Anda di halaman 1dari 47

PEMELIHARAAN TANAMAN BUAH NAGA MERAH

(Hylocereus polyrhizus) DI UD.SABILA FARM


YOGYAKARTA

(Laporan Tugas Akhir Mahasiswa)

Oleh

Ririn Amelia
NPM 19712027

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
PEMELIHARAAN TANAMAN 2022 BUAH NAGA MERAH
(Hylocereus polyrhizus) DI UD.SABILA FARM
YOGYAKARTA
PEMELIHARAAN TANAMAN BUAH NAGA MERAH
(Hylocereus polyrhizus) DI UD.SABILA FARM
YOGYAKARTA

Oleh

Ririn Amelia
NPM 19712003

Laporan Tugas Akhir Mahasiswa

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Sebutan


Ahli Madya Hortikultura (A.Md.P)
pada
Jurusan Budidaya Tanaman Pangan

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2022
PEMELIHARAAN TANAMAN BUAH NAGA MERAH
(Hylocereus polyrhizus) DI UD.SABILA FARM
YOGYAKARTA
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan : Pemeliharaan Tanaman Buah Naga Merah


(Hylocereus polyrhizus) di UD. Sabila Farm
Yogyakarta

Nama Mahasiswa : Ririn Amelia

Nomor Pokok Mahasiswa : 19712027

Program Studi : Hortikultura

Jurusan : Budidaya Tanaman Pangan

Mengetahui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Desi Maulida, S.P., M.Si. Riana Jumawati,S.P., M.Si.


NIP. 198212182005012001 NIP. 19911083120190322004

Ketua Jurusan
Budidaya Tanaman Pangan

Desi Maulida, S.P., M.Si.


NIP. 198212182005012001

Tanggal Ujian : 6 Oktober 2022


SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Ririn Amelia


NIK : 1871104505010001

Dengan ini menyatakan bahwa tulisan laporan Tugas Akhir (TA) yang
berjudul “Pemeliharaan Tanaman Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) di
UD.Sabila Farm Yogyakarta”. Adalah benar hasil karya tulis ilmiah saya sendiri
berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Lapang. Demikian pernyataan ini dibuat
dengan sesungguhnya dan apabila terbukti tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi hukum.

Bandar Lampung, 08 Agustus 2022


Yang membuat pernyataan,

Ririn Amelia
NIK. 171104505010001
PEMELIHARAAN TANAMAN BUAH NAGA MERAH
(Hylocereus polyrhizus) DI UD. SABILA FARM YOGYAKARTA

Oleh
Ririn Amelia

RINGKASAN

Tanaman buah naga merah merupakan salah satu komoditas buah tropis yang
banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman buah naga merah memiliki prospek
yang baik, selain memenuhi kebutuhan pasar juga sangat menguntungkan bagi
secara ekonomi bagi petani. Salah satu proses budidaya yang mempengaruhi
hasil panen adalah pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan buah naga yang tidak
baik mengakibatkan masalah hama dan penyakit seperti gangguan dari kutu buah
dan serangga, gangguan fisiologis seperti tanaman buah naga tidak tahan lama
terhadap air yang menggenang sehingga dapat menyebabkan busuk akar dan
busuk batang. Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mempelajari
pemeliharaan tanaman naga merah seperti pemupukan, pengikatan cabang, dan
pengendalian hama penyakit. Pemupukan lanjutan menggunakan pupuk kandang
dengan dosis 10 kg per tiang tanaman, NPK 50 g per tiang dengan frekuensi
aplikasi 6 bulan sekali. Kegiatan pemeliharaan lainnya seperti pengikatan batang,
penyiangan, pemangkasan sulur dan pengendalian hama penyakit. Pengikatan
batang dilakukan agar tanaman tumbuh lurus ke atas pada setiap sisi sisi tiang
penyangga, penyiangan dilakukan apabila gulma di sekitar tanaman sudah
tumbuh, pemangkasan sulur merupakan kegiatan memangkas sulur air dan
membentuk batang pokok serta pengaturan cabang produktif. Kegiatan
pengendalian hama penyakit adalah membuang batang yang rusak akibat
serangan hama dan penyakit. Kesimpulan dari seluruh praktik adalah kegiatan
pemeliharaan berupa pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit, selain itu
jenis hama yang ditemukan pada lokasi budidaya adalah semut, kutu kebul dan
ayam kampung.
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 09 Mei 2001,


penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Endri Yanto dan Ibu Sri
Sulastri. Penulis beralamat tinggal di Jl.H.Komarudin, Gang Wijaya, Kp.Madiun
Rajabasa, Bandar Lampung. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di
SD Negeri 1 Rajabasa Raya pada tahun 2013, Sekolah Menengah Pertama di
SMP Negeri 20 Bandar Lampung pada tahun 2016, Sekolah Menengah Atas di
SMA Negeri 13 Bandar Lampung pada tahun 2019.
Tahun 2019 Penulis terdaftar sebagai mahasiswi Politeknik Negeri
Lampung pada Program Studi Hortikultura Jurusan Budidaya Tanaman Pangan
melalui jalur masuk UMPN (Ujian Masuk Politeknik Negeri). Penulis tercatat
sebagai mahasiswa penerima Bidikmisi mulai dari tahun 2019 pada semester 1
sampai dengan 2022 semester 6.
Tahun 2022 Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di
UD.Sabila Farm Yogyakarta. Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama
53 hari Kerja yaitu, pada tanggal 1 Maret – 23 April 2022.Selanjutnya untuk
memenuhi syarat kelulusan pendidikan Diploma III, penulis membuat Tugas
Akhir (TA) dengan judul “Pemeliharaan Tanaman Buah Naga Merah (Hylocereus
polyrhizus) di UD.Sabila Farm Yogyakarta.
Dengan segenap kasih sayang dan
diiringi doa, kupersembahkan
karyatulis ini kepada:

Bapak dan Ibuku tercinta, terimakasih atas


seluruh doa dan jerih payah yang engkau
berikan untukku agar terus semangat dan
belajardengan sungguh.

tak lupa pula seluruh keluargaku yang turut


serta memberikan doa dan semangat dalam
menyelesaikan pendidikan ini. Semoga kelak
aku bisa membahagiakan seluruh orang-
orang yang ada disekitarku,

terutama kalian Bapak dan Ibuku.


Dan juga teruntuk Almamater ku tercinta
yang selalu kubanggakan
Politeknik Negeri Lampung
MOTTO

“Balas dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik”


(Ali bin Abi Thalib)
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
yang berjudul “Pemeliharaan Tanaman Buah Naga Merah (Hylocereus
polyrhizus) di UD.Sabila Farm Yogyakarta”. Kegiatan pemeliharaan tanaman
buah naga merah diantaranya adalah pemupukan, pengikatan batang dan
pengendalian hama penyakit. Dalam proses budidaya kegiatan pemeliharaan
sangat penting untuk mendapatkan hasil yang maksilmal.
Laporan tugas akhir ini diharapkan mampu memberikan maanfaat serta
informasi bagi pembaca tentang pemeliharaan tanaman buah naga merah. Tugas
Akhir ini diselesaikan atas dukungan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu
secara khusus Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Desi Maulida, S.P., M.Si.. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
berkenan mendidik dan membimbing dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
2. Riana Jumawati, S.P., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan Tugas Akhir.
3. Rianida Taisa, S.P., M.Si., selaku Dosen Penguji I Tugas Akhir.
4. Ir.Yusanto, M.Si. selaku Dosen Penguji II Tugas Akhir.
5. Henni Elfandari, S.P., M.Si. selaku Ketua Program Studi Hortikultura
6. Wahyu Ambang S., S.P., dan Hasna Fadhilah H., S.P. selaku pembimbing
lapang yang telah memberikan bimbingan selama pelaksanaan Paktik Kerja
Lapang di UD.Sabila Farm Yogyakarta.
7. Seluruh Dosen dan PLP Program Studi Hortikultura yang telah memberikan
bimbingan dan ilmu selama menempuh pendidikan di Politeknik Negerix
Lampung.
8. Sahabatku Lulu Musabiqoh, Santika Fira Olanda, Nanda Nina Aulia,
Yashila Rahimah, dan Chintiya Ayu Oktaviani, yang telah memberikan
semangat, saran dan dukungan dikala kesibukannya.

x
9. Rekan rekan Hortikultura angkatan 2019 yang telah memberikan dukungan
dan semangat.
Penulis menyadari tulisan ini belum sempurna, karena kesempurnaan hanya
milik Allah SWT. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan segala
bentuk bantuan yang diberikan mendapatkan balasan dari-Nya

Bandar Lampung, 22 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL............................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR........................................................................... v

I. PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan....................................................................................... 3
1.3 Gambaran Umum Perusahaan................................................... 3
1.4 Kontribusi.................................................................................. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 6


2.1 Tanaman Buah Naga ................................................................ 6
2.2 Syarat Tumbuh.......................................................................... 8
2.3 Kegiatan Pemeliharaan............................................................. 9

III. METODE PELAKSANAAN........................................................ 13


3.1 Tempat dan waktu .................................................................... 13
3.2 Bahan dan Alat ......................................................................... 13
3.3 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 13
3.4 Pelaksanaan Kegiatan............................................................... 14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... 25

V. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 28


5.1 Kesimpulan................................................................................. 28
5.2 Saran........................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 29
DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Kandungan Gizi Buah Naga ........................................................... 2

2. Kebutuhan Pupuk Kandang dan NPK dalam Satu Kali Aplikasi ... 11

3. Kebutuhan pupuk ZA dan KCl dalam satu kali aplikasi ................. 12

4. Kebutuhan pestisida dalam satu kali aplikasi ................................... 14


DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman
1. Struktur Organisasi UD.Sabila Farm Yogyakarta .......................... 4
2. Morfologi Tanaman Buah Naga Merah .......................................... 5
3. Pemupukan tanaman buah naga merah ........................................... 12
4. Grafik contoh waktu pemberian pupuk .......................................... 13
5. Pemangkasan Sulur ......................................................................... 13
6. Pengendalian hama dan penyakit .................................................... 14
7. Pembuatan bubur california ............................................................ 15
8. Bekicot pada sulur tanaman naga ................................................... 16
9. Semut pada buah naga muda ........................................................... 16
10. Serangan kutu kebul pada buah .................................................... 17
11. Ayam kampung di area lahan ....................................................... 18
12. Penyakit pada sulur tanaman naga ............................................... 19
13. Penyakit pada buah naga merah ................................................... 19
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) atau disebut juga dengan
nama kaktus hutan, memiliki buah berwarna merah dan pada awal ditemukan
dimanfaatkan masyarakat sebagai buah meja. Tanaman ini berasal dari Meksiko,
Amerika Tengah, dan Amerika Utara, namun lebih dikenal sebagai tanaman Asia
karena pernah dikembangkan oleh Negara Vietnam dan Thailand secara besar
besaran. Pada pertengahan tahun 2000, buah naga mulai masuk ke Indonesia
dengan hasil impor dari Thailand. Daerah di Indonesia yang diketahui
mengembangkan tanaman naga pertama kali adalah Desa Pohgading, Kecamatan
Pasrepan, Pasuruan Jawa Timur (Kristanto, 2014).
Produk buah naga saat ini sangat mudah untuk dijumpai masyarakat mulai
dari pasar tradisional hingga supermarket. Djamila, dkk (2010), menyatakan
bahwa tanaman naga memiliki prospek yang baik di Indonesia. Melihat prospek
dan peluang yang menguntungkan, Yogyakarta memiliki potensi yang besar untuk
membudidayakan buah naga dalam skala yang lebih luas dan bernilai tambah dan
dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Faktor pendukung lainnya bagi petani
dalam membudidayakan buah naga merah adalah perawatan yang mudah dan
memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
UD. Sabila Farm Yogyakarta yang berada di Kabupaten Sleman merupakan
daerah yang cocok untuk budidaya buah naga merah. Ketinggian wilayah
Kabupaten Sleman berkisar antara < 100 sd >1000 m dari permukaan laut.
Ketinggian tanahnya dapat dibagi menjadi tiga kelas yaitu ketinggian < 100 m,
100 – 499 m, 500 – 999 m dan > 1000 m dari permukaan laut. Wilayah Kabupaten
Sleman termasuk beriklim tropis basah dengan musim hujan antara bulan
Nopember – April dan musim kemarau antara bulan Mei – Oktober.
2

Semakin meluasnya budidaya buah naga dapat memicu bertambah dan


berkembangnya masalah hama dan penyakit seperti gangguan dari kutu buah dan
serangga. Menurut Faidah dkk. (2017), penyakit yang banyak menyerang tanaman
naga antara lain, antraknosa dengan gejala awal terdapat bercak kecoklatan pada
batang dan terlihat kering, busuk pangkal batang dengan gejala awal terdapat
bintik coklat dan kekuningan, layu fusarium dengan gejala awal batang terdapat
goresan panjang dan di bagian pinggir terdapat warna keabu-abuan, dan bercak
orange yang menyerang pada buah dengan gejala awal terdapat lubang atau luka
yang diakibatkan oleh gigitan serangga. Selain itu, kondisi lingkungan yang tidak
menyediakan hara dalam jumlah cukup akan menyebabkan gangguan fisiologis
seperti tanaman buah naga tidak tahan lama terhadap air yang menggenang karena
dapat menyebabkan busuk akar dan busuk batang. Informasi mengenai hama dan
penyakit lainnya pada buah naga masih belum banyak diketahui. Informasi
tersebut sangat penting untuk menentukan langkah pengelolaan hama dan
penyakit tanaman buah naga.
Pemeliharaan tanaman buah naga yang baik dapat memberikan keuntungan
secara ekonomi bagi petani. Demi memenuhi permintaan pasar tentunya di
butuhkan hasil yang cukup. Proses pemeliharaan Tanaman buah naga merah yang
baik akan menghasilkan panen yang optimal. Kegiatan pemeliharaan tanaman
buah naga merah diantaranya adalah pemupukan yang bertujuan untuk
meningkatkan unsur hara pada media tanam. Kegiatan pemeliharaan lainnya
seperti pengikatan batang, penyiangan, pemangkasan sulur dan pengendalian
hama dan penyakit. Pengikatan batang dilakukan agar tanaman tumbuh lurus
keatas pada setiap sisi sisi tiang penyangga, penyiangan dilakukan apabila gulma
di sekitar tanaman sudah tumbuh, pemangkasan sulur merupakan kegiatan
memangkas sulur air dan membentuk batang pokok serta pengaturan cabang
produktif.
Kegiatan pengendalian hama dan penyakit adalah dengan membuang batang
yang rusak akibat serangan hama dan penyakit. Selain itu, dengan
dilaksanakannya kegiatan budidaya, dapat mengurangi adanya impor buah dari
negara lain. Produksi buah naga yang terus meningkat juga disebabkan karena
tingginya permintaan pasar akan buah naga merah. Produksi buah naga tahun
3

2020 sebesar 82.544 ton meningkat dibandingkan tahun 2019 sebesar 19.068 ton.
Peningkatan produksi yang terus menerus, memungkinkan bagi Indonesia untuk
menembus pasar ekspor.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mempelajari pemeliharaan
tanaman buah naga merah seperti pemupukan, dan pengendalian hama dan
penyakit.

1.3 Gambaran Umum Perusahaan

UD. Sabila Farm berlokasi di Jalan Kaliurang km 18,5 Dusun Kertodadi,


Pakembinangun, Kec. Pakem, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Lokasi lahan produksi Sabila Farm memiliki jenis tanah gromosol atau lempung
berpasir. Ketinggian tempat 500 mdpl, curah hujan 3200 mm/tahun dan memiliki
suhu 19°C - 32°C.
Sabila Farm didirikan oleh bapak Muhammad Gunung Soetopo bersama
istrinya Ibu Elly Mulyati. UD.Sabila Farm merupakan salah satu perusahaan
hortikultura, khususnya buah-buahan yang didirikan pada tahun 2005. Pada
awalnya, kebun Sabila Farm hanya berfungsi sebagai kebun produksi. Namun
seiring dengan perkembangan keinginan pengunjung, fungsi kebun Sabila Farm
bertambah menjadi kebun rekreasi hingga sekarang. Selain fungsi yang ditambah,
komoiditi yang diproduksi juga bertambah. Komoditi pertama yang
dikembangkan oleh sabila farm adalah naga, kemudian bertambah komoditi
lainnya hingga sekarang terdapat 8 komoditi yang di produksi sabila farm.
Lahan tanaman naga merah terbagi menjadi 3 yaitu, blok A, B dan C, dengan
4 tanaman dalam 1 tiang penyangga dan memiliki jarak antar tanaman 3 x 3 m.
Selain tanaman naga merah, jenis tanaman naga lain juga terdapat pada lahan
sebagai sulaman. Blok A memiliki lahan seluas 1.215 m2 dengan total 135 tiang
dan 540 tanaman, terdiri dari 117 tiang yang ditanami tanaman naga merah, 5
tiang tanaman naga putih, 1 tiang tanaman naga kuning, dan 20 lubang tanam
kosong belum dilakukan penyulaman. Blok B memiliki lahan seluas 1.926 m2
dengan total populasi 214 tiang dan 856 tanaman, yang terdiri dari 188 tiang
4

tanaman naga merah, 20 tiang tanaman naga putih dan 6 lubang tanam kosong
belum dilakukan penyulaman. Blok C memiliki lahan seluas 2.754 m2 dengan
total populasi 306 tiang dan 1224 tanaman, terdiri dari 270 tiang tanaman naga
merah, 21 tiang tanaman naga putih dan 15 lubang tanam kosong belum
dilakukan penyulaman. Perhitungan populasi tersebut dilakukan pada bulan Maret
tahun 2022. UD.
Sabila Farm memiliki 8 karyawan, mulai dari pekerja lapangan hingga
pemasaran, dengan struktur organisasi pada Gambar 1

Gambar 1. Struktur organisasi di UD. Sabila Farm

Pemilik dan Pendiri, Pemilik Bersama dan Pendiri Bersama, Manajer Umum,
dan Divisi Pendidikan diisi oleh Ir. Muhammad Gunung Soetopo dan Ir. Elly
Mulyati. Divisi Pemasaran dan Hubungan Luar Negeri, Divisi Operasi Pariwisata
dan Penjualan diisi oleh Wahyu Ambang S., S.P., dengan staf Ibu Mardiyati.
Divisi Administrasi, Keuangan dan Sumber Daya Manusia diisi oleh Hasna
Fadhilah H., S.P.. Divisi Operasi Perkebunan dan Penjualan diisi oleh Bapak
Mulyono dengan tenaga kerja Ibu Dillah, Bapak Agus, Bapak Sukarman dan
Bapak Amin.
5

1.4 Kontribusi

Adapun kontribusi yang diharapkan dari penulisan tugas akhir ini adalah
mampu memberikan pengalaman, mampu menerapkan ilmu yang telah didapat
selama perkuliahan dan praktik bagi penulis, mampu memberikan wawasan bagi
penulis dan mahasiswa Politeknik Negeri Lampung, mampu memberikan literatur
bagi mahasiswa Politeknik Negeri Lampung, serta mampu memberikan manfaat
dan informasi bagi pembaca tentang perawatan tanaman buah naga merah.
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tanaman Buah Naga Merah (Hyilocereus polyrhizus)

Tanaman buah naga atau yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Dragon Fruit
merupakan buah dari tanaman yang termasuk jenis kaktus. Dari sejumlah jenis
kaktus, buah yang banyak dibudidayakan secara komersial adalah subfamili
hylocerenaceae terutama dari genus Hylocereus dan Selenicereus, antar lain
Hylocereus undatus (daging putih kuli merah), Hyilocereus costaricensis (daging
super merah kulit kehitaman) dan Sereniceus megalanthus (daging putih kulit
kuning) (Samadi,2013).
Berdasarkan data yang didapat dari daerah pasuruan oleh Rahmawati dan Edwin
(2009), tanaman buah naga terdiri dari akar, batang, buah, dan bunga. Akar pada
tumbuhan buah naga memiliki akar yang berbentuk serabut pendek, warnanya putih
kekuningan, sangat cepat menyerap air. Akar tumbuhan buah naga tidak hanya tumbuh di
pangkal batang di dalam tanah tetapi juga pada celahcelah batang, yang berfungsi sebagai
alat pelekat sehingga tumbuhan dapat melekat atau memanjat tumbuhan lain atau pada
tiang penyangga. Akar pelekat ini dapat juga disebut akar udara atau akar gantung yang
memungkinkan tumbuhan tetap dapat hidup tanpa tanah atau hidup sebagai epifit
(Wibowo dkk, 2011).
Bagian tanaman buah naga yang kedua yaitu batang. Batang tanaman buah naga
mengandung air dalam bentuk lendir dan berlapiskan lilin bila sudah dewasa. Warnanya
hijau kebiru-biruan atau ungu. Batang tersebut berukuran panjang dan bentuknya siku
atau segi tiga. Dengan bentuknya tersebut maka tanaman ini dikatakan aneh sehingga
tidak jarang dijadikan tanaman hias. Dari batang ini tumbuh banyak cabang yang bentuk
dan warnanya sama dengan batang. Batang dan cabang ini juga berfungsi sebagai daun
dalam proses asimilasi. Itulah sebabnya batang dan cabangnya berwarna hijau. Batang
dan cabang mangandung kambium yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman
(Kristanto, 2014).
7

Bagian tumbuhan buah naga yang ketiga yaitu bunga. Tumbuhan buah naga
memiliki bunga tunggal dengan ukuran yang cukup besar dan akan mekar setelah
ukurannya mencapai ± 30 cm. Bunga mulai mekar pada sore hari. Ini terjadi
karena pada siang hari sinar matahari dan perubahan suhu merangsang kuncup
bunga untuk mekar. Mahkota bunga bagian luar yang berwarna krem akan mekar
kira-kira pukul sembilan malam. Bagian yang mekar selanjutnya adalah mahkota
bagian dalam yang berwarna putih bersih. Setelah mahkota mekar, sejumlah
benang sari yang berwarna kuning dapat terlihat. Bunga buah naga yang
berbentuk corong akan terbuka penuh pada tengah malam. Itulah sebabnya buah
naga juga dikenal sebagai night blooming cereus. Bunga yang telah mekar penuh
ini akan menyebarkan bau yang sangat harum. Bau harum yang tersebar akan
menarik perhatian hewan-hewan untuk datang dan membantu penyerbukan bunga
tersebut. Bunga buah naga hanya berkembang semalam. Selepas subuh, bunga
akan menguncup kembali. Setelah bunga layu, akan terbentuk bakal buah yang
menggelantung (Wibowo dkk, 2011).
Bagian tumbuhan buah naga yang keempat yaitu buah. Buah naga berbentuk
bulat lonjong mirip buah nanas, namun memiliki sirip. Warna kulitnya merah
jambu, dihiasi sulur atau sisik-sisik berwarna hijau seperti sisik naga dengan berat
kira-kira 400-650g. Buah naga mempunyai daging buah seperti buah kiwi. Daging
buahnya yang berwarna putih, merah, atau merah tua (keunguan), bertaburan biji
hitam kecil-kecil. Rasa buah naga manis, segar, dan sedikit asam. Kandungan
airnya cukup tinggi, sekitar 90% (Wibowo dkk, 2011).
Bagian tumbuhan buah naga yang ke lima yaitu biji Biji berbentuk bulat
berukuran kecil dengan warna hitam. Kulit biji sangat tipis, tetapi keras. Biji ini
dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman secara generatif. Biji merupakan
organ perkembangbiakan, tetapi jarang digunakan. Umumnya biji hanya
digunakan di kalangan peneliti dalam upaya mencari varietas baru karena
dibutuhkan waktu relatif lama untuk mendapat tanaman berproduksi. Setiap buah
terdapat sekitar 1.200- 2.300 biji (Kristanto, 2014). Biji buah naga sangat banyak
dan tersebar di dalam daging buah. Bijinya kecil-kecil seperti biji selasih. Biji
buah naga dapat langsung dimakan tanpa menggangu kesehatan. Biji buah naga
dapat dikecambahkan untuk dijadikan bibit (Wibowo dkk, 2011).
8

Bentuk morfologi tanaman buah naga dapat dilihat pada Gambar 2

(a) akar batang (b) batang (c) bunga (d) buah

Gambar 2. Morfologi tanaman naga merah

2.2 Syarat Tumbuh


Tanaman naga dapat hidup dengan beberapa syarat yang harus terpenuhi.
Kristanto (2014), menyatakan bahwa syarat tumbuh tanaman naga yang pertama
adalah curah hujan, ketinggian, tempat, suhu, serta PH.
Tumbuhan buah naga cocok tumbuh di daerah yang berada daerah dengan
ketinggian hingga 800 m dpl, dengan penyinaran matahari yang cukup. Buah naga
cocok tumbuh di daerah yang memiliki suhu suhu rata-rata 20-30ºC, dengan suhu
maksimum adalah 38-40ºC. Curah hujan yang ideal bagi pertumbuhan buah naga
adalah sekitar 60 mm/bulan atau 720 mm/tahun. Pada curah hujan 600 – 1.300
mm/tahun tanaman ini juga masih bisa tumbuh.
Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah kering dan berpasir, namun lebih
disukai pada tanah dengan kandungan bahan organik cukup tinggi. banyak orang
beranggapan bahwa komoditi ini hanya dapat tumbuh dan berproduksi dengan
baik, apabila ditanam pada daerah pantai dan lahan berpasir. Berkaitan dengan
anggapan tersebut, perkembangan pertanaman buah naga pada beberapa daerah
memang cukup banyak dijumpai pada daerah pantai, seperti di Selatan
Yogyakarta, Kabupaten Padang Pariaman dan di daerah Riau. Lahan yang
dijadikan lokasi budidaya sebaiknya tidak terdapat naungan. Kemudian tanaman
naga akan tumbuh dengan baik jika ditanam pada daerah yang memiliki
ketinggian antara 0 – 350 m dpl dan memiliki derajat keasaman (pH) tanah 6,5 -
7. Suhu yang baik bagi pertumbuhan tanaman naga adalah 26 – 36℃ dengan
kelembaban 70 – 90 %.
9

2.3 Kegiatan Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih


baik. Kegiatan tersebut seperti sanitasi lingkungan, pemangkasan, pemupukan,
pengendalian hama penyakit.
2.3.1 Sanitasi lingkungan
Salah satu permasalahan rendahnya produktivitas buah naga disebabkan
adanya gulma. Pengendalian perlu dilakukan agar tidak menjadi inang bagi hama
dan penyakit yang dapat merusak tanaman (Perdana dkk., 2013). Gulma dengan
populasi tinggi dapat mengganggu tanaman dan menjadi pesaing bagi tanaman
untuk mendapat air dan unsur hara. Selain itu, gulma juga merupakan inang dari
hama dan penyakit yang dapat menajalar ke tanaman naga.

Gulma dapat dibersihkan dengan cara dicabut, dicangkul, ataupun


dipotong menggunakan mesin (Samadi, 2013). Tanaman yang mendapatkan
perawatan secara rutin, mampu produksi dengan baik sampai umur 15 – 20 tahun.

Tanaman naga yang tidak dilakukan perawatan dengan baik menunjukkan


gejala batang kurus, menguning, sulurnya tidak teratur dan produktivitasnya
rendah pada saat musim panen (Emil, 2011).

2.3.2 Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu faktor penting dalam proses budidaya.
Pemupukan dilaksanakan agar tanaman terus tercukupi unsur haranya sehingga
dapat tumbuh subur dan memiliki hasil panen yang maksimal. Menurut Kristanto
(2014), Pada masa awal pertumbuhan, tanaman memerlukan unsur N yang cukup.
Ketika masuk ke fase pembungaan dan pembuahan, tanaman naga memerlukan
unsur P dan K yang tinggi. Tanaman naga yang kekurangan unsur N akan
mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan. Kemudian tanaman yang
kekurangan N memiliki batang dan cabang yang kecil dan ramping. Sedangkan
tanaman yang kekurangan unsur P memiliki gejala batang atau cabang tanaman
berwarna merah keunguan dan kemudian akan berwarna coklat kekunigan.
Tanaman naga yang kekurangan unsur K, memiliki gejala seperti tanaman tidak
kokoh, berwarna hijau muda.
10

2.3.3 Penyiraman
Tanaman naga membutuhkan penyiraman yang rutin untuk pertumbuhan.
Pada fase pertumbuhan vegetatif (masa tumbuhnya akar dan cabang), penyiraman
tanaman perlu dilakukan sebanyak 3 – 4 hari sekali. Kekurangan air pada fase ini
dapat menyebabkan tanaman layu dan tidak bertunas. Penyiraman tanaman dapat
dilakukan dengan berbagai cara, mulai dengan pembuatan sistem pengairan,
hingga hanya mengandalkan hujan. Seperti yang dilakukan di tempat praktik,
yang hanya mengandalkan turunnya hujan untuk dilakukan kegiatan penyiraman.
(Wijayanto dan Indah, 2016)
2.3.4 Pemangkasan
Pemangkasan adalah kegiatan menbuang cabang/ batang untuk
membentuk percabangan dan membentuk cabang produktif dengan tujuan untuk
memperoleh keseimbangan pertumbuhan sehingga produktivitasnya tinggi.
Pemangkasan biasanya dilakukan pada masa pertumbuhan vegetatif untuk
membentuk cabang pokok dan cabang menjadi teratur (Emil. 2011).

Hal ini juga disampaikan Samadi (2013), pemangkasan tanaman buah


naga bertujuan untuk pembentukan batang pokok dan pengaturan cabang yang
produktif. Membentuk cabang pokok yaitu dengan memilih satu batang yang akan
dipelihara sebagai batang utama.

Pengaturan cabang produktif adalah dengan memilih 3-4 cabang produktif


per tanaman dan diarahkan keluar supaya mendapat sinar matahari penuh. Setiap
cabang pertama dapat dipelihara dua cabang produktif kedua, dengan demikian
setiap tanaman memiliki 6 – 8 cabang yang harus dipetahankan sampai berbuah.

Menurut Suparwata dan Mohammad (2018), kegiatan pemangkasan


dilakukan pada cabang tiang panjatan yang hidup agar tidak terjadi kompetisi
dalam penyerapan unsur unsur hara dan menaungi tanaman buah naga, cabang air
tanaman buah naga supaya mengurangi serapan nutrisi pada cabang yang tidak
produktif, dan cabang yang telah berbuah karena biasanya setelah berbuah cabang
tanamanan naga tidak berbuah kembali dan dapat dijadikan sebagai bibit kembali.
11

2.3.5 Pengendalian hama dan penyakit


Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor yang dapat
menurunkan kualitas maupun kuantitas produksi dalam budidaya. Oleh karena itu
hama dan penyakit perlu dilakukan pengendalian. Menurut Nurhafizhah (2020),
hama yang menyerang tanaman buah naga adalah bekicot, kutu kebul, burung,
lalat buah, tunggau, kumbang, dan belalang.Selain hama, ada juga penyakit yang
menyerang tanaman naga.

Menurut Faidah dkk. (2017), penyakit yang banyak menyerang tanaman


naga antara lain, antraknosa dengan gejala awal terdapat bercak kecoklatan pada
batang dan terlihat kering, busuk pangkal batang dengan gejala awal terdapat
bintik coklat dan kekuningan, layu fusarium dengan gejala awal batang terdapat
goresan panjang dan di bagian pinggir terdapat warna keabu-abuan, dan bercak
orange yang menyerang pada buah dengan gejala awal terdapat lubang atau luka
yang diakibatkan oleh gigitan serangga.
Adanya hama dan penyakit yang menyerang tanaman naga, maka perlu
dilakukan pengendalian. Menurut Kartina, dkk. (2018), tindakan yang dapat
dilakukan untuk menghindarkan tanaman dari serangan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) adalah (a) preventif yaitu mencegah adanya serangan, (b)
supresif yaitu mengurangi serangan yang ada serendah mungkin, (c) eradikatif
yaitu menghancurkan dan memusnahkan tanaman yang terserang. Beberapa hama
yang menyerang tanaman naga merah adalah sebagai berikut:
Hama yang pertama yaitu bekicot. Bekicot merupakan salah satu hama
yang ditemukan di lahan tanaman naga merah. Menurut Emil (2011), hama
bekicot sangat merugikan petani, karena dapat merusak tanaman dengan cara
menggerogoti bagian tunas. Cara pengendalian hama bekicot menurut
Kristiandiny dan Slamet (2016) dapat dilakukan dengan cara manual, yaitu
dengan membuang bekicot yang berada di tanaman atau sekitar tanaman. Selain
itu, sanitasi lingkungan juga perlu dilakukan agar kebun tetap bersih dan
mencegah kehadiran hama.
12

Hama yang kedua yaitu Semut. Semut merupakan salah satu hama yang
menyerang tanaman buah naga merah. Gigitan semut mengakibatkan permukaan
kulit buah menjadi coklat dan tampilannya tidak menarik lagi. Selain itu, semut
juga merusak batang tanaman buah naga dengan membuat sarang pada batang
dengan cara melubangi (Sari, dkk., 2019). Menurut Samadi (2013), pengendalian
hama semut dapat dilakukan dengan cara mekanis dengan memangkas bagian
tanaman yang terserang agar tidak dijadikan sarang. Selain pengendalian secara
mekanis, pengendalian juga dilakukan secara kimiawi dengan melakukan
penyemprotan insektisida.
Hama ketiga yang sering terdapat pada buah naga yaitu kutu kebul. Kutu
kebul banyak ditemukan pada buah bagian sisik maupun permukaan kulit buah.
Gejala serangan kutu kebul mengakibatkan kerusakan pada buah, permukaan kulit
buah berselaput dan tampak kotor (Hardjadinata, 2010). Keberadaan kutu kebul
juga menggundang kehadiran semut. Semut memanfaatkan embun madu untuk
makanannya, sehingga semut melindungi kutu kebul dari serangan predator dan
membantu dalam penyebaran kutu kebul (Sari, dkk., 2019).Pengendalian yang
dapat dilakukan pada hama ini adalah dengan cara sanitasi lingkungan, agar
gulma tidak menjadi tanaman inang bagi penyakit (Hardjadinata, 2010).
Hama keempat yaitu ayam kampung. Ayam kampung dianggap hama
dikarenakan memakan buah yang terdapat di kebun. Kebun naga yang terserang
ayam kampung biasanya lokasi yang terdapat di sekitar rumah penduduk.
Serangan ayam kampung cukup parah, yaitu dengan memakan buah sehingga
mengakibatkan berkurangnya hasil panen. Ayam dapat menjangkau buah hingga
70 cm di atas permukaan tanah (Sari, dkk., 2019).
Proses pembungkusan buah dapat menjadi alternatif menghindari
timbulnya hama. Perlakuan pembungkusan buah dilakukan pada buah naga yang
terletak di bawah untuk menghidari adanya serangan ayam. Pembungkusan buah
naga dilakukan ketika kulit buah sudah mulai berwarna merah. Pembungkus yang
digunakan bisa berjaring-jaring kecil atau polynet dengan bahan acrylic atau
plastik (Kartina dkk, 2018)
METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu

Kegiatan penulisan Tugas Akhir yang berjudul “Pemeliharaan Tanaman Naga


(Hylocerus undatus) di UD. Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta” dilaksanakan di
Politeknik Negeri Lampung yang terletak di Jalan Soekarno- Hatta No. 10
Rajabasa, Bandar Lampung. Penulisan Tugas Akhir dimulai pada bulan Juni s.d
2022. Data utama penulisan Tugas Akhir ini sebagian besar diperoleh dari
kegiatan Praktik di UD. Sabila Farm.

3.2 Bahan dan Alat

Kegiatan penulisan Tugas Akhir menggunakan bahan dan alat sebagai


berikut: Kertas HVS, buku, printer, dan Laptop. Sedangkan, Kegiatan
pemeliharaan Tanaman Buah Naga merah menggunakan bahan dan alat sebagai
berikut: NPK, pupuk kandang sapi, gunting stek, mesin pemotong rumput, tossa,
koret dan cangkul.

3.3 Metodologi Pengumpulan Data

Metode penyusunan tugas akhir ini menggunakan data yang diperoleh dari
UD. Sabila Farm yang terletak di Jalan Kaliurang km 18,5 Dusun Kertodadi,
Pakembinangun, Kec. Pakem, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 1 – 23 April 2022. Sedangkan
penulisan tugas akhir dilaksanakan pada bulan agustus 2022. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: Observasi yaitu
mahasiswa melakukan pengamatan secara langsung dilapangan mengenai
kegiatan pemeliharaan. Wawancara yaitu mahasiswa menanyakan secara langsung
kepada pembimbing lapang dan knaryawan UD. Sabila Farm. Praktik Lapangan
yaitu mahasiswa mengikuti semua kegiatan dilapangan sesuai instruksi dari
pembimbing lapang yang disampaikan pada saat apel pagi.
14

Studi Pustaka yaitu mahasiswa mencari buku dan sumber referensi


lainnya untuk melengkapi data yang diperlukan.

3.4 Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan adalah pada tanaman naga merah .


Tanaman naga merah di UD. Sabila Farm sudah ditanam sejak tahun 2005 dengan
4 tanaman per 1 tiang tanam dan saat ini sudah berumur 17 tahun. Untuk itu,
pemeliharaan perlu dilakukan agar tanaman tetap dapat memiliki hasil produksi.
Kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

3.4.1 Pemupukan
Pupuk lanjutan dilakukan saat tanaman berumur 1-6 bulan dan tujuh bulan
ke atas. Pada umur 1 sampai 6 bulan, jenis pupuk yang diberikan NPK 15 : 15 : 15
sebanyak 25 g per tanaman dan pupuk kandang 125 g per tanaman. Pemberiannya
selang-seling setiap dua bulan sekali. Adapun tanaman yang telah berumur tujuh
bulan lebih, jenis pupuk buah naga yang diberikan tetap sama yakni pupuk NPK
15 : 15 : 15 dosisnya 50 g per tanaman, sedangkan untuk pupuk kandangnya 125 g
per tanaman. Sedang pemberiannya masih sama dengan pada usia 1-6 bulan yakni
dengan selang-seling setiap dua bulan sekali.

Ketika mencapai masa berbunga dan berbuah, tanaman di pupuk dengan


jenis pupuk berimbang, unsur fosfor (P) dan kalium (K) lebih tinggi dibandingkan
dengan unsur nitrogen (N). Adapun mengenai jenis pupuk yang di gunakan
berupa pupuk NPK 13 : 13 : 21 sebanyak 75 g per tanaman dan pupuk kandang
125 g per tanaman. Pupuk ini diberikan satu bulan setelah pemberian pupuk dasar
untuk pertumbuhan buah naga.

Pemupukan lanjutan yang dilaksanakan di UD. Sabila Farm menggunakan


pupuk kandang, NPK dan ZA + KCl. Berdasarkan informasi dari UD. Sabila
Farm, pemupukan lanjutan menggunakan pupuk kandang dan NPK dilaksanakan
dengan frekuensi 6 bulan sekali. Dosis pemberian pupuk kandang sebanyak 10 kg
per tiang tanaman dan NPK diberikan sebanyak 50 g per tiang tanaman. Aplikasi
pupuk kandang dan NPK dilakukan dengan cara ditaburkan melingkar disekitar
tiang tanaman.
15

Untuk mempercepat pertumbuhan tanaman buah naga petani memberikan


pupuk kimia NPK mutiara yang mana pemberian pupuk ini diberikan setelah
pupuk kimia tersebut dicairkan dan disiramkan pada pangkal tanaman buah naga.
Pemupukan menggunakan pupuk kimia ini dilakukan 3 – 4 kali atau setiap
seminggu sekali setelah tanam. Dan selanjutnya diberikan pupuk NPK Phonska
yang mana diberikan sampai tanaman berbuah.
Pupuk ini diberikan ketanaman dengan menaburkan disekitar tanaman
buah naga Setelah itu petani memberikan pupuk kandang pada tanaman buah naga
untuk memperbaiki struktur tanah agar unsur hara dalam tanah tetap tercukupi dan
tanah tetap gembur. Kebutuhan pupuk kandang dan NPK dalam satu kali aplikasi
ditampilkan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan pupuk kandang dan NPK dalam satu kali aplikasi
Jumlah Tiang Tanaman Pupuk
Blok Pupuk
Hidup Kosong Kandang NPK (Kg)
(Ton)
A 115 20 2,30 5,75
B 208 6 4,15 10,40
C 291 15 5,82 14,55
Total 614 41 12,27 30,7

Pemupukan lanjutan yang berikutnya adalah ZA + KCl, dilakukan dengan


cara dimasukan pada lubang yang dibuat menggunakan tugal sedalam 5-7 cm
(Gambar 3a) Untuk setiap 1 tiang tanaman dibuat 4 lubang disetiap sisinya sesuai
dengan jumlah dan letak tanaman yang terdapat pada tiang tersebut (Gambar 3)
16

(a) pembuatan lubang (b) Pemupukan naga merah

Gambar 3. Pemupukan tanaman buah naga merah

Berdasarkan praktik yang dilaksanakan di UD. Sabila Farm pemupukan


ZA + KCl menggunakan perbandingan 1:1 dengan dosis untuk setiap tanamannya
adalah 20 g atau setara dengan 1 sendok makan. Frekuensi pemupukan ini adalah
6 bulan sekali dengan waktu pemupukan 3 bulan setelah diaplikasikan pupuk
kandang dan NPK. Kebutuhan pupuk ZA + KCl dalam 1 kali aplikasi pemupukan
ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kebutuhan pupuk ZA dan KCl dalam satu kali aplikasi
Jumlah Tiang Tanaman Pupuk
Blok
Hidup Kosong ZA (Kg) KCl (Kg)
A 115 20 4,6 4,6
B 208 6 8,32 8,32
C 291 15 11,64 11.64
Total 614 41 24,56 24,56

Untuk contoh waktu aplikasi pemupukan pupuk kandang dan NPK dalam
satu tahun diaplikasikan pada bulan Januari dan Juli. Pemupukan ZA + KCl dapat
dilakukan 3 bulan kemudian yaitu pada bulan April dan dilakukan 6 bulan
kemudian yaitu di bulan Oktober. Pengaplikasian pupuk ZA + KCL Pupuk ini
diberikan ketanaman dengan menaburkan disekitar tanaman buah naga.
Sedangkan pemupukan menggunakan pupuk NPK dan Pupuk Kandang dilakukan
dengan memasukkan pupuk ke dalam lubang. Contoh waktu aplikasi pemupukan
17

lanjutan dalam 1 tahun, ditampilkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik contoh waktu pemberian pupuk

(a) Pengendalian Hama dan Penyakit


Kegiatan pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Sanitasi lingkungan
Berdasarkan informasi, kegiatan sanitasi lingkungan di UD. Sabila Farm bisa
menggunakan kored atau cangkul jika gulma masih terhitung sedikit. Pembersihan
gulma bagi lahan yang terlalu banyak gulma dan lebat maka menggunakan mesin
pemotong rumput. Kegiatan sanitasi di UD. Sabila Farm tidak dilakukan terjadwal,
melainkan berdasarkan kondisi di lahan.
b. Pemangkasan sulur
Pemangkasan yang dilakukan berdasarkan praktik di lapangan yaitu
memangkas sulur yang rusak menggunakan gunting stek dan diangkut
mengunakan artco untuk membuang sulurnya. Pemangkasan dilakukan dengan
memotong sulur yang mengalami kerusakan, bisa setengah atau pun seluruh
bagian sulur yang dibuang bergantung banyaknya kerusakan. Kegiatan ini
dilakukan kurang lebih 1 minggu sekali untuk perawatan rutin pada tanaman
naga. Untuk sulur yang terserang hama dan penyakit harus segera dibuang agar
tidak menular ke sulur sehat dan tidak dijadikan sarang bagi hama, seperti semut.
gejala hama semut dapat menyebabkan daun atau sulur berlubang lama kelamaan
sulur menjadi busuk akibat adanya serangga baru seperti kutu. Kegiatan
18

pemangkasan yang dilaksanakan seperti pada Gambar 5.

Gambar 5. Pemotongan sulur busuk

c. Penyemprotan pestisida
Penyemprotan pestisida dilakukan jika serangan hama sudah menyebar luas
dan tidak dapat dikendalikan secara mekanis (Gambar a). Kegiatan tersebut
merupakan salah satu upaya dalam pengendalian hama dan penyakit yang
dilakukan di UD. Sabila Farm.

(a)penyemprotan pestisida (b) pestisida yang digunakan

Gambar 6. Pengandalian hama dan penyakit

Penyemprotan pestisida dilakukan menggunakan tangki semprot berkapasitas


14 L. Bahan yang digunakan adalah perekat dengan merk dagang bless dengan
konsentrasi 3,6 ml/liter , Antracol yang merupakan fungisida dengan konsentrasi
19

4,3 g/liter, Diazinon (Insektisida) dengan konsentrasi 1,4 ml/liter (Gambar b).
Penyemprotan pestisida ini biasanya dilakukan pada pagi hari, namun lebih baik
jika dilakukan pada sore hari karena serangga dan hama akan aktif pada sore atau
malam hari.
Berdasarkan perhitungan kalibrasi yang terdapat di halaman lampiran,
diketahui kebutuhan pestisida dalam 1 kali penyemprotan ditampilkan pada Tabel
4.

Tabel 4. Kebutuhan pestisida dalam satu kali aplikasi


Pestisida Kebutuhan penyemprotan
(ml) per Blok (L)
Blok Bless
Antracol Diazino n
A 108,7 ml 129,9 g 42,3 ml 30,2 L
B 172,4 ml 205,9 g 67, 1 ml 47,9 L
C 246,6 ml 294,6 g 95,9 ml 68,5 L

d. Bubur california
Berdasarkan Informasi yang didapat dalam kegiatan praktik, bubur california
terbuat dari 0,25 kg belerang, 0,5 kg kapur, 0,5 kg prusi atau terusi atau CuSO4
dan 10 liter air. Pembuatan dimulai dengan perebusan belerang, kapur, dan prusi
dalam air sembari terus diaduk hingga mendidih. Setelah selesai, larutan
didinginkan, cairan dibagian atas dapat digunakan untuk pengendalian dengan
cara penyemprotan (konsentrasi: 17,8 ml per 1 liter air), bagian endapan dapat
digunakan dengan cara pengolesan pada bagian tanaman yang terserang hama dan
penyakit.

Bubur california sangat efektif dalam mengatasi gangguan tanaman yang


disebabkan oleh cendawan atau jamur dan jenis- jenis tertentu dari golongan
akarina. Penyakit blendok atau cendawan dan jamur kerak yang biasa menyerang
batang dapat dikendalikan dengan bubur california, begitu juga tungau yang biasa
20

menyerang daun dan buah serta bisa untuk mencegah gangguan atau serangan dari
hama dan penyakit lainnya. Bahan pembuatan bubur California adalah belerang,
kapur serta air. Cara mengaplikasikan bubur california bisa melalui penyemprotan
dan penyaputan. Bubur California yang sudah dipisahkan dalam bentuk cairan
dapat diaplikasikan sebagai fungisida semprot dengan dosis 5 ml / liter air untuk
melawan penyakit jamur dan hama tungau. Sedangkan endapan bubur california
dapat diaplikasikan dengan cara melapisi batang untuk mencegah penyakit jamur
dan lumut.

Teknik pengendalian secara organik seperti ini kami anggap cukup mudah
dan murah, bubur california diharapkan dapat menjadi alternatif pengendali OPT
dan menekan ketergantungan petani terhadap produk pestisida atau fungisida
sintetik. Dengan hadirnya artikel ini, semoga nantinya banyak petani yang
mengetahui informasi mengenai banyaknya alternatif untuk mengendalikan hama
dan penyakit pada tanaman, contohnya dari bahan belerang dan sulfur ini yang
ketersediannya melimpah di alam

Gambar 7. Pembuatan bubur California

Beberapa hama yang menyerang tanaman buah naga merah adalah sebagai
berikut:
1. Hama tanaman naga merah (Hylocereus polyrhizus)
21

a. Bekicot (Achatina fulica bowd.)


Bekicot merupakan salah satu hama yang banyak ditemukan di lahan
tanaman naga. Hama ini memakan sulur yang masih muda dan akan banyak
muncul di musim penghujan dan kondisi lingkungan menjadi lembab. Kerugian
yang diakibatkan dari serangan hama ini adalah kerusakan pada sulur sehingga
mengurangi produktivitas tanaman. Cara pengendalian hama ini adalah dengan
cara manual, yaitu dengan membuang bekicot dari tanaman atau sekitar tanaman.
Selain itu sanitasi lingkungan juga perlu dilakukan agar gulma yang muncul tidak
dijadikan sarang bagi hama ini. Hama bekicot yang menyerang tanaman naga
merah ditampilkan pada Gambar 9.

Gambar 8. Bekicot pada sulur tanaman buah naga merah

b. Semut (Formicidae)
Dampak yang diakibatkan dari serangan hama semut adalah munculnya
bercak coklat. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari UD. Sabila Farm
hama semut muncul akibat adanya hama kutu kebul yang memiliki embun madu
dan mengundang datangnya semut. Hama semut menyebabkan luka akibat gigitan
yang dapat dijadikan tempat masuknya penyakit dan menimbulkan bintik coklat
pada permukaan kulit. Adanya bintik ini dapat mengurangi harga jual buah karena
dianggap rusak akibat hama. Pengendalian dari hama ini adalah dengan cara
pemangkasan sulur yang sudah rusak akibat serangan hama dan penyakit agar
tidak dijadikan sarang.
22

Gambar 9. Semut pada buah muda

c. Kutu kebul (Bemisia tabaci)


Hama kutu kebul merupakan salah satu penyebab adanya hama semut yang
dapat menyerang tanaman naga merah. Hama ini berwarna putih, memiliki sayap
dan berukuran kecil. Akibat serangan kutu kebul adalah adanya kotoran berwarna
putih dan menutupi bagian permukaan kulit buah ataupun sulur yang terserang.
Kutu putih juga dapat menghasilkan embun madu yang dapat mengundang
kedatangan semut. Serangan hama kutu kebul pada buah naga merah dapat dilihat
pada Gambar 11.

Gambar 10. Serangan kutu kebul pada buah

d. Ayam kampung (Gallus gallus domesticus)


Ayam kampung menjadi hama pada tanaman naga pada lokasi kebun yang
berada di sekitar rumah penduduk. Ayam kampung memakan buah yang siap
panen dan terletak mendekati tanah. Untuk mengatasi serangan ayam kampung,
dapat dicegah dengan pembungkusan buah. Kegiatan tersebut tidak terdapat di
lokasi praktik, sehingga ayam kampung masih terus bisa merusak buah masak
yang siap panen. Selain itu, mengingat lokasi perkebunan berada didekat
perumahan warga dengan pembuatan pagar untuk mencegah ayam kampung
memasuki lahan perlu dilakukan.
23

Gambar 11. Ayam kampung di areal lahan

Penyakit yang menyerang pada tanaman naga terdapat di dua bagian tanaman
berbeda, yaitu pada batang dan pada buah yang dijelaskan sebagai berikut:
Penyakit pada batang (sulur) tanaman naga memunculkan beberapa gejala. Gejala
penyakit yang pertama adalah dengan muncul bintik – bintik coklat yang
menyebar dibagian sulur. Gejala kedua yaitu munculnya warna putih yang
menutupi seluruh bagian sulur. Selanjutnya sulur berwarna kuning kecoklatan,
yang kemudian busuk dan berair, busuk pada sulur ini menyerang setengah atau
seluruh bagian. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan penyemprotan
pestisida dan eradikasi atau pemotongan batang secara tuntas.

1). Penyakit busuk lunak batang


Menurut Kristiandiny dan Slamet (2016), jenis penyakit yang biasa
menyerang tanaman naga adalah busuk lunak batang. Penyakit ini disebabkan
oleh Pythoptora sp. yang menimbulkan gejala sulur berair dan busuk berwarna
coklat. Penyakit busuk lunak batang menyerang sulur dibagian tengah, pangkal
dan ujung sulur. Penanganan penyakit jenis ini yaitu dengan eradikasi atau
pemotongan batang yang terserang secara tuntas.

Penyakit pada batang (sulur) tanaman naga memunculkan beberapa gejala.


Gejala penyakit yang pertama adalah dengan muncul bintik – bintik coklat yang
menyebar dibagian sulur. Gejala kedua yaitu munculnya warna putih yang
menutupi seluruh bagian sulur. Selanjutnya sulur berwarna kuning kecoklatan,
24

yang kemudian busuk dan berair, busuk pada sulur ini menyerang setengah atau
seluruh bagian. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan penyemprotan
pestisida dan eradikasi atau pemotongan batang secara tuntas. Tanda-tanda
serangan busuk lunak batang umumnya menyerang pada awal penanaman buah
naga. Penyakit ini selain terdapat pada tanaman yang sudah tua juga banyak
menyerang tanaman baru di pembibitan.

Gejala serangan penyakit yang menyerang tanaman naga ditampilkan pada


Gambar 12.

Gambar 12. Penyakit pada sulur tanamaman naga


Selain pada sulur, penyakit juga menyerang di bagian buah. Menurut Faidah,
dkk., (2017) menyatakan bahwa, gejala lain yang ditemukan dari bagian buah
adalah adanya bercak berwarna oranye yang diduga akibat dari serangan jamur
Alternaria sp. Infeksi awal serangan jamur ini adalah akibat adanya serangan
hama yang meninggalkan bekas gigitan pada bagian buah. Lubang bekas gigitan
kemudian dijadikan tempat masuknya jamur.

Buah yang terserang penyakit memunculkan gejala seperti munculnya bercak


berwarna coklat pada permukaan kulit. Gejala serangan penyakit yang kedua
adalah terjadi penebalan kulit berwarna coklat pada permukaan kulit buah. Gejala
yang terakhir terjadi pada buah yang sudah matang dan berwarna merah, terdapat
25

bercak berwarna kuning kecoklatan yang tersebar di seluruh permukaan kulit


buah. Kegiatan pengendalian yang dilaksanakan meliputi sanitasi lingkungan,
pemangkasan sulur, penyemprotan pestisida. Biasaya penyakit ini terjadi saat
buah naga memasuki masa buah naga bekembang. Gejala seranga penyakit
ditampilkan pada Gambar 15.

Gambar 13. Penyakit pada buah naga merah


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam tahapan budidaya, pemeliharaan merupakan kegiatan yang penting.


Setelah ditanam, tanaman buah naga membutuhkan perawatan intensif agar dapat
tumbuh dan berproduksi baik. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah pada
tanaman naga merah yang berumur 15 tahun dan ditanam sejak tahun 2005.
Pemeliharaan yang dilakukan seperti pemupukan lanjutan dan pengendalian hama
penyakit. Beberapa tindakan pemeliharaan yang dilakukan di UD. Sabila Farm
Yogyakarta di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Pemupukan lanjutan
Pemupukan buah naga di UD. Sabila Farm Yogyakarta menggunakan pupuk
kandang, NPK, dan ZA+KCl. Pupuk kandang diberikan sebanyak 10 kg per tiang
tanaman, NPK 50 g pertiang tanaman, dan campuran ZA + KCl adalah 80 g
pertiang tanaman. Pemupukan lain yang dilakukan adalah pemupukan dasar,
menurut Suparwata dan Mohammad (2018), pemberian pupuk juga dilakukan di
awal penanaman, yang biasa disebut pupuk dasar. Pemupukan ini bertujuan untuk
menambah ketersediaan pupuk yang ada di tanah sehingga dapat dimafaatkan
tanaman untuk tumbuh. Petani di Desa Banuroja banyak memanfaatkan kotoran
ternak sebagai pupuk organik, seperti kotoran kambing, sapi ataupun ayam.
Penggunaan pupuk organic bermanfaat untuk menambah kesuburan tanah
jangka panjang. Pemupukan yang rutin dapat meningkatkan hasil produksi.
Pengaplikasian pupuk ZA + KCL Pupuk ini diberikan ketanaman dengan
menaburkan disekitar tanaman buah naga. Sedangkan pemupukan menggunakan
pupuk NPK dan Pupuk Kandang dilakukan dengan memasukkan pupuk ke dalam
lubang. Pemberian pupuk disekitar tanaman memiliki tujuan agar hara dapat
diserap akar tanaman dengan baik.
27

Berdasarkan penelitian Zulkifli dan Putri Lukmana Sari (2018) menjelaskan


pupuk ZA memiliki kandungan Nitrogen 21% DAN Belerang 24% sedangkan
pupuk KCL memiliki kandungan kalium klorida atau unsur hara kalium tinggi
yaitu 60% dalam bentuk K2O dan Clorida (Cl) 35%. kemudian menjelaskan
bahwa pemberian pupuk ZA + KCL dapat memberi manfaat bagi tanaman antara
lain yaitu agar dapat meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan serta
perkembangan tanaman yang sudah di budidayakan, dapat meningkatkan dan
mempercepat hasil produksi tanaman, menambahkan nilai gizi tanaman,
meningkatkan kualitas buah menjadi lebih besar, berat, dan manis, serta dapat
meningkatkan kesuburan tanaman yang kita budidayakan sehingga tanaman lebih
tahan dari berbagai macam hama dan penyakit serta menghasilkan buah yang
berkembang dengan baik.
Setelah dilakukan pemupukan terhadap tanaman buah naga di UD. Sabila
Farm Yogyakarta ini menghasilkan produktivitas yang baik dan optimal Fase
pembungaan buah naga di Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta berlangsung pada
bulan September-Maret dan puncak pembungaan buah naga berlangsung pada
bulan Desember-Februari dengan panjang sekitar 30 cm jumlah bunga sekitar 180
bunga per pohon. Dari tumbuhnya bunga ini menghasilkan buah yang memiliki
daging yang tebal dengan warna sisiknya bewarna pink kemerahan dengan rata-
rata berat buah pada jenis ini berkisar antara 400-500 gram. Kondisi salur pada
tumbuhan buah naga yang telah diberi pupuk berwarna hijau tua serta
mengandung banyak air.

2. Pengendalian Hama dan Penyakit

Upaya yang dilakukan untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit,


kegiatan pemeliharaan secara rutin harus dilakukan. Kegiatan pemeliharaan yang
pertama adalah sanitasi lingkungan, dengan membersihkan seluruh areal lahan
agar bersih dari gulma. Alat yang digunakan seperti kored, cangkul, hingga mesin
pemotong rumput.

Menurut Kristiandiny dan Slamet (2016), pengendalian gulma dilakukan


dengan tiga cara, yaitu manual, mekanis, dan kimiawi. Pengendalian cara manual
dilakukan dengan membersihkan gulma menggunakan cangkul dan mencabut
menggunakan tangan. Cara yang kedua adalah mekanis, yaitu pengendalian gulma
28

menggunakan mesin pemotong rumput. Pengendalian yang terakhir adalah kimia,


yaitu menggunakan herbisida.

3. Pemangkasan
Kegiatan pemeliharaan yang selanjutnya adalah pemangkasan, yang
dilakukan pada bagian sulur yang mengalami kerusakan akibat serangan hama
dan penyakit. Pemangkasan rutin dilakukan setiap satu minggu dalam sekali
menggunakan guntung stek.
Menurut Suparwata dan Mohammad (2018), ada 3 kegiatan pemangkasan,
yang pertama adalah pada tiang panjatan yang terbuat dari kayu hidup agar tidak
terjadi kompetisi unsur hara. Pemangkasan kedua dilakukan pada cabang air,
dengan tujuan agar nutrisi tidak terserap pada cabang yang tidak produktif.
Kemudian yang terakhir adalah pemangkasan pada cabang yang telah berbuah,
biasanya tidak akan berbuah kembali dan dapat digunakan sebagai bibit.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah pemupukan, pemangkasan
sulur, sanitasi lingkungan, dan pengendalian hama penyakit.
2. Hama yang menyerang tanaman naga adalah bekicot, ayam kampung,
kutu kebul,dan semut.
3. Apapun hasil dari adanya kegiatan pemeliharaan buah naga akan berpengaruh
pada peoduktivitas buah naga yang optimal, mengendalikan dan
meminimalisir adanya gulma, hama, serta penyakit serta mempercepat
pertumbuhan serta perkembangan tanaman yang sudah di budidayakan, dapat
meningkatkan dan mempercepat hasil produksi tanaman.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah:
1. Dilakukan pembungkusan buah untuk mencegah adanya serangan ayam
kampung.
2. Kegiatan sanitasi lahan naga merah juga perlu dilaksanakan secara rutin
untuk mencegah adanya hama bekicot.
3. Perbaikan pagar pembatas kebun juga perlu dilakukan untuk mencegah
ayam kampung memasuki kebun.
DAFTAR PUSTAKA

Djamila, S., B. I Wayan, dan Sutrisno. 2010. Ultrasound wave transmission


Characteristics and its Relationships with physico-chemical of dragon
fruit.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54337/
PERTE TA%20PURWOKERTO%204%202010.pdf?sequence =1. Di
akses pada 15 Agustus 2022.

Emil S. 2011. Untung Berlipat dari Bisnis Buah Naga Unggul. Lily Publisher.
Yogyakarta. 136 halaman.

Faidah, F., P. Fifi, dan A. Muhammad. 2017. Identifikasi Penyakit yang


Disebabkan oleh Jamur dan Intensitas Serangannya pada Tanaman Buah
Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) di Kabupaten Siak Sri Indrapura.
JOM Faperta UR. 4(1): 6

Hardjadinata, S. 2010. Budidaya Buah Naga Merah Super Red Secara Organik.
Penebar Swadaya. Bogor. 81 halaman.

Hendarto, D. 2019. Khasiat Ampuh Buah Naga dan Delima. Laksana. Yogyakarta.
112 halaman.

Heviyanti, Maria., Adnan., dan Vitia Cahyono. 2021. Analisis Tingkat Keparahan
Penyakit Busuk Batang Pada Tanaman Buah Naga Merah (Hylocereus
Polyrhizus) Di Desa Sungai Kuruk Tiga, Aceh Tamiang. Agrosamudra,
Jurnal Penelitian. 8(1)

Kartina, R., H. Hilman, dan G. Iwan. 2018. Dasar-Dasar Hortikultura. UP


Politeknik Negeri Lampung. Bandar Lampung. 68 halaman.

Kristanto, D. 2014. Berkebun Buah Naga. Penebar Swadaya. Jakarta. 116


halaman.

Muas, Irwan., Nurawan, Agus., dan Liferdi. 2016. Petunjuk Teknis Budidaya
Buah Naga. Jawa Barat : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa
Barat.

Perdana, E.O., Chairul, dan S. Zuhri. 2013. Analisis Vegetasi Gulma pada
Tanaman Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus, L.) di
Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Jurnal Biologi Universitas Andalas. 2(4) : 243.

Rahmawati, B., dan M. Edwi. 2009. Variasi morfologi, isozim dan kandungan
vitamin C pada varietas naga. Nusantara Bioscience. 1: 134.
31

Rizal, Muhammad. (2015). Prospek pengembangan buah naga (Hylocereus costaricensis)


di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. PROS SEM NAS MASY
BIODIV INDON. 1(4): 886

Samadi B. 2013. Untung Berlipat dari Budidaya Naga Secara Organik. Lily
Publisher. Yogyakarta. 82 halaman.

Sari, D.E., W. Samri, M. Iin, dan M. Baharuddin. 2019. Inventarisasi Hama dan
Penyakit Tanaman di Lokasi Budidaya Tanaman Buah Naga Kabupaten
Sinjai. Jurnal Agrominansia. 4(2): 153-154.

Suparwata, D.O., dan D. M. Mohammad . 2018. Pemanfaatan Pekarangan Bero


untuk Usaha Tani Buah Naga. Jurnal of Agritech Science. 2(2): 79-84.

Wibowo, Arif., Widiastuti, Ani., dan Wahyu Agustina. 2011. Penyakit-Penyakit


Penting Buah Naga Di Tiga Sentra Pertanaman Di Jawa Tengah. Jurnal
Perlindungan Tanaman Indonesia, 17(2).

Wijayanto, D. S., dan W. Indah. 2016. Pompa Air Bertenaga Hibrid Untuk Irigasi
Tanaman Buah Naga. Journal of Mechanical Engineering Education.
1(2): 170.

Anda mungkin juga menyukai