Anda di halaman 1dari 58

MANAJEMEN PENGENDALIAN MUTU BENIH

TANAMAN MENTIMUN HIBRIDA (Cucumis sativus L.)


DI PT. BISI INTERNASIONAL Tbk. KEDIRI, JAWA TIMUR

AIFIATUNNASIRAH SHIDIQQAH
A24130088

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Manajemen


Pengendalian Mutu Benih Tanaman Mentimun Hibrida (Cucumis sativus L.) di PT.
BISI Internasional Tbk. Kediri, Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan
dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dan karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2017

Aifiatunnasirah Shidiqqah
NIM A24130088
ABSTRAK
AIFIATUNNASIRAH SHIDIQQAH. Manajemen Pengendalian Mutu Benih
Tanaman Mentimun Hibrida (Cucumis sativa L.) di PT. BISI Internasional Tbk.
Kediri, Jawa Timur. Dibimbing oleh YUDIWANTI WAHYU ENDRO KUSUMO
dan ENY WIDAJATI.

Mentimun hibrida memiliki daya adaptasi yang cukup luas dengan umur
panen yang relatif singkat. Peningkatan kebutuhan mentimun dibuktikan dengan
peningkatan produktivitas mentimun. Peningkatan produktivitas harus diimbangi
dengan benih bermutu. Benih bermutu merupakan kunci utama keberhasilan
budidaya tanaman mentimun yang dibutuhkan terus menerus, sehingga benihnya
harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan berkesinambungan. Jaminan mutu
benih dihasilkan dari pengawasan dan pengendalian mutu benih melalui penerapan
standarisasi sistem manajemen mutu saat produksi maupun di tingkat laboratorium
sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).
Kegiatan magang dilakukan di PT. BISI Internasional Tbk. Kediri, Jawa Timur
dari bulan Februari hingga Juni 2017. Kegiatan magang dilaksanakan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan kerja, menambah pengalaman serta
mempelajari kegiatan pengendalian mutu benih tanaman mentimun hibrida secara
teknis dan manajerial. Pengamatan meliputi sertifikasi lahan, uji kadar air, uji
kemurnian fisik, uji daya berkecambah, uji kemurnian genetik, pengemasan, dan
penyimpan serta dilakukan analisis dampak pengaruh musim terhadap kualitas
mutu benih mentimun hibrida. Hasil pengamatan yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa manajemen pengendalian mutu benih tanaman mentimun
hibrida dengan parameter daya berkecambah benih, kadar air, dan kemurnian benih
sudah berlangsung baik, tetapi perlu ditingkatkan agar didapatkan mutu benih
mentimun hibrida yang berkualitas unggul. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa
perlu koordinasi yang lebih baik antar departemen penelitian dan pengembangan,
departemen produksi benih, departemen pengolahan benih dengan departemen
pengendalian mutu tanaman hortikultura agar mutu benih tetap terjaga.

Kata kunci : uji daya berkecambah, uji kadar air, uji kemurnian
ABSTRACT
AIFIATUNNASIRAH SHIDIQQAH. Quality Control Management of Hybrid
Cucumber Seed (Cucumis sativus L.) at PT. BISI Internasional Tbk. Kediri, East
Java. Supervised by YUDIWANTI WAHYU ENDRO KUSUMO and ENY
WIDAJATI.
Hybrid cucumber have broad adaptability with quite short harvesting age.
Cucumber demand had raised which proved by its increasing productivity. The
increasing productivity must be match with the qualified seeds. The qualified seeds
is the primary factor to successfully cultivate the cucumber crop that continuously
required, so that the qualified seeds must be available in sufficient and continuous
supply. The quality seed assurance is made from quality seed observation and
control through quality management system standardization practice from the
production process as well as laboratory test correspond to National Standard of
Indonesia (SNI).
This internship activity was conducted at PT. BISI Internasional Tbk.
Kediri, East Java start from February until June 2017. The aim of this activity was
to study the technical and managerial aspects of hybrid cucumber seed quality
control. The observation include land certification, moisture content test, physical
purity test, germinate capacity test, genetical purity test, packaging, and storage.
Beside that, the influence of weather is on the quality of hybrid cucumber seeds was
studied. The observation result showed that quality seed control management of
hybrid cucumber seeds with parameters such as seed germination, moisture content,
and purity were done well, but it needed to enhance until superior quality of hybrid
cucumber seeds is obtained. Result of the evaluation showed that a better
coordination among research and development department, seed production
department, seed processing departement with quality control of horticulture crop
department was needed in order to keep the quality of the seeds.

Key word : germination capacity test, purity test, moisture content test
MANAJEMEN PENGENDALIAN MUTU BENIH
TANAMAN MENTIMUN HIBRIDA (Cucumis sativus L.)
DI PT. BISI INTERNASIONAL Tbk. KEDIRI, JAWA TIMUR

AIFIATUNNASIRAH SHIDIQQAH
A24130088

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema dalam skripsi magang
yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2017 sampai Juni 2017 ini adalah
Manajemen Pengendalian Mutu Benih Tanaman Mentimun Hibrida (Cucumis
sativus L.) di PT. BISI Internasional Tbk. Kediri, Jawa Timur. Dalam proses
penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan kendala yang penulis hadapi.
Namun penulis sadar bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidak lain
berkat dukungan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Yudiwanti Wahyu E. K, M.S. selaku dosen pembimbing I dan Dr.
Ir. Eny Widajati, M.S. selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
memberi bimbingan, kritik, saran, dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Herdhata Agusta selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis dalam menempuh perkuliahan.
3. Dr. Ir. Asep Setiawan, M.S. sebagai dosen penguji yang telah memberikan
saran dalam penyelesaian skripsi.
4. Bapak Irsam dan Ibu Dwi Susilowati selaku kedua orang tua serta seluruh
keluarga yang selalu memberikan dukungan, doa, dan kasih sayang.
5. Seluruh staf pengajar dan komisi pendidikan Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.
6. Direktur utama dan pimpinan PT. BISI Internasional Tbk., Dwi Praptono
Kurniawan, S.P., Nasrul Haq S.P., Dhona Puspita N. S.P., Tri Nurwidiastuti
S.P., Adi Arifianto S.P., Denny Susanto S.P., Pamuji Satoso S.P., Ririn
Purwati S.E., Eko Widi S.P., Daryono S.P., Fitri Kurniawati S.P., Yuliwati
S.E., Tim kadar air, Tim kemurnian fisik, Tim daya berkecambah basah dan
box, Tim sertifikasi lahan, Tim kemurnian genetik, seluruh pekerja lahan
produksi di lahan Aryono Desa Sumberagung dan seluruh pihak dari
perusahaan serta keluarga bapak Sugito yang selama ini telah membimbing
dan membantu penulis selama kegiatan magang skripsi di PT. BISI
Internasional Tbk.
7. Keluarga besar Agronomi dan Hortikultura angkatan 50 serta OMDA
Madiun khususnya angkatan 50 atas dukungan, bantuan, dan
kebersamaannya selama penulis menempuh pendidikan sarjana.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang membangun
demi penyempurnaan di waktu mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat dan
dapat memberikan kontribusi nyata dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2017

Aifiatunnasirah Shidiqqah
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii


DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
1. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 2
2. TINJUAN PUSTAKA 3
2.1. Tanaman Mentimun 3
2.2. Benih Bermutu 3
2.3. Manajemen Pengendalian Mutu Benih 4
3. METODE 6
3.1. Tempat danWaktu Magang 6
3.2. Metode Pelaksanaan Magang 6
3.3. Pengamatan dan Pengumpulan Data dan Informasi 7
3.4. Analisis Data dan Informasi 9
4. KEADAAN UMUM 10
4.1. Profil Perusahaan 10
4.2. Visi dan Misi Perusahaan 11
4.3. Lokasi Perusahaan dan Kondisi Iklim 12
4.4. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 12
5. HASIL DAN PEMBAHASAN 14
5.1. Aspek Teknis 14
5.1.1. Teknik Budidaya Produksi Benih Mentimun Hibrida 14
5.1.2. Teknologi Pengolahan dan Produksi Benih Tanaman
Mentimun Hibrida 19
5.2. Aspek Manajerial 21
5.3. Pembahasan 22
5.3.1. Pengendalian Mutu Benih Tanaman Mentimun Hibrida 22
5.3.2. Sertifikasi Lahan 23
5.3.4. Pengambilan Contoh Benih 25
5.3.4. Pemeriksaan Bahan Baku (Raw Material Inspection) 26
5.3.5. Pemeriksaan Kemurnian Genetik (Purity Test) 28
5.3.6. Pemeriksaan Proses dan Laboratorium
(Processing & Laboratory Inspection) 29
5.3.7. Penyimpanan dan Pengemasan Benih 32
6. KESIMPULAN DAN SARAN 35
6.1. Kesimpulan 35
6.2. Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN 38
RIWAYAT HIDUP 46
DAFTAR TABEL

1. Jam Kerja PT. BISI International Tbk. 13


2. Standar mutu benih yang digunakan PT. BISI Internasional Tbk.
dibandingkan SNI 22
3. Hasil pengamatan sertifikasi lahan mentimun hibrida varietas Pesona
20 di lahan sewa Desa Sumberagung 24
4. Hasil uji t-student dan uji Anova kotoran dan kadar air benih
mentimun hibrida Raw Material (RM) saat musim kemarau
dan musim hujan 27
5. Hasil uji t-student dan uji Anova kemurnian genetik benih
mentimun hibrida musim kemarau dan musim hujan 29
6. Hasil uji t-student dan uji Anova mutu benih mentimun hibrida
Work In Process (WIP) saat musim kemarau dan musim hujan 30
7. Rata-rata kelembaban nisbi (RH) dan suhu gudang simpan dingin
(Cool Storage) di PT. BISI Internasional Tbk. dari bulan Januari –
Mei 2017 32

DAFTAR GAMBAR

1. Skema pewiwilan bunga pada tanaman mentimun 16


2. Bunga jantan tanaman mentimun 16
3. Bunga betina tanaman mentimun 17
4. Hama dan penyakit utama tanaman mentimun 17
5. Alat bantu pengambilan contoh benih stick trier 25
6. Hasil Uji Daya Berkecambah untuk benih siap dikemas dan dipasarkan 31
7. Pengemasan benih mentimun hibrida 33

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta letak pabrik PT. BISI Internasional Tbk. 39


2. Diskripsi varietas benih mentimun hibrida sebagai bahan pengamatan 40
3. Struktur Organisasi Horticulture Crop Quality Control Departemen
(HCQC) PT. BISI Internasional Tbk. 42
4. Aturan penentu masa berlaku label benih sayuran bentuk biji kelas
benih sebar dan hibrida 43
5. Skema pengambilan contoh benih 44
6. Ketentuan pengambilan jumlah contoh benih 45
1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mentimun, timun atau ketimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu
sayuran buah yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat sehingga
dibudidayakan secara komersial oleh petani di Indonesia. Tanaman mentimun
khususnya mentimun hibrida memiliki daya adaptasi yang luas dari dataran rendah
hingga dataran tinggi dengan waktu panen relatif singkat sekitar 30 hari setelah
pindah tanam. Buahnya biasa dipanen ketika belum sepenuhnya masak untuk
dijadikan sayuran atau penyegar, tergantung jenisnya. Mentimun juga dapat
ditemukan di berbagai hidangan dari seluruh dunia dan memiliki kandungan air
yang cukup banyak didalamnya sehingga berfungsi menyejukkan dan menyegarkan
(Wijoyo, 2012). Mentimun juga mengandung asam malonat yang berfungsi
menekan gula darah agar tidak berubah menjadi lemak, sehingga baik untuk
menurunkan berat badan. Kandungan seratnya yang tinggi bermanfaat melancarkan
buang air besar, menurunkan kolesterol, dan menetralkan racun. Mentimun mentah
dapat bermanfaat menurunkan panas badan dan meningkatkan stamina (Samadi,
2002). Perkembangan populasi penduduk dan kesadaran gizi masyarakat tentang
manfaat buah mentimun membuat permintaan akan kebutuhan produk mentimun
terus meningkat (Wijoyo, 2012). Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan
produktivitas mentimun pada tahun 2015 sebesar 10,27 ton/ha naik menjadi 13,43%
pada tahun 2016 dengan produktivitas mencapai 11,65 ton/ha (Kementan, 2017).
Peningkatan produktivitas mentimun dapat tercapai dengan penggunaan
benih bermutu. Penggunaan benih bermutu tinggi dan varietas unggul akan
berkorelasi positif terhadap produksi (Sutapradja, 2008). Benih merupakan biji dari
tanaman yang diproduksi untuk bahan perbanyakan tanaman. Keberhasilan
budidaya tanaman sayuran utama di Indonesia, salah satunya tanaman mentimun,
sangat ditentukan oleh ketersediaan benih yang bermutu unggul secara
berkesinambungan. Tantangan yang dihadapi Indonesia khususnya di sektor
pertanian adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat dan pelaku usaha terhadap
standar dan mutu produk, khususnya benih. Kondisi benih yang beredar di
Indonesia sangat bervariasi tingkat mutunya, baik benih yang berasal dari produsen
lokal maupun produsen luar negeri. Penggunaan benih yang memiliki mutu genetik
dan fisiologisnya kurang baik dan tidak layak ditanam dapat sangat merugikan
petani (Direktorat Perbenihan Hortikultura, 2013).
Menurut Anwar et al. (2005), rata-rata produksi nasional, produktivitas, dan
kebutuhan benih per hektar untuk beberapa tanaman hortikultura utama di
Indonesia masih rendah dibandingkan dengan daya hasil tanaman yang sama di
berbagai negara. Salah satu faktor penyebab masih rendahnya daya hasil tanaman
hortikultura di Indonesia antara lain penggunaan benih tanaman hortikultura yang
memiliki mutu genetik dan fisiologisnya kurang baik. Hal tersebut memicu
perkembangan industri di bidang pertanian khususnya industri perbenihan nasional
untuk menyediakan benih bermutu unggul secara berkesinambungan. Mengingat
pentingnya arti benih maka sangat diperlukan pengawasan dan pengendalian mutu
benih melalui penerapan standarisasi sistem manajemen mutu saat produksi, proses
maupun di tingkat laboratorium (Dirjen Horti, 2011).
2

PT. BISI Internasional Tbk. merupakan salah satu perusahaan besar yang
bergerak dibidang perbenihan tanaman pangan dan hortikultura di Indonesia.
Departemen Horticulture Crop Quality Control (HCQC) merupakan salah satu
departemen yang ada di PT. BISI Internasional Tbk. yang berperan aktif dalam
pengawasan dan pengendalian mutu benih tanaman hortikultura yang diproduksi
oleh perusahaan. Saat ini BISI telah menjadi perusahaan multinasional yang
senantiasa mengikuti perkembangan teknologi dan memiliki fasilitas laboratorium
modern. Jaminan mutu benih juga merupakan jaminan perlindungan konsumen
bagi petani pengguna. Mutu benih meliputi kebenaran varietas secara genetik, mutu
fisik, mutu fisiologi maupun status kesehatan tanaman induk. Oleh karena itu, PT.
BISI Internasional Tbk. dengan fasilitas dan teknologi yang dimilikinya mampu
memenuhi tuntutan industri perbenihan untuk dapat menyediakan benih unggul dan
bermutu dengan kualitas baik sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)
secara berkesinambungan sehingga dapat menghindarkan petani dari berbagai
kerugian yang akan ditimbulkan (Lesilolo et al., 2013).
Kegiatan magang ini terfokus pada manajemen pengendalian mutu benih
tanaman hortikultura khususnya benih tanaman mentimun guna menunjang kualitas
dan kuantitas produksi benih. Informasi dari hasil magang diharapkan dapat
digunakan sebagai masukan untuk penyempurnaan pedoman sistem pengendalian
mutu benih tanaman hortikultura khususnya benih tanaman mentimun hibrida.

1.2. Tujuan

Tujuan kegiatan magang ini secara umum untuk meningkatkan


pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman lapang mahasiswa tentang produksi
benih. Kegiatan magang ini secara khusus mempelajari tentang aspek pengendalian
mutu benih hortikultura khususnya benih tanaman mentimun. Kegiatan yang
dipelajari dari segi teknis maupun pengelolaan, pengujian, menganalisis serta
mengatasi masalah yang dihadapi dalam pengendalian mutu benih hortikultura
dengan harapanan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan produksi
benih sehingga menghasilkan benih hortikultura yang bermutu secara kualitas dan
kuantitas.
3

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Mentimun

Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan tanaman semusim yang berasal


dari bagian utara India, yakni lereng Gunung Himalaya, yang kemudian
berkembang ke wilayah Mediterania. Di kawasan Asia khususnya Indonesia,
mentimun baru dikenal sekitar dua abad sebelum masehi. Di Jawa dan Sumatera,
mentimun banyak ditanam di dataran rendah (Samadi, 2002).
Tanaman metimun memiliki batang menjalar dengan perantaraan alat
pemegang yang berbentuk spiral dan berwarna hijau. Batangnya basah, berbulu
serta berbuku-buku. Panjang atau tinggi tanaman dapat mencapai 50-250 cm,
bercabang dan bersulur yang tumbuh disisi tangkai daun. Sulur mentimun
merupakan modifikasi dari batang dan ujungnya peka sentuhan, sehingga dalam
waktu 14 jam sulur dapat melekat kuat pada galah. Daunnya merupakan daun
tunggal, letaknya berseling, bertangkai panjang dan berwarna hijau. Bentuknya
bulat lebar, bersegi mirip jantung dan bagian ujung daunnya meruncing serta tepi
daun bergerigi. Panjangnya 7-18 cm, lebar 7- 15 cm, daun ini tumbuh berselang-
seling keluar dari buku-buku (ruas) batang (Wijoyo, 2012).
Buah mentimun letaknya menggantung dari ketiak daun. Bentuk dan
ukurannya bermacam-macam, tetapi umumnya bulat panjang atau bulat pendek.
Buah mentimun ada yang permukaan buahnya halus dan yang berbintil-bintil.
Warna kulit buah antara hijau keputihan, hijau muda, dan hijau gelap (Tafajani,
2011).
Tanaman mentimun dapat ditanam pada dataran rendah sampai dataran
tinggi sampai ketinggian ± 1.000 meter diatas permukaan laut (m dpl). Tanaman
mentimun akan tumbuh optimum dengan kondisi iklim kering, sinar matahari
cukup (tempat terbuka), dengan suhu 21,1-26,7 oC. Mentimun akan tumbuh sangat
baik di lingkungan dengan suhu 18-30 oC dan kelembaban udara relatif 50-85%.
Tanaman mentimun kurang tahan terhadap hujan yang terus menerus, karena
menyebabkan bunga-bunga berguguran dan kegagalan pembentukan buah,
sehingga memerlukan perawatan yang intensif. Suhu siang dan malam hari yang
fluktuatif menyebabkan mudahnya serangan penyakit tepung (Powdery Mildew)
maupun busuk daun (Downy Mildew) (Wijoyo, 2012).
Tanaman mentimun dapat berproduksi tinggi dan berkualitas baik jika
ditanam tanah yang subur, gembur, tidak tergenang, pH 6-7, banyak mengandung
humus dan bahan organik. Pada pH tanah kurang dari 5,5 akan terjadi gangguan
penyerapan zat hara oleh akar sehingga pertumbuhan tanaman akan terganggu,
sedangkan pada tanah yang terlalu masam tanaman mentimun akan menderita
klorosis (tidak normal) (Rukmana, 1994).

2.2. Benih Bermutu

Benih merupakan alat perkembangbiakan tanaman yang utama. Benih juga


merupakan salah satu faktor utama penentu keberhasilan usaha tani sehingga harus
ditangani secara tepat agar dapat tersedia dengan baik dan terjangkau oleh petani.
Penggunaan benih bermutu dari varietas unggul sangat menentukan keberhasilan
4

peningkatan produksi. Penggunaan benih bermutu dapat mengurangi resiko


kegagalan karena bebas dari serangan hama dan penyakit serta mampu tumbuh baik
pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan (BPSBTPH, 2009).
Benih bermutu adalah benih yang mempunyai mutu genetik, mutu fisik dan
mutu fisiologis yang baik. Dengan demikian mutu suatu benih dapat dilihat dari
faktor-faktor sebagai berikut : kemurnian benih, kemurnian varietas, daya hidup
(daya kecambah dan kekuatan tumbuh) serta bebas dari hama dan penyakit benih
(Sutopo, 2004).
Benih unggul bermutu merupakan unsur panca usaha pertanian yang utama
dalam peningkatan produksi pertanian. Tanpa penggunaan benih unggul bermutu,
maka penerapan sarana produksi lainnya akan kurang bermanfaat, bahkan dapat
menimbulkan kerugian bagi petani. Menurut Sodikin (2015), benih bermutu adalah
benih yang dalam proses produksinya mendapatkan pengawasan baik di lapangan
maupun di laboratorium dan telah dinyatakan memenuhi standar yang berlaku oleh
pihak yang berwenang dan meliputi benih bersertifikat dan benih bermutu
tidak bersertifikat. Perbedaan antara benih bersertifikat dan benih bermutu
tidak bersertifikat adalah dari pengadaannya. Benih bersertifikat merupakan benih
yang pengadaannya melalui proses sertifikasi yang berlaku, sedangkan
benih bermutu tidak bersertifikat tidak melalui proses sertifikasi yang berlaku.
Benih bersertifikat dikelompokkan berdasarkan kelas-kelasnya. Terdapat
empat kelas benih, yakni Benih Pejenis (breeder seed, BS), Benih Dasar
(foundation seed, FS), Benih Pokok (stock seed, SS), serta Benih Sebar (extension
seed, ES). BS merupakan benih yang diawasi oleh breeder /pemulia tanaman yang
bersangkutan atau instansinya dan harus merupakan sumber untuk perbanyakan FS.
FS adalah keturunan pertama dari BS yang diproduksi di bawah bimbingan yang
intensif dan pengawasan yang ketat sehingga kemurnian varietas dapat diperlihara.
FS diproduksi oleh instansi/badan yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura serta produknya harus disertifikasi oleh BPSB.
SS merupakan keturunan dari FS, yang diproduksi dan dipelihara sedemikian
sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietas yang ditetapkan dapat dipelihara
dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan serta harus disertifikasi sebagai benih
pokok oleh BPSB. ES merupakan keturunan dari BS, FS, atau SS yang diproduksi
dan dipelihara sedemikian sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietas dapat
dipelihara dan memenuhi standar mutu benih yang ditetapkan dan harus
disertifikasi benih sebar berlabel biru (Direktorat Perbenihan Hortikultura, 2012).

2.3. Manajemen Pengendalian Mutu Benih

Prihantoro (2012) menyebutkan bahwa manajemen mutu merupakan


aktivitas dari keseluruhan fungsi manajemen yang menetapkan kebijakan mutu,
tujuan dan tanggung jawab perusahaan, serta melaksanakannya dengan cara seperti
perencanaan mutu, pengendalian mutu, pemastian mutu, dan peningkatan mutu di
dalam sistem mutu. Manajemen Mutu adalah kegiatan-kegiatan yang terkoordinasi
untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu organisasi dengan memperhatikan
mutu. Pengendalian mutu benih merupakan perpaduan dari seluruh kegiatan yang
mengarah pada pencapaian standar mutu benih yang sudah ditentukan perusahaan
yang menjadi usaha yang komprehensif, sistematis, dan berkelanjutan.
Pengendalian mutu berurusan dengan perhatian dan upaya pada berbagai kegiatan
5

yang termasuk dalam bisnis benih. Pengendalian mutu dilakukan sebagai bentuk
usaha menghindari dan mengurangi dampak pengaruh dari masalah yang mungkin
terjadi (Mugnisjah dan Setiawan, 2004).
Menurut Ilyas dan Widajati (2015), pengujian mutu benih merupakan salah
satu bagian dari kegiatan pengendalian mutu benih yang sangat penting dari suatu
proses produksi benih selain pemeriksaan lapangan, penanganan hasil dan
pelabelan. Laboratorium mempunyai peranan penting dalam menyajikan data hasil
uji yang tepat dan akurat, yang harus memenuhi persyaratan obyektif,
representative, teliti dan tepat waktu serta relevan.
Pengujian mutu benih meliputi pengujian mutu genetik, pengujian mutu
fisik dan pengujian mutu fisiologis. Pengujian mutu genetik bertujuan untuk
mengetahui kebenaran jenis atau klon, pengujian mutu fisik yaitu mengenai
kebersihan fisik benih dan pengujian mutu fisiologis meliputi viabilitas (daya
hidup), daya kecambah dan kesegaran benih (Chin et. al., 1977). Menurut Ilyas dan
Widajati (2015), pengujian benih rutin di laboratorium mempunyai ruang lingkup
sebagai berikut:
1. Penetapan kadar air
2. Pengujian daya berkecambah
3. Analisis kemurnian benih
Pengujian mutu benih di laboratorium perlu dilakukan oleh produsen benih
untuk mengetahui status mutu benih yang akan dijual. Produksi benih bersertifikat
memerlukan campur tangan lembaga pengawas mutu benih, dalam hal ini untuk
komoditi hortikultura berada dibawah pengawasan Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB-TPH). Lembaga yang
berperan dalam pengendalian mutu eksternal ini akan melakukan pengujian benih
di laboratorium untuk mengetahui status mutu benih yang akan disertifikasi
(Muhandari dan Kadarisman, 2006). Jaminan mutu memfokuskan usaha pada
pemastian mutu produk dan prosesnya melalui audit operasi, pelatihan, analisis
teknis, dan pemberian bantuan pada bagian operasi dalam hal perbaikan mutu.
Jaminan mutu bertujuan untuk menjamin terpenuhinya persyaratan mutu produk
seperti keamanan, keterandalan, sifat-sifat fungsional dan sebagainya sehingga
luaran mutu barang/jasa yang diproduksi oleh perusahaan sesuai dengan harapan
konsumen (Indrajit et al., 2005).
6

3. METODE

3.1. Waktu dan Tempat Magang

Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari tanggal 6


Februari 2017 sampai 5 Juni 2017. Kegiatan magang dilakukan di laboratorium
pengujian benih tanaman hortikultura milik PT. BISI Internasional Tbk. yang
bertempat di Desa Sumberagung, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa
Timur (Lampiran 1). Kegiatan magang dilaksanakan dengan aspek khusus
pengendalian mutu benih tanaman hortikultura khususnya benih tanaman
mentimun hibrida. Produksi benih dilakukan di Desa Sumberagung dan Desa
Kalasan, Kecamatan Plosoklaten serta Desa Besowo, Kecamatan Kepung,
Nganjuk. Kegiatan pengujian kemurnian genetik (Purity Test/Growth On Test)
dilakukan di lahan sewa yang telah dikelola oleh PT. BISI Internasional Tbk. yang
terletak di Desa Sumberagung, Kecamatan Plosoklaten, Kediri, Jawa Timur.

3.2. Metode Pelaksanaan Magang

Metode magang dilakukan mencakup dua aspek, yaitu aspek teknis dan
aspek manajerial meliputi kegiatan seperti ikut secara langsung aktivitas di
lapangan dan di laboratorium pengujian benih yang ada diperusahaan, pendamping
kepala penanggungjawab masing-masing pengujian unit pengendalian mutu benih,
wawancara dan pencarian data sekunder. Wawancara dilakukan terhadap pegawai
perusahaan, petani mitra dan petani penggarap. Wawancara dilakukan untuk
memperdalam dan menambah informasi tentang pengendalian mutu benih tanaman
mentimun hibrida di perusahaan serta memperdalam pengetahuan mengenai data
sekunder yang telah didapatkan.
Kegiatan teknis dilaksanakan selama 2,5 bulan meliputi kegiatan-kegiatan
mulai dari tahap produksi benih di lapangan, pengolahan benih, pengujian benih di
laboratorium maupun di lapangan, dan pengujian benih siap jual yang telah
disesuaikan dengan jadwal di perusahaan. Kegiatan produksi benih di lapangan
diawali dari bibit datang sebagai bahan tanam, perawatan tanaman, polinasi
tanaman, sampai panen dan proses benih siap panen. Kegiatan pengolahan benih
dilakukan di lapangan dan di unit pengolahan benih mulai dari panen dari lapangan,
ekstraksi benih, pengeringan, sortasi, perawatan, pengemasan, dan penyimpanan
hingga benih siap untuk diedarkan. Pengujian benih dilakukan di laboratorium guna
mengetahui mutu benih yang akan diedarkan. Kegiatan pengujian mutu benih
meliputi sertifikasi lahan, pengujian kemurnian benih secara fisik dan genetis,
pengujian kadar air (KA) benih, dan pengujian daya berkecambah (DB) benih.
Kegiatan penyimpanan dan pengemasan-pengepakan benih meliputi pengumpulan
data tentang kondisi ruangan atau gudang simpan benih, keamanan pengemasan
benih, dan kesesuaian mutu benih yang tercantum pada kemasan benih tanaman
mentimun hibrida sebelum benih diedarkan. Pada setiap kegiatan dilakukan
pembuatan jurnal harian dan analisis data yang diperoleh. Jurnal harian akan
diperiksa oleh salah satu kepala penanggungjawab pengujian Unit Pengendalian
Mutu Benih setiap minggu.
7

Kegiatan aspek manajerial dilakukan selama 1,5 bulan sebagai pendamping


kepala penanggungjawab masing-masing pengujian unit pengendalian mutu benih.
Kegiatan ini meliputi pembuatan laporan kerja sertifikasi lapangan, laporan
penerimaan benih untuk diproses, laporan hasil pengujian dilaboratorium, laporan
prestasi kerja analis laboratorium, evaluasi laporan analis, dan kegitan diskusi di
lapangan maupun di laboratorium.

3.3. Pengamatan dan Pengumpulan Data dan Informasi

Pengamatan dan pengumpulan data dalam kegiatan magang meliputi data


primer dan data sekunder. Pengamatan yang dilakukan untuk melengkapi data
primer dan data sekunder merupakan hasil pengamatan yang akan dilakukan
terutama terhadap aspek-aspek yang berhubungan dengan pengendalian mutu benih
yaitu:
1. Sertifikasi lahan
Pengamatan dilakukan sebanyak 1 kali setiap fase pertumbuhan
tanaman (4 fase) dan dilakukan pada dua lahan dengan varietas mentimun
Pesona 20. Pengamatan meliputi:
a. Kebenaran varietas
Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara roguing
berkala selama pertumbuhan dengan perhitungan persentase
campuran varietas lain (CVL) dan/atau tipe simpang (TS) sebagai
berikut:
Jumlah (CVL + TS)
CVL dan TS (%) = X 100 %
Jumlah tanaman
b. Pemeriksaan lapangan pendahuluan
Pengamatan dilakukan dengan membandingkan kondisi lapangan
dan kebenaran data yang masuk ke perusahaan. Data ini berupa data
luas lahan, lokasi lahan, rencana tanam, isolasi jarak dan waktu,
serta riwayat penanaman sebelumnya.
c. Pemeriksaan lapangan pertama (fase vegetatif tanaman)
Pemeriksaan kondisi tanaman, serangan OPT, dan persentase
CVL atau tipe simpang lalu dilakukan tindakan perbaikan berupa
roguing.
d. Pemeriksaan lapangan kedua (fase berbunga tanaman (G1))
Pemeriksaan persentase dan kebersihan CVL atau tipe simpang,
kebenaran isolasi bunga betina yang akan dipolinasi, kesesuaian
standarisasi polinasi, dan kebersihan bunga jantan yang ada pada
tanaman betina.
e. Pemeriksaan lapangan ketiga (fase terbentuknya buah (G2))
Pemeriksaan persentase CVL atau tipe simpang pada fase buah
f. Pemeriksaan lapangan keempat (fase masak (G3))
Pemeriksaan persentase dan kebersihan CVL atau tipe simpang
pada fase buah, pemeriksaan kematangan buah untuk siap panen
yang disesuaikan dengan aktual tanam.
8

2. Pengamatan di laboratorium:
Pengamatan dilakukan pada 5 varietas benih mentimun hibrida yang
diproduksi perusahaan yang karakteristiknya dapat dilihat pada
Lampiran 2. Pengamatan meliputi:
a. Pengambilan contoh benih
Pengamatan kesesuaian prosedur pengambilan contoh
primer, contoh kirim dan contoh kerja benih sesuai dengan aturan
International Seed Testing Association (ISTA).
b. Pengujian kadar air benih
Pengukuran kadar air benih dilakukan dengan metode tidak
langsung menggunakan alat moisture tester tipe SB 900 terhadap
alat ini telah dilakukan kalibrasi dengan toleransi kadar air untuk
benih mentimun adalah 6,00 – 11,00%. Berat benih mentimun yang
diuji menggunakan alat ini seberat 200 g dan dilakukan sebanyak 6
ulangan setiap pengujiannya. Kadar air benih diperoleh dari rata-rata
6 ulangan.
c. Pengujian daya berkecambah benih
Pengujian dilakukan sebanyak 8 ulangan dan pada tiap
ulangan diuji 50 benih menggunakan metode Uji Kertas Digulung
dengan Plastik (UKDdp). Perhitungan daya berkecambah
ditentukan berdasarkan jumlah total benih yang berkecambah
normal dibandingkan dengan jumlah benih yang ditanam (Sadjad et
al., 1999). Rumus perhitungan daya berkecambah benih sebagai
berikut:
KN I + KN II
Daya berkecambah (%) = X 100 %
Total benih ditanam
KN I : Jumlah kecambah normal pada pengamatan pertama (4 HST)
KN II: Jumlah kecambah normal pada pengamatan kedua (8 HST)
d. Pengujian kemurnian fisik benih
Penghitung persentase masing-masing komponen benih
(benih murni, benih tanaman lain, kotoran) dari contoh kerja. Lot
contoh kerja seberat 25 g untuk benih tanaman mentimun hibrida.
Metode pengujian kemurnian benih dilakukan secara manual
dengan memilah satu per satu benih dalam contoh kerja benih.
e. Pengujian kemurnian genetik benih
Pengujian kemurnian genetik benih dilakukan dengan
menanam benih secara langsung di lapangan. Evaluasi terhadap
pertanaman dilakukan secara berkala berdasarkan parameter
pengamatan selama fase pertumbuhan tanaman dengan perhitungan
persentase tanaman murni dari lot benih yang sedang diuji.

3. Penyimpanan benih
Pengumpulan data terkait kondisi ruang simpan, pengemasan,
dan pengepakan benih tanaman mentimun. Data yang diperoleh dari
perusahaan lalu dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
9

4. Peredaran benih
Pengumpulan data informasi terkait benih yang akan diedarkan
seperti kesesuai dan kebenaran informasi mutu benih mentimun pada
kemasaan

5. Organisasi dan administrasi pengedalian mutu benih


Pengumpulan seluruh data yang berkaitan dengan organisasi
pengendalian mutu benih tanaman hortikultura khususnya benih tanaman
mentimun hibrida. Data diperoleh dengan menggunakan data dari
perusahaan dan wawancara terhadap petani penggarap, karyawan, dan
kepala administrasi. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi
terkait komoditas, jenis varietas, kompetensi sumber daya manusia, kondisi
lahan, teknik budidaya tanaman, hasil produksi benih, dan mutu benih yang
diproduksi. Hasil wawancara yang diperoleh dapat dibandingkan dengan
SOP sertifikasi benih yang ada di perusahaan dan dianalisis berdasarkan
tingkat mutu benih yang dihasilkan.

3.4. Analisis Data dan Informasi

Data primer dan sekunder dianalisis secara analisi deskriptif dan kuantitatif.
Analisis deskriptif digunakan untuk mencari nilai rata-rata dan persentase
menggunakan aplikasi Microsoft Excel yang kemudian dideskripsikan dengan
pembanding norma baku dan standar yang berlaku di perusahaan ataupun melalui
studi pustaka. Analisis kuantitatif dilakukan dengan uji t-student yang
dibandingkan dengan standar perusahaan dan uji ANOVA untuk mengetahui
pengaruh musim terhadap mutu benih mentimun hibrida yang diamati. Analisis
yang dilakukan menggunakan aplikasi Microsoft excel dan aplikasi Minitab 16.
10

4. KEADAAN UMUM

4.1. Profil Perusahaan

PT. BISI International Tbk. merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dalam bidang perbenihan tanaman pangan, hortikultura, dan agro-kimia pertanian
terbesar di Indonesia. PT. BISI International Tbk. didirikan 22 Juni 1983 dan
awalnya merupakan perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dengan nama PT.
Bright Indonesia Seed Industry yang mulai beroperasi secara komersial mulai tahun
1983. Tahun 1994, PT. Bright Indonesia Seed Industry berubah menjadi perusahaan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan berganti nama menjadi PT. Benih
Inti Subur Intani atau sering disebut PT. BISI. Penambahan nama “Internasional
Tbk.” dan perubahan nama dilatarbelakangi perusahaan yang telah mampu
mengekspor produknya sampai luar negeri sehingga menjadi perusahaan yang
bertaraf internasional. Perusahaan ini merupakan perusahaan swasta hasil
kerjasama antara Charoen Pokphand Group dari Thailand bersama PT. Sri Rejeki
Nusantara dari Surabaya. Kini PT.BISI Internassional Tbk dengan tiga anak
perusahaan, yaitu PT Multi Sarana Indotani (MSI) yang memproduksi pestisida
dengan merek seperti Turex dan Besmor, PT Tanindo Subur Prima (TSP) yang
mendistribusikan dan memasarkan benih hortikultura impor dengan merek Cap
Kapal Terbang dan PT Tanindo Intertraco (Tinco), berusaha mempertahankan jejak
operasional nasional untuk penelitian dan pengembangan, produksi, pemasaran,
distribusi dan penjualan, untuk produk hasil pengembangan menggunakan merek
seperti Rambo, Ranger dan Noxone.
PT. BISI International Tbk. sebagai perusahaan multinasional yang
senantiasa mengikuti perkembangan teknologi dan memiliki fasilitas laboratorium
yang modern pabrik dan laboratorium PT. BISI International Tbk. telah
mendapatkan kepercayaan dari pemerintah sebagai instalasi karantina tumbuhan
dan memiliki wewenang untuk mengevaluasi kesehatan benih karena memiliki
Sertifikat Karantina Mandiri yang diterbitkan melalui SK Menteri Pertanian tahun
2006. Disamping itu PT. BISI International Tbk. juga mendapatkan Akreditasi
Sistem Mutu dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura LSSM - BTPH pada tahun 2000. Tahun 2005 mendapat Sertifikat
untuk Sertifikasi Sistem Managemen Mutu sesuai standar SNI dan LSSM - BTPH
dan KAN (Komite Akreditasi Nasional). Pada tahun 2008, PT. BISI International
Tbk. mulai mengembangkan ekspor hingga ke mancanegara. Hingga saat ini telah
122 varietas benih tanaman unggul yang telah diproduksi dan dirilis serta telah
mendapat respon yang baik dari pasar. PT. BISI Internasional Tbk. terdiri dari
empat departemen, yaitu:
Departemen Penelitian dan Pengembangan Produk (Research and Development)
Tim penelitian dan pengembangan produk (R&D) selalu menerapkan
teknologi pemuliaan tanaman dengan menggabungkan penelitian lapangan dan
laboratorium, sehingga mampu menghasilkan varietas hibrida baru yang lebih layak
secara komersial dan tinggi mutunya. Kesuksesan ini akan terus menjadikan
kemampuan perusahaan untuk secara konsisten mengembangbiakkan benih hibrida
yang melebihi empat parameter dasar pertanian, yaitu hasil, kualitas makanan,
11

adaptasi, dan ketahanan terhadap penyakit. Kriteria tambahan yang menentukan


keberhasilan varietas hibrida adalah sifat mereka yang tahan hama, periode panen
yang lebih pendek dan minimalnya kebutuhan pupuk.

Departemen Produksi Benih (Seed Production)


Departemen produksi benih bertugas menyediakan stok/persediaan benih
berkualitas dan memenuhi enam asas tepat, yakni tepat varietas, tepat jenis, tepat
mutu, tepat jumlah, tepat lokasi dan tepat harga yang akan dipasaran perusahaan.
Selain itu, departemen ini bertanggugjawab membangun dan membimbing bekerja
sama dengan petani-petani binaan untuk memproduksi benihnya. Tim produksi
juga terjun langsung dalam melakukan pengawasan, mulai tahap pembibitan,
penanaman, pemeliharaan tanaman sampai dengan panen.

Departemen Pengolahan Benih (Seed Processing)


Departemen pengolahan benih bertugas mengolah benih dari hasil panen
dilapangan sehingga menjadi benih siap jual dengan kulitas mutu benih yang baik.
Pengolahan benih dilakukan melalui serangkaian proses dan pengawasan yang
sesuai dengan standarisasi mutu produk yang juga dilakukan oleh badan perbenihan
nasional maupun interasional. Pengolahan benih ini mulai dari penerimaan benih di
pabrik, pemipilan atau ekstraksi benih, sortir benih awal, pengeringan benih,
pemilahan benih atau grading benih, penyimpanan benih, perlakuan benih atau
treatment benih, dan pengemasanan benih.

Departemen Pengendalian Mutu Benih (Seed Quality Control)


Departemen QC berperan aktif dalam pengawasan produksi dan proses
pengolahan benih mulai sertifikasi lahan, pengujian kadar air benih, pengujian
vigor dan daya tumbuh benih, pengujian kemurnian fisik dan genetik benih sampai
benih siap dikemas dan dipasarkan. Dengan demikian, produk benih tanaman yang
diproduksi dapat memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan sesuai
standarisasi perbenihan yang berlaku. Benih-benih tanaman yang telah lulus uji,
jika benih belum akan dijual maka benih akan disimpan dan ditempatkan dalam
gudang yang dikontrol khusus temperatur, kelembaban dan tekanannya disesuaikan
dengan standar penyimpanan, serta selalu mendapatkan pengawasan yang ketat dan
diatur oleh tenaga-tenaga professional.

4.2. Visi dan Misi Perusahaan

PT. BISI Internasional Tbk. memiliki visi dan misi untuk terus memajukan
perusahaan. Visi dari PT. BISI Internasional Tbk. yaitu menyediakan pangan bagi
dunia yang berkembang (Feed a Growing World). Adapun misi dari PT. BISI
Internasional Tbk. yaitu dengan meningkatnya permintaan dunia akan pangan,
pakan, bahan bakar dan serat, kami memberikan produk, teknologi dan dukungan
yang inovatif untuk membantu petani meningkatkan produktivitas (As Global
Demand For Food, Feed, Fuel and Fiber Increases, We Deliver Innovative
Product, Technology, and Support to Help Farmer to Increase Productivity).
12

4.3. Lokasi Perusahaan dan Kondisi Iklim

Kantor pusat BISI beralamat di Jl. Raya Surabaya – Mojokerto km. 19, Desa
Bringinbendo, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Lokasi pabrik
produksi dan pengolahan benih terletak di jalan Hos Cokroaminoto No. 72, Desa
Tulung Rejo, Kec. Pare, Kab. Kediri dan jalan Raya Pare - Wates Km 19, Desa
Sumberagung, Kec. Plosoklaten – Kab. Kediri, Jawa Timur.
Pabrik PT. BISI Internasional Tbk. Sumberagung memiliki total luas sekitar
6 ha yang dilengkapi sarana dan prasarana penelitian dan pengujian varietas
introduksi, gedung proses dan produksi benih yang dilengkapi peralatan produksi
dengan standarisasi kualitas perbenihan yang berlaku, gudang penyimpanan benih
yang berupa ruang pendingin, gedung laboratorium Bioteknologi, gedung
Pengujian Mutu benih dan gedung pusat manajemen. Batas-batas lokasi perusahaan
bagian kanan, kiri dan belakang dari perusahaan bersebelahan dengan lahan milik
masyarakat sekitar dan bagian depan perusahaan berbatasan langsung dengan jalan
raya Pare-Wates. PT. BISI Internasional Tbk. memiliki lahan untuk penelitian dan
pengujian benih yang berlokasi di beberapa tempat. Total lahan untuk penangkaran
benih mentimun hibrida seluas 100,25 ha yang tersebar di berbagai wilayah seperti
di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Lahan–lahan tersebut merupakan lahan milik
petani mitra dengan PT. BISI Internasional Tbk. dan lahan sewa yang dikelola oleh
PT. BISI Internasional Tbk.
Kondisi iklim di wilayah sekitar pabrik secara umum beriklim tropis dengan
dua musim. Suhu rata-rata di wilayah ini maksimal sekitar 30,7 oC pada musim
kemarau dan suhu minimal sekitar 23,8 oC, sedangkan pada musim penghujan atau
suhu rata-rata setahunnya sekitar 27,2 oC. Kelembaban udara rata-rata sebesar
85,5% per tahun, sementara kelembaban nisbi antara 74-86%. Kecepatan angin
rata-rata pada musim kemarau 12-13 knots dan pada musim penghujan rata-rata
kecepatan angin 17-20 knots. Musim kemarau berlangsung selama 6-7 bulan dari
bulan Mei-November dan musim penghujan berlangsung selaa 4-5 bulan yaitu pada
bulan Desember –April setiap tahunnya. Curah hujan rata-rata pertahunnya sebesar
130-150 mm, denagn jumlah hari hujan rata-rata selama 6-15 hari.

4.4. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PT. BISI Internasional Tbk. merupakan salah satu perusahaan yang telah
berbadan hukum sebagai perseroan terbatas (PT) dengan struktur organisasi yang
tersentralisasi dan tugas-tugasnya terspesialisasi serta memberikan petunjuk
mekanistik struktural yang kaku. Struktur organisasi departemen Horticulture Crop
Quality Control (HCQC) PT. BISI Internasional Tbk. dapat dilihat pada Lampiran
3. Secara garis besar organisasi memiliki tiga unsur yaitu sumber daya manusia,
kerjasama, dan tujuan bersama-sama. Alur komunikasi mengalir dari manajer
puncak lalu ke manajer mutu dilanjutkan ke bagian Deputi Manajer Mutu
Horticulture Crop Quality Control (HCQC). Deputi Manajer Mutu memberikan
intruksi kepada manajer teknis untuk selanjutnya manajer teknis memberikan
instruksi pada Asisten Manajer atau staf penanggungjawab masing-masing
pengujian lalu staf memberikan instruksi pada para analis.
Tenaga kerja di PT. BISI Internasional Tbk. terbagi menjadi dua yaitu tenaga
kerja langsung dan tidak langsung. Tenaga kerja langsung adalah karyawan yang
13

terlibat langsung dalam kegiatan proses produksi bahan menjadi produk jadi. Dalam
hal ini, tenaga kerja di departemen HCQC BISI adalah para analis dan pekerja
lapangan. Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang mutlak diperlukan
untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Tenaga kerja ini meliputi direktur bagian,
direktur utama, general manajer, manajer, dan staf perusahaan.
PT. BISI International Tbk. yang bergerak di bidang Horticultural Crop
Quality Control (HCQC) mempekerjakan sekitar 110 orang. Jumlah tenaga kerja
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian laboratorium sebanyak 44 orang, bagian
sertifikasi lapangan sebanyak 22 orang, dan bagian pengujian kemurnian genetik
sebanyak 44 orang. PT. BISI International Tbk beroperasi selama enam hari dalam
satu minggu, dengan waktu kerja tujuh jam per hari dan untuk hari Sabtu waktu
kerja hanya lima jam. Waktu kerja yang diterapkan di PT. BISI International Tbk
sudah sesuai dengan UU. Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003 pasal 77. Jam kerja
yang diberlakukan PT. BISI International dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jam Kerja PT. BISI International Tbk.
No. Hari Waktu Kerja Waktu Istirahat
1. Senin – kamis 07.30 – 15.30 WIB 12.00 – 13.00 WIB
2. Jumat 07.30 – 15.30 WIB 11.30 – 13.00 WIB
3. Sabtu 07.30 – 13.00 WIB -
Sumber: HRD PT. BISI International Tbk.
14

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Aspek Teknis

5.1.1. Teknik Budidaya Produksi Benih Mentimun Hibrida

Teknik budidaya tanaman yang digunakan untuk benih mentimun hibrida


sedikit berbeda dengan teknik budidaya tanaman mentimun untuk konsumsi.
Teknik budidaya dalam memproduksi benih mentimun hibrida mengacu pada
standar operasional prosedur (SOP) yang dibuat oleh perusahaan agar benih yang
dihasilnya benih mentimun hibrida yang bermutu unggul. Berikut adalah teknik
budidaya tanaman mentimun hibrida untuk benih yang dilakukan oleh perusahaan:
1. Semai dan Pindah Tanam
Budidaya tanaman mentimun hibrida atau F1 sangat membutuhkan
ketersediaan bibit berkualitas. Saat penyemaiannya dilakukan penanaman tanaman
jantan lebih dahulu sebelum penanaman tanaman betina dengan selang waktu 5-7
hari. Bibit mentimun siap pindah tanam ke lahan saat berumur sekitar 10 hari saat
bibit sudah mengeluarkan daun pertama. Sebelum dilakuakan pindah tanam, bibit
perlu diadaptasikan pada lahan selama 2 hari. Pindah tanam dilakukan pada lahan
yang sudah terpasangi ajir. Pemasangan ajir bertujuan untuk menata serta
menegakkan tanaman mentimun. Ajir ditata diantara jarak tanam 50 x 60 cm dan
diberi tali yang mengkaitkan antar ajir. Pada ajir dengan tinggi sekitar 200 cm diberi
3 tali yaitu dibagian atas, tengah dan bawah. Pindah tanam juga dianjurkan
dilakukan pada pagi atau sore hari karena suhu tidak terlalu panas sehingga tanaman
tidak layu saat dipindah tanam. Tanaman mentimun yang berusia 14 HST perlu
adanya pengaturan pertumbuhan tanaman. Pengaturan ini dilakukan dengan
pengikatan tanaman pada ajir agar tanaman tidak menjalar di permukaan mulsa.

2. Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan tahapan penting dalam keberhasilan budidaya
tanaman. Pemeliharaan tanaman diantaranya adalah penyulaman, penyiangan,
pemupukan, pewiwilan, training, serta pengendalian organisme pengganggu
tanaman.
Penyulaman merupakan kegiatan mengganti tanaman rusak, mati dan
tanaman yang memiliki pertumbuhan kurang baik yang telah ditanam di lahan pada
awal penanaman. Proses budidaya tanaman mentimun sering dijumpai tanaman
yang rusak/mati akibat serangan organisme penggangu tanaman maupun rusak
karena faktor alam. Kegiatan penyulaman dilakukan sedini mungkin, sehingga
penyulaman dilakukan maksimal pada 3 HST.
Penyiangan merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk
mengendalikan gulma yang berada di sekitar tanaman. Penyiangan dilakukan agar
gulma tidak menggangu pertumbuhan tanaman mentimun serta mencegah gulma
menjadi tempat persembunyian hama dan vektor penyakit. Waktu penyiangan
disesuaikan dengan kondisi lapanga. Biasanya penyiangan dilakuakn 10 hari sekali.
Penyiangan sebisa mungkin dilakuakn secara manual dan menghindari penggunaan
herbisida karena dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
15

Pemupukan tanaman mentimun dilakukan sebanyak 4 kali dalam sekali


tanam. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 7 HST dengan
menggunakan campuran pupuk NPK Mutiara 3 kg, Fitomik 500 ml, Mamigro 250
g dalam 250 L. Pemupukan kedua dilakukan pada usia 14 HST dengan pupuk NPK
sebanyak 10 g/tanaman dengan aplikasi pupuk ditugal pada jarak 10 cm di samping
lubang tanam. Pemupukan ketiga dilakukan pada usia 21 HST untuk menyediakan
kebutuhan unsur hara pada saat bunga siap polinasi. Pemupukan dilakukan dengan
cara ditugal dengan jarak 10 cm di bawah lubang tanam menggunakan pupuk SP36
dan KCl dengan dosis masing-masing 10 g/tanaman. Pemupukan ke empat
dilakukan saat tanaman berumur 28 HST, setelah bunga dipolinasi. Pemupukan ini
menggunakan pupuk SP36 dan KCl masing-masing 15 g/tanaman. Kegiatan
pemupukan pada budidaya tanaman F1 bertujuan sebagai faktor pendukung dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, pembentukan dan perkembangan bakal
buah serta pengisian benihnya.
Wiwil atau pewiwilan bertujuan untuk mengoptimalkan pertumbuhan serta
perkembangan bakal buah tanaman. Bagian yang diwiwil merupakan bagian
cabang 1 sampai ke 5, bunga wali/bunga jantan pada tanaman betina, serta cabang
di atas cabang ke 11. Cabang-cabang yang terletak pada cabang ke 6 sampai ke 11
dipelihara sebagai tempat berkembangnya buah (Gambar 1). Apabila kondisi
tanaman cukup subur, pada cabang 1 dan 2 dapat dipelihara 2 buah/cabang.
Training merupakan proses penyeragaman bakal buah yang akan dipolinasi.
Penyeragaman dilakukan agar tanaman yang nantinya dipolinasi akan memiliki
ukuran yang optimal. Proses ini juga berperan penting dalam menekan biaya
polinasi. Training dilakukan untuk memperkirakan kesiapan bunga betina yang
akan siap di polinasi secara serentak sehingga proses polinasi tidak berlangsung
lama. Bunga betina yang mekar tidak bersamaan dapat menyebabkan terganggunya
pertumbuhan bakal bunga yang lain.
Penyungkupan pada bunga betina pada tanaman betina dilakukan untuk
mencegah terjadinya penyerbukan sendiri. Penyungkupan dilakukan pada bunga
betina yang kemungkinan keesokan harinya akan mekar. Bunga yang siap
disungkup biasanya ditandai dengan kelopak bunga telah membesar dan berwarna
kekuningan. Pada bunga yang telah disungkup diberi tanda benang merah pada
bagian yang mudah dilihat sesuai jumlah bunga yang disungkup. Benang merah
sebagai penanda agar memudahkan polinator mengetahui bunga yang siap polinasi
keesokan harinya.
16

Wiwil bersih
32 HST

Cabang yang dipelihara


(Training 21-24 HST)

5
4
3 Wiwil bersih
2 10-15 HST
1

Gambar 1. Skema pewiwilan bunga pada tanaman mentimun hibrida

Pemeraman bakal polen bunga jantan dilakukan pada sore hari dengan
memilih bunga jantan dari tanaman jantan yang diperkirakan akan mekar keesokan
harinya. Bunga yang diambil biasanya ditandai dengan kelopak bunga yang telah
membesar dan berwarna kekuningan (Gambar 2). Proses pemeraman dilakukan
secara manual dengan menyimpan bunga jantan tersebut pada nampan yang ditutup
dengan kain basah selama semalam.

(a) (b)

Gambar 2. Bunga jantan tanaman mentimun (a) bunga jantan sebelum diperam,
(b) bunga jantan yang siap digunakan untuk polinasi.
17

Polinasi merupakan proses bertemunya serbuk sari dengan kepala putik.


Dalam proses budidaya tanaman F1, harus dilakukan tindakan pencegahan agar
tanaman tidak menyerbuk sendiri. Polinasi dalam proses budidaya tanaman F1
bertujuan untuk menggabungkan kedua sifat unggul dari masing-masing indukan.
Tanaman mentimun yang siap polinasi biasanya dilakukan saat tanaman berumur
25-30 HST. Periode polinasi berlangsung singkat sekitar 5-7 hari hari. Polinaasi
dilakukan dengan cara mengoleskan polen pada kepala putik secara merata. Setelah
dipolinasi, bakal buah ditandai dengan benang merah pada tangkai buahnya serta
menutup lagi kelopak bunga menggunakan kertas penyungkup maupun menjepit
kelopak dengan klip serapat mungkin (Gambar 3).

(a) (b)

Gambar 3. Bunga betina tanaman mentimun (a) bunga betina sebelum dipolinasi,
(b) bunga betina yang sudah polinasi
Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dilakukan untuk
menjaga pertumbuhan agar tidak terganggu. Dalam budidaya tanaman F1 terutama
mentimun hibrida, terdapat beberapa serangan OPT yang cukup banyak,
diantaranya adalah rebah bibit, Powdery mildew, Downy mildew, layu Fusarium
dan Trips (Gambar 4.). Pengendalian OPT dilakukan intensif apabila telah
mencapai ambang ekonomi dengan penyemprotan secara berkala. Penggunaan
pestisida disesuaikan dengan serangan yang paling dominan.

(a) (b) (c)

Gambar 4. Hama dan penyakit utama tanaman mentimun (a) Penyakit Powdery
mildew, (b) Penyakit Downy mildew, (c) Daun mengkerut (diserang
hama trips).
18

Topping merupakan pemotongan pucuk tanaman yang telah mencapai


ketinggian penjalaran. Topping bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan
tanaman. Cara tersebut dapat mengefisiensikan nutrisi untuk berfokus pada bakal
buah yang telah dipolinasi. Kegiatan topping sebaiknya dilakukan berdasarkan
pertimbangan kondisi tanaman tersebut, apabila tanaman sehat dan pertumbuhan
vegetatifnya masih baik, maka harus dilakukan topping. Sebaliknya, apabila
kondisi tanaman kurang baik, sebaiknya tidak dilakukan topping untuk menjaga
agar tanaman masih dapat melakukan fotosintesis ketika daun bagian bawah
rusak/kering.

3. Panen
Panen dilakukan setelah buah masak fisiologi yang ditandai dengan warna
buah yang menjadi kuning, umur tanaman sekitar 60 HST, dan kondisi fisik buah
bagian pangkal sudah melunak. Panen dilakukan sebanyak dua tahap, yaitu pertama
panen buah busuk dan panen kedua dilakukan untuk panen buah normal.

4. Pengolahan Benih di Lapangan


 Curing
Curing adalah kegiatan menata buah mentimun dengan posisi berdiri
dengan bagian pangkal berada dibagian bawah yang bertujuan agar benih
menjadi lebih bernas. Curing dilakukan di tempat yang kering dan bersih. Buah
yang dicuring tidak boleh di tumpuk atau ditaruh karung, karena dapat
menyebabkan kelembaban meningkat sehingga dapat meningkatkan presentase
biji tumbuh sebelum diekstraksi.
 Ekstraksi benih
Proses ekstraksi benih adalah proses pemisahan biji/benih dari bagian
tanaman yang lain seperti daging buah, tangkai malai, dan kulit buah. Proses
ekstraksi dilakukan secara manual dengan menggunakan peralatan sederhana
seperti sendok, ember dan saringan.
 Fermentasi
Fermentasi merupakan proses penyimpanan biji/benih hasil ekstraksi dalam
sebuah drum yang bertujuan untuk melunakkan sisa-sisa daging buah yang
masih tercampur. Proses ini dilakukan tanpa penambahan air karena dapat
menyebabkan benih menjadi berkecambah. Proses fermentasi ini dilakukan
selama 1 malam.
 Pencucian
Benih dicuci dengan menggunakan air bersih sebanyak 3-4 kali sampai
benih benar-benar bersih dari lendir dan daging buah yang menempel. Setelah
benih dipastikan bersih, selanjutnya benih digenangi dengan air mengalir dalam
bak untuk memisahkan benih yang mengapung dan benih yang tenggelam.
Biji/benih yang mengapung di permukaan air dibuang dan disisakan benih yang
tenggelam. Benih yang tenggelam tadi kemudian direndam dengan larutan
desinfektan (NaOCl) dengan dosis 5 ml/l selama 5 menit. Perendaman dengan
larutan desinfektan (NaOCl) bertujuan agar benih tidak terganggu oleh jamur
maupun bakteri. Setelah benih direndam disinfektan, kemudian benih dicuci
kembali dengan air bersih hingga bau dari larutan disinfektan benar-benar
hilang.
19

 Pengeringan
Benih yang selesai dicuci selanjutnya ditiriskan selama 1 jam untuk
selanjutnya dilakukan pengeringan menggunakan tray jemur. Pengeringan
dilakukan secara manual dengan menggunakan bantuan sinar matahari secara
langsung selama 7-8 jam dan pengeringan juga dilakukan menggunakan
bantuan oven yang tersedia di pabrik. Selama mengeringkan benih cara manual
dengan bantuan sinar matahari langsung perlu dilakukan pembalikan benih
untuk mendapatkan hasil kering benih yang seragam. Kadar air ideal benih dari
lahan berkisar antara 7-12 % dan benih sudah siap disortir. Setelah benih selesai
disortir, benih dikemas dalam kantung berplastik dan dikirim ke pabrik.

5.1.2. Teknologi Pengolahan dan Produksi Benih Tanaman Mentimun


Hibrida
Proses produksi benih yang diterapkan oleh PT. BISI International Tbk
adalah batch process atau terputus-putus. Sistem tersebut digunakan karena
beberapa kondisi yaitu permintaan konsumen dan ketersediaan bahan baku yang
musiman. Permintaan konsumen yang tidak menentu yang terkadang melonjak dan
tidak dapat diprediksi dapat ditanggulangi dengan menerapkan produksi sistem
make to stock. Sistem make to stock ini merupakan sistem dimana perusahaan
memiliki barang yang disimpan terdiri dari produk akhir untuk dapat dikirim segera
jika ada permintaan dari konsumen. Make to stock yang diterapkan perusahaan
yaitu perusahaan memproduksi produk untuk disimpan sampai ada pesanan dari
konsumen, produk tersebut dikenal dengan nama WIP (Work In Process). WIP
yaitu pengolahan benih hanya sampai pembersihan benih (Seed Cleaning).
Selanjutnya, benih WIP akan diproses dengan proses treatment benih yang
dilanjutkan dengan proses pengemasan jika adanya permintaan dari konsumen.
Pemeriksaan alat atau mesin dilakukan oleh pihak HCQC untuk memastikan
tidak ada benih yang tertinggal pada alat atau mesin sehingga mencegah terjadinya
pencampuran varietas saat pengolahan benih. Pemeriksaan juga meliputi
pemeriksaan penggunaan benih sebelumnya, karena pada alat atau mesin yang sama
tidak boleh digunakan untuk mengolah benih dengan jenis yang sama tetapi varietas
berbeda secara berurutan. Mesin atau alat yang sudah dilakukan sertifikasi atau
pemeriksaan dilakukan pelaporan pada pihak unit pengolahan benih, bila
dinyatakan layak maka alat atau mesin tersebut baru dapat digunakan untuk
mengolah benih. Berikut merupakan tahapan dalam proses pengolahan dan
produksi benih mentimun hibrida di perusahaan:
1. Proses Sortir Raw Material
Proses penyortiran awal dilakukan setelah petani panen dilapangan. Bahan
baku benih berupa benih dari petani disebut barang Raw Material (RM). Barang
RM tersebut kemudian masuk ke perusahaan untuk ditimbang, diberi identitas, dan
diuji kualitas awalnya oleh pihak HCQC. Identitas barang RM memuat informasi
mengenai nama petani, lokasi lahan, luas lahan, varietas hasil panen, tanggal panen.
Pihak HCQC dari perusahaan akan memeriksa kemurnian fisik benih mentimun
hibrida dan kadar air benih mentimun hasil panen dengan standar yang telah
ditentukan. Setelah mendapatkan surat lulus dari pihak HCQC, hasil panen petani
dibawa ke unit pengolahan benih untuk disortir dengan standar perusahaan. Sortasi
bertujuan untuk memisahkan benih mentimun yang layak untuk diproduksi dan
20

benih mentimun yang tidak lulus uji sortir seperti benih busuk, benih tumbuh, benih
rusak akan dimusnahkan.

2. Proses pengeringan benih / Seed Drying


Tahap selanjutnya setelah proses penyortiran yaitu pengeringan Raw
Material yang bertujuan untuk mendapatkan kadar air benih yang aman untuk
penyimpanan. Kadar air yang aman disimpan untuk benih mentimun adalah 7%.
Proses pengeringan benih mentimun menggunakan Boxdryer atau Batchdryer
dengan kapasitas mencapai 300 kg dengan menggunakan aliran udara panas yang
terus menerus selama 1-2 jam dengan suhu berkisar antara 35-38 oC.

3. Proses pemilahan benih / Seed Grading


Proses pemilahan benih mentimun bertujuan untuk memisahkan dan
membersihkan benih untuk memperoleh benih benih yang memiliki keseragaman
bentuk dan ukuran, bebas kotoran dan berkualitas tinggi dalam segi kemurnian fisik
benih dan daya berkecambah yang unggul. Pemilaha benih mentimun dikategorikan
menjadi tiga yaitu pengayakan berdasarkan keseragaman benih (Seed Grading),
pengayakan berdasarkan berat jenis benih (Seed Gravity), dan pengayakan
berdasarkan keseragaman dimensi bentuk atau ukuran (Seed Indented Cylider).
Kapasitas mesin yang digunakan adalah alat-alat yang medium dengan kapasitas
200-500 kg.

4. Work in Process (WIP / Stock Management)


Penggudangan barang merupakan salah satu cara untuk mempertahankan
daya tumbuh benih dan menghindarkan benih dari hama dan penyakit benih.
Gudang penyimpanan dibagi menjadi dua, yaitu Cooling Room dan Non Cooling
Room. Cooling room digunakan untuk menyimpan benih dengan suhu yang
terkendali. Suhu pada cooling room adalah 13-15 0C dan RH pada cooling room
adalah 35-40 %, karena suhu dan RH dapat menjaga keseimbangan daya tumbuh
benih sebelum benih dipasarkan. Stock benih akan disusun bertumpuk (stable) dan
dikelompokkan berdasarkan varietas masing – masing.

5. Perlakukan benih (Seed Treatment)


Perlakukan benih (Seed Treatment) dilakukan saat benih akan dipasarkan
dan merupakan upaya yang dilakukan perusahaan untuk melindungi benih dari
berbagai hama dan serangan penyakit benih, mempertahankan kadara air benih saat
sudah berada ditangan konsumen, dan meningkatkan kinerja benih pada saat benih
dikecambahkan dilapangan. Treatment benih yang dilakukan diperusahaan ada tiga
macam yaitu Seed Coating yang merupakan bentuk perlindungan benih denagn
bahan kimia tertentu, Seed Glending berupa penyeragaman benih, dan Dry Heat
Treatment yaitu menghilangkan virus yang terbawa benih atau seedborne disease.
Perlakukan benih dilakukan dengan mencampurkan obat pada benih mentimun
yang akan dikemas. Campuran obat yang digunakan antara lain adalah zat perekat,
fungisida, dan zat pewarna (Rhodamin) dengan perbandingan tertentu. Setelah
benih di treatment dengan menggunakan campuran bahan kimia secara merata,
selanjutnya benih dikeringkan lagi dengan bak drying selama 1-2 jam. Produk benih
yang siap didistribusikan dikenal dengan sebutan barang finish good. Barang finish
good ini selanjutnya akan dikemas untuk dipasarkan.
21

6. Pengemasan benih / Packing


Pengemasan benih atau packing merupakan proses akhir sebelum benih
dipasarkan dan merupakan penentu kualitas mutu benih selama benih
didistribusikan ke konsumen. Proses pengemasan benih menggunakan mesin semi
otomatis dan otomatis. Mesin yang digunakan yaitu hand continous sealer dan
automatic packaging machine. Kemasan benih mentimun menggunakan kertas
kraff yang mengkilat dan bagian dalamnya dilapisi dengan alluminium foil dengan
kapasitas untuk setiap kemasan adalah 4 g, 10 g, dan 20 g. Setelah benih dikemas,
kemasan benih tersebut kemudian dilakukan pengepakan untuk mempermudah
pendistribusian benih dengan menggunakan kardus. Pemeriksaan pengolahan benih
dimulai dari pemeriksaan kebersihan alat atau mesin yang akan digunakan untuk
mengolah benih. Pemeriksaan ini disebut juga dengan sertifikasi alat dan mesin.
Sertifikasi ini hanya dapat dilakukan oleh staf tetap perusahaan atau yang menjabat
sebagai penanggungjawab pengujian.

5.2. Aspek Manajerial

Pengendalian mutu benih tanaman mentimun hibrida dapat berlangsung


baik dan benih bermutu unggul dapat diproduksi jika dalam manajemen
pengendalian mutu produk tersebut ada penanggungjawab kegiatan.
Penanggungjawab kegiatan ini memiliki tugas dalam mengatur, mengawasi, dan
mengevaluasi jalannya kegiatan pengendalian mutu benih.
Manajer Teknis. Manajer teknis merupakan jabatan yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam kegiatan manajemen pengendalian mutu benih
hortikultura di PT. BISI Internasional Tbk. Tugasnya sebagai penentu tujuan dan
standar mutu benih yang akan dijual, memimpin tercapainya target, dan
mengevaluasi kinerja karyawan agar sesuai dengan tujuan dan standar perusahaan.
Selain itu, tugas manajer teknis juga menentukan masa kadaluarsa benih sesuai
hasil pengujian benih dan standar aturan yang ada (Lampiran 4) serta melakukan
koordinasi antar departemen yang ada di perusahaan bila ada masalah terkait mutu
benih yang diproduksi perusahaan.
Penanggungjawab Teknis. Penanggungjawab teknis bertugas
mengontrol dan mengawasi semua alat atau mesin yang digunakan untuk pengujian
di laboratorium, melakukan evaluasi terhadap prosedur kerja pengujian dan kinerja
analis, melakukan sertifikasi mesin dan alat di unit pengolahan benih dan
bertanggungjawab dalam berkoordinasi dengan manajer teknis untuk pengujian-
pengujian khusus yang akan dilakukan di laboratorium.
Penanggungjawab Sertifikasi Lahan (Field Inspection).
Penanggungjawab sertifikasi lahan bertugas mengawasi semua kegiatan dan
melakukan pembuatan laporan hasil serta mengkoordinasikan kegiatan sertifikasi
lahan dengan para penanggungjawab sertifikasi lahan dibeberapa wilayah kerjanya
agar prosedur dan kriteria untuk pengujian sertifikasi lahan yang dilakukan sesuai
dengan aturan yang telah diterapkan perusahaan.
Penanggungjawab Pemeriksaan Raw Material (Raw Material
Inspection). Penanggungjawab pemeriksaan Raw Material bertugas mengawasi
seluruh kegiatan pemeriksaan benih Raw Material dan membuat laporan hasil
pengujian serta melakukan sertifikasi mesin dan alat di unit pengolahan benih.
22

Penanggungjawab Pemeriksaana Kemurnian Genetik (Purity Test).


Penanggungjawab pemeriksaan kemurnian genetik benih bertugas melakukan
pengawasan dan evaluasi terhadap prosedur dan proses pengujian serta membuat
laporan hasil pengujian. Selain itu, melakukan kegiatan diskusi di lapangan dengan
analis jika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan prosedur dan aturan atau standar
yang diterapkan perusahaan.
Penanggungjawab Pengujian Laboratorium. Penanggungjawab
pengujian di laboratorium bertugas mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan
pengujian mutu benih di laboratorium mulai dari pengujian kadar air benih,
pengujian kemurnian fisik benih dan pengujian daya berkecambah. Selain itu, juga
bertanggungjawab membuat laporan hasil pengujian dan melakukan sertifikasi
mesin dan alat di unit pengolahan benih.

5.3. Pembahasan
5.3.1. Pengendalian Mutu Benih Tanaman Mentimun Hibrida

PT. BISI Internasional Tbk. merupakan salah satu perusahaan perbenihan


yang sangat mengutamakan kualitas mutu benih yang diproduksi dan
dipasarkannya. Hal tersebut terbukti dengan aturan menerapkan standar mutu benih
yang lebih tinggi dari ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah. Standar kualitas
mutu benih perusahaan dan Standar Nasional Indonesia (SNI) dapat dilihat pada
Tabel 2. Unit pengendalian mutu benih hortikultura (HCQC) milik PT. BISI
Internasional Tbk. merupakan departemen yang berperan aktif dan
bertanggungjawab besar atas mutu benih hortikultura yang diproduksi perusahaan
dari mulai tahap produksi benih di lapangan sampai benih akan dikemas. Oleh
sebab itu, pemerintah memberi kepercayaan kepada perusahaan berupa pemberian
sertifikasi resmi pada perusahaan melalui departemen HCQC karena
kompetensinya sebagai laboratorium pengujian mutu dan kesehatan benih tanaman
dalam rangka menjaga mutu benih hortikultura. Sertifikasi itu juga merupakan salah
satu bukti bahwa laboratorium yang dimiliki perusahaan sudah berstandar tinggi.
Selain itu, PT. BISI Internasional Tbk. juga menjadi salah satu perusahaan benih
yang menjadi anggota International Seed Testing Association (ISTA) dalam hal
pengujian benih berstandar internasional.
Tabel 2. Standar mutu benih yang digunakan PT. BISI Internasional Tbk.
dibandingkan SNI
Standar (%)
No Jenis Analisis PT. BISI Internasional
SNI
Tbk.
1. Kadar Air (maks) 7 8
2. Benih Murni (min) 98 98
3. Kotoran benih (maks) 1 2
4. Daya Berkecambah (min) 85 80
Sumber: Departemen HC QC PT. BISI Iternasional Tbk.
Pengolahan benih dan pengujian benih yang dilakukan diperusahaan
dibagi menjadi tiga kategori yaitu benih Raw Material (RM), benih Work In
23

Process (WIP), dan benih Finish Good (FG). Benih Raw Material (RM) merupakan
benih yang baru masuk ke perusahaan yang datang dari petani atau penangkar benih
dari lapangan. Benih Work In Process (WIP) merupakan benih yang telah masuk
dalam tahap pengolahan benih di perusahaan. Benih Finish Good (FG) merupakan
benih yang telah mendapatkan perlakuan dan siap dikemas. Pengendalian mutu
benih di PT. BISI Internasional Tbk. ini dilakukan dari mulai sertifikasi lahan
dimana tanaman induk benih mulai ditanam hingga benih siap untuk dikemas dan
diedarkan pada konsumen.
5.3.2. Sertifikasi Lahan (Field Inspection)
Sertifikasi lahan dalam produksi benih dilakukan untuk menjamin tingkat
kemurnian benih dan mutu varietas unggul dari mulai penangkaran benih
dilapangan. Sertifikasi lahan menguji kemurnian tanaman tetua, keseragaman dan
kebersihan tanaman tetua dari varietas lain atau tipe simpang. Selain itu, sertifikasi
lahan juga harus memastikan bahwa lahan atau tanah yang digunakan untuk
memproduksi benih harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu sesuai
komoditas dan telah diterapkan oleh standar perusahaan.
Pemeriksaan pedahuluan yaitu pemeriksaan secara administrasi
kelengkapan dan kesesuaian dokumen dengan kondisi di lapangan sebelum
dilaksanakan pemeriksaan secara teknis kegiatan penangkar benih di lapangan yang
menyangkut kesesuaian lahan, kesesuaian luas lahan dan rencana tanam, serta
kesesuaian isolasi jarak dan waktu. Pemeriksaan kesesuaian lahan merupakan
pemeriksaaan tentang kondisi areal yang akan dijadikan lokasi penangkaran benih
bebas dari tanaman sejenis yang ditanam di sekitar areal penangkaran. Isolasi
merupakan salah satu cara pencegahan pengotoran tepung sari dari varietas lain atau
spesies laian yang tidak dikehendaki. Isolasi tempat dilakukan dengan mengatur
jarak penanaman antar varietas. Jarak minimum isolasi tempat antar varietas yang
dipakai perusahaan dalam memproduksi benih mentimun hibrida adalah 5 m.
Isolasi waktu dilakukan dengan mengatur waktu bertanam sehingga waktu
berbunga antarvarietas ini tidak bersamaan. Periode pembungaan tanaman
mentimun berlangsung kira-kira 55 hari. Artinya jika ingin diproduksi benih
mentimun hibrida lebih dari satu varietas dalam areal lahan yang berdekatan maka
penanaman sebaiknya dilakukan setiap 55 hari sekali.
Pada pemeriksaan vegetatif dilakukan pemeriksaan secara teknis kegiatan
penangkaran benih pada fase vegetatif tanaman induk. Pemeriksaan vegetatif
dilakukan pada hari ke 15 HST dan lebih menekankan pada kondisi pertumbuhan
tanaman, kondisi kesehatan tanaman seperti pengecekan serangan organisme
pengganggu tanaman (OPT), dan persentase tipe simpang atau campuran varietas
lain (CVL). Kondisi penangkaran benih tanaman metimun dinyatakan dalam
kategori pertumbuhan baik jika pertumbuhan tanaman normal, serangan OPT
kurang dari sama dengan 5% dari total populasi dan persentase CVL atau tipe
simpang kurang dari sama dengan 1%. Apabila serangan OPT dan persentase CVL
atau tipe simpang tidak sesuai dengan standar tersebut, maka perlu ada tindakan
perbaikan berupa penangan OPT yang tepat dan roguing. Roguing merupakan
pembuangan tanaman-tanaman yang tidak diperlukan dalam areal budidaya.
Roguing dilakukan pada setiap fase pertumbuhan untuk menjamin kemurnian
benih.
24

Pemeriksaan generatif meliputi pemeriksaan teknis pengamanan saat fase


pembungaan tanaman (isolasi pembungaan), ketepatan teknik polinasi, dan
persentase CVL atau tipe simpang pada buah hasil polinasi. Pemeriksaan isolasi
tanaman yang dilakukan dengan pemeriksaan standar penutupan (mencepit) bunga
betina yang akan dipolinasi dan pengamanan setelah bunga betina dipolinasi,
pemeriksaan kebersihan tanaman induk dari bunga sempurna yang sudah mekar
pada induk betina dan buah hasil penyerbukan sendiri serta bunga jantan yang
tertinggal pada tanaman betina (harus dibuang), dan persentase CVL atau tipe
simpang pada buah yang digunakan sebagai bakal benih. Seleksi benih bertujuan
untuk memilih benih yang bernas dan membuang benih yang hampa dan cacat.
Seleksi benih ini dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan benih di lapangan,
terutama pada waktu pencucian maka benih yang terapung atau hampa dibuang.
Pemeriksaan ini dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dengan interval waktu minimal 7
hari dimulai sejak kastrasi pertama. Hasil pengamatan sertifikasi lahan mentimun
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil pengamatan sertifikasi lahan mentimun hibrida varietas Pesona 20
di lahan sewa Desa Sumberagung
Luas CVL / Tipe simpang (%)
Lokasi lahan Isolasi OPT Pertumbuhan
(ha) V G1 G2 G3
Tidak
Lahan 1 0,28 Baik Baik 9,3 0 0,01 0
ada
Tidak
Lahan 2 0,28 Baik Baik 10,0 0 0,05 0
ada
Keterangan: V = Vegetatif, G = Generatif, OPT = Organisme Pengganggu
Tanaman, CVL = Campuran Varietas Lain
Data pada Tabel 3 didapatkan dari dua lahan tanaman mentimun varietas
Pesona 20 yang terdapat di desa Sumberagung yaitu dari isolasi jarak dan waktu
tergolong baik dan sudah sesuai dengan ketentuan perusahaan. Kondisi
pertumbuhan tanaman baik karena tanaman tumbuh normal. Serangan OPT
dianggap tidak ada karena serangan OPT tidak melebihi 5% dari total jumlah
tanaman. Total CVL atau tipe simpang pada fase vegetatif tanaman di lahan 1 dan
2 sebesar 9,3 % dan 10 %, sehingga perlu dilakukan tindakan perbaikan berupa
kegiatan roguing. Pada pemeriksaan generatif 1, yaitu fase tanaman mulai berbunga
yang dilakukan pada hari ke 30 HST, tidak ditemukan CVL atau tipe simpang pada
tanaman di kedua lahan. Pemeriksaan generatif 2 dilakukan saat buah sudah mulai
terbentuk sekitar hari ke 45 HST. CVL atau tipe simpang muncul pada fase ini
dilihat dari buah mentimun. Pada pemeriksaan ini terdapat CVL atau tipe simpang
di lahan 1 dan 2 sebesar 0,01% dan 0,05%. Hal tersebut diduga terjadi karena saat
polinasi bunga betina mengalami penyerbukan sendiri atau diserbuki oleh polen
dari bunga jantan yang lain sehingga muncul buah yang tidak sesuai dengan kriteria
yang diingikan. CVL atau tipe simpang yang ditemukan harus tetap diroguing
untuk menjaga kemurnian benih yang akan diproduksi. Pemeriksaan generatif 3
dilakukan saat buah akan dipanen untuk benih sekitar 55 HST. Pada fase ini buah
harus dipastikan tidak ada CVL atau tipe simpang sehingga persentase CVL atau
tipe simpang pada ke dua lahan tersebut 0%. Umur panen benih juga harus
dipastikan sesuai jadwal karena tingkat kematangan buah yang masak fisiologi
25

sempurna mengandung nutrisi sebagai sumber energi dalam biji sudah siap
digunakan biji untuk berkecambah sehingga menyebabkan daya berkecambah
benih tinggi.

5.3.3. Pengambilan Contoh Benih


Langkah pertama dalam pengujian mutu benih adalah menyediakan contoh
benih yang dapat dianggap seragam dan memenuhi syarat yang telah ditentukan
oleh ISTA. Tujuan dari penarikan contoh benih adalah untuk mendapatkan contoh
benih yang mewakili kelompok benih dalam jumlah yang cukup untuk keperluan
pengujian mutu benih. Prinsip pengambilan contoh benih adalah mengambil benih
dari beberapa bagian dari suatu kelompok benih yang kemudian dicampur menjadi
satu. Skema pengambilan contoh benih dapat dilihat pada Lampiran 5 dan
ketentuan pengambilan jumlah contoh primer disesuaikan ketentuan pengambilan
contoh menurut ISTA yang dapat dilihat pada Lampiran 6.
Prosedur pengambilan contoh primer benih dapat dilakukan secara manual
dengan tangan langsung maupun dengan bantuan “stick trier” yaitu suatu alat untuk
mengambil contoh primer benih. Alat ini terbuat dari pipa logam yang mempunyai
celah-celah atau lubang-lubang di satu sisi melalui lubang tersebut contoh benih
dapat masuk. Terdapat beberapa bentuk dan ukuran stick trier, tergantung pada
ukuran benih (Gambar 5).

Gambar 5. Alat bantu pengambilan contoh benih stick trier


Benih-benih yang terambil dari setiap bagian disebut contoh primer,
sedangkan gabungan dari beberapa contoh primer disebut contoh komposit. Contoh
benih yang diambil acak dari contoh komposit tersebut dapat digunakan sebagai
contoh kirim. Pengambilan contoh primer dengan cara manual menggunakan
tangan langsung. Langkah pertama pengambilan contoh manual yaitu denagn
26

melakukan pencampuran benih pada wadah untuk memastikan benih sudah


tercampur, setelah itu dilakukan pengambilan contoh primer sebanyak 5 titik dari
wadah tersebut hingga didapatkan contoh kirim seberat sekitar 250 g. Contoh kirim
seberat 250 g tersebut dibawa ke laboratorium untuk selanjutnya dilakukan
penginputan data identitas lot benih yang akan diuji. Setelah contoh kirim benih
diinput identitasnya, selanjutnya contoh kirim benih diambil secara acak untuk
dijadikan contoh kerja benih untuk pengujian benih.

5.3.4. Pemeriksaan Bahan Baku (Raw Material Inspection)

Terhadap benih yang berasal dari petani atau penangkar benih dilakukan
pemeriksaan Raw Material (RM) untuk mengetahui mutu benih awal sebelum
benih diolah pabrik. Bahan baku merupakan salah satu faktor yang menentukan
kualitas produk yang akan dihasilkan. Pemeriksaan ini diawali dengan pengambilan
contoh kirim dan contoh kerja dan dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar air benih
dan kemurnian fisik benih. Hasil dari pengujian ini digunakan sebagai salah satu
dasar pembayar benih tahap pertama sebanyak 50% dari total pembayaran dengan
waktu 10 hari setelah benih dinyatakan diterima oleh pabrik sesuai ketentuan
pembayaran.
Pengujian kadar air benih bertujuan untuk menentukan kadar air benih RM.
Standar kadar air untuk benih RM mentimun sebesar 8%, jika kadar air benih RM
dari petani lebih dari 8% maka akan berdampak pada pengurangan pembayaran
untuk calon benih tersebut. Pengurangan pembayaran sebesar 1% dari harga beli
calon benih untuk setiap kenaikan kadar air benih RM sebesar 1%.
Pengujian kemurnian fisik benih bertujuan menentukan persentase benih
murni suatu lot benih dengan cara memisahkan antara benih murni, benih tanaman
lain dan kotoran benih secara manual. Standar kemurnian fisik ini lebih
menekankan pada persentase kotoran benih maksimal yang tidak lebih atau sama
dengan 1%. Apabila saat pengujian ditemukan benih tanaman lain maka benih
mentimun tersebut akan dikembalikan pada petaninya untuk dilakukan tindak
perbaikan berupa pembersihan benih. Pada pengujian kemurnian fisik ini
perusahaan menetapkan standarnya sendiri atau sering disebut pengujian internal
kemurnian fisik benih. Standar perusahaan ini meliputi kategori benih murni, benih
muda, benih berukuran kecil, benih busuk, benih pecah, CVL, benih abnormal,
benih tumbuh, benih berjamur, benih retak, benih rusak hama, dan kotoran benih.
Uji kemurnian benih internal ini digunakan untuk menentukan kelas benih untuk
pembayaran terhadap petani. Kelas benih ditentukan berdasarkan total benih yang
kurang baik sesuai kriteria perusahaan yaitu: kelas benih A 1-2%, kelas benih B
2,1-3%, kelas benih C 3,1-4%, kelas benih R 4,1-8% untuk musim kemarau dan
4,1-12% untuk musim hujan. Setiap penurunan kelas benih berdasarkan kemurnian
fisik benih internal maka akan dilakukan pemotongan pembayaran sebesar 1 % dari
harga beli benih calon benih oleh perusahaan.
Pengujian daya berkecambah benih RM dilakukan untuk mengetahui
kemampuan benih untuk berkecambah. Daya berkecambah benih RM biasanya
sangat rendah. Oleh sebab itu, hasil pengujian daya berkecambah benih pada tahap
pengujian benih RM tidak digunakan sebagai dasar acuan untuk pembayaran benih
oleh perusahaan. Terhadap benih RM yang daya berkecambahnya rendah masih
dapat dilakukan tindakan perbaikan di unit pengolahan benih, sehingga daya
27

berkecambah benih dapat meningkat dan mencapai standar perusahaan saat benih
akan dijual.
Berdasarkan pada Tabel 4 didapatkan bahwa mutu benih mentimun hibrida
kategori benih RM untuk pengujian kemurnian fisik benih cenderung sangat baik
untuk semua varietas pada kedua musim dibandingkan dengan standar perusahaan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa musim tidak berpengaruh terhadap kemurnian
fisik benih terutama terhadap kandungan kotoran benih. Kotoran benih harus
dipastikan bersih karena berdasarkan pengamatan di lapangan kotoran benih dapat
mengandung patogen atau hama dari lapangan sehingga dapat menurunkan mutu
benih jika menginfeksi benih yang lain. Musim panen benih berpengaruh sangat
nyata pada kemurnian fisik benih untuk kotoran benih pada varietas Hercules Plus.
Pengaruh sangat nyata kotoran benih pada varietas Hercules Plus ini merupakan
pengaruh yang baik karena dilihat dari persentase kotoran benih masih di bawah
standar perusahaan yang berarti benih tersebut masih baik dan layak diproses
selanjutnya di unit pengolahan benih. Kadar air benih mentimun tidak dipengaruhi
oleh musim saat panen benih. Hal tersebut dikarenakan kadar air benih mentimun
yang sesuai standar dapat diatur dengan menggunakan alat pengering seperti oven.
Namun di tingkat petani biasanya pengeringan benih masih secara manual
menggunakan cahaya matahari, sehingga kadar air benih mentimun Raw Material
ini masih tergolong cukup tinggi jika dibandingkan dengan standar perusahaan.
Pada Tabel 4 didapatkan bahwa rata-rata kadar air benih hibrida yang dipanen pada
musim hujan cenderung sedikit lebih tinggi dibandingkan benih yang dipanen saat
musim kering. Hal tersebut karena saat musim hujan intensitas cahaya matahari
berkurang sehingga pengeringan benih yang dilakukan petani kurang maksimal.
Tabel 4. Hasil uji t-student dan uji ANOVA kotoran dan kadar air benih mentimun
hibrida Raw Material (RM) saat musim kemarau dan musim hujan
v Rata-rata P-Value
Musim
Varietas Variabel Musin Musim kemarau
Musin Musim
Standar kemarau hujan dan
kemarau hujan
t-student t-student hujan
ANOVA
v Harmoni KB 0,05 0,04 1 0,000 ** 0,032 * 0,880 tn
Plus KA 8,80 9,16 8 0,300 tn 0,006 ** 0,846 tn
Pesona 20 KB 0,05 0,22 1 0,000 ** 0,083 tn 0,975 tn
KA 8,30 8,32 8 0,000 ** 0,097 tn 0,326 tn
Model 21 KB 0,06 0,15 1 0,000 ** 0,000 ** 0,179 tn
KA 8,00 10,12 8 0,337 tn 0,048 * 0,253 tn
Hercules KB 0,10 0,10 1 0,000 ** 0,045 * 0,519 tn
KA 10,50 11,52 8 0,060 tn 0,006 ** 0,913 tn
Hercules KB 0,08 0,03 1 0,000 ** 0,000 ** 0,006 **
Plus KA 8,20 10,84 8 0,099 tn 0,001 ** 0,593 tn
v Keterangan: KB: Kotoran Benih, KA: Kadar Air, tn tidak berbeda nyata pada uji T- v
Student atau uji ANOVA taraf 5 %, * berbeda nyata pada uji T-Student
atau uji ANOVA taraf 5 %, ** sangat nyata pada uji T-Student atau
uji ANOVA taraf 5 %.
28

3.3.5. Pemeriksaan Kemurnian Genetik (Purity Test)


Pemeriksaan kemurnian genetik diawali dengan pengambilan contoh benih
yang dilakukan bersamaan dengan pengambilan contoh untuk pengujian RM. Benih
mentimun hibrida yang akan diuji kemurnian genetiknya harus diperam selama 2-
3 hari dan disemai selama 1 minggu sebelum dilakukan pengujian di lapangan.
Pemeraman dan penyemaian benih dilakukan untuk mengurangi resiko benih tidak
tumbuh saat diuji. Jumlah tanaman yang diuji sejumlah sekitar 200 tanaman yang
ditanam di lapang. Pemeriksaan dilakukan pada hari ke-19 saat fase vegetatif
tanaman atau sering disebut pemeriksaan daun yang meliputi pengamatan tekstur
daun, bentuk daun, gerigi pinggir daun dan kecekungan daun dan pada hari ke-40
saat fase generatif tanaman atau sering disebut pemeriksaan buah yang meliputi
pemeriksaan bentuk buah, warna buah, variasi bercak, dan bentuk ujung dan
pangkal buah. Penandaan dilakukan untuk tanaman mentimun hibrida yang tidak
dikehendaki dengan menggunakan cat berwarna merah pada bagian daun.
Pemeriksaan kemurnian genetik dilakukan untuk mengetahui kemurnian
genetik benih yang berasal dari petani, sehingga mencegah petani berbuat curang
dengan melakukan pencampuran benih sejenis dengan varietas yang tidak
dikehendaki. Selain itu, hasil pemeriksaan kemurnian genetik benih ini digunakan
sebagai dasar pembayaran calon benih tahap kedua. Pembayaran tahap kedua
sebesar 50% sisa dari pembayaran tahap pertama ini akan dibayarkan kepada petani
jika hasil kemurnian genetik benih dinyataka lulus dengan lama pengujian sekitar
50 hari. Kelulusan pengujian ini tergantung variabel persentase tanaman murni
dikurangi dengan persentase tanaman hasil penyerbukan sendiri (Miss/Selfing),
varietas lain, dan tanaman hasil persilangan yang tidak diinginkan (Out Crossing).
Suatu lot benih dinyatakan lulus dan dapat diproduksi lebih lanjut jika total
kemurnian genetik benih lebih atau sama dengan 98%. Bila kemurnian genetik
benih mencapai 100% maka ada penambahan atau bonus pembayaran sebesar Rp
40.000,00 /kg benih dan bila kemurnian mencapai 99% maka ada penambahan
pembayaran sebesar Rp 20.000,00 /kg benih. Benih yang kemurnian genetiknya
kurang dari 98% dan dinyatakan tidak lulus maka tidak akan dilakukan pembayaran
tahap kedua oleh perusahaan. Benih yang tidak lulus uji juga harus dimusnahkan
dan tidak dapat diproduksi lebih lanjut oleh perusahaan. Benih yang masuk ke
perusahaan dan yang akan diproduksi oleh perusahaan dapat dipastikan merupakan
benih yang memiliki identitas genetik yang jelas.
Berdasarkan pada Tabel 5 didapatkan bahwa benih varietas mentimun
hibrida Model 21 memiliki kemurnian yang sangat baik dengan angka kemurnian
genetik mencapai 100% pada musim kemarau dan 99,8% pada musim hujan
sehingga didapatkan hasil uji t-student sangat nyata yang berarti menggambarkan
mutu benih varietas hibrida Model 21 sesuai dan lebih baik dari standar perusahaan.
Benih mentimun hibrida varietas Harmoni plus miliki kemurnian genetik yang
cukup baik pada musim kemarau dan sangat baik pada musim hujan, sedangkan
untuk varietas Hercules sebaliknya yaitu memiliki kemurnian genetik yang sangat
baik pada musim kemarau dan cukup baik saat musim hujan. Menurut hasil
pengujian t-student untuk varietas Pesona 20 dan Hercules plus menunjukkan tidak
berbeda nyata dari standar perusahaan. Musim panen benih tidak berpengaruh
terhadap tingkat kemurnian genetik benih. Variasi kemurnian genetik pada setiap
varietas tergantung pada faktor genetik dari masing-masing varietas. Menurut
29

Kartasapoetra (1992), benih bermutu tinggi yang memiliki kemurnian gentik yang
tinggi dipengaruhi salah satunya dengan faktor genetik tanaman. Faktor genetik
tanaman yang berasal dari varietas yang memiliki genotipe yang baik akan
menghasilnya kemurnian mutu yang baik. Kemurnian genetik benih erat
hubungannya dengan proses produksi benih dilapangan dan sertifikasi lahan yang
baik. Sertifikasi lahan yang baik juga akan menghasilkan benih bermutu dari segi
kemurnian genetik benih. Jika ditemukan kemurnian genetik benih suatu lot tidak
baik atau tidak lulus uji maka dapat ditelusuri penyebabnya dari riwayat sertifikasi
lahannya.
Tabel 5. Hasil uji t-student dan uji ANOVA kemurnian genetik benih mentimun
hibrida musim kemarau dan musim hujan
Rata-rata P-Value
Musim
Varietas Musin Musim Standar Musin Musim kemarau
kemarau hujan kemarau hujan dan
t-student t-student hujan
ANOVA
* * tn
Harmoni
99,3 98,9 98 0,014 0,026 0,418
Plus
Pesona 20 96,6 98,3 98 0,093 tn 0,638 tn 0,090 tn
Model 21 100,0 99,8 98 - 0,000 ** 0,149 tn
** *
Hercules 99,5 99,5 98 0,006 0,040 0,946 tn
tn tn tn
Hercules
98,5 98,4 98 0,394 0,568 0,915
Plus
Keterangan: tn tidak berbeda nyata pada uji T-Student atau uji ANOVA taraf 5 % ,
* berbeda nyata pada uji T-Student atau uji ANOVA taraf 5 %, **
sangat nyata pada uji T-Student atau uji ANOVA taraf 5 %.

5.3.6. Pemeriksaan Pengolahan dan Laboratorium (Processing & Laboratory


Inspection)

Pengujian benih di laboratorium berperan besar dalam menyajikan hasil uji


yang tepat, akurat, dan tidak terbantahkan secara ilmiah maupun peraturan. Dalam
pengujian benih ini dibutuhkan contoh kirim dan contoh kerja benih yang homogen
dan representatif yang didapatkan dari pengambilan contoh benih kategori benih
WIP. Dari contoh kirim dan contoh kerja tersebut, selanjutnya dilakukan pengujian
kemurnian fisik benih lagi berdasarkan pada ketentuan ISTA dan pengujian
kemurnian fisik internal perusahaan. Selain itu juga dilakukan pengujian kadar air
benih dan pengujian daya berkecambah benih. Pengujian kemurnian fisik benih,
pengujian kadar air, dan pengujian daya berkecambah pada pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui kualitas kemurnian fisik benih, kadar air benih, dan kemampuan
benih berkecambah setelah benih dilakukan pengolahan benih. Hasil pengujian
kemurnian fisik benih, kadar air, dan daya berkecambah pada tahap ini digunakan
sebagai tolak ukur kelayakan benih yang akan diproduksi oleh perusahaan. Apabila
hasil tidak sesuai dengan standar perusahaan maka benih akan dikembalikan ke unit
pengolahan benih untuk dilakukan tindakan perbaikan. Setelah benih dilakukan
tindakan perbaikan, maka benih diambil contoh kirim untuk dilakukan pengujian
30

lagi atau sering disebut pengujia ulang (Retest) sampai diperoleh hasil mutu benih
sesuai dengan standar perusahaan.
Pengujian ulang (Retest) biasanya dilakukan untuk pengujian daya
berkecambah. Pengujian ulang (Retest) dapat dilakukan juga jika dalam pengujian
banyak ditemukan benih yang diduga dorman karena benih keras lebih dari sama
dengan 5%, dalam pengujian terjadi keracunan seperti serangan cendawan atau
bakteri, terbukti adanya kesalahan pengujian, kesukaran dalam mengevaluasi
sejumlah kecambah, dan metode yang digunakan kurang memuaskan atau ada
gejala fitotoksik. Upaya dilakukan untuk mengurang resiko keracunan atau
fitotoksisitas saat pengujian daya berkecambah, maka media pengujian berupa
kertas CD Plano/buram harus dilakukan pengujian konduktivitas dan pH.
Konduktivitas yang baik untuk pengujian daya berkecambah sebesar kurang dari
400 µs dengan pH 6-7 (ISTA, 2014).
Tabel 6. Hasil uji t-student dan uji ANOVA mutu benih mentimun hibrida Work
In Process (WIP) saat musim kemarau dan musim hujan
Rata-rata P-Value
Musim
Varietas Variabel Musin Musim Standar Musin Musim kemarau
kemarau hujan kemarau hujan dan
t-student t-student hujan
ANOVA
Harmoni KB 0,00 0,04 1 - 0,000 ** 0,347 tn
Plus DB 94,40 90,20 85 0,015 * 0,193 tn 0,329 tn
KA 6,40 6,76 7 0,202 tn 0,319 tn 0,457 tn
Pesona 20 KB 0,06 0,00 1 0,000 ** - 0,172 tn
DB 93,60 42,4 85 0,049 * 0,022 * 0,003 **
KA 6,40 7,12 7 0,011 * 0,018 ** 0,000 **
Model 21 KB 0,00 0,00 1 - - -
DB 96,20 30,60 85 0,001 ** 0,004 ** 0,000 **
KA 6,20 7,12 7 0,008 ** 0,704 tn 0,030 *
Hercules KB 0,00 0,00 1 - - -
DB 91,20 59,40 85 0,000 ** 0,059 tn 0,012 *
KA 6,00 7,30 7 0,037 * 0,426 tn 0,025 *
Hercules KB 0,00 0,00 1 - - -
Plus DB 93,80 68,60 85 0,042 * 0,088 tn 0,013 *
KA 7,40 6,96 7 0,324 tn 0,889 tn 0,347 tn
Keterangan: KB: Kotoran Benih, DB: Daya Berkecambah, KA: Kadar Air, tn tidak v
berbeda nyata pada uji T-Student atau uji ANOVA taraf 5 %, *
berbeda nyata pada uji T-Student atau uji ANOVA taraf 5 %, ** sangat
nyata pada uji T-Student atau uji ANOVA taraf 5 %.
Berdasarkan Tabel 6 didapatkan bahwa benih mentimun kategori Work In
Process (WIP) untuk kadar air benih dan kemurnian fisik benih sangat baik karena
persentase kotoran benih dapat dipastikan hampir tidak ada pada setiap varietas
benih mentimun hibrida yang diamati dan kadar air sesuai dengan standar
perusahaan sehingga tidak dipengaruhi oleh musim panen benih. Hal tersebut
karena benih pada tahap ini benih telah melewati proses pembersihan benih dan
pengeringan benih dengan alat pengering benih yang ada di unit pengolahan benih.
Hasil uji ANOVA didapatkan bahwa musim panen benih berpengaruh terhadap
daya berkecambah benih mentimun. Daya berkecambah benih mentimun untuk
31

semua varietas yang diamati secara langsung menunjukkan bahwa daya


berkecambah benih mentimun pada musim panen saat kemarau lebih baik
dibandingkan pada musim tanam dan panen saat hujan. Menurut Ningsih et al.
(2015) mutu fisik dan fisiologi benih erat hubungannya dengan faktor genetis,
pertumbuhan tanaman induk dan lingkungan. Kualitas mutu benih tergantung
budidaya di lapangan dan faktor internal benih, dimana saat panen benih musim
hujan kondisi kadar air benih di lapangan tinggi sehingga benih rentan akan OPT
dan dapat mempengaruhi faktor internal benih yang dapat menyebabkan
menurunnya persentase daya berkecambah benih seperti banyak ditemukannya
benih dorman dan benih busuk. Benih mentimun hibrida yang dorman diduga
disebabkan karena fenomena after-ripening. Fenomena after-ripening merupakan
fenomena dormansi benih karena benih membutuhkan penyimpanan kering
(Kartika et al., 2013). Upaya perusahaan untuk meningkatkan daya berkecambah
benih mentimun hibrida yang mengalami dormasi benih karena fenomena after-
ripening yaitu dengan menyimpan benih tersebut pada ruang simpan dingin (cool
room storage) dengan keadaan kering dan menunggu benih-benih yang dorman
tersebut dengan melakukan pengujian ulang (Retest) berkala setiap 1 atau 2 bualn
sekali hingga didapatkan daya berkecambah benih tersebut memenuhi standar
perusahaan. Bila setelah beberapa kali pengujian daya berkecambah benih tidak
meningkat memenuhi standar perusahaan, maka benih tersebut tidak akan dijual
dan harus dimusnahkan.

120
Daya berkecambah (%)

94,2 97 95 95,6 94,4 97,4 95


100 90,4 88,6
82,2 78,8
74,4 70
80 64,4
57
60
40
20
0
HARMONI PLUS PESONA 20 MODEL 21 HERCULES HERCULES PLUS

Varietas
UjiUji
Daya Berkecambah
daya benih Raw
berkecambah Material
benih Raw (RM)
Material
(RM)
UjiUji
Daya Berkecambah
daya benih Work
berkecambah benihIn Work
ProcessIn
(WIP)
process
(WIP)
UjiUji
Daya Berkecambah benih Finish Good (FG)
daya berkecambah benih Finish Good (FG)

Gambar 6. Hasil uji daya berkecambah benih mentimun hibrida siap dikemas
Berdasarkan pada Gambar 6 bahwa mutu benih mentimun dilihat dari daya
berkecambah benih kategori benih siap jual atau benih FG memiliki daya
berkecambah benih mentimun semua varietas jauh lebih baik dari pada standar
perusahan. Berdasarkan Gambar 6 dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
pengendalian mutu benih yang ada diperusahaan mampu meningkatkan kualitas
mutu benih mentimun hibrida secara berkala melalui berbagai tahap pengolahan
benih dari lapangan hingga benih siap untuk dijual. Benih mentimun varietas
Hercules dan Hercules Plus mengalami sedikit penurunan daya berkecambah
dikarenakan benih tersebut merupakan benih stok yang dipasarkan ketika ada
permintaan dari pasar. Penurunan ini dapat dikarenakan kemunduran kronologis
yang bersifat genetis yang terjadi akibat perjalanan waktu. Proses kemunduran
32

benih tidak dapat dihentikankan namun dapat dikendalikan sehingga laju


kemundurannya berlangsung dengan lambat (Subantoro dan Prabowo, 2013).
Selain itu, dapat juga terjadi kemunduran secara fisiologi ditentukan oleh kondisi
lingkungan saat proses produksi hingga penyimpaan benih yang kurang sesuai
standar perusahaan (Ekowahyuni et al., 2013).

5.3.7. Penyimpanan dan Pengemasan Benih


Penyimpanan benih menjadi aspek penting dalam industri benih karena
kondisi simpan benih yang kurang tepat dapat menyebabkan penurunan viabilitas
benih. Tujuan benih disimpan dalam penyimpanan agar mempertahankan kualitas
benih dengan mempertahankan daya berkecambah benih tetap tinggi. Kondisi
ruang simpan hendaknya memiliki sirkulasi udara yang baik, RH dan suhu yang
rendah, cahaya yang cukup, dana tap tidak bocor (Hasanah dan Rusmin, 2006).
Gudang penyimpanan benih milik PT. BISI Internasional Tbk. sudah memenuhi
standar tersebut dengan kondisi ruangan dilapisi dengan bahan tembok, papan,
gabus, plastik, dan plywood berkapasitas maksimal 1.200 ton benih dengan
pengaturan suhu otomatis ± 15 oC menggunakan air conditioner (AC) sedangkan
pengaturan kelembaban sekitar 30-40 % menggunakan alat dehumidity sensor.
Tabel 7. Rata-rata kelembaban nisbi (RH) dan suhu gudang simpan dingin (Cool
Storage) di PT. BISI Internasional Tbk. dari bulan Januari – Mei 2017
Gudang 1 Gudang 2 Gudang 3
Rata-rata Rata-rata Rata-rata
Bulan
RH Suhu RH Suhu RH Suhu
o o
(%) ( C) (%) ( C) (%) (oC)
Januari 39,0 14,5 34,3 15,0 51,8 12,9
Februari 39,2 14,3 33,7 14,9 55,2 13,3
Maret 39,4 14,8 32,6 14,8 48,7 17,9
April 39,9 14,1 32,2 14,9 47,3 19,4
Mei 38,8 14,3 34,2 15,1 51,6 17,4
Berdasarkan Tabel 7 didapatkan bahwa rata-rata suhu kondisi ruang
penyimpanan sudah memenuhi standar perusaha untuk gudang 1 dan gudang 2.
Kondisi gudang 3 kurang baik karena rata-rata kelembaban di semua bulan di atas
toleransi tertinggi sebesar 40% dan suhu pada bulan Maret sampai Mei melebihi
toleransi tertinggi yaitu 15 oC. Menurut Copeland dan Donald (1985), faktor
eksternal yang mempengaruhi kemunduran mutu benih antara lain kemasan benih,
komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan. Masalah yang dihadapi dalam
penyimpanan benih seperti peningkatan suhu dan kelembaban ruang dapat
meningkatkan kadar air benih dan memicu aktivitas benih selama penyimpanan
sehingga benih dapat berkecambah sebelum benih ditanam. Selain itu, resiko
peningkatan kadar air ruang tinggi dapat menimbulkan resiko terserang cendawan.
Sifat benih yang higroskopis akan mengalami kemunduran tergantung dari
tingginya faktor-faktor kelembaban relatif udara dan suhu lingkungan penyimpanan
(Harrington, 1972). Kondisi ruang simpan pada gudang 3 kurang layak digunakan
untuk menyimpanan benih, seharusnya ada tindakan identifikasi dan perbaikan dari
perusahaan.
33

Pengemasan benih saat penyimpanan berbahan karung kain atau goni yang
dalamnya dilapisi inner plastik PP (Polypropylene). Penggunaan inner plastik PP
sebagai lapisan dalam karena bahan plastik ini memiliki sifat tembus cah aya,
fleksibel yang tidak mudak dihancurkan, dan kedap air serta tahan terhadap
serangan serangga sehingga baik digunakan sebagai inner untuk penyimpanan
benih. Penggunaan karung kain atau goni sebagai pelapis luar karena sifat karung
yang permeable dapat menahan kelembaban, suhu dan gas sehigga menghindarkan
benih dari panas yang berlebihan, tahan terhadap gesekan, kemudahan dalam hal
penanganan seperti mudah ditumpuk, tidak licin dan mudah dibersihkan, serta
harganya yang relatif terjangkau (Yuniarti dan Djaman, 2015).

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 7. Pengemasan benih mentimun hibrida (a) bagian dalam kemasan, (b)
pengepakan benih, (c) bagian depan kemasan, (d) bagian belakang
kemasan (lingkaraan merah menunjukkan informasi identitas benih dan
mutu benih).
Pengemasan benih merupakan suatu cara pengamanan benih setelah benih
mengalami proses pengolahan benih agar mutu benih baik sampai pada konsumen.
Pengemasan benih atau packing ini bertujuan untuk memudahkan penyimpanan
benih dengan kondisi yang memadahi, mempertahankan kualitas mutu benih, dan
memudahkan dalam transportasi benih selama pemasaran. Standar pengemasan
benih yaitu benih berkadar air antara 6 – 9 % tergatung komoditasnya, untuk benih
mentimun kadar air yang digunakan adalah 7 %. Bahan pengemas benih yang
digunakan sebaiknya mampu mencegah peningkatan kadar air selama penyimpanan
34

benih, maka perlu kemasan yang kedap air dan uap air (Tatipata et al., 2004). Bahan
pengemas yang digunakan di perusahaan adalah bahan terbuat dari kertas kraff yang
mengkilat dan bagian dalam dilapisi dengan logam alluminium foil sehingga dapat
melindungi benih dari perubahan temperatur dan RH luar (Gambar 7). Pemilihan
bahan kemas tersebut dikarenakan bahan kertas kraff yang dilapisi alluminium foil
bagian dalamnya dapat mempertahankan daya berkecambah benih sehingga
penurunan kualitas mutu benih dapat diperlambat. Selain baik untuk benih,
harganya lebih terjangkau. Alat kemas lain yang baik adalah kaleng. Kaleng
digunakan hanya untuk benih-benih ekspor yang memiliki nilai jual tinggi. Mutu
benih harus dicantumkan pada kemasan benih yang akan dijual seperti yang dapat
dilihat pada Gambar 8. Informasi mutu benih yang harus dicantumkan adalah kadar
air benih, daya berkecambah benih dan kemurnian genetik benih, serta dicantumkan
juga nomor seri benih, nomer lot benih, tanggal kadaluarsa benih dan jenis
treatment benih yang dilakukan. Hal tersebut merupakan bentuk tanggung jawab
perusahaan atas mutu produk benih yang dijualnya. Bila terjadi ketidaksesuaian
mutu benih dengan kondisi benih maka dapat dilakukan komplain pada perusahaan.
Pihak perusahaan akan melakukan identifikasi permasalahan terhadap benih yang
dijualnya tersebut. Identifikasi masalah yang dilakukan ditingkat laboratorium dan
pengamatan di lapangan. Bila terbukti benih yang dijual sudah menurun mutunya
dibawah standar perusahaan, maka perusahaan akan melakukan ganti rugi seharga
benih yang dibeli konsumen.
35

6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kegiatan magang memberikan pengetahuan dan pengalaman baik secara


teknis maupun manajerial dalam pengendalian mutu benih tanaman mentimun
hibrida. Manajemen pengendalian mutu benih tanaman mentimun hibrida di PT.
BISI Internasional Tbk. sudah berjalan sangat baik karena telah menetapkan standar
perusahaan di atas Standar Nasional Indonesia (SNI) mulai dari tahap sertifikasi
lahan sampai benih siap dikemas dan dipasarkan. Musim panen benih mentimun
hibrida untuk lima varietas yang diamati tidak berpengaruh terhadap mutu benih
mentimun hibrida yang diproduksi perusahaan karena benih-benih tersebut telah
diolah dan mendapatkan perlakuan benih khusus di unit pengolahan benih milik
pabrik sehingga mutu benih yang unggul dapat diproduksi dengan baik. Kondisi
ruang simpan benih sudah baik dengan pengaturan suhu secara otomatis sekitar ±
15 oC dan RH 30-40 % dapat mempertahankan mutu unggul benih mentimun
hibrida sampai benih siap dijual. Bahan pengemasan benih yang digunakan yaitu
alluminium foil yang dilapisi kertas kraff dengan mencantumkan identitas dan mutu
benih pada bagian belakang kemasan sebagai bentuk tanggungjawab perusahaan
atas benih yang dipasarkan.

6.2. Saran

Koordinasi antar semua departemen yang ada di perusahaan harus


ditingkatkan sehingga jika terjadi suatu masalah menyangkut mutu benih dapat
dicari solusi untuk pemecahan masalah yang sesuai tanpa merugikan semua pihak.
36

DAFTAR PUSTAKA

Anwar A., Sudarsono, dan Ilyas S. 2005. Perbenihan sayuran di Indonesia: kondisi
terkini dan prospek bisnis benih sayuran. Bul. Agron. 33(1): 38-47.
[BPSBTPH] Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura. 2009. Pedoman Sertifikasi Benih Tanaman Padi. Unit
Pelaksana Teknis Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura Kalimantan Selatan, Banjarbaru.
Chin H.F., Enoch I.C. dan Harun R.M.R. 1997. Seed technology in the tropics.
Faculty of Agriculture Universiti Pertanian Malaysia, Kuala Lumpur.
Copeland L.O. dan Donald M.B.M. 1985. Principles of Seed Science and
Technology. Burgess Publishing Company, New York
Deming W.E. 1982. Out of the crisis: quality, productivity and competitive
position. Cambridge University Press, Cambridge.
[Dirjen Horti] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2011. Rancana strategis direktorat
jenderal hortikultura tahun 2010-2014. Direktorat Jenderal Hortikultura,
Jakarta.
Direktorat Perbenihan Hortikultura. 2012. Pedoman teknis pengawasan peredaran
benih hortikultura. Direktorat Jendral Hortikultura, Jakarta.
Direktorat Perbenihan Hortikultura. 2013. Pedoman teknis kegiatan
pengembangan sistem perbenihan hortikultura 2014. Direktorat Jendral
Hortikultura, Jakarta.
[Dirjenbun] Direktorat Jendral perkebunan. 2013. Kelas-kelas benih.
http://ditjenbun.pertanian.go.id/tahhun/berita-185-kelaskelas-benih.html.
[19 Januari 2017].
Ekowahyuni L.P., Sutjahjo S.H., Sujiprihati S., Suhartanto M.R., dan Syukur M.
2013. E-Journal WIDYA Kesehatan Dan Lingkungan. 1(1): 24-30.
Harrington J.F. 1972. Seed Storage and Longevity in: Seed Biology vol III. ed. by
TT. Kozlowski. Academic Press, New York.
Hasanah M. dan Rusmin D. 2006. Teknologi pengelolaan benih beberapa tanaman
obat di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. 25(2):68-73.
Ilyas S. dan Widajati E. 2015. Teknik dan prosedur pengujian mutu benih tanaman
pangan. IPB Press, Bogor.
Indrajit, Richardus Eko dan Ajar Permono. 2005. Manajemen Manufaktur:
Tinjauan Praktis Membangun & Mengelola Industri. Pustaka Fahima,
Yogyakarta.
[ISTA] International Seed Test Association. 2014. International Rules for Seed
Testing. International Seed Test Association, Basserdorf.
Kartasapoetra A.G. 1992. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntutan
Praktikum. Bina Aksara, Jakarta
Kartika T., Murniati E., Palupi E.R., Suhartanto M.R., Qadir A., dan Widajati E.
2013. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. IPB Press, Bogor.
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2017. Produktivitas Sayuran Indonesia 2012-
2016 [internet]. http://www.pertanian.go.id/Data5tahun/HortiASEM2016
(pdf)/4Produktivitas%20%20Nasional%20Sayuran.pdf [6 Juli 2017].
37

Lesilolo M.K., Riry J., dan Matatula E.A. 2013. Pengujian viabilitas dan vigor
benih beberapa jenis tanaman yang beredar di pasaran kota Ambon.
Agrologia 2(1):1-9.
Mugnisjah W.Q., Setiawan A., Suwarto C.S., 1994. Panduan Praktikum dan
Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Mugnisjah W.Q. dan Setiawan A. 2004. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta.
Muhandari T. dan Kadarisman D. 2006. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. IPB
Press, Bogor.
Ningsih M.K., Biantary M.P., dan Jumani. 2015. Uji mutu fisik dan fisiologis benih
pohon penghasil gaharu (Aquilaria microcarpa Baill.) berdasarkan fenotipe
pohon induk di KHDTK Samboja, Kabupaten kutai Kartanegara. Jurnal
AGRIFOR. 24(2):221-138.
Prihantoro C.R. 2012. Konsep Pengendalian Mutu. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Rukmana R. 1994. Budidaya Mentimun. Kanisius, Yogyakarta.
Sadjad S., Muniarti E., dan Ilyas S. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih
Komparatif ke Simulatif. PT. Grasindo, Jakarta.
Samadi B. 2002. Teknik Budidaya Mentimun Hibrida. Kanisius, Yogyakarta.
Sodikin D.M. 2015. Kajian persepsi dan produksi penggunaan benih bersertifikat
dan non sertifikat pada usahatani padi (Studi kasus di Desa Sidomukti
Kecamatan Mayang, Kabupaten Jember). Skripsi. Universitas Jember.
Jember.
Subantoro R. dan Prabowo R. 2013. Pengaruh berbagai metode pengujian vigor
terhadap pertumbuhan benih kedelai. Mediagro. 9(1):48-60.
Sutapradja H. 2008. Pengaruh jarak taman dan ukuran umbi bibit terhadap
pertumbuhan dan hasil kentang varietas Granola untuk bibit. J. Hort.
18(2):155-159.
Sutopo L. 2004. Teknologi Benih. C.V Rajawali, Jakarta.
Tafajani D.S. 2011. Panduan Komplit Bertanam Sayuran dan Buah-Buahan.
Cahaya Atma, Yogyakarta.
Tatipata A., Yudono P., Purwantoro a., dan Mangoendidjojo W. 2004. Kajian aspek
fisiologi dan biokimia deteriorasi benih kedelai dalam penyimpanan. Ilmu
Pertanian. 11(2):76-87
Terry G.R. dan Rue L.W. 2013. Dasar-dasar Manajemen. Diterjemahkan oleh: G.A.
Ticoalu. Bumi Aksara, Jakarta.
Wijoyo P.M. 2012. Budi Daya Mentimun yang Lebih Menguntungkan. Pustaka
Agro Indonesia, Jakarta.
Yuniarti N. dan Djaman D.F. 2015. Teknik pengemasan yang tepat untuk
mempertahankan viabilitas benih bakau (Rhizophora apiculata) selama
penyimpanan. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Masyarakat
Biodiversitas Indonesia [Internet]. 2015 September 6; Bogor, Indonesia.
Bogor (ID): Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. hlm
1438-1441; [diunduh 2017 Agustus 6] Tersedia pada:
http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/M/M0106/M010630.pdf
38
39

LAMPIRAN
38
39

Lampiran 1. Peta letak pabrik PT. BISI Internasional Tbk.

Sumber : www.googlemap.com
40

Lampiran 2. Diskripsi varietas benih mentimun hibrida sebagai bahan pengamatan


 F1 Harmony Plus
Pertumbuhan tanaman kuat
dan seragam, toleran penyakit
kresek (downy mildew).
Tanaman tetap menghassilkan
buah yang besar dan lurus
(tanpa leher) meskipun
pengairan kurang sempurna.
Buah berwarna hijau tua,
seragam, dan tidak pahit.
Panjang buah ± 23 cm,
diameter ± 4,5 cm dengan berat
± 270 g/buah. Umur panen ± 32 hari setelah pindah tanam dengan potensi
hasil ± 4 kg/tanaman. Kebutuhan benih 750 - 800 g/ha dengan jarak tanam
70 x 40 cm.

 F1 Pesona 20
Pertumbuhan tanaman kuat
dan seragam, medium resistant
terhadap penyakit kresek
(downy mildew) dan layu.
Buah silindris dan lurus (tanpa
leher) berwarna hijau. Panjang
buah ± 21 cm, diameter ± 4,8
cm dan rasanya tidak pahit.
Umur panen ± 36 hari setelah
pindah tanam dengan potensi
hasil ± 3 kg/tanaman.
Kebutuhan benih 750 - 800 g/ha dengan jarak tanam 60 x 50 cm.

 F1 Model 21
Pertumbuhan tanaman cukup
kuat. Tahan terhadap Gemini
virus dan penyakit kresek
(downy mildew). Buah silindris,
berwarna hijau terang,
seragam, dan tidak pahit.
Panjang buah ± 13 cm,
diameter ± 4 cm dengan berat ±
160 g/buah . Umur panen ± 30
hari setelah pindah tanam
dengan potensi hasil ± 3,5
kg/tanaman. Kebutuhan benih 700 - 800 g/ha.
41

Lampiran 2. Diskripsi varietas benih mentimun hibrida sebagai bahan


pengamatan (Lanjutan)

 F1 Hercules
Pertumbuhan kuat dan
bercabang banyak. Toleran
terhadap penyakit kresek
(downy mildew). Buah berwarna
hijau dan seragam. Panjang ±
18,6 cm, diameter ± 4,3. Umur
panen ± 35 hari setelah pindah
tanam dengan potensi hasil ± 4
kg/tanaman. Kebutuhan benih ±
750-800 g/ha dengan jarak
tanam 60 x 50 cm.
 F1 Hercules Plus
Pertumbuhannya kuat dan
seragam, di setiap ruas muncul
calon buah. Tahan Gemini virus.
Bentuk buah silindris dan lurus,
panjang ± 21 cm, diameter ± 4,5
cm berwarna hijau keputihandan
rasanya tidak pahit. Umur panen
± 33 hari setelah pindah tanam
dengan potensi hasil ± 3
kg/tanaman. Kebutuhan benih
±750-800 g/ha dengan jarak
tanam 60 x 50 cm.

Sumber: PT. BISI Internasional Tbk.


Lampiran 3. Struktur Organisasi Horticulture Crop Quality Control Departemen (HCQC) PT. BISI Internasion al Tbk.
42
43

Lampiran 4. Aturan penentu masa berlaku label benih sayuran bentuk biji kelas
benih sebar dan hibrida
Masa berlaku dari tanggal selesai
Kadar air pengujian
No Komoditas
(%) Alluminium foil/
Kemasan Plastik
Kaleng
1 Bayam 9,0 9 bulan 6 bulan
2 Buncis 11,0 12 bulan 9 bulan
3 Cabai 7,0 12 bulan 9 bulan
4 Jagung manis 12,0 6 bulan 4 bulan
6 Kacang panjang 11,0 12 bulan 9 bulan
7 Labu/Waluh 10,0 12 bulan 9 bulan
8 Mentimun 8,0 12 bulan 9 bulan
9 Oyong/Gambas 8,0 12 bulan 9 bulan
10 Paria 8,0 12 bulan 9 bulan
11 Sawi/Caisin 8,0 9 bulan 6 bulan
12 Selada 8,0 9 bulan 6 bulan
13 Terong 9,0 12 bulan 9 bulan
14 Tomat 8,0 12 bulan 9 bulan
15 Wortel 8,0 12 bulan 9 bulan
Sumber: Direktorat Perbenihan Hortikultura (2013)
Keterangan:
Setiap penurunan kadar air minimum 1% dari ketentuan di atas maka masa
kadaluarsa dapat ditambah maksimum 1,5 kali lipat dari ketentuan di atas, kecuali
untuk benih pepaya dan jagung manis.
44

Lampiran 5. Skema pengambilan contoh benih

CONTOH CONTOH CONTOH


PRIMER PRIMER PRIMER

CONTOH
KOMPOSIT
(A)

½A ½A
(B1) (B2=Contoh
duplikat)

½ B1 ½ B1
(C1) (C2)

½ C1 ½ C1
(D1) (D2)

...... ......

Keterangan: Contoh kirim dihitung dari B1+C1+D1+......= x (berat yang sesuai


dengan aturan ISTA Rules)
45

Lampiran 6. Ketentuan pengambilan jumlah contoh benih


1. Benih yang dikemas dalam kemasan berukuran 15 kg – 100 kg
Jumlah karung Jumlah contoh primer minimum
1–4 3 contoh primer dari tiap karung
5–8 2 contoh primer dari tiap karung
9 – 15 1 contoh primer dari tiap karung
16 – 30 15 contoh primer
31 – 59 20 contoh primer
Diatas 60 30 contoh primer

2. Benih dengan wadah berukuran besar, berkapasitas lebih dari 100 kg


Volume benih Jumlah contoh primer minimum
Paling sedikit 5 sample primer
101 – 500 kg
1 contoh primer setiap 300 kg
Minimal 5 contoh primer
501 – 3.000 kg
1 contoh primer setiap 500 kg
Minimal 10 contoh primer
3.001 – 20.000 kg
1 contoh primer tiap 700 kg
Diatas 20.001 kg Minimal 40 contoh primer

3. Benih yang dikemas dalam kemasan berukuran kurang dari 15 kg


Benih ini mengikuti aturan dengan menggabungkan wadah/kemasan
sehingga didapatkan berat minimal 15 kg dan maksimal 100 kg. Jumlah
contoh primer minimum yang diambil mengikuti ketentuan pada poin 1.

Sumber: Internasional Rules for Seed Testing (ISTA), 2014


46

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1995 di Kab. Semarang,


Jawa Tengah. Penulis merupakan anak pertama dan satu-
satunya dari pasangan Irsam dan Dwi Susilowati. Pendidikan
sekolah dasar penulis diselesaikan pada tahun 2007 di SD
Negeri Banjarejo, Madiun. Sekolah Menengah Pertama di
SMPN 2 Madiun, lulus pada tahun 2010. Pendidikan Sekolah
Menengah Atas dilalui di SMA Negeri 2 Madiun dan lulus pada
tahun 2013. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan dan diterima di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor sebagai
generasi emas angkatan 50. Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis juga
mengikuti kegiatan kampus lainnya, seperti Himpunan Mahasiswa Agronomi
(2015 – 2016) dan Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Madiun (2014 – 2015).
Penulis juga aktif dalam beberpa kegiatan kepanitian yang diselenggarakan di
lingkungan Kampus IPB, seperti Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) (2013-2016).
Penulis pernah mendapatkan juara 3 dalam Kejurda Judo Junior se-Jawa Timur
PIALA KONI KOTA SURABAYA tahun 2010. Selain itu, penulis juga pernah
menjadi pendampingan kegiatan Upaya Khusus Padi, Jagung, dan Kedelai (UPSUS
PAJALE) yang pada tahun 2016 di Kawarang, Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai