Anda di halaman 1dari 27

TUGAS

EVALUASI PENYULUHAN PERTANIAN

PROPOSAL

EVALUASI PENGETAHUAN, KETERAMPILAN DAN SIKAP


PETANI DALAM SELEKSI BENIH PADI SAWAH

Oleh :
Nama : NENG YERIATI
Kelas : A RPL

REKOGNASI PEMBELAJAARN LAMPAU (RPL)


PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN
MEDAN
TAHUN 2021
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan produktivitas usaha tani tanaman Padi sangat dibutuhkan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia. Padi merupakan bahan
makanan pokok masyarakat Indonesia. Benih merupakan salah satu komponen
produksi yang mempunyai kontribusi cukup besar dalam peningkatan
produktivitas tanaman Padi. Ketika membeli benih di pasar ataupun di toko benih,
petani seringkali mendapatkan kualitas benih Padi yang kurang memuaskan.
Benih yang ditanam seringkali memiliki daya tumbuh yang kurang baik atau tidak
seragam. Padahal, benih yang digunakan tersebut sudah berlabel dan juga
bersertifikat, namun setelah ditanam hasilnya tetap saja kurang memuaskan.
Dengan demikian, terbukti bahwa benih yang beredar di pasaran saat ini tidak
semuanya mempunyai kualitas yang baik. Padahal, benih merupakan salah satu
komponen yang penting dalam usaha budi daya Padi. Untuk meminimalisir hal
tersebut, maka sebelum melakukan persemaian ataupun penanaman, alangkah
baiknya untuk melakukan treatment benih atau perlakuan khusus untuk
mendapatkan benih yang baik dan bernas saat ditanam. Salah satu bentuk
treatment yang bisa dilakukan petani adalah dengan cara seleksi benih. Namun
masih banyak petani yang belum mengerti cara menyeleksi benih Padi. Untuk itu
penyuluh akan mengadakan evaluasi terhadap pengetahuan petani dalam
menyeleksi benih Padi sawah.

B. Masalah
Masalah yang didapat dalam evaluasi ini adalah :
1. Masih banyak petani belum mengerti tentang seleksi benih Padi.
2. Masih banyak petani belum melakukan seleksi benih Padi.

C. Tujuan
Tujuan dari evaluasi ini adalah :
1. Agar petani dapat menyeleksi benih padi dengan lebih efisien
2. Agar Petani lebih teliti dan terbiasa melakukan seleksi benih Padi sawah

D. Kegunaan
Kegunaan dilakukan evaluasi ini adalah :
1. Untuk menentukan tingkat pengetahuan petani tentang seleksi benih Padi.
2. Untuk menentukan tingkat keterampilan petani dalam seleksi benih Padi.
3. Untuk menentukan tingkat perubahan perilaku petani dalam seleksi benih
Padi.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektifitas
dan dampak kegiatan-kegiatan proyek atau program sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai secara sistematik dan obyektif. Definisi evaluasi dapat diambil dari
pendapat beberapa ahli antara lain Soedijanto (1996), menyatakan evaluasi adalah
proses yang terdiri dari urutan rangkaian kegiatan mengukur dan menilai.
Evaluasi merupakan proses mengumpulkan data yang sistematis untuk
mengetahui efektifitas program pendidikan dan pelatihan. Pada dasarnya
pengembangan sumber daya manusia mempunyai misi memaksimalkan efektifitas
pegawai dalam melaksanankan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

B. Pengetahuan Petani
Pengetahuan petani adalah segala sesuatu yang di ketahui oleh para petani
berkenan dalam kegiatan tentang tanaman buah naga dan juga peluang berusaha
atau kesempatan kerja bagi petani. Pengetahuan merupakan aspek perilaku yang
terutama berhubungan dengan kemampuan mengingat materi yang telah di
pelajari ( Soekanto,1999 dalam Arbi,2017 ).
Dalam pembangunan saat ini, di sadari bahwa pengetahuan terhadap sesuatu
yang baru merupakan alat yang cukup vital, terutama dalam mewujudkan harapan
yang di inginkan bersama yaitu menciptakan masyarakat yang adil dan makmur.
Akibatnya mutlak difikirkan dan di cari suatu konsep yang dapat menjembatangi
antara realita pembangunan dengan meningkatkan pengetahuan ( Zuckerman,2002
dalam Arbi,2017

C. Keterampilan Petani
Tingkat keterampilan (psikomotor) merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan keterampilan (skill) seseorang setelah ia menerima pengalaman belajar
mengenai ide tertentu. Aspek keterampilan merupakan lanjutan dari aspek
pengetahun (kognitif) dan sikap (efektif) bentuk kecenderungan bertindak atas
respon. Pada tingkat keterampilan lebih menunjukkan kecenderungan seseorang
untuk menerapkan suatu inovasi pada skala tertentu. Perubahan perilaku tersebut
diarahkan agar petani dan keluarganya mampu dan sanggup bertani lebih
produktif, berusaha tani lebih menguntungkan dan hidup lebih sejahtera (Gibson
et al, 1996).
Keterampilan adalah aktivitas fisik yang dilakukan seseorang yang
menggambarkan kemampuan kegiatan motoric dalam kawasan psikomotor.
Seseorang dikatakan menguasai kecakapan motoris bukan saja karena ia dapat
melakukan hal-hal atau gerakan yang telah ditentukan tetapi juga karena mereka
melakukannya dalam keseluruhan gerak yang lancer dan tepat waktu. Dalam hal
ini terdapat kecenderungan terkoordinasinya aktivitas fisik karena pengenalan dan
kelenturan jasmani untuk digerakkan sesuai ketentuan gerakan yang mestinya
dilakukan. Keterampilan juga dapat dikatakan sebagai kemampuan melakukan
pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai
dengan keadaan untuk mencapai keadaan tertentu. Keterampilan bukan hanya
meliputi gerakan motoric melainkan juga merupakan fungsi mental yang bersifat
kognitif (BAPENAS,2008).

D. Sikap
Festinger, (1957) dalam teorinya mengemukakan bahwa sikap individu itu
biasanya konsisten satu dengan yang lain dan dalam tindakannya juga konsisten
satu dengan yang lainnya. Menurut Festinger, (1957) apa yang dimaksud dengan
komponen kognitif ialah mencakup pengetahuan, pandangan, kepercayaan tentang
lingkungan, tentang seseorang atau tentang tindakan. (Wawan dan Dewi, 2010).
Menurut Thurstone, (1928) mendefinisikan sikap sebagai jumlah seluruh
kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan perasangka, prapemahaman yang
mendetail, ide-ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal khusus,
tapi pada tahun 1931 ia mengemukakan secara sederhana bahwa sikap adalah
menyukai atau menolak suatu objek psikologis. Dinyatakan oleh Emory Bogardus
bahwa sikap merupakan suatu kecenderungan bertindak ke arah atau menolak
faktor lingkungan. (Karunianingtias, 2005).
E. Seleksi Benih Padi Sawah
Seleksi benih yang umum dilakukan oleh petani adalah dengan menggunakan
larutan air garam. Larutan air garam tersebut dapat dibuat dengan melarutkan 5-6
sendok garam dengan air sebanyak 1 liter. Atau untuk hasil yang lebih tepat, kadar
garam dapat diperiksa menggunakan telur ayam sebagai indikatornya. Jadi, telur
ayam yang masih mentah dan segar dimasukkan ke dalam air garam tersebut. Jika
telur ayam tersebut terangkat sedikit, itu berarti dosis garam yang digunakan
sudah cukup. Sebaliknya, jika telur ayam masih tenggelam sepenuhnya, maka
perlu ditambahkan garam kembali hingga telur bisa sedikit terangkat dari dasar
air. Selanjutnya, benih padi yang akan diseleksi dimasukkan ke dalam larutan air
garam tersebut. Hasil akan menunjukkan bahwa benih padi yang bernas akan
tenggelam di dalam larutan garam, tetapi untuk yang hampa akan mengapung.
Jika ada benih yang terapung, maka sebaiknya segera dibuang, sementara
benih yang tenggelam segera ditiriskan untuk kemudian dibilas dengan air
mengalir agar kandungan air garamnya hilang. Disamping untuk memisahkan
benih yang hampa dengan benih yang bernas, perlakuan seleksi benih dengan
larutan garam ini juga bermanfaat sebagai perlakuan awal untuk meminimalisir
tanaman padi terserang penyakit yang disebabkan oleh jamur yang terbawa oleh
benih padi tersebut. Tidak berhenti pada proses itu saja, benih padi yang sudah
bersih dari air garam selanjutnya dilakukan pemeraman selama 1-2 hari agar cepat
berkecambah. Setelahnya, dapat dilakukan perendaman kembali menggunakan
larutan Paenibacillus polyxima.
Perendaman dengan larutan Paenibacillus polyxima dilakukan selama kurang
lebih 15 menit sebelum benih siap ditebar dengan menggunakan dosis sekitar 5
mililiter per liter. Larutan Paenibacillus polyxima ini berfungsi untuk
menghambat pertumbuhan penyakit yang biasa menyerang padi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, tanpa penggunaan Paenibacillus polyxima, masih banyak
ditemukan penyakit bercak sempit dan busuk pelepah dengan intensitas yang
cukup tinggi pada tanaman padi. Sementara jika menggunakan Paenibacillus
polyxima maka tanaman padi akan terlihat lebih tinggi, sehat, berbulir besar-
besar, serta berkurang intensitas serangan penyakitnya. Selain itu, pertumbuhan
tanaman padi pun akan meningkat hingga perkecambahan total mencapai 82,7%.
Perbedaan ini cukup signifikan karena perkecambahan tanpa pemberian
Paenibacillus polyxima hanya menghasilkan perkecambahan sebanyak 56%.
https://www.corteva.id/berita/Cara-Mudah-Seleksi-Benih-Padi.html. (2019).
BAB III. METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat


Kegiatan evaluasi hasil pelaksanaan kursus tani dengan materi seleksi benih
padi sawah dengan menggunakan air dan garam dilaksanakan di WKPP
Kelompok Tani Ikhlas nagari Koto Bangun, Kecamatan Kapur IX, Kabupaten
Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, Pada hari Sabtu, 19 Februari 2022.

B. Alat dan bahan


Alat yang akan digunakan untuk pelaksanaan evaluasi ini adalah Kuesioner
sebagai alat ukur
Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan evaluasi ini adalah :
1. Rencana Kegiatan Tahunan Penyuluh ( RKTP ).
2. ATK.
3. Bahan dalam seleksi benih padi sawah

C. Batasan Operasional
Adapun batasan operasional dalam kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian
ini adalah:
a. Responden dalam kegiatan evaluasi ini merupakan petani yang terdaftar dalam
kelompok tani
b. Kelompok tani yang digunakan hanya satu kelompok tani yang ada di WKKP
nagari Koto Bangun
c. Kelompok tani yang dievaluasi merupakan kelompok tani yang sudah pernah
mendapat penyuluhan tentang seleksi benih padi sawah
d. Evaluasi dilakukan dengan cara pemberian kuesioner dan praktek pembuatan
untuk mengetahui keterampilan petani;
e. Aspek yang dievaluasi yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan petani.
D. Metode Pelaksanaan
1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dipakai pada kegiatan evaluasi ini adalah data primer dan
data sekunder, namun pada tahap awal yang kita butuhkan adalah data
sekunder. Data sekunder diperoleh dari Programa Kecamatan dan RKTP, data
yang diambil adalah data potensi wilayah, data permasalahan di wilayah
tersebut dan penyuluhan yang dilaksanakan (dilihat pada RKTP), dari data
inilah kita menentukan objek evaluasi yang akan kita lakukan.
Data Sekunder berupa Programa, kita peroleh dari BPP setempat
sedangkan data primer bersumber langsung dari petani sendiri.

2. Populasi dan Sampel


Penentuan Populasi dan Sampel dalam evaluasi ini dilakukan dengan
metode perposive sampel (tujuan langsung), yaitu jumlah semua petani yang
menghadiri penyuluhan dengan materi seleksi benih padi sawah yang
berjumlah 10 Orang di Kelompok Tani Ikhlas Nagari Koto Bangun
Kecamatan Kecamatan Kapur IX, Kabupaten Lima Puluh Kota yang telah
dilaksanakan oleh PPL.

3. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yaitu:
a. Kuisioner yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah
disusun kepada para petani yang menjadi responden.
b. Dapat pula melalui tanya jawab secara langsung antara dua orang atau
lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi yang
diberikan

4. Analisis Data
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Untuk mendapatkan skala pengukuran atau instrumen penelitian yang
baik, skala pengukuran harus memiliki validitas dan realibilitas instrumen
yang telah diuji sebelumnya. Validitas adalah sejauh mana instrument
penelitian mengukur dengan tepat konstruk variabel yang diteliti.
Rumus yang digunakan untuk uji validitas kuisioner adalah Korelasi
Product Moment yang berguna untuk menentukan seberapa kuat hubungan
suatu variabel dengan variabel lain (Mauludi, 2006), yaitu:
n ∑ xy−∑ x ∑ y
r
√ {n ∑ x −¿ ¿ ¿ ¿
2

Keterangan :
n = Jumlah Responden
y = Skor pertanyaan
x = Skor masing-masing pertanyaan
r = Koefisien kolerasi

Realibilitas instrumen menggambarkan pada kemantapan alat ukur


yang digunakan. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas yang
tinggi atau dapat dipercaya, apabila alat ukur tersebut stabil, konsisten
dan cermat, sehingga dapat diandalkan. Dalam evaluasi ini pengujian
reliabilitas instrumen menggunakan rumus KR 20 (Kuder Richardson)
dalam, yaitu:

Keterangan :
r = koefisien
K = jumlah item dalam instrumen
Pi = proporsi banyaknya responden yang menjawab pada item 1
qi = 1-Pi
St² = varians total

2. Analisi Data
Pelaksanaan evaluasi hasil penyuluhan pertanian, untuk mengetahui
pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dalam pemupukan berimbang
yang telah dilaksanakan petani. Pelaksanaan evaluasi di Kelompok Tani
Ikhlas Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh Kota menggunakan
indikator, alat pengukur dan analisa data. Indikator, alat pengukur dan
analisa data yang digunakan saat mengevaluasi penerapan petani dalam
seleksi benih padi sawah adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan
Analisis data dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan dalam bentuk
pernyataan benar salah dalam pelaksanaan evaluasi bertujuan untuk
mengetahui persentase pengetahuan petani dalam seleksi benih padi sawah
di Kelompok Tani Ikhlas Kecamatan Kapur IX Kabupaten Lima Puluh
Kota. Untuk mengetahui nilai rata-rata pengetahuan petani digunakan
rumus:
Jumlah Nilai Responden
Nilai Rata−rata Pengetahuan Petani=
Jumlah Petani Responden
Pelaksanaan evaluasi penyuluhan pertanian untuk mengukur
pengetahuan petani dalam seleksi benih padi sawah menggunakan
indikator, yaitu penguasaan pengetahuan. Hal ini untuk mengetahui sejauh
mana penguasaan pengetahuan petani terhadap materi seleksi benih padi
sawahyang telah disuluhkan.
Selanjutnya dibuat alat pengukur untuk mengukur penguasaan
pengetahuan petani terhadap seleksi benih padi sawah, dengan standar
kriteria sebagai berikut:
Standar : Pengetahuan baik dengan nilai 70-79
Kriteria : 80-100 = Sangat Baik
70-79 = Baik
60-69 = Cukup Baik
40-59 = Tidak Baik
0-39 = Sangat tidak baik
Dan untuk mengetahui persentase peningkatan pengetahuan petani
digunakan rumus:
Selisih nilai responden
% Pengetahuan Petani= x 100 %
Nilai pretest responden
b. Keterampilan
Analisis data terhadap evaluasi keterampilan menggunakan Ranting
Scale, untuk mengetahui tingkat keterampilan berupa kecepatan dan
ketepatan petani dalam seleksi benih padi sawah. Petani akan diminta
untuk mempraktikkan langsung seleksi benih padi sawah di tempat yang
telah ditentukan. Pelaksanaan evaluasi untuk mengetahui persentase
petani yang terampil di Kelompok Tani Ikhlas Nagari Koto Bangun,
Kecamatan Kapur IX, Kabupaten Lima Puluh Kota, menggunakan rumus:
Jumlah PetaniTerampil
% Keterampilan Petani= ×100 %
Jumlah Petani Responden
Indikator yang digunakan dalam pelaksanaan evaluasi penyuluhan
untuk mengetahui keterampilan petani dalam seleksi benih padi sawah
adalah kecepatan dan ketepatan petani dalam seleksi benih padi
sawahsesuai dengan materi yang telah disuluhkan. Penilaian keterampilan
petani dilakukan dengan melihat langsung kemampuan petani dalam
seleksi benih padi sawah.
Alat pengukur yang digunakan untuk mengukur keterampilan petani
dalam seleksi benih padi sawah yaitu dengan standar kriteria sebagai
berikut:
Standar : Kecepatan ≤ 15 menit/5 kg, ketepatan : Tepat waktu
Kriteria :
Tidak terampil : ≥ 15 menit/5 kg tidak tepat waktu
Keterampilan sedang : ≤ 15 menit/5 kg kurang tepat waktu
Terampil : < 15 menit/5 kg tepat waktu

c. Sikap
Analisa data dalam mengevaluasi sikap petani menggunakan Skala
Likert dengan memberikan beberapa item pertanyaan yaitu: Selalu
Melakukan (SM), Melakukan (M), Ragu-ragu (R), Tidak Melakukan (TM)
dan Selalu Tidak Melakukan (STM) kepada petani melalui kuisioner.
Pelaksanaan evaluasi untuk mengetahui persentase petani yang selalu
melakukan seleksi benih padi sawah, menggunakan rumus:
Untuk Menghitung Skor:
Jumlah Responden x Jumlah Skor = .........
Jumlah Responden x Jumlah Skor Tertinggi = .........
Jumlah Responden x Jumlah Skor Terendah = .........
Maka untuk mengetahui persentase petani yang mau melakukan terhadap
layanan penyuluhan adalah:
Jumlah petani menerapkan
Petani yang mau menerapkan= × 100
Jumlah petani responden
Total nilai skor yang diperoleh
Tingkat Penerapan Petani= ×100 %
Nilai skor maksimal
Pelaksanaan evaluasi penyuluhan pertanian untuk mengukur sikap petani
dalam seleksi benih padi sawah menggunakan indikator menerapkan atau
selalu melakukan. Hal ini dimaksudkan untuk melihat persentase petani
yang melakukan seleksi benih padi sawah tersebut.
Alat pengukur yang digunakan untuk mengukur sikap petani dalam
seleksi benih padi sawah dengan standar kriteria sebagai berikut:
Kriteria : Tidak Menerapkan : 0 - 40%
Ragu-ragu : 41 - 60%
Menerapkan : 61 – 100%

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Petani
Penduduk Nagari Koto Bangun Kecamatan Kapur IX pada umumnya
bermata pencaharian sebagai petani. Berdasarkan kegiatan evaluasi yang
dilakukan, jumlah responden dalam evaluasi ini sebanyak 10 orang yang berasal
dari Kelompok Tani Ikhlas di Nagari Koto Bangun yang mendapat penyuluhan
tentang pola tanam system jajar legowo. Jenis kelamin petani responden yaitu
laki-laki dan perempuan. Karakteristik individu petani yang di evaluasi terdiri dari
umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.
1. Umur Responden
Umur petani merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan suatu usahatani. Semakin tua umur seseorang, akan semakin sulit
untuk menyerap informasi dan inovasi teknologi yang disampaikan dalam
penyuluhan. Selain itu kecepatan dalam menerapkan inovasi teknologi yang
disampaikan juga akan berkurang. Dari kegiatan evaluasi yang dilakukan
kepada petani responden, penggolongan umur petani disajikan pada Tabel 1
berikut :
Tabel 1. Umur Petani Responden Nagari Koto Bangun
NO Jenjang Umur Jumlah Persentase (%)
1 30-39 4 40,00
2 40-49 1 10,00
3 50-59 2 20,00
4 60-69 2 20,00
5 70-79 1 10,00
Jumlah 10 100
Sumber : Analisis Data Primer 2021
Dari data pada Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa umur petani yang
digolongkan kedalam petani yang mempunyai umur produktif adalah 7 orang
dengan jumlah total persentase 70% yang berkisar antara umur 15-55 tahun
(Rochani, 2004). Fakta ini menjadi potensi yang sangat besar bagi
pengembangan dan upaya peningkatan dunia pertanian di Nagari Koto Bangun.
Pada umur 15-55 tahun seseorang digolongkan produktif dikarenakan dilihat
dari kondisi fisik dan ketangkasan dalam menangkap pembaharuan-
pembaharuan yang ada pada media ataupun perkembangan teknologi
khususnya di bidang pertanian. Serta sesorang yang berada di golongan umur
produktif masih sangat cepat dalam mengadopsi materi yang akan diberikan
oleh penyuluh pertanian lapangan tentang pola tanam system jajar legowo.

2. Pendidikan Formal Responden


Dari data yang diperoleh, diketahui tingkat pendidikan formal responden
berasal dari taraf pendidikan dan umur yang berbeda-beda. Adanya perbedaan
tingkat pendidikan ini menjadi salah satu parameter yang dapat dijadikan
dalam mengukur keberhasilan dari suatu usahatani khususnya budidaya kopi,
dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin
pandai pula dalam managemen usahataninya, dalam arti bahwa petani yang
mempunyai pengalaman sebagai tolak ukur yang akan disampingkan pada
pembahasan ini. Pendidikan terendah dari responden adalah Sekolah Dasar
sedangkan pendidikan tertinggi dari responden adalah Perguruan Tinggi (PT).
Data tingkat pendidikan responden disajikan pada Tabel 2 dibawah ini :
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Petani Responden Nagari Koto Bangun
No Tingkat Pendidikan Jumlah Petani Persentase (%)
1 SD 2 20,00
2 SMP 4 40,00
3 SMA 3 30,00
4. PERGURUAN TINGGI 1 10,00
Jumlah 10 100
Sumber : Analisis Data Primer 2021
Tabel 2 menunjukan bahwa tingkat pendidikan petani responden
dominannya adalah tamatan SMP berjumlah 4 orang (40%) dan SMA
berjumlah 3 orang (30%), SD berjumlah 2 orang (20%), dan PT 1 orang (10%).
Hal ini menunjukkan responden belum menganggap penting arti pendidikan
formal. Tingkat pendidikan responden akan mempengaruhi penerimaan mereka
terhadap hal-hal baru, terutama dalam menerapkan seleksi benih padi sawah.
Tingkat pendidikan tamatan SMP dan SMA ini, diharapkan petani dapat
semakin terbuka terhadap segala teknologi baru yang ada disekitar.
Agar materi yang disampaikan oleh penyuluh dapat mudah diserap dan
diterima oleh petani diperlukan materi, media dan metode penyuluhan yang
sesuai dengan karakteristik petani. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka tingkat penerimaannya terhadap inovasi teknologi semakin
besar. Menurut Suhardino dalam Mardikanto (1993) bahwa kemampuan petani
dalam menerima hal-hal baru banyak bergantung pada tingkat pendidikan yang
mereka miliki.
3. Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin menunjukkan kemampuan fisik dalam berusahatani. Selain
itu, jenis kelamin juga berpengaruh terhadap kemampuan memimpin dan
mengambil keputusan dalam berbagai kegiatan termasuk dalam kegiatan
usahatani. Namun hal ini tidak menjadi batasan dan hambatan kepada petani
nagari Koto Bangun Kecamatan Kapur IX bahwa gender atau jenis kelamin
bukanlah hal terpenting melainkan kemauan dan kemampuan dari seseorang,
sehingga tidak sedikit dari jumlah petani dan khususnya responden yang ada
terbagi kedalam dua jenis kelamin yakni laki-laki dan perempuan yang akan
disajikan pada Tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3. Jenis Kelamin Responden Petani Nagari Koto Bangun
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Laki-Laki 7 70,00
2 Perempuan 3 30,00
Jumlah 10 100
Sumber : Analisis Data Primer 2021
Dengan adanya persebaran dan perbedaan jumlah jenis kelamin dari total
responden menjadi salah satu alasan juga bahwa semakin berkembangnya
zaman dan berkembangnya teknologi yang mengharuskan perempuan untuk
terjun kedunia kerja dalam memenuhi kebutuhan hidup yang semakin
meningkat.

4. Luas Lahan Usaha Tani


Luas lahan garapan petani responden dapat mempengaruhi produktivitas,
semakin luas lahan yang akan diusahakan semakin banyak hasil produksinya.
Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang utama bagi petani sebagai
sumber pendapatan keluarga. Luas lahan garapan petani responden disajikan
pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4. Luas Lahan Usahatani Petani Responden di Nagari Koto Bangun
No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 0,1 2 20,00
2 0,2 4 40,00
3 0,25 2 20,00
4 0,5 2 20,00
Jumlah 10 100
Sumber : Analisis Data Primer 2021
Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa petani responden di Nagari
Koto Bangun memiliki lahan usahatani dengan luas 0,2 hektar sebanyak 4
orang (40%), luas lahan 0,1 hektar sebanyak 2 orang (20%), luas lahan 0,25
hektar sebanyak 2 orang (20%), dan luas lahan 0,5 hektar sebanyak 2 orang
(20%). Luas lahan yang bervariasi juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kecepatan seseorang dalam mengadopsi inovasi. Semakin luas
lahan yang dimilikinya semakin cepat mengadopsi teknologi, hal ini
dikarenakan memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik.
Menurut Saragih (2001) ukuran luas lahan berhubungan positif dengan
tingkat adopsi petani, semakin luas usaha taninya, maka semakin cepat pula
proses adopsinya, hal ini dikarenakan adanya kemampuan ekonomi dan
melalui penerapan teknologi sistem tanam sehingga bisa miningkatkan
penghasilan ekonomi bagi keluarganya yang lebih baik.

B. Hasil dan Pembahasan


1. Pengetahuan Petani
Penyuluhan pertanian yang telah dilaksanakan oleh penyuluh tentang seleksi
benih Padi Sawah. Tujuan penyuluhan tersebut adalah agar petani mau
menerapkan seleksi benih padi sawah sesuai komposisi dari 10% menjadi 15%.
Adapun tujuan dilaksanakannya evaluasi penyuluhan pertanian adalah untuk
mengetahui persentase petani dalam penguasaan pengetahuan,sikap dan
keterampilan petani dalam penerapan seleksi benih padi sawah di Nagari Koto
Bangun Kecamatan Kapur IX. Menurut Arikunto (2013) hasil ukur
pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu : baik (76%-
100%), cukup ( 56%-75%), kurang (<55). Untuk mengetahui nilai rata-rata
pengetahuan petani maka digunakan kuisioner yang dibagikan kepada
responden. Kuisioner yang telah dijawab oleh responden selanjutnya
direkapitulasi. Rekapitulasi jawaban tersebut disajikan pada Tabel 5 berikut :
Tabel 5. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Pengetahuan Petani dalam Pola
Tanam Sistem Jajar Legowo
Nama Petai Jawaban Nilai
No Skala
Responden Benar Salah Responden
1 Herliyanti 8 2 80 A
2 Ali Amran 9 1 90 A
3 Emi Sasmita 9 1 90 A
4 Syukriza 9 1 90 A
5 Basri, M 10 0 100 A
6 Kaswardi 9 1 90 A
7 Erman Junaidi 9 1 90 A
8 Rogen 7 3 70 B
9 Asir 8 2 80 A
10 Doni 8 2 80 A
Jumlah Nilai Responden 860
Sumber : Analisis Data Primer 2021

Nilai rata-rata pengetahuan petani dalam mengetahui manfaat dari seleksi


Jumlah Nilai Responden 860
benih padi sawah adalah sebagai berikut = = = 86
Jumlah Responden 10
dengan kriteria baik. Artinya tujuan penyuluhan agar petani mengetahui
manfaat seleksi benih padi sawah sesuai petunjuk dari nilai 10% menjadi 15%
telah tercapai. Hal ini karena nilai yang mengetahui sudah melebihi dari tujuan
yaitu 86%. Hasil evaluasi tersebut dipengaruhi tingkat pendidikan formal dan
non formal sehingga wawasan petani cukup dalam teknologi pertanian. Serta
adanya keterbukaan wawasan terhadap adopsi dan penerimaan hal hal yang
berbaur pengembangan. Tercapainya tingkat pengetahuan tersebut, karena
sering adanya kegiatan anjangsana dan penyuluhan Nagari Koto Bangun dan
adanya pendemonstrasian yang hasilnya dapat dilihat oleh petani, khususnya di
Kelompok tani Ikhlas yang ada di Nagari Koto Bangun Kecamatan Kapur IX
Kabupaten Lima Puluh Kota.
Untuk mengetahui persentase pengetahuan petani juga digunakan kuesioner
yang dibagikan kepada 10 orang responden dimana menggunakan pre test dan
post test. Kuesioner yang telah dijawab oleh responden selanjutnya
direkapitulasi. Rekapitulasi jawaban tersebut disajikan pada Tabel 6 dibawah
ini:
Tabel 6. Hasil Rekapitulasi Kuisioner Pre Test dan Post Test Responden
Nagari Koto Bangun
Nama Petani
No. Nilai Pre test Nilai Post test
Responden
1 Herliyanti 60 80
2 Ali Amran 80 90
3 Emi Sasmita 80 90
4 Syukriza 70 90
5 Basri, M 70 100
6 Kaswardi 60 90
7 Erman Junaidi 80 90
8 Rogen 50 70
9 Asir 50 80
10 Doni 70 80
Jumlah 670 860
Nilai rata-rata pretest 670 : 10 = 67
Nilai rata-rata postest 860 : 10 = 86
Selisih nilai peningkatan 86 – 67 = 19
Sumber : Analisis Data Primer 2021
Selisihnilai responden
% Peningkatan Pengetahuan Petani= x 100 %
Nilai pretest responden
Berdasarkan Tabel 6, jumlah skor pre test yang diperoleh dari 10 orang
responden adalah 670 dan skor post test sebesar 860. Persentase peningkatan
pengetahuan petani Nagari Koto Bangun dalam seleksi benih padi sawah
adalah sebagai berikut :
19
== x 100 % = 28,35%
67
Persentase peningkatan pengetahuan petani dalam seleksi benih padi sawah
adalah 28,35%. Hal ini karena :
a. Metode dan media yang digunakan disaat penyuluhan diterima dengan baik
oleh petani;
b. Pendidikan petani responden rata-rata SLTA sederajat sehingga lebih cepat
untuk menangkap atau dimengerti materi penyuluhan;
Dengan demikian tujuan penyuluhan agar petani dapat seleksi benih Padi
Sawah sesuai anjuran dari 10% menjadi 15% telah tercapai, karena persentase
yang didapat sudah melebihi dari persentase tujuan yaitu 28,35%.
Nasution (1990) menyatakan bahwa ada anggota masyarakat yang sejak
lama telah menanti datangnya inovasi, ada anggota masyarakat yang melihat
dulu kiri kanan dan setelah yakin benar akan keuntungan tertentu yang bakal
diperoleh baru mau menerima inovasi dimaksud, namun ada pula anggota
masyarakat yang sampai akhir tetap tidak mau menerima suatu inovasi.

2. Keterampilan Petani
Evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian telah dilaksanakan di Nagari
Koto Bangun. Tujuan evaluasi penyuluhan pertanian adalah untuk mengetahui
persentase petani yang terampil dalam melakukan seleksi benih padi sawah
yang meliputi kecepatan dan ketepatan seleksi benih di Nagari Koto Bangun
Kecamatan Kapur IX. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tercapai atau
tidaknya tujuan dari pelaksanaan penyuluhan pertanian, yaitu petani dapat
melakukan seleksi benih padi sawah sesuai komposisi dari 10% menjadi 15%.
Pelaksanaan evaluasi tersebut menggunakan kuisioner dan menguji petani
mempraktikan langsung di lapangan untuk mengukur kecepatan dan ketepatan
responden dalam seleksi benih padi sawah. Untuk mengetahui persentase
keterampilan petani digunakan alat pengukur sebagai berikut:
Standar : Kecepatan ≤ 15 menit/5 kg, ketepatan : Tepat waktu
Kriteria :
Tidak terampil : ≥ 15 menit/5 kg tidak tepat waktu
Keterampilan sedang : ≤ 15 menit/5 kg kurang tepat waktu
Terampil : ≤ 15 menit/5 kg tepat waktu
Dari kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian yang dilakukan, diperoleh data
tingkat keterampilan petani dalam seleksi benih padi sawah. Kemudian
dilakukan rekapitulasi data untuk memudahkan dalam mengetahui persentase
tingkat keterampilan petani. Adapun data rekapitulasi tersebut disajikan pada
Tabel 7 berikut :
Tabel 7. Rekapitulasi Tingkat Keterampilan Petani dalam Seleksi benih
padi sawah di Nagari Koto Bangun
No Nama Responden Tingkat Keterampilan
1 Herliyanti Terampil
2 Ali Amran Terampil
3 Emi Sasmita Keterampilan Sedang
4 Syukriza Keterampilan Sedang
5 Basri, M Terampil
6 Kaswardi Keterampilan Sedang
7 Erman Junaidi Keterampilan Sedang
8 Rogen Terampil
9 Asir Keterampilan Sedang
10 Doni Keterampilan Sedang
Sumber : Analisis Data Primer 2021

Berdasarkan Tabel 7 di atas, jumlah petani yang dengan keterampilan


sedang berjumlah 6 orang dengan pembagian 1 orang perempuan dan 5 orang
lainnya adalah laki-laki, sedangkan petani dengan keahlian terampil berjumlah
4 orang dengan pembagian 2 orang perempuan dan 2 orang lainnya adalah laki-
laki. Persentase keterampilan petani di Nagari Koto Bangun Kecamatan Kapur
IX dalam seleksi benih padi sawah di jelaskan dalam bentuk tabel sebagai
berikut :
Tabel 8. Persentase Tingkat Keterampilan Petani Responden dalam
Seleksi Benih Padi Sawah
No Uraian Jumlah (orang) Persentase %
1 Tidak Terampil 0 00,00
2 Keterampilan Sedang 6 60,00
3 Terampil 4 40,00
Jumlah 10 100
Sumber : Analisis Data Primer 2021
Berdasarkan Tabel 8 di atas, diketahui bahwa persentase petani yang tidak
terampil sebesar 00,00%, petani dengan keterampilan sedang 60,00% dan
petani yang terampil sebesar 40,00%. Dalam seleksi benih padi sawah di
Nagari Koto Bangun, tingkat keterampilan terhadap petani yang terampil hanya
4 orang dari 10 responden yang ada menunjukkan bahwa tujuan penyuluhan
pertanian terhadap seleksi benih padi sawah komposisi 10% menjadi 15%
tercapai.

3. Sikap Petani
Menurut Mueller dalam Wibisono (2011), mengukur sikap seseorang adalah
mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu kontinum afektif berkisar
dari tidak pernah hingga sangat sering terhadap suatu objek sikap. Tujuan
penyuluhan pertanian yang telah telah dilaksanakan adalah petani selalu
menerapkan seleksi benih padi sawah sesuai komposisi dari 10% menjadi 15%.
Sedangkan tujuan dari dilaksanakan evaluasi penyuluhan pertanian adalah
untuk mengetahui persentase petani yang selalu melakukan seleksi benih padi
sawah sesuai komposisi di Nagari Koto Bangun. Disebarkan kuisoner kepada
10 orang petani responden dengan beberapa item pernyataan untuk setiap
parameter.
Untuk mengetahui berapa banyak petani yang mau melakukan pola tanam
system jajar legowo, maka didirekap jawaban kuesioner yang telah diisi oleh
petani responden dalam Tabel 9 berikut in :.
Tabel 9. Jumlah Petani Responden yang Mau Melakukan Seleksi Benih
Padi Sawah
No Kriteria Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Tidak Melakukan - -
2 Ragu-Ragu - -
3 Melakukan 10 100
Jumlah 10 100%
Sumber : Analisis Data Primer 2021
Berdasarkan Tabel 9 diatas menunjukkan bahwa semua petani yaitu
sebanyak 10 orang (55,00%) mau untuk m melakukan seleksi benih padi
sawah. Hal ini karena petani sudah mengetahui fungsi dan manfaat dari
penerapan seleksi benih padi sawah. Dengan demikian tujuan penyuluhan agar
petani mau melakukan seleksi benih padi sawah dari 0 orang menjadi 10 orang
tercapai.
Dan untuk mengetahui persentase tingkat petani yang melakukan seleksi
benih padi sawah disajikan dalam Tabel 10 dibawah ini :
Tabel 10. Rekapitulasi Nilai Tingkat Petani yang Melakukan Seleksi
Benih Padi Sawah
Nama Pertanyaan/Skor
No Jlh
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Herliyanti 4 4 4 2 1 2 3 3 4 4 31
2 Ali amran 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 36
3 Emi sasmita 4 3 4 4 4 2 3 4 2 4 34
4 Syukriza 4 2 2 4 4 2 2 5 4 3 32
5 Basri,M 2 3 2 4 4 4 3 3 4 3 32
6 Kaswardi 5 5 4 4 4 3 3 4 4 4 40
7 Erman, E 4 4 5 4 4 5 4 4 3 5 42
8 Rogen 4 4 3 3 4 5 5 5 4 4 41
9 Asir 2 3 3 2 5 3 2 4 4 4 332
10 Doni 4 2 2 4 4 4 3 4 4 3 34
Jumlah Skor 37 34 44 35 38 32 32 40 35 38 354
Perolehan Skor 354
Skor Ideal 500
Persentase (%) 70.80%
Sumber : Analisis Data Primer 2021
Berdasarkan Tabel 10 tersebut, terlihat bahwa jumlah skor yang di peroleh
sebesar 354 dari skor ideal sebesar 500. Persentase sikap petani responden
terhadap seleksi benih padi sawah sebesar 58,8% dengan kriteria tidak
melakukan jika dilihat pada melalui garis kontinum sebagi berikut :
0% 40% 60% 100%
Tidak Ragu-ragu Melakukan Melakukan
Melakukan
70.80%
Berdasarkan garis kontinum tersebut dapat dilihat bahwa petani responden
di Nagari Koto Bangun memiliki sikap melakukan penyeleksian benih Padi
sesuai anjuran yang telah disampaikan oleh penyuluh kepada petani. Hal ini
berarti tujuan penyuluhan pertanian agar petani mau melakukan seleksi benih
padi sawah sesuai anjuran dari 10% menjadi 15% tercapai.
Adanya peningkatan nilai petani terhadap hasil penyuluhan melalui pre test
dan post test dihasilkan karena beberapa alasan sebagai berikut :
a. Metode dan media yang digunakan disaat penyuluhan diterima dengan baik
oleh petani;
b. Bantuan sarana produksi maupun alat lainnya yang mendukung kegiatan
penyuluhan
Suatu adopters akan memiliki tingkat adopsi inovasi yang tinggi jika
inovasi yang disampaikan efektif dalam memajukan usaha tani yang
berkembang dan mudah untuk diterapkan. Selain itu inovasi yang disampaikan
tidak terlampau jauh dengan kebiasaan petani yang sudah ada. Hal ini
ditujukan supaya petani tidak kesulitan dalam memodifikasi antara kebiasaan
yang sudah ada dengan inovasi yang diterima.
Van den Ban dan Hawkins (1999) menyatakan bahwa dalam implementasi
sering dilakukan modifikasi sesuai dengan keperluan petani pengadopsi. Petani
sering kali menambah informasi setelah mengadopsi inovasi untuk
memperkuat keputusan yang telah diambil. Nasution (1990) menyatakan
bahwa ada anggota masyarakat yang sejak lama telah menanti datangnya
inovasi, ada anggota masyarakat yang melihat dulu kiri kanan dan setelah
yakin benar akan keuntungan tertentu yang akan diperoleh baru mau
menerima inovasi dimaksud, namun ada pula anggota masyarakat yang sampai
akhir tetap tidak mau menerima suatu inovasi.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari evaluasi kegiatan kursus tani tentang seleksi benih padi sawah dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai rata-rata pengetahuan petani responden dalam seleksi benih padi sawah
sebesar 86 yang menunjukkan sangat memuaskan. Dan untuk persentase
tingkat pengetahuan petani dalam seleksi benih padi sawah sebesar 28,35%
yang juga menunjukkan sangat memuaskan. Hal ini menunjukkan bahwa
tujuan penyuluhan agar petani dapat mengetahui seleksi benih padi sawah dari
nilai 10% menjadi 15% telah tercapai.
2. Persentase petani yang tidak terampil sebesar 0%, petani dengan keterampilan
sedang 60,00% dan petani yang terampil sebesar 40%. Dalam seleksi benih
padi sawah di Nagari Koto Bangun petani digolongkan dalam kategori
terampil, yang berarti bahwa tujuan penyuluhan pertanian yaitu agar petani
dapat melakukan seleksi benih padi sawah sesuai komposisi dari 10% menjadi
15% tercapai;
3. Jumlah orang yang melakukan pola tanam sistem jajar legowo adalah 10 orang
(100,00%), hal ini menunjukkan bahwa tujuan penyuluhan agar petani mau
melakukan seleksi benih padi sawah tercapai. Dan untuk persentase sikap
petani responden dalam pola tanam sistem jajar legowo sebesar 70,80%. Petani
responden di Nagari Koto Bangun memiliki sikap melakukan dalam seleksi
benih padi sawah sesuai dengan yang disampaikan oleh penyuluh kepada
petani. Hal ini berarti tujuan penyuluhan pertanian agar petani mau melakukan
seleksi benih padi sawah sesuai anjuran dari 10% menjadi 15% tercapai.

B. Saran
Secara keseluruhan hasil evaluasi tentang seleksi benih padi sawah ini
dikategorikan berhasil, akan tetapi masih perlu pembimbingan dan pendampingan
dari penyuluh

Anda mungkin juga menyukai