Anda di halaman 1dari 83

PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq)

PADA FASE PRE NURSERY DENGAN PEMBERIAN


KONSENTRASI BIOURINE SAPI DAN DOSIS PUPUK NPK

DICKY IRAWAN
170310089

SKRIPSI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2021
PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq)
PADA FASE PRE NURSERY DENGAN PEMBERIAN
KONSENTRASI BIOURINE SAPI DAN DOSIS PUPUK NPK

DICKY IRAWAN
170310089

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian pada Program Studi Agroekoteknologi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2021
LEMBAR

Judul Skripsi : Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq)


pada Fase Pre Nursery dengan Pemberian Konsentrasi
Biourine Sapi dan Dosis Pupuk NPK
Nama Mahasiswa : Dicky irawan
NIM : 170310089
Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui,
Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Ir. Jamidi, M.P Muhammad Rafli, S.P., M.P


NIDN : 0011116609 NIDN : 0028086114

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi


Agroekoteknologi

Dr. Ir. Mawardati, M.Si Faisal, S.P., M.Si


NIDN: 0023086603 NIDN: 0023076703

Tanggal Lulus : 19 Agustus 2021


LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq)


pada Fase Pre Nursery dengan Pemberian Konsentrasi
Biourine Sapi dan Dosis Pupuk NPK
Nama Mahasiswa : Dicky irawan
NIM : 170310089
Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui,
Komisi Penguji

Ketua Anggota

Dr. Ir. Jamidi, M.P Muhammad Rafli, S.P., M.P


NIDN : 0011116609 NIDN : 0028086114

Anggota Anggota

Usnawiyah, S.P., M.P Faisal, S.P., M.Si


NIDN: 0012117206 NIDN: 0023076703

Tanggal Lulus : 19 Agustus 2021


PERNYATAAN DAN PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq) pada Fase Pre Nursery dengan Pemberian
Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis Pupuk NPK” adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada institusi manapun. Sumber informasi yang dikutip dari sumber yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebut dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Universitas
Malikussaleh.

Aceh Utara, 19 Agustus 2021

Dicky Irawan
170310080
ABSTRAC

This research was conducted in East Reuleut Village, Muara Batu District, North
Aceh Regency and the Laboratory of the Faculty of Agriculture, Malikussaleh
University from April to June 2021. Using a two-factor Randomized Block
Design (RAK). The first factor is the concentration of bovine biourine consisting
of 4 levels, namely control (U0), 50 cc/L (U1), 75 cc/L (U2), and 100 cc/L (U3).
The second factor is the dose of NPK fertilizer consisting of 3 levels, namely
control (N0), 2 g/polybag (N1), and 3 g/polybag (N2), each treatment was repeated
3 times. The variables observed included plant height, number of leaves, stem
diameter, chlorophyll content, plant fresh weight, plant dry weight, root length,
root fresh weight, and root dry weight. The results of this study indicated that
there was an interaction between the concentration of bovine biourine and the
dose of NPK fertilizer that could increase the growth of plant height 9 WAP,
number of leaves 11 WAP, and root length of oil palm seedlings. The
administration of a single concentration of bovine biourine increased the growth
of plant height 9 and 11 WAP, stem diameter at 7, 9, and 11 WAP, number of
leaves 11 WAP, leaf chlorophyll 7, 9, and 11 WAP, plant fresh weight, plant dry
weight, and root length of oil palm seedlings. A single dose of NPK fertilizer
increased plant height growth of 7, 9, and 11 WAP, number of leaves 11 WAP,
leaf chlorophyll 9 and 11 WAP, fresh root weight and root dry weight of oil palm
seedlings. Concentration of cow biourine 100 cc/liter and dose of NPK fertilizer 2
grams/polybag is the best treatment as seen from the average growth of oil palm
seedlings. Furthermore, the interaction between the concentration of cow biourine
100 cc/liter + dose of NPK fertilizer 2 grams/polybag is the best treatment
combination.

Keywords: oil palm, cow biourin fertilizer, NPK fertilizer.


RINGKASA

DICKY IRAWAN, Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq)


pada Fase Pre Nursery dengan Pemberian Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis
Pupuk NPK, dibimbing oleh JAMIDI dan MUHAMMAD RAFLI.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Reuleut Timur, Kecamatan Muara Batu,


Kabupaten Aceh Utara dan Laboraturium Fakultas Pertanian Universitas
Malikussaleh pada bulan April sampai Juni 2021. Menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dua faktor. Faktor pertama yaitu konsentrasi biourine sapi
terdiri dari 4 taraf yaitu kontrol (U 0), 50 cc/L (U1), 75 cc/L (U2), dan 100 cc/L
(U3). Faktor kedua yaitu dosis pupuk NPK terdiri dari 3 taraf yaitu kontrol (N 0), 2
g/polibag (N1), dan 3 g/polybag (N2), setiap perlakuan diulang 3 kali. Peubah
yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, kandungan
klorofil, berat segar tanaman, berat kering tanaman, panjang akar, berat segar
akar, dan berat kering akar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya
interaksi dari pemberian konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk NPK yang
dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman 9 MST, jumah daun 11 MST,
dan panjang akar bibit kelapa sawit. Pemberian konsentrasi biourine sapi secara
tunggal dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman 9 dan 11 MST,
diameter batang umur 7, 9, dan 11 MST, jumlah daun 11 MST, klorofil daun 7, 9 ,
dan 11 MST, berat segar tanaman, berat kering tanaman, dan panjang akar bibit
kelapa sawit. Pemberian dosis pupuk NPK secara tunggal dapat meningkatkan
pertumbuhan tinggi tanaman 7, 9, dan 11 MST, jumlah daun 11 MST, klorofil
daun 9 dan 11 MST, berat segar akar dan berat kering akar bibit kelapa sawit.
Konsentrasi biourine sapi 100 cc/liter dan dosis pupuk NPK 2 gram/polibag
merupakan perlakuan terbaik yang dilihat dari rata-rata pertumbuhan bibit kelapa
sawit. Selanjutnya interaksi antara konsentrasi biourine sapi 100 cc/liter + dosis
pupuk NPK 2 gram/polibag merupakan kombinasi perlakuan terbaik.

Kata kunci : kelapa sawit, pupuk biourine sapi, pupuk NPK.


KATA

Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala,


atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq) pada
Fase Pre Nursery dengan Pemberian Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis Pupuk
NPK”. Selanjutnya, salawat dan salam penulis sanjungkan kepada Rasulullah
Sallallahu’alaihi Wa Sallam beserta keluarga dan para sahabat Beliau. Karena
Beliaulah, kita menjadi manusia yang berakal, berilmu, berakhlak mulia dan
berkepribadian yang baik.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Jamidi, M.P selaku
dosen pembimbing I dan Bapak Muhammad Rafli, S.P., M.P selaku dosen
pembimbing II skripsi, serta Ibu Usnawiyah, S.P., M.P selaku dosen penguji I dan
Bapak Faisal, S.P., M.Si selaku dosen penguji II skripsi. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada para dosen staf pengajar yang telah memberi ilmu dan
pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.
Tidak lupa pula, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Ibunda dan Ayahanda, beserta keluarga atas segala doa, motivasi, dukungan dan
kasih sayangnya. Sahabat-sahabat dalam satu penelitian khususnya Agung
Syafani, Widiyansyah, Jaka Syahputra, Chandra Ardiansyah Sinaga, Zikra Hayati
dan seluruh mahasiswa agroekoteknologi angkatan 2017 yang senantiasa
membantu, serta memberikan saran dan masukkan kepada penulis.
Demikianlah skripsi ini penulis susun dengan sebaik-baiknya. Semoga dapat
bermanfaat bagi penulis dan terlebih khususnya untuk para pembaca dalam
memahaminya. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat menambah wawasan para
pembaca.

Aceh Utara, 19 Agustus 2021

Dicky Irawan
Nim: 170310089

i
DAFTAR

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................v
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah....................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian......................................................................................4
1.5. Hipotesa Penelitian.....................................................................................4

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Kelapa Sawit...................................................................5
2.2. Morfologi Tanaman Sawit..........................................................................5
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa sawit......................................................7
2.4. Pembibitan Awal Pre Nursery....................................................................9
2.5. Pemupukan Kelapa Sawit Pre Nursery.......................................................9
2.6. Biourine Sapi..............................................................................................10
2.7. Pupuk NPK.................................................................................................12

3. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu.....................................................................................13
3.2. Bahan dan Alat...........................................................................................13
3.3. Metode Penelitian.......................................................................................13
3.4. Pelaksanaan Penelitian...............................................................................15
3.4.1. Persiapan Lahan Penelitian..............................................................15
3.4.2. Pembuatan Naungan.........................................................................15
3.4.3. Penyiapan Media Tanam..................................................................15
3.4.4. Penyusunan Polibag.........................................................................15
3.4.5. Persiapan Kecambah........................................................................15
3.4.6. Penanaman Kecambah.....................................................................16
3.4.7. Aplikasi Biourine Sapi.....................................................................16
3.4.8. Aplikasi Pupuk NPK Mutiara..........................................................16
3.4.9. Pemeliharaan....................................................................................17
3.5. Pengamatan................................................................................................17
3.5.1. Tinggi Tanaman (cm).......................................................................17
3.5.2. Diameter Batang (mm).....................................................................18
3.5.3. Jumlah Daun (helai).........................................................................18
3.5.4. Klorofil Daun (cci)...........................................................................18
ii
3.5.5. Berat Segar Tanaman (g).................................................................18
DAFTAR
3.5.6. Berat Kering Tanaman (g)...............................................................18
3.5.7. Panjang Akar (cm)...........................................................................19
3.5.8. Berat Segar Akar (mg).....................................................................19
3.5.9. Berat Kering Akar (mg)...................................................................19

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Tinggi Tanaman (cm).................................................................................21
4.2. Diameter Batang (mm)...............................................................................24
4.3. Jumlah Daun (helai)...................................................................................26
4.4. Klorofil Daun (cci).....................................................................................28
4.5. Berat Segar Tanaman (g)............................................................................30
4.6. Berat Kering Tanaman (g)..........................................................................32
4.7. Panjang Akar (cm).....................................................................................33
4.8. Berat Segar Akar (mg)...............................................................................36
4.9. Berat Kering Akar (mg).............................................................................38

5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan.................................................................................................41
5.2. Saran...........................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................42
LAMPIRAN..........................................................................................................47
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................69

iii
DAFTAR

1. Beberapa Sifat Kandungan Urine Sapi Sebelum dan Sesudah


Fermentasi Menjadi Biourine.........................................................................10
2. Susunan Kombinasi Perlakuan Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis
Pupuk NPK.....................................................................................................14
3. Rekapitulasi Analisis Ragam Tinggi Tanaman, Diameter Batang,
Jumlah Daun, Klorofil Daun, Berat Segar Tanaman, Berat Kering
Tanaman, Panjang Akar, Berat Segar Akar, dan Berat Kering Akar.............20

4. Interaksi Perlakuan Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis Pupuk


NPK pada Peubah Tinggi Tanaman Umur 9 MST.........................................21
5. Rata-Rata Tinggi Tanaman Akibat Penggunaan Konsentrasi
Biourine Sapi dan Dosis Pupuk NPK.............................................................22
6. Rata-Rata Diameter Batang Akibat Penggunaan Konsentrasi
Biourine Sapi dan Dosis Pupuk NPK.............................................................24
7. Interaksi Perlakuan Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis Pupuk
NPK pada Peubah Jumlah Daun Umur 11 MST............................................26
8. Rata-Rata Jumlah Daun Akibat Penggunaan Konsentrasi Biourine
Sapi dan Dosis Pupuk NPK............................................................................27
9. Rata-Rata Klorofil Daun Akibat Perlakuan Konsentrasi Biourine
Sapi dan Dosis Pupuk NPK............................................................................29

10. Rata-Rata Berat Segar Tanaman Umur 11 MST Akibat Perlakuan


Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis Pupuk NPK.........................................30

11. Rata-Rata Berat Kering Tanaman Umur 11 MST Akibat Perlakuan


Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis Pupuk NPK.........................................32

12. Interaksi Perlakuan Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis Pupuk


NPK pada Peubah Panjang Akar Umur 11 MST...........................................34
13. Rata-Rata Panjang Akar Umur 11 MST Akibat Perlakuan
Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis Pupuk NPK.........................................35
14. Rata-Rata Berat Segar Akar Umur 11 MST Akibat Perlakuan
Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis Pupuk NPK.........................................36

15. Rata-Rata Berat Kering Akar Umur 11 MST Akibat Perlakuan


Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis Pupuk NPK.........................................38

iv
DAFTAR

1. Bagan Areal Percobaan Penelitian di Lapangan Menurut RAK.....................48

2. Deskripsi Tanaman Sawit D x P Simalungun.................................................49

3. Perhitungan dalam Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis Pupuk NPK..........50

4. Bagan Tahapan Fermentasi Urine Sapi Menjadi Biourine Sapi.....................52

5. Analisis Ragam Tinggi Tanaman 5 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit....................................................................53

6. Analisis Ragam Tinggi Tanaman 7 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit....................................................................53

7. Analisis Ragam Tinggi Tanaman 9 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit....................................................................53

8. Analisis Ragam Tinggi Tanaman 11 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit....................................................................54

9. Analisis Ragam Diameter Batang 5 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit....................................................................54

10. Analisis Ragam Diameter Batang 7 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit....................................................................54

11. Analisis Ragam Diameter Batang 9 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit....................................................................55

12. Analisis Ragam Diameter Batang 11 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit....................................................................55

13. Analisis Ragam Jumlah Daun 5 MST Akibat Pemberian Konsentrasi


Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit...................................................................................................55

v
14. Analisis Ragam Jumlah Daun 7 MST Akibat Pemberian Konsentrasi
Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit...................................................................................................56

15. Analisis Ragam Jumlah Daun 9 MST Akibat Pemberian Konsentrasi


Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit...................................................................................................56

16. Analisis Ragam Jumlah Daun 11 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit....................................................................56

17. Analisis Ragam Klorofil Daun 5 MST Akibat Pemberian Konsentrasi


Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit...................................................................................................57

18. Analisis Ragam Klorofil Daun 7 MST Akibat Pemberian Konsentrasi


Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit...................................................................................................57

19. Analisis Ragam Klorofil Daun 9 MST Akibat Pemberian Konsentrasi


Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit...................................................................................................57

20. Analisis Ragam Klorofil Daun 11 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit....................................................................58

21. Analisis Ragam Berat Segar Tanaman 11 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit....................................................................58

22. Analisis Ragam Berat Kering Tanaman 11 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit....................................................................58

23. Analisis Ragam Panjang Akar 11 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit....................................................................59

24. Analisis Ragam Berat Segar Akar 11 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit....................................................................59

vi
25. Analisis Ragam Berat Kering Akar 11 MST Akibat Pemberian
Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit....................................................................59

26. Dokumentasi Kegiatan Penelitian...................................................................60

vii
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan salah satu komoditas
tanaman perkebunan andalan Indonesia, karena mampu menjadi penyumbang
devisa terbesar untuk negara. Produksi CPO kelapa sawit di Indonesia tahun 2020
diproyeksikan mencapai 49,12 juta ton dan akan terjadi peningkatan sebesar
52,30 juta ton pada tahun 2021 (BPDPKS, 2021).
Peningkatan produksi kelapa sawit di Indonesia dipengaruhi oleh
pertambahan luas lahan yang terus meningkat setiap tahunnya. Menurut
Direktorat Jenderal Perkebunan (2021) bahwa peningkatan luas areal perkebunan
kelapa sawit di Indonesia selama tahun 2017-2021 sebesar 7,35%. Tahun 2017
luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 14,05 juta ha, kemudian meningkat
pada tahun 2021 menjadi 15,08 juta ha. Semakin bertambahnya luas areal
perkebunan kelapa sawit serta dilakukannya peremejaan (replanting) pada
tanaman yang sudah tidak berproduksi, maka dibutuhkan bibit yang berkualitas
dalam jumlah yang banyak, untuk mendapatkan produksi yang tinggi perlu adanya
penanganan yang sesuai pada saat pembibitan tanaman kelapa sawit.
Pembibitan kelapa sawit merupakan tahapan awal dalam teknik budidaya
tanaman kelapa sawit yang akan mempengaruhi hasil akhir nantinya. Bibit kelapa
sawit dengan penampilan yang prima merupakan syarat dalam budidaya tanaman
kelapa sawit. Kualitas bibit kelapa sawit dipengaruhi oleh faktor genetik, media
tanam dan kebutuhan unsur hara yang tercukupi. Kecukupan unsur hara yang
diberikan melalui pemupukkan sesuai dengan kebutuhan tanaman, akan
menghasilkan bibit kelapa sawit yang baik (Waruwu, 2018)
Bibit kelapa sawit pada dasarnya memerlukan unsur hara dan hormon
sebagai zat pengatur tumbuh untuk menunjang pertumbuhan, adapun upaya dalam
pemenuhan kebutuhan tersebut dapat diberikan melalui pemupukan. Menurut
Sudradjat et al. (2014) menyatakan bahwa pemupukan dilakukan guna memenuhi
kebutuhan unsur hara dan nutrisi bibit kelapa sawit. Kebutuhan unsur hara pada
bibit kelapa sawit sama dengan tanaman lain yakni memerlukan unsur hara makro
ataupun mikro. Unsur Hara N, P, dan K merupakan unsur hara utama yang
diperlukan dalam upaya meningkatkan kualitas dari bibit kelapa sawit.

1
2

Penambahan unsur hara dapat diberikan melalui pupuk anorganik yang dapat
meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit dengan cepat, sehingga bibit yang
dihasilkan berkualitas baik (PPKS, 2010).
Permasalahan yang sering dihadapi pada pembibitan kelapa sawit saat ini
ialah mahalnya pupuk anorganik, sehingga salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan memanfaatkan limbah
peternakan seperti urin sapi yang difermentasi menjadi biourine. Biourine berguna
untuk meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit dan sebagai alternatif
pengganti dalam meningkatnya harga pupuk anorganik.
Pemupukan pada bibit kelapa sawit dengan pupuk padat memerlukan waktu
untuk dapat diserap oleh tanaman disebabkan membutuhkan proses perombakan
pupuk, maka dari itu pemupukan dengan pupuk cair dapat mempermudah proses
penyerapan unsur hara oleh tanaman disebabkan tidak membutuhkan proses
perombakan pupuk. Pupuk cair dapat dibuat dari limbah ternak sebagai pupuk
organik yang mengandung unsur hara tinggi seperti urine sapi yang kandungan
haranya cukup banyak. Pupuk cair yang berasal dari urine sapi disebut
dengan biourine. Biourine sapi merupakan limbah dari kotoran sapi dalam bentuk
urine yang diambil dari beberapa peternakan sapi, kemudian urine sapi dilakukan
fermentasi untuk digunakan sebagai pupuk tanaman yang ramah lingkungan.
Pupuk biourine sapi memiliki jumlah kandungan unsur hara nitrogen, fosfor,
kalium dan air lebih banyak dibandingkan dengan kotoran sapi padat,
penggunaannya lebih hemat, serta aplikasinya lebih mudah, karena dapat
diberikan dengan penyemprotan atau penyiraman (Sutari, 2010).
Biourine sapi merupakan salah satu alternatif sebagai pupuk organik yang
melalui proses fermentasi untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi
tanaman yang mengandung mikroorganisme, sehingga dapat mengurangi
penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan (Sutari, 2010). Berdasarkan hasil
analisis laboratorium terhadap sifat urine sapi, terdapat perbedaan antara sebelum
dan sesudah fermentasi menjadi pupuk biourine, sebelum fermentasi pHnya
berkisar (7,2), N (1,1%), P (0,5%), K (1,5%), Ca (1,1%), berwarna kuning, serta
bau menyengat. Setelah dilakukannya fermentasi pH beserta unsur hara naik
menjadi (8,7), N (2,7%), P (2,4%) K (3,8%), Ca (5,8%), berwarna hitam dan bau
berkurang (Sutedjo, 2010).
3

Menurut Aryadika (2015) menyatakan bahwa urine sapi juga bisa digunakan
sebagai zat perangsang tumbuh alami ketika sudah difermentasi menjadi biourine.
Biourine sapi mengandung hormon dari golongan (Indole Acetic Acid), Giberelin,
Auksin, dan Sitokinin. Selain mengandung zat perangsang tumbuh, biourine juga
mengandung senyawa lain seperti nitrogen dalam bentuk amoniak. Kadar auksin
yang terkandung dalam pupuk biourine sapi sangat beragam, mulai dari 161,64
sampai 782,78 ppm, sedangkan asam giberelin dari 0 sampai 937,88 ppm.
Menurut hasil penelitian Roikan et al. (2020) menunjukkan bahwa pemberian
pupuk cair urine sapi 75 cc/liter air memberikan nilai tertinggi pada pertumbuhan
bibit kelapa sawit dan memberi nutrisi cukup bagi bibit tanaman kelapa sawit di
pre nursery pada tanah Ultisol.
Penggunaan pupuk biourine sapi juga perlu diimbangi dengan pemakaian
pupuk anorganik, agar unsur hara seperti unsur N, P, dan K lebih tersedia bagi
tanaman. Pupuk anorganik yang dapat digunakan yaitu pupuk majemuk NPK
Mutiara yang mengandung unsur hara N (16%), P (16%), K (16%) yang mudah
dan cepat tersedia, serta dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Pupuk NPK
Mutiara merupakan pupuk majemuk yang sangat baik untuk pertumbuhan
tanaman, produksi tanaman, dan meningkatkan panen, serta memberikan
keseimbangan unsur nitrogen, fosfor, dan kalium (Sitepu, 2018).
Fungsi nitrogen bagi tanaman adalah untuk pertumbuhan vegetatif tanaman.
Fungsi fosfor adalah merangsang pertumbuhan awal bibit, sedangkan fungsi
kalium adalah meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit,
pembentukan pati dan protein. Kelebihan lain pupuk NPK majemuk yaitu dengan
satu kali pemberian pupuk dapat mencakup beberapa unsur, sehingga lebih efisien
dalam penggunaan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal (Sitepu, 2018).
Pemberian pupuk NPK sebagai pupuk anorganik yang dikombinasikan dengan
urin sapi merupakan solusi untuk mengatasi kekurangan hara dan bahan organik
pada tanah. Menurut Khasanah (2012) bahwa pemberian pupuk biourine sapi ini
sedikit lambat tersedia bagi tanaman dibanding dengan pupuk anorganik, untuk
itu perlu dilakukan kombinasi antara pupuk organik dan anorganik. Menurut hasil
penelitian Sinulingga et al. (2015) menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK
sebanyak 2,25 g/bibit cenderung menghasilkan pertumbuhan lebih baik pada bibit
kelapa sawit.
4

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian dengan


judul “Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis, Jacq) pada Fase Pre
Nursery dengan Pemberian Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis Pupuk NPK”.

1.2. Perumusan Masalah


1. Apakah pemberian konsentrasi biourine sapi berpengaruh terhadap
pertumbuhan bibit kelapa sawit pada fase pre nursery.
2. Apakah pemberian dosis pupuk NPK berpengaruh terhadap pertumbuhan
bibit kelapa sawit pada fase pre nursery.
3. Apakah ada interaksi antara konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk NPK
terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit pada fase pre nursery.

1.3. Tujuan Penelitian


1. Mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi biourine sapi terhadap
pertumbuhan bibit kelapa sawit pada fase pre nursery.
2. Mengetahui pengaruh pemberian dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan
bibit kelapa sawit pada fase pre nursery.
3. Adanya interaksi antara konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk NPK
terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit pada fase pre nursery.

1.4. Manfaat Penelitian


Memberikan informasi dan solusi kepada peneliti dan petani dalam
memanfaatkan limbah ternak seperti urine sapi sebagai pupuk organik cair, serta
pemberian konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk NPK yang tepat untuk
pertumbuhan bibit kelapa sawit pada fase pre nursery.

1.5. Hipotesa Penelitian


1. Konsentrasi biourine sapi yang terbaik berpengaruh terhadap peningkatan
pertumbuhan bibit kelapa sawit pada fase pre nursery.
2. Dosis pupuk NPK yang terbaik berpengaruh terhadap peningkatan
pertumbuhan bibit kelapa sawit pada fase pre nursery.
3. Terdapat interaksi antara konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk NPK
terhadap peningkatan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada fase pre nursery.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Kelapa Sawit


Klasifikasi kelapa sawit sudah dimiliki sejak abad ke 16 dan dilanjutkan
pada abad-abad selanjutnya. Tanaman kelapa sawit berkembangbiak dengan biji
dan akan berkecambah untuk menjadi tanaman baru. Kriteria fisik susunan buah
kelapa sawit diantaranya kulit buah yang licin dan keras (epicarp), daging buah
(mesocarp) terdiri atas susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, Kulit biji
(cangkang/tempurung), berwarna hitam dan keras (endocarp), daging biji
(mesoperm), berwarna putih dan mengandung minyak, dan lembaga (embrio).
Lembaga atau organ yang pertama keluar dari kulit biji yaitu plumula dan radikula
untuk awal pertumbuhan. Plumula yang akan menjadi batang dan daun kelapa
sawit yang tumbuh tegak lurus ke atas (fototrophy) dan radikula yang akan
menjadi akar yang tumbuh tegak lurus ke bawah (geotrophy) (Sunarko, 2009).
Menurut Syakir et al. (2012) menyatakan bahwa taksonomi tanaman kelapa
sawit diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Sub famili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Species : Elaeis guineensis.
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh tinggi hingga mencapai 24 meter.
Bunga dan buah kelapa sawit berupa tandan dan bercabang banyak memiliki buah
yang kecil dan merah kehitaman apabila sudah masak.

2.2. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit


1. Akar
Kelapa sawit memiliki akar serabut, yang terdiri atas akar primer, sekunder,
tersier dan kuartier yang setiap bagian memiliki fungsi masing-masing. Akar
primer dapat tumbuh vertikal (Radicle) maupun mendatar (Adventitious roots) dan
5
6

berdiameter sekitar 6-10 mm. Akar sekunder yaitu akar yang tumbuh dari akar
primer, arah tumbuhnya mendatar maupun ke bawah, berdiameter sekitar 2 mm.
Akar tersier adalah akar yang tumbuh dari akar sekunder, arah tumbuhnya
ke samping, dengan panjang 0,7-1,2 mm dan akar kuarter yaitu akar cabang dari
akar tersier berdiameter 0,2-0,8 mm dan panjang 2-2,5 m dari pangkal pokok.
Pada akar kelapa sawit berbentuk meruncing pada ujungnya dan bewarna putih
atau kekuningan (Maryani, 2012).
2. Batang
Tanaman kelapa sawit mempunyai batang yang tumbuh tegak lurus ke atas
dan dapat mencapai ketinggian 15-20 m dan tidak bercabang. Batang tanaman
kelapa sawit dibungkus oleh pangkal pelepah (frond base). Fungsi batang bagi
tanaman tersebut adalah: (1) sebagai struktur yang mendukung daun, bunga dan
buah. (2) Sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air, hara, dan mineral dari
akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah. (3) Batang
juga berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan yang dihasilkan dari
proses fotosintesis (Pahan, 2015).
3. Pelepah Daun
Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang
sejajar. Daun muda berbentuk kuncup dan berdiri tegak dan memiliki warna
kuning pucat, daun tua memiliki warna hijau tua dengan lebar berkisar 0,51 cm.
Daun kelapa sawit di sangga oleh pelepah yang panjang mencapai ukuran 9 meter
dengan jumlah normal 40-50 pelepah daun pertanaman. Dudukan pada pelepah
daun terusun melingkari batang dan membetuk spiral. Jumlah daun pada umur
5-6 tahun berkisar 70-80 helai, keadaan normal berumur 7-15 tahun mencapai
250-300 helai daun dalam satu pelepah (Vidanarko, 2011).
Pelepah daun mempunyai bagian yang terdiri atas: (1) Kumpulan anak daun
(leaflets) yang memiliki helaian (lamina) dan tulang daun (midrid). (2) Rachis
yang merupakan tempat anak daun melekat. (3) Tangkai daun atau petiole yang
merupakan bagian antara daun dan batang. serta (4) Seludang daun atau sheath.
Daun membentuk susunan satu pelepah yang panjangnya mencapai dari 7,5-9 m.
Ketika tingkat kerapatan pelepah tinggi dan intensitas cahaya yang masuk menjadi
rendah, maka umur daun berkurang, dikarenakan faktor intensitas cahaya sangat
berpengaruh pada jumlah daun kelapa sawit (Pahan, 2015).
7

4. Bunga
Tanaman kelapa sawit berbunga pada umur 12-14 bulan. Bunga pada kelapa
sawit termasuk monocius yang berarti bunga jantan dan betina terdapat pada satu
pohon tetapi tidak pada tandan yang sama. Bunga kelapa sawit dapat menyerbuk
silang maupun menyerbuk sendiri karena memiliki bunga jantan dan betina. Pada
setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk). Bunga
kelapa sawit berwarna krem, bentuk bunga betina seperti tanda kosong kelapa
sawit, sedangkan bunga jantan berbentuk lonjong memanjang berjari. Ukuran
masing masing bunga berdiameter kira kira 10-20 cm (PPKS, 2010).
Tanaman kelapa sawit memiliki bunga jantan dan betina yang letaknya
terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi
penyerbukan sendiri. Bunga jantan biasanya berbentuk lancip dan bunga bertina
terlihat lebih besar dan mekar. Tipe cangkang pisifera pada tanaman kelapa sawit
bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam
produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan (Fauzi et al., 2012).
5. Buah
Buah kelapa sawit termasuk buah batu dengan ciri berbentuk lonjong,
berdiameter 3-5 cm yang tersusun di dalam tandan buah dengan berat buah
pertandan 5-25 kg. Buah dengan warna hitam saat mentah dan orange saat
matang. Buah terdiri dari 3 bagian yaitu bagian kulit buah (epicarpium) bertekstur
licin dan keras. Kulit buah berwarna hitam tua mengkilap pada saat buah mentah
dan berwarna orange kemerahan saat sudah matang dan siap panen. Lapisan
daging buah (mesocarpium) bagian yang mengandung minyak kelapa sawit yang
disebut CPO, daging buah mentah berwarna putih susu dan berubah menjadi
orange pada saat buah matang. Lapisan inti (endocarpium) yang mengandung
minyak PKO. Lapisan ini ditutupi bagian cangkang keras bulat, berwarna hitam,
berdiameter 0,5-1 cm. lapisan inti berada di dalam cangkang dan berwarna putih
terang (Socfindo, 2013).

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit


Dalam melaksanakan budidaya tanaman, maka hal yang perlu diperhatikan
adalah syarat tumbuh tanaman. Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi
lingkungan yang sesuai agar dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal
diantaranya ialah.
8

1. Iklim
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27 °C
dengan suhu maksimum 33 °C dan suhu minimum 22 °C sepanjang tahun. Curah
hujan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit diantaranya
2.000-2.500 mm/tahun dengan periode bulan kering <75 mm/bulan tidak lebih
dari dua bulan. Suhu optimum berkisar antara 29-30 °C. Hal ini berkaitan dengan
metabolisme sel-sel tanaman sehingga mempengaruhi produksi. Suhu dipengaruhi
oleh ketinggian tempat (altitude). Altitude yang sesuai bagi kelapa sawit berkisar
antara 0-500 meter di atas permukaan laut (m dpl). Selain itu, kelembapan
optimum bagi pertumbuhan tanaman ini sekitar 80-90%. Curah hujan <1250 mm
sudah merupakan pembatas berat bagi pertumbuhan kelapa sawit. Jika selama 3
bulan hujan tidak turun menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat
sampai hujan turun (janur tidak dapat memecah), begitu juga jika hujan yang lama
tidak turun juga banyak berpengaruh terhadap produksi buah (Pahan, 2015).

2. Tanah
Kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah antara lain tanah
Podsolik Coklat, Podsolik Kuning, Podsolik Coklat Kekuningan, Podsolik Merah
Kuning, Hidromofik Kelabu, Alluvial, Regosol, Gley Humik, Oranosol (Tanah
Gambut). Setiap jenis tanah mempunyai sifat fisik dan kimia yang berbeda,
sehingga produksi yang dihasilkan juga berbeda. Bagi tanaman sawit hal yang
paling utama ialah sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimiawinya, karena
kekurangan suatu unsur hara dapat di atasi dengan pemupukan. Sifat fisik tanah
yang baik akan memberikan akar untuk tumbuh lebih luas (Pahan, 2015).
Perkembangan akar kelapa sawit yang paling banyak yaitu di lapisan tanah
bagian atas dengan panjang akar berkisar 1 meter. Sifat fisik tanah ditentukan oleh
tekstur, struktur, kemiringan tanah, kedalaman permukaan air, konsitensi gembur
dan permeabilitas sedang. Tanaman kelapa sawit menghendaki tanah yang subur,
gembur, memiliki solum yang tebal, tanpa lapisan padas, datar dan drainasenya
baik. Ketersediaan dan keseimbangan unsur hara dalam tanah ditentukan oleh
kemasaman tanah (pH). Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada pH tanah yang
bekisar antara 4-6,5 dan untuk pH optimum berkisar 5-5,5. Ketersediaan hara
yang diserap oleh akar tergantung permukaan air tanah dan pH dalam tanah
tersebut (Pahan, 2015).
9

2.4. Pembibitan Awal Pre Nursery


Pembibitan adalah suatu proses menumbuhkan dan mengembangkan benih
menjadi bibit yang telah siap ditanam. Pembibitan kelapa sawit merupakan
langkah permulaan yang menentukan keberhasilan dalam penanaman. Dari
pembibitan ini akan didapat bibit unggul yang merupakan modal dasar dari
perusahaan untuk mencapai produktivitas dan mutu minyak kelapa sawit yang
tinggi. Untuk memperoleh bibit yang benar-benar baik, sehat, dan seragam, harus
dilakukan sortasi yang ketat. Keberhasilan penanaman kelapa sawit yang
dipelihara selama 25 tahun di lapangan tidak luput dari sifat-sifat, bahan atau bibit
yang dipakai (Lubis, 2015).
Sistem pembibitan yang banyak dipakai sekarang adalah pembibitan satu
tahap (single stage nursery) atau dua tahap (double stage nursery). Pada sistem
satu tahap kecambah langsung ditanam dalam kantong plastik besar. Sedangkan
pada pembibitan dua tahap, kecambah ditanam dan dipelihara dulu dalam kantong
plastik selama 3 bulan, yang disebut juga tahap awal (pre nursery). Ciri utama
pembibitan tahap awal adalah penggunaan polibag kecil berukuran 15 cm
(diameter), tinggi 23 cm, dan berlubang di bagian bawah. Bibit pre nursery normal
ialah bibit berumur 3 bulan, memiliki jumlah daun 3-4 helai daun, dengan tinggi
20-25 cm dan tidak terserang organisme pengganggu tanaman (Lubis, 2015).

2.5. Pemupukkan Kelapa Sawit Pre Nursery


Pemberian pupuk pada bibit kelapa sawit merupakan upaya dalam
meningkatkan dan mengoptimalkan pertumbuhan bibit kelapa sawit dengan
memberikan unsur hara makro ataupun mikro dengan tepat. Pemupukan dilakukan
pada usia 4 minggu setelah tanam atau setelah daun pertama muncul. Unsur N
merupakan unsur yang penting untuk membantu pertumbuhan di fase vegetatif.
Pemupukan dapat dilakukan dengan cara dilarutkan ataupun dibenam, hal ini
bertujuan agar penyerapan maksimal. Bibit kelapa sawit di pre nursery
membutuhkan unsur N sedikit lebih banyak dibanding unsur lain. Namun pada
tanaman kelapa sawit dengan umur tanaman 12 bulan kebutuhan unsur hara per
bibit tanaman yakni N = 12,60 g, P =1,35 g, K = 13.62 g, Mg = 2.01 g, dan 1.32 g
Ca guna menghasilkan bibit berkualitas (PPKS, 2010)
1

2.6. Biourine Sapi


Biourine sapi merupakan istilah yang populer dikalangan para pengembang
pertanian organik. Biourine merupakan urine yang diambil dari ternak, terutama
rumansia yang terlebih dahulu di fermentasi sebelum digunakan untuk menjadi
pupuk organik bagi tanaman. Hasil penelitian Adijaya et al. (2008) mendapatkan
potensi urin ternak sapi jantan dengan berat ± 300 kg menghasilkan 8-12 liter per
hari, sedangkan sapi betina ± 250 kg menghasilkan urin 7,5-9 liter per hari.
Proses fermentasi urin sapi menjadi biourine dapat dioptimalkan dengan
menambahkan bakteri starter yaitu Azotobacter dan memperkaya nutrisi yaitu gula
merah. Pemberian bakteri starter dan memperkaya nutrisi sangat berpengaruh
pada lama atau cepatnya proses fermentasi. Pengaruh lama atau cepatnya proses
fermentasi disebabkan oleh peningkatan aktivitas bakteri. Penambahan glukosa
sebagai sumber karbon juga berpengaruh terhadap aktivitas bakteri, karena
glukosa merupakan substrat yang mudah dicerna dan dimanfaatkan untuk
pertumbuhan mikroorganisme (Aritonang et al., 2012).
Menurut Sutedjo (2010) menyatakan bahwa urine sapi yang telah
difermentasi selama 21 hari menjadi biourine, mengalami peningkatan kandungan
hara, perubahan warna dan bau. Perubahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Beberapa Sifat Kandungan Biourine Sapi Sebelum dan Sesudah
Fermentasi
Sifat Biourine Sapi Sebelum Fermentasi Sesudah Fermentasi
Ph 7,2 8,7
N (%) 1,1 2,7
P (%) 0,5 2,4
K (%) 1,5 3,8
Ca (%) 1,1 5,8
Warna Kuning Hitam
Bau Menyengat Kurang
Sumber : (Sutedjo, 2010)
Berdasarkan tabel di atas, biourine sapi yang diperoleh dari fermentasi
anaerobik menyebabkan kandungan unsur hara N, P, K, dan Ca yang dapat
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit dalam biourine,
akan lebih tinggi dibandingkan dengan urine tanpa fermentasi (Agustina, 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sudana et al. (2012), biourine yang telah
1

ditambahkan dengan mikroorganisme juga menghasilkan zat pengatur tumbuh


yaitu giberilin dan sitokinin.
Zat pengatur tumbuh alami yang terkandung dalam biourine sapi relatif
lebih mudah diperoleh dan juga sederhana dalam penggunaannya, lebih hemat
dibandingkan pupuk organik padat serta aplikasinya lebih mudah karena dapat
diberikan dengan penyemprotan atau penyiraman. Zat pengatur tumbuh
diperlukan sebagai hormon untuk perkembangan sel bibit kelapa sawit sehingga
pertumbuhan tanaman akan tumbuh lebih cepat (Sutari, 2010).
Biourine sapi juga memiliki kandungan auksin dan nitrogen yang sangat
berguna bagi tanaman. Auksin yang terdapat pada biourine sapi adalah auksin-a
(auxentriollic acid), auksin-b dan auksin lai (hetero auksin). Kandungan auksin
pada biourine sapi berasal dari makanan yang diberikan kepada ternak sapi yang
berupa pakan hijauan. Zat-zat yang terdapat pada protein hijauan pakan tersebut
tidak dapat diuraikan oleh tubuh sapi sehingga dikeluarkan sebagai filtrat
bersamaan dengan urine sapi yang selanjutnya dapat dipergunakan sebagai bahan
organik penyusun unsur hara organik yang sangat bermanfaat bagi tanaman
maupun tanah (Yunita, 2011).
Menurut hasil penelitian Tua et al. (2013) menunjukkan bahwa pemberian
urine sapi dengan dosis 10 cc/L air berpegaruh nyata terhadap tinggi dan berat
kering tanaman kelapa sawit.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Gultom et al. (2014)
menunjukkan hasil terbaik ditunjukkan oleh pemberian 40% urine sapi/polibag
yang berpengaruh pada pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre nursery.
Berdasarkan hasil penelitian Ardianto et al. (2015) juga menunjukkan
bahwa pemberian urine sapi konsentrasi 5% tanaman menunjukkan hasil terbaik
dari semua parameter pengamatan yang di ujikan pada tanaman kelapa sawit di
pembibitan utama.
Dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan dan diuraikan di atas.
Hal tersebut membuktikan bahwa kandungan bahan organik pada biourine sapi
mampu memenuhi kebutuhan hara pada bibit kelapa sawit. Tanaman akan tumbuh
subur jika unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam jumlah yang cukup
dan dapat diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan vegetatif tanaman.
1

2.7. Pupuk NPK


Pergertian pupuk secara umum adalah suatu bahan yang bersifat organik
ataupun anorganik, bila ditambahkan ke dalam tanah ataupun ke tanaman dapat
memperbaiki sifat fisik, sifat kimia, sifat biologi tanah dan dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Pupuk majemuk NPK merupakan pupuk anorganik atau
pupuk buatan yang dihasilkan dari pabrik-pabrik pembuat pupuk, pupuk ini
mengandung unsur hara atau zat-zat makanan yang diperlukan tanaman.
Komposisi kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk majemuk NPK
mutiara 16:16:16 artinya 16% nitrogen (N), 16% Fosfor Oksida (P2O5), dan
16% Kalium Oksida (K2O) (Sinaga, 2012).
Pembibitan kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan langkah permulaan
yang sangat menentukan keberhasilan budidaya. Bibit unggul merupakan modal
dasar untuk mencapai produktivitas dan mutu hasil kelapa sawit yang tinggi.
Berkaitan dengan hal tersebut perlu dilakukan pengujian berupa penggunaan
pupuk dan dosis yang tepat. Unsur N, P, dan K adalah unsur penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan bibit kelapa sawit. Unsur tersebut juga terdapat
dalam pupuk anorganik yang mempunyai kandungan unsur hara makro dan mikro
yang diaplikasikan lewat tanah.
Menurut hasil penelitian Setyorini et al. (2018) menunjukkan perlakuan
terbaik pada dosis pupuk NPK 1.25 g/tanaman pada parameter tinggi tanaman,
diameter batang, berat segar tajuk, berat kering akar pada bibit kelapa sawit di pre
nursery. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi pupuk NPK pada bibit
kelapa sawit memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman, namun
jika diberikan dalam jumlah berlebihan akan menghambat pertumbuhan.
3. METODE PELAKSANAAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik warga Desa Reuleut Timur,
Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara dengan ketinggian tempat 11
meter di atas permukaan laut (m dpl) dan Laboraturium Fakultas Pertanian
Universitas Malikussaleh. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai
dengan Juni 2021.

3.2. Bahan Dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah kecambah tanaman kelapa
sawit varietas D x P Simalungun asal PPKS, 20 liter urine sapi jantan, pupuk NPK
mutiara (16-16-16), tanah topsoil (lapisan atas berkedalaman 0-20 cm).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa cangkul, gembor, parang,
garu, bambu/kayu, meteran, jangka sorong, tabung ukur, gunting, oven, tali,
polibag berukuran 15 x 25 cm dengan bobot tanah 1 kg, paranet 80%, ayakan
tanah, pagar jaring, jerigen, timbangan digital, amplop, kertas label, kamera, dan
alat tulis.

3.3. Metode Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode percobaan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor
pertama konsentrasi biourine sapi dan faktor kedua dosis pupuk NPK.
1. Faktor Konsentrasi Biourine Sapi (U) terdiri dari 4 taraf
yaitu: U0 : Tanpa Perlakuan (Kontrol)
U1 : 50 cc/Liter
U2 : 75 cc/Liter
U3 : 100 cc/Liter

2. Faktor Dosis Pupuk NPK (N) terdiri dari 3 taraf


yaitu: N0 : Tanpa Perlakuan (Kontrol)
N1 : 2 gram/polibag (286 kg/ha)
N2 : 3 gram/polibag (429 kg/ha)

13
1

Dengan demikian diperoleh 12 kombinasi dengan 3 kali ulangan, sehingga


diperoleh 36 kombinasi perlakuan. Masing-masing kombinasi perlakuan disemai
sebanyak 5 tanaman, dan 3 tanaman digunakan sebagai sampel, sehingga jumlah
tanaman seluruhnya adalah 180 tanaman, dan 108 tanaman sampel. Adapun
susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Susunan Kombinasi Perlakuan Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis
Pupuk NPK
Konsentrasi Dosis Pupuk NPK
Biourine Sapi N0 N1 N2
U0 U0N0 U0N1 U0N2
U1 U1N0 U1N1 U1N2
U2 U2N0 U2N1 U2N2
U3 U3N0 U3N1 U3N2

Model matematika yang digunakan untuk Rancangan Acak Kelompok


Faktorial (RAKF) adalah:

Yijk = µ + βi +Uj + Nk + (UN)jk + ijkε


Dimana :
Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor ke-I dan faktor ke-j dan
ulangan ke-k
µ = Rata-rata (nilai tengah)
βi = Pengaruh ulangan ke-i
Uj = Pengaruh faktor konsentrasi biourine sapi pada taraf ke-j
Nk = Pengaruh faktor dosis pupuk NPK pada taraf ke-k
(UN)jk = Pengaruh interaksi faktor konsentrasi biourine sapi pada taraf
ke-j dan faktor dosis pupuk NPK pada taraf ke-k

εijk = Pengaruh Acak

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara statistik


menggunakan uji F dengan menggunakan software SAS V9 12. Jika hasil yang
diperoleh pada sidik ragam berbeda nyata pada taraf 5% maka dilakukan uji lanjut
Duncan.
1

3.4. Pelaksanaan Penelitian


3.4.1. Persiapan Lahan Penelitian.
Areal lahan penelitian dengan luas 5 x 4 meter dibersihkan dari vegetasi
dan sampah yang dapat menjadi inang hama dan penyakit dengan menggunakan
parang dan cangkul. Areal pembibitan diratakan agar posisi polibag nantinya tidak
miring dan membuat parit-parit drainase untuk mengalirkan air hujan, serta air
dari sisa penyiraman.

3.4.2. Pembuatan Naungan.


Naungan dibuat secara massal sehingga menutup seluruh pembibitan awal
(pre nursery) menggunakan paranet dan tiang yang dibuat dari kayu dengan
ketinggian 2 meter pada bagian depan dan 1,75 meter pada bagian belakang,
dengan demikian penelitian akan lebih leluasa bergerak di areal pembibitan.
Pemasangan paranet hingga menutupi seluruh bagian atas lahan berguna sebagai
atap untuk pengurangan cahaya matahari dan sebagai penghalang air hujan agar
tidak langsung jatuh ke bibit kelapa sawit.

3.4.3. Penyiapan Media tanam.


Media tanah yang digunakan yaitu tanah lapisan atas (top soil), memiliki
struktur yang gembur, subur dan bebas dari penyakit. Tanah tersebut terlebih
dahulu dibersihkan dari gulma akar-akaran, bebatuan dan sampah, lalu tanah
tersebut di ayak dengan ayakan. Tanah diayak menggunakan ayakan berdiameter
± 2 cm agar terbebas dari sisa akar tanaman maupun gulma, krikil dan material
lainnya. Kemudian, tanah dimasukkan ke dalam polibag berukuran 15 x 25 cm
hingga tersisi penuh dengan bobot tanah sebanyak 1 kg.

3.4.4. Penyusunan Polibag


Setelah semua polibag sudah terisi tanah, maka polibag disusun dengan
rapi dan baik pada areal penelitian sesuai arah pada bagan percobaan. Penyusunan
polibag dilakukan dengan jarak antar perlakuan 25 cm didalam 1 blok dan jarak
antar blok 50 cm, kemudian dilakukan penyiraman 1 kali sehari selama 7 hari.

3.4.5. Persiapan Kecambah.


Kecambah kelapa sawit diperoleh dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(PPKS) Medan dengan varietas D x P Simalungun sebanyak kebutuhan penelitian.
1

Kecambah yang telah diterima diseleksi terlebih dahulu untuk menghindari


penanaman kecambah yang abnormal/rusak selama pengiriman.

3.4.6. Penanaman Kecambah


Penanaman benih kelapa sawit dilakukan pada sore hari. Benih yang akan
ditanam dalam polibag adalah berupa kecambah, sebelum ditanam terlebih dahulu
media tanam disiram dengan air hingga basah sampai ke bawah. Kemudian dibuat
lobang tanam tepat pada tengah isian polibag (media tanam) dengan ibu jari
sedalam 2-3 cm, sebelum menanam harus terlebih dahulu telah dapat ditentukan
antara bagian akar (radikula) dan bagian pucuk (plumula). Penanaman dilakukan
dengan posisi radikula tertanam seutuhnya dengan posisi tegak. Setelah ditanam
diusahakan tanah pada bagian atas kecambah setebal 1-1,5 cm. Kemudian
penyiraman dilakukan secara merata setelah penanaman selesai.

3.4.7. Aplikasi Pupuk Biourine Sapi


Pengaplikasian pupuk biourine sapi dilakukan ketika tanaman sudah
berumur 4 minggu setelah tanam (MST), dengan menyiramkan pupuk biourine
sapi jantan yang telah difermentasi. Penyiraman dilakukan dipermukaan tanah
dalam polibag secara merata menggunakan gelas ukur sesuai dengan taraf
perlakuan, yaitu 50 cc/liter, 75 cc/liter, dan 100 cc/liter air, dengan jumlah volume
pupuk biourine sapi yang disiramkan sebanyak 200 ml/polibag. Pengaplikasian
pupuk biourine sapi dilakukan hingga umur 10 MST. Penyiraman pupuk
dilakukan pada sore hari, satu hari sebelum aplikasi pupuk NPK dengan interval
waktu 1 minggu sekali .

3.4.8. Aplikasi Pupuk NPK Mutiara


Pemupukan dilakukan ketika bibit sudah berumur 4 minggu setelah tanam
(MST). Pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK Mutiara (16-16-16),
diaplikasikan sesuai perlakuan yaitu 2 gram/polibag dan 3 gram/polibag dengan
cara dibenam, yaitu dengan membuat lubang dengan tugal (jari) yang sedikit jauh
dari titik tumbuh tanaman, kemudian tutup kembali lubang tersebut dengan tanah.
Jenis pupuk yang digunakan adalah dalam bentuk butiran. Aplikasi pupuk NPK
dilakukan pada umur tanaman 4 MST dan 8 MST, pada waktu pagi hari.
Pemberian pupuk dilakukan 1 hari setelah pengaplikasian pupuk biourine sapi.
1

3.4.9. Pemeliharaan.
Pemeliharaan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan
bibit kelapa sawit, sehingga diperlukan pemeliharaan pembibitan seperti:
1. Penyiraman.
Penyiraman dilakukan secara manual dengan menggunakan gembor, bibit
disiram 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari, kecuali hari hujan dengan
curah hujan minimal 8 mm. Pemberian air juga memerlukan perhatian dan
ketelitian karena jika kelebihan maupun kekurangan air akan berdampak pada
tidak baik pada bibit kelapa sawit itu sendiri. Penyiraman dilakukan dengan
volume air 200 ml/bibit/hari. Setelah bibit berumur 1,5 bulan volume air siram
menjadi 200 ml/bibit pada pagi hari dan 200 ml/bibit pada sore hari.
2. Penyiangan.
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut rumput yang
tumbuh dalam polibag dan menggunakan cangkul untuk gulma yang tumbuh di
plot dengan interval waktu 1 minggu sekali. Penyiangan gulma juga dapat
dimanfaatkan untuk mencegah pengerasan tanah.
3. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika tanaman terserang penyakit.
Salah satu hama yang terdapat dalam pembibitan ini yaitu semut. Pengendalian
hama tersebut dilakukan secara manual dengan membersihkan sarang semut yang
terdapat pada bibit kelapa sawit, kemudian membersihkan bagian dalam polibag.
4. Penyisipan.
Penyisipan dilakukan apabila bibit kelapa sawit tidak normal atau mati.
Bibit kelapa sawit yang digunakan, diambil dari bibit cadangan yang diberikan
perlakuan yang sama agar pertumbuhan bibit dapat seragam.

3.5. Pengamatan
3.5.1. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur pada saat tanaman berumur 5, 7, 9, dan 11 MST.
Pengukuran dilakukan menggunakan penggaris mulai dari permukaan tanah yang
telah diberikan patok penanda yang dicat sampai pucuk daun muda atau titik
tumbuh.
1

3.5.2. Diameter Batang (mm)


Diameter batang diukur dari pangkal batang dengan menggunakan jangka
sorong pada saat tanaman berumur 5, 7, 9, dan 11 MST dengan memberikan patok
tanda diberi warna sehingga menjadi tempat pengukuran seterusnya.

3.5.3. Jumlah Daun (helai)


Perhitungan jumlah daun dilakukan pada saat tanaman berumur 5, 7, 9,
dan 11 MST. Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah terbuka
sempurna. Perhitungan jumlah daun dilakukan dengan interval waktu 2 minggu
sekali.

3.5.4. Kandungan Klorofil Daun (cci)


Pengkuran kandungan klorofil daun dilakukan pada saat tanaman berumur
5 MST. Pengukuran dilakukan dengan mengambil sample 6 titik pada daun yaitu
3 titik pada bagian sisi kiri daun dan 3 titik pada bagian sisi kanan daun, lalu
dirata-ratakan. Pengukuran dilakukan sampai umur 11 MST dengan interval
pengukuran 2 minggu sekali. Pengukuran kandungan klorofil menggunakan
klorofil meter portable yang dilakukan di lahan penelitian.

3.5.5. Berat Segar Tananaman (g)


Penimbangan berat segar tanaman dilakukan pada akhir penelitian pada
saat tanaman berumur 11 MST. Penimbangan dilakukan dengan cara menimbang
tanaman yang sudah dibongkar dan dibersihkan dari sisa tanah dengan timbangan
analitik.

3.5.6. Berat Kering Tanaman (g)


Penimbangan berat kering tanaman dilakukan di akhir penelitian yaitu
pada umur tanaman 11 MST. Seluruh bagian bibit tanaman kelapa sawit yang
sudah bersih dimasukkan ke dalam amplop. Selanjutnya dilakukan pengovenan
dengan suhu 105 oC selama 24 jam. Penimbangan dilakukan sampai dengan berat
kering tanaman konstan, kemudian dilakukan penimbangan dengan menggunakan
timbangan analitik.
1

3.5.7. Panjang Akar (cm)


Pengukuran panjang akar dilakukan pada tanaman berumur 11 MST.
Diukur dengan penggaris (rol) dimulai dari batas pangkal batang hingga ke titik
akar terpanjang.

3.5.8. Berat Segar Akar (mg)


Penimbangan berat segar akar dilakukan pada tanaman berumur 11 MST.
Pisahkan akar dari batang tanaman dengan cara memotong akar dibagian pangkal
batang bibit kelapa sawit yang telah dibersihkan, lalu dikering anginkan.
Kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.

3.5.9. Berat Kering Akar (mg)


Penimbangan berat kering akar dilakukan pada umur 11 MST. Seluruh
bagian akar bibit kelapa sawit yang sudah bersih dimasukkan ke dalam amplop.
Selanjutnya, dilakukan pengovenan dengan suhu 105 o
C selama 24 jam.
Penimbangan dilakukan sampai dengan berat kering akar konstan, kemudian
dilakukan penimbangan dengan menggunakan timbangan analitik.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil dari rekapitulasi analisis ragam menunjukkan bahwa


terjadi interaksi antara perlakuan konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk NPK
pada beberapa peubah yang diamati. Data rekapitulasi hasil sidik ragam terhadap
peubah yang diamati akibat perlakuan konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk
NPK disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rekapitulasi Analisis Ragam Tinggi Tanaman, Diameter Batang, Jumlah
Daun, Klorofil Daun, Berat Segar Tanaman, Berat Kering Tanaman,
Panjang Akar, Berat Segar Akar, dan Berat Kering Akar
FAKTOR
PEUBAH KK (%)
U N UxN
Tinggi Tanaman
5 MST 0,76 tn 1,30 tn 0,59 tn 9,26
7 MST 0,49 tn 3,49 * 0,28 tn 6,88
9 MST 5,52 ** 4,77 * 3,40 * 5,18
11 MST 6,95 ** 5,01 * 2,19 tn 5,94
Diameter Batang
5 MST 0,21 tn 0,20 tn 2,23 tn 11,40
7 MST 4,91 ** 0,24 tn 0,96 tn 11,90
9 MST 3,41 * 0,08 tn 0,77 tn 8,78
11 MST 4,00 * 0,29 tn 1,31 tn 9,08
Jumlah Daun
5 MST 0,45 tn 1,34 tn 0,42 tn 14,87
7 MST 0,13 tn 1,22 tn 0,34 tn 13,07
9 MST 2,03 tn 0,42 tn 0,16 tn 9,58
11 MST 4,45 * 5,51 * 4,55 ** 7,09
Klorofil Daun
5 MST 0,31 tn 1,12 tn 0,96 tn 15,17
7 MST 3,43 * 2,71 tn 0,66 tn 14,04
9 MST 6,52 ** 4,25 * 2,32 tn 5,68
11 MST 5,06 ** 5,05 * 0,29 tn 12,00
Berat Segar Tanaman 3,14 * 2,21 tn 0,46 tn 27,93
Berat Kering Tanaman 3,73 * 0,96 tn 0,67 tn 13,05
Panjang Akar 3,97 * 0,44 tn 3,20 * 18,41
Berat segar Akar 1,89 tn 3,50 * 0,70 tn 17,74
Berat Kering Akar 2,72 tn 5,92 ** 0,73 tn 28,38
Keterangan: tn = Tidak Berbeda Nyata, * = Berpengaruh Nyata, ** = Berpengaruh Sangat Nyata,
U = Biourine Sapi, N = Pupuk NPK, KK = Koefisien Keragaman, MST = Minggu
Setelah Tanam.

20
2

Berdasarkan hasil rekapitulasi analisis ragam pada Tabel 3. menunjukan


bahwa adanya interaksi antara perlakuan konsentrasi biourine sapi dan dosis
pupuk NPK pada peubah tinggi tanaman 9 MST, Jumlah daun 11 MST, dan
panjang akar bibit kelapa sawit. Perlakuan konsentrasi biourine sapi secara
tunggal berpengaruh sangat nyata pada peubah tinggi tanaman 9 dan 11 MST,
diameter batang 7 MST, klorofil daun 9 dan 11 MST, serta berpengaruh nyata
juga pada peubah diameter batang umur 9 dan 11 MST, jumlah daun 11 MST,
klorofil daun 7 MST, berat segar tanaman, berat kering tanaman, dan panjang
akar. Perlakuan dosis pupuk NPK berpengaruh sangat nyata terhadap peubah berat
kering akar, dan berpengaruh nyata juga pada peubah tinggi tanaman 7, 9, dan 11
MST, jumlah daun 11 MST, klorofil daun 9 dan 11 MST, dan berat segar akar.

4.1. Tinggi Tanaman (cm)


Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa adanya interaksi yang nyata dari
perlakuan konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk NPK terhadap peubah tinggi
tanaman bibit kelapa sawit pada umur 9 MST. Penggunaan konsentrasi biourine
sapi berpengaruh sangat nyata terhadap peubah tinggi tanaman umur 9 dan 11
MST. Perlakuan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata pada peubah tinggi tanaman
umur 7, 9, dan 11 MST. Hasil analisis ragam interaksi perlakuan konsentrasi
biourine sapi dan dosis pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Interaksi Perlakuan Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis Pupuk NPK
pada Peubah Tinggi Tanaman Umur 9 MST
Tinggi Tanaman (cm)
NPK
Biourine Sapi
N0 N1 N2
15,94 B 18,27 A 19,40 A
U0
b a a
18,37 A 19,36 A 18,58 A
U1
a a a
19,42 A 18,75 A 18,20 A
U2
a a a
18,63 A 20,52 A 20,06 A
U3
a a a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut UJBD taraf
0,05. Huruf besar dibaca secara horizontal, sedangkan huruf kecil dibaca secara
vertikal. U0 = 0 cc/liter, U1 = 50 cc/liter, U2 = 75 cc/liter, U3 = 100 cc/liter, dan
N0 = 0 gram, N1 = 2 gram/polibag, N2 = 3 gram/polibag.

Berdasarkan Tabel 4. dapat dilihat bahwa interaksi perlakuan konsentrasi


biourine sapi dan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap peubah tinggi
2

tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa adanya interaksi dari kedua faktor
perlakuan tersebut. Nilai terbaik dari peubah tinggi tanaman terdapat pada
perlakuan U3N1 (100 cc/liter + 2 gram/polibag) dengan nilai 20,52 cm, sedangkan
nilai terendah terdapat pada perlakuan U0N0 (0 cc/liter + 0 gram/polibag) dengan
nilai 15,94 cm.
Perlakuan konsentrasi biourine sapi bersamaan dengan dosis pupuk NPK
(100 cc/liter + 2 gram/polibag) menunjukkan interaksi terhadap peubah tinggi
tanaman. Hal ini diduga bahwa pemberian pupuk organik biourine sapi yang
terkonsentrasi bersamaan dengan dosis pupuk anorganik (NPK) yang tepat
mampu menyediakan dan mensupport unsur hara yang cukup dan seimbang,
sehingga meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada varietas simalungun.
Berdasarkan Quansah (2010) menyatakan bahwa pemberian pupuk organik yang
dikombinasikan dengan pupuk anorganik pada umumnya akan meningkatkan
pertumbuhan tanaman, karena sifat dari bahan organik sendiri akan memperbaiki
kondisi tanah, seperti sifat kimia tanah yang dapat meningkatkan kapasitas tukar
kation (KTK), sehingga unsur hara lebih efisien dan tersedia untuk tanaman.
Apabila KTK tanah tinggi, maka dapat mengindikasikan bahwa tanah mampu
menjerap dan menyediakan unsur hara yang lebih tinggi. Sejalan dengan pendapat
Herviyanti et al. (2012) apabila tanah memiliki bahan organik tinggi, maka terjadi
peningkatan terhadap jumlah muatan negatif yang menyebabkan KTK tanah
tinggi, sehingga efektivitas pemupukan anorganik juga meningkat. Data hasil
analisis ragam faktor tunggal peubah tinggi tanaman disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-Rata Tinggi Tanaman Akibat Penggunaan Konsentrasi Biourine
Sapi dan Dosis Pupuk NPK
Tinggi Tanaman (cm)
{Perlakuan
5 MST 7 MST 9 MST 11 MST
Bio-Urine Sapi (U)
U0 (0 cc/liter) 10,44 a 14,43 a 17,87 b 20,23 b
U1 (50 cc/liter) 10,69 a 14,09 a 18,77 ab 21,33 b
U2 (75 cc/liter) 10,81 a 14,24 a 18,79 ab 20,95 b
U3 (100 cc/liter) 11,14 a 14,62 a 19,74 a 22,87 a
Pupuk NPK (N)
N0 (0 gram/polibag) 10,39 a 14,02 b 18,09 b 20,45 b
N1 (2 gram/polibag) 11,01 a 14,96 a 19,22 a 22,06 a
N2 (3 gram/polibag) 10,90 a 14,05 b 19,06 a 21,53 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji DMRT 5 %.
2

Berdasarkan Tabel 5. dilihat bahwa nilai tinggi tanaman tertinggi pada umur
11 MST diperoleh pada perlakuan konsentrasi biourine sapi 100 cc/liter (U3) yaitu
22,87 cm, sedangkan nilai tinggi tanaman terendah diperoleh pada perlakuan 0
cc/liter (U0) yaitu 20,23 cm. Perlakuan dosis pupuk NPK memberikan nilai tinggi
tanaman tertinggi pada perlakuan 2 gram/polibag (U1) yaitu 22,06 cm, sedangkan
perlakuan dosis pupuk NPK 0 gram/polibag (U0) memberikan nilai tinggi tanaman
terendah yaitu 20,45 cm pada umur 11 MST.
Terdapat pengaruh yang sangat nyata dari pemberian biourine sapi terhadap
peubah tinggi tanaman pada umur 9 dan 11 MST. Hal ini diduga bahwa adanya
komponen penting yang terkandung dalam biourine sapi, diantaranya penyusun
bahan amelioran, adanya populasi mikroorganisme serta zat perangsang tumbuh
alami yang dihasilkan dari pakan hijauan, sehingga dengan adanya komponen-
komponen tersebut dapat mempercepat proses metabolisme dan fisiologi yang
terjadi pada bibit tanaman kelapa sawit. Hal tersebut akan berdampak pada
peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman. Salah satu unsur hara primer yang
terkandung dalam biourine sapi, yaitu unsur N, P, dan K yang sangat dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Wati et al., 2018). Sejalan
dengan pendapat Sotedjo (2010) yang menyatakan bahwa tingginya kandungan
unsur hara yang terkandung dalam pupuk biourine sapi diantaranya nitrogen
2,7%, fosfor 2,4% dan kalium 3,8%, mampu mendorong pertumbuhan tanaman.
Menurut Leszczynska dan Malina (2011) salah satu tujuan dari pemberian bahan
organik yaitu untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, sehingga
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil
penelitian ini, yaitu dengan pemberian konsentrasi biourine sapi 100 cc/liter sudah
mampu menyediakan unsur hara N, P, dan K yang diperlukan pada pertumbuhan
vegetatif bibit kelapa sawit. Apabila unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
keadaan cukup, maka akan berpengaruh terhadap peningkatan tinggi tanaman.
Perlakuan dosis pupuk NPK memberikan pengaruh yang nyata terhadap
peubah tinggi tanaman umur 7, 9, dan 11 MST. Hal ini disebabkan pada pupuk
NPK yang digunakan mengandung unsur hara essensial diantaranya nitogen 16%,
fosfor 16%, dan kalium 16%, yang diketahui unsur tersebut merupakan unsur
utama yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit.
Menurut Fahmi (2010) unsur hara N merupakan salah satu unsur hara utama yang
2

paling berperan terhadap pertumbuhan tanaman. Unsur tersebut diperlukan dalam


jumlah yang besar untuk mendorong pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif.
Hal tersebut dapat dilihat pada pemberian dosis pupuk NPK 2 gram/polibag (N 1)
sudah mampu menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman untuk
pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit, apabila diberikan dalam jumlah yang
berlebihan akan menghambat pertumbuhan tanaman (Sinulingga et al., 2015).
Sejalan dengan hasil penelitian Sinulingga et al. (2015) bahwa pemberian pupuk
NPK 2,25 g/bibit menunjukkan pertumbuhan lebih baik pada bibit kelapa sawit.

4.2. Diameter Batang (mm)


Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi biourine
sapi dan dosis pupuk NPK tidak memberikan interaksi yang nyata pada peubah
diameter batang. Penggunaan konsentrasi biourine sapi secara tunggal
menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada peubah diameter batang umur 5
MST, namun berpengaruh nyata terhadap peubah diameter batang umur 7, 9, dan
11 MST. Faktor tunggal perlakuan dosis pupuk NPK menunjukkan pengaruh yang
tidak nyata terhadap peubah diameter batang pada semua umur pengamatan. Hasil
analisis ragam peubah diameter batang terhadap perlakuan konsentrasi biourine
sapi dan dosis pupuk NPK secara tunggal dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rata-Rata Diameter Batang Akibat Penggunaan Konsentrasi Biourine
Sapi dan Dosis Pupuk NPK
Diameter Batang (mm)
Perlakuan
5 MST 7 MST 9 MST 11 MST
Bio-Urine Sapi (U)
U0 (0 cc/liter) 5,20 a 5,85 b 7,60 b 8,58 b
U1 (50 cc/liter) 5,29 a 6,93 a 8,44 a 9,53 a
U2 (75 cc/liter) 5,26 a 6,44 ab 8,24 ab 9,38 ab
U3 (100 cc/liter) 5,42 a 7,16 a 8,63 a 9,94 a
Pupuk NPK (N)
N0 (0 gram/polibag) 5,32 a 6,47 a 8,21 a 9,31 a
N1 (2 gram/polibag) 5,35 a 6,66 a 8,30 a 9,50 a
N2 (3 gram/polibag) 5,20 a 6,66 a 8,18 a 9,25 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji DMRT 5 %.

Berdasarkan Tabel 6. dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi biourine


sapi 100 cc/liter (U3) pada umur 11 MST memberikan rataan nilai tertinggi yaitu
9,94 mm, yang berbeda nyata pada perlakuan 0 cc/liter (U0) dengan nilai 8,58 mm
2

dan juga merupakan nilai terendah pada rataan peubah diameter batang. Perlakuan
dosis pupuk NPK tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peubah
diameter batang pada semua umur pengamatan. Menurut taraf perlakuan dosis
pupuk NPK 2 gram/polibag (N1) memberikan nilai tertinggi yaitu 9,50 mm,
sedangkan taraf perlakuan pupuk NPK 0 gram/polibag (N0) memberikan nilai
terendah yaitu 9,31 mm pada umur 11 MST.
Pemberian konsentrasi biourine sapi berpengaruh terhadap peubah diameter
batang umur 7, 9, dan 11 MST. Hal ini diduga bahwa kandungan unsur hara yang
dilepaskan oleh pupuk biourine sapi yang diberikan ke dalam tanah, diantaranya
unsur nitrogen dan kalium yang dapat merangsang pertumbuhan secara merata.
Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa terjadinya pembesaran diameter batang
akibat pemberian biourine sapi pada bibit kelapa sawit. Menurut Jumin (2002)
batang merupakan bagian tanaman yang merupakan tempat akumulasi hasil proses
fotosintesis. Unsur hara salah satu faktor utama dalam mendorong pembentukan
klorofil pada daun yang berdampak pada kecepatan laju fotosintesis. Semakin
cepat laju fotosintesis, maka pembesaran ukuran diameter batang bibit tanaman
kelapa sawit juga semakin meningkat. Unsur hara primer yang sangat diperlukan
dalam jumlah yang besar untuk pertumbuhan diameter bonggol bibit kelapa sawit
yaitu unsur hara kalium. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hakim et al. (1986)
bahwa pembesaran lingkar batang dipengaruhi oleh ketersediaan unsur kalium,
kekurangan unsur ini menyebabkan terhambatnya proses pembesaran lingkar
batang.
Pengaplikasian dosis pupuk NPK yang dilakukan pada umur 4 dan 8 MST
tidak memberikan pengaruh yang nyata pada peubah diameter batang. Hal ini
disebabkan bibit kelapa sawit pada fase pre nursery masih dipengaruhi oleh
endosperm biji terhadap perkembangan dan pembesaran diameter batang,
sehingga pupuk NPK yang diberikan tidak mampu diserap oleh tanaman secara
optimal. Sejalan dengan pendapat Nazari (2008) menyatakan bahwa pertumbuhan
bibit kelapa sawit dalam satu sampai dengan dua bulan setelah perkecambahan
bibit masih disebabkan oleh ketersediaan cadangan makanan dari endosperm biji,
sehingga pupuk NPK yang diberikan akan mengurai di dalam tanah menjadi
belum tersedia bagi tanaman. Menurut Damanik et al. (2011) bahwa salah satu
faktor efisiensi dari pemupukan yaitu sifat genetik tanaman dan ciri tanah.
2

4.3. Jumlah Daun (Helai)


Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa adanya interaksi yang sangat
nyata dari perlakuan konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk NPK terhadap
peubah jumlah daun bibit kelapa sawit pada umur 11 MST. Penggunaan
konsentrasi biourine sapi secara tunggal berpengaruh nyata pada peubah jumlah
daun umur 11 MST. Perlakuan dosis pupuk NPK secara tunggal juga berpengaruh
nyata pada peubah jumlah daun umur 11 MST. Hasil analisis ragam interaksi dari
perlakuan konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk NPK pada peubah jumlah
daun dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Interaksi Perlakuan Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis Pupuk NPK
pada Peubah Jumlah Daun Umur 11 MST
Jumlah Daun (Helai)
NPK
Biourine
N0 N1 N2
3,22 B 4,11 A 4,11 A
U0
b a b
4,00 A 3,77 A 4,22 A
U1
a a b
4,22 A 4,22 A 3,89 A
U2
a a b
4,00 B 4,11 B 4,78 A
U3
a a a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut UJBD taraf
0,05. Huruf besar dibaca secara horizontal, sedangkan huruf kecil dibaca secara
vertikal. U0 = 0 cc/liter, U1 = 50 cc/liter, U2 = 75 cc/liter, U3 = 100 cc/liter, dan
N0 = 0 gram, N1 = 2 gram/polibag, N2 = 3 gram/polibag.

Berdasarkan Tabel 7. dapat dilihat bahwa nilai tertinggi diperoleh pada


perlakuan U3N2 (100 ml/liter + 3 gram/polibag) dengan nilai 4,78 helai, nilai
tersebut tidak berbeda nyata pada hasil perlakuan U3N1 yaitu dengan nilai 4,11
helai. Nilai terendah diperoleh pada perlakuan U0N0 (0 ml/liter + 0 gram/polibag)
yaitu dengan nilai 3,22 helai.
Interaksi antara perlakuan konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk NPK
(100 ml/liter + 3 gram/polibag) terhadap peubah jumlah daun memberikan jumlah
daun terbanyak. Hal ini diduga bahwa pada pemberian konsentrasi tersebut telah
mampu meningkatkan efektivitas dosis pupuk anorganik, sehingga tanaman
mampu menyerap unsur hara yang diberikan dengan baik. Hal tersebut akan
merangsang pertumbuhan tunas baru pada ujung meristem apikal yang berdampak
pada pembentuk daun muda. Hal ini sejalan dengan pendapat Ruhnayat (2007)
2

bahwa prinsip dari keseimbangan unsur hara, yaitu dengan penentuan konsentrasi
dan juga dosis yang tepat, sehingga pupuk yang diberikan tidak berlebihan dan
dapat diserap tanaman dengan optimal. Pemberian pupuk yang tidak tepat akan
mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi tidak optimal dan berdampak pada
pemborosan dalam pengunaan tenaga dan biaya. Selain itu, prinsip dasar dalam
pemupukan juga harus memperhatikan dan mempertimbangkan tempat, jenis,
waktu, dan cara. Data hasil analisis ragam faktor tunggal antara perlakuan
konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk NPK pada peubah jumlah daun dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata-Rata Jumlah Daun Akibat Penggunaan Konsentrasi Biourine Sapi
dan Dosis Pupuk NPK
Jumlah Daun (helai)
Perlakuan
5 MST 7 MST 9 MST 11 MST
Bio-Urine Sapi (U)
U0 (0 cc/liter) 2,19 a 2,63 a 3,03 a 3,18 c
U1 (50 cc/liter) 2,11 a 2,63 a 3,33 a 4,00 cb
U2 (75 cc/liter) 2,03 a 2,70 a 3,31 a 4,11 ab
U3 (100 cc/liter) 2,18 a 2,70 a 3,34 a 4,20 a
Pupuk NPK (N)
N0 (0 gram/polibag) 2,05 a 2,55 a 3,19 a 3,86 b
N1 (2 gram/polibag) 2,08 a 2,66 a 3,27 a 4,05 ab
N2 (3 gram/polibag) 2,25 a 2,77 a 3,30 a 4,25 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji DMRT 5 %.

Berdasarkan Tabel 8. dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi biourine


sapi 100 cc/liter (U3) memberikan nilai jumlah daun tertinggi yaitu 4,20 helai,
sedangkan perlakuan konsentrasi biourine sapi 0 cc/liter (U 0) memberikan nilai
jumlah daun terendah yaitu 3,18 helai pada umur 11 MST. Perlakuan dosis pupuk
NPK 3 gram/polibag (N2) memberikan nilai jumlah daun tertinggi yaitu 4,25
helai, nilai tersebut tidak berbeda nyata pada perlakuan 2 gram/polibag (N1),
namun berbeda nyata pada perlakuan dosis pupuk NPK 0 gram/polibag (N0)
dengan nilai jumlah daun terendah yaitu 3,86 helai.
Perlakuan konsentrasi biourine sapi menunjukkan pengaruh yang nyata pada
peubah jumlah daun bibit kelapa sawit pada umur 11 MST. Hal ini diduga bahwa
pada konsentrasi biourine sapi yang diberikan memiliki salah satu zat pengatur
tumbuh seperti auksin dan unsur hara yang berperan dalam meningkatkan jumlah
daun bibit kelapa sawit. Unsur nitrogen mampu mendorong pembentukan tunas
2

baru terhadap pertumbuhan jumlah daun (Lakitan, 2011). Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Amirudin et al. (2015) bahwa zat pengatur tumbuh seperti auksin
dan giberelin serta nutrisi yang terdapat dalam konsentrasi yang lebih tinggi akan
memberikan pertumbuhan yang optimal, sehingga mendorong perkembangan
jumlah daun dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih rendah. Menurut Ratna
dan Intan (2008) peran dari hormon auksin yaitu untuk pembelahan dan
pembesaran sel, sehingga membentuk primordia daun yang berkembang. Sejalan
dengan hasil penelitian Roikan et al. (2020) bahwa pemberian konsentrasi urine
sapi berpengaruh terhadap pertambahan jumlah daun pada bibit kelapa sawit.
Perlakuan dosis pupuk NPK menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap
peningkatan jumlah daun bibit kelapa sawit pada umur 11 MST. Hal ini diduga
bahwa keberadaan unsur hara nitrogen yang terdapat dalam pupuk NPK
merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman. Hal ini dapat dibuktikan bahwa
pemberian dosis pupuk NPK memberikan jumlah daun terbanyak pada bibit
kelapa sawit, sehingga mengindikasikan bahwa pupuk NPK memberikan
kontribusi dalam penyediaan unsur hara pada tanaman. Menurut Moelyahadi et al.
(2016) bahwa unsur hara N, P, dan K yang tersedia di dalam tanah berperan dalam
meningkatkan proses pembelahan dan pembesaran sel, sehingga menyebabkan
pembentukan daun muda lebih cepat. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya
pertumbuhan jumlah daun bibit kelapa sawit. Sejalan dengan hasil penelitian
Sinurat et al. (2016) bahwa pemberian dosis pupuk NPK dapat meningkatkan
pertumbuhan jumlah daun bibit kelapa sawit. Penentuan dalam pemberian dosis
pupuk yang tepat berdasarkan prinsip keseimbangan hara di dalam tanah akan
memberikan pertumbuhan yang lebih baik, sehingga unsur hara tidak berlebihan.

4.4. Klorofil Daun (cci)


Hasil analisis ragam penelitian ini menunjukan bahwa tidak adanya interaksi
dari perlakuan konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk NPK pada peubah
klorofil daun bibit kelapa sawit. Faktor tunggal perlakuan konsentrasi biourine
sapi berpengaruh sangat nyata pada peubah klorofil daun umur 9 dan 11 MST,
dan berpengaruh nyata pada umur 7 MST. Faktor tunggal perlakuan dosis pupuk
NPK juga berpengaruh nyata pada umur 9 dan 11 MST. Hasil analisis ragam pada
peubah klorofil daun akibat perlakuan konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk
NPK secara tunggal dapat dilihat pada Tabel 9.
2

Tabel 9. Rata-Rata Klorofil Daun Akibat Perlakuan Konsentrasi Biourine Sapi


dan Dosis Pupuk NPK
Klorofil Daun (cci)
Perlakuan 5 MST 7 MST 9 MST 11 MST
Bio-Urine Sapi (U)
U0 (0 cc/liter) 24,18 a 37,90 ab 67,01 b 117,01 bc
U1 (50 cc/liter) 24,53 a 35,41 b 66,78 b 126,94 bc
U2 (75 cc/liter) 23,32 a 37,19 b 68,85 b 144,59 a
U3 (100 cc/liter) 23,14 a 43,16 a 73,97 a 135,56 ab
Pupuk NPK (N)
N0 (0 gram/polibag) 24,67 a 36,05 a 66,61 b 127,46 b
N1 (2 gram/polibag) 22,56 a 41,14 a 71,20 a 142,54 a
N2 (3 gram/polibag) 24,15 a 38,05 a 69,65 ab 123,07 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji DMRT 5 %.

Berdasarkan Tabel 9. dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi biourine


sapi 75 cc/liter (U2) memberikan nilai tertinggi pada peubah klorofil daun yaitu
sebesar 144,59 cci, namun nilai tersebut tidak berbeda nyata dengan konsentrasi
100 cc/liter (U3) dengan nilai 135,56 cci, sedangkan perlakuan 0 cc/liter (U0)
memiliki nilai terendah yaitu 117,01 cci. Perlakuan dosis pupuk NPK 2
gram/polibag (N1) memberikan nilai kandungan klorofil daun tertinggi yaitu
sebesar 142,54 cci, yang berbeda nyata pada perlakuan 3 gram/polibag (N 0), dan 0
gram/polibag (N1) yang memiliki nilai klorofil daun terendah yaitu 123,07 cci.
Perlakuan konsentrasi pupuk biourine sapi memberikan pengaruh yang
sangat nyata terhadap peubah klorofil daun umur 7, 9, dan 11 MST. Hal ini
diduga bahwa adanya peran dari mikroorganisme seperti bakteri Azotobacter sp.
yang terkandung di dalam pupuk biourine sapi yang diberikan, sehingga mampu
meningkatkan kandungan nitrogen didalam tanah. Hal tersebut dibuktikan adanya
peningkatan pertumbuhan klorofil daun pada bibit kelapa sawit. Menurut
Dwidjoseputro (1989) bakteri mempunyai kemampuan dalam mengubah nitrogen
menjadi ammonia melalui proses pengikatan nitrogen, dimana nitrogen
merupakan bahan pembentuk klorofil. Sejalan dengan pendapat Suharja dan
Sutarno (2009) bahwa peningkatan kandungan klorofil dipengaruhi oleh pasokan
unsur hara dari pemupukan. Sejalan dengan hasil penelitian Roikan et al. (2020)
bahwa pemberian pupuk cair urine sapi 75 cc/liter memberikan pengaruh yang
nyata terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit serta memberikan nutrisi yang
cukup bagi bibit tanaman kelapa sawit di pre nursery pada tanah Ultisol.
3

Perlakuan dosis pupuk NPK memberikan pengaruh yang nyata pada dosis 2
gram/polibag terhadap peubah klorofil daun umur 9 dan 11 MST. Hal ini diduga
karena dosis tersebut sudah mampu dalam menyuplai unsur hara N pada tanah,
sehingga terjadi peningkatan kadar klorofil daun bibit kelapa sawit. Menurut
Suharno et al. (2007) bahwa unsur nitrogen merupakan komponen penting dalam
pembentukan klorofil daun yang mampu menyintesis karbohidrat sehingga dapat
menunjang pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk anorganik juga dapat
meningkatkan kandungan klorofil sehingga menghasilkan pertumbuhan vegetatif
dan kandungan klorofil yang tinggi (Uwumarongie et al., 2012)

4.5. Berat Segar Tanaman (g)


Hasil analisis ragam menunjukan bahwa tidak adanya interaksi yang nyata
antara perlakuan konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk NPK pada peubah
berat segar tanaman bibit kelapa sawit. Faktor tunggal perlakuan konsentrasi
biourine sapi berpengaruh nyata pada peubah berat segar tanaman. Sedangkan
faktor tunggal perlakuan dosis pupuk NPK menunjukkan pengaruh yang tidak
nyata terhadap peubah berat segar tanaman. Hasil analisis ragam peubah berat
segar tanaman akibat perlakuan konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk NPK
secara tunggal dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-Rata Berat Segar Tanaman Umur 11 MST Akibat Perlakuan
Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis Pupuk NPK
Perlakuan Berat Segar Tanaman (g)
(1) (2)
Bio-Urine Sapi (U)
U0 (0 cc/liter) 7,79 b
U1 (50 cc/liter) 10,27 ab
U2 (75 cc/liter) 9,44 ab
U3 (100 cc/liter) 11,66 a
Pupuk NPK (N)
N0 (0 gram/polibag) 8,47 a
N1 (2 gram/polibag) 10,72 a
N2 (3 gram/polibag) 10,17 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji DMRT 5 %.

Berdasarkan Tabel 10. dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi biourine


sapi 100 cc/liter (U3) memberikan nilai tertinggi pada peubah berat segar tanaman
dengan nilai 11,66 gram, sedangkan perlakuan 0 cc/liter (U0) memberikan nilai
3

terendah yaitu 7,79 gram. Perlakuan dosis pupuk NPK menunjukkan pengaruh
yang tidak berbeda nyata terhadap peubah berat segar tanaman pada semua
perlakuan. Menurut taraf perlakuan, dosis pupuk NPK 2 gram/polibag (N1)
memberikan nilai tertinggi pada yaitu 10,72 gram, sedangkan perlakuan dosis
pupuk NPK 0 gram/polibag (N0) memberikan nilai terendah yaitu 8,47 gram.
Terdapat pengaruh yang nyata pada perlakuan konsentrasi pupuk biourine
sapi terhadap peubah berat segar tanaman. Hal ini diduga bahwa pupuk biourine
sapi yang diberikan mengandung air yang tinggi beserta unsur hara yang terlarut
didalamnya, sehingga meningkatkan proses fotosintesis yang akan mengakibatkan
terjadinya akumulasi bahan organik pada seluruh bagian tanaman. Hal tersebut
dibuktikan oleh berat segar tanaman bibit kelapa sawit yang terbaik pada
konsentrasi biourine sapi yang lebih tinggi. Sejalan dengan Nikita et al. (2014)
bahwa komponen utama dari penyusun tubuh tanaman adalah air beserta unsur
hara. Air berfungsi sebagai bahan baku proses metabolisme yang terjadi didalam
tanaman, seperti fotosintesis, transpirasi, dan sebagai pelarut unsur hara. Unsur
hara primer seperti N, P, dan K sangat dibutuhkan tanaman pada setiap fase
pertumbuhan, terutama pada fase vegetative. Proses pembelahan dan pembesaran
sel akan menunjukkan perubahan terhadap peningkatan pertumbuhan seluruh
bagian tanaman, sehingga menunjukkan pengaruh yang nyata dalam peningkatan
berat segar tanaman.
Pemberian pupuk NPK tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada
peubah berat segar tanaman. Hal ini diduga karena pengaplikasian dosis pupuk
NPK dilakukan ketika bibit tanaman kelapa sawit masih menggunakan cadangan
makanannya yang terdapat dalam biji untuk pertumbuhan, serta adanya faktor
lingkungan yang mempengaruhi penyediaan unsur hara pada tanah, sehingga
tanaman belum mampu merespon unsur hara yang diberikan dengan baik. Sejalan
dengan pendapat Nazari (2008) bahwa faktor genetik merupakan hal yang
mempengaruhi pertumbuhan bibit kelapa sawit pada awal pertumbuhan, sehingga
pertumbuhan bibit kelapa sawit sampai bulan kedua masih cukup lambat terhadap
pertumbuhannya. Hal lain adanya faktor lingkungan seperti curah hujan yang
mengakibatkan terjadinya pencucian unsur hara melalui aliran permukaan. Hal ini
didukung oleh Lakitan (2007) bahwa pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal.
3

4.6. Berat Kering Tanaman (g)


Hasil analisis ragam antara perlakuan konsentrasi biourine sapi dan dosis
pupuk NPK menunjukan tidak adanya interaksi yang nyata pada peubah berat
kering tanaman bibit kelapa sawit. Perlakuan konsentrasi biourine sapi secara
tunggal berpengaruh nyata pada peubah berat kering tanaman. Perlakuan dosis
pupuk NPK secara tunggal menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap
peubah berat kering tanaman. Hasil analisis ragam pada peubah berat kering
tanaman akibat perlakuan konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk NPK secara
tunggal dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rata-Rata Berat Kering Tanaman Umur 11 MST Akibat Perlakuan
Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis Pupuk NPK
Perlakuan Berat Kering Tanaman (g)
(1) (2)
Bio-Urine Sapi (U)
U0 (0 cc/liter) 3,11 (1,89) b
U1 (50 cc/liter) 3,05 (1,87) b
U2 (75 cc/liter) 3,52 (1,99) ab
U3 (100 cc/liter) 4,65 (2,24) a
Pupuk NPK (N)
N0 (0 gram/polibag) 3,24 (1,92) a
N1 (2 gram/polibag) 3,94 (2,07) a
N2 (3 gram/polibag) 3,57 (2,01) a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji DMRT 5 %, angka dalam kurung hasil transformasi
dengan √x + 0.5.

Berdasarkan Tabel 11. dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi biourine


sapi 100 cc/liter (U3) memberikan nilai tertinggi pada peubah berat kering
tanaman dengan nilai 4,65 gram, sedangkan perlakuan konsentrasi biourine sapi
50 cc/liter (U1) memberikan nilai berat kering tanaman terendah yaitu 3,05 gram,
namun tidak berbeda nyata pada perlakuan 0 cc/liter (U 0) dengan nilai 3,11 gram.
Perlakuan dosis pupuk NPK secara tunggal menunjukkan pengaruh yang tidak
berbeda nyata pada semua perlakuan terhadap peubah berat kering tanaman.
Berdasarkan taraf perlakuan, nilai berat kering tanaman tertinggi diperoleh pada
perlakuan dosis pupuk NPK 2 gram/polibag (N1) dengan nilai 3,94 gram,
sedangkan nilai berat kering tanaman terendah diperoleh pada perlakuan dosis
pupuk NPK 0 gram/polibag (N0) yaitu 3,24 gram.
3

Pemberian konsentrasi biourine sapi menunjukkan pengaruh yang nyata


terhadap peubah berat kering tanaman pada konsentrasi 100 cc/liter. Hal ini
diduga bahwa pada konsentrasi tersebut sudah mampu dalam mensuplai unsur
hara dalam jumlah yang besar, sehingga meningkatkan proses metabolisme dan
laju fotosintesis pada bibit tanaman kelapa sawit. Kecepatan laju fotosintesis yang
baik akan memacu peningkatan pertumbuhan pada bagian-bagian vegetatif
tanaman. Hal tersebut akan berdampak pada penimbunan bahan organik seperti
senyawa-senyawa organik yang akan berpengaruh terhadap bobot kering tanaman
bibit kelapa sawit. Menurut Lakitan (2007) berat kering tanaman merupakan
akumulasi senyawa organik yang dihasilkan dari proses fotosintesis, sedangkan
laju fotosintesis sangat dipengaruhi oleh kecepatan akar dalam menyerap unsur
hara. Sejalan dengan pendapat Jumin (2002) bahwa ketersediaan unsur hara akan
menentukan berat kering tanaman. Sejalan dengan hasil penelitian Gultom et al.
(2014) bahwa pemberian pupuk urine sapi 40% berpengaruh terhadap peningkatan
berat kering tanaman bibit kelapa sawit.
Dosis pupuk NPK yang diberikan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata
pada peubah berat kering tanaman. Hal ini diduga adanya pengaruh sifat genetik
bawaan dari bibit kelapa sawit yang masih berkontribusi dalam mendorong
pertumbuhan awal bibit kelapa sawit, sehingga tanaman belum mampu merespon
unsur hara yang diberikan dengan baik. Hal tersebut dibuktikan bahwa perlakuan
pupuk NPK yang diberikan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan. Menurut Lakitan (2007) penyebab terjadinya penurunan aktifitas
fotosintesis diakibatkan adanya indikasi bahwa tanaman kekurangan unsur hara.
Hal tersebut berdampak pada penurunan produksi asimilat dan berat kering
tanaman.

4.7. Panjang Akar (cm)


Hasil analisis ragam antara perlakuan konsentrasi biourine sapi dan dosis
pupuk NPK menunjukkan adanya interaksi yang nyata pada peubah panjang akar
bibit kelapa sawit. Perlakuan konsentrasi biourine sapi secara tunggal berpengaruh
nyata pada peubah panjang akar. Perlakuan dosis pupuk NPK secara tunggal
menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada peubah panjang akar. Hasil analisis
ragam interaksi perlakuan konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk NPK pada
peubah panjang akar dapat dilihat pada Tabel 12.
3

Tabel 12. Interaksi Perlakuan Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis Pupuk NPK
pada Peubah Panjang Akar Umur 11 MST
Panjang Akar (cm)
NPK
Biourine
N0 N1 N2
19,93 B 31,26 A 35,73 A
U0
b a a
25,80 A 27,73 A 28,00 A
U1
ab ab ab
32,50 A 24,43 AB 23,30 B
U2
a b b
34,56 A 34,83 A 33,70 A
U3
a a a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut UJBD taraf
0,05. Huruf besar dibaca secara horizontal, sedangkan huruf kecil dibaca secara
vertikal. U0 = 0 cc/liter, U1 = 50 cc/liter, U2 = 75 cc/liter, U3 = 100 cc/liter, dan
N0 = 0 gram, N1 = 2 gram/polibag, N2 = 3 gram/polibag.

Berdasarkan Tabel 12. dapat dilihat bahwa adanya interaksi dari perlakuan
konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk NPK yang berpengaruh nyata terhadap
peubah panjang akar. Nilai tertinggi dari peubah panjang akar diperoleh pada
perlakuan U0N2 (0 cc/liter + 3 gram/polibag) yaitu 35,73 cm, nilai tersebut tidak
berbeda nyata pada perlakuan U3N1 (100 cc/liter + 2 gram/polibag) dengan nilai
34,83 cm, namun berbeda nyata pada perlakun U0N0 (0 cc/liter + 0 gram/polibag)
yang memberikan nilai panjang akar terendah yaitu dengan nilai 19,93 cm.
Adanya interaksi dari perlakuan konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk
NPK pada perlakuan 0 cc/liter + 3 gram/polibag (U0N2) yang sama halnya dengan
pemberian pada perlakuan 100 cc/liter + 2 gram/polibag (U3N1) pada peubah
panjang akar yang memberikan akar terpanjang pada bibit kelapa sawit. Hal ini
diduga pada pupuk biourine sapi yang diberikan mengandung unsur hara yang
tinggi seperti unsur N, P, dan K. Unsur tersebut dapat menggantikan sebagian
hara yang terdapat dalam pupuk anorganik, walaupun masih dalam skala yang
kecil. Hal tersebut dibuktikan pada pemberian biourine sapi 100 cc/liter dapat
menurunkan 1 gram dosis pupuk NPK. Menurut Irsyad dan Kastono (2019)
pemberian pupuk organik pada tanah dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
dalam penggunaan pupuk anorganik, dikarenakan pupuk organik mengandung
komponen bahan pembenah tanah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pemberian pupuk organik cair biourine sapi dapat mengurangi penggunaan pupuk
anorganik (NPK) sebesar 33% pada pembibitan kelapa sawit di pre nursery.
3

Hasil analisis ragam pada peubah panjang akar akibat perlakuan konsentrasi
biourine sapi dan dosis pupuk NPK secara tunggal dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Rata-Rata Panjang Akar Umur 11 MST Akibat Perlakuan Konsentrasi
Biourine Sapi dan Dosis Pupuk NPK
Perlakuan Panjang Akar (cm)
(1) (2)
Bio-Urine Sapi (U)
U0 (0 cc/liter) 28,97 b
U1 (50 cc/liter) 27,17 b
U2 (75 cc/liter) 26,74 b
U3 (100 cc/liter) 34,36 a
Pupuk NPK (N)
N0 (0 gram/polibag) 28,20 a
N1 (2 gram/polibag) 29,56 a
N2 (3 gram/polibag) 30,18 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji DMRT 5 %

Berdasarkan Tabel 13. dapat dilihat bahwa nilai tertinggi perlakuan


konsentrasi biourine sapi terhadap peubah panjang akar diperoleh pada perlakuan
100 cc/liter (U3) dengan nilai 34,36 cm, nilai tersebut berbeda nyata pada
perlakuan 75 cc/liter (U2) dengan nilai panjang akar terendah yaitu 26,74 cm.
Faktor perlakuan dosis pupuk NPK menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda
nyata terhadap peubah panjang akar pada semua perlakuan. Berdasarkan taraf
perlakuan, pemberian dosis pupuk NPK 3 gram/polibag (N 2) memberikan nilai
panjang akar tertinggi yaitu 30,18 cm, sedangkan nilai panjang akar terendah
diperoleh pada perlakuan 0 gram/polibag (N0) dengan nilai 28,20 cm.
Pupuk biourine sapi memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah
panjang akar pada konsentrasi 100 cc/liter. Hal ini diduga bahwa pupuk biourine
sapi memiliki salah satu komponen zat pengatur tumbuh dan unsur N yang tinggi,
sehingga merangsang perkembangan jaringan meristem yang terdapat pada akar-
akar muda untuk melakukan diferensiasi sel (perpanjangan sel). Menurut Yunita
(2011) jenis zat pengatur tumbuh seperti auksin yang terkandung dalam pupuk
biourine sapi diantaranya auksin-a (auxentriollic acid), auksin-b dan auksin lai
(hetero auksin). Auksin diperoleh dari pakan hijaun yang telah dicerna oleh sapi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Adiatma (2016) bahwa pupuk biourine sapi
mengandung zat perangsang tumbuh alami yang dapat meningkatkan
perkembangan akar tanaman pada benih ataupun bibit. Sejalan dengan hasil
penelitian Gultom et al. (2014) bahwa pemberian urine sapi 40% pada bibit kelapa
3

sawit di pre nursery menghasilkan panjang akar primer yang ukurannya lebih
panjang dibandingkan pada akar bibit yang tanpa diberi perlakuan.
Pemberian dosis pupuk NPK tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap peubah panjang akar. Hal ini diduga bahwa pupuk NPK yang diberikan
belum mampu secara nyata mempengaruhi pertumbuhan tanaman terkhususnya
pada perkembangan akar. Hal tersebut didasari oleh faktor genetik dari tanaman
yang lebih dominan dalam menunjukkan pengaruhnya terhadap pertumbuhan
panjang akar. Adanya faktor lain seperti tercucinya unsur hara yang belum
mampu diserap oleh tanaman, terutama pada unsur fosfor. Unsur P berfungsi
untuk merangsang perkembangan akar-akar muda. Menurut Gultom et al. (2014)
bahwa faktor genetik merupakan salah satu indikator dalam peningkatan
pertumbuhan akar bibit kelapa sawit secara maksimal pada fase tertentu. Menurut
pendapat Rosmarkam (2002) bahwa panjang akar dipengaruhi oleh ketersediaan
air dan unsur hara seperti fosfor yang berfungsi memperbaiki sistem perakaran.

4.8. Berat Segar Akar (g)


Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi biourine sapi
dan dosis pupuk NPK tidak memberikan interaksi yang nyata terhadap berat segar
akar. Perlakuan konsentrasi biourine sapi secara tunggal menunjukkan pengaruh
yang tidak nyata pada peubah berat segar akar. Perlakuan dosis pupuk NPK secara
tunggal juga memberikan pengaruh yang nyata pada peubah berat segar akar.
Hasil analisis ragam peubah berat segar akar akibat perlakuan konsentrasi
biourine sapi dan dosis pupuk NPK secara tunggal dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Rata-Rata Berat Segar Akar Umur 11 MST Akibat Perlakuan
Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis Pupuk NPK
Perlakuan Berat Segar Akar (mg)
(1) (2)
Bio-Urine Sapi (U)
U0 (0 cc/liter) 723,3 (26,25) a
U1 (50 cc/liter) 1013,3 (31,55) a
U2 (75 cc/liter) 827,8 (28,40) a
U3 (100 cc/liter) 974,4 (30,64) a
Pupuk NPK (N)
N0 (0 gram/polibag) 699,2 (26,07) b
N1 (2 gram/polibag) 929,2 (30,11) ab
N2 (3 gram/polibag) 1025,8 (31,45) a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji DMRT 5 %, angka dalam kurung hasil transformasi
dengan √x + 0.5.
3

Berdasarkan Tabel 14. menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi biourine


sapi menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap peubah berat segar
akar pada semua perlakuan. Menurut taraf perlakuan, pemberian konsentrasi
biourine sapi 50 cc/liter (U1) memberikan nilai berat segar akar tertinggi yaitu
974,4 mg, sedangkan nilai terendah diperoleh pada perlakuan 0 cc/liter (U 0) yaitu
723,3 mg. Perlakuan dosis pupuk NPK secara tunggal memberikan pengaruh yang
nyata pada perlakuan 3 gram/polibag (N2) dengan nilai berat segar akar tertinggi
yaitu 1025,8 mg, namun nilai tersebut tidak berbeda nyata pada perlakuan 2
gram/polibag dengan nilai 929,2 mg, sedangkan pada perlakuan 0 gram/polibag
(N0) memberikan nilai berat segar akar terendah yaitu 699,2 mg.
Perlakuan konsentrasi biourine sapi tidak menunjukkan adanya pengaruh
yang nyata pada peubah berat segar akar. Hal ini diduga pada taraf konsentrasi
biourine sapi yang diberikan hanya dapat mensuplai unsur hara dengan jumlah
yang sedikit bagi pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre nursery, sehingga belum
mampu merangsang pertumbuhan akar-akar lateral, seperti pembentukan akar
sekunder maupun akar tersier yang akan mempengaruhi berat segar akar. Hal
tersebut dapat dibutikan pada perlakuan yang diberikan belum menunjukkan
respon yang signifikan terhadap berat segar akar bibit kelapa sawit. Sejalan
dengan hasil penelitian Gultom et al. (2014) bahwa pertumbuhan tanaman akan
terhambat, jika tanaman mendapatkan unsur hara dalam jumlah yang sedikit. Hal
tersebut akan berdampak pada pertumbuhan akar menjadi kurang berkembang,
sehingga akan terjadi pengecilan terhadap volume akar yang mempengaruhi
terhadap berat segar akar. Sejalan dengan pendapat Budi dan Aprilina (2009)
bahwa keteresediaan unsur hara dan adanya faktor lingkungan sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar.
Adanya pengaruh yang nyata terhadap pemberian dosis pupuk NPK
terhadap berat segar akar bibit tanaman kelapa sawit. Hal ini disebabkan bahwa
pada pupuk NPK yang diberikan mengandung unsur hara P yang tinggi berkisar
16%, sehingga dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan akar menjadi
lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat dari berat segar akar bibit kelapa sawit yang
memberikan nilai terbaik. Menurut adnan et al. (2015) bahwa peningkatan laju
fotosintesis juga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara fosfor, sehingga
meningkatkan pembentukan akar-akar baru yang menghasilkan berat segar akar.
3

4.9. Berat Kering Akar (g)


Hasil analisis ragam menunjukan bahwa tidak adanya interaksi yang nyata
pada peubah berat kering akar bibit kelapa sawit akibat perlakuan konsentrasi
biourine sapi dan dosis pupuk NPK. Perlakuan konsentrasi biourine sapi secara
tunggal menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada peubah berat kering akar.
Perlakuan dosis pupuk NPK secara tunggal menunjukkan pengaruh yang sangat
nyata terhadap peubah berat kering akar. Hasil analisis ragam peubah berat kering
akar akibat perlakuan konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk NPK secara
tunggal dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Rata-Rata Berat Kering Akar Umur 11 MST Akibat Perlakuan
Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis Pupuk NPK
Perlakuan Berat Kering Akar (mg)
(1) (2)
Bio-Urine Sapi (U)
U0 (0 cc/liter) 212,22 a
U1 (50 cc/liter) 273,33 a
U2 (75 cc/liter) 252,22 a
U3 (100 cc/liter) 310,00 a
Pupuk NPK (N)
N0 (0 gram/polibag) 201,67 b
N1 (2 gram/polibag) 293,33 a
N2 (3 gram/polibag) 290,83 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji DMRT 5 %.

Berdasarkan Tabel 15. dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi biourine


sapi menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap peubah berat kering akar.
Berdasarkan taraf perlakuan, konsentrasi biourine sapi 100 cc/liter (U3)
memberikan nilai berat kering akar tertinggi yaitu 310 mg, nilai tersebut berbeda
nyata pada perlakuan 0 cc/liter (U0) yang memiliki nilai terendah yaitu 212,22 mg.
Perlakuan dosis pupuk NPK secara tunggal memberikan pengaruh yang sangat
nyata pada perlakuan 2 gram/polibag (N1) dengan nilai berat kering akar tertinggi
yaitu 293,33 mg, yang tidak berbeda nyata pada perlakuan 3 gram/polibag (N 2),
sedangkan pada perlakuan 0 gram/polibag (N0) memberikan nilai berat kering
akar terendah yaitu 201,67 mg.
Perlakuan konsentrasi biourine sapi yang diberikan tidak menunjukkan
adanya pengaruh yang nyata pada peubah berat kering akar. Hal ini diduga bahwa
konsentrasi biourine sapi yang diberikan masih terbilang cukup rendah, sehingga
belum mampu mendorong proses metabolisme terhadap pertumbuhan dan
3

perkembangan akar bibit kelapa sawit. Hal tersebut dibuktikan pada pemberian
biourine sapi belum menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap berat kering
akar. Menurut Fatimah dan Budi (2008) bahwa untuk mencapai nilai berat kering
tanaman yang terbaik perlu adanya faktor pendukung untuk meningkatkan
pertumbuhan akar tanaman, seperti faktor internal maupun faktor eksternal.
Sejalan dengan pendapat Gultom et al. (2014) bahwa pertumbuhan tanaman tidak
akan meningkat, apabila hanya mendapatkan unsur hara dalam jumah yang kecil.
Hal tersebut akan mempengaruhi nilai berat kering, terutama pada bagian akar
tanaman.
Pemberian dosis pupuk NPK berpengaruh sangat nyata pada peubah berat
kering akar. Hal ini diduga pada dosis pupuk NPK yang diberikan mengandung
unsur hara N, P, dan K yang cukup tinggi, sehingga mampu mendorong proses
metabolisme terhadap perkembangan akar yang menghasilkan penimbunan bahan
organik pada bagian akar. Hal tersebut akan mengakibatkan nilai berat kering akar
akan menjadi lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Adnan et al. (2015)
bahwa pupuk NPK mengandung unsur hara makro yang dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman, sehingga akan mempengaruhi peningkatan berat kering
akar. Sekitar 70% punyusun tubuh tanaman adalah air, sehingga dengan metode
pengeringan akan menghasilkan bahan kering berupa zat-zat organik. Sejalan
dengan Jannah et al. (2012) bahwa ketersediaan unsur hara nitrogen, fosfor, dan
kalium dapat memacu proses fotosintesis, sehingga menghasilkan asimilat untuk
perkembangan akar.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di atas, dapat ditarik
bahwa penggunaan konsentrasi biourine sapi 100 cc/liter bersamaan dengan dosis
pupuk NPK 2 gram/polibag dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman,
jumlah daun, dan panjang akar bibit kelapa sawit dengan sangat baik. Hal ini
diduga adanya keseimbangan unsur hara yang terkandung di dalam pupuk
biourine sapi dan pupuk NPK, sehingga unsur tersebut saling berkontribusi dalam
penyediaan hara untuk pertumbuhan dan perkembangan bibit kelapa sawit.
Sejalan dengan hasil penelitian Arifianto et al. (2019) bahwa pemberian biourine
sapi dosis 100 ml dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre
nursery secara keseluruhan, dimana perlakuan tersebut sama baiknya dengan
pemberian pupuk NPK.
4

Apabila dilihat dari persentasi kandungan hara, pupuk biourine sapi


mengandung unsur hara makro masih dalam jumlah yang sedikit. Hal ini mengapa
penggunaan pupuk organik harus dikombinasikan dengan pupuk anorganik, agar
asupan unsur hara untuk meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit dapat
seimbang dan terpenuhi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan
pupuk biourine sapi dapat menurunkan penggunaan dosis pupuk NPK sebesar
33% dari dosis yang telah di tetapkan pada pembibitan kelapa sawit di pre
nursery, sehingga dapat meminimalisir penggunaan pupuk anorganik.
Hal tersebut dapat menjadi solusi dan sebuah alternatif dari permasalahaan
yang terdapat di pembibitan awal kelapa sawit, yang dimuat dalam bab 1, yaitu
permasalahan yang sering dihadapi pada pembibitan kelapa sawit saat ini adalah
mahalnya pupuk anorganik yang semakin meningkat di pasar pertanian. Hal ini
juga sejalan dengan hasil penelitian Setyorini et al. (2018) bahwa pemberian
pupuk organik caik kulit pisang bersamaan dengan pupuk anorganik (NPK) dapat
meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, berat segar tajuk,
dan berat kering akar bibit kelapa sawit secara nyata, serta dapat mengurangi dosis
anjuran penggunaan pupuk NPK pada pembibitan kelapa sawit di pre nursery.
Menurut Sari et al. (2015) bahwa pemberian pupuk organik bersamaan
dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan keefektifan dalam pemupukan. Hal
ini disebabkan pemberian pupuk organik dapat memperbaiki sifat biologi tanah
dalam meningkatkan populasi mikroorganisme, sehingga pemberian pupuk
anorganik (NPK) akan menjadi sumber energi bagi mikroorganisme. Hal tersebut
akan memacu pertumbuhan dalam meningkatkan produksi dan kualitas tanaman,
sedangkan pemberian pupuk anorganik yang diberikan secara tunggal akan
mengakibatkan kerusakan pada tanah dan menurunkan populasi mikroorganisme.
Sejalan dengan pendapat Dharmayanti et al. (2013) salah satu alternatif dalam
meningkatkan ketersediaan, kecukupan, dan efisiensi hara, serta menambah
populasi mikroorganisme di dalam tanah dapat dilakukan dengan menambahkan
pupuk biourine sapi sebagai bahan amelioran.
5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Pemberian konsentrasi biourine sapi 75 cc/liter dapat meningkatkan
pertumbuhan klorofil daun 7, 9, dan 11 MST. Pemberian konsentrasi biourine
sapi 100 cc/liter juga dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman 9 dan
11 MST, diameter batang 7, 9 dan 11 MST, jumlah daun 11 MST, berat segar
tanaman, berat kering tanaman, dan panjang akar bibit kelapa sawit.
Konsentrasi terbaik yang dilihat dari rata-rata pertumbuhan bibit kelapa sawit
yaitu pada pemberian biourine sapi 100 cc/liter yang menghasilkan
pertumbuhan yang lebih baik.
2. Pemberian dosis pupuk NPK 2 g/polibag dapat meningkatkan pertumbuhan
tinggi tanaman 7, 9, dan 11 MST, kandungan klorofil 9 dan 11 MST, dan
berat kering akar bibit kelapa sawit. Pemberian dosis pupuk NPK 3 g/polibag
juga dapat meningkatkan pertumbuhan jumlah daun 11 MST, panjang akar,
dan berat segar akar. Dosis terbaik yang dilihat dari rata-rata pertumbuhan
bibit kelapa sawit yaitu pada pemberian pupuk NPK 2 g/polibag.
3. Terdapat interaksi dari perlakuan konsentrasi biourine sapi dan dosis pupuk
NPK yang dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun,
dan panjang akar bibit kelapa sawit. Perlakuan terbaik yang dilihat dari rata-
rata pertumbuhan bibit kelapa sawit yang lebih baik terdapat pada konsentrasi
biourine sapi 100 cc/liter dan dosis pupuk NPK 2 g/polibag.

5.2. Saran
Dianjurkan untuk menggunakan biourine sapi dengan konsentrasi 100
cc/liter dan dosis pupuk NPK 2 gram/polibag, karena dapat meningkatkan
kesuburan tanah dan memberikan ketersediaan unsur hara bagi bibit kelapa sawit
serta mengurangi penggunaan pupuk anorganik terhadap pembibitan kelapa sawit
pada fase pre nursery.

41
DAFTAR PUSTAKA

Adiatma, R.N. 2016. Karakteristik dan Analisis Keuntungan Pupuk Organik Cair
Biourine Sapi Bali yang Diproduksi Menggunakan Mikroorganisme Lokal
(MOL) dan Lama Fermentasi yang Berbeda. (Skripsi online). Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar. Diakses 3 juli 2021.

Adijaya, I.N. 2011. Pemanfaatan Urin Ternak (Bio Urine) Dalam Mendukung
Pertanian Ramah Lingkungan. Buletin Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Hal 15-16.

Adnan, S.I., Utoyo, B., dan Kusumastuti, A. 2015. Pengaruh Pupuk NPK dan
Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Main Nursery. Jurnal AIP 3(2).

Agustina, K. 2013. Tanggap Pertumbuhan Kangkung (Ipomea reptana) terhadap


Aplikasi Pupuk Organik Cair Urine Sapi dan Pupuk Anorganik Di Lahan
Pasang Surut Tipe Luapan C. Jurnal Ilmiah AgrIBA 1(1), 100-107.

Amirudin, E., Hastuti, D., dan Prihastanti, E. (2015). Pengaruh Jenis dan
Konsentrasi Larutan Perendam Alami terhadap Perkecambahan Biji dan
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq). (Skripsi online).
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro,
Semarang. Diakses 3 juli 2021.

Ardianto, N.T., Ardian., dan Khoiri, M.A. 2015. Pemberian Sludge dan Urine
Sapi terhadap Pertumbuhan bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
Di Pembibitan Utama. Jom Faperta, 2(1).

Arifianto, M., Hartati, R.M., dan Setyorini, T. 2019. Pengaruh Dosis Urine Sapi
dan Waktu Penyiraman Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis
Guineensis Jacq) Di Pre-Nursery. Jurnal Agromast, 4(1).

Aritonang, M., Setiyo, Y., dan Gunadnya, I.B.P. 2012. Optimalisasi Proses
Fermentasi Urin Sapi Menjadi Biourin. (Skripsi online). Fakultas
Teknologi Pertanian. Universitas Udayana. Diakses pada 12 Februari
2021.

Aryadika, P. 2015. Pengaruh Pemberian Serat Kelapa Sawit dan Urine Sapi pada
Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.). (Skripsi Online).
Politeknik Negeri Lampung. Diakses pada 12 Februari 2021.

Budi, F.S. dan Aprilina. 2009. Pembuatan Pupuk Fosfat dari Batuan Fosfat Alam
Secara Acidulasi. Universitas Diponegoro. Bandung.

Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit. 2016. Available at


(https://www.antaranews.com). Kementrian Pertanian. Diakses 12
Februari 2021.

42
4

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP Kepri). 2020. Teknologi Pembuatan


Bio-Urine dari Kencing Sapi yang Diperkaya dengan Pupuk Hayati.
Kepulauan Riau. (Tabloidsinartani.com). Diakses pada 12 Februari 2021.

Damanik, M.M.B., Hasibuan, B.E., Fauzi., Sarifuddin., Hanum, H. 2011.


Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Dwidjoseputro, D. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia. Jakarta.

Dharmayanti, N., Supadma, A.A.N., dan Arthagama, D.M. 2013. Pengaruh


Pemberian Biourine dan Dosis Pupuk Anorganik (N,P,K) terhadap
Beberapa Sifat Kimia Tanah Pegok dan Hasil Tanaman Bayam
(Amaranthus sp.). E. Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 2(3), 165-174.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2021. Statistik Perkebunan Indonesia/Palm Oil


Area by Province in Indonesia 2017-2021. Kementrian Pertanian.
(http//www.deptan.go.id) diakses pada tanggal 12 Februari 2021.

Fauzi, Y.Y., Widyastuti, E., Satyawibawa, I., dan Hartono, R. 2012. Kelapa
Sawit, Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan
Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.

Fahmi A. (2010). Kandugan Pupuk Nitrogen (N). Balai Pelatihan dan Pengkajian
Tehnologi Pertanian Sulawesi Selatan.

Fatimah, S., dan Budi, M.H. 2008. Pengaruh Komposisi Media Tanam terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata
Nees). Journal embryo 5(2). Fakultas Pertanian Unijoyo. Jawa Tengah.

Gultom, H.B., Sampoerno., dan Manurung, G.M.E. 2014. Pemberian Kompos


Ampas Tahu dengan Urine Sapi pada Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq) Di Pre-Nursery. Jom Faperta, 1(2).

Herviyanti, A., Fachri, S., Darmawan, R., Gusnidar, S., dan Amrizal. 2012.
Pengaruh Pemberian Bahan Humat dan Pupuk P pada Ultisol. J. Solum
19(2), 15-24.

Irsyad, Y.M.M., dan Kastono, D. 2019. Pengaruh Macam Pupuk Organik Cair dan
Dosis Pupuk Anorganik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea
mays L.). Vegetalika, 8(4), 263-275.

Jannah, N., Abdul, F., dan Marhanuddin. 2012. Pengaruh Macam dan Dosis
Pupuk NPK pada Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq). Media
Sains 4(1), 48-54.

Jumin, H.B. 2002. Dasar-Dasar Agronomi. PT Raja Grafindo. Jakarta.

Khasanah. 2012. Pengaruh Pupuk NPK Tablet dan Pupuk Nutrisi Organik Cair
terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Pembibitan Utama. (Skripsi online). Program Studi Agroekoteknologi.
Fakultas Pertanian. Universitas Riau. Diakses pada 14 Februari 2021.
4

Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Grafindo Persada.


Jakarta.

Lakitan, B. 2011. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Grafindo Persada.


Jakarta.

Leszczynska, D., dan Malina, J.K. 2011. Effect Of Organic Matter From Various
Sources on Yield and Quality of Plant on Soils Contaminated with Heavy
Metals. J. Ecol. Chem. Engineering 18(4), 501-507.

Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Di Indonesia. Edisi 2.
Ppks Rispa.

Lubis, H.A. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Mahkota(15-15-6-4) dan Pupuk


Organik Cair GDM terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Di Pre
Nurser. (Skripsi online). Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Asahan. Diakses pada 14 Februari 2021.

Lubis, R.E. dan Windanarko, A. 2012. Buku Pintar Kelapa Sawit. Agromedia
Pustaka. Jakarta.

Maryani, A.T. 2012. Pengaruh Volume Pemberian Air terhadap Pertumbuhan


Bibit Kelapa Sawit Di Pembibitan Utama, Jurnal Agroekoteknologi 1(2),
64-75.

Nazari, Y.A. 2008. Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) pada Pembibitan Awal terhadap Pupuk NPK Mutiara. Ziraa’ah
Majalah Ilmiah Pertanian 23(3), 170-184.

Nikita, D.M., Nurul, A., dan Titin, S. 2014. Pengaruh Frekuensi dan Volume
Pemberian Air pada Pertumbuhan Tanaman Crotalaria mucronata Desv.
Jurnal Produksi Tanaman 2(8), 673-678.

Pahan, I. 2015. Paduan Lengkap Kelapa Sawit. Cetakan ke 9. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). 2010. Budidaya Kelapa Sawit. PPKS.
Medan.

Qibtiyah, M., Aini, N., dan Soelistyono, R. 2015. The Effect of Application Time
and Dosage of Biourine on Growth and Production of Rice (Oryza Sativa
L.). Journal of Agriculture and Veterinary Science 8(1), 26-30.

Quansah, G.W. 2010. Improving Soil Productivity Through Biochar Amendments


to Soils. J. Environ. Sci. Technol. Africa 3(1), 34-41.

Ratna Dewi A., dan Intan. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi
Pertumbuhan Tanaman. Bandung. Universitas Padjajaran.
4

Roikan., Fuah, K., dan Herlina. 2020. Pengaruh Konsentrasi Urine Sapi terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis gueneensis Jacq) Pre Nursery Di
Polybag. Jurnal Gema Agro 25(01), 11-16.

Rosmarkam, A., dan Yuwono, N.W. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Yogyakarta.

Ruhnayat, A. 2007. Penentuan Kebutuhan Pokok Unsur Hara N, P, K untuk


Pertumbuhan Tanaman Panili (Vanilla planifolia). Bul. Litro 18(6), 49-59.

Sari, V.I., Sudradjat., dan Sugiyanta. 2015. Peran Pupuk Organik dalam
Meningkatkan Efektivitas Pupuk NPK pada Bibit Kelapa Sawit di
Pembibitan Utama. J. Agron. Indonesia 43(2), 153-160.

Setyorini, T., Hartati, R.W., dan Damani, A.L. 2018. Pertumbuhan Bibit Kelapa
Sawit Di Pre Nursery dengan Pemberian Pupuk Organik Cair (Kulit
Pisang) dan Pupuk NPK. Jurnal Agritrop 18(1), 98-106.

Sinaga. 2012. Kandungan Pupuk Majemuk NPK. Yayasan Porsea Indonesia.


Bogor

Sinurat, H.S., Setyawati, E.R., dan Parwati, W.D.U. 2016. Uji Efektivitas Dosis
dan Cara Aplikasi Pupuk NPK pada Bibit Kelapa Sawit Pre Nursery.
Jurnal Agromast 1(2).

Sinulingga, E.S.R., Ginting, J., dan Sabrina, T. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk
Hayati Cair dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di
Pre Nursery. Jurnal Online Agroekoteknologi 3(3), 1219-1225.

Suharno, I., Mawardi, N., Setiabudi, S., Lunga., dan Tjitrosemito. 2007. Efisiensi
Penggunaan Nitrogen pada Tipe Vegetasi yang Berbeda Di Taman
Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Journal Biodiversitas 8(3), 287-
294.

Suharja., dan Sutarno. 2009. Biomass, Chlorophyll and Nitrogen Content of


Leaves of Two Chili Pepper Varieties (Capsicum Annum) in Different
Fertilization Treatments. Journal Nusantara Bioscience 1(2), 9-16.

Sitepu, A.E., dan Hapsoh. 2018. Aplikasi Abu Boiler dan Pupuk NPK terhadap
Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.). JOM Faperta UR.

Socfin Indonesia PT. 2013. Budidaya Kelapa Sawit. Socfin Indonesia. Jakarta.

Sudana, M., Wirya, G.N.A.S., dan Sudiarta, P. 2012. Pemanfaatan Biourin


Sebagai Biopestisida dan Pupuk Organik pada Usaha Budidaya Tanaman
Sawi Hijau (Brassica rapa var. parachinensis L) Organik. (Skripsi online).
Fakultas Pertanian. Universitas Udayana. Diakses pada 15 Februari 2021.
4

Sudradjat., Anita., Darwis., dan Wachjar, A. 2014. Optimasi Dosis Pupuk


Nitrogen dan Fosfor pada Bibit Kelapa Sawit di Pembibitan Utama. Jurnal
Agronomi Indonesia 42(3), 222-227.

Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem
Kemitraan. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sutari, S.N.W., 2010. Pengujian Kualitas Biourine Hasil Fermentasi dengan


Mikroba yang Berasal dari Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.). (skripsi online). Program
Pascasarjana. Universitas Udayana. Diakses pada 15 Februari 2021.

Sutedjo, M.M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Syakir, M., Allorerung, D., Poeloengan, Z., Syafaruddin., dan Rumini, W. 2012.
Budidaya Kelapa Sawit. Aska Media. Bogor.

Tua, R., Sampoerno., dan Anom, E. 2013. Pemberian Kompos Ampas Tahu dan
Urine Sapi pada Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Skripsi online). Jurusan
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau. Diakses pada 15
Februari 2021.

Uwumarongie, E.G., B.B. Sulaiman, O. Ederion, A. Imogie, B.O. Imosi, N.


Garbua, M. Ugbah. 2012. Vegetative Growth Performance of Oil Palm
(Elaeis guineensis) Seedlings in Response to Inorganic and Organic
Fertilizers. J. Agric. Sci Greener 2(1), 26-30.

Vidanarko. 2011. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit. Yogyakarta.

Waruwu, F., Wilman, B., Prasetyo., dan Hermansyah. 2018. Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit di Pre Nursery Dengan Komposisi Media Tanam dan
Konsentrasi Pupuk Cair Azolla pinnata Berbeda. Jurnal Ilmu Ilmu
pertanian JIPI 20(1), 7-12.

Wati, R.P., Azizah, N., dan Santoso, M. 2018. Pengaruh Konsentrasi Biourin Sapi
pada Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Tanaman Buncis (Phaseolus
Vulgaris L.). Jurnal Produksi Tanaman 6(4).

Yunita. 2011. Pengaruh Pupuk Biourine dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Rumput panicum maximum. Journal of Forage Science
Tropical 1(2), 61-64.
LAMPIRAN
4

Lampiran 1. Bagan Percobaan Penelitian di Lapangan Menurut Rancangan Acak


Kelompok (RAK)

BLOK 1 BLOK 2 BLOK 3


U3N1 U0N0 U3N1
50 cm
Antar Blok U
U1N2 U1N1 U1N1

U1N1 U1N2 U1N0


25 cm
Antar
U2N2 Perlakuan U2N2 U3N2

U0N2 U2N0 U2N1

U0N0 U3N2 U0N0

U3N2 U2N1 U0N1

U3N0 U3N1 U1N2

U2N0 U1N0 U0N2

U2N1 U0N1 U3N0

U1N0 U3N0 U2N0

U0N1 U0N2 U2N2

Keterangan: U0 : Tanpa Perlakuan N0 : Tanpa Perlakuan


U1 : 50 cc/Liter N1 : 2 gram/polibag
U2 : 75 cc/Liter N2 : 3 gram/polibag
U3 : 100 cc/Liter
4

Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Sawit Varietas D x P Simalungun

Nama : D x P Simalungun
Asal : Seleksi Galur Varietas Lokal
Rata-Rata jumlah Tandan : 13 tandan /pohon/tahun
Rata-Rata Berat Tandan : 19,2 kg/tandan
Potensi Produksi Tandan Buah Segar : 33 ton/ha/tahun
Rendemen Minyak : 26,5%
Potensi CPO : 8,7 ton/ha/tahun
Potensi PKO : 0,7 ton/ha/tahun
Potensi CPO + PKO (Palm Product) : 9,4 ton/ha/tahun
Iodine Value : 50,1
Kandungan Beta Karoten : 354 ppm
Pertumbuhan Meninggi : 75-80 cm/tahun
Panjang Pelepah : 5,47 meter
Kerapatan Tanam : 143 pohon/ha
Umur Panen : 28-30 bulan
Adaptasi pada Daerah Marjinal : Sangat baik (Daya Adaptasi Luas)
Warna Kulit Biji : Hitam kecoklatan
Inti : Tebal
Cangkang : Tipis
Rasio Inti : 9,2%
Sumber: Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan (PPKS).
5

Lampiran 3. Perhitungan dalam Konsentrasi Biourine Sapi dan Dosis Pupuk


NPK Mutiara

A. Konsentrasi Biourine Sapi


1. Konsentrasi 50 cc L-1 air
Dosis larutan per polibag = 200 mL
Jumlah keseluruhan larutan yang dibutuhkan = 27 polibag x 200 mL
= 5200 mL
= 5,4 L air
Jumlah konsentrasi biourine sapi keseluruhan yang dibutuhkan (27 polibag)
= Jumlah (biourine sapi L-1 air) x jumlah keseluruhan larutan
= 50 cc x 5,4 L air
= 270 cc
Jumlah konsentrasi biourine sapi per polibag
= Jumlah konsentrasi biourine keseluruhan / jumlah polibag
= 270 cc / 27 polibag
= 10 cc / polibag

2. Konsentrasi 75 cc L-1 air


Dosis larutan per polibag = 200 mL
Jumlah keseluruhan larutan yang dibutuhkan = 27 polibag x 200 mL
= 5400 mL
= 5,4 L air
Jumlah konsentrasi biourine sapi keseluruhan yang dibutuhkan (27 polibag)
= Jumlah (biourine sapi L-1 air) x jumlah keseluruhan larutan
= 75 cc x 5,4 L air
= 402 cc
Jumlah konsentrasi biourine sapi per polibag
= Jumlah biourine sapi keseluruhan / jumlah polibag
= 402 cc / 27 polibag
= 15 cc / polibag
5

3. Konsentrasi 100 cc L-1 air


Dosis larutan per polibag = 200 mL
Jumlah keseluruhan larutan yang dibutuhkan = 27 polibag x 200 mL
= 5400 mL
= 5,4 L air
Jumlah konsentrasi biourine sapi keseluruhan yang dibutuhkan (27 polibag)
= Jumlah (biourine sapi L-1 air) x jumlah keseluruhan larutan
= 100 cc x 5,4 L air
= 540 cc
Jumlah konsentrasi biourine sapi per polibag
= Jumlah biourine sapi keseluruhan / jumlah polibag
= 540 cc / 27 polibag
= 20 cc / polibag

B. Dosis Pupuk NPK


Rumus :
Keperluan Pupuk = B
X D
X 100 = Dosis Pupuk/Polibag (kg)
2.000.000
K

1 𝑘g 6,4 𝑘g/ℎ𝑎
N1 = 2.000.000 X X 100 = 2 gram/polibag  Pupuk NPK Mutiara
16 %
1 𝑘g 9,6 𝑘g/ℎ𝑎
N2 = 2.000.000 X 16 %
X 100 = 3 gram/polibag  Pupuk NPK Mutiara
5

Lampiran 4. Bagan Tahapan Fermentasi Urine Sapi Menjadi Biourine Sapi

Fermentasi Urine Sapi Menjadi Biourine

Urine yang dikumpulkan dari kandang sapi sebanyak 20 liter.


Larutan EM4 250 ml 500 g gula merah yang dilarutkan

Kedua larutan dicampurkan dan didiamkan sekitar 15-20 men

Kemudian, masukkan larutan EM4 yang telah dicampurkan dengan larutan gula mera
ke dalam jerigen yang berisi urine sapi.

Keterangan: lalu, aduk sampai semua


1. Terdapat beberapa larutan
tahapantercampur dengan merata
dalam pembuatan fermentasi urine sapi, yaitu
di dalam
pengambilan urine sapi dikumpulkan dengan cara menampung langsung dari
Setelah itu, tutup kembali
sapi menggunakan ember ketika sapi mengeluarkan kotorannya.
penutup jerigen, kemudian
2. Bahan yang digunakan adalah
homogenkan urinedan
sapi 20 liter, larutan EM4 250 ml, dan gula
fermentasikan
merah 500 gram.
3. Larutan EM4 250 ml dicampurkan terlebih dahulu dengan irisan gula aren 500
gram, kemudian dilarutkan dan didiamkan sekitar 15-20 menit. Hal ini
bertujuan agar gula aren menjadi asupan nutrisi untuk perkembangan bakteri.
4. Setelah itu semua bahan dimasukkan kedalam jerigen dan diaduk sampai
merata, kemudian tutup rapat dan diamkan selama 21 hari, dengan catatan
setiap 3 hari sekali tutup jerigen dibuka dan diaduk. Hal ini bertujuan untuk
mengeluarkan gas yang terbentuk dari proses fermentasi setelah mencapai
waktu 21 hari, lalu urine sapi siap untuk diaplikasikan (BPTP Kepri, 2020).
5

Lampiran 5. Analisis Ragam Tinggi Tanaman 5 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 0,22 0,11 0,11
U 3 2,26 0,75 0,76 tn 3,05 4,82
N 2 2,59 1,29 1,30 tn 3,44 5,72
U*N 6 3,53 0,58 0,59 tn 2,55 3,76
GALAT 22 21,90 0,99
TOTAL 35 30,52
KK 9,26%

Lampiran 6. Analisis Ragam Tinggi Tanaman 7 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 2,93 1,46 1,50
U 3 1,43 0,47 0,49 tn 3,05 4,82
N 2 6,81 3,40 3,49 * 3,44 5,72
U*N 6 1,64 0,27 0,28 tn 2,55 3,76
GALAT 22 21,44 0,97
TOTAL 35 34,26
KK 6,88%

Lampiran 7. Analisis Ragam Tinggi Tanaman 9 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 3,14 1,57 1,66
U 3 15,68 5,22 5,52 ** 3,05 4,82
N 2 9,03 4,51 4,77 * 3,44 5,72
U*N 6 19,34 3,22 3,40 * 2,55 3,76
GALAT 22 20,85 0,94
TOTAL 35 68,06
KK 5,18%
5

Lampiran 8. Analisis Ragam Tinggi Tanaman 11 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 3,32 1,66 1,03
U 3 33,58 11,19 6,95 ** 3,05 4,82
N 2 16,13 8,06 5,01 * 3,44 5,72
U*N 6 21,14 3,52 2,19 tn 2,55 3,76
GALAT 22 35,44 1,61
TOTAL 35 109,62
KK 5,94%

Lampiran 9. Analisis Ragam Diameter Batang 5 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 0,17 0,08 0,24
U 3 0,23 0,07 0,21 tn 3,05 4,82
N 2 0,14 0,07 0,20 tn 3,44 5,72
U*N 6 4,87 0,81 2,23 tn 2,55 3,76
GALAT 22 8,02 0,36
TOTAL 35 13,45
KK 11,40%

Lampiran 10. Analisis Ragam Diameter Batang 7 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 1,85 0,92 1,50
U 3 9,09 3,03 4,91 ** 3,05 4,82
N 2 0,29 0,14 0,24 tn 3,44 5,72
U*N 6 3,55 0,59 0,96 tn 2,55 3,76
GALAT 22 13,58 0,61
TOTAL 35 28,37
KK 11,90%
5

Lampiran 11. Analisis Ragam Diameter Batang 9 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 1,54 0,77 1,47
U 3 5,33 1,77 3,41 * 3,05 4,82
N 2 0,08 0,04 0,08 tn 3,44 5,72
U*N 6 2,41 0,40 0,77 tn 2,55 3,76
GALAT 22 11,49 0,52
TOTAL 35 28,37
KK 8,78%

Lampiran 12. Analisis Ragam Diameter Batang 11 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 0,70 0,35 0,49
U 3 8,69 2,89 4,00 * 3,05 4,82
N 2 0,41 0,20 0,29 tn 3,44 5,72
U*N 6 5,66 0,94 1,31 tn 2,55 3,76
GALAT 22 15,91 0,72
TOTAL 35 31,39
KK 9,08%

Lampiran 13. Analisis Ragam Jumlah Daun 5 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 0,07 0,03 0,40
U 3 0,13 0,04 0,45 tn 3,05 4,82
N 2 0,26 0,13 1,34 tn 3,44 5,72
U*N 6 0,25 0,04 0,42 tn 2,55 3,76
GALAT 22 2.20 0,10
TOTAL 35 2,94
KK 14,87%
5

Lampiran 14. Analisis Ragam Jumlah Daun 7 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 0,07 0,03 0,31
U 3 0,04 0,01 0,13 tn 3,05 4,82
N 2 0,29 0,14 1,22 tn 3,44 5,72
U*N 6 0,25 0,04 0,34 tn 2,55 3,76
GALAT 22 2,67 0,12
TOTAL 35 3,34
KK 13,07%

Lampiran 15. Analisis Ragam Jumlah Daun 9 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 0,23 0,11 1,19
U 3 0,59 0,19 2,03 tn 3,05 4,82
N 2 0,08 0,04 0,42 tn 3,44 5,72
U*N 6 0,09 0,01 0,16 tn 2,55 3,76
GALAT 22 2,14 0,09
TOTAL 35 3,14
KK 9,58%

Lampiran 16. Analisis Ragam Jumlah Daun 11 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 0,01 0,01 0,12
U 3 1,10 0,36 4,45 * 3,05 4,82
N 2 0,91 0,45 5,51 * 3,44 5,72
U*N 6 2,26 0,37 4,55 ** 2,55 3,76
GALAT 22 1,82 0,08
TOTAL 35 6,12
KK 7,09%
5

Lampiran 17. Analisis Ragam Klorofil Daun 5 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 93,54 46,77 3,58
U 3 12,09 4,03 0,31 tn 3,05 4,82
N 2 29,14 14,57 1,12 tn 3,44 5,72
U*N 6 75,28 12,54 0,96 tn 2,55 3,76
GALAT 22 287,03 13,04
TOTAL 35 497,10
KK 15,17%

Lampiran 18. Analisis Ragam Klorofil Daun 7 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 168,51 84,25 2,89
U 3 299,82 99,94 3,43 * 3,05 4,82
N 2 157,82 78,91 2,71 tn 3,44 5,72
U*N 6 114,56 19,07 0,66 tn 2,55 3,76
GALAT 22 640,54 29,11
TOTAL 35 1381,18
KK 14,04%

Lampiran 19. Analisis Ragam Klorofil Daun 9 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 75,14 37,57 2,43
U 3 302,13 100,71 6,52 ** 3,05 4,82
N 2 131,20 65,60 4,25 * 3,44 5,72
U*N 6 214,69 35,78 2,32 tn 2,55 3,76
GALAT 22 339,83 15,44
TOTAL 35 1063,00
KK 5,68%
5

Lampiran 20. Analisis Ragam Klorofil Daun 11 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 411,13 205,56 0,83
U 3 3757,49 1252,49 5,06 ** 3,05 4,82
N 2 2502,75 1251,37 5,05 * 3,44 5,72
U*N 6 429,06 71,51 0,29 tn 2,55 3,76
GALAT 22 5448,04 247,63
TOTAL 35 12548,49
KK 12,00%

Lampiran 21. Analisis Ragam Berat Segar Tanaman 11 MST Akibat Pemberian
Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 4,07 2,03 0,27
U 3 70,57 23,52 3,14 * 3,05 4,82
N 2 33,09 16,54 2,21 tn 3,44 5,72
U*N 6 20,73 3,45 0,46 tn 2,55 3,76
GALAT 22 164,70 7,68
TOTAL 35 293,191
KK 27,93%

Lampiran 22. Analisis Ragam Berat Kering Tanaman 11 MST Akibat Pemberian
Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 0,07 0,03 0,53
U 3 0,76 0,25 3,73 * 3,05 4,82
N 2 0,13 0,06 0,96 tn 3,44 5,72
U*N 6 0,27 0,04 0,67 tn 2,55 3,76
GALAT 22 1,50 0,06
TOTAL 35 2,74
KK 13,05%
5

Lampiran 23. Analisis Ragam Panjang Akar 11 MST Akibat Pemberian


Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 25,95 12,96 0,45
U 3 265,66 88,22 3,97 * 3,05 4,82
N 2 43,08 21,54 0,44 tn 3,44 5,72
U*N 6 524,79 87,46 3,20 * 2,55 3,76
GALAT 22 632,43 28,74
TOTAL 35 1490,90
KK 18,41%

Lampiran 24. Analisis Ragam Berat Segar Akar 11 MST Akibat Pemberian
Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 110,64 55,32 2,06
U 3 152,10 50,70 1,89 tn 3,05 4,82
N 2 188,10 94,03 3,50 * 3,44 5,72
U*N 6 112,71 18,78 0,70 tn 2,55 3,76
GALAT 22 590,76 26,85
TOTAL 35 1154,28
KK 10,96%

Lampiran 25. Analisis Ragam Berat Kering Akar 11 MST Akibat Pemberian
Konsentrasi Pupuk Biourine Sapi dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
0,05 0,01
BLOK 2 5372,22 2686,11 0,49
U 3 45052,78 15017,59 2,72 tn 3,05 4,82
N 2 65438,89 32719,44 5,92 ** 3,44 5,72
U*N 6 24272,22 4045,37 0,73 tn 2,55 3,76
GALAT 22 121627,78 5528,54
TOTAL 35 2617,64
KK 28,38%
6

Lampiran 26. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

1. Benih Kecambah Kelapa Sawit

2. Fermentasi Urine Sapi menjadi Biourine

3. Pembersihan Lahan dari Gulma


6

4. Pemasangan Paranet

5. Pengayakan Tanah

6. Pengisian Polibag
6

7. Pemindahan Polibag ke Lahan Penelitian


dan Dilakukan Penyiraman

8. Pemasangan Plat Perlakuan

9. Penanaman Kecambah Kelapa Sawit


6

10. Penyiraman Tanaman

11. Pencampuran Biourine Sapi dengan Air


Sesuai Taraf

12. Aplikasi Biourine Sapi


6

13. Penimbangan Pupuk NPK Mutiara

14. Aplikasi Pupuk NPK

15. Pengendalian Gulma Secara Manual


6

16. Pengukuran Tinggi Tanaman

17. Pengukuran Diameter Batang

18. Pengamatan Klorofil Daun


6

19. Pembongkaran Tanaman

20. Penimbangan Berat Segar Tanaman

21. Pengukuran Panjang Akar


6

222. Penimbangan Berat Segar Akar

23. Tahap Pengovenan Tanaman

24. Penimbangan Berat Kering Tanaman


6

25. Penimbangan Berat Kering Akar

26. Pelabelan Tanaman Sesuai Perlakuan

27. Tampak Visual Tanaman dan Akar Tanaman,


dengan Diberi Perlakuan dan Tanpa Perlakuan.
6

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Paya Pinang, Serdang Bedagai pada tanggal


18 Juni 1999. Penulis merupakan anak ke empat dari empat
bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak dan Ibu. Penulis
bertempat tinggal di Desa Paya Pinang, Kecamatan Tebing
Syahbandar, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.
Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri No. 106235 Paya
Pinang dan lulus pada tahun 2011, kemudian penulis melanjutkan Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 7 Kota Tebing Tinggi dan lulus pada tahun
2014. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di
SMA Negeri 2 Kota Tebing Tinggi dan lulus pada tahun 2017. Pada tahun yang
sama penulis melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi di
Universitas Malikussaleh, Fakultas Pertanian pada program studi
Agroekoteknologi melalui Tes SBMPTN jalur Bidikmisi. Selama menempuh
pendidikan di Universitas Malikussaleh penulis juga aktif di organisasi Himpunan
Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK), aktif di Forum Mahasiswa
Bidikmisi (FORMADIKSI), aktif di organisasi Lembaga Dakwah Kampus
(LDF_Ar-Risalah), dan aktif sebagai Asisten Laboratorium di beberapa mata
kuliah seperti Fisiologi Tumbuhan, Dasar-Dasar Agronomi dan Ekologi Tanaman.
Dengan ketekunan, doa, dan motivasi yang tinggi untuk terus belajar sehingga
penulis telah menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana Pertanian di Universitas Malikussaleh. Semoga skripsi ini mampu
memberikan manfaat yang positif seluruh pembaca dan bagi dunia pendidikan,
khususnya pada bidang pertanian. Semoga keridhoan sang Illahi Rabbi selalu
tercurahkan untuk kita semua.
Aamiin...

Anda mungkin juga menyukai