Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

EVALUASI PENYULUHAN PERTANIAN

LAPORAN

EVALUASI KETERAMPILAN PETANI


DALAM SELEKSI BENIH PADI SAWAH

Oleh :
Nama : SUKIMAN
Nim : RPL.01.01.21.460
Kelas : TAN RPL D

REKOGNASI PEMBELAJAARN LAMPAU (RPL)


PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MEDAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN EVALUASI PENYULUHAN PERTANIAN
MAHASISWA POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MEDAN
SEMESTER TA. 2021/2022

Nama Mahasiswa : Sukiman


NIM : RPL.01.01.21.460
Progaram Studi : Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan
Jurusan : Pertanian
Waktu Pelaksanaan : Desember 2021 s/d Maret 2022
Judul Laporan : Evaluasi Keterampilan Petani Dalam Seleksi Benih Padi
Sawah

Menyetujui :

Dosen

MUKHLIS YAHYA, SP. MP


NIP. 197003201993031001

Mengetahui :

Ketua Jurusan Ketua Program Studi

TIENCE ELIZABETH PAKPAHAN, SP,M.Si TIENCE ELIZABETH PAKPAHAN,SP,M.Si


NIP. 19810903 201101 2 006 NIP. 19810903 201101 2 006
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kerena berkat rahmat dan
karuniaNya lah penulis penulis dapat menyeklesaikan laporan yang berjudul “ Evaluasi
Keterampilan Petani Dalam Seleksi Benih Padi Sawah “ yang merupakan salah satu tugas Mata
Kuliah Evaluasi Penyuluhan pertanian, sehingga dapat menyelesaikan tepat waktu serta sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki.
Seluruh kelancaran dalam penulisan laporan tugas ini tentu juga tidak terlepas dari bantuan
dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih Kepada dosen pembimbing Bapak Mukhlis
Yahya, SP. MP.
Penulis sangat Berharap Laporan tugas ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Penulis juga menyadari Sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini atau proposal ini
masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari sempurna.
Semoga Laporan Tugas ini dapat bermamfaat bagi Penulis maupun orang yang membacanya.
Apabila dalam penulisan ini terdapat kekurangan Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan kedepannya. Mohon maaf bila terdapat hal - hal yang kurang berkenan
dalam laporan tugas ini, penulis mengucapkan bayak terima kasih

Medan, Maret 2022


Penulis
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan produktivitas usahatani tanaman padi sangat dibutuhkan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia. Dimana padi merupakan bahan makanan
pokok masyarakat Indonesia. Benih merupakan salah satu komponen produksi yang
mempunyai kontribusi cukup besar dalam peningkatan produktivitas tanaman padi. Ketika
membeli benih di pasar ataupun di toko benih, petani seringkali mendapatkan kualitas benih
padi yang kurang memuaskan. Benih yang ditanam seringkali memiliki daya tumbuh yang
kurang baik atau tidak seragam. Padahal, benih yang digunakan tersebut sudah berlabel dan
juga bersertifikat, namun setelah ditanam hasilnya tetap saja kurang memuaskan. Dengan
demikian, terbukti bahwa benih yang beredar di pasaran saat ini tidak semuanya mempunyai
kualitas yang baik. Padahal, benih merupakan salah satu komponen yang penting dalam
usaha budi daya padi. Untuk meminimalisir hal tersebut, maka sebelum melakukan
persemaian ataupun penanaman, alangkah baiknya untuk melakukan treatment benih atau
perlakuan khusus untuk mendapatkan benih yang baik dan bernas saat ditanam. Salah satu
bentuk treatment yang bisa dilakukan petani adalah dengan cara seleksi benih.Namun masih
banyak petani yang belum mengerti cara menyeleksi benih padi. Untuk itu penyuluh akan
mengadakan evaluasi terhadap pengetahuan petani dalam menyeleksi benih padi sawah.

B. Masalah
Masalah yang didapat dalam evaluasi ini adalah masih banyak petani belum melakukan
dalam seleksi benih padi.

C. Tujuan
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengetahui peningkatan persentase keterampilan
petani dalam seleksi benih padi

D. Kegunaan
Kegunaan dilakukan evaluasi ini adalah untuk menentukan tingkat keterampilan petani
dalam seleksi benih padi
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektifitas dan
dampak kegiatan – kegiatan proyek atau program sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
secara sistematik dan obyektif. Definisi evaluasi dapat diambil dari pendapat beberapa ahli
antara lain Soedijanto (1996), menyatakan evaluasi adalah proses yang terdiri dari urutan
rangkaian kegiatan mengukur dan menilai.
Evaluasi merupakan proses mengumpulkan data yang sistematis untuk mengetahui
efektifitas program pendidikan dan pelatihan. Pada dasarnya pengembangan sumber daya
manusia mempunyai misi memaksimalkan efektifitas pegawai dalam melaksanankan
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

B. Keterampilan Petani
Tingkat keterampilan (psikomotor) merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
keterampilan (skill) seseorang setelah ia menerima pengalaman belajar mengenai ide
tertentu. Aspek keterampilan merupakan lanjutan dari aspek pengetahun (kogniti) dan sikap
(efektif) bentuk kecenderungan bertindak atas respon. Pada tingkat keterampilan lebih
menunjukkan kecenderungan seseorang untuk menerapkan suatu inovasi pada skala tertentu.
Perubahan perilaku tersebut diarahkan agar petani dan keluarganya mampu dan sanggup
bertani lebih produktif, berusahatani lebih menguntungkan dan hidup lebih sejahtera
(Gibson et al, 1996).
Keterampilan adalah aktivitas fisik yang dilakukan seseorang yang menggambarkan
kemampuan kegiatan motoric dalam kawasan psikomotor. Seseorang dikatakan menguasai
kecakapan motoris bukan saja karena ia dapat melakukan hal-hal atau gerakan yang telah
ditentukan tetapi juga karena mereka melakukannya dalam keseluruhan gerak yang lancer
dan tepat waktu. Dalam hal ini terdapat kecenderungan terkoordinasinya aktivitas fisik
karena pengenalan dan kelenturan jasmani untuk digerakkan sesuai ketentuan gerakan yang
mestinya dilakukan. Keterampilan juga dapat dikatakan sebagai kemampuan melakukan
pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan
keadaan untuk mencapai keadaan tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan
motoric melainkan juga merupakan funsi mental yang bersifat kognitif (BAPENAS,2008).

C. Seleksi Benih Padi Sawah


Seleksi benih yang umum dilakukan oleh petani adalah dengan menggunakan larutan
air garam. Larutan air garam tersebut dapat dibuat dengan melarutkan 5-6 sendok garam
dengan air sebanyak 1 liter. Atau untuk hasil yang lebih tepat, kadar garam dapat diperiksa
menggunakan telur ayam sebagai indikatornya. Jadi, telur ayam yang masih mentah dan
segar dimasukkan ke dalam air garam tersebut. Jika telur ayam tersebut terangkat sedikit, itu
berarti dosis garam yang digunakan sudah cukup. Sebaliknya, jika telur ayam masih
tenggelam sepenuhnya, maka perlu ditambahkan garam kembali hingga telur bisa sedikit
terangkat dari dasar air. Selanjutnya, benih padi yang akan diseleksi dimasukkan ke dalam
larutan air garam tersebut. Hasil akan menunjukkan bahwa benih padi yang bernas akan
tenggelam di dalam larutan garam, tetapi untuk yang hampa akan mengapung. Jika ada
benih yang terapung, maka sebaiknya segera dibuang, sementara benih yang tenggelam
segera ditiriskan untuk kemudian dibilas dengan air mengalir agar kandungan air garamnya
hilang. Disamping untuk memisahkan benih yang hampa dengan benih yang bernas,
perlakuan seleksi benih dengan larutan garam ini juga bermanfaat sebagai perlakuan awal
untuk meminimalisir tanaman padi terserang penyakit yang disebabkan oleh jamur yang
terbawa oleh benih padi tersebut. Tidak berhenti pada proses itu saja, benih padi yang sudah
bersih dari air garam selanjutnya dilakukan pemeraman selama 1-2 hari agar cepat
berkecambah. Setelahnya, dapat dilakukan perendaman kembali menggunakan larutan
Paenibacillus polyxima. Perendaman dengan larutan Paenibacillus polyxima dilakukan
selama kurang lebih 15 menit sebelum benih siap ditebar dengan menggunakan dosis sekitar
5 mililiter per liter. Larutan Paenibacillus polyxima ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan penyakit yang biasa menyerang padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
tanpa penggunaan Paenibacillus polyxima, masih banyak ditemukan penyakit bercak sempit
dan busuk pelepah dengan intensitas yang cukup tinggi pada tanaman padi. Sementara jika
menggunakan Paenibacillus polyxima maka tanaman padi akan terlihat lebih tinggi, sehat,
berbulir besar-besar, serta berkurang intensitas serangan penyakitnya. Selain itu,
pertumbuhan tanaman padi pun akan meningkat hingga perkecambahan total mencapai 82,7
persen. Perbedaan ini cukup signifikan karena perkecambahan tanpa pemberian
Paenibacillus polyxima hanya menghasilkan perkecambahan sebanyak 56 persen.
https://www.corteva.id/berita/Cara-Mudah-Seleksi-Benih-Padi.html. (2019).
III. METODE PELAKSANAAN

a. Waktu dan Tempat


Kegiatan evaluasi hasil pelaksanaan kursus tani dengan materi seleksi benih padi sawah
dengan menggunakan air dan garam dilaksanakan di WKPP Kelompok Tani Ikhlas nagari Koto
Bangun, Kecamatan Kapur IX, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, Pada
hari Sabtu, 19 Februari 2022.

b. Alat dan Bahan


Alat yang akan digunakan untuk pelaksanaan evaluasi ini adalah Kuesioner sebagai alat
ukur
Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan evaluasi ini adalah :
1. Rencana Kegiatan Tahunan Penyuluh ( RKTP ).
2. ATK.
3. Bahan dalam seleksi benih padi sawah

c. Batasan Operasional
Adapun batasan operasional dalam kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian ini adalah:
a. Responden dalam kegiatan evaluasi ini merupakan petani yang terdaftar dalam kelompok
tani
b. Kelompok tani yang digunakan hanya satu kelompok tani yang ada di WKKP nagari Koto
Bangun
c. Kelompok tani yang dievaluasi merupakan kelompok tani yang sudah pernah mendapat
penyuluhan tentang seleksi benih padi sawah
d. Evaluasi dilakukan dengan cara pemberian kuesioner dan praktek pembuatan untuk
mengetahui keterampilan petani;
e. Aspek yang dievaluasi yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan petani.

d. Metode Pelaksanaan
1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dipakai pada kegiatan evaluasi ini adalah data primer dan data
sekunder, namun pada tahap awal yang kita butuhkan adalah data sekunder. Data sekunder
diperoleh dari Programa Kecamatan dan RKTP, data yang diambil adalah data potensi
wilayah, data permasalahan di wilayah tersebut dan penyuluhan yang dilaksanakan (dilihat
pada RKTP), dari data inilah kita menentukan objek evaluasi yang akan kita lakukan.
Data Sekunder berupa Programa, kita peroleh dari BPP setempat sedangkan data
primer bersumber langsung dari petani sendiri.

2. Populasi dan Sampel


Penentuan Populasi dan Sampel dalam evaluasi ini dilakukan dengan metode
perposive sampel (tujuan langsung), yaitu jumlah semua petani yang menghadiri
penyuluhan dengan materi seleksi benih padi sawah yang berjumlah 10 Orang di Kelompok
Tani Ikhlas Nagari Koto Bangun Kecamatan Kecamatan Kapur IX, Kabupaten Lima Puluh
Kota yang telah dilaksanakan oleh PPL.

3. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yaitu dengan
a. Kuisioner yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun kepada para
petani yang menjadi responden.
b. Dapat pula melalui tanya jawab secara langsung antara dua orang atau lebih bertatap
muka mendengarkan secara langsung informasi yang diberikan

4. Analisis Data
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Untuk mendapatkan skala pengukuran atau instrumen penelitian yang baik, skala
pengukuran harus memiliki validitas dan realibilitas instrumen yang telah diuji
sebelumnya. Validitas adalah sejauh mana instrument penelitian mengukur dengan tepat
konstruk variabel yang diteliti.
Rumus yang digunakan untuk uji validitas kuisioner adalah Korelasi Product
Moment yang berguna untuk menentukan seberapa kuat hubungan suatu variabel dengan
variabel lain (Mauludi, 2006), yaitu:
n ∑ xy−∑ x ∑ y
r
√ {n ∑ x −¿ ¿ ¿ ¿
2

Keterangan :
n = Jumlah Responden
y = Skor pertanyaan
x = Skor masing-masing pertanyaan
r = Koefisien kolerasi
Realibilitas instrumen menggambarkan pada kemantapan alat ukur yang digunakan.
Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi atau dapat dipercaya, apabila
alat ukur tersebut stabil, konsisten dan cermat, sehingga dapat diandalkan. Dalam evaluasi
ini pengujian reliabilitas instrumen menggunakan rumus KR 20 (Kuder Richardson)
dalam, yaitu:

Keterangan :
r = koefisien
K = jumlah item dalam instrumen
Pi = proporsi banyaknya responden yang menjawab pada item 1
qi = 1-Pi
St² = varians total

2. Analisis Data
Pelaksanaan evaluasi hasil penyuluhan pertanian, untuk mengetahui pengetahuan, sikap,
dan keterampilan petani dalam pemupukan berimbang yang telah dilaksanakan petani.
Pelaksanaan evaluasi di Kelompok Tani Ikhlas Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh
Kota menggunakan indikator, alat pengukur dan analisa data. Indikator, alat pengukur dan
analisa data yang digunakan saat mengevaluasi penerapan petani dalam seleksi benih padi
sawah adalah sebagai berikut:
Keterampilan
Analisis data terhadap evaluasi keterampilan menggunakan Ranting Scale, untuk
mengetahui tingkat keterampilan berupa kecepatan dan ketepatan petani dalam seleksi
benih padi sawah. Petani akan diminta untuk mempraktikkan langsung seleksi benih padi
sawah di tempat yang telah ditentukan. Pelaksanaan evaluasi untuk mengetahui
persentase petani yang terampil di Kelompok Tani Ikhlas Nagari Koto Bangun,
Kecamatan Kapur IX, Kabupaten Lima Puluh Kota, menggunakan rumus:
Jumlah PetaniTerampil
% Keterampilan Petani= ×100 %
Jumlah Petani Responden
Indikator yang digunakan dalam pelaksanaan evaluasi penyuluhan untuk mengetahui
keterampilan petani dalam seleksi benih padi sawah adalah kecepatan dan ketepatan
petani dalam seleksi benih padi sawahsesuai dengan materi yang telah disuluhkan.
Penilaian keterampilan petani dilakukan dengan melihat langsung kemampuan petani
dalam seleksi benih padi sawah.
Alat pengukur yang digunakan untuk mengukur keterampilan petani dalam seleksi
benih padi sawah yaitu dengan standar kriteria sebagai berikut:
Standar : Kecepatan ≤ 15 menit/5 kg, ketepatan : Tepat waktu
Kriteria :
Tidak terampil : ≥ 15 menit/5 kg tidak tepat waktu
Keterampilan sedang : ≤ 15 menit/5 kg kurang tepat waktu
Terampil : ≤ 15 menit/5 kg tepat waktu
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Petani
Penduduk Nagari Koto Bangun Kecamatan Kapur IX pada umumnya bermata pencaharian
sebagai petani. Berdasarkan kegiatan evaluasi yang dilakukan, jumlah responden dalam evaluasi
ini sebanyak 10 orang yang berasal dari Kelompok Tani Ikhlas di Nagari Koto Bangun yang
mendapat penyuluhan tentang pola tanam system jajar legowo. Jenis kelamin petani responden
yaitu laki-laki dan perempuan. Karakteristik individu petani yang di evaluasi terdiri dari umur,
jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.
1. Umur Responden
Umur petani merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu
usahatani. Semakin tua umur seseorang, akan semakin sulit untuk menyerap informasi dan
inovasi teknologi yang disampaikan dalam penyuluhan. Selain itu kecepatan dalam menerapkan
inovasi teknologi yang disampaikan juga akan berkurang. Dari kegiatan evaluasi yang dilakukan
kepada petani responden, penggolongan umur petani disajikan pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Umur Petani Responden Nagari Koto Bangun
NO Jenjang Umur Jumlah Persentase (%)
1 30-39 4 40,00
2 40-49 1 10,00
3 50-59 2 20,00
4 60-69 2 20,00
5 70-79 1 10,00
Jumlah 20 100
Sumber : Analisis Data Primer 2021
Dari data pada Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa umur petani yang digolongkan kedalam
petani yang mempunyai umur produktif adalah 7 orang dengan jumlah total persentase 70% yang
berkisar antara umur 15-55 tahun (Rochani, 2004). Fakta ini menjadi potensi yang sangat besar
bagi pengembangan dan upaya peningkatan dunia pertanian di Nagari Koto Bangun. Pada umur
15-55 tahun seseorang digolongkan produktif dikarenakan dilihat dari kondisi fisik dan
ketangkasan dalam menangkap pembaharuan-pembaharuan yang ada pada media ataupun
perkembangan teknologi khususnya di bidang pertanian. Serta sesorang yang berada di golongan
umur produktif masih sangat cepat dalam mengadopsi materi yang akan diberikan oleh penyuluh
pertanian lapangan tentang pola tanam system jajar legowo.
2. Pendidikan Formal Responden
Dari data yang diperoleh, diketahui tingkat pendidikan formal responden berasal dari taraf
pendidikan dan umur yang berbeda-beda. Adanya perbedaan tingkat pendidikan ini menjadi
salah satu parameter yang dapat dijadikan dalam mengukur keberhasilan dari suatu usahatani
khususnya tanaman padi sawah, dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
akan semakin pandai pula dalam managemen usahataninya, dalam arti bahwa petani yang
mempunyai pengalaman sebagai tolak ukur yang akan disampingkan pada pembahasan ini.
Pendidikan terendah dari responden adalah Sekolah Dasar sedangkan pendidikan tertinggi dari
responden adalah Perguruan Tinggi (PT). Data tingkat pendidikan responden disajikan pada
Tabel 2 dibawah ini :
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Petani Responden Nagari Koto Bangun
No Tingkat Pendidikan Jumlah Petani Persentase (%)
1 SD 2 20,00
2 SMP 4 40,00
3 SMA 3 30,00
4. PERGURUAN TINGGI 1 10,00
Jumlah 10 100
Sumber : Analisis Data Primer 2021
Tabel 2 menunjukan bahwa tingkat pendidikan petani responden dominannya adalah tamatan
SMP berjumlah 4 orang (40%) dan SMA berjumlah 3 orang (30%), SD berjumlah 2 orang
(20%), dan PT 1 orang (10%). Hal ini menunjukkan responden belum menganggap penting arti
pendidikan formal. Tingkat pendidikan responden akan mempengaruhi penerimaan mereka
terhadap hal-hal baru, terutama dalam menerapkan seleksi benih padi sawah. Tingkat pendidikan
tamatan SMP dan SMA ini, diharapkan petani dapat semakin terbuka terhadap segala teknologi
baru yang ada disekitar.
Agar materi yang disampaikan oleh penyuluh dapat mudah diserap dan diterima oleh petani
diperlukan materi, media dan metode penyuluhan yang sesuai dengan karakteristik petani.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat penerimaannya terhadap inovasi
teknologi semakin besar. Menurut Suhardino dalam Mardikanto (1993) bahwa kemampuan
petani dalam menerima hal-hal baru banyak bergantung pada tingkat pendidikan yang mereka
miliki.
3. Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin menunjukkan kemampuan fisik dalam berusahatani. Selain itu, jenis kelamin
juga berpengaruh terhadap kemampuan memimpin dan mengambil keputusan dalam berbagai
kegiatan termasuk dalam kegiatan usahatani. Namun hal ini tidak menjadi batasan dan hambatan
kepada petani nagari Koto Bangun Kecamatan Kapur IX bahwa gender atau jenis kelamin
bukanlah hal terpenting melainkan kemauan dan kemampuan dari seseorang, sehingga tidak
sedikit dari jumlah petani dan khususnya responden yang ada terbagi kedalam dua jenis kelamin
yakni laki-laki dan perempuan yang akan disajikan pada Tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3. Jenis Kelamin Responden Petani Nagari Koto Bangun
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Laki-Laki 7 70,00
2 Perempuan 3 30,00
Jumlah 10 100
Sumber : Analisis Data Primer 2021
Dengan adanya persebaran dan perbedaan jumlah jenis kelamin dari total responden menjadi
salah satu alasan juga bahwa semakin berkembangnya zaman dan berkembangnya teknologi
yang mengharuskan perempuan untuk terjun kedunia kerja dalam memenuhi kebutuhan hidup
yang semakin meningkat.

4. Luas Lahan Usaha Tani


Luas lahan garapan petani responden dapat mempengaruhi produktivitas, semakin luas lahan
yang akan diusahakan semakin banyak hasil produksinya. Lahan merupakan salah satu faktor
produksi yang utama bagi petani sebagai sumber pendapatan keluarga. Luas lahan garapan petani
responden disajikan pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4. Luas Lahan Usahatani Petani Responden di Nagari Koto Bangun
No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 0,1 2 20,00
2 0,2 4 40,00
3 0,25 2 20,00
4 0,5 2 20,00
Jumlah 10 100
Sumber : Analisis Data Primer 2021
Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa petani responden di Nagari Koto Bangun
memiliki lahan usahatani dengan luas 0,2 hektar sebanyak 4 orang (40%), luas lahan 0,1 hektar
sebanyak 2 orang (20%), luas lahan 0,25 hektar sebanyak 2 orang (20%), dan luas lahan 0,5
hektar sebanyak 2 orang (20%). Luas lahan yang bervariasi juga merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi kecepatan seseorang dalam mengadopsi inovasi. Semakin luas lahan yang
dimilikinya semakin cepat mengadopsi teknologi, hal ini dikarenakan memiliki kemampuan
ekonomi yang lebih baik.
Menurut Saragih (2001) ukuran luas lahan berhubungan positif dengan tingkat adopsi petani,
semakin luas usaha taninya, maka semakin cepat pula proses adopsinya, hal ini dikarenakan
adanya kemampuan ekonomi dan melalui penerapan teknologi sistem tanam sehingga bisa
miningkatkan penghasilan ekonomi bagi keluarganya yang lebih baik.

B. Hasil dan Pembahasan


Keterampilan Petani
Evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian telah dilaksanakan di Nagari Koto Bangun.
Tujuan evaluasi penyuluhan pertanian adalah untuk mengetahui persentase petani yang terampil
dalam melakukan seleksi benih padi sawah yang meliputi kecepatan dan ketepatan seleksi benih
di Nagari Koto Bangun Kecamatan Kapur IX. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tercapai
atau tidaknya tujuan dari pelaksanaan penyuluhan pertanian, yaitu petani dapat melakukan
seleksi benih padi sawah sesuai komposisi dari 10% menjadi 15%.
Pelaksanaan evaluasi tersebut menggunakan kuisioner dan menguji petani mempraktikan
langsung di lapangan untuk mengukur kecepatan dan ketepatan responden dalam seleksi benih
padi sawah. Untuk mengetahui persentase keterampilan petani digunakan alat pengukur sebagai
berikut:
Standar : Kecepatan ≤ 15 menit/5 kg, ketepatan : Tepat waktu
Kriteria :
Tidak terampil : ≥ 15 menit/5 kg tidak tepat waktu
Keterampilan sedang : ≤ 15 menit/5 kg kurang tepat waktu
Terampil : ≤ 15 menit/5 kg tepat waktu
Dari kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian yang dilakukan, diperoleh data tingkat
keterampilan petani dalam seleksi benih padi sawah. Kemudian dilakukan rekapitulasi data
untuk memudahkan dalam mengetahui persentase tingkat keterampilan petani. Adapun data
rekapitulasi tersebut disajikan pada Tabel 7 berikut :
Tabel 7. Rekapitulasi Tingkat Keterampilan Petani dalam Seleksi benih padi sawah di
Nagari Koto Bangun
No Nama Responden Tingkat Keterampilan
1 Herliyanti Terampil
2 Ali Amran Terampil
3 Emi Sasmita Keterampilan Sedang
4 Syukriza Keterampilan Sedang
5 Basri, M Terampil
6 Kaswardi Keterampilan Sedang
7 Erman Junaidi Keterampilan Sedang
8 Rogen Terampil
9 Asir Keterampilan Sedang
10 Doni Keterampilan Sedang
Sumber : Analisis Data Primer 2021

Berdasarkan Tabel 7 di atas, jumlah petani yang dengan keterampilan sedang berjumlah 6
orang dengan pembagian 2 orang perempuan dan 4 orang lainnya adalah laki-laki, sedangkan
petani dengan keahlihan terampil berjumlah 4 orang dengan pembagian 1 orang perempuan dan
3 orang lainnya adalah laki-laki. Persentase keterampilan petani di Nagari Koto Bangun
Kecamatan Kapur IX dalam seleksi benih padi sawah di jelaskan dalam bentuk tabel sebagai
berikut :
Tabel 8. Persentase Tingkat Keterampilan Petani Responden dalam Seleksi Benih Padi
Sawah
No Uraian Jumlah (orang) Persentase %
1 Tidak Terampil 0 00,00
2 Keterampilan Sedang 6 60,00
3 Terampil 4 40,00
Jumlah 10 100
Sumber : Analisis Data Primer 2021
Berdasarkan Tabel 8 di atas, diketahui bahwa persentase petani yang tidak terampil sebesar
00,00%, petani dengan keterampilan sedang 60,00% dan petani yang terampil sebesar 40,00%.
Dalam seleksi benih padi sawah di Nagari Koto Bangun, tingkat keterampilan terhadap petani
yang terampil hanya 4 orang dari 10 responden yang ada menunjukkan bahwa tujuan penyuluhan
pertanian terhadap seleksi benih padi sawah komposisi 10% menjadi 15% tercapai.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan
Dari evaluasi kegiatan kursus tani tentang seleksi benih padi sawah dapat ditarik

kesimpulan adalah persentase petani yang tidak terampil sebesar 0%, petani dengan

keterampilan sedang 60,00% dan petani yang terampil sebesar 40%. Dalam seleksi benih

padi sawah di Nagari Koto Bangun petani digolongkan dalam kategori terampil, yang

berarti bahwa tujuan penyuluhan pertanian yaitu agar petani dapat melakukan seleksi benih

padi sawah sesuai komposisi dari 10% menjadi 15% tercapai

b. Saran
Secara keseluruhan hasil evaluasi tentang seleksi benih padi sawah ini dikategorikan
berhasil, akan tetapi masih perlu pembimbingan dan pendampingan dari penyuluh
DAFTAR PUSTAKA

Arbi, M. 2017. Tingkat Pengetahuan Petani Dalam Penanganan Pasca Panen


Kentang.Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah, Makassar

BAPENAS. 2008. Perilaku Individu Dalam Membentuk Kualitas Kinerja Yang Baik

Festinger L. 1957. A Theory of Cognitive Dissonance. Stanford: Stanford University Press

Karunianingtias, Husnul. 2005. Perilaku Petani Terhadap Pemupukan Berimbang Pada


Tanaman Padi Sawah. Skripsi Jurusan Sosisal Ekonomi Pertanian Universitas
Udayana. Denpasar

https://www.corteva.id/berita/Cara-Mudah-Seleksi-Benih-Padi.html. Cara Mudah Seleksi


Benih Padi

Gibson, James L. et al. (1996). Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses. Diterjemahkan oleh
Ninuk Adriani. Jakarta: Binarupa Aksara

Soedijanto, 2004. Menata Kembali Penyuluhan Pertanian di Era Agribisnis, Departemen


Pertanian. Jakarta

Thurstone, L. L. (1928). Attitudes can be measured. American Journal of Sociology

Anda mungkin juga menyukai