Anda di halaman 1dari 84

MANAJEMEN PEMUPUKAN PADA PERKEBUNAN KELAPA

SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI TAMBUSAI ESTATE,


PT. PANCA SURYA AGRINDO, FIRST RESOURCES Ltd.,
KABUPATEN ROKAN HULU, RIAU

WAHYU HIDAYAT
A24080090

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
RINGKASAN

WAHYU HIDAYAT. MANAJEMEN PEMUPUKAN PADA


PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TANAMAN
MENGHASILKAN DI TAMBUSAI ESTATE, PT. PANCA SURYA
AGRINDO, FIRST RESOURCES Ltd., KABUPATEN ROKAN HULU,
RIAU. (Dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA).

Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan


tentang budidaya tanaman kelapa sawit, memperoleh pengalaman dan
keterampilan kerja dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik teknis maupun
manajerial. Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah mempelajari pengelolaan
pemupukan tanaman kelapa sawit pada tanaman menghasilkan, menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan dan efisiensi pemupukan secara
manual dan mekanis..
Kegiatan magang dilaksanakan di Tambusai Estate, PT. Panca Surya
Agrindo, First Resources Ltd, Kabupaten Rokan Hulu, Riau dimulai dari tanggal
13 Februari hingga 13 Mei 2012. Metode yang digunakan selama kegiatan
magang adalah bekerja langsung menjadi karyawan harian lepas (KHL) selama
tiga minggu, pendamping mandor selama tiga minggu dan pendamping asisten
Afdeling selama enam minggu.
Pengumpulan data yang penulis lakukan meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer yaitu pengamatan terhadap waktu pemupukan, dosis
pupuk, jenis pupuk, cara pemupukan serta pengamatan visual terhadap gejala
defisiensi hara yang diperoleh langsung di lapangan. Data sekunder meliputi
kondisi umum perkebunan, curah hujan, produksi dan produktivitas tanaman lima
tahun terakhir, jumlah tenaga kerja, realisasi pemupukan serta data-data lain yang
dapat membantu yang diperoleh dari arsip perusahaan.
Hasil yang penulis dapatkan dari kegiatan magang ini menunjukkan bahwa
manajemen pemupukan di Tambusai Estate, telah memenuhi konsep tepat jenis
dan tepat cara, tetapi belum memenuhi konsep tepat dosis dan tepat waktu.
Penentuan jumlah tenaga kerja pemupukan di Tambusai Estate belum efisien
dengan target yang diharapkan. Penggunaan alat pengaman diri di Tambusai
Estate masih rendah. Pada pengamatan mengenai gejala defisiensi hara pada
tanaman kelapa sawit, persentase tanaman yang mengalami gejala defisiensi hara
cukup tinggi yakni sebesar 62.54 % dari total tanaman sampel. Kegiatan
pemupukan secara mekanis dengan fertilizer spreader di Tambusai Estate
menunjukkan bahwa bahwa hasil pekerjaan jauh lebih efektif dan lebih efisien
daripada pemupukan secara manual.
MANAJEMEN PEMUPUKAN PADA PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI TAMBUSAI ESTATE PT.
PANCA SURYA AGRINDO, FIRST RESOURCES Ltd.,
KABUPATEN ROKAN HULU, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Wahyu Hidayat
A24080090

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
Judul : MANAJEMEN PEMUPUKAN PADA PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI TAMBUSAI
ESTATE PT. PANCA SURYA AGRINDO, FIRST
RESOURCES Ltd., KABUPATEN ROKAN HULU, RIAU
Nama : WAHYU HIDAYAT
NRP : A24080090

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, M.Sc


NIP 19490119 197412 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr


NIP 19611101 198703 1 003

Tanggal persetujuan :
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 18 April 1990, adalah anak


pertama dari dua bersaudara dari Bapak Widodo Basuki dan
Ibu Wigunani. Pada tahun 2002 penulis menyelesaikan
pendidikan dasar di SD Negeri 02 Jakarta. Kemudian pada
tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan di SLTP
Negeri 183 Jakarta. Setelah menyelesaikan sekolah
menengah atas di SMA Negeri 1 Jakarta, penulis mendapatkan kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.
Pada semester 3, penulis masuk ke Departemen Agronomi dan Hortikultura.
Selama kuliah penulis aktif dalam organisasi Lembaga Dakwah Fakultas
FKRD yaitu menjadi staff departemen syiar islam pada periode 2009 dan menjadi
koordinator departemen syiar islam pada periode 2010. Penulis juga aktif menjadi
panitia kegiatan-kegiatan kemahasiswaan seperti: Masa Perkenalan Mahasiswa
Baru 2009, Masa Perkenalan Departemen 2010, Seminar Pendidikan Nasional,
Seminar Islamic of Agriculture 2011. Selain itu, penulis juga melaksanakan
Kuliah Kerja Profesi di Desa Pekasiran, Kecamatan Batur, Banjarnegara.
Tugas akhir di perguruan tinggi penulis selesaikan dengan menulis skripsi
yang berjudul “Manajemen Pemupukan Pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Tambusai Estate, PT. Panca Surya Agrindo, First Resources
Ltd., Kabupaten Rokan Hulu, Riau”.
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut asma Allah SWT, disertai rasa syukur atas segala
rahmat, hidayah serta inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan magang
dengan judul “MANAJEMEN PEMUPUKAN PADA PERKEBUNAN KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) di TAMBUSAI ESTATE, PT. PANCA SURYA
AGRINDO, KABUPATEN ROKAN HULU, RIAU”. Penulisan skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, M.Sc sebagai pembimbing skripsi.
2. Bapak Dr. Ir. Hariyadi M.S dan Bapak Ir. Sofyan Zaman M.P, selaku
dosen penguji yang telah memberikan kritik serta saran dalam
penyempurnaan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Dwi Guntoro, SP, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik.
4. Keluarga tercinta : Ibu, Ayah, Adik, yang senantiasa memberikan
dukungan semangat dan kasih sayangnya kepada penulis
5. Bapak H. Juwahir, SP selaku General manager, Bapak Gita Mustika, SE,
selaku Estate manager I, Bapak Patria Darma, SP, selaku Estate manager
II, Bapak P. Sihombing selaku Asisten kepala Rayon D, Bapak Yusriandi
S., SP, selaku Asisten kebun Afd. 10, Bapak Tamri Kardo, S.Sos, Bapak
Yasirun, Bapak Hasyim, S.Ag, serta Bapak Taufiq H. atas semua
bimbingan, perhatian dan dukungannya.
6. Seluruh staf Kantor Sentral Kebun, mandor, kerani panen, kerani afdeling
10 serta semua karyawan PT. Panca Surya Agrindo atas bimbingan dan
dukungannya.
7. Munandar, Dimas, Ika, Yeli, Rani, Ratih, Muaz, Hardian, Rifa, Yudi,
seluruh keluarga besar Agronomi & Hortikultura atas kebersamaannya.

Bogor, Juli 2012

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................... viii


DAFTAR GAMBAR ........................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ x
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
Latar Belakang .................................................................................. 1
Tujuan ................................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
Pemupukan ........................................................................................ 3
METODE MAGANG ................................................................................ 9
Tempat dan Waktu ............................................................................ 9
Metode Pelaksanaan .......................................................................... 10
Analisis data dan Informasi .............................................................. 10
KEADAAN UMUM .................................................................................. 11
Letak Wilayah Administratif ............................................................. 11
Keadaan Iklim dan Tanah ................................................................. 11
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan ................................................. 13
Keadaan Tanaman dan Produksi ....................................................... 13
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan .......................................... 14
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG .............................................. 17
Aspek Teknis ..................................................................................... 18
Penunasan ………………………………………………………. 18
Sensus Pokok .......……………………………………………… 18
Pengendalian Gulma Secara Manual …………………………... 19
Pengendalian Gulma Secara Kimiawi …………………………. 21
Pengendalian Hama …………………………………………….. 22
Pemupukan Organik …………………………………………… 24
Pemupukan Anorganik ………………………………………… 27
Pemupukan Mekanis dengan Fertilizer Spreader …………….. 34
Pemanenan ……………………………………………………… 36
Aspek Manajerial .............................................................................. 39
Karyawan Non-Staf …………...………………………………... 39
Karyawan Staf …………………………………………………... 41
PEMBAHASAN ..................................................................................... 42
Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat ……….. 42
Tenaga Kerja …………………………………………………..... 48
Penggunaan Alat Pengaman Diri ……………………………. 48
Defisiensi Hara ………………………………………………….. 49
Perbandingan Efisiensi Pemupukan Secara Manual dan Secara 52
Mekanis dengan Fertilizer Spreader……………………………….
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 56
Kesimpulan .............................................................................. 56
Saran ....................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 58
LAMPIRAN ............................................................................................... 60
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Kisaran Dosis Optimal pada Pemupukan Kelapa Sawit 6
Tanaman Menghasilkan ..............................................................
2. Sifat Utama pada Masing-masing SPT (Satuan Peta Tanah) ..... 12

3. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di 14


Tambusai Estate ..........................................................................
4. Jumlah Karyawan Staf dan Non-staf Tambusai Estate Tahun 16
2012 ...................................................................................
5. Kandungan Unsur Hara Limbah Cair dalam (75 ton/ha) ........... 26
6. Ketentuan Tarif Premi Pemanen, Mandor Panen, Kerani 38
Produksi ......................................................................................
7. Ketentuan Denda Bagi Pemanen, Mandor Panen, dan Kerani 38
Produksi ......................................................................................
8. Jenis Pupuk yang Digunakan di Tambusai Estate Tahun 2011- 43
2012 ............................................................................................
9. Realisasi Waktu Pemupukan di Tambusai Estate Juni 2011 - 44
Mei 2012 ...................................................................................
10. Ketepatan Cara Penaburan Pupuk di Afdeling 10 ..................... 46

11. Pengamatan Ketepatan Dosis Pupuk di Tambusai Estate .......... 47


12. Pengamatan Gejala Defisiensi Hara Pada Lima Blok ................ 50

13. Perbandingan Efisiensi Pemupukan Secara Manual dan 55


Mekanis .....................................................................................
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Tempat dan Cara Penebaran Pupuk di Piringan ……………..... 7
2. Kegiatan Apel Pagi di Lapangan ............................................. 17
3. Pokok Jantan yang Akan Dibongkar .......................................... 19
4. Kegiatan Dongkel Anak Kayu ................................................. 20
5. Kegiatan Pengendalian Gulma di Piringan ................................ 22
6. a). Ulat Api, b). Turnera subulata, c). Casiatora ...................... 22
7. Pokok yang Terserang Hama Rayap ......................................... 23
8. Pokok yang Terserang Penyakit Busuk Pangkal Batang........... 24
9. a). Aplikasi Tandan Kosong dengan Angkong, b). Aplikasi 25
Tandan Kosong di antara Pokok. ...........................
10. a). Aplikasi Limbah pada Flatbed, b). Kolam Limbah, c). 27
Papan Informasi Kolam Limbah, d). Keadaan Sumur Pantau ....

11. a). Penimbangan Sampel Untilan, b). Kegiatan Penguntilan, c). 29


Alat Takar Untilan. .....................................................................

12. Titik Penempatan Pupuk ....................................................... 30


13. Pengarahan Mandor Pupuk sebelum Aplikasi Pemupukan 32
dimulai ......................................................................................
14. a). Kegiatan Penggulungan Karung Untilan, b). Penyusunan 32
Karung Untilan ...........................................................................
15. a). Aplikasi Fertilizer Spreader Tampak Depan, b). Aplikasi 36
Fertilizer Spreader Tampak Belakang, c). Kegiatan Pengisian
Pupuk, d). Jenis Pupuk Kieserite ................................................
16. Grafik Curah Hujan Tambusai Estate Periode Mei 2011 - April 44
2012 ...........................................................................................
17. Defisiensi Hara di Tambusai Estate a). Defisiensi Fe, 51
b). Defisiensi K, c). Defisiensi Mg, d). Defisiensi B. …………
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Jurnal Harian Magang sebagai Karyawan Harian Lepas di 61
Tambusai Estate, PT. Panca Surya Agrindo, First Resources
Ltd., Kabupaten Rokan Hulu, Riau .............................................

2. Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Mandor di 63


Tambusai Estate, PT. Panca Surya Agrindo, First Resources
Ltd., Kabupaten Rokan Hulu, Riau .............................................

3. Jurnal Harian Magang sebagai Pendamping Asisten di 64


Tambusai Estate, PT. Panca Surya Agrindo, First Resources
Ltd., Kabupaten Rokan Hulu, Riau .............................................

4. Peta Wilayah Tambusai Estate ................................................... 67


5. Curah Hujan Tambusai Estate 2001-2011….............................. 68
6. Peta Kesesuaian Lahan Tambusai Estate .................................... 69
7. Struktur Organisasi Tambusai Estate ……………..................... 70
8. Struktur Organisasi Tingkat Afdeling ....................................... 71
9. Peta Wilayah Afdeling 10 …………......................................... 72
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu arecaceae


yang menghasilkan minyak nabati terbesar di dunia yakni sebesar 2000-3000
kg/ha/tahun, dibandingkan dengan kelapa yang hanya mencapai 700-1000
kg/ha/tahun (Siregar, 2006).
Kelapa sawit dapat diolah menjadi minyak sawit yang biasa dikenal
sebagai Crude Palm Oil (CPO) yang berasal dari daging buah dan Palm Kernel
Oil (PKO) yang berasal dari inti sawit. Minyak sawit mentah (CPO) merupakan
produk perkebunan yang memiliki prospek cerah di masa mendatang
(Budianto, 2005). Kedua minyak tersebut dapat diolah menjadi berbagai macam
produk olahan seperti margarin, minyak goreng, kosmetik, sabun, dan detergen.
Selain itu, kelapa sawit juga dapat digunakan sebagai biodiesel yang merupakan
energi alternatif pengganti minyak bumi.
Manfaat minyak sawit yang cukup beragam tersebut menyebabkan
meningkatnya konsumsi minyak sawit sehingga juga meningkatkan permintaan
produksi minyak sawit. Peningkatan konsumsi minyak sawit dapat diketahui dari
semakin meningkatnya volume ekspor minyak sawit pada setiap tahun. Volume
ekspor minyak sawit menunjukkan peningkatan yang cukup besar setiap
tahunnya. CPO pada tahun 2008 diekspor dengan volume 18 141 006 ton senilai
US$ 14 110 229 dan pada tahun 2010 meningkat dengan volume ekspor
20 615 958 ton senilai US$ 12 626 595 (Ditjenbun, 2011).
Peningkatan produksi minyak sawit harus diimbangi oleh pertambahan
luas areal perkebunan kelapa sawit dan peningkatan produktivitas tandan buah
segar (TBS). Data luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit Indonesia
tahun 2008-2010 umumnya mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun
2008 luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia adalah 7 363 847 ha dengan
produksi CPO sebesar 18 141 006 ton dan mengalami peningkatan luas areal
menjadi 8 430 027 ha dengan produksi CPO 20 615 958 ton pada tahun 2010
(Ditjenbun, 2011).
2

Manajemen pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan


tanaman yang dapat meningkatkan produktivitas serta kualitas produk yang
dihasilkan. Manajemen pemupukan penting untuk dipelajari, karena untuk
menjamin kelancaran pengadaan dan pelaksanaan pemupukan agar tercapai
pemupukan yang efektif dan efisien. Pemupukan juga bermanfaat untuk
mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman dan produksi tandan buah segar
(TBS) secara maksimum.
Poeloengan et al. (2003) menyatakan bahwa pemupukan yang efektif dan
efisien dipengaruhi oleh jenis dan dosis pupuk, cara pemberian pupuk, waktu
pemupukan, tempat aplikasi, dan pengawasan dalam pelaksanaan pemupukan.
Pemupukan merupakan salah satu faktor penting yang berperan untuk mencapai
produktivitas yang tinggi, terutama dalam memenuhi persyaratan unsur hara. Oleh
karena itu, aspek manajemen pemupukan penting untuk dipelajari agar sesuai
dengan standar operasional baku yang dijalankan oleh suatu persahaan.

Tujuan

Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan


pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit, memperoleh pengalaman
dan keterampilan kerja dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik teknis maupun
manajerial. Tujuan khusus kegiatan magang adalah mempelajari pengelolaan
pemupukan tanaman kelapa sawit pada tanaman menghasilkan, menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan dan efisiensi pemupukan secara
manual dan mekanis.
TINJAUAN PUSTAKA

Pemupukan

Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk


menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu
upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan
vegetatif tanaman yang sehat dan produksi tandan buah segar (TBS) secara
maksimum dan ekonomis, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit.
Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai
produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya
(Sutarta et al., 2003). Poeloengan et al. (2003) menyatakan bahwa pemupukan
dalam suatu usaha perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu usaha
perawatan tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan dan potensi produksi.
Ditinjau dari segi biaya, pemupukan menjadi sangat penting karena usaha tersebut
memerlukan biaya sebesar 40 – 60 % dari biaya pemeliharan tanaman atau sekitar
30 % dari total biaya produksi.
Strategi pemupukan kelapa sawit yang baik harus mengacu pada konsep
keefektifan dan efisiensi yang maksimum (Pahan, 2010). Selanjutnya
Sutarta (2002) menambahkan bahwa pemupukan yang ideal harus berprinsip pada
4 T, yaitu: tepat jenis pupuk, tepat dosis, tepat cara aplikasi, dan tepat waktu
aplikasi.
Menurut Pahan (2010), pemupukan kelapa sawit dilakukan pada 3 tahap
perkembangan tanaman, yaitu pada tahap pembibitan dan TBM yang mengacu
pada dosis baku, tahap TM yang ditentukan berdasarkan perhitungan faktor-faktor
dasar serta konsep neraca hara. Pengamatan terhadap faktor lingkungan seperti
iklim, topografi, sistem konservasi tanah dan air, drainase, dan kronologi
terjadinya serangan hama/penyakit, serta keakuratan data riwayat tanaman dan
sistem perawatannya akan sangat membantu dalam penentuan rekomendasi
pemupukan yang tepat.
Unsur hara yang dibutuhkan tanaman dibagi atas unsur hara makro dan
mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam
jumlah banyak. Ada enam unsur hara makro, yaitu Nitrogen (N), fosfor (P),
4

kalium (K), kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S). Unsur mikro
dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit. Namun, unsur ini harus selalu
tersedia di dalam jaringan tanaman. Unsur mikro itu adalah besi (Fe), mangan
(Mn), tembaga (Cu), boron (Bo), Molibdenum (Mo), klorida (Cl), dan seng (Zn)
(Pahan, 2010).
Nitrogen (N). Sebagian besar senyawa kimia tumbuhan mengandung
nitrogen. Protein dan enzim tersusun atas asam amino yang mengandung nitrogen.
Kekurangan nitrogen memberikan gejala perubahan warna daun–daun bawah
menjadi kekuningan (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Tanaman mengabsorpsi
nitrogen dalam bentuk nitrat (NO3-), walaupun ternyata ammonium (NH4+) dapat
juga langsung diabsorpsi tanaman. Efisiensi relatif absorpsi ammonium dan nitrat
dipengaruhi oleh pH tanah (Hakim, 2007).
Fosfor (P). Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) fosfor merupakan
bagian dari senyawa yang mengatur pertumbuhan tanaman. Asam nukleat dan
senyawa yang mengatur pernapasan dan pematangan juga mengandung fosfor.
Kekurangan fosfor menghambat pertumbuhan tanaman. Unsur fosfor diserap oleh
tanaman dalam bentuk H2PO4-.
Kalium (K). Fungsi utama kalium adalah sebagai katalisator (pendorong
dan mempercepat reaksi–reaksi biokimia). Fungsi lainnya untuk mengatur
kegiatan fotosintesis, transpirasi, serta reaksi biokimia dalam daun dan titik
tumbuh. Kekurangan kalium dapat mengurangi produksi buah
(Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Unsur kalium (K) diserap oleh tanaman
dalam bentuk kation K+.
Magnesium (Mg). Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) menyatakan bahwa
magnesium merupakan bagian dari molekul klorofil dan berasosiasi dengan fosfor
(P) dalam proses pembentukan senyawa–senyawa fosfolipid yang merupakan
bagian dari minyak yang diproduksi. Kekurangan magnesium ditandai dengan
gejala klorosis (warna kekuningan). Magnesium dari jaringan tua ditransfer ke
jaringan yang lebih muda, sehingga gejala klorosis terlihat pada daun–daun tua
(daun bawah). Magnesium diserap oleh tanaman dalam bentuk kation Mg2+.
Hara Mg merupakan hara makro sekunder yang berperan penting sebagai
bahan pembentuk molekul klorofil dan komponen enzim esensial, serta berperan
5

dalam proses metabolisme P dan respirasi tanaman. Mg juga diperlukan dalam


transfer ATP, transfer energi dalam proses fotosintesis, glikolisis, siklus kreb, dan
respirasi (Rankine dan Fairhurst, 1999; Havlin et al., 2004).
Belerang (S). Belerang merupakan bagian dari protein, penelitian tentang
belerang masih kurang karena kasus kekurangan belerang jarang ditemui dimana
unsur belerang sudah tersedia dalam pupuk lain seperti pupuk ZA (ammonium
sulfat) (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Unsur belerang diserap oleh tanaman
dalam bentuk anion SO42-. Defisiensi unsur belerang (S) terjadi pada daun kelapa
sawit yang termuda dengan gejala yang terjadi yaitu daun menjadi hijau
kekuningan dengan tulang daun kekuning–kuningan (Pahan, 2010).
Kalsium (Ca). Menurut Mangoensoekarjo dan Tojib (2005) kalsium
merupakan bagian dari dinding sel dan kandungan kalsium terbesar terdapat pada
daun. Kalsium berguna untuk menjaga membran–membran dalam sel tetap
berfungsi; berperan dalam bagian–bagian meristem tanaman; dan mendorong
pertumbuhan akar. Kalsium memiliki kemampuan menekan aktivitas kalium (K)
dan mempengaruhi penyerapan unsur nitrogen. Unsur kalsium (Ca) diserap oleh
tanaman dalam bentuk kation Ca2+.

Dosis Pemupukan
Untuk mengetahui dosis pupuk yang harus ditambahkan ke dalam tanah
yaitu dengan mempertimbangkan jumlah hara yang diserap tanaman, status hara
dalam daun, hara yang terangkut bersama hasil panen, hara yang kembali ke
tanah, hara yang hilang dari zona perakaran, dan kemampuan tanah dalam
menyediakan unsur hara (Siahaan dan Buma, 1992). Kisaran dosis optimal yang
dapat diaplikasikan pada tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 1.
6

Tabel 1. Kisaran Dosis Optimal Pada Pemupukan Kelapa Sawit Tanaman


Menghasilkan

Umur Jenis Pupuk (dosis kg/pokok/tahun)


Tanaman Sulphate of Rock Muriate of Kieserite
(tahun) Amonia (ZA) Phosphate Potash (MOP) (Kies)
(RP)
3.0 - 5.0 1.0 - 2.0 0.5 - 1.0 0.4 - 1.0 0.5 - 1.0
6.0 -12.0 2.0 - 3.0 1.0 - 2.0 0.5 - 3.0 1.0 - 2.0
>12.0 1.5 - 3.0 0.5 - 1.0 1.5 - 2.0 0.5 - 1.5
Sumber: Lubis (2008)
Tanaman kelapa sawit membutuhkan pupuk N, P, dan K yang sangat
banyak sehingga diperlukan takaran pupuk yang tepat dan optimal. Sementara itu,
berdasarkan analisis tanah dan daun yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa
tanaman kelapa sawit memerlukan koreksi takaran pupuk yang akan diberikan.
Namun, takaran pupuk tersebut hanya berlaku 1 tahun sehingga setiap tahun harus
dilakukan analisis ulang tentang tanah dan daun untuk menentukan takaran pupuk
yang tepat bagi tanaman kelapa sawit. Kebutuhan pupuk untuk setiap lokasi
berbeda-beda, tergantung dari kondisi lokasi terebut. Secara umum terdapat dosis
optimal untuk pemupukan tanaman kelapa sawit (Riwandi, 2002).

Tempat dan Cara Penyebaran Pupuk


Tempat penyebaran pupuk adalah tempat dimana pupuk dapat ditaburkan.
Ada yang di dalam bokoran di tempat yang bersih dari gulma, ada juga yang
ditempatkan di luar bokoran dimana gulma lunak masih dapat tumbuh. Sebelum
kegiatan pemupukan dilakukan pencampuran pupuk, apabila ada jenis pupuk yang
tidak boleh dicampur maka tempat penaburannya harus dipisahkan atau paling
tidak ada jarak sekitar 12 hari antara aplikasi pupuk yang satu dengan pupuk
lainnya.
Tempat penyebaran pupuk pada tanaman belum menghasilkan (TBM)
dengan umur 1 bulan sampai pelepah menutupi bokoran adalah seluruh tempat di
bokoran, kecuali Rock Phosphate yang harus ditaburkan di luar bokoran, di atas
penutup tanah. Cara tersebut juga dilakukan pada TBM yang pelepahnya sudah
melewati bokoran. Sedangkan tempat penaburan pupuk pada tanaman yang sudah
menghasilkan (TM) dibedakan berdasarkan sifat masing-masing pupuk yaitu:
7

(a) nitrogen sebaiknya ditaburkan antara batang tanaman sampai ujung bokoran,
(b) P2O5 dan MgO (Phosphate dan magnesium) ditaburkan sekitar 25 cm dari
tanaman sampai ujung bokoran. Namun, apabila Rock phosphate yang digunakan,
maka tempat penaburan pupuk adalah di gawangan di pinggir rumpukan pelepah
dan di atas gulma lunak yang tumbuh disana (Hakim, 2007). Tempat dan cara
penyebaran pupuk dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tempat dan Cara Penebaran Pupuk di Piringan

Cara Aplikasi Pemupukan


Menurut Sastrosayono (2003), cara menempatkan pupuk akan
mempengaruhi jumlah pupuk yang diserap akar tanaman. Penempatan pupuk juga
berpengaruh terhadap hasil TBS (PPKS, 2003). Cara pemupukan yang
direkomendasikan oleh PPKS berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah
dilakukan adalah dengan cara menabur pupuk (P, K, Mg) secara merata di
piringan pada jarak 1.5 m dari pangkal batang ke arah pinggir piringan, sedangkan
pupuk N dianjurkan agar dibenam dalam tanah. Pada daerah piringan yang belum
dilengkapi dengan tapal kuda, pemupukan dianjurkan dilakukan dengan cara
dibenamkan (untuk seluruh jenis pupuk) pada beberapa lubang di sekitar pohon.

Waktu dan Frekuensi Pemupukan


Menurut Adiwiganda (2007) waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan
oleh keadaan iklim terutama curah hujan dan hari hujan, sifat fisik tanah dan
kondisi relief, dan proses pengadaan pupuk. Setyamidjaja (2006)
menambahkan bahwa waktu pemberian pupuk pada TBM didasarkan kepada
umur tanaman. Jadi, pemupukan tidak dilaksanakan pada patokan
pemupukan pada awal atau akhir musim hujan. Pahan (2010) menyatakan bahwa
8

manfaat pemupukan secara maksimal didapat pada bulan-bulan dengan curah


hujan berkisar 100-250 mm/bulan. Pada masa ini, kondisi tanah cukup
basah (tetapi belum jenuh), sehingga memudahkan terserapnya unsur hara
oleh tanaman.
METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang ini dilaksanakan di Tambusai Estate, PT. Panca Surya


Agrindo, First Resources Ltd., Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Kegiatan magang
dilaksanakan selama tiga bulan yang dimulai pada tanggal 13 Februari 2012
sampai 13 Mei 2012.
Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilaksanakan penulis adalah kegiatan praktik teknis


di lapangan dan kegiatan manajerial baik di perkebunan maupun di kantor.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan waktu dan jadwal yang
ditentukan oleh pihak perkebunan.
Kegiatan yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai karyawan harian
lepas (KHL) selama tiga minggu, kemudian bertindak sebagai pendamping
mandor pada tiga minggu berikutnya, dan sebagai pendamping asisten kebun pada
enam minggu berikutnya.
Kegiatan teknis yang dilakukan, selama penulis berada di lapangan
meliputi kegiatan: sensus pokok, penunasan, pemupukan, pengendalian gulma,
pengendalian hama dan penyakit, dan kegiatan pemanenan. Pada kegiatan
manajerial, penulis mempelajari tentang fungsi-fungsi manajemen, meliputi tugas
pokok, fungsi, kewenangan, dan tanggung jawab di tingkat mandor, asisten kebun,
di tingkat jabatan yang sesuai dengan struktur organisasi di lokasi magang.
Kegiatan penulis sebagai KHL, pendamping mandor, dan pendamping asisten
dapat dilihat pada Lampiran 1 ,2, dan 3.

Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data yang dilakukan meliputi pengambilan data primer dan


data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung
melalui pengamatan yang dilakukan oleh penulis selama berada di lapangan.
Kegiatan ini meliputi sistem organisasi pemupukan, aplikasi pemupukan mulai
dari penguntilan pupuk, pengangkutan dan pengeceran pupuk, ketepatan jenis dan
10

dosis pupuk, ketepatan waktu dan cara aplikasi pemupukan, jumlah tenaga kerja
dalam kegiatan pemupukan, dan gejala defisiensi hara tanaman, serta dilakukan
kegiatan diskusi dengan petugas gudang, KHL, Mandor, dan Asisten Kebun.
Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan mempelajari arsip kebun,
laporan bulanan, laporan tahunan, serta dari dokumentasi kebun. Jenis data yang
diperoleh adalah sejarah dan kondisi umum perusahaan, kondisi iklim, kondisi
tanaman, organisasi manajemen perusahaan, data produksi kebun, serta data yang
terkait dengan pemupukan meliputi, realisasi pemupukan SOP kebun, dan dosis
rekomendasi pemupukan kebun.

Analisis Data dan Informasi

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis


kuantitatif, menggunakan ukuran distributif seperti presentase dan ukuran
pemusatan (rata-rata). Data kemudian akan diolah menurut kebutuhan penulisan,
kemudian selanjutnya hasil dari pendekatan statistik sederhana tersebut akan
disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik, dan diagram sesuai kebutuhan.
KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administratif

Tambusai Estate merupakan perkebunan kelapa sawit milik PT. Panca


Surya Agrindo (PT. PSA) yang bergerak di bidang pengembangan kelapa sawit di
Indonesia. Tambusai Estate memiliki kapasitas pabrik sebesar 90 ton TBS/Jam
dengan keluaran rata-rata 7 Ton CPO/ha/tahun. Perusahaan ini dahulu tergabung
dalam Ciliandra Perkasa Group, kemudian pada tahun 2010 diakuisisi oleh First
Resources Ltd., sebuah perusahaan perkebunan swasta asing yang berasal dari
Singapura. Tambusai Estate terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan
Tambusai Utara, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau.
Batas-batas kebun PT. Panca Surya Agrindo sebelah utara berbatasan
dengan Desa Tambusai Timur dan PT. Torganda, sebelah selatan berbatasan
dengan Desa Kepenuhan Barat, Areal PT. PISP dan Desa Kepenuhan, Sebelah
Timur berbatasan dengan Desa Kepenuhan Timur, Sebelah Barat berbatasan
dengan Desa Tambusai Timur dan SKPD DK IV. Peta wilayah Tambusai Estate
dapat dilihat pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

Rata-rata curah hujan tahunan Tambusai Estate dalam kurun waktu 10


tahun terakhir (2001-2011) adalah 1 918 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata
117 hari. Data mengenai curah hujan selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir
dapat dilihat pada Lampiran 5. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan
Desember (rata-rata 302 mm), sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan
Mei dengan rata-rata curah hujan sebesar 100 mm. Menurut kelas iklim Schmidth-
Ferguson, keadaan iklim di Tambusai Estate termasuk dalam tipe iklim A, yaitu
daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika.
Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan oleh bagian riset,
diketahui bahwa tanah di Tambusai Estate tergolong ke dalam ordo Entisol yang
terbentuk dari hasil dari endapan sungai dan diklasifikasikan menjadi empat
subgrup berdasarkan evaluasi titik pemboran dan deskripsi profil tanah, yaitu:
12

Typic Haplosaprist, Typic Endoaquent, Humic Dystrudepts, Typic Dystrudepts.


Uraian masing-masing jenis profil tanah dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Sifat Utama Pada Masing-masing SPT (Satuan Peta Tanah)

Sub Grup Uraian Fisiografi Bentuk Bahan Luas


Tanah Wilayah Induk ha %
Typic Dalam, drainase terhambat,
Haplosaprist masam, KTK rendah, Dataran Datar Endapan 363 3.08
kejenuhan basa sangat rendah, Alluvial Alluvial
kelembaban Udic
Typic Halus, dangkal, drainase
Endoaquents terhambat, masam, KTK Dataran Agak Endapan 125 1.06
rendah, Kejenuhan basa Alluvial Datar Alluvial
sangat rendah, kelembaban
Udic
Humic Dalam, drainase baik, masam,
Dystrudepts KTK rendah, kejenuhan basa Dataran Agak Endapan 5 719 48.45
rendah, kelembaban Udic Alluvial Datar Alluvial
Typic Halus, dalam, drainase baik,
Dystrudepts masam, KTK sangat rendah, Dataran Agak Endapan 5 596 47.41
kejenuhan basa sangat rendah, Alluvial Datar Alluvial
kelembaban Udic
Total 11 803 100
Sumber : First Resources Research Centre (Mei, 2012)
Areal Tambusai Estate memiliki kondisi topografi yang bervariasi cukup
datar dengan kemiringan 1-3 % seluas 11 803 ha. Derajat kemasaman tanah (pH)
Tambusai Estate adalah 4.65 - 5.30. Tambusai Estate memiliki ketinggian tempat
12 m di atas permukaan laut (dpl) dan suhu rata-rata tahunan berkisar antara
28–31oC. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan untuk kelapa sawit, Tambusai
Estate tergolong ke dalam kelas S2 (sesuai/suitable). Peta kesesuaian jenis tanah
dapat dilihat pada Lampiran 6.
13

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

Tambusai Estate mempunyai hak guna usaha (HGU) dengan total luas
lahan sebesar 11 914.40 ha. Luas lahan yang digunakan untuk areal penanaman
adalah 11 028. 66 ha untuk tanaman menghasilkan (TM). Selanjutnya, 827.21 ha
digunakan untuk jalan (Main and collection road), untuk bangunan/emplasement
26.60 ha, dan areal pabrik seluas 31.93 ha. Tambusai Estate terdiri dari 18
Afdeling yang terbagi menjadi 15 Afdeling inti, dan 3 Afdeling KKPA. Penulis
ditempatkan di Afdeling 10 luasan 684.12 ha dengan jumlah blok 26, dengan tiga
tahun tanam berbeda yakni, tahun tanam 1 997, 1 998, dan 2 005.

Keadaan Tanaman dan Produksi


Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Tambusai Estate adalah
varietas Tenera, hasil persilangan Dura dan Pisifera, yang berasal dari Tenera
Papua New Guinea (PNG), Tenera Socfindo dan Tenera Marihat (PPKS). Pola
tanam yang digunakan untuk penanaman kelapa sawit di Tambusai Estate adalah
pola tanam segitiga sama sisi dengan jarak tanam yang digunakan adalah
9.35 m x 9.35 m x 9.35 m dengan jarak antar barisan 8.09 m sehingga populasi
per hektarnya 132 pokok. Namun, berdasarkan kondisi yang terdapat di lapangan,
populasi tanaman per hektar dapat berbeda daripada populasi yang sebenarnya.
Hal tersebut disebabkan oleh adanya penyisipan tanaman, penebangan pokok
jantan dan pokok mati, jarak tanam yang tidak teratur, rubuh, dan tersambar petir.
Populasi tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun tanam yang ada di Tambusai
Estate dapat dilihat pada Tabel 3.
14

Tabel 3. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di


Tambusai Estate

Tahun Kebun Inti Kebun KKPA


Tanam Luas (ha) Jumlah Luas (ha) Jumlah
Tanaman Tanaman
1990 200.64 22 504 - -
1991 248.71 31 126 - -
1995 446.37 58 477 - -
1996 1 246.12 156 723 - -
1997 4 030.23 509 897 - -
1998 1 540.42 198 440 - -
1999 359.4 48 186 - -
2002 476.22 63 173 - -
2003 658.68 86 222 - -
2004 492.88 64 484 - -
2005 1 003.51 130 449 - -
2006 326.46 38 245 - -
2007 - - 773.84 103 056
2008 - - 435.8 57 655
2009 - - 811.72 23 405
Sub 11 029.64 1 407 926 2 021.36 184 116
total
Sumber : Kantor Sentral Kebun, PT. Panca Surya Agrindo (Mei, 2012)

Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan

Tambusai Estate dipimpin oleh seorang General Manager yang bertugas


memberikan pengarahan kepada bawahan yang menjadi tanggung jawabnya
dalam mempersiapkan rencana kerja anggaran kebun, dan menyusun rencana
kerja operasional pabrik. General Manager memiliki wewenang untuk
memutuskan kebijakan operasional kebun dan pabrik dalam rangka melaksanakan
rencana kerja, juga menandatangani surat/dokumen/perjanjian kerja, sesuai tugas
dan tanggung jawabnya. Seorang General Manager dalam melaksanakan
kinerjanya dibantu oleh staf kebun, yaitu: Estate Manager, Asisten kepala, Asisten
kebun, kepala seksi (Kasi) administrasi. Estate Manager bertugas membantu
tugas-tugas General Manager dalam melaksanakan kegiatan operasional untuk
mencapai target produksi TBS dan CPO sesuai yang ditetapkan oleh manajemen.
Struktur organisasi Tambusai Estate dapat dilihat pada Lampiran 7.
Asisten kepala bertugas memimpin segala kegiatan operasional bidang
tanaman dan non tanaman di rayon melalui penggunaan faktor-faktor produksi,
15

sehingga potensi tanaman dapat dimanfaatkan untuk mencapai kualitas dan


kuantitas, serta mengendalikan biaya yang berpedoman kepada anggaran yang
telah ditetapkan oleh manajemen. Asisten kebun bertugas untuk menyusun dan
menyerahkan rencana anggaran kerja afdeling (harian, bulanan, dan tahunan)
kepada atasan untuk dievaluasi. Dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang
asisten kebun dibantu oleh para mandor dan kerani afdeling. Mandor panen,
mandor perawatan, bertugas dalam pengawasan kegiatan pemanenan dan
perawatan agar sesuai dengan standar mutu dan norma yang telah ditentukan
perusahaan, sedangkan kerani afdeling bertugas membantu asisten kebun dalam
penyusunan dan pelaporan setiap hasil pekerjaan di lapangan serta administrasi
afdeling.
Status karyawan di Tambusai Estate terdiri atas karyawan staf dan
karyawan non staf. Karyawan staf meliputi General manager, Estate manager,
Asisten kepala, dan Asisten kebun, sedangkan karyawan non staff meliputi
karyawan harian lepas, karyawan harian tetap, dan pegawai bulanan tetap. Jumlah
karyawan staf dan non-staf dapat dilihat pada Tabel 4.
16

Tabel 4. Jumlah Karyawan Staf dan Non-Staf Tambusai Estate Tahun 2012

No. Jabatan Jumlah


1. Staff
* General Manager 1
* Estate Manager 2
* Mill Manager 1
* Kepala Administrasi 1
* Kepala Tata Usaha 1
* Kepala Personalia 1
* Kepala Timbangan 1
* Asisten Sortasi 1
* Asisten Proses 2
* Asisten Kepala PKS 1
* Asisten Laboratorium 1
* Asisten Kepala 6
* Asisten Maintenance 1
* Asisten Teknik Sipil 1
* Asisten Kebun 18
* Asisten Aplikasi Tandan Kosong 1
2. Non-Staf
* PBT (Pekerja Bulanan Tetap) 112
* KHT (Karyawan Harian Tetap) 718
* KHL (Karyawan Harian Lepas) 80

Jumlah 951
Sumber: Bagian Personalia (HRD) Tambusai Estate, PT. Panca Surya Agrindo (April, 2012)
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Kegiatan magang yang dilakukan di Tambusai Estate mencakup aspek


teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yang dilakukan meliputi kegiatan
penunasan, sensus pokok, pengendalian gulma (manual dan kimiawi),
pemupukan, dan pemanenan. Pelaksanaan kerja sebagai KHL, pendamping
mandor, dan pendamping asisten kebun di Tambusai Estate secara umum
dilaksanakan 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu setiap hari kerja rata–rata
selama 9 jam yang dimulai pada pukul 06.00–12.00 WIB, istirahat selama dua
jam (12.00–14.00 WIB), lalu dilanjutkan bekerja selama tiga jam dari pukul 14.00
sd. 17.00 WIB.
Pelaksanaan kegiatan magang di Tambusai Estate yang dilakukan oleh
penulis, yakni sebagai KHL (Karyawan Harian Lepas), pendamping mandor, dan
pendamping asisten kebun di Afdeling dilaksanakan setiap Senin-Sabtu mulai
pukul 05.30 WIB. Penulis diwajibkan mengikuti apel pagi yang dimulai pukul
05.30 WIB bersama asisten, mandor, dan KHL (Karyawan Harian Lepas).
Kegiatan apel pagi di lapangan dapat dilihat pada Gambar 2.

a)
Gambar 2. Kegiatan Apel Pagi di Lapangan
18

Aspek Teknis
Penunasan
Pada saat penulis menjadi KHL di lapangan, sistem penunasan yang
dilaksanakan di Tambusai Estate adalah sistem selektif. Sistem selektif
merupakan pemangkasan tunas yang dilakukan oleh seorang penunas, dimana
dalam pengerjaannya tidak bersamaan dengan panen. Pada sistem selektif,
seorang penunas harus dapat memilih tunas yang sudah kering, ataupun patah
karena terkena egrek saat pemanenan sehingga layak untuk ditunas. Umumnya
jumlah anggota dan penunas ini tidak tetap, tergantung dari kebutuhan untuk
dilaksanakan kegiatan penunasan di blok yang akan ditunas.
Pada saat penulis menjadi KHL dalam kegiatan penunasan, penunasan
dilaksanakan di blok U9, yang terdiri dari delapan orang sebagai penunas. Norma
kerja dari kegiatan ini adalah tergantung dari banyak/sedikitnya tunas yang sudah
kering ataupun sudah patah terkena egrek saat panen. Pada saat melaksanakan
penunasan, penulis dapat menunas 8 pelepah.

Sensus Pokok

Sensus pokok merupakan salah satu kegiatan mendata seluruh pokok yang
terdapat di areal tanaman kelapa sawit. Pada saat magang, data-data tanaman
ditulis pada blanko sensus pokok, yang berisikan yaitu pokok hidup, pokok mati,
pokok jantan (pokok yang sudah tidak dapat berbuah), pokok sisipan, pokok
kosong, parit, daerah rendahan, dan kandang burung hantu. Prestasi kerja penulis
untuk kegiatan ini adalah 10 ha/HK, sementara norma kerja karyawan adalah 10
ha/HK. Karyawan yang digunakan untuk sensus pokok ini terdiri dari satu orang
dengan upah Rp 57 797/HK. Foto pokok jantan yang akan dibongkar dapat dilihat
pada Gambar 3.
19

a).
Gambar 3. Pokok Jantan yang Akan Dibongkar
Pengendalian Gulma secara Manual
Pengendalian gulma bertujuan untuk menghilangkan persaingan antara
tanaman dengan gulma, sanitasi, memudahkan pemeliharaan dan menghilangkan
pengaruh buruk bagi tanaman. Metode pengendalian gulma secara manual yang
terdapat di Tambusai Estate meliputi kegiatan (garuk piringan, babat gawangan,
dan dongkel anak kayu).
Garuk piringan. Pada saat penulis menjadi menjadi KHL, pembersihan
gulma yang dilakukan adalah dengan cara membabat, menggaru, dan menarik
gulma ke arah luar piringan serta harus rata dengan permukaan tanah. Jenis gulma
dominan yang penulis amati di lapangan di antaranya: pakis-pakisan, Melastoma
malabatrichum, Mikania micrantha, Borreria alata, dan Paspalum conjugatum.
Berdasarkan pengamatan penulis saat magang, hasil pekerjaan garuk piringan
belum sesuai dengan yang ditetapkan oleh perusahaan. Pada areal yang terdapat di
tengah-tengah blok ukuran piringan yang diselesaikan jauh lebih kecil dan terlihat
belum bersih daripada piringan yang dekat dengan jalan. Pekerjaan garuk piringan
dilakukan dengan sistem kerja borongan, dimana upah pekerjaan ditentukan
berdasarkan jumlah luasan yang dikerjakan. Upah pekerjaan ini sebesar Rp 60 000
dengan rotasi pekerjaan garuk piringan dilakukan satu kali per-tahun.
Babat gawangan. Pada saat penulis menjadi KHL, pekerjaan membabat
gawangan harus bebas dari gulma kelompok kayu-kayuan, pakis-pakisan, bambu,
kerisan, dan sebagainya. Berdasarkan pengamatan penulis saat magang, kendala
yang dihadapi adalah prestasi kerja karyawan di Tambusai Estate masih kurang.
Selain itu, cara yang dilakukan dalam pengandalian gulma di gawangan masih
20

belum sesuai karena karyawan hanya melakukan penebasan pada gulma berkayu
dan tidak didongkel. Umumnya tenaga kerja yang digunakan dalam pekerjaan ini
adalah tenaga kerja borongan dengan menggunakan alat cados (cangkul dan
dodos) dan parang. Rotasi babat gawangan selama tiga bulan sekali dengan upah
sebesar Rp 35 000/ha.
Dongkel anak kayu. Pada saat magang, anak kayu yang harus didongkel
adalah tukulan (anak sawit), senggani, jenis keladi, kentangan, telinga gajah,
asystasia, senduduk, putihan dan semua jenis tanaman berkayu lainnya. Dalam
pelaksanaannya kegiatan dongkel anak kayu menggunakan cados (cangkul
dodos), dan parang.
Kegiatan dongkel terutama dilakukan pada piringan, jalan pikul, dan
sekitar gawangan harus dibersihkan dari gulma. Jumlah karyawan yang bekerja
dalam kegiatan DAK di Afdeling 10 berjumlah 6 orang/hari dalam satu
kemandoran. Berdasarkan pengamatan penulis saat magang, kendala yang
dihadapi saat pekerjaan berlangsung adalah keterbatasan tenaga kerja dan
keterbatasan alat. Selain itu, vegetasi gulma yang harus didongkel cukup rapat.
Sehingga pekerjaan tidak dapat dilakukan dalam satu hari. Semua karyawan yang
bertugas dalam kegiatan ini umumnya dilakukan secara borongan. Kegiatan
dongkel anak kayu dilakukan dengan rotasi 4 bulan sekali dengan upah rata-rata
Rp 45 000. Prestasi kegiatan penulis dalam pekerjaan ini sebesar 0.2 ha/HK.
Kegiatan dongkel anak kayu dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kegiatan Dongkel Anak Kayu


21

Pengendalian Gulma secara Kimiawi


Pada saat penulis magang, pengendalian gulma dilakukan dengan
menggunakan herbisida yang disimpan dalam wadah botol mineral 600 ml,
knapsack sprayer kapasitas 15 liter, nozzle berwarna hitam, ember kecil sebagai
wadah pengambil air, dan takaran dosis. Sebelum melakukan kegiatan
pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimiawi, herbisida yang akan
digunakan terlebih dahulu diambil di gudang Afdeling dimana pembagiannya
diatur oleh mandor pemeliharaan. Jenis gulma dominan yang terdapat di areal
pertanaman adalah Cleome rutidospermae, Clidemia hirta, Nephrolephis biserata,
Ottochloa nodosa, Ageratum conyzoides, Gleichenia linearis, Mikania micrantha,
Boreria alata, Paspalum conjugatum, dan Melastoma malabathricum.
Pada saat magang, penyemprotan gulma dilakukan oleh tim semprot yang
terdiri dari 3 orang. Penyemprotan dilakukan blok per blok dengan sistem hanca
giring tetap. Tenaga kerja yang digunakan pada kegiatan ini adalah tenaga kerja
borongan. Rotasi pengendalian gulma secara kimiawi ini dilakukan sebanyak 4
kali dalam setahun. Jenis herbisida yang digunakan untuk ketiga kegiatan
(pengendalian gulma di TPH, jalan pikul, dan piringan) adalah Amyphosate 480
SL dengan Amyron-M 20 WG. Satu hektar dibutuhkan Amyphosate 0.25 liter,
sedangkan Amyron dibutuhkan sebanyak 0.01 kg. Saat pelaksanaan sering terjadi
kesalahan-kesalahan yang dilakukan karyawan sehingga memerlukan pengawasan
yang ketat. Kendala teknis di lapangan yang sering dijumpai yaitu karyawan
menggunakan dosis herbisida yang melebihi ketentuan, serta luasan areal yang
harus diselesaikan pada satu hari belum terpenuhi. Selain itu, permasalahan lain
yang dijumpai di lapangan adalah kesulitan dalam mencari sumber air. Prestasi
kerja penulis dalam kegiatan semprot piringan di lapangan yaitu 0.5 HK/ha,
dengan upah (pengendalian gulma di TPH Rp 1 000/TPH, pengendalian gulma di
jalan pikul Rp 7 000/ha, dan pengendalian gulma di piringan Rp 14 000/ha).
Kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi dapat dilihat pada Gambar 5.
22

Gambar 5. Kegiatan Pengendalian Gulma di Piringan

Pengendalian Hama
Pengendalian hama merupakan suatu upaya yang harus dilakukan untuk
menghindari menurunnya produktivitas kelapa sawit akibat serangan hama. Pada
Tambusai Estate, seluruh areal pertanamannya sudah memasuki fase tanaman
menghasilkan (TM) sehingga hama yang dijumpai tidak terlalu banyak serta tidak
beragam. Berdasarkan pengamatan penulis selama magang, hama yang dijumpai
di Tambusai Estate jumlahnya hanya sedikit yakni berupa ulat api, rayap, dan
tikus. Ciri-ciri daun yang diserang hama ulat api ini adalah timbul lubang pada
lamina pelepah kelapa sawit. Serangan ulat api ditandai dengan helaian daun sawit
bolong-bolong di sepanjang lamina. Untuk mengendalikan hama ulat api di
Tambusai Estate, pengendalian dilakukan dengan menanam tumbuhan bermanfaat
seperti Turnera subulata dan Casiatora. Persyaratan yang dilakukan dalam
melakukan pemeliharaan tanaman ini adalah: harus dekat dengan sumber air,
dekat dengan kantor Afdeling agar mudah dikontrol, pembuatan bedengan,
pengumpulan tanah yang tidak terkontaminasi dengan bahan kimia, pengisian
tanah ke polybag, pembuatan anjang-anjang, dan penanaman ke polybag. Hama
ulat api, tanaman Turnera subulata, dan tanaman Casiatora dapat dilihat pada
Gambar 6.

a). b). c).


Gambar 6. a). Ulat Api. b). Turnera subulata, c). Casiatora
23

Rayap merupakan hama yang cukup penting di Tambusai Estate. Rayap


umumnya tinggal dan berkembang biak pada batang tanaman kelapa sawit. Jenis
rayap yang terdapat di Tambusai Estate adalah Captotermes curvignathus dan
Macrotermes gilvus. Jenis rayap Macrotermes gilvus sering ditemukan di
lapangan, karena rayap ini menyerang akar, bagian pangkal akar, dan batang,
dengan cara membentuk gundukan sebagai sarangnya di daerah piringan serta
dapat mencapai ketinggian 2 m atau lebih. Umumnya rayap ini akan membuat
lorong-lorong di dalam batang sehingga menimbulkan rongga-rongga dan
pembusukan pada batang, akibatnya pokok yang terserang dapat menjadi mati.
Serangan hama rayap dapat dilihat pada Gambar 7.

Sarang rayap

Gambar 7. Pokok yang Terserang Hama Rayap

Tindakan pengendalian hama rayap yang dilakukan di perkebunan


Tambusai Estate adalah melakukan pengendalian secara kimia dan mekanis.
Untuk pengendalian secara kimia dilakukan dengan penyemprotan dengan bahan
kimia jenis Regent, dosis 0.012 L/pokok. Pokok yang terserang di pangkal batang,
penyemprotan dilakukan 50 cm dari batang, sementara untuk pokok barier
disemprot pada pangkal batang secara horizontal sampai 50 cm dan di piringan 50
cm dari batang. Setelah itu, pokok diberi tanda dengan cat yang berisikan tanggal,
bulan, tahun aplikasi penyemprotan. Untuk pengendalian secara mekanis yakni
mengumpulkan/serta menyingkirkan batang dan akar kayu, membongkar sarang
rayap di tanah dan tanaman yang telah mati.
Selain itu, berdasarkan pengamatan penulis, penyakit yang ada di
Tambusai Estate adalah penyakit busuk pangkal batang. Gejala serangan penyakit
24

busuk pangkal batang ini terlihat dari seluruh daun tampak pucat, daun bawah
mengering mulai dari ujung helai daun, daun tua mulai patah, ada atau tidak
badan buah di pangkal batang. Gejala serangan penyakit busuk pangkal batang
dan tajuk tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 8. Sebagai upaya
pencegahan terhadap penyakit ini Tambusai Estate melakukan aplikasi
biofungisida/fungisida secara terpadu dengan pembumbunan. Tanaman dengan
serangan sangat berat (tidak dapat diselamatkan) disarankan dibongkar dan
dimusnahkan, jika eradikasi seluruh jaringan batang tidak dapat dilakukan, maka
eradikasi dilakukan hanya pada bagian batang yang sakit (jaringan sakit) dan
kemudian dibakar.

Gambar 8. Pokok yang Terserang


a) Penyakit Busuk Pangkal Batang

Pemupukan Organik
Tandan kosong. Berdasarkan pengamatan secara visual yang penulis
lakukan, metode pengaplikasian tandan kosong yang terdapat di Tambusai Estate
dikoordinir oleh bagian traksi. Tandan kosong diangkut dari PKS menuju ke blok
menggunakan truk berkapasitas ± 4-5 ton, kemudian ditumpuk di antara pokok
kelapa sawit. Secara visual, tandan kosong yang terdapat pada Tambusai Estate,
berbeda dengan tandan kosong pada umumnya. Tandan kosong yang terdapat
pada Tambusai Estate sudah mengalami proses pengolahan lebih lanjut dengan
penggunaan alat yang dinamakan empty bunch press. Secara visual ciri-ciri dari
tandan kosong ini sudah dalam bentuk serabut, remah, dan warna kekuningan.
Dosis aplikasi tandan kosong 227 kg/titik aplikasi, setara dengan 3 kali
25

pengangkutan angkong (75 kg/angkong). Namun, pada saat aplikasi di lapangan,


penulis menemukan bahwa aplikasi yang pekerja lakukan belum sesuai dengan
rekomendasi kebun. Pada tengah-tangah blok pekerja hanya cukup mengangkut
1-2 angkong sehingga kebutuhan dosis per-pokok belum tercukupi. Hal ini
penulis duga karena lemahnya pengawasan oleh mandor. Standar prestasi kerja
perusahaan untuk aplikasi tandan kosong adalah 30 titik/HK untuk karyawan
harian lepas. Upah yang diberikan untuk aplikasi tandan kosong ini adalah
Rp 3000/ titik aplikasi. Kegiatan aplikasi tandan kosong dapat dilihat pada
Gambar 9.

Gambar 9. a). Aplikasi Tandan Kosong dengan Angkong


b). Aplikasi Tandan Kosong di antara Pokok

Land application. Aplikasi menggunakan limbah cair hasil produk


sampingan yang berasal dari proses rebusan (strerilizer) dan proses pemurnian
minyak (clarifier). Pemberian limbah cair ini tidak dilakukan secara langsung.
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, limbah cair ini sementara
ditampung di kolam effluent treatment dan akan melalui beberapa perlakuan
sebelum diaplikasikan ke areal pertanaman. Perlakuan ini bertujuan agar
menurunkan kandungan BOD (Biologycal Oxygen Demand) dengan cara
memanfaatkan bakteri pengurai yang bekerja secara anaerob maupun aerob.
Kandungan BOD menggambarkan oksigen yang diperlukan bakteri untuk
merombak bahan organik pada limbah cair. Berdasarkan hasil uji laboratorium,
kadar BOD yang terdapat di Tambusai Estate berkisar 926.7 mg/l dengan pH 7.7.
26

Limbah cair yang diaplikasikan ke areal pertanaman harus dikontrol secara


teliti dan berkesinambungan, karena jika tidak dilakukan maka kesalahan dalam
aplikasi akan berdampak langsung terhadap lingkungan sekitar. Land application
di Tambusai Estate menerapkan sistem Long bed. Limbah cair ini dialirkan dari
kolam limbah dengan menggunakan pipa PVC berdimensi 8 inchi, 6 inchi, dan 4
inchi. Ukuran Long bed 280 m x 1.5 m x 0.8 m dengan volume 336 m3/longbed.
Dosis aplikasi untuk longbed sebesar 750 m3 effluent/ha/tahun, dengan rotasi
pengisian Long bed selama 4 bulan sekali (yakni 250 ton/ha/rotasi), dan rotasi
perbaikan Long bed selama satu tahun sekali. Persentase kandungan unsur hara
limbah cair dapat dilihat pada Tabel 5.
Adapun persyaratan yang dibutuhkan untuk penerapan metode ini adalah
sebagai berikut:
1. Areal pemberian harus berada dalam radius 1 000 m dari PKS.
2. Tanah mineral dengan topografi datar.
3. Drainase tanah cukup baik.
4. Areal pemberian harus jauh dari sumber air sungai ataupun aliran air alami
lainnya.
Tabel 5. Kandungan Unsur Hara Limbah Cair Dalam (75 ton/ha)

Unsur Hara Kandungan


Unsur kg Persentase Kandungan Hara (%)
Nitrogen N 120 1.6
Phosphore P2O5 60 0.8
Kalium K2O 390 5.2
Magnesium MgO 120 1.6
Sumber : First Resources Research Centre (April, 2012)
Berdasarkan pengamatan penulis saat magang, aplikasi limbah cair ini
hanya terdapat di Afdeling delapan, yakni hanya pada enam blok, yaitu blok M17,
M18, L17, L18, L19, dan L20. Dalam satu blok memiliki 60 longbed.
Pelaksanaan aplikasi dan supervisi limbah cair merupakan kerja sama antara pihak
kebun dan pabrik kelapa sawit. Pihak kebun menginformasikan keadaan kolam
pada blok sebagai bahan pertimbangan pembukaan keran aliran limbah pada blok
aplikasi. Petugas PKS melakukan pengukuran parameter limbah, seperti BOD,
27

COD, dan pH, secara rutin di kolam pendingin, serta memantau kondisi sumur
pantau yang berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran air
tanah. Kegiatan Land Application dan sumur pantau dapat dilihat pada Gambar
10.

Gambar 10. a). Aplikasi Limbah pada Flatbed


b). Kolam Limbah
c). Papan Informasi Kolam Limbah
d). Keadaan Sumur Pantau

Pemupukan Anorganik
Perencanaan pemupukan. Pemupukan pada Tambusai Estate dimulai
dengan kegiatan perencanaan pemupukan. Perencanaan pemupukan harus
dilakukan dengan sebaik mungkin karena berhubungan dengan penyediaan biaya,
material pupuk dan tenaga kerja yang digunakan.
Perencanaan pemupukan di Tambusai Estate dimulai dengan rekomendasi
pemupukan yang dilakukan oleh Departemen riset First Resources Ltd.
Rekomendasi pemupukan tersebut untuk menentukan jenis dan dosis pupuk yang
akan diaplikasikan. Rekomendasi disusun atas dasar hasil analisa daun, analisis
tanah, analisis jaringan tanaman, curah hujan serta proyeksi produksi setiap tahun.
28

Setelah rekomendasi pemupukan dibuat, perencanaan pemupukan dibagi menjadi


tiga tahap perencanaan yaitu: rencana kerja tahunan (RKT), rencana kerja bulanan
(RKB) dan rencana kerja harian (RKH). Rencana kerja tahunan (RKT) digunakan
untuk mengetahui besarnya biaya operasional, yaitu: jenis dan dosis pupuk yang
digunakan, jumlah tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan pemupukan dalam
satu tahun. Untuk rencana kerja bulanan (RKB) digunakan untuk menentukan
jenis dan jumlah pupuk yang akan diaplikasikan, persiapan lapangan dan
persiapan peralatan dan perlengkapan pemupukan pada bulan tersebut. Untuk
rencana kerja harian (RKH) digunakan untuk menentukan jumlah tenaga kerja
yang digunakan, kesiapan unit transpor untuk karyawan dan pengeceran pupuk
dan pembuatan bon permintaan pupuk dari gudang sentral untuk blok yang akan
dipupuk.
Perencanaan pupuk tersebut meliputi jenis dan dosis pupuk yang akan
diaplikasikan, waktu pelaksanaan pemupukan, peralatan dan perlengkapan kerja
yang digunakan, tenaga kerja yang dibutuhkan, kesiapan blok-blok yang akan
dipupuk dan hal-hal administrasi dalam pemupukan. Seksi pemupukan dibuat
terlebih dahulu oleh mandor pupuk sebagai rencana pergiliran waktu pelaksanaan
pemupukan pada tiap blok untuk setiap jenis pupuk, berdasarkan interval waktu
aplikasi masing-masing jenis pupuk. Jenis pupuk yang digunakan Tambusai
Estate periode 2011-2012 adalah Urea, Kieserit, Rock Phosphat, MOP, dan
Borate.
Sistem dan organisasi pemupukan. Sistem kegiatan pemupukan di
Tambusai Estate dikerjakan dengan sistem tunggal, yakni dilakukan blok per blok
dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, lebih terkonsentrasi serta lebih
terfokus dalam hanca pemupukan per-kebun. Organisasi pemupukan di Tambusai
Estate di pimpin oleh seorang mandor pupuk. Seorang mandor pupuk umumnya
membawahi sekitar 7-9 orang karyawan. Karyawan yang bertugas sebagai pekerja
pemupukan merupakan pekerja karyawan harian lepas (KHL) yang berasal dari
penduduk setempat.
Organisasi tim pemupukan meliputi penguntilan, pengeceran pupuk,
pelangsiran pupuk, penaburan pupuk, dan pengumpulan karung bekas untilan.
Adanya organisasi pemupukan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
29

pemupukan. Dengan demikian, mandor dan asisten dapat mengawasi jalannya


kegiatan pemupukan.
Kegiatan pemupukan. Kegiatan pemupukan di Tambusai Estate dimulai
dari kegiatan penguntilan pupuk di gudang sentral, kegiatan pengeceran pupuk,
kegiatan pelangsiran pupuk, kegiatan penaburan pupuk, dan kegiatan
pengumpulan karung bekas untilan. Kegiatan yang pertama merupakan kegiatan
penguntilan pupuk. Pada saat magang, penulis melakukan kegiatan penguntilan
pupuk. Penguntilan pupuk dilakukan di gudang sentral kebun dan dilakukan
sehari sebelum aplikasi pemupukan dilaksanakan. Alat-alat yang digunakan dalam
penguntilan pupuk antara lain: takaran until yang terbuat dari dirigen yang telah
dikalibrasi sesuai masing-masing jenis dan dosis pupuk, kemudian karung pupuk,
timbangan, serta buku tulis digunakan untuk mencatat jumlah untilan yang perlu
disediakan untuk tiap jenis pupuk yang sesuai dengan perencanaan pemupukan.
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, pekerja dalam penguntilan belum
memakai alat pengaman diri. Selain itu, pekerja jarang menggunakan takaran
untilan. Takaran untilan digunakan apabila ada inspeksi/kunjungan oleh pimpinan.
Menurut salah satu pekerja, penggunaan untilan hanya memperlambat pekerjaan.
Pekerja sering sekali melakukan kegiatan penguntilan tanpa menggunakan
takaran. Kegiatan penguntilan di Tambusai Estate dapat dilihat pada Gambar 11.

a). b). c).


Gambar 11. a). Penimbangan Sampel Untilan
b). Kegiatan Penguntilan
c). Alat Takar Untilan

Tenaga kerja yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan penguntilan


pupuk adalah tenaga borongan yang terdiri dari lima orang. Pada dasarnya jumlah
tenaga kerja dalam kegiatan penguntil tidak tetap (selalu berubah-ubah). Hal ini
30

tergantung dari tonase/jumlah pupuk yang akan diaplikasikan ke lapangan. Upah


until dalam kegiatan ini sebesar Rp 17/kg.
Kegiatan yang kedua merupakan kegiatan pengeceran pupuk. Sebelum
pengeceran pupuk mulai dilakukan, seorang mandor pupuk harus dapat
menyiapkan kendaraan pengangkut pupuk berupa satu unit truk minimal sehari
sebelum pemupukan dilakukan. Selain itu, mandor juga mengingatkan kepada
para anggotanya untuk senantiasa menggunakan alat pelindung diri (APD) yang
terdiri dari: sarung tangan, AP boots, topi, dan masker yang bertujuan untuk
kesehatan dan keselamatan tim pemupuk. Kemudian pada pukul 06.00 WIB,
mandor pupuk beserta pengecer pupuk mulai memuat pupuk dari gudang Afdeling
ke dalam kendaraan dengan upah bongkar muat sebesar Rp 7/kg. Pada jam 06.30
WIB, pengecer selesai memuat pupuk ke kendaraan, sehingga jam 07.00 WIB
pupuk sudah berada di lapangan.
Pada saat magang, penulis mengamati pengeceran pupuk dari atas
kendaraan. Pengeceran pupuk harus berdasarkan titik penempatan pupuk yang
telah ditentukan. Titik penempatan pupuk merupakan titik pengeceran untilan
pupuk yang berada tiap selang beberapa jalan pikul. Ketentuan titik penempatan
pupuk berdasarkan atas dosis/pokok dan jumlah pokok dalam areal/blok. Pada
umumnya tiap titik pengeceran mewakili enam jalur tanaman atau tiga jalan pikul.
Tiap titik penempatan pupuk berjumlah 33 karung untilan. Aplikasi titik
penempatan pupuk di Tambusai Estate dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Titik Penempatan Pupuk


31

Kegiatan yang ketiga merupakan kegiatan pelangsiran pupuk. Pada saat


penulis magang, kegiatan pelangsiran pupuk dimulai dengan membawa untilan
pupuk ke dalam jalan pikul. Dalam satu baris tanaman dibutuhkan 11 karung
untilan. Tiap satu untilan untuk 6 pokok. Pelangsir akan menjatuhkan untilan
pupuk tersebut tiap selang 6 pokok tanaman (jika dosis 2 kg/pokok dan bobot
untilan 12 kg). Pelangsir harus dapat menjatuhkan tiap untilan tersebut sampai
tembus ke collection road. Kecekatan serta keterampilan yang dilakukan oleh
pelangsir amat dibutuhkan dalam penentuan titik penempatan pupuk tiap pokok.
Berdasarkan pengamatan saat magang, penulis mengamati pelangsir terkadang
salah dalam penempatan pupuk sehingga menyebabkan dosis (kg/pokok) tidak
dapat tercapai.
Kegiatan yang keempat merupakan kegiatan penaburan pupuk. Dalam
kegiatan penaburan pupuk, penabur dibagi dalam dua grup, disisi kanan dan kiri
pokok dengan seorang pelangsir yang berada dalam satu jalan pikul. Dalam tiap
jalan pikul, penabur harus berpasangan dalam menabur pupuk.
Kendala yang dihadapi saat penaburan adalah sering ditemukan pupuk
yang berupa bongkahan dan membatu. Selain itu, saat pengisian pupuk ke dalam
ember, penulis sering menjumpai pupuk yang tercecer di jalan pikul. Pekerja
terlalu tergesa-gesa dalam mengejar target pemupukan sehingga tidak mengeruk
kembali pupuk yang telah tercecer di jalan pikul.
Sementara itu, untuk basis kerja penabur dan pelangsir menganut sistem
kerja borongan dimana ketentuan upah didasarkan pada banyaknya tonase pupuk
yang akan diaplikasikan di lapangan. Berdasarkan pengamatan penulis, tim
pemupuk terdiri dari 7 orang yang terdiri dari: 4 orang penabur, 2 pelangsir, serta
1 orang bertugas sebagai pengumpul karung untilan. Upah karyawan pupuk
tersebut ditentukan oleh tonase pupuk, dengan upah Rp 15 000/ha (untuk dosis
>1.49 kg) dan Rp 12 000/ha (untuk dosis <1.49 kg). Kegiatan pengarahan
pemupukan dapat dilihat pada Gambar 13.
32

Gambar 13. Pengarahan Mandor Pupuk


a). sebelum Aplikasi Pemupukan dimulai

Kegiatan yang kelima merupakan kegiatan pengumpulan karung bekas


untilan pupuk. Pekerjaan pengumpulan karung bekas untilan pupuk penting
dilakukan karena sebagai alat kontrol terhadap kehilangan pupuk di lapangan
serta sebagai monitoring terhadap kekurangan karung bekas untilan pupuk.
Penabur mengumpulkan karung bekas untilan pupuk kemudian digulung setiap 10
lembar karung dan diikat. Karung bekas untilan pupuk dikembalikan ke gudang
Afdeling agar dapat digunakan kembali pada kegiatan pemupukan berikutnya.
Pengumpulan karung bekas untilan dapat dilihat pada Gambar 14.

a) b)
Gambar 14. a). Kegiatan Penggulungan Karung Untilan
b). Penyusunan Karung Untilan

Pengawasan pemupukan. Pada saat penulis magang, kegiatan


pengawasan pemupukan yang terdapat di Tambusai Estate dilakukan oleh seorang
mandor pupuk. Mandor mengawasi kegiatan pemupukan yang dimulai dari
kegiatan penguntilan pupuk, pengeceran pupuk, pelangsiran pupuk, penaburan
33

pupuk, hingga pengumpulan karung bekas untilan. Pada Tambusai Estate


pengawasan yang dilakukan oleh mandor pupuk masih tergolong lemah. Mandor
belum dibekali blanko mutu pengecekan pemupukan seperti jumlah aplikasi
pokok yang terpupuk, pupuk tidak ada yang tercecer pada jalan pikul, taburan
merata dan tipis di piringan, sehingga sanksi bagi karyawan yang melanggar
peraturan belum benar-benar diterapkan pada Tambusai Estate. Mandor pupuk
cukup menegur sesekali saja apabila ada karyawan yang melakukan pelanggaran.
Selain hal itu, penulis juga mengamati kehilangan pupuk yang terdapat di
Tambusai Estate dari penerimaan pupuk di gudang, penguntilan pupuk, dan
pengeceran untilan ke lapangan. Pada dasarnya kehilangan pupuk tersebut akan
menyebabkan tanaman tidak menerima asupan hara sesuai rekomendasi
pemupukan yang telah ditetapkan. Adapun sumber kehilangan yang penulis amati
dimulai dari:
1. Saat Penerimaan Pupuk di Gudang
Kehilangan pupuk mulai terjadi saat penurunan pupuk di gudang.
Pemuat umumnya menarik pupuk dengan menggunakan gancu
sehingga menimbulkan kebocoran pada karung pupuk sehingga bobot
aktual pupuk per karung belum tentu sesuai dengan bobot pupuk yang
tercantum pada kemasan pupuk.
2. Saat Penguntilan
Kehilangan pupuk terjadi akibat penggunaan karung yang tidak layak
untuk penguntilan dan pengikatan untilan yang tidak kuat (bocor).
Pada saat pemuatan untilan ke kendaraan juga terjadi kehilangan
pupuk. Karyawan pemuat umumnya melemparkan untilan ke dalam
kendaraan sehingga sering menyebabkan karung untilan tersebut bocor
lalu pupuknya tercecer.
3. Saat Pengeceran Pupuk
Pada saat pengeceran pupuk, kehilangan pupuk terjadi saat untilan
mulai dilemparkan dari atas truk ke tempat penempatan pupuk (titik
penempatan pupuk). Lemparan tersebut dapat menyebabkan
terbukanya ikatan untilan dan pecahnya karung sehingga pupuk
tercecer.
34

Pemupukan Mekanis dengan Fertilizer Spreader


Dalam meningkatkan keefektifan pemupukan, Tambusai Estate
melakukan pemupukan secara mekanis dengan menggunakan fertilizer spreader.
Fertilizer spreader merupakan alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pupuk
ke tanaman kelapa sawit pada areal tanaman yang sudah menghasilkan dari lahan
yang datar sampai bergelombang dengan kemiringan 0-50. Pada saat magang,
penulis mengamati cara dan aplikasi pemupukan secara mekanis yang
dilaksanakan di Afdeling 1.
Alat ini terdiri dari traktor, fertilizer spreader emdek-350, dan flow
control. Fertilizer spreader yang digunakan adalah jenis Emdek-350 (turbo spin).
Emdek-350 (turbo spin) i n i memiliki kapasitas muatan maksimum 750 kg.
Flow control berfungsi sebagai pengkalibrasi dan pengatur dosis pupuk yang
keluar dari deflector atau nozzel (tempat keluarnya pupuk yang berada di
sebelah kiri dan kanan alat).
Sebelum aplikasi fertilizer spreader dilakukan, seorang mandor dan
asisten sebaiknya memperhatikan kebersihan areal dari gulma yang terdapat di
antara pokok kelapa sawit. Selain itu, penumpukan pelepah juga disarankan 2-3
tumpukan pelepah yang ada di dalam blok, hal ini bertujuan agar dapat
memudahkan traktor untuk bergerak, memutar, dan berbelok. Berdasarkan
kenyataannya di lapangan, penulis menemukan areal yang terdapat di antara
pokok sawit belum sepenuhnya bersih dari gulma.
Aplikasi pemupukan dimulai dengan menyiapkan pupuk di gudang
Afdeling kemudian dibawa dengan truk untuk diecer ke lahan aplikasi. Traktor
dan Emdek digabungkan menjadi satu dengan posisi emdek di bagian belakang
traktor. Setelah pupuk diecer di lahan aplikasi, pupuk diletakkan di pinggir areal
tanaman. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses pemupukan dengan
menggunakan penabur pupuk. Namun, pada saat meletakkan pupuk di areal
pinggir tanaman tidak memakai alas sehingga menyebabkan banyak pupuk yang
tercecer.
Fertilizer spreader Emdek-350 dapat memuat pupuk sebanyak 750 kg,
akan tetapi yang penulis perhatikan saat magang di lapangan, pupuk yang dimuat
35

hanya sekitar 400 kg untuk jenis pupuk kieserite dengan dosis 1 kg/pokok. Hal ini
dikarenakan agar memudahkan titik penempatan pupuk yang terdapat di lapangan.
Setelah fertilizer spreader diisi dengan pupuk sebanyak 400 kg, maka
pemupukan segera dimulai. Traktor bergerak melewati jalan pikul pertama,
kemudian yang kedua dan seterusnya hingga jalan pikul ke delapan. Setelah itu,
fertilizer spreader diisi lagi dengan pupuk sebanyak 400 kg kemudian pemupukan
dilanjutkan pada jalan pikul ke sembilan hingga jalan pikul ke-16 dan seterusnya.
Penulis juga menemukan di lapangan pada saat fertilizer spreader memutar dan
berbelok, operator yang bertugas mengatur flow control (berfungsi sebagai
pengatur dosis pupuk yang keluar dari deflektor), tidak menutup flow control
kembali, akan tetapi dibiarkan terbuka sehingga mengakibatkan pupuk tercecer di
lahan.
Pada saat aplikasi pemupukan, operator traktor dibantu oleh dua orang
karyawan yang bertugas mengatur flow control. Dalam pengoperasiannya, tidak
semua jenis pupuk dapat diaplikasikan dengan fertilizer spreader. Hanya pupuk
yang berbentuk granular/butiran dan kristal saja yang dapat diaplikasikan dengan
fertilizer spreader. Pupuk yang berbentuk bubuk/powder seperti rock phosphate,
tidak dapat diaplikasikan dengan fertilizer spreader, karena akan menyebabkan
pupuk terhembus oleh angin. Dosis minimum pupuk yang dapat digunakan oleh
fertilizer spreader sebesar 0.75 kg/pokok. Batasan ini dibuat berdasarkan
pertimbangan akan risiko kesalahan yang berkaitan dengan keterbatasan
kemampuan alat. Kegiatan pemupukan secara mekanis di Tambusai Estate dapat
dilihat pada Gambar 15.
36

Gambar 15. a). Aplikasi Fertilizer Spreader Tampak Depan


b). Aplikasi Fertilizer Spreader Tampak Belakang
c). Kegiatan Pengisian Pupuk
d). Jenis Pupuk Kieserite

Pemanenan
Persiapan panen. Pada saaat penulis magang, beberapa hal yang perlu
dipersiapkan sebelum pelaksanaan pemanenan di Tambusai Estate adalah
penentuan kapel panen, penentuan kebutuhan tenaga kerja, penentuan luas hanca
pemanen, peralatan panen, kebutuhan truk, peningkatan/pengerasan jalan, sarana
prasarana panen (jalan pikul, TPH, pemasangan titi panen, dan kebersihan
piringan). Setiap apel pagi, penulis, asisten, dan mandor panen senantiasa
mengingatkan kepada para anggota panen untuk membaca tujuh prinsip panen
yakni : buah matang panen dipotong semua, buah mentah 0%, brondolan dikutip
semuanya, buah disusun rapi di TPH, pelepah disusun rapi di gawangan mati,
pelepah sengkleh tidak ada, serta administrasi diisi tepat dan akurat.
Kriteria matang panen. Kriteria matang panen merupakan parameter
yang digunakan di Tambusai Estate dalam menentukan buah sudah memenuhi
kriteria laik panen atau belum. Kriteria matang panen yang diberlakukan di
Tambusai Estate apabila ≥ 40 brondolan lepas jatuh di piringan. Apabila
brondolan lepas < 40, buah dinyatakan kurang matang. Berdasarkan pengamatan
37

yang penulis amati di lapangan, kelaikan kriteria panen di Tambusai Estate belum
memenuhi 100%, artinya < 40 brondolan lepas. Hal ini masih ditandai oleh
adanya pemanen yang memotong buah mentah.
Angka kerapatan panen. Angka kerapatan panen merupakan angka yang
menunjukkan persentase jumlah buah matang pada suatu kapel yang akan
dipanen. Angka kerapatan panen bertujuan untuk mengetahui taksasi produksi
harian, kebutuhan tenaga pemanen, dan kebutuhan truk.
Saat penulis dan mandor bertindak dalam penentuan AKP, luas areal yang
diamati hanya 5 % dari luasan tiap blok (3 jalan pikul dalam satu blok), padahal
dalam SOP penentuan AKP seharusnya 10 % dari luasan tiap blok
(artinya, 6 jalan pikul dalam satu blok). Hal ini dikarenakan mandor malas untuk
masuk ke hanca sehingga menyebabkan nilai AKP tidak akurat dan hasil taksasi
harian cenderung meleset.
Sistem upah (basis panen, biaya panen, premi panen, dan denda
pemanen). Basis panen merupakan batas minimal tandan yang harus dipanen oleh
seorang pemanen untuk kebutuhan 1 HK. Saat penulis magang, basis panen yang
dipenuhi oleh seorang pemanen di Tambusai Estate adalah 1 000 kg. Output
merupakan rata-rata tonase yang didapatkan oleh pemanen dalam 1 hari untuk
mencapai budget produksi dengan output yang diperoleh sebesar 3000 kg.
Berdasarkan pengamatan yang penulis amati di lapangan, rata-rata pemanen
mampu memanen buah > 2 000 kg. Artinya, setiap pemanen sudah mampu
melebihi standar basis yang telah ditetapkan maka, pemanen laik mendapatkan
premi. Ketentuan premi pemanen dapat dilihat pada Tabel 6.
38

Tabel 6. Ketentuan Tarif Premi Pemanen, Mandor Panen, Kerani Produksi

Jenis Satuan (Rp/satuan) Basis Target Premi Premi


Pekerjaan Minimal/ Mandor Kerani
hari Panen Produksi
TM 7- TM 11
Lebih Basis 1 kg/hari 22 500 kg 3 000 kg Tonase x Tonase x
Rp 2.75 Rp 1.2
Lebih Basis 2 kg/hari 27 500 kg
Lebih Basis 3 kg/hari 32 >2 000 kg
Hari kg/hari 40 Tanpa
Minggu/Libur Basis
TM 12, dst. kg/hari
Lebih Basis 1 kg/hari 25 500 kg 3 000 kg Tonase x Tonase x
Rp 2.75 Rp 1.2
Lebih Basis 2 kg/hari 30 500 kg
Lebih Basis 3 kg/hari 35 >2 000 kg
Hari kg/hari 40 Tanpa
Minggu/Libur Basis
Sumber: Kantor Sentral Kebun, PT. Panca Surya Agrindo (April, 2012)
Denda pemanen. Pada saat magang, sanksi dan denda terhadap pemanen
belum benar-benar diterapkan. Hal ini ditandai masih banyak buah mentah yang
ikut terpanen. Manfaat adanya denda dan sanksi agar pemanen dapat
melaksanakan ketentuan panen secara benar serta tidak mengulangi kesalahan
berikutnya. Sanksi kepada pemanen dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Ketentuan Denda bagi Pemanen, Mandor Panen, dan Kerani Produksi

No. Kriteria Pemanen Mandor Panen Kerani


Produksi
1 TBS matang tidak Rp 500/TBS Rp 750/TBS -
dipanen
2 TBS matang tidak Rp 500/TBS Rp 1 000/TBS -
diangkut di TPH
3 TBS mentah dipanen Rp 1 000/TBS Rp 1 000/TBS -
4 TBS Tangkai Panjang Rp 500/TBS Rp 500/TBS Rp 750/TBS
5 Brondolan Tidak dikutip Rp 1 500/TBS Rp 1 500/TBS
6 - - Rp 1 500/TBS
7 - - Rp 1 500/TBS
8 - - Rp 1 500/TBS
Sumber : Kantor Sentral Kebun, PT. Panca Surya Agrindo (April, 2012)
39

Aspek Manajerial

Karyawan Non Staf


Pada saat magang selama tiga bulan di Tambusai Estate, penulis menjadi
karyawan harian lepas (KHL) selama tiga minggu. Penulis bertugas sebagai
penguntil pupuk, muat bongkar pupuk, dongkel anak kayu, dan sensus pokok.
Setelah penulis berstatus sebagai karyawan harian lepas, penulis berstatus sebagai
pendamping mandor selama tiga minggu berikutnya. Kemudian hasil dari
pekerjaan tersebut dilaporkan kepada asisten lapangan dalam bentuk laporan
harian. Laporan yang telah dibuat dapat mempermudah pengontrolan yang
dilakukan oleh asisten lapangan.
Pendamping mandor panen. Setiap pagi hari, penulis membantu mandor
dalam melakukan pengabsenan karyawan untuk pembagian hanca panen. Penulis
juga ikut membantu mandor panen dalam menentukan kapel panen, memberikan
pengarahan tentang 7 prinsip disiplin panen. Setiap sore hari penulis menghitung
angka kerapatan panen (AKP) dan melakukan pemeriksaan brondolan di ketiak
pokok, piringan, jalan pikul, dan gawangan bersih dikutip oleh pemanen.
Berdasarkan pengamatan penulis, permasalahan yang dihadapi saat menjadi
pendamping mandor panen adalah kekurangan jumlah pemanen. Selain itu,
penulis juga masih menemukan brondolan yang tinggal di ketiak, piringan, dan
jalan pikul. Hal ini dikarenakan pemanen lebih mengejar output sebesar tiga ton,
daripada mengejar basis yang hanya satu ton. Dengan demikian, kualitas kerja
pemanen belum dapat dikatakan baik. Dalam satu kemandoran, rata-rata pekerja
yang diawasi sebanyak 13 orang dengan luas areal + 70 ha.
Pendamping mandor perawatan. Penulis ikut membantu mandor
perawatan dalam mengawasi pekerjaan karyawan saat rawat jalan pikul dan rawat
piringan jangan sampai ada yang terlewati, dosis harus sesuai anjuran
rekomendasi, kecepatan jalan harus diatur, bagian pinggir parit tidak boleh
diaplikasikan karena dapat mencemari air. Setelah itu, penulis juga membantu
mandor perawatan mengisi laporan kerja dalam buku mandor perawatan. Rata-
rata jumlah pekerja yang diawasi sebanyak 3 orang dengan luasan + 24 ha.
Permasalahan yang dihadapi saat penulis menjadi pendamping mandor perawatan
40

adalah kekurangan tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan dalam pekerjaan ini
hanya berjumlah tiga orang dan usia pekerja sudah memasuki umur 50 tahun
sehingga pekerjaan tidak dapat diselesaikan dalam satu hari. Selain itu, pekerja
sering menggunakan bahan yang berlebihan. Menurut salah satu pekerja, dengan
menggunakan bahan yang berlebihan akan menyebabkan gulma lebih cepat mati.
Pendamping mandor pupuk. Saat menjadi pendamping mandor pupuk,
penulis ikut membantu mandor pupuk dalam memetakan aplikasi yang sudah
selesai dipupuk. Penulis juga membantu mandor pupuk membuat bukti
permintaan dan pengeluaran barang dalam hal permintaan pupuk dari gudang
sentral kebun serta mengawasi dalam hal pengambilan pupuk di gudang.
Mengawasi kegiatan penguntilan, jumlah untilan harus tepat, jangan sampai ada
yang kekurangan/kelebihan. Dalam kegiatan pemuatan pupuk dari gudang harus
dilakukan secara hati-hati jangan sampai ada ikatan simpul terlepas agar pupuk
tidak tercecer. Saat mengecer pupuk ke jalan harus pelan-pelan jangan sampai
karung ikatan terlepas karena ceceran pupuk dapat mencemari tanah maupun
parit. Penulis menghitung jumlah karyawan yang hadir dalam menentukan luasan
lahan yang akan dipupuk, mengawasi jalannya pemupukan di lapangan, seperti
taburan pupuk harus tipis dan merata pada setiap piringan, jangan sampai ada
pupuk yang berbentuk bongkahan, jika ditemukan masih ada pupuk yang
bongkahan harus segera dihancurkan. Mengawasi jalannya pelangsir, pelangsir
harus tepat dalam meletakkan pupuk untilan yang akan ditabur. Posisi peletakan
karung untilan tepat didepan pokok yang terakhir yang terpupuk sehingga untuk
pokok yang didepannya sudah tersedia pupuk untilan. Setelah pemupukan selesai
semua peralatan dibawa ke tempat pencucian untuk dibersihkan, kecuali karung
yang tidak dicuci. Kemudian penulis mengisi laporan kerja dalam buku mandor.
Saat penulis menjadi pendamping mandor, rata-rata jumlah pekerja yang diawasi
sebanyak 7 orang dengan luasan + 30 ha.
Permasalahan yang dihadapi saat penulis menjadi pendamping mandor
pemupukan adalah dosis yang diberikan belum sesuai dengan rekomendasi. Selain
itu, seringkali pupuk tercecer di jalan pikul. Pekerja enggan mengeruk kembali
pupuk yang telah tercecer. Hal ini dikarenakan pekerja tergesa-gesa dalam
mengejar target. Dengan demikian, kualitas pekerja belum dapat dikatakan baik.
41

Kerani produksi. Saat penulis bertugas sebagai pendamping kerani


produksi, penulis membantu dalam mencatat jumlah TBS yang terangkut per blok,
per tahun tanam, kemudian membantu dalam pengumpulan dan pengangkutan
TBS dari lapangan ke PKS agar terangkut dengan baik sehingga tidak ada buah
yang restan/tertinggal di lapangan. Penulis juga membantu dalam membuat
laporan produksi harian di kantor Afdeling. Rata-rata jumlah pekerja yang diawasi
sebanyak 3 orang dengan luasan + 70 ha.
Kerani afdeling. Saat penulis bertugas sebagai pendamping kerani
afdeling, penulis bertugas dalam menyusun laporan pekerjaan seperti : monitoring
hasil panen, peta kerja, daftar premi, daftar lembur, dan permintaan bon minyak.
Selain itu, penulis juga membuat rencana kerja harian dan bulanan di Afdeling.

Karyawan Staf
Pendamping asisten kebun. Kegiatan penulis sebagai pendamping
asisten kebun yakni memastikan kehadiran karyawan tiap kemandoran,
melakukan pengawasan terhadap mandor, kontrol lapangan seperti mengawasi
pemupukan agar sesuai dengan jenis, dosis, waktu, dan cara yang ditentukan oleh
perusahaan. Mengawasi pelaksanaan panen di lapangan sehingga TBS dan
brondolan terpanen, mengawasi pengumpulan TBS dan brondolan dari TPH
sampai ke pabrik serta mengawasi keadaan collection road di afdeling agar
terjamin untuk transportasi buah dan pemupukan. Selain itu, penulis juga
membantu asisten dalam menyusun rencana anggaran kerja Afdeling (harian,
bulanan, dan tahunan) kepada atasan untuk dievaluasi. Rata-rata jumlah mandor
yang diawasi sebanyak tiga orang dan jumlah krani produksi sebanyak dua orang.
PEMBAHASAN

Praktik pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam


meningkatkan produksi dan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu efek
pupuk yang bermanfaat yaitu meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan
tingkat produktivitas tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya
ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak
menguntungkan. Fairhurst et al. (2006) menyatakan bahwa biaya pupuk dalam
pengelolaan perkebunan kelapa sawit sekitar 50-70% dari biaya pemeliharaan dan
25% dari seluruh biaya produksi. Oleh karena itu, strategi pemupukan harus
mengacu pada konsep keefektifan dari segi manajemen pemupukan.

Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman dalam


menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif
tanaman yang sehat dan produksi tandan buah segar (TBS) secara maksimum.
Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai
produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya
(Sutarta et al., 2003). Kegiatan teknis pemupukan mengarah kepada usaha empat
tepat. Konsep empat tepat yaitu: tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis, dan tepat
cara (Syamsulbahri, 1996). Keempat konsep ini merupakan kunci dalam mencapai
pemupukan yang efektif dan efisien.
Menurut (Anonim, 2012) efektif merupakan suatu pencapaian tujuan
secara tepat. Sedangkan efisien merupakan berdaya guna, artinya jika penggunaan
sumberdaya dapat dilakukan secara minimum dengan menghasilkan hasil yang
optimum berarti cara tersebut telah efisien. Efisien lebih kearah melakukan
sesuatu dengan benar (do the thing right). Sementara itu, efektif berarti
melakukan sesuatu yang benar (do the right thing).
Tepat jenis. Pahan (2010) menyatakan bahwa strategi dalam menentukan
jenis pupuk diwarnai oleh pertimbangan teknis dan pertimbangan ekonomis.
Pertimbangan teknis meliputi sifat pupuk dan sifat tanah, dimana pupuk yang
43

diaplikasikan akan sangat menentukan efisiensi pemupukan. Sementara itu,


pertimbangan lainnya adalah pertimbangan ekonomis, yakni pertimbangan yang
berdasarkan atas penentuan harga pupuk per-satuan, nilai harga per satuan unsur
yang tersedia bagi tanaman serta kebutuhan pupuk per satuan luas kebun.
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, jenis pupuk yang
digunakan di Tambusai Estate sesuai dengan rekomendasi pemupukan yang telah
telah dibuat oleh bagian Departemen riset First Resources, Ltd. Rekomendasi
pemupukan dibuat berdasarkan hasil analisis tanah, analisis daun dan analisis
produksi. Jenis pupuk yang diaplikasikan berdasarkan rekomendasi pemupukan
Tambusai Estate pada tahun 2012 menggunakan pupuk tunggal. Salah satu alasan
Tambusai Estate melakukan pemupukan tunggal adalah agar pemberian pupuk
dapat sesuai dengan kebutuhan dosis (kg/tanaman) sehingga kecukupan hara
dapat terpenuhi, manfaat lain yang didapat adalah penggunaan pupuk tunggal jauh
lebih murah daripada penggunaan pupuk majemuk. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa jenis pupuk yang digunakan oleh Tambusai Estate telah
memenuhi prinsip tepat jenis. Jenis pupuk yang digunakan di Tambusai Estate
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jenis Pupuk yang Digunakan di Tambusai Estate Tahun 2012

Kandungan
Unsur Hara Jenis Pupuk
Unsur %
Nitrogen (N) Urea N 46
Kalium (K) MOP K2O 60
Fosfor (P) Rock Phosphate P2O5 33
Magnesium (Mg) Kieserit MgO 36
Boron (B) Borate B2O3 48
Sumber: Hasil Pengamatan Penulis (April, 2012)
Tepat waktu. Penentuan waktu pemupukan didasarkan pada kondisi iklim
seperti hari hujan dan curah hujan. Menurut Pahan (2010) waktu dan frekuensi
pemupukan ditentukan oleh iklim (terutama curah hujan), sifat fisik tanah, logistik
(pengadaan pupuk) serta adanya sifat sinergis dan antagonis antar unsur hara.
Curah hujan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan
pemupukan. Curah hujan sangat menentukan tingkat penyerapan hara pupuk oleh
tanaman dari kemungkinan kehilangan hara pupuk akibat penguapan (volatilisasi),
pencucian (leaching), aliran permukaan (run off) dan erosi. Waktu pemupukan
yang tepat untuk pemupukan adalah pada curah hujan antara 60-300 mm/bulan.
44

Tambusai Estate melakukan aplikasi pemupukan sebanyak dua kali


aplikasi yaitu semester pertama (Januari-Juni) dan semester kedua
(Juli-Desember). Tambusai Estate mengatur aplikasi pemupukan sebagai berikut:
pupuk Kieserit ke MOP diberi selang waktu 3 minggu, MOP ke Rock Phosphate
diberi selang waktu 2 minggu, dan Urea ke Rock Phosphate diberi selang waktu 3
minggu. Realisasi waktu pemupukan dan grafik curah hujan di Tambusai Estate
dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 16.
Tabel 9. Realisasi Waktu Pemupukan di Tambusai Estate Juni 2011 - Mei 2012

Jenis Bulan

Pupuk Juni Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei

Urea ** ** ** ** ** * * * *

MOP * ** ** ** ** * * * * *

RPH * * * *

Kieserit * * * * *

Sumber : Kantor Sentral Kebun, PT. Panca Surya Agrindo (April, 2012)

Keterangan: * Aplikasi pupuk pertama


** Aplikasi pupuk kedua

700
600
500
400
300
200
100
0

Curah Hujan Tahun 2011 - 2012

Gambar 16. Grafik Curah Hujan Tambusai Estate Periode Mei 2011 - April 2012
45

Berdasarkan data Tabel 9, realisasi pemupukan di Tambusai Estate


dilakukan pada sepanjang bulan Juni 2011 hingga Mei 2012. Aplikasi pemupukan
di Tambusai Estate tetap dilakukan pada saat curah hujan tinggi (>300 mm),
yakni berada pada bulan November dan Desember. Pada kedua bulan ini
sebaiknya pemupukan tidak dilakukan, karena berada pada puncak musim hujan.
Pemupukan yang baik seharusnya dilaksanakan pada awal dan akhir musim hujan,
yakni berada pada curah hujan 60-300 mm/bulan. Aplikasi pemupukan pada saat
curah hujan tinggi (>300 mm), menyebabkan terjadinya pencucian, aliran air, dan
erosi. Hal ini dikarenakan terjadi keterlambatan dalam pengadaan pupuk.
Keterlambatan dalam pengadaan pupuk yang terjadi di Tambusai Estate
disebabkan belum tersedianya pupuk di pasaran sehingga pemupukan disesuaikan
dengan ketersediaan pupuk yang ada di gudang. Apabila saat ini pupuk tersedia di
gudang, maka aplikasi pemupukan harus segera dilakukan. Hal ini penting
dilakukan agar pemupukan tidak bergeser ke semester depan.
Pada saat penulis magang, terdapat sisa pupuk untuk semester dua.
Pengadaan persediaan pupuk seharusnya pada program satu tahun sebelumnya
untuk menjamin ketepatan waktu aplikasi pemupukan. Pengaturan waktu aplikasi
pemupukan di Tambusai Estate cenderung dilakukan oleh manajemen pusat.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa realisasi waktu pemupukan di
Tambusai Estate belum memenuhi kaidah tepat waktu.
Tepat cara dan tempat. Cara penaburan dan penempatan pupuk yang
tepat diharapkan tanaman akan menyerap hara secara maksimal, meminimalkan
kehilangan hara pupuk, dan meminimalkan kompetisi antara tanaman dengan
gulma dalam hal penyerapan hara. Cara penaburan pupuk yang digunakan pada
Tambusai Estate untuk kelima jenis pupuk adalah penaburan secara ditebar tipis
dan merata di piringan (Urea, Rock Phosphate, Kieserite, MOP, dan Borate).
Menurut PPKS (2003) penempatan pupuk juga berpengaruh terhadap hasil TBS.
Cara pemupukan yang direkomendasikan oleh PPKS berdasarkan hasil-hasil
penelitian yang telah dilakukan adalah dengan cara menabur pupuk (N, P, K, Mg)
secara merata di piringan pada jarak 150 cm dari pangkal batang ke arah pinggir
piringan.
46

Pengamatan ketepatan cara penulis lakukan dengan mengambil 3 blok


dengan jenis pupuk Kieserite, sebagai contoh pengamatan yaitu blok W12, W13
dan V11. Masing-masing blok dipilih lima jalur tanaman (yaitu jalur 1, 3, 5, 7, 9)
kemudian dari tiap jalur diambil 10 tanaman contoh, sehingga total contoh ada 50
tanaman/blok. Metode pengukuran tepat cara penulis lakukan dengan cara
menghitung jarak pupuk yang terdekat dari batang tanaman, kemudian
dibandingkan dengan standar perusahaan yakni sebesar 150 cm. Ketepatan cara
penaburan pupuk dapat penulis sajikan pada Tabel 10.
Tabel 11. Ketepatan Cara Penaburan Pupuk di Afdeling 10

Tahun Jenis Dosis Rataan Jarak Pupuk ke Pokok (cm) Rata-


Blok
Tanam Pupuk (kg/pkk) 1 3 5 7 9 rata(cm)
W12 2005 Kieserite 0.75 150.2 142.7 140.1 135.0 163.2 146.24
W13 2005 Kieserite 0.75 141.9 137.8 144.3 142.5 142.1 141.72
V11 1997 Kieserite 1.25 126.7 129.2 140.4 143.5 131.0 134.16
Rata-rata Total
140.70
Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (April, 2012)

Penulis hanya melakukan pengamatan ketepatan cara dan tempat pada


pemupukan Kieserite. Berdasarkan hasil pengamatan tepat cara di atas, diketahui
bahwa rata-rata ketepatan cara dari penabur sebesar 140.70 cm. Hal ini telah
membuktikan bahwa pemupukan di Tambusai Estate telah memenuhi konsep
tepat cara dan telah mendekati dengan rekomendasi perusahaan (1.5 m). Menurut
Andayani (2008), radius tersebut diperhitungkan dari morfologi tanaman bahwa
sebaran akar yang optimal mendominasi lingkar batang dengan radius 1-3 m dari
tanaman.
Tepat dosis. Menurut PPKS (2003) pertimbangan yang digunakan dalam
penentuan dosis pupuk berguna untuk mengimbangi kekurangan hara yang ada di
tanah meliputi hasil pengamatan lapangan seperti gejala defisiensi hara, kultur
teknis, dan panen. Pengamatan ketepatan dosis dilakukan penulis pada saat
menjadi pendamping mandor. Penulis melakukan pengamatan terhadap tiga orang
penabur untuk melihat ketepatan dari masing-masing penabur. Penulis mengamati
ketepatan dosis pupuk Urea, MOP, dan Rock Phosphate di tiga blok, yakni blok
U11, U7, dan W8. Pengamatan ketepatan dosis pemupukan disajikan pada Tabel
11.
47

Tabel 11. Pengamatan Ketepatan Dosis Pupuk di Tambusai Estate

Bobot Realisasi
Th. Jenis Dosis Penabur untilan Pokok dosis Ketepatan
Blok Tanam Pupuk (kg/pokok) Ke (kg) Terpupuk (kg/pokok) Dosis (%)
U11 1997 Urea 1.5 I 9 7 1.28 85.33
II 9 4 2.25 66.66
II 9 5 1.80 83.33
Rata-rata 78.44
U7 1998 RPH 1.5 I 9 5 1.80 83.33
II 9 5 1.80 83.33
II 9 7 1.28 85.33
Rata-rata 83.99
W8 2005 MOP 1.0 I 12 12 1.00 100.00
II 12 14 0.85 85.71
II 12 15 0.80 80.00
Rata-rata 88.57
Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (Maret, 2012)

Pada saat magang, para pekerja penabur menggunakan mangkok yang


seragam dalam hal menabur pupuk untuk berbagai jenis pupuk. Pada Tambusai
Estate tidak ada standar baku ukuran takaran untuk tiap dosis per pokok. Hal ini
menyebabkan pekerja hanya mengira-ngira dosis sehingga mengakibatkan
kebutuhan hara pada tiap pokok sawit dapat berbeda-beda.
Dalam penentuan jumlah kebutuhan pupuk seringkali merasa kesulitan.
Perbedaan jumlah pokok yang ada di areal statement berbeda dengan jumlah
realisasi pokok yang ada di lapangan. Hal ini disebabkan oleh adanya penyisipan
tanaman, penebangan pokok jantan dan pokok mati. Penentuan jumlah pupuk
tetap disandarkan pada ketentuan areal statement kebun sehingga dalam
penentuan jumlah kebutuhan pupuk seringkali tidak tepat.
Berdasarkan data pengamatan di atas, rata-rata ketepatan dosis pemupukan
Urea dan RPH untuk dosis 1.5 kg/pokok sebesar 78.44% dan 83.99 %, rata-rata
ketepatan dosis pemupukan MOP untuk dosis 1.0 kg/pokok sebesar 88.57 %.
Padahal menurut SOP pemupukan di Tambusai Estate, ketepatan dosis
pemupukan harus berada di atas 95 %. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
ketepatan dosis aplikasi pemupukan di Tambusai Estate belum memenuhi prinsip
kaidah ketepatan dosis.
48

Tenaga Kerja

Penentuan jumlah tenaga kerja juga berpengaruh penting terhadap


kegiatan pemupukan. Bila tenaga kerja yang digunakan lebih/kurang dari target
yang telah ditetapkan maka dapat terjadi inefisiensi tenaga kerja atau pemborosan
penggunaan tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan di Tambusai Estate untuk
pemupukan adalah tenaga kerja borongan yaitu terdiri dari: 4 orang penabur, 2
orang pelangsir dan 1 orang pengumpul karung bekas untilan pupuk. Pengawasan
kegiatan pemupukan dilakukan oleh seorang mandor pupuk untuk mengawasi
kegiatan pemupukan.
Jumlah tenaga kerja pemupukan yang ada di Tambusai Estate tergolong
amat minim, jika dibandingkan dengan perkebunan-perkebunan lainnya, idealnya
jumlah pekerja pemupukan seperti di perkebunan Minamas, rata-rata pekerja
pemupukan berjumlah 20 orang penabur dan 4 orang pelangsir dalam satu
kemandoran. Pada Tambusai Estate bukan sulit untuk mendapatkan tenaga kerja
pemupukan, melainkan untuk sebisa mungkin menekan alokasi anggaran biaya
pemupukan. Dengan menggunakan jumlah tenaga yang sedikit, maka aplikasi
pemupukan di Tambusai Estate dilakukan di sepanjang tahun tanpa
memperhatikan kapan waktu musim hujan ataupun kapan waktu musim kemarau.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan tenaga kerja pemupukan di
Tambusai Estate belum efisien sesuai dengan target yang diharapkan.

Penggunaan Alat Pengaman Diri

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan kebutuhan dasar


manusia. Manusia secara tidak sadar berusaha melindungi diri dari segala bahaya
yang ada di sekitar hidupnya. Seiring berjalannya waktu, tantangan dan potensi
bahaya semakin banyak dan beranekaragam sehingga diperlukan suatu upaya
untuk mengatasi potensi akan bahaya tersebut yakni dengan penggunaan alat
pengaman diri.
Pada Tambusai Estate kurang disiplinnya para tenaga kerja di dalam
mematuhi ketentuan mengenai K3 yakni pemakaian alat pelindung diri. Kurang
49

disiplinnya para tenaga kerja dalam mematuhi ketentuan dalam penggunaan atau
pemakaian alat pelindung diri biasanya karena alasan sepele, misalnya pekerja
tidak memakai kacamata saat memanen, sehingga kerap terjadi sesuatu yang
merugikan dirinya sendiri.
Rendahnya kesadaran pekerja di Tambusai Estate dalam menggunakan
alat pengaman diri (APD) karena dianggap mengurangi feminitas, terbatasnya
faktor stimulan pimpinan, dan karena tidak enak serta kurang nyaman merupakan
alasan mengapa tidak disiplinnya karyawan dalam menggunakan APD. Hasil
wawancara yang dilakukan penulis dengan para karyawan mengenai alasan
mereka yang tidak memakai APD saat bekerja menyatakan bahwa karyawan tidak
menggunakan APD karena merasa tidak nyaman dan tidak cocok, karyawan
mengatakan tidak tahu jika harus menggunakan APD, karyawan mengatakan
menggunakan APD hanya membuang-buang waktu saja, karyawan mengatakan
tidak akan celaka jika tidak menggunakan APD dan karyawan mengatakan lupa
menggunakan APD.
Pada Tambusai Estate seharusnya ada sanksi yang tegas sehingga dengan
adanya tindakan sanksi tersebut pekerja akan lebih disiplin. Contohnya: bagi
karyawan yang tidak menggunakan APD apapun alasannya akan dikenakan
sanksi. Pemberian reward, punishment, pengawasan dan tindakan pendisiplinan
dari perusahaan kepada karyawan untuk mendisiplinkan karyawan dalam
menggunakan APD sangat diperlukan. Pengawasan terhadap karyawan akan
mempengaruhi karyawan dalam menggunakan APD, serta dilakukan sosialisasi
masalah kebijakan tentang penggunaan APD dan meningkatkan pola pengawasan
sehingga pekerja termotivasi untuk menggunakan APD pada saat mereka bekerja.

Defisiensi Unsur Hara

Pengamatan gejala defisiensi hara dilakukan secara sistematis mulai dari


jalan pikul ke- 10, 20, 30, 40, dan 50 pada 5 blok yaitu blok V11, V10, V8, W10,
R3 dengan mengambil 330 tanaman/blok dengan total sampel sebanyak + 1650
tanaman. Gejala-gejala yang diamati oleh penulis adalah gejala defisiensi unsur N,
P, K, Mg, B, dan Fe. Pengamatan gejala defisiensi hara ini akan menentukan
50

ketepatan dosis pupuk yang digunakan oleh perusahaan. Hasil pengamatan gejala
visual defisiensi hara dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Pengamatan Gejala Defisiensi Hara di Lima Blok

Defisiensi Blok Jumlah


% Tanaman
Hara Tanaman
Defisiensi
V11 V10 V8 W10 R3 Defisiensi
N 0 0 0 0 0 0 0%
P 11 10 13 5 4 53 3.21 %
K 73 100 113 102 130 518 31.4 %
Mg 21 45 48 70 105 289 17.5 %
B 24 27 18 5 19 93 5.63 %
Fe 10 21 29 6 13 79 4.78 %
Total 1032 62.54 %
Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (Maret-April, 2012)
Berdasarkan pengamatan secara visual mengenai gejala defisiensi hara
tanaman kelapa sawit yang dilakukan oleh penulis pada blok V11, V10, V8, W10,
dan R3 seperti pada tabel di atas, dari 1650 tanaman sampel yang diamati, dapat
diketahui bahwa jumlah tanaman contoh yang kekurangan hara adalah 62.54 %
dari total tanaman contoh, sedangkan defisiensi hara terbanyak adalah hara
Kalium (31.4%), diikuti defisiensi hara Magnesium (17.5%), defisiensi hara
Boron (5.63%), defisiensi hara Fe (4.78%), dan defisiensi hara Phosphore
(3.21%). Penulis tidak menemukan tanaman yang mengalami defisiensi hara
Nitrogen pada tanaman contoh. Pada umumnya tanaman yang mengalami
defisiensi hara Nitrogen dapat dijumpai pada areal-areal rendahan dan cukup
tergenang, seperti daerah rawa atau areal-areal blok yang rawan banjir.
Secara umum status hara P di lapangan, defisiensi fosfor yang
ditunjukkan dengan pertumbuhan tanaman yang cenderung kurus, batang bawah
terlihat membesar kemudian mengecil ke batang atas, sehingga berbentuk seperti
piramid yaitu mencapai 3.21% dari tanaman contoh.
Secara umum status hara kalium di lapangan, masih ditemukan gejala
defisiensi K (orange spot pada helai daun) dengan intensitas ringan-berat. Gejala
ini hampir merata pada semua blok yaitu mencapai 31.4% dari tanaman contoh,
merupakan gejala defisiensi hara terbesar di antara hara yang lainnya.
Status hara Mg secara umum banyak dijumpai dalam kategori gejala
ringan hingga berat. Gejala ini juga hampir merata pada semua blok dan juga di
51

semua seri tanah yang ada di Tambusai Estate, yaitu mencapai 17.5% dari total
tanaman contoh, gejala defisiensi hara Mg merupakan gejala defisiensi hara
terbesar kedua setelah kalium. Gejala awal berupa warna hijau kekuningan yang
dimulai dari ujung anak daun. Pada gejala yang lebih berat daun akan berwarna
coklat kekuningan hingga bewarna kuning cerah.
Secara umum status hara B di daun menunjukkan kondisi kekurangan
(rendah-defisiensi) yaitu mencapai 5.63 % dari luas areal yang menjadi contoh,
sedangkan sisanya dalam kondisi optimum. Gejala ini ditandai adanya daun yang
berbentuk kotak-kotak serta mengerut.
Status hara Fe secara umum banyak dijumpai dalam kategori ringan
hingga berat, yaitu mencapai 4.78 % dari total populasi tanaman contoh. Gejala
defisiensi Fe berupa terjadinya klorosis pada anak daun searah dengan tulang anak
daun pada pelepah muda, tetapi tulang anak daun tetap berwarna hijau. Anak daun
pada pelepah termuda berubah warna menjadi keputihan anak daun pada pelepah
tua tetap berwarna kuning. Gejala defisiensi hara yang ada di Tambusai Estate
dapat dilihat pada Gambar 17.

a) b)
. .

c) d)
. .
Gambar 17. Defisiensi Hara di Tambusai Estate, a). Defisiensi Fe,
b). Defisiensi K, c). Defisiensi Mg, d). Defisiensi B.
52

Perbandingan Efisiensi Pemupukan secara Manual dan secara Mekanis


dengan Fertilizer Spreader
Berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan, aplikasi pemupukan
yang dilakukan secara mekanis menghasilkan mutu yang lebih baik daripada
pemupukan secara manual, yakni sebaran pupuknya lebih merata dan seragam.
Pada pemupukan manual seringkali terdapat pupuk dalam bentuk bongkahan saat
penaburan di lapangan. Akan tetapi untuk pupuk yang disebar dengan fertilizer
spreader tidak ada yang berbentuk bongkahan karena semuanya sudah melewati
proses penyaringan sehingga kehilangan pupuk jauh lebih kecil daripada
pemupukan secara manual.
Berikut penulis sajikan perbandingan rincian biaya per-hektar aplikasi
pemupukan secara manual dan aplikasi pemupukan secara mekanis. Rincian biaya
per-hektar kegiatan pemupukan secara manual sebagai berikut:
 Upah Pemupukan (Dosis 0,75 - 1,25 kg/pokok) : Rp 12 000/ha
 Upah Pemupukan (Dosis 1,50 - 2.00 kg/pokok) : Rp 15 000/ha
 Upah Untilan : Rp 17,-/kg
 Upah Pengawasan : Rp 65 195
 Premi Mandor : Rp 8/ kg
 Biaya Bongkar Muat : Rp 7/ kg
 Harga Pupuk MOP : Rp 3 597/ kg
 Harga Pupuk Rph : Rp 1 087/ kg
 Harga Pupuk Chelate Fe : Rp 12 802/ kg
 Harga Pupuk Urea : Rp 3 747/ kg
 Harga Pupuk Borate : Rp 12 200/ kg
 Harga Pupuk Kieserit : Rp 2 425/ kg
Contoh:
Jika blok yang akan dipupuk pada hari ini adalah blok F48 dengan luas
25.46 ha, dengan menggunakan pupuk kiserite dosis 1.0 kg/pokok. Maka biaya
yang dikeluarkan adalah :
a). Biaya Aplikasi Pupuk = Luas Areal x Biaya Pemupukan
= 25.46 ha x Rp 12 000/ha
= Rp 305 520
53

b). Biaya Until = Tonase x Rp 17/kg


= 3 600 kg x Rp 17/kg
= Rp 61 200
c). Biaya Pupuk = Tonase x Harga pupuk
= 3 600 kg x Rp 2 425/kg = Rp 8 730 000
d). Biaya Bongkar Muat = Tonase x Rp 7/kg
= 3 600 kg x Rp 7/kg
= Rp 25 200
e). Premi Mandor = Tonase x Rp 8/kg
= 3 600 kg x Rp 8/kg
= Rp 28 800
f). Upah Pengawasan = Rp 65 195
g). Total Biaya =a+b+c+d+e+f
= Rp 9 215 915
Maka :

= Rp 361 976. 23/ha

Rincian biaya per-hektar kegiatan pemupukan secara mekanis adalah sebagai


berikut:
Ketentuan :
 Upah pemupukan (Pemuat) : Rp 20/ kg
 Upah pemupukan (Operator) : Rp 4/ kg
 Upah untilan : Rp 17/ kg
 Upah pengawasan : Rp 65 195
 Premi Mandor : Rp 8/ kg
 Biaya Bongkar Muat : Rp 2/ kg
 Harga Pupuk Kiserite : Rp 3 050/ kg
 Alokasi Fertilizer Spreader (1 JKT–Jam Kerja Traktor) : Rp. 77 000/ JKT
54

Contoh : Jika blok yang akan dipupuk pada hari ini adalah blok F48 dengan luas
25.46 ha, dengan menggunakan pupuk Kieserite dosis 1 kg/pokok. Maka biaya
yang dikeluarkan adalah:
a). Upah Pemupukan
1. Pemuat = Tonase x Upah pemupukan pemuat
= 3 600 kg x Rp 20
= Rp 72 000
2. Operator = Tonase x Upah pemupukan operator
= 3 600 kg x Rp 4
= Rp 14 000
Maka, upah pemupukan = Rp 72 000 + Rp 14 000
= Rp 86 000
b). Biaya Pupuk = Tonase x Harga pupuk
= 3 600 kg x Rp 2 425/ kg
= Rp 8 730 000
c). Premi mandor = Tonase x Upah premi mandor
= 3 600 kg x Rp 8
= Rp 28 800
d). Upah Pengawasan = Rp 65 195
e). Biaya Bongkar muat (supir) = Tonase x upah bongkar muat
= 3 600 kg x Rp 2
= Rp 7 200
f). Biaya Alokasi Spreader = Total JKT x harga/jkt
= 3 JKT x Rp 77 000
= Rp 231 000
g). Total Biaya =a+b+c+d+e+f
= Rp 9 148 195
Maka,

= Rp 359 316. 37/ha


55

Berdasarkan contoh perhitungan biaya pemupukan per-hektar di atas,


didapat bahwa perhitungan biaya pemupukan per-hektar secara mekanis jauh lebih
rendah (Rp 359 316. 37/ ha), daripada biaya pemupukan secara manual
(Rp 361 976. 23/ ha) artinya selisih sebesar Rp 2 659. 86. Perbedaan keefisienan
pemupukan berdasarkan cara aplikasinya dapat penulis sajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Perbandingan Efisiensi Pemupukan secara Manual dan Mekanis

Uraian Pemupukan secara Manual Pemupukan secara Mekanis


(dengan Fertilizer Spreader)
Biaya
pemupukan Lebih tinggi (Rp 361 976. 23) Lebih rendah ( Rp 359 316. 37)
per-hektar
Pemadatan Tidak Terjadi Terjadi
Tanah
Persyaratan Terjangkau di semua medan Terbatas, kemiringan 0-50
Areal
Tenaga Kerja Banyak Sedikit (Cukup 3 orang)
Kualitas Tidak Seragam Seragam
Aplikasi
Pengawasan Intensif Tidak Intensif
Pertumbuhan Normal Lebih cepat
Gulma
Sumber : Hasil Pengamatan Penulis (Maret, 2012)
Kegiatan pemupukan secara mekanis dengan fertilizer spreader di
Tambusai Estate menunjukkan bahwa penyebaran pupuk yang lebih merata dan
sistem pengawasan pemupukan secara mekanis tidak se-intensif pemupukan
secara manual. Selain itu, tenaga kerja yang dibutuhkan juga jauh lebih sedikit
daripada pemupukan secara manual sehingga dapat menghemat biaya pemupukan
per-hektar.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kegiatan magang yang penulis lakukan telah meningkatkan pengetahuan


tentang budidaya tanaman kelapa sawit, memperoleh pengalaman dan
keterampilan kerja sebagai KHL, pendamping mandor, dan pendamping asisten
kebun dalam pengelolaan kebun kelapa sawit baik secara teknis maupun
manajerial, khususnya dalam aspek manajemen pemupukan.
Dalam mencapai produksi yang optimal perlu memperhatikan prinsip
pemupukan yang terdiri dari 4 T, yaitu: tepat jenis, waktu, dosis, dan cara. Untuk
kriteria ketepatan jenis pupuk telah sesuai dengan jenis kebutuhan hara yang
diperlukan oleh tanaman. Untuk kriteria ketepatan waktu pemupukan di Tambusai
Estate belum berlangsung dengan baik. Kemunduran jadwal pemupukan terjadi
karena belum tersedianya pupuk di kebun. Untuk kriteria ketepatan dosis
pemupukan belum tercapai. Pekerja hanya mengira-ngira kebutuhan dosis
(kg/pokok). Untuk kriteria cara dan tempat pemupukan di Tambusai Estate secara
umum sudah berlangsung baik.
Penentuan jumlah tenaga kerja pemupukan di Tambusai Estate belum
efisien sesuai dengan target yang diharapkan. Penggunaan alat pengaman diri di
Tambusai Estate masih rendah. Pada pengamatan mengenai gejala defisiensi hara
pada tanaman kelapa sawit, persentase tanaman yang mengalami gejala defisiensi
hara cukup tinggi yakni sebesar 62.54 % dari total tanaman sampel. Kegiatan
pemupukan secara mekanis dengan fertilizer spreader di Tambusai Estate
menunjukkan bahwa hasil pekerjaan jauh lebih efektif dan lebih efisien daripada
pemupukan secara manual.
Saran

Pengadaan persediaan pupuk oleh pihak manajemen pusat hendaknya


dilakukan jauh sebelum rencana jadwal pemupukan dilakukan. Hal ini bertujuan
untuk menghindari terlambatnya pupuk yang akan masuk ke kebun. Untuk
penggunaan alat pengaman diri pada Tambusai Estate perlu dilakukan tindakan
57

pendisiplinan kepada karyawan yang belum memakai alat pengaman diri.


Penggunaan tenaga kerja pemupukan sebaiknya juga perlu ditingkatkan agar
pemupukan tidak dilakukan di sepanjang tahun. Selain itu, peningkatan
pengawasan pemupukan oleh mandor dan asisten serta sistem pemupukan yang
baik juga harus ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, D. 2008. Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis,


Jacq.) Tanaman Menghasilkan di PT Era Mitra Agro Lestari (BSP
Group), Sarolangun, Jambi. Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas
Pertanian IPB. Bogor. (Tidak dipublikasikan)
Adiwiganda, R. 2007. Manajemen tanah dan pemupukan perkebunan kelapa
sawit, hal. 19-118. Dalam S. Mangoensoekarjo (Ed.). Manajemen Tanah
dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Anonim, 2012. http://usahasuksesmandiri.blogspot.com/2012/01/perbedaan-
efektif-dan-efisien.html [24 Juni 2012].
Budiyanto, S. Mujiharjo, N. Aprianto. 2005. Kajian perbedaan tandan buah segar
yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Jurnal
Akta Agronesia. 8 (1) : 36-40.
Ditjenbun. 2011. Ekspor Produk Kelapa Sawit Terus Naik.
http://ditjenbun.deptan.go.id/index.php/component/content/article/36-
news/203-ekspor-produk-kelapa-sawit-terus-naik.html [30 Januari 2012].
Ditjenbun. 2011. Luas Perkebunan dan Produksi Kelapa Sawit di Seluruh
Indonesia. www.ditjenbun.deptan.go.id/index.php/ teknik-budidaya.html.
[ 30 Januari 2012].
Fairhurst, T.H., J.P. Caliman, R. Härdter, Dan C. Witt. 2006. Kelapa sawit:
kelainan hara dan pengelolaannya. Potash and Phosphate Institute (PPI),
Potash and Phosphate Institute of Canada (PPIC), International Potash
Institute (IPI), French Agricultural Research Centre for International
Development (CIRAD). P.53.
Hakim, M. 2007. Kelapa Sawit: Teknis Agronomis dan Manajemennya (Tinjauan
Teoritis dan Praktis). Lembaga Pupuk Indonesia. Jakarta. 296 hal.
Havlin, J.L., J.D. Beaton, S. L. Tisdale, and W. L. Nelson. 2004. Soil fertility and
fertilizer. 7th edition. Peerson Prentice Hall. P, New Jersey. Page. 176.
Lubis, A. U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guinennsis Jacq.) di Indonesia, Edisi 2.
Pusat Penelitian Marihat Bandar Kuala Pematang Siantar. 362 hal.
Mangoensoekarjo, S. dan A. T. Tojib. 2005. Manajemen budidaya kelapa sawit,
hal. 1 – 301. Dalam S. Mangoensoekarjo dan H. Semangun (Eds).
Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Pahan, I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
59

Poeloengan, Z., M. I. Fadli, Winarna, S. Rahutomo, dan E. S. Sutarata. 2003.


Permasalahan pemupukan pada perkebunan kelapa sawit, hal 67-80.
Dalam W. Darmosarkoro, E. S. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan
Pemupukan Kelapa Sawit. Medan.
PPKS. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
140 hal.
Rankine, I. And T.H. Fairhurst. 1999. Management of phosphorus, potassium, and
magnesium in mature oil palm. Better Crop International. 13(1).
Riwandi. 2002. Rekomendasi pemupukan kelapa sawit berdasarkan analisis tanah
dan tanaman. Akta Agrosia 5 (1) : 27-34.
Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agro Media Pustaka. Jakarta. 65
hal.
Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal.
Siahaan, M. M. dan I. Buma. 1992. Pengaruh perubahan harga pupuk terhadap
dosis pupuk kelapa sawit. Bul. Perkebunan. 23 (2) : 189–197.
Siregar, A. Z. 2006. Kelapa Sawit : Minyak Nabati Berprospek Tinggi.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sutarta, E. S., S. Rahutomo, W. Darmosarkoro, dan Winarna. 2003. Peranan unsur
hara pada pemupukan tanaman kelapa sawit, hal 81-92. Dalam
W. Darmosarkoro, E. S. Sutarta, dan Winarna (Eds). Lahan dan
Pemupukan Kelapa Sawit. Medan.
Sutarta, E.S. 2002. Pemupukan kelapa sawit secara rasional. Warta Pusat
Penelitian Kelapa sawit 10 (2-3) : 23-28.
Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gajah
Mada University Press. 318 hal.
Manual Referensi Agronomi. 2008. Buku Pedoman Teknis Kelapa Sawit (Oil
Palm Technical Policy) Minamas Plantation. Jakarta. 738 hal.
LAMPIRAN
61

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas di Tambusai Estate, PT Panca Surya Agrindo,First
Resources Ltd., Kab. Rokan Hulu, Riau

Prestasi Kerja (satuan/HK)


Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Keterangan
Penulis Karyawan Standar
10-02-2012 Tiba di Lokasi - - - Mess PT. PIS Bp. Hasyim

11-02-2012 Orientasi Kebun - - - PT. PSA Bp. Hasyim

12-02-2012 Orientasi Kebun - - - PT. PSA Bp. Hasyim


13-02-2012 Pemupukan MOP Observasi 10 ha 10 ha Blok U7 Bp. Taufiq H.
14-02-2012 Pemupukan FeSO 4 + chelat Observasi 30 Pokok 30 Pokok Blok U7 Bp. Taufiq H.
15-02-2012 Pemupukan MOP 2 ha 10 ha 10 ha Blok U10 Bp. Taufiq H.
16-02-2012 Pemupukan MOP 2 ha 10 ha 10 ha Blok V7 Bp. Taufiq H.

17-02-2012 Diskusi dengan pak Rokan - - - Kantor PT. PSA Bapak Rokan
18-02-2012 Penguntilan Pupuk di Gudang Central 960 kg 3 190 kg 4 150 kg Gudang Pupuk Bp. Taufiq
Central
19-02-2012 Libur - - - Mess PT. PIS Bp. Nanang
20-02-2012 Penunasan 1 Pasar 4 Pasar 4 Pasar Blok U9 Bp. Nadeak
21-02-2012 Pengamatan pemupukan Kieserite - - - Blok W12 &W13 Bp. Taufiq
22-02-2012 Penguntilan Pupuk MOP 100 kg 6 000 kg 6 100 kg Gudang Central Bp. Taufiq
23-02-2012 Pemupukan MOP 2 ha 12 ha 10 ha Blok U14 Bp.Taufiq
24-02-2012 Pengamatan Land application - - - PKS, Blok L17 Bp.Tulus
25-02-2012 Bongkar Muat Pupuk Kieserite 550 kg 13 650 kg 14 200 kg Gudang Central Bp.Taufiq
26-02-2012 Libur - - - Perumahan Staff Bp.Hasyim
27-02-2012 Pemupukan,penguntilan,bongkar muat kieserit 500 kg 4 350 kg 4 850 kg Blok V11,gdg afd. Bp. Taufiq
28-02-2012 Dongkel Anak Kayu 20 meter 300 meter 500 meter Blok U12 Bp. Yusriandi
29-02-2012 Pengamatan Defisiensi Hara - - - Blok V10 -
01-03-2012 Sensus Pokok 10 ha 20 ha 10 ha Blok V8 Bp. Yusriandi
62

Lampiran 1. (Lanjutan)
Prestasi Kerja
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Keterangan
Penulis Standar Karyawan
02-03-2012 Bongkar muat APD dari Gudang - - - Gudang Bp. Yusriandi
03-03-2012 Observasi aplikasi Spreader - - - Blok F48 Bp. Sinaga
04-03-2012 Libur - - - Perumahan Bp. Hasyim
63

Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Tambusai Estate, PT Panca Surya Agrindo,First
Resources Ltd., Kab. Rokan Hulu, Riau

Prestasi Kerja Penulis


Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah HK yang Luas Areal yang Lama Kegiatan Lokasi Keterangan
Diawasi (orang) Diawasi (ha) (jam)
05-03-2012 Pengawasan pemanenan 11 59.7 7 Blok U6,U7 Bp.Yusriandi
06-03-2012 Pengawasan pemanenan 12 73.7 7 Blok U9,U10 Bp.Yusriandi
07-03-2012 Pembayaran SPP - - - Pasir Bp.Yusriandi
08-03-2012 Pengawasan pemanenan 8 58.1 7 Blok V11,V10 Bp.Yusriandi
09-03-2012 Pengawasan pemanenan 7 55.7 7 Blok V7,W7 Bp.Yusriandi
10-03-2012 Pengawasan pemanenan 9 46.3 5 Blok W9,W10 Bp.Yusriandi
11-03-2012 Libur - - - Perumahan staff Bp. Yusriandi
12-03-2012 Pengawasan Pemupukan 9 28.17 6 Blok R4 Bp. Bakti

13-03-2012 Pengawasan Pemupukan 7 29.84 7 Blok V8 Bp. Taufiq


14-03-2012 Pengawasan pemanenan 7 70.1 7 U15,V11,V12,V13,V14 -
15-03-2012 Pengawasan Pemupukan 7 28.29 5 Blok U9 Bp. Taufiq
16-03-2012 Pengawasan Pemupukan 6 29.85 5 V12 Bp. Taufiq
17-03-2012 Pengawasan Pemupukan 6 16.12 4 U15 Bp. Taufiq
18-03-2012 Libur - - - Perumahan staff Bp. Hasyim

19-03-2012 Pengawasan Chemist 3 14 4 Blok V10 Bp. Jusri


20-03-2012 Pengawasan Chemist 3 14.62 5 Blok V10 Bp. Jusri
21-03-2012 Krani Produksi - - 5 V14,V13,V12,V11 Bp. Hasan
22-03-2012 Pengawasan Chemist 3 12 4 Blok V9 Bp. Jusri

23-03-2012 Hari Raya Nyepi - - - - Bp. Yusriandi


24-03-2012 Libur - - - Perumahan staff Bp. Hasyim
25-03-2012 Libur - - - Perumahan staff Bp. Hasyim
64

Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di Tambusai Estate, PT Panca Surya Agrindo,First Resources Ltd.,
Kab. Rokan Hulu, Riau

Prestasi Kerja Penulis


Jumlah Mandor Luas Areal yang Lama
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Keterangan
yang Diawasi Diawasi (ha) Kegiatan
(orang) (jam)
26-03-2012 Krani Produksi - - 7 U6,U7,U8,U9 Bp Yusriandi
27-03-2012 Pendamping asisten 2 142 7 S4,S5,S6,S7,S8 Bp. Bakti
28-03-2012 Pendamping asisten 2 141 7 T6,T7,T8,T9,T10 Bp. Bakti
29-03-2012 Pendamping asisten 3 151 7 S12,S11,T12,T11,R4 Bp. Bakti
30-03-2012 Pendamping asisten 2 112 7 S9,R12,R11,R10,R9 Bp. Bakti
31-03-2012 Administrasi - - 7 Kantor Afd. X Bp Yusriandi
01-04-2012 Libur - - - Perumahan Staff Bp. Hasyim
02-04-2012 Administrasi - - 7 Kantor Afd. X Bp Yusriandi
03-04-2012 Administrasi - - 7 Kantor Besar Bp Yusriandi
04-04-2012 Administrasi - - 7 Kantor Afd. X Bp Yusriandi
05-04-2012 Administrasi - - 7 Kantor Afd. X Bp Yusriandi
06-04-2012 Libur Kenaikan isa almasih - - - Perumahan Staff Bp. Hasyim
07-04-2012 Administrasi - - 7 Kantor Afd. XI Bp. Bakti
08-04-2012 Libur - - - Kantor Afd. X Bp Yusriandi
09-04-2012 Pendamping asisten 1 28.32 6 Blok R3 Bp. Bakti
10-04-2012 Pendamping asisten 2 112 7 Blok R6, R7, R8. R9, Bp. Yusriandi
R10, R11
65

Lampiran 3. (Lanjutan)

Prestasi Kerja Penulis


Jumlah Mandor Luas Areal yang Lama
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Keterangan
yang Diawasi Diawasi (ha) Kegiatan
(orang) (jam)
11-04-2012 Administrasi - - 7 Kantor Afd. X Bp Yusriandi
12-04-2012 Administrasi - - 7 Kantor Afd. X Bp Yusriandi
13-04-2012 Administrasi - - 7 Kantor Afd. X Bp Yusriandi
14-04-2012 Administrasi - - 7 Kantor Afd. X Bp Yusriandi
15-04-2012 Libur - - 7 Perumahan Staff Bp Yusriandi
16-04-2012 Administrasi - - 7 Kantor Afd. X Bp Yusriandi
17-04-2012 Administrasi - - - Perumahan Staff Bp. Hasyim
18-04-2012 Administrasi - - 7 Kantor Afd. X Bp Yusriandi
19-04-2012 Administrasi - - 7 Kantor Besar Bp Yusriandi
20-04-2012 Administrasi - - 7 Kantor Afd. X Bp Yusriandi
21-04-2012 Administrasi - - 7 Kantor Afd. X Bp Yusriandi
22-04-2012 Libur - - 5 Perumahan Staff Bp. Hasyim
23-04-2012 Administrasi - - 5 Kantor Afd. X Bp. Yusriandi
24-04-2012 Administrasi - - - Perumahan Staff Bp Yusriandi
25-04-2012 Pemetaan Wilayah Areal - - 5 Areal Konservasi Bp. Gita
Konservasi
26-04-2012 Administrasi - - 5 Kantor Afd. X Bp. Yusriandi
66

Lampiran 3. (Lanjutan)

Prestasi Kerja Penulis


Jumlah Mandor Luas Areal yang Lama
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Keterangan
yang Diawasi Diawasi (ha) Kegiatan
(orang) (jam)
27-04-2012 Penulisan Laporan - - 7 Perumahan Staff Bp Yusriandi
28-04-2012 Penulisan Laporan - - 7 Perumahan Staff Bp Yusriandi
29-04-2012 Libur - - - Perumahan Staff Bp Hasyim
30-04-2012 Penulisan Laporan - - 7 Perumahan Staff Bp Yusriandi
01-05-2012 Penulisan Laporan - - 7 Perumahan Staff Bp Yusriandi
02-05-2012 Penulisan Laporan - - 7 Perumahan Staff Bp Yusriandi
03-05-2012 Persiapan Persentasi Hasil - - - Perumahan Staff Bp. Hasyim
04-05-2012 Persentasi Hasil Magang - - 2 Kantor Central Kebun Bp Gita
05-05-2012 Administrasi - - 5 Kantor Besar Bp Yusriandi
06-05-2012 Libur - - - Kantor Afd. X Bp Yusriandi
07-05-2012 Administrasi - - 5 Kantor Afd. X Bp Yusriandi
08-05-2012 Perpisahan General Manager - - 2 Perumahan Staff Bp. Hasyim
09-05-2012 Administrasi - - 5 Kantor Afd. X Bp Yusriandi
10-05-2012 Administrasi - - 5 Kantor Afd. X Bp Yusriandi
11-05-2012 Administrasi - - 5 Kantor Afd. X Bp Yusriandi
12-05-2012 Pamit Dengan Warga - - - Perumahan Afdeling Bp. Hasyim
dan Perumahan Staff
13-05-2012 Pulang Ke Bogor Bogor -
67
Lampiran 4. Peta Wilayah Tambusai Estate
68

TAHUN

Bulan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata

HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH
Januari 9 233 16 237 11 182 5 35 9 80 3 41 12 224,1 12 224,5 16 273,7 14 199,4 18 234,5 11,36 178,56
Pebruari 4 119 3 45 11 124 8 95 1 10 8 111 12 132,6 10 150 10 283,5 12 232 3 129 7,45 130,10
Maret 3 75 5 85 17 215 7 121 5 59 7 91 8 111,2 18 315,6 16 375,5 7 215,6 9 152,6 9,27 165,14
April 9 109 9 106 15 122 4 86 5 46 7 103 14 308,7 15 238,1 10 199,7 10 302,2 12 133,9 10,00 159,51
Mei 2 16 2 16 5 114 5 51 5 68 8 117 14 300,5 7 153,9 7 77,3 7 49,8 9 143,6 6,45 100,65
Juni 3 58 5 58 3 32 - - - - 9 186 7 158,8 11 269,8 8 58,1 12 258,8 6 85 7,11 129,39
Juli 6 169 5 39 9 195 7 44 6 5 5 76,5 12 195,7 12 175,7 5 67,9 9 206,6 6 77,4 7,45 113,80
Agustus 5 47 2 7 6 74 - - 2 28 5 88,5 6 55,1 8 224,8 15 303,6 5 59,3 9 175,6 6,30 106,29
September 10 174 9 117 14 217 2 13 5 69 12 134,9 10 201,3 14 207,1 9 207,7 13 236,5 11 182,6 9,91 160,01
Oktober 14 255 4 29 6 80 7 90 7 84 11 142,4 17 432,3 15 142,2 8 270,4 8 188,7 13 236,8 10,00 177,35
Nopember 13 169 4 39 15 280 12 132 12 124 15 270,9 13 129,9 11 209,3 13 171,6 13 189,2 17 436 12,55 195,54
Desember 8 654 15 139 74 6 14 182 6 61 17 531 14 177,7 17 310,7 20 343,7 10 290,6 18 631,6 19,36 302,48
Total 86 2.078 79 917 186 1.641 71 849 63 634 107 1.893 139 2.428 150 2.622 137 2.632,70 120 2.428,70 131 2.618,60 117,23 1918,81
Rata-rata 7 173 7 76 16 137 6 71 5 53 9 158 12 202 13 218 11 219 10 202 11 218 9,77 159,90
BB 8 4 8 3 1 8 11 12 9 10 9
BK 3 7 2 4 4 1 1 0 1 2 0
Sumber : Kantor Sentral Kebun PT. Panca Surya Agrindo (April, 2012)

Keterangan: Q= x 100% = 0 %
CH : curah hujan
HH : hari hujan Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidth-Ferguson
BB : bulan basah (>100 mm) Termasuk tipe iklim A (Sangat Basah)
BK : bulan kering (< 60 mm) Tipe iklim A = < 14.3%, iklim B = 14.3% - 33.3%, C =
33.3% - 60.3%

Lampiran 5. Curah hujan di Tambusai Estate Tahun 2001-2011


69
Lampiran 6. Peta Kesesuaian Lahan di Tambusai Estate
70

Lampiran 7. Struktur Organisasi di Tambusai Estate


71
Lampiran 8. Struktur Organisasi tingkat Afdeling di Tambusai Estate
72

Lampiran 9. Peta Afdeling 10 PT. Panca Surya Agrindo Periode 2012

Anda mungkin juga menyukai