144.365.525

kg dengan rata-rata per responden adalah 7.218.276 kg (Lampiran 5).

Penggunaan volume pupuk pada usaha tani kentang terbesar

berada diantara 1.175 - 3.515 kg dengan jumlah persentase sebesar 30%

atau berjumlah 6 orang. sedangkan volume penggunaan pupuk terkecil

berada diantara 10.539-15.653 dengan persentase sebesar 5% atau

sebanyak 1 orang responden.

Selama kentang dipersemaian dilakukan pemeliharaan benih sebaik

mungkin terutama penyiraman dan pemupukan dengan memakai pupuk

kandang dan pupuk ZA. Penggunaan pupuk kandang dilakukan pada saat

awal penanaman kentang sedangkan penggunaan pupuk kimia atau

anorganik diberikan dari awal penanaman hingga panen. Seperti saat

tanaman kentang berumur 2 minggu setelah tanam (pemupukan I), diberikan

pupuk TSP sebanyak 202/kg per hektar. Kemudian saat tanaman berumur 4

minggu setelah tanam (pemupukan II) diberikan lagi pupuk ZA sebanyak 450

kg/ha, TSP sebanyak 250 kg/ha, KCL sebanyak 180 kg/ha.


58

d) Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah salah satu faktor produksi yang utama,

dikarenakan petani tidak hanya menyumbangkan tenaga saja tapi lebih

daripada itu. Petani adalah pemimpin yang mengatur organisasi produksi

usaha tani kentang secara keseluruhan. Jadi dalam hal ini kedudukan petani

sangat menentukan dalam produksi usaha tani kentang. Tenaga kerja pada

usaha tani kentang umumnya berasal dari anggota keluarga sendiri dan

masyarakat disekitar lokasi usaha. Tenaga kerja dalam keluarga (TKDK)

yaitu anggota keluarga laki-laki dan dibantu anggota keluarga perempuan.

Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam usaha tani kentang cukup

bervariasi. Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa jumlah responden

terbesar berada diantara 19-26 orang dengan sebesar 40% atau sebanyak 8

orang petani responden yang menggunakan tenaga kerja tesebut.

Sedangkan jumlah tenaga kerja yang terendah berada diantara 11-18 orang

dengan sebesar 5% atau sebanyak 1 orang responden yang menggunakan

jumlah tersebut.

Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam usaha tani kentang cukup

bervariasi. Tenaga Kerja yang digunakan petani kentang variates generasi

lokal adalah untuk pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan

(pemupukan, penyiangan) dan panen. Tenaga kerja yang digunakan adalah

tenaga kerja pria dan wanita dalam usia produktif (22 - 65 tahun). Jumlah

tenaga kerja pada proses pengolahan lahan yang digunakan oleh 20


59

reponden adalah 123 HOK dengan rata-rata per responden 6,15 HOK

dengan upah rata-rata Rp 50.000/HOK.

Jumlah tenaga kerja pada proses penanaman yang digunakan oleh

20 reponden adalah 73 HOK dengan rata-rata per responden 3,65 HOK

dengan upah rata-rata Rp 40.000/HOK. Jumlah tenaga kerja pada proses

pemeliharaan (pemupukan, penyiangan) yang digunakan oleh 20 reponden

adalah 232 HOK dengan rata-rata per responden 11,6 HOK dengan upah

rata-rata Rp 40.000/HOK. Jumlah tenaga kerja pada proses panen yang

digunakan oleh 20 reponden adalah 147 HOK dengan rata-rata per

responden 7,35 HOK dengan upah rata-rata Rp 40.000/HOK.

Pada saat pemeliharaan kentang cukup banyak jumlah tenaga kerja

yang diperlukan karena pemeliharaan kentang varitetas local merupakan hal

yang sangat penting untuk mendapatkan perawatan secara intensif karena

varietas local sangat mudah terserang hama dan penyakit sehingga

berakibat menurunkan produksi kentang. Hal ini didasari karena kentang

local merupakan varietas dari turun temurun yang diusahakan sehingga

sangat rentan terhadap berbagai serangan hama dan penyakit.

e) Pestisida

Pestisida merupakan jenis obat-obatan yang digunakan petani

responden untuk menanggulangi hama dan penyakit pada tanaman kentang.

Dalam penelitian ini pengunaan pestisida pada petani dalam usaha tani

kentang cukup bervariasi seperti Pestisida yang digunakan petani kentang


60

adalah envoy, Transeb, Acrobat, hijau, dan arehinal. Dalam penelitian ini,

tidak semua jenis pestisida digunakan oleh petani responden dalam

kegiatan usaha taninya. Volume pestisida yang digunakan petani terbesar

berada diantara 9 – 16 liter dengan persentase sebesar 45% atau

sebanyak 9 orang petani responden yang menggunakan pestisida dengan

jumlah tersebut. Sedangkan terkecil berada diantara 49-56 liter dengan

persentase sebesar 10% atau sebanyak 2 orang petani responden yang

menggunakan pestisida dengan jumlah tersebut.

Jumlah Transeb yang digunakan oleh 20 responden adalah dengan

harga rata-rata Rp.3.900.000 dengan rata-rata per responden Rp. 195.000.

Jumlah envoy yang digunakan oleh 20 responden adalah dengan harga

rata-rata Rp.1.600.000 dengan rata-rata per responden Rp 80.000. Jumlah

Acrobat yang digunakan oleh 20 responden adalah dengan harga rata-rata

Rp. 792.000 dengan harga rata-rata Rp.39.600. Jumlah pestisida hijau

yang digunakan oleh 20 responden adalah harga rata-rata Rp.3.900.000

dengan rata-rata per responden Rp 195.000. Penggunaan jumlah pestisida

yang cukup banyak dibandingkan dengan varetas baru jika dibandingkan

dengan luas lahan yang dimiliki disebabkan karena varietas lokal

merupakan varietas rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Namun

petani responden banyak yang membudidayakan karena varietas lokal ini

sangat mudah didapatkan dengan harga benih yang cukup terjangkau serta

petani lebih mengenal tekhnis budidayanya dibandingkan dengan varietas

generasi baru.
61

f) Penyusutan Alat

Alat adalah suatu benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu

seperti perkakas, perabot, yang dipakai untuk mencapai maksud. Dalam

proses usaha tani kentang telah digunakan beberapa alat untuk produksi dan

merupakan sebagai salah satu faktor indikator keberhasilan serta cukup

berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan petani.

Alat-alat pertanian yang digunakan petani kentang adalah cangkul,

semprot, dan traktor. Penggunaan penyusutan alat pada responden yang

terbesar berada diantara Rp. 40.000 – Rp. 560.000 dengan persentase

sebesar 85% atau sebanyak 17 orang petani responden. Sedangkan

jumlah penyusutan alat yang terkecil berada diantara Rp. 2.654.000 –

3.160.000 dengan persentase sebesar 5% atau sebanyak 1 orang

responden.

Jenis alat yang banyak digunakan petani responden adalah cangkul,

semprot dan traktor. Jumlah cangkul yang digunakan oleh 20 responden

adalah 82 buah dengan rata-rata penggunaan per responden 4,1 buah

dengan rata-rata harga cangkul Rp 75.000. Jumlah biaya penyusutan alat

cangkul adalah Rp 1.037.500 dengan rata-rata per responden adalah Rp

51.875. Jumlah semprot yang digunakan oleh 20 reponden adalah 23 buah

dengan rata-rata penggunaan per responden 1,15 buah dengan Jumlah

biaya penyusutan alat semprot Rp. 1.177.800 adalah dengan rata-rata per

responden adalah Rp 58.890. Jumlah traktor yang digunakan oleh 20

reponden adalah 3 unit dengan Jumlah biaya penyusutan alat traktor


62

adalah Rp 7.000.000 dengan rata-rata per responden adalah Rp 350.000.

(Lampiran 3).

B. Generasi Baru

a). Luas Lahan

Luas lahan selalu berhubungan positif dengan inovasi. Banyak

teknologi maju yang baru memerlukan skala operasi yang besar dan sumber

daya ekonomi tinggi untuk keperluan inovasi tersebut. Juga menggunakan

suatu teknologi pertanian yang lebih baik akan menghasilkan manfaat

ekonomi yang memungkinkan perluasan usaha taninya selanjutnya

(Soekartawi, 1998).

Lahan sebagai tempat berlangsungnya aktifitas bercocok tanam

merupakan salah satu faktor produksi di dalam usaha tani. Luas lahan usaha

tani yang diusahakan oleh setiap petani bervariasi, dimana petani yang

memiliki lahan yang lebih luas akan cenderung memperoleh produksi yang

lebih besar dibandingkan yang luas lahannya lebih sempit. Luas lahan yang

diusahakan oleh petani yang menanam varietas generasi baru di kecamatan

Tombolopao terbesar yaitu antara 0,887 sampai 1 ha atau memiliki 55% atau

sebanyak 11 orang sedangkan jumlah yang paling terendah 0,25 – 0,375

atau 5% atau sebanyak 1 orang. Jumlah lahan yang cukup luas

dibandingkan dengan luas lahan varietas local menjadikan petani yang

mengusahakan generasi baru lebih termotivasi untuk menerima hal-hal yang


63

baru baik benih maupun tehnis budidaya yang baru demi peningkatan jumlah

produktivitasnya.

b) Benih

Benih yang digunakan petani pada daerah penelitian menggunakan

benih kentang varietas baru yang diperoleh dari penangkar benih yang ada

di Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa. dapat diketahui satuan benih

yang dibutuhkan dalam penanaman kentang varietas baru yaitu berdasarkan

luas lahan usaha tani kentang. Dalam penelitian ini petani responden yang

terbesar penggunaan benih kentang yaitu berada diantara 1.315 – 1.500

dengan jumlah persentase sebesar 55% atau sebanyak 11 orang petani

responden. Sedangkan jumlah terendah benih antara 375 – 562 memiliki

persentase 5% atau sebanyak masing-masing 1 orang petani responden.

Benih yang digunakan oleh petani responden di Kecamatan

Tombolopao adalah jenis varietas baru. Jumlah benih yang digunakan oleh

20 responden adalah sebanyak 1.500 kg dengan rata-rata jumlah benih per

responden adalah sebanyak 75 kg dengan rata-rata harga per kg yaitu Rp

20.000,00. Sumber benih varietas baru didapatkan petani dari penangkar

benih yang ada di Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa yang

bersumber dari balai pembenihan yang ada di Jawa. Pemilihan benih

varietas baru ini jika dibandingkan dengan varietas lokal walupun petani

membeli dengan harga yang cukup tinggi namun karena adanya jaminan
64

hasil yang cukup memuaskan serta tahan terhadap serangan hama dan

penyakit.

c) Pupuk

Pupuk merupakan bahan yang diberikan kepada tanah dengan

maksud untuk memperbaiki sifat kimia, biologi dan fisika tanah serta

menambah unsur hara. Dalam usaha tani Kentang penggunaan sangat

bervariasi baik pupuk organik maupun pupuk anorganik. Dalam penelitian ini

volume penggunaan pupuk yang terbesar berada diantara 17.056-21.216 kg

dengan persentase 50% atau sebanyak 10 orang responden. Sedangkan

penggunaan pupuk yang terkecil berada diantara 2.301 – 5. 451 yaitu

sebesar 5% atau masing-masing sebanyak 1 orang responden.

Pupuk yang digunakan petani Kentang adalah Pupuk kandang, Pupuk

ZA, pupuk pupuk TSP/NPK dan pupuk daun. Dalam penelitian ini, tidak

semua jenis pupuk digunakan oleh petani responden dalam kegiatan usaha

tani kentang generasi baru. (Lampiran 6).

Jumlah Pupuk kandang yang digunakan oleh 20 responden kentang

generasi baru adalah 302.000 kg dengan rata-rata per responden 15.100 kg

responden dengan harga rata-rata Rp 500/kg. Jumlah Pupuk ZA yang

digunakan oleh 20 reponden kentang generasi lokal adalah 8.100 kg

dengan rata-rata per responden 405 kg responden dengan harga rata-rata

Rp.1.800/kg dan jumlah biaya pupuk TSP/NPK yang digunakan oleh 20

responden kentang generasi lokal adalah Rp 11.400 kg dengan rata-rata per


65

responden 570 kg dengan harga rata-rata Rp. 2.300/kg. Jumlah Pupuk daun

yang digunakan oleh 20 reponden adalah 220 kg dengan rata-rata per

responden 11 kg/responden dengan harga rata-rata Rp 25.000.

Jumlah Total penggunaan pupuk adalah 203.870.000 kg dengan

rata-rata per responden adalah 10.193.500 kg (Lampiran 6).

d) Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah salah satu faktor produksi yang utama,

dikarenakan petani tidak hanya menyumbangkan tenaga saja tapi lebih

daripada itu. Petani adalah pemimpin yang mengatur organisasi produksi

usaha tani kentang secara keseluruhan. Jadi dalam hal ini kedudukan petani

sangat menentukan dalam produksi usaha tani kentang. Tenaga kerja pada

usaha tani kentang umumnya berasal dari anggota keluarga sendiri dan

masyarakat disekitar lokasi usaha. Tenaga kerja dalam keluarga (TKDK)

yaitu anggota keluarga laki-laki dan dibantu anggota keluarga perempuan.

Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam usaha tani kentang cukup

bervariasi. Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa jumlah responden

terbesar berada diantara 21-25 orang dengan sebesar 65% atau sebanyak

13 orang petani responden yang menggunakan tenaga kerja tersebut.

Sedangkan jumlah tenaga kerja yang terendah berada diantara 11-18 orang

dengan sebesar 5% atau sebanyak 1 orang responden yang menggunakan

jumlah tersebut. Tenaga Kerja yang digunakan petani kentang varietas

generasi baru adalah untuk pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan


66

(pemupukan, penyiangan) dan panen. Tenaga kerja yang digunakan adalah

tenaga kerja pria dan wanita dalam usia produktif (22 - 65 tahun).

Jumlah tenaga kerja pada proses pengolahan lahan yang digunakan

oleh 20 reponden adalah 88 HOK dengan rata-rata per responden 4,4 HOK

dengan upah rata-rata Rp 50.000/HOK. Jumlah tenaga kerja pada proses

penanaman yang digunakan oleh 20 reponden adalah 74 HOK dengan

rata-rata per responden 3,7 HOK dengan upah rata-rata Rp 40.000/HOK.

Jumlah tenaga kerja pada proses pemeliharaan (pemupukan, penyiangan)

yang digunakan oleh 20 reponden adalah 202 HOK dengan rata-rata per

responden 10,1 HOK dengan upah rata-rata Rp 40.000/HOK. Jumlah

tenaga kerja pada proses panen yang digunakan oleh 20 reponden adalah

222 HOK dengan rata-rata per responden 11,1 HOK dengan upah rata-rata

Rp 40.000/HOK. Total biaya tenaga kerja adalah Rp. 20.720.000 dengan

rata-rata per responden adalah Rp 1.036.000 ( Lampiran 10).

e) Pestisida

Pestisida merupakan jenis obat-obatan yang digunakan petani

responden untuk menanggulangi hama dan penyakit pada tanaman kentang.

Volume pestisida yang digunakan petani terbesar berada diantara 88 – 95

liter dengan persentase sebesar 35% atau sebanyak 7 orang petani

responden yang menggunakan pestisida dengan jumlah tersebut.

Sedangkan terkecil berada diantara 16-47 dan 96-111 liter dengan masing-
67

masing persentase sebesar 15% atau sebanyak 3 orang petani responden

yang menggunakan pestisida dengan jumlah tersebut.

Pestisida yang digunakan petani kentang adalah Transeb, Acrobat,

Donece, Abamextin, Victory mix dan Perekat. Dalam penelitian ini, tidak

semua jenis pestisida digunakan oleh petani responden dalam kegiatan

usaha taninya. Jumlah Transeb yang digunakan oleh 20 responden adalah

127 kg dengan rata-rata per responden 6,35/kg. Jumlah envoy yang

digunakan oleh 20 responden adalah dengan harga rata-rata

Rp.1.600.000 dengan rata-rata per responden Rp 80.000. Jumlah Acrobat

yang digunakan oleh 20 responden adalah dengan harga rata-rata Rp.

792.000 dengan harga rata-rata Rp.39.600

f) Penyusutan Alat

Alat adalah suatu benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu

seperti perkakas, perabot, yang dipakai untuk mencapai maksud. Dalam

proses usaha tani kentang telah digunakan beberapa alat untuk produksi dan

merupakan sebagai salah satu faktor indikator keberhasilan serta cukup

berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan petani.

Alat-alat pertanian yang digunakan petani kentang adalah cangkul,

semprot, dan traktor. Jumlah penyusutan alat yang terbesar berada

diantara Rp. 50.000 – 379.166 dengan persentase sebesar 90% atau

sebanyak 18 orang petani responden. Sedangkan jumlah penyusutan alat

yang terkecil berada diantara 1.695.835 – 2.025.000 dengan persentase

sebesar 10% atau sebanyak 2 orang responden.


68

Jumlah cangkul yang digunakan oleh 20 responden adalah 52 buah

dengan rata-rata penggunaan per responden 2,6 buah dengan rata-rata

harga cangkul Rp 75.000 . Jumlah biaya penyusutan alat cangkul adalah

Rp 750.000 dengan rata-rata per responden adalah Rp 37.500. Jumlah

semprot yang digunakan oleh 20 reponden adalah 19 buah dengan rata--

rata penggunaan per responden 0,95 buah dengan Jumlah biaya

penyusutan alat semprot Rp. 1.020.000 adalah dengan rata-rata per

responden adalah Rp 51.000. Jumlah traktor yang digunakan oleh 20

reponden adalah 2 unit dengan Jumlah biaya penyusutan alat traktor

adalah Rp 4.000.000 dengan rata-rata per responden adalah Rp 200.000.

B. Analisis Usaha Tani Kentang

Hasil analisis usaha tani kentang varietas lokal disajikan pada tabel

berikut :

Tabel 5.9. Hasil Analisis Usaha Tani Kentang Varietas Lokal di


Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

Jumlah Harga/
Rata-rata Rata-rata Per
Uraian (unit/ Kg Nilai (Rp)
Per petani hektar
satuan (Rp)

Produksi 258.000 10.000 2.580.000.000

Biaya :
 Biaya 447.485.525
variabel
 Biaya 9.900.300
tetap
Total biaya 40.656.517 2.032.825 3.613.912

Penerimaan 2.580.000.000 129.000.000 229.333.333


Pendapatan 2.539.343.483 126.967.174 225.719.420
69

Hasil analisis usaha tani kentang varietas generasi baru disajikan pada tabel
berikut :

Tabel 5.10. Hasil Analisis Usaha Tani Kentang Varietas Generasi Baru di
Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

Jumlah Harga/
Rata-rata Rata-rata
Uraian (unit/ Kg Nilai (Rp)
Per petani Per hektar
satuan (Rp)

Produksi 569.000 15.000 8.535.000.000

Biaya :
 Biaya 778.770.000
variabel
 Biaya 6.620.000
tetap
Total biaya 785.390.000 39.269.500 51.500.983

Penerimaan 8.535.000.000 426.750.000 559.672.131


Pendapatan 7.749.610.000 387.480.500 508.171.148

C. Pendapatan Usaha Tani Kentang

Tabel 5.9 dan tabel 5.10 menunjukkan bahwa secara keseluruhan

rata-rata total biaya produksi petani kentang hasil varietas lokal per petani

adalah Rp. 2.032.825 dan biaya produksi per hektar adalah Rp. 3.613.91

rata-rata total biaya produksi petani kentang varietas generasi baru per

petani adalah Rp. 39.269.500 dan biaya produksi per hektar adalah Rp.

51.500.983 total biaya produksi ini didapat dari total biaya-biaya produksi

dibagi dengan jumlah responden, dan total biaya produksi per hektar di dapat

dari total biaya dibagi dengan total luas lahan.


70

Penerimaan usaha tani petani kentang hasil varietas lokal adalah Rp.

2.580.000.000 dan penerimaan usaha tani per hektar adalah Rp.

229.333.333. Penerimaan usaha tani petani kentang hasil varietas lokal per

petani adalah Rp. 129.000.000

Penerimaan usaha tani petani kentang hasil varietas generasi baru

per petani adalah Rp. 8.535.000.000 dan penerimaan usaha tani per hektar

adalah Rp. 559.672.131 Penerimaan usaha tani petani kentang hasil varietas

generasi baru per petani adalah Rp. 426.750.000. penerimaan usaha tani

kentang per petani ini didapat dari jumlah produksi di kali dengan harga

kentang per kg di bagi dengan jumlah responden, dan penerimaan usaha

tani kentang per hektar ini didapat dari jumlah produksi di kali dengan harga

kentang per kg di bagi dengan total luas lahan. Adapun pendapatan usaha

tani petani kentang hasil varietas lokal per petani adalah sebesar Rp.

126.967.174 dan rata-rata pendapatan per hektar adalah sebesar Rp.

225.719.420. Pendapatan usaha tani petani kentang hasil varietas generasi

baru per petani adalah sebesar Rp. 387.480.500 dan rata-rata pendapatan

per hektar adalah sebesar Rp. 508.171.148. pendapatan usaha tani kentang

per petani didapat dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya di bagi

jumlah responden dan pendapatan usaha tani kentang per hektar didapat

dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya di bagi dengan total luas

lahan.

Berdasarkan uraian hasil usaha tani kentang tersebut bahwa kendala

yang dihadapi petani kentang lokal adalah sulitnya memperoleh umbi yang
71

berkualitas tinggi, karena umumnya benih lokal yang digunakan saat ini

sudah mengalami kemunduran (degenerasi) dan tertular dengan berbagai

macam penyakit, terutama disebabkan oleh virus sedangkan untuk

mendapatkan benih generasi baru petani cukup kesulitan karena harga benih

cukup mahal serta jumlah penangkar di Kabupaten Gowa cukup terbatas

sehingga hal ini menyebabkan rendahnya produktifitas kentang, sehingga

hasil yang diperoleh petani sedikit.

Namum pendapatan petani kentang di Kecamatan Tombolopao masih

berfluktuatif karena pendapatan petani kentang di daerah penelitian tidak

selalu stabil, terkadang mereka tidak memperoleh pendapatan dari usaha

tani kentang yang memadai karena mengalami masalah pemasaran yaitu

harga jual yang rendah dan produksi yang tidak laku di jual.

D. Langkah-Langkah Strategis untuk Meningkatkan Produksi Kentang

Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk meningkatkan

produksi kentang yaitu antara lain :

a. Petani lebih aktif dan berusaha dalam memperoleh Fasilitasi teknologi

budidaya dan mengikuti bimbingan teknis serta penyiapan dukungan

program.

b. Untuk mengatasi masalah modal, tingginya harga pupuk dan tingginya

harga pestisida, petani harus membentuk organisasi ekonomi petani yang


72

kuat seperti adanya koperasi pertanian dan kelompok tani. Untuk

mengatasi keterbatasan benih dan tingginya harga benih dan kepada

kelompok-kelompok tani kentang untuk melakukan budidaya kentang

benih (penangkaran benih kentang) sehingga keterbatasan benih dapat

diatasi.

c. Untuk perbaikan usaha budidaya kentang kedepannya, pemerintah harus

dapat memberikan bantuan bantuan berupa pelatihan, penyuluhan dan

bantuan penguatan modal petani. bagi petani untuk mulai melakukan

usaha tani benih kentang, sehingga keterbatasan benih dapat diatasi.

d. Petani harus beralih dari menggunakan benih kentang lokal yang ditanam

dan telah banyak terinfeksi berbagai macam virus dan penyakit menjadi

kentang varietas generasi baru (benih bersertifikat) yang bebas dari

berbagai macam virus dan penyakit. Selain itu untuk Mengupayakan

produksi optimal usaha tani kentang generasi baru, petani harus lebih

menguasai teknik budidaya yang dikehendaki tanaman kentang.

Penggunaan sarana produksi diusahakan agar lebih efektif dan efisien

agar dapat meminimalkan biaya produksi sehingga pendapatan dan

keuntungan yang diperoleh lebih tinggi.

Apalagi jika Dilihat dari prospek permintaan ke depan, pengembangan

usaha tani kentang di Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa sebenarnya

cukup prospektif. Hal ini dapat didasarkan atas adanya peluang yang cukup

terbuka, yang dapat dilihat dari :

1) Ketersediaan lahan pengembangan yang cukup potensial


73

2) Prospek pasar lokal, regional, nasional bahkan ekspor yang

terbuka untuk komoditas kentang,

3) Pengembangan kentang di wilayah Kecamatan Tombolopao

Kabupaten Gowa memiliki keunggulan komparatif seperti iklim

yang sesuai, ketinggian 1000-1500 meter dpl yang cocok

dengan tanaman kentang, dan sumber-sumber air banyak,

yang kemudian dapat dikembangkan menjadi keunggulan

kompetitif.

Pengembangan Agribisnis kentang di Kecamatan Tombolopao

kabupaten Gowa sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintah terutama

dalam hal upaya-upaya peningkatan SDM petani dan penyuluh, fasilitasi dan

kemudahan dalam memperoleh bantuan permodalan, dan upaya-upaya

menarik investor untuk berperan aktif dalam pengembangan agribisnis

Kentang Di Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa.

Namun selain dari itu Selayaknya sebuah usaha tani kentang perlu

manajemen yang baik seperti berikut ini :

a. Perencanaan

Usaha tani kentang sangat membutuhkan perencanaan yang matang.

Mulai dari jenis benih kentang yang akan ditanam, pola budidaya yang akan

dijalankan, tenaga kerja yang dibutuhkan, sampai kepada kegiatan-kegiatan

panen dan pasca panen. Semua rencana seharusnya tersusun rapi tercatat.

Hal ini perlu ditinjau dari gabungan kelompok tani agar memperkuat proses

perencanaan sebelum melakukan budi daya kentang agar segala hal resiko
74

atau kejadian yang kemungkinan terjadi dapat diminimalkan. Seperti

budidaya kentang varietas lokal yang selama ini petani meyakini bahwa

varietas lokal sangat mudah terjangkit virus penyakit seharusnya petani

menghindari resiko tersebut dengan mengganti jenis benih lokal menjadi

generasi baru yang tahan terhadap penyakit. Hal ini perlu perencanaan yang

matang sebelum proses budidaya kentang dilakukan.

b. Pengorganisasian

Setelah segala sesuatu yang terkait dengan usaha tani kentang

direncanakan dengan baik, maka tahapan berikutnya adalah

pengorganisasian. Pada saat ini, petani harus mengorganisasikan setiap

masalah dan faktor produksi yang dimilikinya. Persiapan alat pertanian,

sarana-sarana produksi yang dibutuhkan juga termasuk tenaga kerja yang

akan digunakan.

Pengorganisasian yang baik akan memudahkan petani kentang dalam

pelaksanaan agar sesuai dengan rencana yang dibuat dan tujuan yang

ditetapkan.

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan hal yang paling menentukan pada suatu

kegiatan usaha tani kentang jika ingin usaha tani yang dijalankan berhasil.

Dalam pelaksanaan segala sesuatu yang dikerjakan diusahakan sesuai

dengan perencanaan yang dibuat. Sebab apabila tidak maka hasil tidak akan
75

sesuai dengan yang diharapkan oleh pelaku usaha tani. Maka hal ini akan

berpengaruh terhadap pendapatan petani. Dalam pelaksanaan ini petani

kentang harus konsisten dalam penerapan usaha tani kentang sesuai

dengan yang direncanakan.

d. Pengawasan

Semua pelaksanaan kegiatan usaha tani kentang harus diawasi agar

sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Jika ada masalah dan kekurangan,

sebagai seorang manajer, petani harus segera mengambil keputusan yang

cepat dan tepat. Caranya adalah dengan melihat sumber daya yang ada dan

menyelaraskan dengan tujuan pelaksanaan usaha tani kentang.

e. Penilaian

Tahap ini hanya akan optimal jika semua hal yang dilakukan oleh petani

terdokumentasi dalam sebuah catatan. Evaluasi yang dilakukan tanpa

informasi yang jelas hanya akan menghasilkan penilaian yang keliru

terhadap obyek evaluasi. Akibatnya tentu tidak aka nada perbaikan untuk

kegiatan usaha tani berikutnya sebab fungsi dari evaluasi yang utama adalah

sebagai bahan untuk perencanaan usaha tani kentang.

Hal-hal yang perlu dievaluasi disesuaikan dengan tujuan awal

dilaksanakannya usaha tani kentang, misalnya :

1. Apakah produksi total telah mencapai hasil sesuai yang diinginkan ?

2. Apakah biaya produksi yang dikeluarkan telah sesuai dengan rencana

Awal ?
76

3. Apakah masalah-masalah yang dihadapi pada pelaksanaan usaha tani

kentang ?

Hasil evaluasi yang dilakukan tersebut akan lebih memudahkan bagi

petani untuk membuat perencanaan usaha tani berikutnya dengan lebih baik.

Lambat laun maka usaha tani yang dilaksanakan menjadi lebih maju dengan

pencapaian hasil yang optimal.


77

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu :

1. Total biaya dari hasil usaha tani kentang varietas lokal yaitu

Rp 40.656.517 dan jumlah produksi kentang varietas lokal adalah

Rp 2.580.000.000 sedangkan total biaya dari hasil usaha tani kentang

varietas generasi baru yaitu Rp 785.390.000 dan jumlah produksi

kentang varietas generasi baru adalah Rp 8.535.000.000

2. Usaha tani kentang Terdapat perbedaan nyata pendapatan dan

keuntungan usaha tani kentang varietas generasi baru dengan

varietas kentang lokal. Pendapatan usaha tani petani kentang hasil

varietas lokal per petani adalah sebesar Rp 126.967.174 dan rata-rata

pendapatan per hektar adalah sebesar Rp 225.719.420. Pendapatan

usaha tani petani kentang hasil varietas generasi baru per petani

adalah sebesar Rp 387.480.500 dan rata-rata pendapatan per hektar

adalah sebesar Rp 508.171.14.8

3. Langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan untuk meningkatkan

produksi dan pendapatan petani kentang yaitu petani harus beralih

dari menggunakan benih kentang lokal yang dan telah banyak

terinfeksi berbagai macam virus dan penyakit menjadi kentang

varietas generasi baru (benih bersertifikat) yang bebas dari berbagai


78

macam virus dan penyakit. Selain itu untuk Mengupayakan produksi

optimal usaha tani kentang generasi baru, petani harus lebih

menguasai teknik budidaya yang dikehendaki tanaman kentang.

Penggunaan sarana produksi diusahakan agar lebih efektif dan efisien

agar dapat meminimalkan biaya produksi sehingga pendapatan dan

keuntungan yang diperoleh lebih tinggi,

Untuk mengatasi masalah modal, tingginya harga pupuk dan

tingginya harga pestisida, maka petani harus membentuk organisasi

ekonomi petani yang kuat seperti adanya koperasi pertanian dan

kelompok tani. Untuk mengatasi keterbatasan benih dan tingginya

harga benih maka kelompok-kelompok tani kentang melakukan

budidaya kentang benih (penangkaran benih kentang) sehingga

keterbatasan benih dapat diatasi.

B. Saran

1. Bantuan dan pembinaan dari pemerintah sangat diharapkan untuk

membangun pertanian kedepan mengingat rendahnya sumber daya

manusia petani serta terbatasnya permodalan yang dimiliki petani.

Bantuan dan pembinaan dapat berupa pengembangan pengetahuan

petani dengan melakukan bimbingan, pelatihan dan penyuluhan

secara sistematis dan berkelanjutan. Bantuan dan pembinaan ini

diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petani


79

dalam berusaha tani, sehingga hasil yang diperoleh petani dalam

berusaha tani bisa optimal dan kesejahteraan petani meningkat.

2. sebaiknya pemerintah menambah jumlah penangkar benih di

Kabupaten Gowa agar memudahkan petani untuk mendapatkan benih

kentang tanpa perlu meminta suplay benih dari provinsi lain yang

dapat menambah jumlah biaya input.


80

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. Standar Prosedur Operasional (Spo) Kentang Kabupaten


Gowa. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi
Sulawesi Selatan. Makassar.

Anonim, 2008. Gowa dalam Angka. BPS. Kabupaten Gowa. Propinsi


Sulawesi Selatan. Makassar.

Daniel. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta

Downey, W.D and Erickson P.S. 1992, Management Agribisnis, Alih Bahasa
Rochidayat Ganda dan Alfonsus Sirait. Erlangga. Jakarta

Hernanto, F. 1993. Usaha Tani. PT. Penebar Swadaya. Jakarta

Mosher. 1991. Menciptakan Struktur Pedesaan Progresif. CV. Yasaguna.


Jakarta

Mubyarto, 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES Jakarta.

Mawardati, 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan


Usaha Tani Kentang. Jurnal Aceh

Nuhung. 2006. Membangun Pertanian ke Depan, Aneka Ilmu. Semarang.

Rahman, 2011. Analisis Produksi dan Pendapatan Usaha Kentang. Jurnal


Bantaeng

Saragih, Bungaran, 2001. Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan


Ekonomi Berbasis Pertanian. Yayasan Mulia Persada Indonesia.
Jakarta

Sudarsono. 1995. Pengertian Penerimaan. http//www.google. diakses pada


tanggal 1 September 2013

Soekartawi, 1990. Teori Ekonomi Produksi : Analisis Fungsi Cobb-Douglass.


Rajawali. Jakarta.

-------------, 2006. Analisis Usaha Tani (Revisi). Universitas Indonesia. UI


Press Jakarta

Setijo, Petijo, 2004. Seri Penangkaran Benih Kentang. Kanisius. Jokyakarta.


81
81

LAMPIRAN-LAMPIRAN
82

Lampiran 1.
KUISIONER PENELITIAN
ANALISIS PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI PADA
PENGGUNAAN BENIH KENTANG VARIETAS LOKAL DAN
VARIETAS GENERASI BARU DI KABUPATEN GOWA

DAFTAR PERTANYAAN
No :
I. IDENTITAS RESPODEN
Nama :
Umur :…….thn
Jenis kelamin : Lk/Pr
Pendidikan : SD/SMP/SMA/S1/S2…..
Jumlah anggota keluarga :1/2/3/4/5/6/7/8/9/10
Pengalaman usaha tani :…..thn
Alamat :

II. PRODUKSI DAN PENDAPATAN

1. Benih
No Jenis benih Volume (kg) Harga Jumlah
Satuan (kg) biaya
1 Varietas Lokal
2 Generasi Baru
Jumlah
83

2. Pupuk
No Jenis pupuk Volume (kg) Harga Jumlah
Satuan (kg) Biaya (Rp)
1 Pupuk kandang
2 Pupuk urea
3 Pupuk Za
4 Pupuk TSP/NPK
5 Pupuk KCL
6 Pupuk daun

Jumlah

3. Alat-alat
No Jenis Jumlah Lama Harga Harga Biaya Ket.
alat satuan pemakaian lama baru penyusutan
(Tahun) (Rp) (Rp) (Rp)
1 Traktor
2 Cangkul
3 Sabit
4 Parang
5 Alat
6 semprot
7 ……
……

Jumlah
84

4. Pestisida
No Jenis pestisida Volume (kg) Harga Jumlah
satuan (kg) biaya
1
2
3
4
5
Jumlah

5. Status Kepemilikan lahan


No Status lahan Luas Pajak Upah Bunga Jumlah Ket.
lahan (Rp) (Rp) Bank biaya
(Ha) (Rp) (Rp)
1 Milik sendiri
2 Milik orang
3 lain
4 Sewa
5 Bagi hasil
6 Bantuan
7 ……
……
Jumlah
85

6. Tenaga kerja
No Jenis pekerjaan Upah/hari/kerja Jumlah biaya
(Rp)
1 Pengolahan lahan
2 Penanaman
3 Pemeliharaan
4 Panen
5 Pasca panen
6 …….
7 …….
Jumlah

7. Produksi
No Uraian Volume (kg) Nilai (kg)
1 Produksi
2 Harga
3 Penerimaan/pendapatan
kotor

Jumlah
86
87
88

Lampiran 2. Identitas Responden Usahatani Kentang Varietas Lokal


Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

Luas Pengalaman Jumlah Anggota


Umur
No Nama lahan Usahatani bibit keluarga Pendidikan
(Thn)
(Ha) (Thn) (Kg) (Org)

1 Daming 0,25 40 5 375 5 SD

2 Sukrianto 1 44 22 1.500 5 SMP

3 Mustafa 1 41 22 1.500 6 SMP

4 Aco 0,5 22 5 750 4 SD

5 Sanusi 1 44 19 1.500 5 SMP

6 Ridwan 1 40 15 1.500 7 SD

7 Maliang 0,5 35 35 750 5 SD

8 Mahmud 0,5 35 14 750 3 SD

9 Uma 0,5 65 38 750 5 SD

10 Latif 1 41 15 1.500 6 SD

11 Mustamin 0,25 42 23 375 4 SD

12 Dahlan 0,50 42 22 750 5 SD

13 Rasyid 0,50 42 24 750 6 SD

14 Tuo 0,25 29 5 375 3 SD

15 Asis 0,25 45 25 375 5 SD

16 Ramli 0,50 40 27 750 3 SMP

17 Kuasa 0,25 37 12 375 3 SD

18 Mansur 0,50 50 38 750 4 SMP

19 Sulmin 0,50 43 21 750 7 SMP

20 Sudirman 0,50 45 28 750 3 SMP


89

Lampiran 3. Identitas Responden Usahatani Kentang Generasi Baru


Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

No Luas Umur Pengalama Jumla Anggota


lahan (Thn) n Usahatani h bibit keluarga Pendidika
Nama
(Ha) (Thn) (Kg) (Org) n

1 H. Bahar 1 51 36 1.500 4 SMA

2 Andina R 1 30 20 1.500 4 S1
3 H. jappa 1 60 40 1.500 4 SMP
4 H. Kawang 1 45 20 1.500 4
SMA
5 H. Caccing 1 57 36 1.500 4
SMP
6 Marsuki 1 50 3 1.500 4
SMP
7 Ahmad 1 42 27 1.500 6
SMA
8 Mustafa. S 1 50 36 1.500 4
SMP
9 Nurdin. C 1 52 31 1.500 5
SMP
10 Sabang 0,50 50 30 750 4
SMA
11 Muma 1 29 8 1.500 4
SD
12 Linrung 0,50 62 37 750 3

13 Minggu 0,50 42 30 750 3 SD

14 Tadjuddin 0,50 38 26 750 3 SMP

15 Sunardi 0,50 40 27 750 3 SMP

16 Duddin 1 47 30 1.500 4 SMP

17 Madi. M 0,50 56 35 750 5 SMP


18 Amir 0,50 38 25 750 4 SD
19 Baharuddin 0,50 41 28 750 3 SMP
20 Sudarianto 0,25 28 5 375 3
SMP
90

Lampiran 4. Penggunaan Benih Varietas Lokal di Kecamatan


Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

Jumlah
Jumlah harga
No Nama responden benih Harga (Rp/Kg)
(Rp)
(Kg)

1 Daming 375 15 000 5.625.000


2 Sukrianto 1.500 15.000 22.500.000
3 Mustafa 1.500 15 000 22.500.000
4 Aco 750 15.000 11.250.000
5 Sanusi 1.500 15 000 22.500.000
6 Ridwan 1.500 15.000 22.500.000
7 Maliang 750 15 000 11.250.000
8 Mahmud 750 15.000 11.250.000
9 Uma 750 15 000 11.250.000
10 Latif 1.500 15.000 22.500.000
11 Mustamin 375 15 000 5.625.000
12 Dahlan 750 15.000 11.250.000
13 Rasyid 750 15 000 11.250.000
14 Tuo 375 15.000 5.625.000
15 Asis 375 15 000 5.625.000
16 Ramli 750 15.000 11.250.000
17 Kuasa 375 15 000 5.625.000
18 Mansur 750 15.000 11.250.000
19 Sulmin 750 15 000 11.250.000
20 Sudirman 750 15.000 11.250.000
Total 16.875 253.125.000
Rata-rata/Responden 8.375 12.656.250
Rata-rata/Ha 18.243 22.500.000
91

Lampiran 5. Penggunaan Benih Generasi Baru di Kecamatan


Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

Jumlah
Nama Jumlah harga
No benih Harga (Rp/Kg)
responden (Rp)
(Kg)
1 H. Bahar 1.500 22.000 33.000.000
2 Andina rizwan 1.500 22.000 33.000.000
3 H. jappa 1.500 22.000 33.000.000
4 H. Kawang 1.500 22.000 33.000.000
5 H. Caccing 1.500 22.000 33.000.000
6 Marsuki 1.500 22.000 33.000.000
7 Ahmad 1.500 22.000 33.000.000
8 Mustafa. S 1.500 22.000 33.000.000
9 Nurdin. C 1.500 22.000 33.000.000
10 Sabang 750 22.000 16.500.000
11 Muma 1.500 22.000 33.000.000
12 Linrung 750 22.000 16.500.000
13 Minggu 750 22.000 16.500.000
14 Tadjuddin 750 22.000 16.500.000
15 Sunardi 750 22.000 16.500.000
16 Duddin 1.500 22.000 33.000.000
17 Madi. M 750 22.000 16.500.000
18 Amir 750 22.000 16.500.000
19 Baharuddin 750 22.000 16.500.000
20 Sudarianto 375 22.000 8.250.000
Total 22.875 503.250.000
Rata-rata/responden 1.143. 25.162.500
Rata-rata/Ha 1.500 33.000.000
92

Lampiran 6. Jumlah Biaya Penyusutan Alat Usahatani Kentang Varietas


Lokal Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

Lama
Harga Harga Nilai
No Nama Alat pemaka
lama baru penyusutan
ian
1 Daming  Cangkul 50.000 20.000 4 7.500
 Semprot 250.000 150.000 1 100.000
Jumlah 107.500
2 Sukrianto  Cangkul @ 6 50.000 20.000 3 60.000
 Semprot 250.000 150.000 1 100.000
Jumlah 160.000
3 Mustafa  Traktor 15.000.000 12.000.000 1 3.000.000
 Cangkul @ 6 50.000 20.000 3 60.000
 Semprot 250.000 150.000 1 100.000
Jumlah 3.160.000
4 Aco  Cangkul @ 5 50.000 20.000 3 50.000
 Semprot 300.000 180.000 1 120.000
Jumlah 170.000
5 Sanusi  Traktor 14.000.000 10.000.000 2 2.000.000
 Cangkul 30.000 10.000 4 5.000
 Semprot 250.000 150.000 1 100.000
Jumlah 2.105.000
6 Ridwan  Cangkul @ 12 40.000 15.000 2 150.000
 Semprot @ 2 100.000 30.000 5 2.800
Jumlah 152.800
7 Maliang  Cangkul @ 5 50.000 20.000 2 75.000
 Semprot @ 4 150.000 30.000 4 20.000
Jumlah 95.000
8 Mahmud  Cangkul @ 5 50.000 30.000 2 50.000
 Semprot 200.000 100.000 2 50.000
Jumlah 100.000
9 Uma  Cangkul @ 5 50.000 30.000 2 50.000
 Semprot 200.000 100.000 2 50.000
Jumlah 100.000
10 Latif  Cangkul @ 5 40.000 20.000 3 50.000
 Semprot 200.000 100.000 2 50.000
Jumlah 100.000
11 Mustamin  Cangkul @ 4 50.000 30.000 2 40.000
 Semprot 150.000 50.000 5 20.000
Jumlah 60.000
12 Dahlan  Traktor 14.000.000 12.000.000 1 2.000.000
93

 Cangkul 75.000 50.000 1 25.000


Jumlah 2.025.000
13 Rasyid  Cangkul @ 6 50.000 25.000 2 75.000
 Semprot 250.000 150.000 1 100.000
Jumlah 175.000
14 Tuo  Cangkul @ 4 75.000 40.000 1 140.000
 Semprot 200.000 100.000 2 50.000
Jumlah 190.000
15 Asis  Cangkul 50.000 20.000 2 15.000
 Semprot 150.000 50.000 4 25.000
Jumlah 40.000
16 Ramli  Cangkul @ 4 40.000 20.000 4 20.000
 Semprot 150.000 60.000 3 30.000
Jumlah 50.000
17 Kuasa  Cangkul 40.000 20.000 2 20.000
 Semprot 200.000 100.000 1 100.000
Jumlah 120.000
18 Mansur  Cangkul 40.000 20.000 2 20.000
 Semprot 200.000 100.000 1 100.000
Jumlah 120.000
19 Sulmin  Cangkul @ 4 40.000 20.000 4 20.000
 Semprot 150.000 60.000 3 30.000
Jumlah 50.000
20 Sudirman  Cangkul @ 7 50.000 20.000 2 105.000
 Semprot 150.000 60.000 3 30.000
Jumlah 135.000
Total 9.215.300
Rata-rata/responden 460.765
Rata-rata/Ha 819.137
94

Lampiran 7. Jumlah Biaya Penyusutan Alat Usahatani Kentang Varietas


Baru Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

Harga Harga Lama Nilai


No Nama Alat pemakai
lama baru an penyusutan
1 H. Bahar  Cangkul @ 4 75.000 40.000 1 140.000
 Semprot 200.000 100.000 2 50.000
Jumlah 190.000
2 Andina  Traktor 14.000.000 12.000.000 1 2.000.000
Rizwan
 Cangkul @ 2 50.000 30.000 2 20.000
Jumlah 2.020.000
3 H. Jappa  Cangkul @ 4 75.000 40.000 1 140.000
 Semprot 200.000 100.000 2 50.000
Jumlah 190.000
4 H. Kawang  Cangkul @ 5 50.000 30.000 2 50.000
 Semprot 200.000 100.000 2 50.000
Jumlah 100.000
5 H. Caccing  Cangkul 50.000 20.000 4 7.500
 Semprot 250.000 150.000 1 100.000
Jumlah 107.500
6 Marsuki  Cangkul @ 4 40.000 20.000 4 20.000
 Semprot 150.000 60.000 3 30.000
Jumlah 50.000
7 Ahmad  Cangkul @ 3 50.000 20.000 2 45.000
 Semprot 150.000 50.000 4 25.000
Jumlah 70.000
8 Mustafa.S  Cangkul 40.000 20.000 2 20.000
 Semprot 200.000 100.000 1 100.000
Jumlah 120.000
9 Nurdin.C  Cangkul 40.000 20.000 2 20.000
 Semprot 200.000 100.000 1 100.000
Jumlah 120.000
10 Sabang  Cangkul @ 4 40.000 20.000 4 20.000
 Semprot 150.000 60.000 3 30.000
Jumlah 50.000
11 Muma  Traktor 13.000.000 9.000.000 2 2.000.000
 Semprot 150.000 100.000 2 25.000
Jumlah 2.025.000
12 Linrung  Cangkul 40.000 20.000 2 20.000
95

 Semprot 200.000 100.000 1 100.000


Jumlah 120.000
13 Minggu  Cangkul @ 3 50.000 20.000 2 45.000
 Semprot 150.000 50.000 4 25.000
Jumlah 70.000
14 Tadjuddin  Cangkul 50.000 20.000 4 7.500
 Semprot 250.000 150.000 1 100.000
Jumlah 107.500
15 Sunardi  Cangkul @ 4 40.000 20.000 4 20.000
 Semprot 150.000 60.000 3 30.000
Jumlah 50.000
16 Duddin  Cangkul @ 3 50.000 20.000 2 45.000
 Semprot 150.000 50.000 4 25.000
Jumlah 70.000
17 Madi.M  Cangkul 40.000 20.000 2 20.000
 Semprot 200.000 100.000 1 100.000
Jumlah 120.000
18 Amir  Cangkul @ 3 50.000 20.000 2 45.000
 Semprot 150.000 50.000 4 25.000
Jumlah 70.000
19 Baharuddin  Cangkul @ 4 40.000 20.000 4 20.000
 Semprot 150.000 60.000 3 30.000
Jumlah 50.000
20 Sudarianto  Cangkul @ 3 50.000 20.000 2 45.000
 Semprot 150.000 50.000 4 25.000
Jumlah 70.000
Total 5.770.000
Rata-rata/responden 288.500
Rata-rata/Ha 378.360
96

Lampiran 8. Jumlah Biaya Pupuk Usahatani Kentang Varietas Lokal


Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

Harga
Volume
No Nama Jenis pupuk satuan Jumlah biaya
(Kg)
(Kg)
1 Daming  Pupuk kandang 3.000 1.000 3.000.000
 Pupuk ZA 75 1.800 135.000
 Pupuk TSP/NPK 100 2.300 230.000
 Pupuk daun 1 40.000 40.000
Jumlah 3.405.000
2 Sukrianto  Pupuk kandang 5.000 1.000 5.000.000
 Pupuk ZA 250 1.800 450.000
 Pupuk TSP/NPK 250 2.300 575.000
 Pupuk daun 6 25.000 150.000
Jumlah 6.175.000
3 Mustafa  Pupuk kandang 18.000 1.000 18.000.000
 Pupuk ZA 300 1.800 510.000
 Pupuk TSP/NPK 250 2.300 575.000
Jumlah 19.085.000
4 Aco  Pupuk kandang 10.000 1.000 10.000.000
 Pupuk urea 100 1.800 180.000
 Pupuk ZA 100 2.300 230.000
 Pupuk daun 3 25.000 75.000
Jumlah 10.485.000
5 Sanusi  Pupuk kandang 9.000 1.000 9.000.000
 Pupuk ZA 250 1.800 450.000
 Pupuk TSP/NPK 300 2.300 690.000
 Pupuk daun 5 25.000 125.000
Jumlah 10.265.000
6 Ridwan  Pupuk kandang 10.000 1.000 10.000.000
 Pupuk ZA 300 1.800 540.000
 Pupuk TSP/NPK 350 2.300 805.000
Jumlah 11.345.000
7 Maliang  Pupuk kandang 4.000 1.000 4.000.000
 Pupuk ZA 150 1.800 270.000
 Pupuk TSP/NPK 200 2.300 460.000
 Pupuk daun 2 40.000 80.000
Jumlah 4.810.000
8 Mahmud  Pupuk kandang 4.500 1.000 4.500.000
 Pupuk ZA 300 1.800 540.000
 Pupuk TSP/NPK 300 2.300 690.000
Jumlah 5.730.000
9 Uma  Pupuk kandang 4.000 1.000 4.000.000
97

 Pupuk ZA 150 1.800 270.000


 Pupuk TSP/NPK 200 2.300 460.000
 Pupuk daun 2 40.000 80.000
Jumlah 4.810.000
10 Latif  Pupuk kandang 15.000 1.000 15.000.000
 Pupuk ZA 300 1.800 540.000
 Pupuk TSP/NPK 350 2.300 805.000
 Pupuk daun 3 35.000 105.000
Jumlah 16.450.000
11 Mustamin  Pupuk kandang 2.000 1.000 2.000.000
 Pupuk ZA 150 1.800 270.000
 Pupuk TSP/NPK 250 2.300 575.000
 Pupuk daun 2 25.000 50.000
Jumlah 2.895.000
12 Dahlan  Pupuk kandang 7.500 1.000 7.500.000
 Pupuk ZA 250 1.800 450.000
 Pupuk TSP/NPK 300 2.300 690.000
Jumlah 8.640.000
13 Rasyid  Pupuk kandang 4.000 1.000 4.000.000
 Pupuk ZA 250 1.800 450.000
 Pupuk TSP/NPK 250 2.300 575.000
 Pupuk organic 4 40.000 160.000
padat
Jumlah 5.185.000
14 Tuo  Pupuk kandang 1.000 1.000 1.000.000
 Pupuk ZA 75 1.800 135.000
 Pupuk TSP/NPK 100 2.300 230.000
Jumlah 1.365.000
15 Asis  Pupuk kandang 2.000 1.000 2.000.000
 Pupuk ZA 100 1.800 1.800.000
 Pupuk TSP/NPK 150 2.300 345.000
Jumlah 4.145.000
16 Ramli  Pupuk kandang 10.000 500 5.000.000
 Pupuk ZA 200 1.500 300.000
 Pupuk TSP/NPK 350 2.300 805.000
 Pupuk daun 7 25.000 175.000
Jumlah 6.280.000
17 Kuasa  Pupuk kandang 2.500 1.000 2.500.000
 Pupuk ZA 75 1.800 135.000
 Pupuk TSP/NPK 100 2.300 230.000
Jumlah 2.865.000
18 Mansur  Pupuk kandang 8.000 500 4.000.000
 Pupuk ZA 150 1.500 225.000
 Pupuk TSP/NPK 350 1.500 525.000
98

 Pupuk daun 9 25.000 225.000


Jumlah 4.450.525
19 Sulmin  Pupuk kandang 8.500 1.000 8.500.000
 Pupuk ZA 100 1.800 180.000
 Pupuk TSP/NPK 100 2.300 230.000
4 25.000 100.000
 Pupuk daun
Jumlah 9.010.000
20 Sudirman  Pupuk kandang 6.000 1.000 6.000.000
 Pupuk ZA 150 1.800 270.000
 Pupuk TSP/NPK 250 2.300 575.000
 Pupuk daun 5 25.000 125.000
Jumlah 6.970.000
Total 144.365.525
Rata-rata/responden 72.182.762
Rata-rata/Ha 12.832.491
99

Lampiran 9. Jumlah Biaya Pupuk Usahatani Kentang Varietas Baru Kecamatan


Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

Harga
Volume Jumlah
No Nama Jenis pupuk satuan
(Kg) biaya
(Kg)
1 H. Bahar  Pupuk kandang 20.000 500 10.000.000
 Pupuk ZA 300 1.800 540.000
 Pupuk TSP/NPK 650 2.300 1.495.000
 Pupuk daun 15 25.000 375.000
Jumlah 12.410.000
2 Andina Rizwan  Pupuk kandang 20.000 500 10.000.000
 Pupuk ZA 200 13.500 460.000
 Pupuk TSP/NPK 800 25.000 2.160.000
 Pupuk daun 20 27.500 450.000
Jumlah 13.070.000
3 H. Jappa  Pupuk kandang 19.000 500 9.500.000
 Pupuk ZA 350 1.500 525.000
 Pupuk TSP/NPK 750 2.300 1.725.000
 Pupuk daun 17 25.000 425.000
Jumlah 12.175.000
4 H. Kawang  Pupuk kandang 18.000 500 9.000.000
 Pupuk ZA 350 1.800 630.000
 Pupuk TSP/NPK 750 2.300 1.725.000
 Pupuk daun 17 25.000 425.000
Jumlah 11.780.000
5 H. Caccing  Pupuk kandang 18.000 500 9.000.000
 Pupuk ZA 300 1.800 540.000
 Pupuk TSP/NPK 750 2.300 1.725.000
 Pupuk daun 19 25.000 475.000
Jumlah 11.740.000
6 Marsuki  Pupuk kandang 17.000 500 8.500.000
 Pupuk ZA 300 1.800 540.000
 Pupuk TSP/NPK 750 2.300 1.725.000
 Pupuk daun 15 25.000 375.000
Jumlah 11.140.000
7 Ahmad  Pupuk kandang 18.000 500 9.000.000
 Pupuk ZA 350 1500 525.000
 Pupuk TSP/NPK 700 2300 1.610.000
 Pupuk daun 15 25.000 375.000
100

Jumlah 11.510.000
8 Mustafa.S  Pupuk kandang 20.000 500 10.000.000
 Pupuk ZA 400 1500 600.000
 Pupuk TSP/NPK 800 2300 1.840.000
 Pupuk daun 15 25.000 375.000
Jumlah 12.815.000
9 Nurdin.C  Pupuk kandang 20.000 500 10.000.000
 Pupuk ZA 400 1500 600.000
 Pupuk TSP/NPK 800 2300 1.840.000
 Pupuk daun 15 25.000 375.000
Jumlah 12.815.000
10 Sabang  Pupuk kandang 15.000 500 7.500.000
 Pupuk ZA 300 1.500 450.000
 Pupuk TSP/NPK 500 2.300 1.150.000
Jumlah 9.100.000
11 Muma  Pupuk kandang 15.000 1.000 15.000.000
 Pupuk ZA 300 1.800 540.000
 Pupuk TSP/NPK 300 2.300 690.000
 Pupuk daun 8 35.000 280.000
Jumlah 16.510.000
12 Linrung  Pupuk kandang 15.000 500 7.500.000
 Pupuk ZA 250 1.500 375.000
 Pupuk TSP/NPK 450 2.300 1.035.000
 Pupuk daun 10 25.000 250.000
Jumlah 9.160.000
13 Minggu  Pupuk kandang 9.000 500 4.500.000
 Pupuk ZA 150 1.500 225.000
 Pupuk TSP/NPK 300 2.300 690.000
Jumlah 5.415.000
14 Tadjuddin  Pupuk kandang 15.000 500 7.500.000
 Pupuk ZA 300 1.500 450.000
 Pupuk TSP/NPK 600 2.300 1.380.000
Jumlah 9.330.000
15 Sunardi  Pupuk kandang 10.000 500 5.000.000
 Pupuk ZA 200 1.500 300.000
 Pupuk TSP/NPK 400 2.300 920.000
 Pupuk daun 7 25.000 175.000
Jumlah 6.395.000
16 Duddin  Pupuk kandang 17.0003 5001.50 8.500.00052
 Pupuk ZA 50 0 5.000
101

 Pupuk TSP/NPK 600 2.300 1.380.000


 Pupuk daun 15 25.000 375.000
Jumlah 10.780.000
17 Madi.M  Pupuk kandang 10.000 500 5.000.000
 Pupuk ZA 150 1.500 225.000
 Pupuk TSP/NPK 300 2.300 690.000
 Pupuk daun 8 25.000 200.000
Jumlah 6.115.000
18 Amir  Pupuk kandang 9.000 500 4.500.000
 Pupuk ZA 150 1.500 225.000
 Pupuk TSP/NPK 350 2.300 805.000
 Pupuk daun 8 25.000 200.000
Jumlah 5.730.000
19 Baharuddin  Pupuk kandang 15.000 500 7.500.000
 Pupuk ZA 300 1.500 450.000
 Pupuk TSP/NPK 650 2.300 1.495.000
 Pupuk daun 15 25.000 375.000
Jumlah 13.195.000
20 Sudarianto  Pupuk kandang 2.000 1.000 2.000.000
 Pupuk ZA 100 1.800 180.000
 Pupuk TSP/NPK 200 2.300 460.000
 Pupuk daun 1 45.000 45.000
Jumlah 2.685.000
Total 203.870.000
Rata-rata/responden 10.193.500
Rata-rata/Ha 13.368.524
102

Lampiran 10. Jumlah Biaya Pestisida Usahatani Kentang Varietas Lokal


Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

Harga
Jumlah
No Nama Jenis pestisida Volume satuan
biaya
(Kg)
1 Daming  Envoy 1 160.000 160.000
 Acrobat 5 bks 33.000 165.000
 Hijau 1 bh 35.000 35.000
 Tanseb 2 bks 65.000 130.000
 Arehinal 1 bh 55.000 55.000
Jumlah 545.000
2 Sukrianto  Calsus 6 bks 25.000 150.000
 Tanseb 10 bks 65.000 650.000
 Arehinal 2 bh 55.000 110.000
 Acrobat 10 bks 33.000 330.000
 Envoy 2 bh 160.000 320.000
Jumlah 1560.000
3 Mustafa  Envoy 12 bh 160.000 1920.000
 Tanseb 15 kg 65.000 975.000
 Sirkus 15 bks 25.000 375.000
 Starmil 10 bks 75.000 750.000
 Arehinal 4 bh 55.000 220.000
Jumlah 4.240.000
4 Aco  Wendry 4 bks 65.000 260.000
 Sirkus 6 bks 25.000 150.000
 Manzet 6 kg 70.000 420.000
 Arehinal 2 bh 55.000 110.000
Jumlah 940.000
5 Sanusi  Tanseb 10 kg 65.000 650.000
 Arehinal 3 bh 55.000 165.000
 Envoy 3 bh 160.000 480.000
 Acrobat 3 dos 198.000 594.000
Jumlah 1.889.000
6 Ridwan  Pemulus 8 kg 70.000 560.000
 Acrobat 3 dos 198.000 594.000
 Arehinal 2 bh 55.000 110.000
 Danke 2 bh 65.000 130.000
Jumlah 1.394.000
7 Maliang  Wenry 5 bks 70.000 350.000
 Tanseb 5 kg 65.000 325.000
 Arehinal 1 bh 55.000 55.000
 Acrobat 6 bks 33.000 198.000
Jumlah 928.000
103

8 Mahmud  Sirkus 1 dos 198.000 198.000


 Tanseb 6 bks 65.000 390.000
 Envoy 1 bh 160.000 160.000
 Hijau 1 bh 50.000 50.000
Jumlah 798.000
9 Uma  Sirkus 1 dos 198.000 198.000
 Tanseb 6 bks 65.000 390.000
 Envoy 1 bh 160.000 160.000
 Hijau 1 bh 50.000 50.000
Jumlah 798.000
10 Latif  Tanseb 12 kg 65.000 780.000
 Envoy 2 bh 160.000 320.000
 Acrobat 3 dos 198.000 594.000
 Starmil 5 bks 70.000 350.000
Jumlah 2.044.000
11 Mustamin  Damaselo 3 kg 65.000 195.000
 Acrobat 5 bks 33.000 165.000
 Arehinal 1 bh 55.000 55.000
 Envoy 1 bh 160.000 160.000
Jumlah 575.000
12 Dahlan  Promanab 5 kg 65.000 325.000
 Envoy 2 bh 160.000 320.000
 Acrobat 2 dos 198.000 396.000
 Arehinal 2 bh 55.000 110.000
Jumlah 1.151.000
13 Rasyid  Tanseb 4 kg 65.000 260.000
 Acrobat 2 bks 33.000 66.000
 Arehinal 1 bh 55.000 55.000
 Calsus 2 bks 25.000 50.000
Jumlah 431.000
14 Tuo  Damaseb 2 kg 65.000 130.000
 Calsus 2 bks 25.000 50.000
 Acrobat 5 bks 33.000 165.000
 Arehinal 1 bh 55.000 55.000
Jumlah 400.000
15 Asis  Envoy 1 160.000 160.000
 Acrobat 4 bks 33.000 132.000
 Elang biru 2 btl 25.000 50.000
 Tanseb 2 kg 65.000 130.000
Jumlah 472.000
16 Ramli  Ponece 4 btl 30.000 120.000
 Acrobat 20 bks 30.000 600.000
 Abomextin 5 btl 15.000 75.000
 Perekat 8 btl 25.000 200.000
104

Jumlah 995.000
17 Kuasa  Envoy 1 160.000 160.000
 Acrobat 3 bks 33.000 99.000
 Elang baru 2 bh 25.000 50.000
 Transeb 2 kg 65.000 130.000
 Arehinal 1 bh 55.000 55.000
Jumlah 494.000
18 Mansur  Transeb 7 btl 65.000 455.000
 Victory mix 10 bks 50.000 500.000
 Acrobat 20 bks 30.000 600.000
 Abomextin 5 btl 30.000 150.000
 Perekat 8 btl 25.000 200.000
Jumlah 1.905.000
19 Sulmin  Tanseb 5 kg 65.000 325.000
 Acrobat 6 bks 33.000 198.000
 Starmil 5 bks 70.000 350.000
 Arehinal 1 btl 55.000 55.000
Jumlah 955.000
20 Sudirman  Calsus 5 bks 25.000 125.000
 Damaseb 10 bks 65.000 650.000
 Arehinal 2 bh 55.000 110.000
 Acrobat 7 bks 33.000 231.000
 Elang biru 2 bh 25.000 50.000
Jumlah 1.166.000
Total 23.680.000
Rata-rata/responden 1.184.000
Rata-rata/Ha 2.104.888
105

Lampiran 11. Jumlah Biaya Pestisida Usahatani Kentang Varietas Baru


Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

Harga
Jumlah
No Nama Jenis pestisida Volume satuan
biaya
(Kg)
1 H. Bahar  Transeb 15 kg 65.000 975.000
 Acrobat 40 bks 30.000 1.200.000
 Donece 7 btl 30.000 210.000
 Abamextin 10 btl 15.000 150.000
 Perekat 15 btl 25.000 375.000
Jumlah 2.910.000
2 Andina Rizwan  Tanzeb 16 kg 65.000 1.040.000
 Acrobat 52 bks 30.000 1.560.000
 Victory mix 3 dos 50.000 150.000
 Donece 10 btl 30.000 300.000
 Abomextin 10 btl 50.000 500.000
 Perekat 10 15.000 150.000
Jumlah 3.700.000
3 H. Jappa  Abamextin 9 btl 15.000 135.000
 Tranzeb 15 kg 65.000 975.000
 Victory mix 65 bks 50.000 3.250.000
 Perekat 15 btl 25.000 375.000
 Donece 7 btl 30.000 210.000
Jumlah 4.945.000
4 H. Kawang  Transeb 15 kg 65.000 975.000
 Abomextin 10 btl 15.000 150.000
 Acrobat 45 bks 30.000 1.350.000
 Donece 7 btl 30.000 210.000
 Perekat 17 btl 25.000 425.000
Jumlah 3.110.000
5 H. Caccing  Victory mix 15 bks 50.000 750.000
 Acrobat 45 bks 30.000 1.350.000
 Transeb 15 kg 65.000 975.000
 Perekat 18 btl 25.000 450.000
 Agomextin 10 btl 15.000 150.000
Jumlah 3.675.000
6 Marsuki  Victory mix 15 bks 50.000 750.000
 Acrobat 50 bks 30.000 1.500.000
 Agomextin 10 btl 30.000 300.000
 Perekat 17 btl 25.000 425.000
Jumlah 2.975.000
7 Ahmad  Acrobat 45 bks 30.000 1.350.000
 Victory mix 10 bks 50.000 500.000
106

 Ponece 8 btl 30.000 240.000


 Perekat 16 btl 25.000 400.000
Jumlah 2.490.000
8 Mustafa.S  Acrobat 40 bks 30.000 1.200.000
 Transeb 10 kg 65.000 650.000
 Donece 7 btl 30.000 210.000
 Abamextin 8 btl 30.000 240.000
 Perekat 18 btl 25.000 450.000
Jumlah 2.750.000
9 Nurdin.C  Abomextin 7 btl 15.000 105.000
 Ponece 10 btl 30.000 300.000
 Transeb 15 kg 65.000 975.000
 Perekat 17 btl 25.000 425.000
 Acrobat 45 bks 30.000 1.350.000
Jumlah 3.155.000
10 Sabang  Transeb 10 kg 65.000 650.000
 Acrobat 35 bks 30.000 1.050.000
 Victory mix 15 bks 50.000 750.000
 Perekat 15 btl 25.000 375.000
 Abomextin 7 btl 15.000 105.000
Jumlah 2.930.000
11 Muma  Damaseb 10 kg 65.000 650.000
 Acrobat 2 dos 198.000 396.000
 Starmil 7 bks 70.000 490.000
 Wenry 5 bks 40.000 200.000
 Arehinal 2 bh 55.000 110.000
Jumlah 1.846.000
12 Linrung  Abamextim 5 btl 15.000 75.000
 Transeb 10 kg 65.000 650.000
 Victory mix 10 bks 50.000 500.000
 Acrobat 35 bks 30.000 1.050.000
 Perekat 15 btl 25.000 375.000
Jumlah 2.650.000
13 Minggu  Abamextim 5 btl 15.000 75.000
 Transeb 7 kg 65.000 455.000
 Domece 5 btl 30.000 150.000
 Perekat 10 btl 25.000 250.000
Jumlah 930.000
14 Tadjuddin  Transeb 7 kg 65.000 455.000
 Acrobat 20 bks 30.000 600.000
 Abomextin 5 btl 30.000 150.000
 Perekat 7 btl 25.000 175.000
Jumlah 1.380.000
15 Sunardi  Abamextin 5 btl 15.000 75.000
107

 Donece 4 btl 30.000 120.000


 Acrobat 20 bks 30.000 600.000
 Perekat 10 btl 25.000 250.000
 Victory mix 25 dos 50.000 1.250.000
Jumlah 2.295.000
16 Duddin  Acrobat 42 bks 30.000 1.260.000
 Tanzeb 10 bks 65.000 650.000
 Victory mix 10 bks 50.000 500.000
 Donece 10 btl 30.000 300.000
 Perekat 15 btl 25.000 375.000
Jumlah 3.085.000
Madi.M  Transeb 7 kg 65.000 455.000
17  Acrobat 20 bks 30.000 600.000
 Abomextin 5 btl 30.000 150.000
 Perekat 7 btl 25.000 175.000
Jumlah 1.380.000
18 Amir  Abomextin 4 btl 15.000 60.000
 Acrobat 20 bks 30.000 600.000
 Victory mix 12 bks 50.000 600.000
 Perekat 8 btl 25.000 200.000
Jumlah 1.460.000
19 Baharuddin  Transeb 10 kg 65.000 650.000
 Acrobat 35 bks 30.000 1.050.000
 Ponece 7 btl 30.000 210.000
 Abamextin 6 btl 30.000 180.000
 Perekat 15 btl 25.000 375.000
Jumlah 2.465.000
20 Sudarianto  Manzale 5 kg 65.000 325.000
 Envoy 1 bh 160.000 160.000
 Acrobat 8 bks 33.000 264.000
 Elang biru 2 bh 25.000 50.000
Jumlah 799.000
Total 50.930.000
Rata-rata/responden 2.546.500
Rata-rata/Ha 3.339.672
108

Lampiran 12. Jumlah Biaya Tenaga Kerja Usahatani Kentang Varietas Lokal
Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

No Nama Jenis pekerjaan Upah/hari/kerja Jumlah Jumlah


(Rp) biaya
1 Daming  Pengolahan 4 hok 50.000 200.000
lahan
 Penanaman 4 hok 50.000 200.000
 Pemeliharaan 8 hok 40.000 320.000
 Panen 6 hok 40.000 240.000

Jumlah 960.000
2 Sukrianto  Pengolahan 8 hok 50.000 400.000
lahan
 Penanaman 6 hok 40.000 240.000
 Pemeliharaan 12 hok 40.000 480.000
 Panen 10 hok 40.000 400.000
Jumlah 1.520.000
3 Mustafa  Pengolahan 10 50.000 500.000
lahan
 Penanaman 15 hok 50.000 750.000
 Pemeliharaan 12 hok 40.000 480.000
 Panen 10 hok 40.000 400.000
Jumlah 2.130.000
4 Aco  Pengolahan 4 hok 50.000 200.000
lahan
 Penanaman 4 hok 40.000 160.000
 Pemeliharaan 12 hok 40.000 480.000
 Panen 7 hok 40.000 280.000
Jumlah 1.120.000
5 Sanusi  Pengolahan 10 50.000 500.000
lahan
 Penanaman 10 50.000 500.000
 Pemeliharaan 15 40.000 600.000
 Panen 15 40.000 600.000
Jumlah 2.200.000
6 Ridwan  Pengolahan 10 hok 50.000 500.000
lahan
 Penanaman 8 hok 50.000 400.000
 Pemeliharaan 20 hok 40.000 800.000
 Panen 10 hok 40.000 400.000
Jumlah 2.100.000
7 Maliang  Pengolahan 6 hok 50.000 300.000
lahan
109

 Penanaman 4 hok 50.000 200.000


 Pemeliharaan 8 hok 35.000 280.000
 Panen 6 hok 35.000 210.000
Jumlah 990.000
8 Mahmud  Pengolahan 10 hok 50.000 500.000
lahan
 Penanaman 6 hok 40.000 240.000
 Pemeliharaan 12 hok 40.000 480.000
 Panen 6 hok 40.000 240.000
Jumlah 1.460.000
9 Uma  Pengolahan 4 hok 50.000 200.000
lahan
 Penanaman 4 hok 50.000 200.000
 Pemeliharaan 8 hok 40.000 320.000
 Panen 6 hok 40.000 240.000

Jumlah 960.000
10 Latif  Pengolahan 10 50.000 500.000
lahan
 Penanaman 12 HOK 50.000 600.000
 Pemeliharaan 20 HOK 40.000 800.000
 Panen 15 HOK 40.000 600.000

Jumlah 2.500.000
11 Mustamin  Pengolahan 6 hok 50.000 300.000
lahan
 Penanaman 4 hok 40.000 160.000
 Pemeliharaan 10 hok 35.000 350.000
 Panen 4 hok 35.000 140.000
Jumlah 950.000
12 Dahlan  Pengolahan 8 50.000 400.000
lahan
 Penanaman 8 hok 40.000 320.000
 Pemeliharaan 15 hok 35.000 525.000
 Panen 8 hok 40.000 320.000
Jumlah 1.565.000
13 Rasyid  Pengolahan 6 hok 50.000 300.000
lahan 6 hok 40.000 240.000
 Penanaman 12 hok 40.000 480.000
 Pemeliharaan 5 hok 40.000 200.000
 Panen
Jumlah 1.220.000
14 Tuo  Pengolahan 2 hok 50.000 100.000
lahan
 Penanaman 2 hok 40.000 80.000
110

 Pemeliharaan 4 hok 40.000 160.000


 Panen 3 hok 35.000 105.000

Jumlah 445.000
15 Asis  Pengolahan 2 hok 50.000 100.000
lahan
 Penanaman 3 hok 40.000 120.000
 Pemeliharaan 10 hok 35.000 350.000
 Panen 4 hok 35.000 140.000
Jumlah 710.000
16 Ramli  Pengolahan 4 hok 50.000 200.000
lahan
 Penanaman 6 hok 35.000 210.000
 Pemeliharaan 10 hok 40.000 400.000
 Panen 5 hok 40.000 200.000
Jumlah 1.010.000
17 Kuasa  Pengolahan 2 hok 50.000 100.000
lahan
 Penanaman 4 hok 40.000 160.000
 Pemeliharaan 10 hok 35.000 350.000
 Panen 5 hok 35.000 175.000
Jumlah 785.000
18 Mansur  Pengolahan 4 hok 50.000 200.000
lahan
 Penanaman 4 hok 40.000 160.000
 Pemeliharaan 12 hok 40.000 480.000
 Panen 7 hok 40.000 280.000
Jumlah 1.120.000
19 Sulmin  Pengolahan 5 hok 50.000 250.000
lahan
 Penanaman 3 hok 35.000 105.000
 Pemeliharaan 10 hok 50.000 500.000
 Panen 6 hok 40.000 240.000
Jumlah 1.095.000
20 Sudirman  Pengolahan 8 hok 50.000 400.000
lahan
 Penanaman 7 hok 40.000 280.000
 Pemeliharaan 12 hok 40.000 480.000
 Panen 9 hok 35.000 315.000
Jumlah 1.475.000
Total 26.315.000
Rata-rata/responden 1.315.750
Rata-rata/Ha 2.339.111
111

Lampiran 13. Jumlah Biaya Tenaga Kerja Usahatani Kentang Varietas baru
Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

No Nama Jenis pekerjaan Upah/hari/kerja Jumlah Jumlah


(Rp) biaya
1 H. Bahar  Pengolahan 6 hok 50.000 300.000
lahan
 Penanaman 4 hok 40.000 160.000
 Pemeliharaan 10 hok 35.000 350.000
 Panen 4 hok 35.000 140.000
Jumlah 950.000
2 Andina  Pengolahan 2 hok 50.000 100.000
Rizwan lahan
 Penanaman 2 hok 40.000 80.000
 Pemeliharaan 4 hok 40.000 160.000
 Panen 3 hok 35.000 105.000
Jumlah 445.000
3 H. Jappa  Pengolahan 4 hok 50.000 200.000
lahan 6 hok 35.000 210.000
 Penanaman 10 hok 40.000 400.000
 Pemeliharaan 5 hok 40.000 200.000
 Panen
Jumlah 1.010.000
4 H. Kawang  Pengolahan 5 hok 50.000 250.000
lahan
 Penanaman 3 hok 35.000 105.000
 Pemeliharaan 10 hok 50.000 500.000
 Panen 6 hok 40.000 240.000
Jumlah 1.095.000
5 H. Caccing  Pengolahan 12 hok 50.000 600.000
lahan
 Penanaman 8 hok 40.000 320.000
 Pemeliharaan 10 hok 50.000 500.000
 Panen 12 hok 35.000 420.000
Jumlah 1.840.000
6 Marsuki  Pengolahan 5 hok 50.000 250.000
lahan 3 hok 35.000 105.000
 Penanaman 10 hok 50.000 500.000
 Pemeliharaan 6 hok 40.000 240.000
 Panen
Jumlah 1.095.000
7 Ahmad  Pengolahan 4 hok 50.000 200.000
lahan
 Penanaman 4 hok 40.000 160.000
 Pemeliharaan 12 hok 40.000 480.000
112

 Panen 7 hok 40.000 280.000


Jumlah 1.120.000
8 Mustafa.S  Pengolahan 2 hok 50.000 100.000
lahan
 Penanaman 4 hok 40.000 160.000
 Pemeliharaan 10 hok 35.000 350.000
 Panen 5 hok 35.000 175.000
Jumlah 785.000
9 Nurdin.C  Pengolahan 4 hok 50.000 200.000
lahan
 Penanaman 4 hok 40.000 160.000
 Pemeliharaan 12 hok 40.000 480.000
 Panen 7 hok 40.000 280.000
Jumlah 1.120.000
10 Sabang  Pengolahan 2 hok 50.000 100.000
lahan
 Penanaman 4 hok 40.000 160.000
 Pemeliharaan 10 hok 35.000 350.000
 Panen 5 hok 35.000 175.000
Jumlah 785.000
11 Muma  Pengolahan 12 hok 50.000 600.000
lahan
 Penanaman 8 hok 40.000 320.000
 Pemeliharaan 10 hok 50.000 500.000
 Panen 12 hok 35.000 420.000
Jumlah 1.840.000
12 Linrung  Pengolahan 4 hok 50.000 200.000
lahan
 Penanaman 4 hok 40.000 160.000
 Pemeliharaan 12 hok 40.000 480.000
 Panen 7 hok 40.000 280.000
Jumlah 1.120.000
13 Minggu  Pengolahan 4 hok 50.000 200.000
lahan
 Penanaman 6 hok 35.000 210.000
 Pemeliharaan 10 hok 40.000 400.000
 Panen 5 hok 40.000 200.000
Jumlah 1.010.000
14 Tadjuddin  Pengolahan 2 hok 50.000 100.000
lahan
 Penanaman 4 hok 40.000 160.000
 Pemeliharaan 10 hok 35.000 350.000
 Panen 5 hok 35.000 175.000
Jumlah 785.000
113

15 Sunardi  Pengolahan 4 hok 50.000 200.000


lahan 6 hok 35.000 210.000
 Penanaman 10 hok 40.000 400.000
 Pemeliharaan 5 hok 40.000 200.000
 Panen
Jumlah 1.010.000
16 Duddin  Pengolahan 2 hok 50.000 100.000
lahan
 Penanaman 4 hok 40.000 160.000
 Pemeliharaan 10 hok 35.000 350.000
 Panen 5 hok 35.000 175.000
Jumlah 785.000
17 Madi.M  Pengolahan 4 hok 50.000 200.000
lahan
 Penanaman 6 hok 35.000 210.000
 Pemeliharaan 10 hok 40.000 400.000
 Panen 5 hok 40.000 200.000
Jumlah 1.010.000
18 Amir  Pengolahan 4 hok 50.000 200.000
lahan
 Penanaman 4 hok 40.000 160.000
 Pemeliharaan 12 hok 40.000 480.000
 Panen 7 hok 40.000 280.000
Jumlah 1.120.000
19 Baharuddin  Pengolahan 2 hok 50.000 100.000
lahan
 Penanaman 4 hok 40.000 160.000
 Pemeliharaan 10 hok 35.000 350.000
 Panen 5 hok 35.000 175.000
Jumlah 785.000
20 Sudarianto  Pengolahan 4 hok 50.000 200.000
lahan
 Penanaman 6 hok 35.000 210.000
 Pemeliharaan 10 hok 40.000 400.000
 Panen 5 hok 40.000 200.000
Jumlah 1.010.000
Total 20.720.000
Rata-rata/responden 1.036.000
Rata-rata/Ha 1.358.688
114

Lampiran 14. Jumlah Produksi Usahatani Kentang Varietas Lokal


Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

Luas
Volume Volume
lahan Nilai
No Nama produksi produks Jumlah
(Ha) (kg)
(Ton) i (Kg)

1 Daming 0,25 5 5.000 10.000 50.000.000


2 Sukrianto 1 25 25.000 10.000 250.000.000
3 ustafa 1 25 25.000 10.000 250.000.000
4 Aco 0,5 12 12.000 10.000 120.000.000
5 Sanusi 1 20 20.000 10.000 200.000.000
6 Ridwan 1 25 25.000 10.000 250.000.000
7 Maliang 0,5 13 13.000 10.000 130.000.000
8 Mahmud 0,5 12 12.000 10.000 120.000.000
9 Uma 0,5 12 12.000 10.000 120.000.000
10 Latif 1 20 20.000 10.000 200.000.000
11 Mustamin 0,25 6 6.000 10.000 60.000.000
12 Dahlan 0,50 5 5.000 10.000 50.000.000
13 Rasyid 0,50 12 12.000 10.000 120.000.000
14 Tuo 0,25 5 5.000 10.000 50.000.000
15 Asis 0,25 6 6.000 10.000 60.000.000
16 Ramli 0,50 13 13.000 10.000 130.000.000
17 Kuasa 0,25 5 5.000 10.000 50.000.000
18 Mansur 0,50 12 12.000 10.000 120.000.000
19 Sulmin 0,50 12 12.000 10.000 120.000.000
20 Sudirman 0,50 13 13.000 10.000 130.000.000
Total 11,25 258 258.000 2.580.000.000
Rata-rata/responden 12.900 129.000.000
Rata-rata/Ha 22.933 229.333.333
115

Lampiran 15. Jumlah Produksi Usahatani Kentang Generasi Baru


Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

Luas Volume Volume


Nilai
No Nama lahan produksi produksi Jumlah
(kg)
(Ha) (Ton) (Kg)
1 H. Bahar 1 38 38.000 15.000 570000000
2 Andina Rizwan 1 35 35.000 15.000 525.000.000
3 H. Jappa 1 40 40.000 15.000 600.000.000
4 H. Kawang 1 35 35.000 15.000 525.000.000
5 H. Caccing 1 38 38.000 15.000 570.000.000
6 Marsuki 1 35 35.000 15.000 525.000.000
7 Ahmad 1 35 35.000 15.000 525.000.000
8 Mustafa.S 1 35 35.000 15.000 525.000.000
9 Nurdin.C 1 37 37.000 15.000 555.000.000
10 Sabang 0,50 20 20.000 15.000 300.000.000
11 Muma 1 40 40.000 15.000 600.000.000
12 Linrung 0,50 17 17.000 15.000 255.000.000
13 Minggu 0,50 18 18.000 15.000 270.000.000
14 Tadjuddin 0,50 20 20.000 15.000 300.000.000
15 Sunardi 0,50 20 20.000 15.000 300.000.000
16 Duddin 1 38 38.000 15.000 570.000.000
17 Madi.M 0,50 20 20.000 15.000 300.000.000
18 Amir 0,50 20 20.000 15.000 300.000.000
19 Baharuddin 0,50 18 18.000 15.000 270.000.000
20 Sudarianto 0,25 10 10.000 15.000 150.000.000
Total 15,25 569 569.000 8.535.000.000
Rata-rata/responden 28.450 426.750.000
Rata-rata/Ha 37.311 559.672.131
116

Lampiran 16. Penerimaan, Total Biaya, dan Pendapatan Variates Lokal


di Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa, 2015

No Nama Responden Penerimaan Total Biaya Pendapatan

1 Daming 50.000.000 13.287.500 36.712.500


2 Sukrianto 250.000.000 42.465.000 207.535.000
3 Mustafa 250.000.000 61.665.000 188.335.000
4 Aco 120.000.000 29.250.000 90.750.000
5 Sanusi 200.000.000 49.509.000 150.491.000
6 Ridwan 250.000.000 48.041.800 201.958.200
7 Maliang 130.000.000 23.358.000 106.642.000
8 Mahmud 120.000.000 24.623.000 95.377.000
9 Uma 120.000.000 23.203.000 96.797.000
10 Latif 200.000.000 54.144.000 145.856.000
11 Mustamin 60.000.000 12.750.000 47.250.000
12 Dahlan 50.000.000 29.901.000 20.099.000
13 Rasyid 120.000.000 23.546.000 96.454.000
14 Tuo 50.000.000 10.670.000 39.330.000
15 Asis 60.000.000 13.637.000 46.363.000
16 Ramli 130.000.000 24.870.000 105.130.000
17 Kuasa 50.000.000 12.534.000 37.466.000
18 Mansur 120.000.000 24.130.525 95.869.475
19 Sulmin 120.000.000 27.645.000 92.355.000
20 Sudirman 130.000.000 26.281.000 103.719.000
Total 2.580.000.000 457.385.825 2.122.614.175
Rata-rata/responden 129.000.000 22.869.291 106.130.709
Rata-rata/Ha 229.333.333 40.656.517 188.676.815
117

Lampiran 17. Penerimaan, Total Biaya, dan Pendapatan Variates


Generasi Baru di Kecamatan Tombolopao
Kabupaten Gowa, 2015

No Nama Responden Penerimaan Total Biaya Pendapatan

1 H. Bahar 570.000.000 39.010.000 530.990.000

2 Andina rizwan 525.000.000 41.785.000 483.215.000

3 H. jappa 600.000.000 40.870.000 559.130.000

4 H. Kawang 525.000.000 38.635.000 486.365.000

5 H. Caccing 570.000.000 39.912.500 530.087.500

6 Marsuki 525.000.000 37.810.000 487.190.000

7 Ahmad 525.000.000 37.740.000 487.260.000

8 Mustafa. S 525.000.000 39.020.000 485.980.000

9 Nurdin. C 555.000.000 39.760.000 515.240.000

10 Sabang 300.000.000 24.150.000 275.850.000

11 Muma 600.000.000 44.771.000 555.229.000

12 Linrung 255.000.000 24.335.000 230.665.000

13 Minggu 270.000.000 18.710.000 251.290.000

14 Tadjuddin 300.000.000 22.887.500 277.112.500

15 Sunardi 300.000.000 21.035.000 278.965.000

16 Duddin 570.000.000 37.270.000 532.730.000

17 Madi. M 300.000.000 19.910.000 280.090.000

18 Amir 300.000.000 19.665.000 280.335.000

19 Baharuddin 270.000.000 27.780.000 242.220.000

20 Sudarianto 150.000.000 10.209.000 139.791.000

Total 8.535.000.000 785.390.000 7.749.610.000

Rata-rata/responden 426.750.000 39.269.500 387.480.500

Rata-rata/Ha 559.672.131 51.500.983 508.171.148


118

Lampiran 18. Dokumentasi Hasil Penelitian di Kecamatan Tombolopao


Kabupaten Gowa, 2015

a. Kentang Varietas Lokal

Gambar Benih Kentang Varietas Lokal

Gambar Tanaman Kentang Varietas Lokal


119

Gambar Tanaman Kentang Varietas Lokal yang siap dipanen

Gambar Pemaneman Kentang Varietas Lokal


120

b. Kentang Varietas Baru

Gambar Benih Tanaman Varietas Baru

Gambar Tanaman Kentang Varietas Baru


121

Gambar Pemaneman Kentang Varietas Generasi Baru

Gambar Kentang Varietas Generasi Baru setelah Panen


122

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Besse Bolong, Lahir di Sanrangeng Kabupaten Wajo


Provinsi Sulawesi Selatan, pada tanggal 31
Desember 1969 anak Ke dua dari delapan
bersaudara pasangan H. Ambo Aso dan Hj. Besse
Tansi.

Penulis lulus SMEA Negeri Sengkang Kabupaten


Wajo tahun 1989. Pada tahun 1993 penulis diangkat menjadi Calon
Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Pertanian Kabupaten Gowa dan satu
tahun kemudian Tahun 1994 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, Tahun
1997 penulis menikah dengan seorang pemuda kelahiran Kabupaten Gowa
bernama H. Idris Ke’nang dan dikaruniai dua orang anak bernama Putra
Pratama Idris dan Mega Putri Kumalasari Idris.

Tahun 1996 – 2000 penulis diangkat menjadi Bendaharawan APBN pada


Dinas Pertanian Kabupaten Gowa, pada tahun 2001 – 2007 penulis
diangkat menjadi Bendaharawan APBD pada Dinas Pertanian Kabupaten
Gowa, pada tahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan S-1 pada Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Wirabakti Makassar dan meraih gelar sarjana
(S-1) Jurusan Ekonomi Tahun 2008, kemudian pada tanggal 10 Juli Tahun
2013 penulis diangkat menjadi pejabat Eselon IV A pada jabatan Kepala
Subbagian Umum dan Kepegawaian pada Dinas Pertanian Kabupaten
Gowa sampai sekarang.

Anda mungkin juga menyukai