Anda di halaman 1dari 81

PENGARUH AIR KELAPA MUDA FERMENTASI DAN VERMIKOMPOS

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG


MERAH (Allium ascalonicum L)

ANDI SYAIFULLAH NINGRAT


G011181435

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
PENGARUH AIR KELAPA MUDA FERMENTASI DAN VERMIKOMPOS
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG
MERAH (Allium ascalonicum L)

ANDI SYAIFULLAH NINGRAT


G011 18 1435

Skripsi Sarjana Lengkap


Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana
Pada
Departemen Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
Makassar

Makassar, November 2023

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Fachirah Ulfa, M.P. Dr. Ir. Rafiuddin, M.P.
NIP. 19641024 198903 2 003 NIP. 19641229 198903 1 003

Mengetahui
Ketua Departemen Budidaya Pertanian

Dr. Hari Iswoyo, SP.MA.


NIP. 19760508 200501 1 003

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Pengaruh Air Kelapa Muda Fermentasi Dan Vermikompos Terhadap


Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Bawang Merah
(Allium ascalonicum L)

Disusun dan Diajukan Oleh

ANDI SYAIFULLAH NINGRAT

G011181435

Telah dipertahankan dihadapan Panitia Ujian yang dientuk dalam rangka


Penyelesaian Masa Studi Program Sarjana, Program Studi Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin pada tanggal November 2023 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Fachirah Ulfa, M.P. Dr. Ir. Rafiuddin, M.P.
NIP. 19641024 198903 2 003 NIP. 19641229 198903 1 003

Ketua Program Studi

Dr. Ir. Abdul Haris B. M.Si.


NIP. 19670811 19943 1 003

iii
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Andi Syaifullah Ningrat

NIM : G011181435

Program Studi : Agroteknologi

Jenjang : S1

Menyatakan dengan ini bahwa tulisan saya berjudul

“PENGARUH AIR KELAPA MUDA FERMENTASI DAN

VERMIKOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L)”

Adalah karya tulisan saya sendiri dan benar bukan merupakan pengambilan alihan

tulisan orang lain. Skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan karya saya

sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau

keseluruhan skripsi ini hasil karya dari orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, November 2023

Andi Syaifullah Ningrat

iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga Skripsi yang berjudul “Pengaruh
Air Kelapa Muda Fermentasi Dan Vermikompos Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L)” dapat diselesaikan
walaupun masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak - pihak yang telah
membantu dalam menyusun skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan skripsi ini, penulis masih merasakan adanya kesulitan dan hambatan.
Penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna oleh karena itu, penulis
berharap agar pembaca dapat skripsi ini. Skripsi ini diselesaikan sebagai salah
satu syarat kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana (S1) pada Departemen
Budidaya Pertanian, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati
penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Terima kasih kepada ibunda tercinta Yulianti, S.Pd, ayahanda Makkamula
dan saudara saya Andi Mappasallang, S.Kep, Ners. Yang telah hadir dalam hidup
penulis, yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan doa serta kasih sayang
yang tak ternilai dan tak pernah usai sehingga penulis bisa sampai tahap ini.
Prof. Dr. Ir. Fachirah Ulfa, M.P. selaku pembimbing I dan Dr. Ir. Rafiuddin,
M.P. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
demi membimbing penulis sejak awal penelitian hingga selesainya skripsi ini.
Ucapan terima kasih di sampaikan pula kepada:
1. Dr. Ir. Feranita, MP. selaku penasehat akademik dan Dr. Ir. Hari Iswoyo,
SP, MA. selaku ketua Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin dan staf pegawai khususnya Astina Tambung, S.Si.
Pamiluddin dan Dwi Lestari, S.Si M.Si. atas segala bantuan dan perhatian
yang telah diberikan.

v
2. Sahabat-sahabat yang telah menemani saya semasa perkuliahan sampai saat
ini Abdul Jalil, SP, Muh. Dzulfikar Syam, SP dan yang lainnya yang tidak
bisa saya tuliskan satu per satu, yang selalu mendukung dalam berbagai hal,
terima kasih untuk kebersamaan, semangat, suka duka dan motivasinya
selama ini.
3. Teman-teman, kakak-kakak yang selalu bersedia menjadi support system,
tempat berkeluh kesah dan senantiasa memberikan bantuan dan saran yang
sangat membangun dan selalu mendukung.
4. Teman-teman Agroteknologi 2018, Giberelin 2018, Himagro Faperta Unhas
dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima
kasih atas segala bantuan, kerjasama, dan motivasi yang telah diberikan
selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Hasanuddin, semoga
jalinan persaudaraan tidak akan pernah terputus.
5. Teman-teman posko KKN 108 Desa Ujung Tanah yang juga turut memberi
bantuan berupa support.
6. Kepada seluruh pihak yang telah memberikan semangat dan dukungan dari
awal penelitian sampai penyusunan skripsi.
Penulis berharap semoga penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat dan
menginspirasi para pembaca. Terimakasih

Makassar, November 2023

Andi Syaifullah Ningrat

vi
ABSTRAK

ANDI SYAIFULLAH NINGRAT, (G011181435) Pengaruh Air Kelapa Muda


Fermentasi Dan Vermikompos Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman
Bawang Merah (Allium ascalonicum L). Dibimbing Oleh FACHIRAH ULFA
DAN RAFIUDDIN.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh air kelapa muda fermentasi
dan vermikompos terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah. Penelitian
dilaksanakan di Tompolando, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto,
Provinsi Sulawesi Selatan, mulai Februari sampai Juni 2023. Penelitian ini
disusun menggunakan Rancangan Faktorial 2 Faktor (F2F) dengan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) sebagai rancangan lingkungannya. Pemberian Air Kelapa
Muda sebagai faktor pertama yang terdiri dari 4 taraf yaitu: 0%, 20%, 40% dan
60%, sedangkan pemberian vermikompos sebagai faktor kedua yang terdiri dari 3
taraf yaitu: 5 ton/ha, 10 ton/ha dan 15 ton/ha. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa interaksi antara perlakuan pemberian air kelapa muda fermentasi 20%
dengan dosis vermikompos 15 ton/ha menghasilkan tinggi tanaman tertinggi
35.87 cm. Perlakuan konsentrasi air kelapa muda 20% menghasilkan jumlah umbi
per rumpun terbanyak yaitu 3.93 umbi. Perlakuan dosis vermikompos tidak
berpengaruh nyata terhadap semua parameter.

Kata Kunci : Air kelapa, bawang merah, vermikompos

vii
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................... 5
1.3 Hipotesis ................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 6
2.1 Syarat Tumbuh Bawang Merah .............................................................. 6
2.2 Air Kelapa Muda Fermentasi ................................................................. 7
2.3 Vermikompos ......................................................................................... 9
BAB III BAHAN DAN METODE ..................................................................... 11
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................... 11
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 11
3.3 Metode Penelitian ................................................................................. 11
3.4 Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 12
3.5 Parameter Pengamatan ......................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 18
4.1 Hasil .......................................................................................................... 18
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 35
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 35
5.2 Saran .......................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 36
LAMPIRAN ........................................................................................................ 41

viii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Rata-rata tinggi tanaman 28 HST (cm) bawang merah pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos .... 19

2. Rata-rata jumlah umbi per rumpun bawang merah pada


berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos .... 21
Lampiran
1a. Tinggi tanaman (cm) bawang merah pada berbagai konsentrasi
air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos .................... 42

1b. Sidik Ragam tinggi tanaman bawang merah pada berbagai


konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos . 42

2a. Jumlah daun (helai) bawang merah pada berbagai konsentrasi


air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos .................... 43

2b. Sidik Ragam jumlah daun bawang merah pada berbagai


konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos . 43

3a. Jumlah umbi per rumpun (umbi) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos . 44

3b. Sidik Ragam jumlah umbi per rumpun bawang merah pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos................................................................................. 44

4a. Diameter umbi (mm) bawang merah pada berbagai konsentrasi


air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos .................... 45

4b. Sidik Ragam diameter umbi bawang merah pada berbagai


konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos . 45

5a. Susut umbi (g) bawang merah pada berbagai konsentrasi air
kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos ......................... 46

5b. Sidik Ragam susut umbi bawang merah pada berbagai


konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos . 46

5c. Susut umbi (g) bawang merah pada berbagai konsentrasi air
kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos setelah di
Transformasi ke √ 𝑋 ..................................................................... 47

5d. Sidik Ragam susut umbi bawang merah pada berbagai


konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos
setelah di Transformasi ke √ 𝑋 ..................................................... 47

ix
6a. Bobot per umbi segar (g) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos . 48

6b. Sidik Ragam bobot per umbi segar bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos . 48

7a. Bobot per umbi kering (g) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos . 49

7b. Sidik Ragam bobot per umbi kering bawang merah pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos................................................................................. 49

8a. Bobot umbi segar per rumpun (g) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos . 50

8b. Sidik Ragam bobot umbi segar per rumpun bawang merah pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos................................................................................. 50

9a. Bobot umbi kering per rumpun (g) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos . 51

9b. Sidik Ragam Bobot umbi kering per rumpun bawang merah
pada berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos................................................................................. 51

10a. Bobot brangkasan segar (g) bawang merah pada berbagai


konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos . 52

10b. Sidik Ragam bobot brangkasan segar bawang merah pada


berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos................................................................................. 52

11a. Bobot brangkasan kering (g) bawang merah pada berbagai


konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos . 53

11b. Sidik Ragam bobot brangkasan kering bawang merah pada


berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos................................................................................. 53

12a. Produksi per petak (g) bawang merah pada berbagai konsentrasi
air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos .................... 54

12b. Sidik Ragam produksi per petak bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos . 54

x
13a. Produksi per hektar (ton) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos . 55

13b. Sidik Ragam produksi per hektar bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos . 55

14a. Grade umbi I (besar) bawang merah pada berbagai konsentrasi


air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos .................... 56

14b. Sidik Ragam grade umbi I bawang merah pada berbagai


konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos . 56

14c. Grade umbi I (besar) bawang merah pada berbagai konsentrasi


air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos setelah di
Transformasi ke √ 𝑋 ..................................................................... 57

14d. Sidik Ragam grade umbi I bawang merah pada berbagai


konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos
setelah di Transformasi ke √ 𝑋 ..................................................... 57

15a. Grade umbi II (sedang) bawang merah pada berbagai


konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos . 58

15b. Sidik Ragam grade umbi II bawang merah pada berbagai


konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos . 58

16a. Grade umbi III (kecil) bawang merah pada berbagai konsentrasi
air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos .................... 59

16b. Sidik Ragam grade umbi III bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos . 59

16c. Grade umbi III (kecil) bawang merah pada berbagai konsentrasi
air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos setelah di
Transformasi ke √ 𝑋 ..................................................................... 60

16d. Sidik Ragam grade umbi III bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos
setelah di Transformasi ke √ 𝑋 ..................................................... 60

17. Hasil Analisis Tanah Sebelum Tanam .......................................... 62

18. Hasil Analisis Kandungan N,P dan K air kelapa muda


fermentasi ...................................................................................... 63

19. Hasil Analisis Laboratorium Vermikompos Kotoran Kuda ......... 64

20. Deskripsi Tanaman Bawang Merah Varietas Lokana .................. 65

xi
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Diagram Batang jumlah daun bawang merah 28 HST (helai) pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos ......... 20

2. Diagram Batang diameter umbi bawang merah (mm) pada berbagai


konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos........................ 22

3. Diagram Batang susut umbi bawang merah (g) pada berbagai


konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos........................ 22

4. Diagram Batang bobot per umbi segar bawang merah (g) pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos ......... 23

5. Diagram Batang bobot per umbi kering bawang merah (g) pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos ......... 24

6. Diagram Batang bobot umbi segar per rumpun bawang merah (g)
pada berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos 25

7. Diagram Batang bobot umbi kering per rumpun bawang merah (g)
pada berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos 25

8. Diagram Batang bobot brangkasan segar bawang merah (g) pada


berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos ......... 26

9. Diagram Batang bobot brangkasan kering (g) pada berbagai


konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos........................ 27

10. Diagram Batang produksi per petak (g) pada berbagai konsentrasi
air kelapa muda dan dosis vermikompos ........................................... 28

11. Diagram Batang produksi per hektar (ton) pada berbagai


konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos........................ 28

12. Diagram Batang grade umbi I bawang merah (besar) (%) pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos ......... 29

13. Diagram Batang grade umbi II bawang merah (sedang) (%) pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos ......... 30

14. Diagram Batang grade umbi III bawang merah (kecil) (%) pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos ......... 31

xii
Lampiran
1. Denah percobaan di lapangan ............................................................ 61
2a. Pengumpulan air kelapa muda ........................................................... 68
2b. Air kelapa muda hasil fermentasi ...................................................... 68
3a. Pupuk vermikompos .......................................................................... 68
3b. Persiapan lahan .................................................................................. 68
4a. Bibit tanaman bawang merah ............................................................ 68
4b. Penanaman bawang merah ................................................................ 68
5a. Pengaplikasian air kelapa muda fermentasi ....................................... 68
5b. Pengaplikasian vermikompos ............................................................ 68
6a. Mengukur tinggi tanaman dan menghitung jumlah daun .................. 69
6b. Mengukur diameter umbi bawang merah .......................................... 69

xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bawang Merah (Allium ascalonicum L) merupakan produk tanaman
eksisting yang memberikan manfaat bagi masyarakat baik dari segi nilai ekonomi
tinggi maupun kandungan gizinya. Produk ini juga menjadi sumber pendapatan
dan lapangan kerja yang berkontribusi terhadap pembangunan perekonomian
daerah. Meskipun minat petani dalam menanam bawang merah sangat tinggi,
namun masih terdapat berbagai kendala dalam sistem budidayanya, baik secara
teknis maupun ekonomis.
Bawang merah termasuk dalam familia Lilyaceae yang bermula di Asia
Tengah dan merupakan produk populer yang digunakan sebagai penyedap
makanan. Selain itu, bawang merah juga mengandung nutrisi dan senyawa yang
tergolong non nutrisi dan enzim yang bermanfaat untuk penyembuhan dan
meningkatkan imunitas tubuh manusia. Kebutuhan bawang merah di Indonesia
setiap tahunnya mengalami peningkatan sebesar 5%, seiring dengan peningkatan
jumlah penduduk Indonesia yang juga mengalami peningkatan yang kuat setiap
tahunnya (Permana, 2021).
Kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah yang cukup tinggi, serta
banyak dibutuhkan sebagai bahan pelengkap bumbu masakan oleh masyarakat,
hal ini sejalan dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia. Konsumsi barang
merah perkapita mengalami kenaikan sebesar 2.53%/tahun. Permintaan bawang
merah cenderung meningkat setiap saat sementara produksi bawang merah
bersifat musiman, kondisi ini menyebabkan terjadinya gejolak karena adanya
senjang (gap) antara pasokan (suplai) dan permintaan sehingga dapat
menyebabkan gejolak harga antar waktu. Menurut Baithi (2016) ketersediaan
bawang merah selama ini dapat disediakan dari produksi dalam negeri, namun
karena adanya kesenjangan antara permintaan dan penawaran, menyebabkan
Indonesia harus mengimpor bawang merah guna untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.

1
Salah satu daerah penghasil bawang merah terbesar di Indonesia saat ini
adalah Sulawesi Selatan. Sejak tahun 2011-2020, daerah tersebut mengalami
perubahan dan peningkatan produksi bawang merah setiap tahunnya meskipun
tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan pasar. Harga bawang merah di Sulawesi
Selatan relatif murah yang dapat menjadi contoh bagi daerah lain, khususnya bagi
daerah yang tidak memproduksi bawang merah. (Nadillah, 2022).
Luas panen bawang merah tahun 2020 mengalami peningkatan seluas
186.700 ha, menyebabkan produksi bawang merah juga meningkat menjadi
1.815.445 ton/ha, tetapi produktivitasnya mengalami penurunan menjadi 9,72
ton/ha, dibandingkan pada tahun 2019 dengan luas lahan sebesar 159.195 ha
dengan tingkat produktivitas bawang merah sebesar 9,93 ton/ha (Laili dan
Fauzyah, 2022).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi bawang merah
nasional sebesar 1.815.445 ton pada tahun 2020. Sulawesi Selatan merupakan
salah satu Provinsi dengan tingkat produksi bawang merah tertinggi di Indonesia
setelah Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, dan
Sumatera Barat mencapai 124.381 ton pada tahun 2020 (BPS, 2021). Tingkat
produksi ini merupakan yang pertama dibandingkan jenis sayuran lainnya yang
mencapai sekitar 25,42% dari total produksi sayuran di Provinsi Sulawesi Selatan
(BPS Sulawesi Selatan, 2021).
Menurut Pasaribu dkk (2013), konsumsi bawang merah penduduk
Indonesia rata-rata mencapai 2,76 kg/kapita/tahun, sehingga permintaan bawang
merah akan terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan kebutuhan
masyarakat. Pertambahan jumlah penduduk dan semakin berkembangnya industri
makanan, maka kebutuhan terhadap bawang merah juga semakin meningkat yang
merupakan peluang pasar dan dapat menjadi motivasi bagi petani untuk terus
memproduksi bawang merah.
Permasalahan yang terjadi pada lahan saat ini adalah kurangnya bahan
organik di dalam tanah yang disebabkan oleh tingginya penggunaan pupuk kimia
sehingga mengakibatkan rendahnya kesuburan tanah yang dapat mempengaruhi
produktivitas tanaman yang dibudidayakan. Untuk mendapatkan hasil produksi

2
yang baik, maka pertumbuhan tanaman harus diperhatikan seperti penggunaan
bahan organik. Pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian yang dalam
proses budidayanya menggunakan bahan-bahan organik sebagai input bagi
tanaman. Manfaat dari penggunaan bahan organik untuk pertanian adalah untuk
mengurangi pemakaian pupuk kimia, memperbaiki kualitas tanah dan
memperbaiki struktur tanah (Tiwery, 2014).
Salah satu pupuk organik yang bisa digunakan untuk tanaman bawang
merah saat ini adalah pemberian air kelapa yang telah difermentasi. Permasalahan
dari pemanfaatan air kelapa pada saat ini dikarenakan air kelapa lebih banyak
dibuang bersama limbah rumah tangga lainnya daripada dimanfaatkan sebagai
pupuk organik. Beberapa faktor penyebab kurangnya minat masyarakat dalam
pemanfaatan air kelapa, antara lain terbatasnya pengetahuan mereka tentang
kandungan zat-zat penting dalam air kelapa, padahal air kelapa mengandung
hormon auksin dan sitokinin, kedua hormon ini penting dalam pertumbuhan pada
tanaman (Yuliawati, 2006).
Air kelapa merupakan salah satu produk tanaman yang dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik, yang dapat meningkatkan pertumbuhan
pada tanaman. Kandungan hara yang terdapat dalam air kelapa yaitu Natrium
(Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), fosfor (P), ferum (Fe), sulfur (S) dan
cuprum (Cu). Selain mineral, air kelapa juga kaya akan vitamin seperti asam
sitrat, asam nikotinat, asam fosfat, riboflavin, dan thiamin (Neny, 2017).
Pembuatan pupuk organik dari air kelapa dengan bahan baku utama
limbah air kelapa ini melalui proses fermentasi. Proses fermentasi secara
sederhana dapat diartikan sebagai proses penguraian zat kompleks menjadi bentuk
yang lebih sederhana. Proses fermentasi berlangsung dengan bantuan mikroba dan
bahan bioaktivator sebagai pengurai senyawa terikat dalam tanah (Ariska, 2021).
Hasil penelitian Muti’ah (2022) menunjukkan bahwa perlakuan dengan air
kelapa fermentasi 30% memberikan hasil tertinggi tanaman bawang merah pada
parameter jumlah daun (8,17 helai), diameter umbi (36,84 mm), bobot brangkasan
segar (72,28 g), bobot brangkasan kering (52. 25 g) dan berat umbi kering (46,00
g).

3
Selain penggunaan pupuk organik dari air kelapa yang dapat memberikan
nutrisi bagi tanaman juga diperlukan perbaikan sifat fisik tanah antara lain struktur
tanah dikarenakan selama ini penggunaan pupuk kimia yang terlalu tinggi
mengakibatkan struktur tanah menjadi rusak dan membuat organisme yang ada
didalam tanah menjadi mati. Salah satu solusi untuk memperbaiki hal tersebut
yaitu dengan menggunakan bahan dari alam seperti pemberian vermikompos.
Vermikompos adalah kompos yang diperoleh dari hasil perombakan
bahan-bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah, dan merupakan campuran
kotoran cacing tanah (casting) dengan sisa media atau pakan dalam budidaya
cacing tanah. Vermikompos merupakan pupuk organik yang sangat ramah
lingkungan serta memiliki keunggulan tersendiri (Mashur, 2001).
Bahan pembuatan vermikompos atau kascing berasal dari bahan organik
seperti jerami padi, kotoran ternak (sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, ayam
dan isi rumen), sampah pasar dan sampah rumah tangga. Sebelum digunakan
sebagai media,bahan organik tersebut disimpan terlebih dahulu selama kurang
lebih tiga minggu. Setelah bahan media difermentasi dan kondisinya sesuai,
cacing tanah dapat dibudidayakan. Jenis cacing tanah yang dapat digunakan
adalah Eisenia foetida atau Lumbricus rubellus. Budidaya vermikompos atau
kascing dapat dilakukan selama 40 hari untuk siklus pertumbuhan dan reproduksi
cacing, setelah itu bisa dilakukan pemanenan (Mashur, 2001).
Vermikompos dari cacing tanah Lumbricus rubellus mengandung C
20,20%, N 1,58%, C/N 13, P 70,30 mg/100g, K 21,80 mg/100g, Ca 34,99
mg/100g, Mg 21,43 mg/100g, S153,70 mg/kg, Fe 13,50 mg/kg, Mn 661,50
mg/kg, Na 15,40 mg/kg, Cu 1,7 mg/kg, Zn 33,55 mg/kg, Bo 34,37 mg/kg dan pH
6,6-7,5. Unsur-unsur tersebut dapat diserap oleh tanaman dan sangat berguna
untuk pertumbuhan dan produksinya (Siswanto, 2004).
Manfaat dari vermikompos adalah dapat memberikan unsur hara pada
tanaman, memperbaiki struktur tanah, menurunkan pH tanah, dan meningkatkan
kapasitas retensi air sebesar 40-60%. Hal tersebut dikarenakan komposisi kascing
mempunyai pori-pori yang mampu menyerap dan menyimpan air sehingga
mampu menjaga kelembaban tanah. (Mashur, 2001).

4
Menurut hasil penelitian Muhammad (2023) bahwa pemberian
vermikompos dengan dosis 15 ton/ha pada tanaman bawang merah varietas
Sanren F1 memberikan produktivitas tertinggi yaitu 10,6 ton/ha.
Keterkaitan antara konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan
vermikompos yaitu sama-sama berperan sebagai sumber unsur hara. Air kelapa
mengandung unsur hara Natrium, magnesium, ferum, cuprum, fosfor, sulfur, dan
kalium. Air kelapa juga mengandung 2 hormon alami yaitu hormon auksin dan
sitokinin. Perpaduan dari penambahan vermikompos dan tanah dapat membuat
tanah menjadi subur, serapan nutrisi lebih baik, dan pertumbuhan dan hasil
produksi tanaman meningkat (Hasyim et al., 2014).
Berdasarkan Uraian diatas maka penulis melakukan penelitian mengenai
“Pengaruh Air Kelapa Muda Fermentasi dan Vermikompos Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L)”
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari Penelitian ini yaitu untuk menganalisa pengaruh pemberian air
kelapa muda fermentasi dan vermikompos terhadap pertumbuhan dan produksi
bawang merah
Manfaat dari Penelitian ini yaitu diharapkan pemberian air kelapa muda
fermentasi dan vermikompos dapat memberikan hasil pertumbuhan yang baik dan
produksi yang tinggi pada tanaman bawang merah
1.3 Hipotesis
1. Terdapat satu atau lebih interaksi antara fermentasi air kelapa dan
vermikompos terhadap pertumbuhan dan produksi terbaik pada tanaman
bawang merah
2. Terdapat satu atau lebih konsentrasi air kelapa fermentasi yang dapat
memberikan pertumbuhan dan produksi terbaik pada tanaman bawang
merah
3. Terdapat satu atau lebih dosis vermikompos yang dapat memberikan
pertumbuhan dan produksi terbaik pada tanaman bawang merah

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Syarat Tumbuh Bawang Merah
Bawang merah dapat tumbuh subur dan menghasilkan hasil yang baik di
mana pun mulai dari pegunungan hingga dataran rendah karena bawang merah
merupakan tanaman yang membutuhkan sinar matahari panjang (long day plant),
maka hasil terbaik dihasilkan di dataran rendah yang didukung oleh kondisi iklim
seperti daerah terbuka dan menerima sinar matahari 70%. Laju fotosintesis
dipengaruhi secara positif oleh angin sepoi-sepoi, dan hasil umbi pun akan
meningkat. Budidaya bawang merah yang paling baik adalah daerah yang
beriklim kering yang cerah dengan suhu udara panas, tempatnya yang terbuka,
tidak berkabut dan angin sepoi-sepoi. Daerah yang cukup mendapat sinar matahari
juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih dari
12 jam, tempat-tempat yang terlindung dari sinar matahari dapat menyebabkan
pembentukan umbinya kurang baik dan berukuran kecil (Syawal, 2019). Akan
tetapi bawang merah yang ditanam di ketinggian 800 – 900 m diatas permukaan
laut hasilnya kurang maksimal. Selain umur panennya yang lebih panjang umbi
yang dihasilkan pun kecil. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
bawang merah adalah 300 – 2.500 mm per tahun, dengan intensitas matahari
penuh (Rukmana, 2005).
Tanaman bawang merah dapat tumbuh lebih baik di daerah beriklim panas
serta peka terhadap curah hujan yang tinggi dan cuaca berkabut. Tanaman bawang
merah juga memerlukan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal
70% cahaya matahari), suhu 25 sampai 32°C, dan kelembaban nisbi 50 hingga
70% (Syawal, 2019). Rosenfield dkk, (2002) dalam Muhammad (2016)
menunjukkan bahwa pertumbuhan bawang merah meningkat pada suhu 18°C -
21°C, sedangkan diatas suhu 30°C pertumbuhan daun menurun dan
perkembangan rasa menguat didalam umbi yang menurunkan kualitas pemasaran.
Suhu optimal tersebut umumnya terdapat didaerah iklim sedang, sedangkan untuk
sentra bawang merah di Indonesia umumnya didataran tinggi (Baharuddin, 2018).
Tanaman bawang merah membutuhkan tanah dengan tekstur sedang

6
hingga liat, pH tanah sangat baik (5,6 hingga 6,5), kandungan bahan organik, serta
drainase dan aerasi yang baik. Tanah aluvial atau campuran tanah humus
merupakan tanah yang ideal untuk tanaman bawang merah (Hanafiah, 2008).
Tanaman bawang merah lebih baik pertumbuhannya pada tanah yang gembur,
subur, dan banyak mengandung bahan-bahan organik. Tanah yang sesuai bagi
pertumbuhan bawang merah adalah tanah lempung berdebu atau lempung
berpasir, yang terpenting keadaan air tanahnya tidak menggenang. Pada lahan
yang sering tergenang harus dibuat saluran pembuangan air (drainase) yang baik
(Sartono, 2009).
2.2 Air Kelapa Muda Fermentasi
Upaya untuk meningkatkan produksi tanaman bawang merah yaitu
diperlukan pupuk organik berkualitas tinggi. Proses produksinya harus dilanjutkan
dengan menggunakan perusahaan pengadaan pupuk yang murah dan berteknologi
sederhana. Pupuk organik ini bisa diperoleh dari air beras, air kelapa, ampas
tempe, atau ampas tahu dimana saja. Banyak karya ilmiah yang menegaskan
bahwa air kelapa merupakan sumber kaya nutrisi yang penting untuk
pertumbuhan tanaman.
Menurut Effendy et al. (2019) salah satu upaya dalam menambah hasil
produksi tanaman adalah dengan cara memperbaiki kesuburan tanah melalui
pemberian pupuk organik. Pupuk organik berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan
dan makhluk hidup lainnya, seperti pupuk hijau dan kompos berbentuk cair
maupun padat. Jenis pupuk organik yang digunakan pada penelitian ini yaitu
fermentasi air kelapa. Air kelapa merupakan salah satu produk tanaman yang
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Menurut Manuel
(2017) bahwa produksi air kelapa cukup berlimpah di Indonesia, namun belum
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga masih banyak air kelapa yang
terbuang percuma dan buangan air kelapa dapat menimbulkan polusi asam asetat.
Air kelapa juga merupakan salah satu sumber hormon alami auksin dan
sitokinin, yang merupakan hormon untuk memacu pertumbuhan. Air kelapa juga
mengandung potassium, kalium yang tinggi, dan kandungan mineral lain natrium
(Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P), sulfur

7
(S), dengan takaran 150 ml/liter. Kandungan inilah, sehingga air kelapa dapat
dijadikan salah satu bahan untuk membuat pupuk organik oleh hampir semua
produk pupuk pabrikan. Air kelapa ditemukan mengandung beberapa hormon
seperti hormon giberelin (0,460 ppm GA3, 0,255 ppm GA5, 0,053 ppm GA7),
hormon sitokinin (0,441 ppm kinetin, 0,247 ppm zeatin), dan hormon auksin (0
ppm IAA) menurut Djamhuri (2011). Selain itu, air kelapa juga memiliki
kandungan kalium (K) sebesar 14,11 mg/100 ml, kandungan kalsium (Ca) sebesar
24,67 mg/100 ml, dan kandungan nitrogen (N) sebesar 43,00 mg/100 ml, menurut
Kristina dan Syahid (2012).
Berdasarkan hasil penelitian Fulhari (2019), menunjukkan bahwa air
kelapa kaya akan potasium (kalium) hingga 17 %. Air kelapa juga mengandung
gula 1,7 - 2,6 % dan protein 0,07 - 0,55 %. Mineral lainnya antara lain natrium
(Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P) dan
sulfur (S). Selain dari kaya mineral, air kelapa juga mengandung berbagai macam
vitamin seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, asam folat, niacin,
riboflavin, dan thiamin. Air Kelapa merupakan cairan endosperm yang
mengandung senyawa organik, diantaranya adalah auksin dan sitokinin. Auksin
berfungsi dalam menginduksi pemanjangan sel, mempengaruhi dominansi apikal,
penghambatan pucuk aksilar dan adventif serta inisiasi perakaran sedangkan
sitokinin berfungsi merangsang pembelahan sel dalam jaringan dan merangsang
pertumbuhan tunas (Nurman, 2017).
Leovici, dkk (2014) menyatakan bahwa pemberian air kelapa muda
dengan konsentrasi 25% mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman tebu, oleh
karena itu, pemberian air kelapa diharapkan dapat membantu dalam peningkatan
pertumbuhan dan produksi bawang merah.
Hasil penelitian Razuma (2021), juga menunjukkan hubungan antara air
kelapa muda 90% dengan dosis pupuk NPK Mutiara pada tanaman bawang merah
memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter, sedangkan menurut
Hasan (2020), perlakuan kosentrasi air kelapa 30% berpengaruh nyata dalam
meningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah ditandai dengan
bertambahnya tinggi tanaman.

8
2.3 Vermikompos
Vermikompos adalah kompos yang terbuat dari bahan organik yang telah
diurai oleh cacing tanah. Vermikopos adalah campuran yang terbuat dari sisa
media atau pakan ternak yang dipadukan dengan kotoran cacing. Vermikompos
merupakan pupuk organik ramah lingkungan yang menghimpun keunggulan
tersendiri dibanding kompos lain yang telah banyak dikenal dikalangan
masyarakat (Suparno, 2019).
Kandungan unsur hara makro yang terdapat dalam vermikompos yakni N,
P, K, Ca, Mg, S, dan usnur hara mikro yakni Fe, Mn, AI, Na, Cu, Zn, Bo, dan Mo.
Adanya kandungan nutrisi dalam vermikompos dapat mendukung pertumbuhan
mikroba tanah. Mikroorganisme ini berperan dalam mengurai bahan organik
menjadi senyawa yang lebih sederhana, sehingga memberikan nutrisi yang lebih
mudah diserap oleh tanaman. Selain itu, mikroba tanah juga dapat meningkatkan
struktur tanah dan menghasilkan senyawa organik tambahan melalui aktivitas
metabolik. Menurut Mulat (2003), vermikompos atau kascing mengandung
mikroorganisme tanah dalam jumlah yang banyak, jumlah mikroorganisme yang
banyak dan aktifitasnya yang tinggi bisa mempercepat mineralisasi atau pelepasan
unsur-unsur hara dari kotoran cacing menjadi bentuk tersedia bagi tanaman.
Kandungan enzim juga terdapat dalam vemikompos diantaranya amylase,
lipase, selulase dan kitinase berperan dalam memecah bahan organik dalam tanah
yang berperan untuk melepaskan nutrisi dan membuatnya tersedia bagi akar
tanaman serta dapat meningkatkan kadar enzim penting lainnya seperti asam
alkali fosfatase, tanah dehydrogenase dan urease. Jenis media atau pakan yang
digunakan, umur vermikompos dan jenis cacing akan mempengaruhi kualitas
vermikompos. Vermikompos juga sangat sesuai untuk pertumbuhan tanaman
karena mengandung auksin serta sangat baik untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesuburan tanah, cara aplikasinya dapat dicampurkan dengan
media tanam atau diberikan disekitar perakaran tanaman (Latupeirissa, 2011).
Penanaman bawang merah dengan tujuan mencapai hasil tinggi
melibatkan penggunaan varietas unggul disertai pemberian vermikompos atau
kascing. Selain meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang merah,

9
vermikompos dapat meningkatkan pH dan rasio C organik tanah dataran tinggi
(Aryani et al, 2019).
Berdasarkan hasil penelitian Faried dkk (2021), bahwa pemberian
vermikompos dengan dosis 15t/ha memberikan hasil yang terbaik pada parameter
tinggi tanaman 20 HST (19,27 cm), jumlah daun 50 HST (6,56 helai), jumlah
umbi (1,46), bobot brangkasan segar (6,10 g), bobot brangkasan kering (0,92 g),
bobot umbi segar (24,01 g), bobot umbi kering (18,91 g), dan diameter umbi segar
(27,19 mm).
Hasil penelitian Ajeng (2023), menunjukkan bahwa perlakuan interaksi
antara pemberian vermikompos 10 ton/ha dengan pupuk KNO3 114 kg/ha
memberikan pengaruh nyata terhadap berat umbi segar dan berat umbi kering
simpan tanaman bawang merah pada lahan kering. Sedangkan pada perlakuan
tunggal pemberian vermikompos pada dosis 15 ton/ha memberikan pengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, berat umbi segar per
rumpun dan berat umbi kering simpan per rumpun tanaman bawang merah pada
lahan kering.

10
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari Februari – Juni 2023 yang bertempat di
Tompolando, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi
Selatan dengan ketinggian tempat ±500 mdpl dengan jenis tanah Grumosol, Suhu
31°C.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : traktor, cangkul, parang,
knapsack sprayer, gembor, meteran, pisau, gunting, tali, tugal, kamera, alat tulis,
timbangan digital, saringan, botol aqua 1,5L, jangka sorong.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bibit umbi bawang
merah varietas lokana, air, pupuk vermikompos, air kelapa muda, fungisida
Octave 50WP, fungisida antracol 70WP, fungisida score 250EC, herbisida pra
tumbuh GOL ma 240EC, insektisida meurtieur 30EC, insektisida decis 25EC,
pupuk NPK Pak Tani dan ZA, gula pasir.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Faktorial 2 Faktor (F2F)
dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sebagai rancangan lingkungannya.
Faktor Pertama adalah Konsentrasi Fermentasi Air kelapa (K) terdiri atas 4 taraf
yaitu : konsentrasi 0% (Kontrol) (k0), 20% (k1), 40% (k2), dan 60% (k3)
Faktor kedua adalah dosis Vermikompos (T) yang terdiri atas 3 taraf yaitu :
5 Ton/ha setara dengan 630 g/petak (t1), 10 Ton/ha setara dengan 1,26 kg/petak
(t2), dan 15 Ton/ha setara dengan 1,89 kg/petak (t3).
Berdasarkan jumlah taraf dari kedua faktor, maka diperoleh 12 kombinasi
perlakuan yaitu sebagai berikut :
k0v1 k0v2 k0v3
k1v1 k1v2 k1v3
k2v1 k2v2 k2v3

11
k3v1 k3v2 k3v3

Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali,


sehingga diperoleh 36 petak percobaan, dengan ukuran petak yaitu 105 cm x 120
cm. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Probability Sampling
menggunakan Sampel Acak Sederhana. Setiap petak diambil sampel 10% dari
jumlah populasi setiap petak untuk diamati sehingga terdapat 0,1 x 56 = 6
tanaman sampel per petak. Jumlah sampel percobaan sebanyak 6 x 36 petak = 216
tanaman.
Data dikumpulkan kemudian ditabulasi dalam bentuk tabel, dan
selanjutnya diuji hipotesisnya menggunakan Analysis of variance (ANOVA).
Apabila perlakuan berpengaruh nyata (F hitung > F Tabel) terhadap parameter
yang diamati, maka dilanjutkan dengan uji perbandingan menggunakan uji beda
nyata jujur (BNJ) pada taraf kepercayaan 95% atau α = 0,05.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pengolahan Air Kelapa Muda Fermentasi
Pengolahan air kelapa dilakukan berdasarkan pemanfaatan air kelapa
sebagai Fermentasi dalam penelitian Ulfa (2014). Tahapannya yaitu: (1) air kelapa
muda disiapkan yang berasal dari satu pohon yang sama, jenis kelapa hijau; (2) 1
liter air kelapa muda ditambah 1 liter aquades dicampur kemudian di aduk (3) 10
g gula pasir dilarutkan dalam 1 liter air kelapa muda lalu diaduk kemudian
disaring untuk memastikan tidak ada butir gula yang tertinggal; (4) memasukkan
kedalam wadah berupa botol 1,5 L, wadah hanya diisi setinggi 80% bagian agar
ada ruang untuk menampung gas hasil fermentasi; (5) wadah ditutup dengan rapat
dan disimpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari; (6) setelah 5 hari, tutup
botol dibuka perlahan dan setelahnya dilakukan setiap 2 hari sekali untuk
membuang gas berlebih hasil fermentasi; (7) fermentasi dilakukan selama 15 hari,
kriteria siap digunakan yaitu larutan sudah beraroma harum seperti alkohol.
3.4.2 Pengolahan Vermikompos
Vermikompos dibuat dengan cara menumbuhkan cacing tanah selama empat
minggu. Cara budidayanya dilakukan dengan mencampurkan 50 kg tanah, 50 kg

12
kotoran kuda, dan 37,5 kg cacing tanah dewasa berukuran panjang 5 hingga 7 cm.
Pemberian pakan cacing dilakukan dua kali sehari dengan memberi potongan tahu
sebanyak 5 kg. Budidaya cacing dilakukan dengan cara dicampur sambil memberi
makan dan menyebarkan makanan di atas tumpukan bahan. Setelah 4 minggu,
kascing dari masing-masing tangki dikumpulkan dengan cara menggali
permukaan tanah sedalam 1-2 cm menggunakan triplek dan ukuran tangki
penangkaran 1 x 2 m. Hasil kascing dianalisis kandungan nutrisinya seperti N, P,
K, C organik, C/N Ratio dan pH di Laboratorium Tanah, Tanaman, Pupuk, Air.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sulawesi Selatan.
3.4.3 Analisis Tanah
Hal yang dilakukan sebelum melaksanakan penanaman adalah
menganalisis sampel tanah. Analisis tanah awal dilakukan pada saat tanah belum
diolah dengan cara mengambil sampel tanah dari daerah penelitian. Sampel tanah
diambil sebanyak 1 kg, diambil secara acak dari enam sisi yang berbeda dan
digabungkan. Sampel tanah dianalisis di Laboratorium Ilmu Tanah Unhas.
3.4.4 Persiapan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan dengan cara areal lahan penelitian
dibersihkan dari gulma, sampah, dan kotoran lainnya, kemudian tanah diolah
menggunakan traktor dan dilakukan pembuatan bedengan menggunakan cangkul
dengan ukuran 105 cm x 120 cm dengan tinggi bedengan 20 cm dan jarak antar
bedengan 50 cm dilakukan sebanyak 36 petak. Penyemprotan herbisida pra
tumbuh GOL ma 240 EC dengan dosis 1,5 - 2,5 l/ha.
3.4.5 Persiapan Bahan Tanam
Bibit umbi bawang merah Varietas Lokana digunakan sebagai bahan
tanam. Bibit yang digunakan adalah bibit yang sehat dan tampak segar (keras,
tidak keriput dan memiliki warna yang cerah), telah disimpan selama 3 bulan
sejak panen.
3.4.6 Penanaman
Penanaman bawang merah dilakukan dengan cara menggali sela-sela
tanaman pada kedalaman 5 cm dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm. Sebelum bibit

13
umbi bawang merah ditanam, kulit bibit yang mengering dibersihkan terlebih
dahulu dan setiap lubang tanam dimasukkan 1 umbi bawang merah yang telah
dipotong ujungnya kurang lebih 1/4 bagian dari umbi tersebut, kemudian ditutup
rata dengan tanah.
3.4.7 Penyiraman
Dalam sehari penyiraman dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pagi dan sore
untuk awal pertumbuhan bawang merah karena pada tahap ini tanaman sangat
membutuhkan air yang cukup.
3.4.8 Pengaplikasian Air Kelapa Muda Fermentasi
Air kelapa diaplikasikan pada saat tanaman berumur 14, 21, 28, 35, 42,
49, dan 56 HST dengan cara diencerkan terlebih dahulu dengan air sesuai dengan
perlakuan yakni konsentrasi 0%, 20%, 40%, dan 60%. Air kelapa diaplikasikan
dengan cara disemprotkan secara merata pada tanaman bawang merah. Volume
semprotan per petak disesuaikan dengan umur tanaman sehingga volume aplikasi
berturut-turut yaitu 500 mL, 600 mL, 700 mL, 800 mL, 900 mL, 1.000 mL, dan
1.100 mL per petak.
3.4.9 Pengaplikasian Vermikompos
Vermikompos diaplikasikan pada saat penanaman dengan cara mengambil
Vermikompos yang telah jadi sesuai dengan perlakuan yakni 5 ton/ ha atau setara
dengan 0,63 kg/petak (11,25 g/tanaman), 10 ton/ha atau setara dengan 1.26
kg/petak (22,5 g/tanaman) dan 15 ton/ha atau setara dengan 1.89 kg/petak (33,75
g/tanaman). Vermikompos diaplikasikan dengan cara menabur vermikompos pada
tiap lubang tanaman.
3.4.10 Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK Pak Tani
sebanyak 400 kg/ha dan pupuk ZA sebanyak 150 kg/ha yang masing-masing
diaplikasikan sebanyak 3 kali. Pemupukan I diaplikasikan pada saat tanaman
berumur 11 HST menggunakan 1/3 dosis pupuk NPK dan ZA, pupuk susulan II
pada saat tanaman berumur 24 HST menggunakan 1/3 dosis pupuk NPK dan ZA,
dan pupuk susulan III pada saat tanaman berumur 45 HST menggunakan 1/3 dosis
pupuk NPK dan ZA. Adapun perhitungan dosis pemupukan per petak pada lahan

14
1 ha untuk pupuk NPK Pak Tani yaitu 50,4 g/petak dan ZA yaitu 18,9 g/petak.
Pemberian pupuk dilakukan dengan cara dibuat larikan terlebih dahulu, kemudian
pupuk ditabur pada larikan tersebut, dan ditutup kembali dengan tanah.
3.4.11 Pemeliharaan
Dalam pemeliharaan mencakup 4 proses seperti penyulaman, penyiangan,
pembubunan dan pengendalian hama penyakit. Pada awal pertumbuhan sampai
umur 7 HST dapat dilakukan penyulaman. Dengan cara membuat cadangan
tanaman yang di tanam di petakan sulaman. Selama pertumbuhan tanaman
penyiangan dapat dilakukan sebanyak 3 kali yaitu 14 HST, 28 HST, 42 HST.
Setelah penyiangan proses pembumbunan juga dapat dilakukan, sedangkan untuk
pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada tanaman terserang hama seperti
ulat, serangga maupun penyakit seperti layu fusarium, antraknosa atau yang lain,
dilakukan dengan cara disemprot insektisida Meurtieur 30 EC dengan konsentrasi
2 mL/L apabila dijumpai ulat, dan fungisida Octave 50 WP dengan konsentrasi 2
g/L setiap 2 kali seminggu.
3.4.12 Panen
Pada saat tanaman memiliki ciri-ciri sebagai berikut; 60% leher batang
lembek, tanaman jatuh ke permukaan tanah, daun menguning, umbi membesar
dan sebagian umbi telah muncul ke permukaan tanah, dan warna umbi mengkilap
maka tanaman bawang merah sudah siap untuk dipanen. Panen bawang merah
dilakukan dengan cara mencabut, kemudian membersihkan dari segala kotoran
dan dikeringanginkan selama 10 hari sampai daun pada tanaman bawang merah
telah kering.
3.5 Parameter Pengamatan
3.5.1 Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur menggunakan penggaris dengan cara meletakkan
mistar dari permukaan atas tanah hingga pucuk daun tanaman. Tinggi tanaman
dapat diamati pada umur 2 MST sampai 6 MST dengan jarak waktu 1 minggu
sekali pada 4 tanaman sampel dalam setiap petakan.
3.5.2 Jumlah Daun (helai)
Perhitungan jumlah daun dilakukan pada umur 2 MST sampai 6 MST,

15
dihitung daun yang telah terbentuk sempurna pada tiap tanaman sampel.
3.5.3 Jumlah Umbi per rumpun (umbi)
Jumlah umbi per rumpun dihitung pada saat panen dengan menghitung
semua jumlah umbi per rumpun pada tanaman sampel.
3.5.4 Diameter Umbi (mm)
Diameter umbi diukur pada tanaman sampel setelah tanaman dipanen,
dengan cara diukur menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan pada
bagian tengah umbi secara horizontal.
3.5.5 Grade Umbi
Grade umbi diamati pada seluruh sampel tiap petakan perlakuan yang telah
dikering anginkan selama 10 hari setelah panen, dengan cara mengelompokkan
umbi berdasarkan ukuran diameternya. Fahroji (2017) mengelompokkan umbi
bawang merah menjadi beberapa grade yaitu grade I (> 3 cm), grade II (2 - 3
cm), dan grade III (< 2 cm). Setelah dilakukan grading kemudian dihitung
presentase dari masing-masing grade umbi tersebut.
3.5.6 Susut Umbi (%)
Susut umbi diamati dengan tujuan untuk mengetahui perubahan kadar air
yang terjadi di dalam umbi akibat proses penguapan. Priyanto et al. (2018)
menghitung susut umbi menggunakan rumus berikut.

W awal – W akhir X 100%


Susut Umbi = W awal
Keterangan:
W awal = Bobot per umbi segar
W akhir = Bobot per umbi kering
3.5.7 Bobot Brangkasan Segar (g)
Bobot brangkasan segar diamati pada tanaman sampel setelah tanaman
dipanen, dengan cara menimbang seluruh bagian tanaman menggunakan
timbangan analitik.
3.5.8 Bobot per Umbi Segar (g)
Bobot per umbi segar diamati pada tanaman sampel yang telah dipanen
kemudian bagian umbi saja yang ditimbang menggunakan timbangan analitik.

16
3.5.9 Bobot Umbi Segar per rumpun (g)
Perhitungan bobot umbi per rumpun segar dilakukan pada saat panen,
dengan cara menimbang umbi per rumpun tanaman sampel pada tiap petakan.
3.5.10 Bobot Brangkasan Kering (g)
Bobot brangkasan kering diamati pada tanaman sampel yang telah
dikeringanginkan selama 10 hari setelah panen, kemudian seluruh bagian tanaman
ditimbang menggunakan timbangan analitik.
3.5.10 Bobot per Umbi kering (g)
Perhitungan bobot per umbi kering dilakukan pada saat setelah
dikeringanginkan selama 10 hari, dengan menimbang satu per satu umbi tanaman
sampel pada tiap petakan, hasilnya dijumlahkan semua kemudian di rata-rata kan.
3.5.12 Bobot Umbi Kering per Rumpun (g)
Perhitungan bobot umbi per rumpun kering dilakukan pada saat setelah
dikeringanginkan selama 10 hari, dengan cara menimbang umbi per rumpun
tanaman sampel pada tiap petakan.
3.5.13 Produksi Umbi per Petak (g)
Produksi umbi per petak diamati dengan cara mengakumulasikan bobot
seluruh umbi kering setiap petak perlakuan termasuk tanaman sampel.
3.5.14 Produksi Umbi per Hektare (ton)
Produksi umbi per hektare diamati dengan cara mengkonversi produksi
umbi per petak. Pengonversian dilakukan dengan cara membagi luas lahan 1
hektare dengan luas petak percobaan, kemudian dikalikan dengan produksi umbi
per petak.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tinggi Tanaman 28 HST (cm)

Hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman dan sidik ragam disajikan pada

Tabel Lampiran 1a dan 1b. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi

air kelapa muda dan dosis vermikompos tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi

tanaman sedangkan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap tinggi

tanaman.

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman 28 HST (cm) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos
Konsentrasi air Dosis Vermikompos (ton/ha)
Rata-rata NP BNJ
kelapa muda (%) 5 (v1) 10 (v2) 15 (v3) 0.05
0% (k0) 33.71ab 31.16b 34.76ab 33.21
20% (k1) 35.18ab 33.53ab 32.61b 33.77
3.14
40% (k2) 32.61b 32.67b 35.87a 33.72
60% (k3) 34.18 ab 32.94 ab 33.12 ab 33.41
Rata-rata 33.92 32.58 34.09
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama (a,b,c) berarti berbeda tidak
nyata pada uji BNJ 0.05.

Hasil uji BNJ pada Tabel 1, memperlihatkan bahwa perlakuan konsentrasi

air kelapa muda 40% dengan dosis vermikompos 15 ton/ha (k2v3) memiliki rata-

rata tinggi tanaman tertinggi yaitu 35.87 cm dan berbeda nyata dengan konsentrasi

air kelapa muda 40% dengan dosis vermikompos 10 ton/ha (k2v2), konsentrasi air

kelapa muda 40% dengan dosis vermikompos 5 ton/ha (k2v1), konsentrasi air

18
kelapa muda 20% dengan dosis vermikompos 15 ton/ha (k1v3), dan konsentrasi

air kelapa muda 0% dengan dosis vermikompos 10 ton/ha (k0v2). Tinggi tanaman

terpendek (31.16 cm) terdapat pada konsentrasi air kelapa muda 0% dengan dosis

vermikompos 10 ton/ha (k0v2).

4.1.2 Jumlah Daun 28 HST (helai)

Hasil pengamatan rata-rata jumlah daun dan sidik ragam disajikan pada

Tabel Lampiran 2a dan 2b. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi

air kelapa muda, dosis vermikompos serta interaksi keduanya tidak berpengaruh

nyata terhadap jumlah daun 28 HST.

Gambar 1. Diagram Batang jumlah daun bawang merah 28 HST (helai) pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos

Gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa muda 20%

dengan vermikompos 5 ton/ha (k1v1) cenderung menghasilkan rata-rata jumlah

daun terbanyak yaitu 15,39 helai, sedangkan yang paling rendah yaitu 11,28 helai

terdapat pada perlakuan konsentrasi air kelapa muda 40% dengan vermikompos 5

ton/ha (k2v1).

4.1.3 Jumlah Umbi per Rumpun (umbi)

Hasil pengamatan rata-rata jumlah umbi per rumpun dan sidik ragam

disajikan pada Tabel Lampiran 3a dan 3b. Analisis sidik ragam menunjukkan

bahwa konsentrasi air kelapa muda berpengaruh nyata sedangkan dosis

19
vermikompos serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah

umbi per rumpun.

Tabel 2. Rata-rata jumlah umbi per rumpun (umbi) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos
Konsentrasi air Dosis Vermikompos (ton/ha)
Rata-rata NP BNJ
kelapa muda (%) 5 (v1) 10 (v2) 15 (v3) 0.05
0% (k0) 3.06 3.61 3.00 3.23 b
20% (k1) 4.28 3.78 3.72 3.93a
0.68
40% (k2) 2.87 3.11 3.06 3.01 b
60% (k3) 3.11 3.33 3.94 3.46 ab
Rata-rata 3.33 3.46 3.43
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama (a,b,c) berarti berbeda tidak
nyata pada uji BNJ 0.05.

Hasil uji BNJ pada Tabel 2, memperlihatkan bahwa konsentrasi air kelapa

muda 20% (k1) memiliki rata-rata jumlah umbi per rumpun (umbi) tertinggi yaitu

3.93 umbi, tetapi masih sama dengan konsentrasi air kelapa muda 60% (k3),

namun berbeda nyata dengan konsentrasi air kelapa muda 0% (k0) dan

konsentrasi air kelapa muda 40% (k2). Jumlah umbi per rumpun (umbi) yang

terendah yaitu 3.01 umbi terdapat pada konsentrasi air kelapa 40% (k2).

4.1.4 Diameter Umbi (mm)

Hasil pengamatan diameter umbi dan sidik ragam disajikan pada Tabel

Lampiran 4a dan 4b. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi air

kelapa muda, dosis vermikompos serta interaksi keduanya tidak berpengaruh

nyata terhadap diameter umbi.

20
Gambar 2. Diagram Batang diameter umbi bawang merah (mm) pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos.

Gambar 2 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa muda 60%

dengan vermikompos 5 ton/ha (k3v1) cenderung menghasilkan rata-rata diameter

umbi tertinggi yaitu 29,80 mm, sedangkan yang paling rendah yaitu 25,70 mm

terdapat pada perlakuan konsentrasi air kelapa muda 60% dengan vermikompos

15 ton/ha (k3v3).

4.1.5 Susut Umbi (g)

Hasil pengamatan susut umbi dan sidik ragam disajikan pada Tabel

Lampiran 5a, 5b, 5c dan 5d. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi

air kelapa muda, dosis vermikompos serta interaksi keduanya tidak berpengaruh

nyata terhadap susut umbi.

Gambar 3. Diagram Batang susut umbi bawang merah (g) pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos.

Gambar 3 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa muda 40%

21
dengan vermikompos 5 ton/ha (k2v1) cenderung menghasilkan rata-rata susut

umbi tertinggi yaitu 22,80 g, sedangkan yang paling rendah yaitu 13,20 g terdapat

pada perlakuan konsentrasi air kelapa muda 40% dengan vermikompos 15 ton/ha

(k2v3) dan konsentrasi air kelapa muda 60% dengan vermikompos 10 ton/ha

(k3v2).

4.1.6 Bobot per Umbi Segar (g)

Hasil pengamatan bobot per umbi segar dan sidik ragam disajikan pada

Tabel Lampiran 6a dan 6b. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi

air kelapa muda, dosis vermikompos serta interaksi keduanya tidak berpengaruh

nyata terhadap bobot per umbi segar.

Gambar 4. Diagram Batang bobot per umbi segar bawang merah (g) pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos.

Gambar 4 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa muda 0%

dengan vermikompos 15 ton/ha (k0v3) cenderung menghasilkan rata-rata bobot

per umbi segar tertinggi yaitu 13,90 g, sedangkan yang paling rendah yaitu 9,80 g

terdapat pada perlakuan konsentrasi air kelapa muda 60% dengan vermikompos

15 ton/ha (k3v3).

22
4.1.7 Bobot per Umbi Kering (g)

Hasil pengamatan bobot per umbi kering dan sidik ragam disajikan pada

Tabel Lampiran 7a dan 7b. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi

air kelapa muda, dosis vermikompos serta interaksi keduanya tidak berpengaruh

nyata terhadap bobot per umbi kering.

Gambar 5. Diagram Batang bobot per umbi kering bawang merah (g) pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos.

Gambar 5 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa muda 0%

dengan vermikompos 15 ton/ha (k0v3) cenderung menghasilkan rata-rata bobot

per umbi kering tertinggi yaitu 13,20 g, sedangkan yang paling rendah yaitu 9,40

g terdapat pada perlakuan konsentrasi air kelapa muda 60% dengan vermikompos

15 ton/ha (k3v3).

4.1.8 Bobot Umbi Segar per Rumpun (g)

Hasil pengamatan bobot umbi segar per rumpun dan sidik ragam disajikan

pada Tabel Lampiran 8a dan 8b. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa

konsentrasi air kelapa muda, dosis vermikompos serta interaksi keduanya tidak

berpengaruh nyata terhadap bobot umbi segar per rumpun.

23
Gambar 6. Diagram Batang bobot umbi segar per rumpun (g) pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos.

Gambar 6 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa muda 20%

dengan vermikompos 5 ton/ha (k1v1) cenderung menghasilkan rata-rata bobot

umbi segar per rumpun tertinggi yaitu 47,70 g, sedangkan yang paling rendah

yaitu 32,50 g terdapat pada perlakuan konsentrasi air kelapa muda 40% dengan

vermikompos 5 ton/ha (k2v1).

4.1.9 Bobot Umbi Kering per Rumpun (g)

Hasil pengamatan bobot umbi kering per rumpun dan sidik ragam

disajikan pada Tabel Lampiran 9a dan 9b. Analisis sidik ragam menunjukkan

bahwa konsentrasi air kelapa muda, dosis vermikompos serta interaksi keduanya

tidak berpengaruh nyata terhadap bobot umbi kering per rumpun.

Gambar 7. Diagram Batang bobot umbi kering per rumpun (g) pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos.

24
Gambar 7 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa muda 20%

dengan vermikompos 5 ton/ha (k1v1) cenderung menghasilkan rata-rata bobot

umbi kering per rumpun tertinggi yaitu 45,20 g, sedangkan yang paling rendah

yaitu 30,60 g terdapat pada perlakuan konsentrasi air kelapa muda 40% dengan

vermikompos 5 ton/ha (k2v1).

4.1.10 Bobot Brangkasan Segar (g)

Hasil pengamatan bobot brangkasan segar dan sidik ragam disajikan pada

Tabel Lampiran 10a dan 10b. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa

konsentrasi air kelapa muda, dosis vermikompos serta interaksi keduanya tidak

berpengaruh nyata terhadap bobot brangkasan segar.

Gambar 8. Diagram Batang bobot brangkasan segar bawang merah (g) pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos.

Gambar 8 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa muda 20%

dengan vermikompos 5 ton/ha (k1v1) cenderung menghasilkan rata-rata bobot

brangkasan segar tertinggi yaitu 58,7 g, sedangkan yang paling rendah yaitu 40,2

g terdapat pada perlakuan konsentrasi air kelapa muda 40% dengan vermikompos

10 ton/ha (k2v2).

25
4.1.11 Bobot Brangkasan Kering (g)

Hasil pengamatan bobot brangkasan kering dan sidik ragam disajikan pada

Tabel Lampiran 11a dan 11b. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa

konsentrasi air kelapa muda, dosis vermikompos serta interaksi keduanya tidak

berpengaruh nyata terhadap bobot brangkasan kering.

Gambar 9. Diagram Batang bobot brangkasan kering bawang merah (g) pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos.

Gambar 9 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa muda 20%

dengan vermikompos 5 ton/ha (k1v1) cenderung menghasilkan rata-rata bobot

brangkasan kering tertinggi yaitu 47,3 g, sedangkan yang paling rendah yaitu 31,8

g terdapat pada perlakuan konsentrasi air kelapa muda 40% dengan vermikompos

5 ton/ha (k2v1).

4.1.12 Produksi Umbi per Petak (g)

Hasil pengamatan produksi umbi per petak dan sidik ragam disajikan pada

Tabel Lampiran 12a dan 12b. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa

konsentrasi air kelapa muda, dosis vermikompos serta interaksi keduanya tidak

berpengaruh nyata terhadap produksi umbi per petak.

26
Gambar 10. Diagram Batang produksi umbi per petak bawang merah (g) pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos.

Gambar 10 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa muda 0%

dengan vermikompos 15 ton/ha (k0v3) cenderung menghasilkan rata-rata

produksi umbi per petak tertinggi yaitu 741 g, sedangkan yang paling rendah yaitu

525 g terdapat pada perlakuan konsentrasi air kelapa muda 60% dengan

vermikompos 15 ton/ha (k3v3).

4.1.13 Produksi Umbi per Hektar (ton)

Hasil pengamatan produksi umbi per hektar dan sidik ragam disajikan

pada Tabel Lampiran 13a dan 13b. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa

konsentrasi air kelapa muda, dosis vermikompos serta interaksi keduanya tidak

berpengaruh nyata terhadap produksi umbi per hektar.

Gambar 11. Diagram Batang produksi umbi per hektar bawang merah (ton) pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos.

27
Gambar 11 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa muda 0%

dengan vermikompos 15 ton/ha (k0v3) cenderung menghasilkan rata-rata

produksi umbi per hektar tertinggi yaitu 5,88 ton, sedangkan yang paling rendah

yaitu 4,17 ton terdapat pada perlakuan konsentrasi air kelapa muda 60% dengan

vermikompos 15 ton/ha (k3v3).

4.1.14 Grade Umbi I (Besar) (%)

Hasil pengamatan grade umbi I (besar) dan sidik ragam disajikan pada

Tabel Lampiran 14a, 14b, 14c dan 14d. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa

konsentrasi air kelapa muda, dosis vermikompos serta interaksi keduanya tidak

berpengaruh nyata terhadap grade umbi I (besar).

Gambar 12. Diagram Batang grade umbi I bawang merah (besar) (%) pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos.

Gambar 12 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa muda 0%

dengan vermikompos 15 ton/ha (k0v3) cenderung menghasilkan rata-rata grade

umbi I (besar) tertinggi yaitu 48,86%, sedangkan yang paling rendah yaitu

18,13% terdapat pada perlakuan konsentrasi air kelapa muda 20% dengan

vermikompos 10 ton/ha (k1v2).

28
4.1.14.1 Grade Umbi II (Sedang) (%)

Hasil pengamatan grade umbi II (sedang) (%) dan sidik ragam disajikan

pada Tabel Lampiran 15a dan 15b. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa

konsentrasi air kelapa muda, dosis vermikompos serta interaksi keduanya tidak

berpengaruh nyata terhadap grade umbi II (sedang).

Gambar 13. Diagram Batang grade umbi II bawang merah (sedang) (%) pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos.

Gambar 13 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa muda

60% dengan vermikompos 5 ton/ha (k3v1) cenderung menghasilkan rata-rata

grade umbi II (sedang) tertinggi yaitu 68,81%, sedangkan yang paling rendah

yaitu 50,91% terdapat pada perlakuan konsentrasi air kelapa muda 20% dengan

vermikompos 15 ton/ha (k1v3).

4.1.14.2 Grade Umbi III (Kecil) (%)

Hasil pengamatan grade umbi III (kecil) (%) dan sidik ragam disajikan pada

Tabel Lampiran 16a, 16b, 16c dan 16d. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa

konsentrasi air kelapa muda, dosis vermikompos serta interaksi keduanya tidak

berpengaruh nyata terhadap grade umbi III (kecil).

29
Gambar 14. Diagram Batang grade umbi III bawang merah (kecil) (%) pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos.

Gambar 14 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa muda

60% dengan vermikompos 15 ton/ha (k3v3) cenderung menghasilkan rata-rata

grade umbi III (kecil) tertinggi yaitu 22,38%, sedangkan yang paling rendah yaitu

5,40% terdapat pada perlakuan konsentrasi air kelapa muda 60% dengan

vermikompos 5 ton/ha (k3v1).

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Interaksi

Interaksi pemberian konsentrasi air kelapa muda dan dosis vermikompos

yang diaplikasikan ke tanaman bawang merah, berpengaruh nyata pada parameter:

tinggi tanaman (Tabel 1). Perlakuan pemberian konsentrasi air kelapa muda

fermentasi 40% dengan dosis vermikompos 15 ton/ha memiliki tinggi tanaman

tertinggi yaitu 35.87 cm. Hasil tersebut menyatakan bahwa interaksi konsentrasi

air kelapa muda dan dosis vermikompos mampu memenuhi kebutuhan nutrisi

pada bawang merah. Hal ini disebabkan kandungan auksin dan sitokinin yang

terdapat pada air kelapa merupakan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang berfungsi

sebagai perangsang pertumbuhan jaringan baru seperti daun dan organ tanaman

30
lainnya. Darmawan et al, (2011), menyatakan bahwa hubungan pertumbuhan

tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan dan distribusi nutrisi pada bagian

penyusun jaringan tanaman. Oleh karena itu, proses penyerapan air maupun

nutrisi pada akar tidak terganggu disebabkan adanya pemberian vermikompos

yang mampu memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah. Hal ini sesuai

dengan pendapat Setiawati et al., (2017) bahwa vermikompos merupakan pupuk

hasil dari pengomposan limbah organik dimana proses fermentasi vermikompos

dibantu oleh cacing tanah yang mampu menyuburkan tanah serta memperbaiki

sifat biologi, fisik dan kimia tanah. Aktivitas cacing tanah meningkatkan

ketersediaan N, P, K dan bahan organik di dalam tanah (Sutanhaji et al., 2019).

Menurut Yuka dkk (2017), kascing dapat mendorong pertumbuhan, menambah

tinggi badan dan menambah bobot tanaman. Manfaat kascing bagi tanah antara

lain meningkatkan penyerapan unsur hara, meningkatkan penyerapan dan

penyimpanan air tanah, meningkatkan kandungan mikroba, dan memperbaiki

struktur tanah (Libra et al., 2018). Sedangkan tanpa pemberian air kelapa muda

fermentasi dengan dosis vermikompos 10 ton/ha menghasilkan rata-rata tinggi

tanaman terendah yaitu 31.16 cm. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan nutrisi, zat

hara makro dan mikro dalam tanah tidak terpenuhi sehingga hasil pertumbuhan

tanaman menjadi kurang maksimal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi air kelapa

muda fermentasi disertai pemberian dosis vermikompos yang diaplikasikan maka

pertumbuhan tanaman bawang merah semakin baik dan memiliki ukuran tinggi

tanaman yang sangat tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Hasan (2020)

31
menjelaskan bahwa air kelapa mampu meningkatan pertumbuhan dan hasil

tanaman bawang merah ditandai dengan bertambahnya tinggi tanaman dan jumlah

anakan. Hal ini disebabkan karena pada air kelapa muda terdapat cadangan auksin

dan sitokinin yang lebih baik. Auksin berfungsi dalam menginduksi pemanjangan

sel, mempengaruhi dominansi apikal, penghambatan pucuk aksilar dan adventif

serta inisiasi perakaran sedangkan sitokinin berfungsi merangsang pembelahan sel

dalam jaringan dan merangsang pertumbuhan tunas.

Penambahan vermikompos pada tanah sangat penting dalam memicu

pertumbuhan tanaman karena mengandung bahan humus yaitu zat-zat humat. Zat-

zat humat tersebut berperan penting dalam tanah dikarenakan memiliki peran

kunci dalam mendukung pertumbuhan tanaman seperti meningkatkan struktur

tanah, menyediakan nutrisi, memperbaiki retensi air, memperbaiki aerasi tanah,

mendorong aktivitas mikroba tanah, dan meningkatkan efisiensi pupuk (Cochran,

2007).

4.2.2 Pengaruh Air Kelapa Muda Fermentasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa perlakuan pemberian

konsentrasi air kelapa muda yang diaplikasikan ke tanaman bawang merah,

berpengaruh nyata pada parameter jumlah umbi per rumpun (Tabel 2).

Hasil pengamatan menunjukkan rata-rata jumlah umbi per rumpun tertinggi

dihasilkan pada konsentrasi air kelapa muda 20% yaitu 3.93 umbi. Hal ini

dikarenakan kebutuhan nutrisi, unsur hara makro dan mikro dalam media tanah

sudah terpenuhi yang didukung oleh pemberian perlakuan yang tepat sasaran,

tepat waktu, tepat cara dan tepat dosis. Hal ini sesuai dengan pendapat Razuma,

32
(2021) yang menyatakan bahwa air kelapa muda mampu memenuhi kebutuhan

nutrisi pada tanaman bawang merah dikarenakan mempunyai kandungan auksin

yang mampu menyebabkan tanaman melakukan pembelahan sel dan merangsang

organ tanaman dalam mendukung jumlah anakan pada tanaman bawang merah.

Perlakuan pemberian air kelapa muda dengan konsentrasi 40% memberikan

rata-rata jumlah umbi per rumpun terendah yaitu 3.01 umbi. Dikarenakan pada

perlakuan tersebut terkena serangan penyakit busuk umbi sehingga hasil yang

didapatkan kurang maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Khair (2013), yang

menyatakan bahwa kandungan zat pengatur tumbuh pada air kelapa akan efektif

pada konsentrasi tertentu, jika konsentrasi yang digunakan tidak sesuai maka akan

dapat merusak tanaman, menghambat pertumbuhan dan perkembangan tunas,

menyebabkan penguningan dan gugur daun, penghitaman batang, gugur bunga,

gugur buah, dan akhirnya menyebabkan kematian.

Hasil analisis kandungan NPK air kelapa muda fermentasi pada Tabel

Lampiran 18 yang telah di uji sebanyak 3 kali ulangan di Laboratorium Kimia

Pakan Universitas Hasanuddin memiliki kandungan N sebesar 2,54%, P sebanyak

86,54 ppm, dan K sebanyak 226,14 ppm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa air

kelapa muda fermentasi yang diberikan ke tanaman memiliki kandungan kalium

(K) yang cukup besar yang dapat memperkuat daya tahan tanaman bawang merah

terhadap kekeringan dan juga penyakit, yang sangat bermanfaat pada proses

pertumbuhan tanaman bawang merah.

4.2.3 Pengaruh Dosis Vermikompos

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat diketahui bahwa

33
pemberian vermikompos dari kotoran kuda yang diaplikasikan ke tanaman

bawang merah, berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Hal ini

disebabkan karena vermikompos yang digunakan memiliki kandungan NPK yang

cukup rendah, sehingga penggunaan pupuk vermikompos belum dapat mencukupi

kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan tanaman bawang merah.

Hasil analisis kandungan NPK vermikompos pada Tabel Lampiran 19

memiliki kandungan N sebesar 0,80-1,06%, P2O5 sebanyak 0,28-0,67% dan K2O

sebanyak 0,68-0,90%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa vermikompos yang

diberikan ke tanaman memiliki kandungan NPK yang rendah sehingga tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter.

34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang sudah dilakukan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Interaksi antara perlakuan pemberian air kelapa muda fermentasi 20%
dengan dosis vermikompos 15 ton/ha menghasilkan tinggi tanaman tertinggi
35,87 cm.
2. Perlakuan konsentrasi air kalapa muda 20% menghasilkan jumlah umbi per
rumpun terbanyak yaitu 3.93 umbi
3. Perlakuan dosis vermikompos tidak berpengaruh nyata terhadap semua
parameter yang diamati.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan disarankan agar selanjutnya
dilakukan penelitian menggunakan air kelapa muda fermentasi dan vermikompos
yang tarafnya lebih ditingkatkan lagi untuk dapat mengetahui pertumbuhan dan
produksi yang baik pada tanaman bawang merah

35
DAFTAR PUSTAKA
Ajeng, M.D.P., 2023. Pengaruh Pemberian Vermikompos dan Pupuk KNO3
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.) pada Lahan Kering. Berkala Ilmiah Pertanian. 6(2):78
– 83.

Ariska, N., 2021. Penyuluhan Pemanfaatan Pupuk Organik Cair (POC) untuk
Peningkatan Produksi Cabai. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat.
1(1):13-17.

Aryani, N., K. Hendarto, D. Wiharso, dan A. Niswati, 2019. Peningkatan


Produksi Bawang Merah Dan Beberapa Sifat Kimia Tanah Ultisol
Akibat Aplikasi Vermikompos Dan Pupuk Pelengkap. Journal of
Tropical Upland Resources, 1(1): 145-160.

Baharuddin, M., W. Irmawati, dan Hersal, 2018. Pertumbuhan dan Produksi


Bawang Merah (Allium cepa L.) pada Jenis Mulsa yang Berbeda. Jurnal
Agrominansia. 3(2):121-129.

Baithi, P.N., 2016. Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Harga Bawang
Merah di Kabupaten Nganjuk. Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Universitas Brawijaya, Malang.

BPS, 2021. Sulawesi Selatan dalam angka. Badan Pusat Statistik. Sulawesi
Selatan.

Cochran, S., 2007. Vermicomposting: Composting With Worms. University of


Neskraba – Lincoln Extension In Lancaster Country, Canada.

Darmawan, J dan J.S. Baharsjah, 2011. Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. SITC,


Jakarta.

Djamhuri, E., 2011. Pemanfaatan Air Kelapa untuk Meningkatkan Pertumbuhan Stek
Pucuk Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq.). Jurnal Silvikultur
Tropika. 2 (1): 5 – 8.

Effendy, I., S. Bahri, & Novianto. 2019. Dosis Pupuk Bokasi dan Pemangkasan
Daun Terhadap Pertumbuhan Jagung Manis (Zea mays Saccharata
Sturt). Klorofil, 14(1): 1-18.

Faried, M., E. Syam’un, dan K. Mantja, 2021. Pertumbuhan Biji Botani Bawang
Merah(True Shallot Seed) yang di Aplikasi Vermikompos dan Pupuk
Hayati. J. Agrivigor 12(2): 65-74; eISSN 2798-5458.

Febriyanti, Suhaili, dan W.N. Lailiyah, 2021. Pengaruh Dosis dan Saat Pemberian
Vermikompos terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang
Merah (Allium ascalonicum L.) Jurnal Tropicrops. 4 (1): 24-32 p-ISSN:
2615-7020, e-ISSN: 2615-7012.

36
Fulhari, M.D.H., 2019. Perlakuan Media Tanam dan Pemberian POC Air Kelapa
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Terong Putih (Solanum
melongena L.). Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Panca Budi,
Medan.

Hanafiah, 2008. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Press, Jakarta.

Hasan, F.A., 2020. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.) pada berbagai Konsentrasi Air Kelapa dan Pupuk
Organik Cair. Jurnal Agrotekbis. 8(6):1443-1450.

Hasyim, Z., E. Tambaru, dan A.I. Latunra, 2014. Uji Penambahan berbagai Dosis
Vermikompos terhadap Pertumbuhan Vegetatif Cabai Merah Besar
(Capsicum annum L.). Jurnal Alam dan Lingkungan, 5(10):18-24.

Khair, M., 2013. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah dan Air Kelapa
terhadap Pertumbuhan Stek Tanaman Melati Putih (Jasminum sambac L.).
Jurnal Agrium, 18 (2): 130 - 138.

Kristina, N. N. dan S. F. Syahid., 2012. Pengaruh Air Kelapa terhadap Muliplikasi


Tunas In Vitro, Produksi Rimpang, dan Kandungan Xanthorizol
Temulawak di Lapangan. Jurnal Littri. 18(3): 125-134.

Laili, Z., dan E. Fauzyah, 2022. Pengukuran Efisiensi Teknis dengan Pendekatan
Fungsi Produksi Stochastic Frontier Translog pada Usahatani Bawang
Merah. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA) 6(3): 861-871

Latupeirissa, E., 2011. Pengaruh Pemberian Fermentasi Urine Ternak Sapi dan
Rizho Starter Terhadap Populasi Dan Biomassa Cacing Tanah dan
Kualitas Vermikompos. Tesis Universitas Hasanuddin, Makassar.

Leovici, H., D. Kastono, dan Putra, 2014. Pengaruh Macam dan Konsentrasi
Bahan Organik Sumber Zat Pengatur Tumbuh Alami terhadap
Pertumbuhan Awal Tebu (Saccharum officinarum L.). Jurnal
Vegetalika 3(1):22-34.

Libra, N. I., S. Muslikah, dan A. Basit, 2018. Pengaruh Aplikasi Vermikompos


dan Pupuk Anorganik Terhadap Serapan Hara dan Kualitas Hasil
Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt). Jurnal Folium, 1(2): 43-53.

Manuel, J., 2017. Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Limbah Air Kelapa
Dengan Menggunakan Bioaktivator, Aztobacter chroococcum dan
Bacillus mucilaginosus. Skripsi Departemen Teknik Kimia Fakultas
Teknologi Industri Institut Teknologi Sepluh Nopember, Surabaya.

Mashur, 2001. Vermikompos (Kompos Cacing Tanah) Pupuk Organik Berkualitas


dan Ramah Lingkungan. Instalasi Pertanian dan Pengkajian Teknologi
Pertanian (IPPTP). NTB. Mataram, Indonesia.

37
Mulat, 2003. Membuat dan Memanfaatkan Kascing: Pupuk Organik Berkualitas.
Agromedia Pustaka, Jakarta.

Muti’ah, F.A., 2022. Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah Asal Biji Botani
(True Shallot Seed) dengan Aplikasi Jumlah Bibit dan Air Kelapa
Fermentasi. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Nadillah, K., A. Ratu., A. Silfa., dan R. Hasna, 2022. Peramalan Harga Bawang
Merah di Pasar Tradisional Sulawesi Selatan dengan Metode Arima.
Jurnal Agribisnis. 24(2): 274-287. ISSN-P: 1412-4807 ISSN O: 2503-
4375.

Neny, R.S., 2017. Pengaruh Pemberian Air Kelapa (Cocos nucifera) Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill). IAIN
Palangka raya.

Nur, M., 2023. Aplikasi Vermikompos Feses Kuda Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tiga Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Asal TSS
(True Shallot Seed). Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin,
Makassar.

Nurman, 2017. Pemanfaatan ZPT Air Kelapa dan POC Limbah Cair Tahu untuk
Pertumbuhan dan Hasil Produksi Bawang Merah (Allium ascolanicum
L.). JOM Faperta. 4(2):1-15.

Pardosi, A. H., Irianto dan Mukhsin, 2014. Respons Tanaman Sawi


terhadap Pupuk Organik Cair Limbah Sayuran pada Lahan
Kering Ultisol. Jambi: Universitas Jambi. Prosiding Seminar
Nasional Lahan Suboptimal. ISBN : 979-587-529-9.

Pasaribu, T. Wediana dan M. Daulay, 2013. Analisis Permintaan Impor Bawang


Merah di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Keuangan. 1(4):1-78.

Permana, I., 2021. Pengaruh Berbagai Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan
Hasil Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Fakultas Pertanian.
Universitas Jambi, Jambi.

Rajiman, R., 2018. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Alami terhadap Hasil
dan Kualitas Bawang Merah. STPP Magelang Jurusan Penyuluhan
Pertanian, Yogyakarta.

Razuma, 2021. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa Muda dan Dosis Pupuk NPK
Mutiara 16:16:16 terhadap Pertumbuhan serta Hasil Tanaman Bawang
Daun (Allium fistulosum L.). Fakultas Pertanian. Universitas Islam
Riau, Pekanbaru.

Rukmana, R., 2005. Bertanam Sayuran di Pekarangan. Aksi Agraris Kanasius,


Yogyakarta.

38
Sartono, 2009. Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Bombay. Intimedia
Ciptanusantara, Jakarta Timur.

Setiawati, M. R., E.T. Sofyan, A. Nurbaity, P. Suryatmana, dan G.P. Marihot,


2017. Pengaruh Aplikasi Pupuk Hayati, Vermikompos Dan Pupuk
Anorganik Terhadap Kandungan N, Populasi Azotobacter sp. Dan Hasil
Kedelai Edamame (Glycine max L.) Merill) Pada Inceptisol Jatinangor.
Agrologia, 6(1): 1-10.

Siswanto, U., E.I. Sukardjo dan Risnaily, 2004. Respon Tanaman Tempuyung
(Sonchus arvensis L.) Pada Berbagai Takaran dan Aplikasi
Vermikompos. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. 6(2): 83-90. ISSN
1411-0067.

Sitepu, F.E.T., Sitorus, M.R. dan Irmansyah, 2015. Respon Pertumbuhan Bibit
Setek Tanaman Buah Naga Merah(Hylocereus costaricensis) terhadap
Pemberian Auksin Alami dengan Berbagai Tingkat Konsentrasi.
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara, Medan.

Suparno, B. Prasetya, A. Talkah, dan Soemarno, 2019. Aplikasi Vermikompos


dalam Usahatani Sawi Organik di Kediri, Indonesia. Universitas
Brawijaya, Malang.

Sutanhaji, A. T., L.D. Susanawati, dan Lisnayati. 2019. Komposting Limbah


Baglog Jamur Tiram oleh Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). Jurnal
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 6(2): 12-16.

Sutedjo, 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rinneka Cipta, Jakarta.

Sutedjo, M. M., 2002. Pupuk dan Cara Penggunaan. Rineka Cipta, Jakarta.

Syawal, Y., 2019. Budidaya Tanaman Bawang Merah (Allium ascolanicum L.).
Dalam Polybag dengan Memanfaatkan Kompos Tandan Kosong
Kelapa Sawit (TKKS) Pada Tanaman Bawang Merah. Jurnal
Pengabdian Sriwijaya. 7(1): 671-677.

Tiwery, R. R., 2014. Pengaruh penggunaan air kelapa (Cocos nucifera) terhadap
pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea L.). Biopendix, 1(1), 83-
91.

Ulfa, F., 2014. Peran Ekstrak Tanaman Sebagai Zat Pengatur Tumbuh dalam
Memacu Produksi Umbi Mini Kentang (Solanum tuberosum L) pada
Sistem Budidaya Aeroponik. Program Ilmu - ilmu Pertanian.
Pascasarjana. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Wibowo, S., 1999. Budidaya Bawang Putih, Merah dan Bombay. PT.
Penebar Swadaya. Jakarta.

39
Yuka, M. F., A. Niswati, dan K. Hendarto, 2017. Pengaruh Dosis Vermikompos
Terhadap Produksi dan Serapan N dan P Tanaman Mentimun (Cucumis
sativus L.) Pada Media Asal Dua Kedalaman Tanah Ultisol. Jurnal
Penelitian Pertanian Terapan, 17 (2), 117-123.

Yuliawati, 2006. Air kelapa Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Tinggi Dan


Jumlah Daun Pada Tanaman Nanas Hias (Neoregelia spectabilis) Pada
Media Tanam Yang Berbeda. Skripsi : Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

40
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1a. Tinggi tanaman (cm) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos
Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
k0v1 31,87 33,08 36,17 101,12 33,71
k0v2 29,75 31,25 32,47 93,47 31,16
k0v3 32,20 34,75 37,33 104,28 34,76
k1v1 31,63 36,50 37,42 105,55 35,18
k1v2 33,42 32,25 34,92 100,58 33,53
k1v3 31,90 32,17 33,75 97,82 32,61
k2v1 29,33 33,05 35,43 97,82 32,61
k2v2 33,73 31,60 32,67 98,00 32,67
k2v3 35,58 37,28 34,75 107,62 35,87
k3v1 33,28 33,85 35,42 102,55 34,18
k3v2 31,28 35,03 32,50 98,82 32,94
k3v3 33,13 32,32 33,92 99,37 33,12
Jumlah 387,12 403,13 416,73 1206,98 33,53
Tabel Lampiran 1b. Sidik Ragam tinggi tanaman bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos

DB JK KT F. Hitung F. Tabel
Sumber Keragaman
0,05 0,01
Kelompok 2 35,51 17,76 7,56 ** 3,44 5,72
Perlakuan 11 55,29 5,03 2,14 tn 2,26 3,18
K 3 0,54 0,18 0,08 tn 3,05 4,82
V 2 15,24 7,62 3,25 tn 3,44 5,72
KxV 6 39,29 6,55 2,79 * 2,55 3,76
Acak 22 51,65 2,35
Total 35 142,44
KK = 4,57%

Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata
* = Berpengaruh Nyata
** = Berpengaruh Sangat Nyata.

41
Tabel Lampiran 2a. Jumlah Daun (helai) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos

Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
k0v1 12,17 12,83 15,17 40,17 13,39
k0v2 10,50 12,17 18,00 40,67 13,56
k0v3 13,00 14,00 13,17 40,17 13,39
k1v1 11,33 16,83 18,00 46,17 15,39
k1v2 10,67 14,17 11,67 36,50 12,17
k1v3 12,50 12,00 16,17 40,67 13,56
k2v1 10,17 12,33 11,33 33,83 11,28
k2v2 11,17 13,67 14,00 38,83 12,94
k2v3 12,00 16,33 13,50 41,83 13,94
k3v1 12,33 14,17 11,83 38,33 12,78
k3v2 12,33 12,67 13,17 38,17 12,72
k3v3 13,00 14,17 16,00 43,17 14,39
Jumlah 141,17 165,33 172,00 478,50 13,29

Tabel Lampiran 2b. Sidik Ragam jumlah daun bawang merah pada perlakuan air
kelapa muda fermentasi dan vermikompos

DB JK KT F. Hitung F. Tabel
Sumber Keragaman
0,05 0,01
Kelompok 2 43,9 21,93 8,09 ** 3,44 5,72
Perlakuan 11 36,7 3,34 1,23 tn 2,26 3,18
K 3 4,7 1,56 0,58 tn 3,05 4,82
V 2 5,8 2,90 1,07 tn 3,44 5,72
KxV 6 26,2 4,37 1,61 tn 2,55 3,76
Acak 22 59,6 2,71
Total 35 140,2
KK = 12,39%

Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata
** = Berpengaruh Sangat Nyata.

42
Tabel Lampiran 3a. Jumlah Umbi per Rumpun (umbi) bawang merah pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos
Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
k0v1 3,00 3,00 3,17 9,17 3,06
k0v2 3,50 2,83 4,50 10,83 3,61
k0v3 3,17 3,33 2,50 9,00 3,00
k1v1 4,50 4,33 4,00 12,83 4,28
k1v2 2,67 5,00 3,67 11,33 3,78
k1v3 4,00 2,83 4,33 11,17 3,72
k2v1 3,00 3,00 2,60 8,60 2,87
k2v2 2,83 3,33 3,17 9,33 3,11
k2v3 2,83 3,50 2,83 9,17 3,06
k3v1 3,33 3,50 2,50 9,33 3,11
k3v2 3,33 3,33 3,33 10,00 3,33
k3v3 3,83 3,83 4,17 11,83 3,94
Jumlah 40,00 41,83 40,77 122,6 3,41

Tabel Lampiran 3b. Sidik Ragam jumlah umbi per rumpun bawang merah pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos

DB JK KT F. Hitung F. Tabel
Sumber Keragaman
0,05 0,01
Kelompok 2 0,1 0,07 0,22 tn 3,44 5,72
Perlakuan 11 6,6 0,60 1,86 tn 2,26 3,18
K 3 4,1 1,37 4,26 * 3,05 4,82
V 2 0,0 0,02 0,07 tn 3,44 5,72
KxV 6 2,4 0,40 1,25 tn 2,55 3,76
Acak 22 7,0 0,32
Total 35 13,7
KK = 16,89%

Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata
* = Berpengaruh Nyata.

43
Tabel Lampiran 4a. Diameter Umbi (cm) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos
Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
k0v1 27,86 27,81 30,44 86,11 28,70
k0v2 27,56 28,30 26,58 82,44 27,48
k0v3 27,45 29,49 30,97 87,90 29,30
k1v1 25,41 28,65 29,62 83,68 27,89
k1v2 29,94 22,58 30,32 82,84 27,61
k1v3 28,32 29,87 28,36 86,55 28,85
k2v1 27,70 27,73 30,61 86,05 28,68
k2v2 28,62 26,47 27,53 82,62 27,54
k2v3 29,12 30,68 27,44 87,24 29,08
k3v1 32,32 29,07 28,03 89,43 29,81
k3v2 27,73 29,45 27,58 84,76 28,25
k3v3 27,09 25,82 24,31 77,21 25,74
Jumlah 339,11 335,92 341,78 1016,81 28,24

Tabel Lampiran 4b. Sidik Ragam diameter umbi bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos

DB JK KT F. Hitung F. Tabel
Sumber Keragaman
0,05 0,01
Kelompok 2 1,4 0,72 0,18 tn 3,44 5,72
Perlakuan 11 40,1 3,64 0,91 tn 2,26 3,18
K 3 3,2 1,07 0,27 tn 3,05 4,82
V 2 7,9 3,96 0,99 tn 3,44 5,72
KxV 6 28,9 4,82 1,21 tn 2,55 3,76
Acak 22 88,0 4,00
Total 35 129,5
KK = 7,08%

Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata.

44
Tabel Lampiran 5a. Susut Umbi (g) bawang merah pada berbagai konsentrasi air
kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos
Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
k0v1 11,97 12,70 19,55 44,22 14,74
k0v2 22,39 12,41 14,26 49,06 16,35
k0v3 16,65 15,28 8,07 40,00 13,33
k1v1 20,98 14,26 21,24 56,48 18,83
k1v2 10,27 22,40 28,46 61,13 20,38
k1v3 14,97 26,03 15,81 56,81 18,94
k2v1 24,84 24,78 18,68 68,30 22,77
k2v2 15,30 14,74 18,05 48,09 16,03
k2v3 9,04 13,02 17,46 39,52 13,17
k3v1 15,09 26,68 10,60 52,37 17,46
k3v2 15,71 11,57 12,36 39,64 13,21
k3v3 20,11 16,08 21,52 57,71 19,24
Jumlah 197,32 209,95 206,06 613,33 17,04

Tabel Lampiran 5b. Sidik Ragam susut umbi bawang merah pada perlakuan air
kelapa muda fermentasi dan vermikompos

DB JK KT F. Hitung F. Tabel
Sumber Keragaman
0,05 0,01
Kelompok 2 7,0 3,49 0,12 tn 3,44 5,72
Perlakuan 11 317,5 28,86 1,00 tn 2,26 3,18
K 3 96,3 32,09 1,11 tn 3,05 4,82
V 2 36,4 18,22 0,63 tn 3,44 5,72
KxV 6 184,8 30,80 1,07 tn 2,55 3,76
Acak 22 635,7 28,89
Total 35 960,2
KK = 31,55%

Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata.

45
Tabel Lampiran 5c. Susut Umbi (g) bawang merah pada berbagai konsentrasi air
kelapa muda fermentasi dan dosis vermikompos setelah
ditransformasi ke √ 𝑋

Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
k0v1 3,53 3,63 4,48 11,64 3,88
k0v2 4,78 3,59 3,84 12,22 4,07
k0v3 4,14 3,97 2,93 11,04 3,68
k1v1 4,63 3,84 4,66 13,14 4,38
k1v2 3,28 4,79 5,38 13,45 4,48
k1v3 3,93 5,15 4,04 13,12 4,37
k2v1 5,03 5,03 4,38 14,44 4,81
k2v2 3,97 3,90 4,31 12,19 4,06
k2v3 3,09 3,68 4,24 11,00 3,67
k3v1 3,95 5,21 3,33 12,49 4,16
k3v2 4,03 3,47 3,59 11,09 3,70
k3v3 4,54 4,07 4,69 13,30 4,43
Jumlah 48,92 50,34 49,86 149,13 4,14

Tabel Lampiran 5d. Sidik Ragam susut umbi bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos setelah ditransformasi ke √ 𝑋

DB JK KT F. Hitung F. Tabel
Sumber Keragaman
0,05 0,01
Kelompok 2 0,1 0,04 0,11 tn 3,44 5,72
Perlakuan 11 4,4 0,40 0,96 tn 2,26 3,18
K 3 1,3 0,42 1,01 tn 3,05 4,82
V 2 0,4 0,22 0,54 tn 3,44 5,72
KxV 6 2,7 0,45 1,08 tn 2,55 3,76
Acak 22 9,1 0,41
Total 35 13,6
KK = 14,51%

Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata.

46
Tabel Lampiran 6a. Bobot per Umbi Segar (g) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos
Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
k0v1 11,86 12,14 15,50 39,49 13,16
k0v2 12,43 11,97 10,75 35,15 11,72
k0v3 12,38 14,38 15,06 41,81 13,94
k1v1 10,17 12,67 13,32 36,16 12,05
k1v2 12,72 7,40 15,63 35,74 11,91
k1v3 12,86 14,49 11,43 38,78 12,93
k2v1 12,19 11,63 13,90 37,73 12,58
k2v2 12,76 10,48 11,84 35,09 11,70
k2v3 12,64 15,29 11,60 39,53 13,18
k3v1 11,74 13,58 12,25 37,56 12,52
k3v2 12,03 13,34 11,89 37,26 12,42
k3v3 10,96 9,82 8,72 29,49 9,83
Jumlah 144,73 147,18 151,88 443,79 12,33

Tabel Lampiran 6b. Sidik Ragam bobot per umbi segar bawang merah pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos

DB JK KT F. Hitung F. Tabel
Sumber Keragaman
0,05 0,01
Kelompok 2 2,2 1,10 0,32 tn 3,44 5,72
Perlakuan 11 35,2 3,20 0,94 tn 2,26 3,18
K 3 8,5 2,83 0,83 tn 3,05 4,82
V 2 2,8 1,41 0,42 tn 3,44 5,72
KxV 6 23,9 3,98 1,17 tn 2,55 3,76
Acak 22 74,6 3,39
Total 35 112,0
KK = 14,94%

Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata.

47
Tabel Lampiran 7a. Bobot per umbi kering (g) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos
Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
k0v1 11,46 11,61 14,74 37,81 12,60
k0v2 11,72 11,22 10,38 33,33 11,11
k0v3 11,83 13,64 14,22 39,70 13,23
k1v1 9,65 11,98 12,67 34,30 11,43
k1v2 12,03 6,73 14,84 33,60 11,20
k1v3 12,26 13,58 10,83 36,68 12,23
k2v1 11,53 10,74 13,38 35,65 11,88
k2v2 12,42 10,19 11,21 33,82 11,27
k2v3 12,17 14,78 10,81 37,75 12,58
k3v1 11,38 13,08 11,93 36,38 12,13
k3v2 11,68 12,96 11,58 36,23 12,08
k3v3 10,50 9,27 8,34 28,11 9,37
Jumlah 138,63 139,80 144,93 423,35 11,76

Tabel Lampiran 7b. Sidik Ragam bobot per umbi kering bawang merah pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos

DB JK KT F. Hitung F. Tabel
Sumber Keragaman
0,05 0,01
Kelompok 2 1,9 0,94 0,29 tn 3,44 5,72
Perlakuan 11 32,6 2,96 0,92 tn 2,26 3,18
K 3 6,2 2,07 0,64 tn 3,05 4,82
V 2 2,4 1,22 0,38 tn 3,44 5,72
KxV 6 23,9 3,99 1,24 tn 2,55 3,76
Acak 22 70,9 3,22
Total 35 105,4
KK = 15,27%

Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata.

48
Tabel Lampiran 8a. Bobot umbi segar per rumpun (g) bawang merah pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos

Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
k0v1 30,67 34,33 39,00 104,00 34,67
k0v2 38,50 35,00 48,00 121,50 40,50
k0v3 36,17 49,83 37,00 123,00 41,00
k1v1 38,83 54,33 50,00 143,17 47,72
k1v2 29,67 33,00 42,33 105,00 35,00
k1v3 43,50 43,50 48,00 135,00 45,00
k2v1 35,50 33,17 28,83 97,50 32,50
k2v2 35,00 34,00 29,50 98,50 32,83
k2v3 36,50 53,50 30,83 120,83 40,28
k3v1 38,67 41,17 30,67 110,50 36,83
k3v2 37,17 42,67 33,67 113,50 37,83
k3v3 41,17 39,67 34,83 115,67 38,56
Jumlah 441,33 494,17 452,67 1388,17 38,56

Tabel Lampiran 8b. Sidik Ragam bobot umbi segar per rumpun bawang merah
pada berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan
dosis vermikompos

DB JK KT F. Hitung F. Tabel
Sumber Keragaman
0,05 0,01
Kelompok 2 128,9 64,47 1,81 tn 3,44 5,72
Perlakuan 11 717,1 65,20 1,83 tn 2,26 3,18
K 3 253,0 84,33 2,37 tn 3,05 4,82
V 2 138,1 69,03 1,94 tn 3,44 5,72
KxV 6 326,1 54,35 1,53 tn 2,55 3,76
Acak 22 782,7 35,58
Total 35 1628,8
KK = 15,47%

Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata.

49
Tabel Lampiran 9a. Bobot umbi kering per rumpun (g) bawang merah
padaberbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan
dosis vermikompos

Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
k0v1 29,50 32,67 37,17 99,33 33,11
k0v2 36,33 33,33 46,33 116,00 38,67
k0v3 34,50 47,33 35,17 117,00 39,00
k1v1 36,67 51,33 47,50 135,50 45,17
k1v2 28,17 30,50 40,00 98,67 32,89
k1v3 41,33 40,83 45,33 127,50 42,50
k2v1 33,50 30,67 27,50 91,67 30,56
k2v2 34,00 32,83 27,83 94,67 31,56
k2v3 35,33 51,33 28,83 115,50 38,50
k3v1 37,50 39,50 29,83 106,83 35,61
k3v2 36,17 41,33 32,50 110,00 36,67
k3v3 39,50 37,50 33,33 110,33 36,78
Jumlah 422,50 469,17 431,33 1323,00 36,75

Tabel Lampiran 9b. Sidik Ragam bobot umbi per rumpun kering bawang merah
pada berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan
dosis vermikompos

DB JK KT F. Hitung F. Tabel
Sumber Keragaman
0,05 0,01
Kelompok 2 102,4 51,21 1,50 tn 3,44 5,72
Perlakuan 11 631,5 57,41 1,68 tn 2,26 3,18
K 3 200,8 66,93 1,96 tn 3,05 4,82
V 2 115,7 57,84 1,70 tn 3,44 5,72
KxV 6 315,0 52,49 1,54 tn 2,55 3,76
Acak 22 749,8 34,08
Total 35 1483,6
KK = 15,89%

Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata.

50
Tabel Lampiran 10a. Bobot brangkasan segar (g) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos

Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
k0v1 35,83 39,67 48,83 124,33 41,44
k0v2 50,67 39,00 58,00 147,67 49,22
k0v3 44,00 58,67 40,17 142,83 47,61
k1v1 49,67 61,83 64,50 176,00 58,67
k1v2 32,83 40,67 59,83 133,33 44,44
k1v3 50,17 57,50 57,67 165,33 55,11
k2v1 47,00 42,00 36,17 125,17 41,72
k2v2 42,83 40,67 37,00 120,50 40,17
k2v3 40,83 62,83 37,17 140,83 46,94
k3v1 46,67 57,00 33,67 137,33 45,78
k3v2 44,50 48,50 40,67 133,67 44,56
k3v3 50,67 46,00 44,00 140,67 46,89
Jumlah 535,67 594,33 557,67 1687,67 46,88

Tabel Lampiran 10b. Sidik Ragam bobot brangkasan segar bawang merah pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos

DB JK KT F. Hitung F. Tabel
Sumber Keragaman
0,05 0,01
Kelompok 2 143,3 71,63 0,95 tn 3,44 5,72
Perlakuan 11 975,7 88,70 1,18 tn 2,26 3,18
K 3 462,0 154,01 2,04 tn 3,05 4,82
V 2 120,0 60,01 0,80 tn 3,44 5,72
KxV 6 393,6 65,60 0,87 tn 2,55 3,76
Acak 22 1657,6 75,35
Total 35 2776,6
KK = 18,52%

Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata.

51
Tabel Lampiran 11a. Bobot brangkasan kering (g) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos

Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
k0v1 31,00 34,50 38,50 104,00 34,67
k0v2 38,33 34,50 48,00 120,83 40,28
k0v3 35,83 49,67 36,67 122,17 40,72
k1v1 38,33 53,50 50,17 142,00 47,33
k1v2 29,50 32,17 42,50 104,17 34,72
k1v3 42,50 43,00 47,50 133,00 44,33
k2v1 34,50 32,17 28,83 95,50 31,83
k2v2 35,17 34,17 30,00 99,33 33,11
k2v3 37,00 53,17 30,00 120,17 40,06
k3v1 38,83 41,17 30,50 110,50 36,83
k3v2 37,83 42,83 34,00 114,67 38,22
k3v3 41,33 39,17 34,50 115,00 38,33
Jumlah 440,17 490,00 451,17 1381,33 38,37

Tabel Lampiran 11b. Sidik Ragam bobot brangkasan kering bawang merah pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos

DB JK KT F. Hitung F. Tabel
Sumber Keragaman
0,05 0,01
Kelompok 2 116,8 58,40 1,60 tn 3,44 5,72
Perlakuan 11 685,7 62,34 1,70 tn 2,26 3,18
K 3 235,3 78,44 2,14 tn 3,05 4,82
V 2 121,3 60,66 1,66 tn 3,44 5,72
KxV 6 329,1 54,85 1,50 tn 2,55 3,76
Acak 22 805,1 36,60
Total 35 1607,6
KK = 15,77%

Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata.

52
Tabel Lampiran 12a. Produksi per petak (g) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos

Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
k0v1 641,51 650,22 825,53 2117,27 705,76
k0v2 656,29 628,44 581,47 1866,20 622,07
k0v3 662,51 764,09 796,44 2223,04 741,01
k1v1 540,56 670,76 709,69 1921,00 640,33
k1v2 673,87 376,80 830,98 1881,65 627,22
k1v3 686,62 760,67 606,53 2053,82 684,61
k2v1 645,87 601,69 749,00 1996,56 665,52
k2v2 695,33 570,89 627,78 1894,00 631,33
k2v3 681,33 827,56 605,11 2114,00 704,67
k3v1 637,00 732,20 668,11 2037,31 679,10
k3v2 654,11 725,98 648,67 2028,76 676,25
k3v3 588,00 519,24 466,98 1574,22 524,74
Jumlah 7763,00 7828,54 8116,29 23707,83 658,55

Tabel Lampiran 12b. Sidik Ragam produksi per petak bawang merah pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos

DB JK KT F. Hitung F. Tabel
Sumber Keragaman
0,05 0,01
Kelompok 2 5886,4 2943,19 0,29 tn 3,44 5,72
Perlakuan 11 101733,7 9248,52 0,91 tn 2,26 3,18
K 3 19041,1 6347,04 0,63 tn 3,05 4,82
V 2 7211,3 3605,66 0,36 tn 3,44 5,72
KxV 6 75481,2 12580,21 1,24 tn 2,55 3,76
Acak 22 222825,5 10128,43
Total 35 330445,6
KK = 15,28%

Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata.

53
Tabel Lampiran 13a. Produksi per hektar (ton) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos

Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
k0v1 5,10 5,16 6,56 16,82 5,61
k0v2 5,21 4,98 4,61 14,80 4,93
k0v3 5,26 6,06 6,32 17,64 5,88
k1v1 4,29 5,33 5,63 15,25 5,08
k1v2 5,35 2,99 6,60 14,94 4,98
k1v3 5,45 6,04 4,82 16,31 5,44
k2v1 5,13 4,78 5,94 15,85 5,28
k2v2 5,52 4,53 4,98 15,03 5,01
k2v3 5,40 6,57 4,80 16,77 5,59
k3v1 5,06 5,81 5,30 16,17 5,39
k3v2 5,19 5,76 5,15 16,10 5,37
k3v3 4,67 4,12 3,71 12,50 4,17
Jumlah 61,63 62,13 64,42 188,18 5,23

Tabel Lampiran 13b. Sidik Ragam produksi per hektar bawang merah pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos

DB JK KT F. Hitung F. Tabel
Sumber Keragaman
0,05 0,01
Kelompok 2 0,4 0,18 0,29 tn 3,44 5,72
Perlakuan 11 6,4 0,58 0,91 tn 2,26 3,18
K 3 1,2 0,40 0,62 tn 3,05 4,82
V 2 0,5 0,23 0,36 tn 3,44 5,72
KxV 6 4,7 0,79 1,24 tn 2,55 3,76
Acak 22 14,1 0,64
Total 35 20,8
KK = 15,29%

Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata.

54
Tabel Lampiran 14a. Grade umbi I (besar) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos

Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
k0v1 16,67 33,33 31,58 81,58 27,19
k0v2 38,10 35,29 22,22 95,61 31,87
k0v3 31,58 55,00 60,00 146,58 48,86
k1v1 7,41 30,77 45,83 84,01 28,00
k1v2 25,00 6,67 22,73 54,40 18,13
k1v3 29,17 52,94 23,08 105,19 35,06
k2v1 22,22 38,89 35,71 96,82 32,27
k2v2 35,29 20,00 26,32 81,61 27,20
k2v3 52,94 47,62 23,53 124,09 41,36
k3v1 25,00 19,05 33,33 77,38 25,79
k3v2 30,00 35,00 26,32 91,32 30,44
k3v3 21,74 26,09 16,00 63,83 21,28
Jumlah 335,12 400,65 366,65 1102,4 30,62

Tabel Lampiran 14b. Sidik Ragam grade umbi I (besar) bawang merah pada
perlakuan air kelapa muda fermentasi dan vermikompos

DB JK KT F. Hitung F. Tabel
Sumber Keragaman
0,05 0,01
Kelompok 2 179,0 89,50 0,66 tn 3,44 5,72
Perlakuan 11 2306,9 209,72 1,54 tn 2,26 3,18
K 3 658,2 219,41 1,61 tn 3,05 4,82
V 2 663,7 331,87 2,44 tn 3,44 5,72
KxV 6 984,9 164,15 1,20 tn 2,55 3,76
Acak 22 2997,8 136,26
Total 35 5483,7
KK = 38,12%

Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata.

55
Tabel Lampiran 14c. Grade umbi I (besar) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos setelah ditransformasi ke √ 𝑋

Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
k0v1 4,14 5,82 5,66 15,62 5,21
k0v2 6,21 5,98 4,77 16,96 5,65
k0v3 5,66 7,45 7,78 20,89 6,96
k1v1 2,81 5,59 6,81 15,21 5,07
k1v2 5,05 2,68 4,82 12,55 4,18
k1v3 5,45 7,31 4,86 17,61 5,87
k2v1 4,77 6,28 6,02 17,06 5,69
k2v2 5,98 4,53 5,18 15,69 5,23
k2v3 7,31 6,94 4,90 19,15 6,38
k3v1 5,05 4,42 5,82 15,29 5,10
k3v2 5,52 5,96 5,18 16,66 5,55
k3v3 4,72 5,16 4,06 13,93 4,64
Jumlah 62,68 68,11 65,85 196,63 5,46

Tabel Lampiran 14d. Sidik Ragam grade umbi I (besar) bawang merah pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos setelah ditransformasi ke √ 𝑋

DB JK KT F. Hitung F. Tabel
Sumber Keragaman
0,05 0,01
Kelompok 2 1,2 0,62 0,50 tn 3,44 5,72
Perlakuan 11 18,1 1,65 1,34 tn 2,26 3,18
K 3 5,6 1,86 1,51 tn 3,05 4,82
V 2 4,5 2,27 1,84 tn 3,44 5,72
KxV 6 8,0 1,33 1,08 tn 2,55 3,76
Acak 22 27,1 1,23
Total 35 46,4
KK = 20,31%

Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata.

56
Tabel Lampiran 15a. Grade umbi II (sedang) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos
Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
k0v1 77,78 50,00 47,37 175,15 58,38
k0v2 33,33 58,82 70,37 162,52 54,17
k0v3 52,63 71,43 60,00 184,06 61,35
k1v1 62,96 69,23 50,00 182,19 60,73
k1v2 75,00 56,67 54,55 186,22 62,07
k1v3 50,00 41,18 61,54 152,72 50,91
k2v1 72,22 44,44 64,29 180,95 60,32
k2v2 52,94 75,00 42,11 170,05 56,68
k2v3 47,06 52,38 58,82 158,26 52,75
k3v1 75,00 71,43 60,00 206,43 68,81
k3v2 70,00 60,00 47,37 177,37 59,12
k3v3 60,87 52,17 56,00 169,04 56,35
Jumlah 729,79 702,75 672,42 2104,96 58,47

Tabel Lampiran 15b. Sidik Ragam grade umbi II (sedang) bawang merah pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos

DB JK KT F. Hitung F. Tabel
Sumber Keragaman
0,05 0,01
Kelompok 2 137,3 68,64 0,44 tn 3,44 5,72
Perlakuan 11 759,6 69,06 0,44 tn 2,26 3,18
K 3 115,8 38,60 0,25 tn 3,05 4,82
V 2 274,7 137,36 0,88 tn 3,44 5,72
KxV 6 369,1 61,52 0,39 tn 2,55 3,76
Acak 22 3440,9 156,41
Total 35 4337,9
KK = 21,39%

Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata.

57
Tabel Lampiran 16a. Grade umbi III (kecil) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos
Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
k0v1 5,56 16,67 21,05 43,28 14,43
k0v2 28,57 5,88 7,41 41,86 13,95
k0v3 15,79 0,00 6,67 22,46 7,49
k1v1 29,63 0,00 4,17 33,80 11,27
k1v2 0,00 36,67 22,73 59,40 19,80
k1v3 20,83 5,88 15,38 42,09 14,03
k2v1 5,56 16,67 0,00 22,23 7,41
k2v2 11,76 5,00 31,58 48,34 16,11
k2v3 0,00 0,00 17,65 17,65 5,88
k3v1 0,00 9,52 6,67 16,19 5,40
k3v2 0,00 5,00 26,32 31,32 10,44
k3v3 17,39 21,74 28,00 67,13 22,38
Jumlah 135,09 123,03 187,63 445,75 12,38

Tabel Lampiran 16b. Sidik Ragam grade umbi III (kecil) bawang merah pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos

DB JK KT F. Hitung F. Tabel
Sumber Keragaman
0,05 0,01
Kelompok 2 196,6 98,32 0,74 tn 3,44 5,72
Perlakuan 11 968,8 88,07 0,66 tn 2,26 3,18
K 3 125,9 41,96 0,32 tn 3,05 4,82
V 2 178,4 89,20 0,67 tn 3,44 5,72
KxV 6 664,5 110,75 0,83 tn 2,55 3,76
Acak 22 2921,2 132,78
Total 35 4086,7
KK = 93,06%

Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata.

58
Tabel Lampiran 16c. Grade umbi III (kecil) bawang merah pada berbagai
konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos setelah ditransformasi ke √ 𝑋

Kelompok
Perlakuan Jumlah Rata-rata
I II III
k0v1 2,46 4,14 4,64 11,25 3,75
k0v2 5,39 2,53 2,81 10,73 3,58
k0v3 4,04 0,71 2,68 7,42 2,47
k1v1 5,49 0,71 2,16 8,36 2,79
k1v2 0,71 6,10 4,82 11,62 3,87
k1v3 4,62 2,53 3,98 11,13 3,71
k2v1 2,46 4,14 0,71 7,31 2,44
k2v2 3,50 2,35 5,66 11,51 3,84
k2v3 0,71 0,71 4,26 5,67 1,89
k3v1 0,71 3,17 2,68 6,55 2,18
k3v2 0,71 2,35 5,18 8,23 2,74
k3v3 4,23 4,72 5,34 14,28 4,76
Jumlah 35,02 34,13 44,92 114,07 3,17

Tabel Lampiran 16d. Sidik Ragam grade umbi III (kecil) bawang merah pada
berbagai konsentrasi air kelapa muda fermentasi dan dosis
vermikompos setelah ditransformasi ke √ 𝑋

DB JK KT F. Hitung F. Tabel
Sumber Keragaman
0,05 0,01
Kelompok 2 6,0 2,99 0,92 tn 3,44 5,72
Perlakuan 11 24,6 2,24 0,69 tn 2,26 3,18
K 3 2,6 0,87 0,27 tn 3,05 4,82
V 2 3,1 1,53 0,47 tn 3,44 5,72
KxV 6 19,0 3,16 0,97 tn 2,55 3,76
Acak 22 71,7 3,26
Total 35 102,3
KK = 56,98%

Keterangan :
tn = Berpengaruh tidak nyata.

59
U1 U2 U3

k0v2 k0v1 k2v2

k1v3 k1v1 k3v1

k2v1 k2v3 k0v3

k3v1 k3v2 k3v2

k2v2 k0v2 k2v3

k1v1 k1v2 k1v3

k2v3 k3v3 k3v3

k0v1 k2v2 k1v2

k3v3 k3v1 k2v1

k1v2 k2v1 k1v1

k0v3 k1v3 k0v2

k3v2 k0v3 k0v1

Keterangan :

k0 : Fermentasi Air Kelapa dengan Konsentrasi 0%


k1 : Fermentasi Air Kelapa dengan Konsentrasi 20%
k2 : Fermentasi Air Kelapa dengan Konsentrasi 40%
k3 : Fermentasi Air Kelapa dengan Konsentrasi 60%
v1 : Dosis Vermikompos 5 Ton/ha setara dengan 0.63 kg/petak
v2 : Dosis Vermikompos 10 Ton/ha setara dengan 1.26 kg/petak
v3 : Dosis Vermikompos 15Ton/ha setara dengan 1.89 kg/petak
Gambar Lampiran 1. Denah Percobaan di Lapangan

60
Tabel Lampiran 17. Hasil Analisis Tanah sebelum Tanam

61
Tabel Lampiran 18. Hasil Analisis Kandungan NPK Air Kelapa Muda Fermentasi

62
Tabel Lampiran 19. Hasil Analisis Laboratorium Vermikompos Kotoran Kuda

63
Lampiran 20. Deskripsi Tanaman Bawang Merah Varietas Lokana

Asal : Lokal (hasil seleksi massa dari pertanaman


masyarakat di dusun Loka, desa Bonto Marannu;
Bonto Lojong kecamatan Ulu Ere; Desa Bonto
Tiro, Kecamatan Sinoa dan Desa Nipa-Nipa,
Kecamatan Pajukukuang.
Silsilah : Varietas Lokal/ Seleksi Massa
Golongan varietas : Klon
Tinggi tanaman : 36,50 - 51,50 cm, rerata 44,00 cm
Bentuk penampang daun : Silindris berongga
Ukuran daun : Panjang : 35,50 - 51,00 cm Lebar : 1,45 – 2,15
cm
Warna daun : Hijau Zaitun Sedang /Moderate Olive Green
(Green Group 137 B)
Perilaku tajuk : Tegak
Kelengkungan tajuk : Tidak ada/ sangat lemah
Posisi daun : Tegak
Ujung daun : Runcing
Jumlah daun per umbi : 5 – 12 helai, rerata 8 helai
Jumlah daun per rumpun : 25 – 132 helai
Umur panen
(80 % batang melemas) : 80 - 95 hari setelah tanam
Kemampuan berbunga
(alami) : Sedikit berbunga
Bentuk bunga : Seperti payung
Warna bunga : Putih/NN 155 B/Hite Group
Bentuk umbi secara umum
(penampang membujur) : Bulat-Elips lebar/Melintang
Bentuk pada ujung umbi : Agak miring
Bentuk pada pangkal umbi : Bulat
Ukuran umbi

64
Diameter : 3,30 - 4,60 cm ( rerata 3,95 cm/ besar)
Tinggi : 4,50 - 5,50 cm ( rerata 5,00 cm / besar)
Posisi diameter terlebar : Tengah umbi – dekat akar
Warna umbi bagian luar : Merah keunguan sedang/ Moderate Purplish Red
(58 A/Red – Purple Group)
Warna umbi bagian dalam : Merah muda keunguan mendalam/ Deep Purplish
Pink (N78 C/Puple Group)
Bentuk biji : Bulat, gepeng, berkeriput
Warna biji muda : Hijau – Putih
Warna biji tua : Hitam
Berat per umbi : 14,50 – 22,40 gram
Jumlah umbi per rumpun : 8,00 – 18,00 umbi
Berat umbi per rumpun : 30,45 – 34,50 gram
Jumlah anakan : 5 – 12 anakan
Aroma : Sedikit
Kesukaan/cita rasa : Digemari
Kerenyahan bawang goreng : Sedang
Daya simpan umbi pada suhu
25 – 30 ℃ : 60 – 90 hari
Susut bobot umbi
(basah – kering simpan) : 23,00 %
Hasil umbi per hektar : 11,64 – 22,18 ton/ha umbi kering (rerata 16,91
ton/ha umbi kering)
Populasi per hektar : 200.000 tanaman
Kebutuhan benih per hektar : 2.860 – 4.480 kg
Penciri utama : - Bentuk Umbi bulat – elips lebar/ melintang -
Bentuk ujung umbi agak miring - Warna umbi
bagian dalam merah muda keunguan
Keunggulan varietas : - Berat per umbi tinggi - Siung relatif tebal
Wilayah adaptasi : Sesuai dataran tinggi Kabupaten Bantaeng
Pemohon : Dinas Pertanian Kabupaten Bantaeng

65
Pemulia : Arief Nasution, Mario Mega, Zainal Abidin
Peneliti : Mario Mega, Muh Takdir, Titiek Salmawati,
Nicodemus Kendek, Suaib, Rahmania,
Maemunah, Faridariani, Hasnawati, Muhlis,
Zainal Abidin, Hendra Asmara

66
LAMPIRAN

A B
Gambar Lampiran 2. a. Pengumpulan air kelapa muda, b. Air kelapa muda hasil
fermentasi

A B

Gambar Lampiran 3. a. Pupuk Vermikompos, b.Persiapan lahan

A B
Gambar Lampiran 4. a. Bibit tanaman bawang merah, b. Penanaman bawang
merah

A B

Gambar Lampiran 5. a. Pengaplikasian air kelapa muda fermentasi, b.


Pengaplikasian pupuk vermikompos

67
A B
Gambar Lampiran 6. a. Mengukur tinggi tanaman dan menghitung jumlah daun,
b. Mengukur diameter umbi bawang merah

68

Anda mungkin juga menyukai