Anda di halaman 1dari 94

i

PENGARUH MACAM MULSA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN


PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS MENTIMUN
(Cucumis sativus L.)

Oleh :
RISTIYANINGSIH
NPM. 0417011281

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian Pada Program Strata Satu
FakultasPertanian Universitas Pekalongan

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEKALONGAN
2022
PENGARUH MACAM MULSA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS MENTIMUN
(Cucumis sativus L.)

Oleh :
Ristiyaningsih
NPM. 0417011281

SKRIPSI
Telah disetujui dan disahkan

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Ir. Eka Adi Supriyanto., M.P Syakiroh Jazilah S.P., M.P


NIP.196305041988031003 NPP.11119490

Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian

ii
iii
MOTTO

“Jalani semua roda kehidupan , dan bersyukur dalam segala hal”

“Nikmati perjalanan hari ini, jangan terbawa masa lalu atau cemas di masa yang
akan datang. Takdir tuhan selalu lebih baik dari apa yang kamu harapkan”

iv
PERSEMBAHAN
Alhamdulilah puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Buah karya ini saya persembahkan kepada :
1. Kedua orang tua saya Ibu Warsiyah dan Bapak Mahari atas limpahan do’a,
semangat serta biaya hingga saya bisa dititik sekarang ini.
2. Kakakku Mustafiroh dan Adikku Nurul Hikmah terima kasih atas kasih
sayang, dukungan serta do’a selama menempuh pendidikan di perguruan
tinggi.
3. Dosen pembimbing pertama Bapak Ir. Eka Adi Supriyanto, M.P dan dosen
pembimbing kedua Ibu Syakiroh Jazilah, S.P., M.P, serta dosen Penguji
Bapak Ubad Badrudin S.P., M.P dan seluruh dosen pengajar, yang selama
ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan
mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tak ternilai
harganya, agar saya menjadi lebih baik. Terim kasih Bapak Ibu Dosen jasa
kalian tidak akan pernah terlupakan.
4. Teman – teman Fakultas Pertanian angkatan 2017 yang senantiasa saling
membantu, menyemangati, berjuang dan saling mendoakan,bersama kalian
aku dapat merasakan indahnya kebersamaan.
5. Kepada Feri Sustiwi, Susilowati, Niwayan Cindy, Fitri Nurjanah, Pradina
Tiarani, Ade Budi Utomo, Habib, Rifa’i, Rama, Syaifu, Izad, Dwi Alinda,
Tsania, Cholauna, Susilo, Angga, Ardi, Wibowo, Salsabila, Dian Amalia,
dan Bang Huda terima kasih atas semangat, doa, serta bantuannya
sehingga saya bisa sampai dititik sekarang ini.
6. Terimakasih kepada Inna Wahyu Hidayanti, Wulan Putri Oktaviani, telah
memberikan bantuan, semangat serta do’a. semoga kalian panjang umur
sehat selalu.
7. Terimakasih kepada teman-teman Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Pertanian atas pembelajaran berorganisasinya yang luar biasa ini.
8. Terimakasih kepada teman-teman GMNI Pekalongan atas ilmu,
pengetahuan dan pembelajaran berorganisasi yang luar biasa ini.

v
Ristiyaningsih. 0417011281. Pengaruh Macam Mulsa Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Beberapa Varietas Mentimun (Cucumis sativus L.) di bawah
bimbingan Ir. Eka Adi Supriyanto, M.P dan Syakiroh Jazilah, S.P., M.P.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh macam mulsa terhadap


pertumbuhan dan produksi beberapa varietas mentimun. telah dilaksanakan di
Desa Rowosari, Kecamatan Limpung, Kabupaten Batang. Rancangan percobaan
yang digunakan Rancangan Split Plot terdiri dengan 2 faktor dengan 3 kali
ulangan. Faktor pertama macam mulsa (M) sebagai main plot (M0 = Tanpa
Mulsa , M1 = Mulsa Jerami, M2 = Mulsa Transparan, M3 = Mulsa Plastik Hitam
Perak) dan faktor kedua adalah beberapa varietas (V) sebagai sub plot (V 1 =
Varietas Harmony F1, V2 = varietas Bandana F1 , V 3 = varietas Metavy F1). Data
dianalisis dengan uji F, jika berbeda nyata dilanjutkan dengan BNT 5%. Variabel
yang diamati tinggi tanaman, jumlah daun, saat berbunga, jumlah buah
pertanaman, berat buah perbuah, panjang buah terpanjang, diameter buah, berat
buah pertanaman, berat buah perpetak dan panjang akar. Hasil penelitian
menunjukkan macam mulsa (M) berbeda sangat nyata terhadap semua variabel.
Macam mulsa terbaik yaitu Mulsa plastik hitam perak (M 3). Beberapa varietas
berbeda sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati kecuali terhadap
variabel tinggi tanaman. Varietas terbaik dicapai oleh varietas Harmony F1 (V1).
Interaksi terbaik dicapai pada kombinasi macam mulsa plastik hitam perak dengan
varietas Harmony F1 (M3V1).

Kata kunci:mulsa, varietas, mentimun

vi
Ristiyaningsih. 0417011281. The Effect Of Mulch On The Growth And
Production Of Several Varieties (Cucumis sativus L) under the guidance Ir. Eka
Adi Supriyanto, M.P and Syakiroh Jazilah., S.P., M.P.

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of mulch on the growth and production of
several varieties of cucumber. It has been implemented in Rowosari Village,
Limpung District, Batang Regency. The experimental design used was the Split
Plot Design consisting of 2 factors with 3 replications. The first factor is the type
of mulch (M) as the main plot (M0 = No Mulch, M1 = Straw Mulch, M2 =
Transparent Mulch, M3 = Black Silver Plastic Mulch) and the second factor is
several varieties (V) as a sub plot (V 1 = Harmony Variety F1, V2 = Bandana
variety F1, V3 = Metavy F1 variety. Data were analyzed by F test, if
significantly different, then followed by the Least Significance Different
(LSD) test 5%. The variables observed were plant height, number of leaves per
plant, flowering time, number of fruit per plant, fruit weight per fruit, longest fruit
length, largest fruit diameter, fruit weight per plant, fruit weight per plot and
longest root length. The results showed that the type of mulch (M) was very
significantly different for all variables. The best kind of mulch is silver black
plastic mulch (M3). Several varieties were very significantly different on all
observed variables except for the plant height variable. The best variety was
achieved by the Harmony F1 (V1) variety. The best interaction was achieved in
the combination of black silver plastic mulch with the Harmony F1 (M 3V1)
variety.

Keywords: mulch, varieties, cucumber

vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Macam Mulsa
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Mentimun (Cucumis
sativus L). ”
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana
pertanian pada program strata satu Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan.
Penyusunan Skripsi ini mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Penyusunan Skripsi ini mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan, yang telah berkenan
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
2. Ir. Eka Adi Supriyanto, M.P. sebagi Dosen Pembimbing pertama yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi.
3. Syakiroh Jazilah, S.P, M.P. sebagai Dosen Pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan Skripsi.
4. Semua pihak terutama kedua orang tua, teman yang telah memberikan
bantuan, materi, dorongan dan sarannya dalam penyusunan skripsi.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan,
namun demikian mudah-mudahan bermanfaat bagi yang membacanya.

Pekalongan. Februari 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............................................... iii

MOTTO............................................................................................................... iv

PERSEMBAHAN............................................................................................... v

ABSTRAK.......................................................................................................... vi

ABSTRACT........................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR........................................................................................ viii

DAFTAR ISI....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xiv

I. PENDAHULUAN........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 3

1.3 Tujuan Masalah......................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................... 4

1.5 Kerangka Pemikiran.................................................................................. 5

1.6 Hipotesis.................................................................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 8

2.1 Taksonomi Tanaman Mentimun............................................................... 8

2.2 Morfologi Tanaman Mentimun................................................................. 8

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Mentimun........................................................ 9

2.4 Mulsa......................................................................................................... 11

ix
2.5 Macam Varietas........................................................................................ 14

III. METODE PENELITIAN.............................................................................. 16

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian................................................................... 16

3.2 Bahan dan Alat Percobaan........................................................................ 16

3.3 Rancangan Penelitian................................................................................. 16

3.4 Prosedur Penelitian.................................................................................... 17

3.5 Variabel Pengamatan................................................................................. 20

3.6 Analisis Data.............................................................................................. 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 22

4.1 Hasil Penelitian......................................................................................... 22

4.2 Pembahasan............................................................................................... 40

V. SIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 49

5.1 Simpulan................................................................................................... 49

5.2 Saran.......................................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 50

LAMPIRAN........................................................................................................ 56

x
DAFTAR TABEL

No Uraian Halaman

1. Kombinasi Perlakuan Dua Faktor Macam Mulsa Dan


Beberapa Varietas Mentimun (Cucumis sativus L.).......................................
17
2. Matrik Hasil Analisis Pengaruh Macam Mulsa Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Mentimun
(Cucumis sativus L.).......................................................................................
22
3. Angka rata-rata dan analisis statistik data komponen macam
mulsa terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas
mentimun (Cucumis sativus L.)......................................................................
23
4. Angka Rata-Rata Interaksi Antara Macam Mulsa dan
Beberapa Varietas Mentimun (Cucumis sativus L.) Terhadap
Jumlah Buah Pertanaman dan Berat Buah Pertanaman.................................
24

xi
DAFTAR GAMBAR

No Uraian Halaman
1. Bagan Kerangka Pemikiran......................................................................... 5
2. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap tinggi tanaman...................... 25
3. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap jumlah daun
per tanaman.................................................................................................. 26

4. Histogram pengaruh beberapa varietas terhadap jumlah


daun per tanaman......................................................................................... 26

5. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap saat berbunga........................ 27


6. Histogram pengaruh beberapa varietas terhadap saat berbunga.................. 28
7. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap jumlah buah
per tanaman.................................................................................................. 29
8. Histogram pengaruh beberapa varietas terhadap jumlah
buah per tanaman......................................................................................... 29

9. Kurva interaksi macam mulsa dan beberapa varietas


terhadap jumlah buah per tanaman.............................................................. 30

10. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap berat buah per buah............... 31
11. Histogram pengaruh beberapa varietas terhadap berat buah
per buah........................................................................................................ 31

12. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap panjang buah


terpanjang..................................................................................................... 32

13. Histogram pengaruh beberapa varietas terhadap panjang


buah terpanjang............................................................................................ 33

14. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap diameter buah


terbesar......................................................................................................... 33

15. Histogram pengaruh beberapa varietas terhadap diameter


buah terbesar................................................................................................ 34

16. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap berat buah per


tanaman........................................................................................................ 35

17. Histogram pengaruh beberapa varietas terhadap berat buah


per tanaman.................................................................................................. 35
18. Kurva interaksi macam mulsa dengan beberapa varietas
terhadap berat buah per tanaman................................................................. 36

19. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap berat buah per petak............. 37
20. Histogram pengaruh beberapa varietas terhadap berat buah per petak........ 37
21. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap panjang akar terpanjang........ 38
22. Histogram pengaruh beberapa varietas terhadap panjang
akar terpanjang............................................................................................. 39

23. Bentuk penempatan ajir pada lahan percobaan mentimun........................... 61


24. Kunjungan dosen pembimbing.................................................................... 74
25. Tanaman mentimun umur 35 HST............................................................... 74
26. Tanaman Mentimun Umur 27 HST............................................................. 75
27. Pengaruh macam mulsa dan beberapa varietas
terhadappanjang buah terpanjang................................................................. 75

28. Pengaruh macam mulsa danbeberapa varietas terhadap berat


buah per buah............................................................................................... 75

29. Pengaruh macam mulsa dan beberapa varietas terhadap berat


buah per tanaman......................................................................................... 76

30. Pengaruh macam mulsa dan beberapa varietas terhadap


diameter buah terbesar................................................................................. 76

31. Pengaruh macam mulsa terhadap panjang akar terpanjang......................... 76


DAFTAR LAMPIRAN
No Uraian Halaman
1. Denah penempatan perlakuan pada percobaan............................................ 56
2. Tata letak tanaman pada petak percobaan.................................................... 57
3. Deskripsi Varietas Harmony F1................................................................... 58
4. Deskripsi varietas Bandana F1..................................................................... 59
5. Deskripsi Varietas Metavy F1...................................................................... 59
6. Rancangan Anova........................................................................................ 62
7. Kebutuhan Pupuk Kandang Pada Tanaman Mentimun............................... 63
8. Angka Rata-Rata Pengamatan Tinggi Tanaman Dan
Analisis Sidik Ragam................................................................................... 64

9. Angka Rata-Rata Pengamatan Jumlah Daun Per Tanaman


Dan Analisis Sidik Ragam........................................................................... 65

10. Angka Rata-Rata Pengamatan Saat Berbunga Dan Analisis


Sidik Ragam................................................................................................. 66

11. Angka Rata-Rata Pengamatan Jumlah Buah Per Tanaman


Dan Analisis Sidik Ragam........................................................................... 67

12. Angka Rata-Rata Pengamatan Berat Buah Per Buah Dan


Analisis Sidik Ragam................................................................................... 68

13. Angka Rata-Rata Pengamatan Panjang Buah Terpanjang


Dan Analisis Sidik Ragam........................................................................... 69

14. Angka Rata-Rata Pengamatan Diameter Buah Terbesar Dan


Analisis Sidik Ragam................................................................................... 70

15. Angka Rata-Rata Pengamatan Berat Buah Per Tanaman


Dan Analisis Sidik Ragam........................................................................... 71

16. Angka Rata-Rata Pengamatan Berat Buah Per Petak Dan


Analisis Sidik Ragam................................................................................... 72

17. Angka Rata-Rata Pengamatan Panjang Akar Terpanjang


Dan Analisis Sidik Ragam........................................................................... 73

18. Dokumentasi Penelitian............................................................................... 74


19. Data Curah Hujan Bulan Maret April Dan Mei 2021di
lapangan selama percobaan di Desa Rowosari, Kecamatan
Limpung, Kabupaten Batang....................................................................... 77
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu jenis sayuran dari
keluarga labu -labuan (Cucurbitaceae) yang sudah populer di dunia. Tanaman
mentimun berasal dari bagian Utara India yakni tepatnya di lereng Gunung
Himalaya, yang kemudian menyebar ke wilayah mediteran.Tanaman ini berasal
dari Himalaya di Asia Utara. Saat ini, budidaya mentimun sudah meluas ke
seluruh wilayah tropis ataupun subtropis. Mentimun memiliki berbagai nama
daerah seperti timun (Jawa), bonteng (Jawa Barat), temon atau antemon (Madura),
ketimun atau antimun (Bali), hantimun (lampung) dan Timon (Aceh). Mentimun
dapat dimanfaatkan untuk perawatan kecantikan, sebagai obat tradisional, dan
dijadikan sayuran mentah atau bahan makanan yang diawetkan seperti acar
(Rukmana, 1994).
Buah mentimun juga memiliki kegunaan sebagai bahan obat untuk
beberapa jenis penyakit misalnya untuk menyembuhkan tekanan darah tinggi,
melancarkan pencernaan, meringankan penyakit ginjal, meringankan penyakit
panas, dan pembersih pencernaan (Cahyono,2003).
Nilai gizi dan kalori dalam buah mentimun per 100 gram bahan yang dapat
dimakan mengandung 12 kalori, 07,0 g protein, lemak 0,10 g, karbohidrat 2,70 g,
kalsium 10 g, fosfor 21 mg, besi 30 mg, vitamin B1 0,03 mg, vitamin B2 0,02 mg,
vitamin C 8 mg, serat 0,50 , air 06, 10 g, dan Niacin 0,10 mg (Cahyono, 2003).
Menurut Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik, jumlah luas panen
mentimun pada tahun 2015 – 2017 yaitu, 45,573 Ha, 42, 214 Ha, dan 39,809 Ha
Dengan menunjukkan bahwa produksi mentimun di Indonesia setiap tahunnya
mengalami penurunan, tercatat sejak tahun 2015 sebesar 447,677 ton, tahun 2016
sebesar 430,201 ton, tahun 2017 424,917 ton (Kementerian Pertanian, 2019).
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembanganya industri
pangan, maka permintaan mentimun terus meningkat baik kebutuhan rumah
tangga maupun industri pangan. Salah satu kendala dalam budidaya mentimun
adalah kurang maksimalnya cara budidaya oleh petani.
2

Menurut Sumarni dan Sutapradja (1991) rendahnya produksi mentimun


selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga oleh faktor lingkungan dan teknik
budidaya yang dilakukan serta kualitas benih yang baik.
Modifikasi iklim mikro dilakukan agar tanaman yang dibudidayakan dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik. Menurut Anisuzzaman et al., (2009),
kelembaban udara dan suhu udara merupakan komponen iklim mikro yang sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dan masing-masing berkaitan dalam
menciptakan kondisi lingkungan optimal bagi tanaman. Dalam modifikasi iklim
mikro, mulsa memiliki peranan sangat penting dalam mengurangi kecepatan
penguapan air tanah akibat radiasi matahari dan evaporasi sehingga suhu tanah
turun dan kelembaban air tetap terjaga. Hal tersebut dapat mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Menurut (Umboh,2002),untuk meningkatkan produksi pertanian yang
tinggi, dapat dilakukan dengan penggunaan benih atau bibit unggul (faktor
genetis) dan perbaikan atau manipulasi tumbuh tanaman (faktor lingkungan).
Salah satu upaya manipulasi lingkungan tumbuhan yang saat ini mulai di lakukan
adalah pemulsaan lahan pertanian dengan bahan atau material tertentu. Menurut
(Lakitan, 1995) mulsa adalah bahan atau material yang di gunakan untuk
menutupi permukaan tanah atau lahan pertanian dengan tujuan tertentu yang
prinsipnya adalah untuk meningkatkan produksi tanaman. Secara teknis,
penggunaan mulsa dapat memberikan keuntungan antara lain, menghemat
penggunaan air dengan laju evaporasi dari permukaan tanah, memperkecil laju
erosi tanah akibat tumbukan butir- butir hujan dan menghambat laju pertumbuhan
gulma (Marliah,2012).
Berdasarkan sumber bahan dan cara pembuatannya, bahan mulsa pada
dasarnya dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu mulsa organik, mulsa
anorganik, dan mulsa kimia sintesis. Mulsa organik meliputi semua bahan sisa
pertanian yang secara ekonomis kurang bermanfaat seperti jerami padi, batang
jagung, batang kacang tanah, batang kedelai, daun pisang, pelepah batang pisang,
daun tebu, alang-alang, dan serbuk gergaji. Mulsa anorganik meliputi semua
bahan batuan dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti batu kerikil, batu koral,
3

pasir kasar, batu bata dan batu gravel. Untuk tanaman semusim, bahan mulsa ini
jarang digunakan untuk tanaman hias dalam pot. Mulsa kimia-sintesis meliputi
bahan-bahan plastik dan bahan-bahan kimia lainnya. Bahan-bahan plastik
berbentuk lembaran dengan daya tembus sinar matahari yang beragam. Bahan
plastik yang saat ini paling sering digunakan sebagai bahan mulsa adalah plastik
transparan, plastik hitam, plastik perak, dan plastik perak hitam. Penggunaan
bahan mulsa tersebut tergantung efek pemulsaan yang diharapkan (Umboh, 2002).
Usaha lain yang mampu meningkatkan produksi mentimun di Indonesia
dapat dilakukan melalui pemuliaan tanaman yaitu mengembangkan varietas-
varietas yang memiliki daya hasil tinggi. Pada proses pemuliaan selanjutnya akan
diperoleh varietas unggul baru (Kusandriani dan Permadi, 1996).
Varietas atau kultivar adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat
dibedakan dari setiap morfologi, fisiologi, sitologi dengan nyata untuk usaha
pertanian. Varietas tersebut bila diproduksi akan menunjukkan sifat-sifat yang
dapat dibedakan dari varietas lainnya (Sutopo, 2002).
Tujuan dari pembentukan varietas unggul yaitu untuk meningkatkan
produktivitasseperti potensi daya hasil biji, memperpendek umur panen,
memperbaiki sifat ketahanan terhadap hama (Istyastuti dan Yanuharso, 1996).
Pada saat ini banayak varietas unggul mentimun yang dikembangkan, masing-
masing memiliki sifat genetik yang berbeda.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1. Macam mulsaapakah yangtepat terhadap pertumbuhan dan produksi
mentimun?
2. Varietas apakah yang tepatterhadap pertumbuhan dan produksi mentimun?
3. Apakah terdapat interaksi antara macam mulsa dan beberapa varietas
terhadap pertumbuhan dan produksi mentimun ?
4

1.3 Tujuan Masalah


Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui macam mulsa yang tepat terhadap pertumbuhan dan produksi
mentimun.
2. Mengetahui varietas yang tepat terhadap pertumbuhan dan produksi
mentimun.
3. Mengetahui adanya interaksi antara macam mulsa dan beberapa varietas
terhadap pertumbuhan dan produksi mentimun.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui macam mulsa yang tepat terhadap pertumbuhan dan
produksi mentimun.
2. Dapat mengetahui varietas yang tepat terhadap pertumbuhan dan produksi
mentimun.
3. Dapat mengetahui adanya interaksi antara macam mulsa dan beberapa
varietas terhadap pertumbuhan dan produksi mentimun.
5

1.5 Kerangka Pemikiran

Produksi mentimun menurun

Teknik budidaya yang kurang baik dan


penggunaan varietas yang kurang tepat

Upaya perbaikan produksi mentimun

Intensifikasi

Macam mulsa : Macam varietas


M0 : Tanpa mulsa (kontrol) V1 : Varietas Harmony F1
M1 : Mulsa Jerami V2 : Varietas Bandana F1
M2 : Mulsa Transparan V3 : Varietas Metavy F1
M3 : Mulsa Plastik Hitam Perak

Produksi mentimun meningkat

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran


6

Mentimun terbanyak ditemui di Kabupaten Magelang. Sebesar 37,58%


produksi jawa tengah berasal dari sana. Pada tahun 2016 ini luas panen mentimun
turun dibandingkan 2015 akan tetapi produktivitasnya naik. Penurunan luas panen
diakibatkan beralihnya pertanaman mentimun ke palawija atau tebu. Produktivitas
naik dikarenakan tahun 2016 curah hujan tinggi sedangkan mentimun bisa
ditanam dilahan kering, sehingga ketersediaan air cukup. Walaupun
produktivitasnya naik, penurunan luas panen yang tinggi menyebabkan produksi
ketimun di 2016 turun dibandingkan 2015 (Statistik Hortikultura Provinsi Jawa
Tengah, 2016).
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi mentimun
salah satunya dengan menggunakan mulsa. Hal ini bertujuan untuk menjaga iklim
mikro di sekitar tanaman seperti suhu dan kelembaban agar tanaman mampu
tumbuh optimal (Multazamet al., 2014). Pada komoditas hortikultura mulsa dapat
mencegah percikan air hujan yang menyebabkan infeksi pada tempat percikan
tersebut. Pemberian mulsa pada musim kemarau dapat menahan panas matahari
pada permukaan tanah bagian atas(Umboh, 2000).
Tujuan lain pemulsaan adalah untuk mengendalikan gulma. Menurut
Sukman dan Yakup (2002) gulma perlu dikendalikan karena (1) menurunkan
produksi karena bersaing dalam sarana tumbuh, (2) menurunkan mutu hasil akibat
kontaminasi dengan bagian-bagian gulma, (3) mengeluarkan senyawa alelopati
yang dapat mengeluarkan racun terhadap tanaman (4) menjadi inang bagi hama
dan patogen yang menyerang tanaman, (5) meningkatkan biaya usaha tani akibat
biaya penyiangan.
Mulsa sebagai penutup tanah sangat baik karena secara ekonomi
penggunaannya dapat mengurangi biaya produksi seperti penyiangan dan
penggemburantanah, selain itu penggunaan mulsa berguna untuk menjaga
kelembaban tanah, mencegahtercucinya pupuk oleh air hujan dan penguapan
unsur hara oleh sinar matahari (Umboh,2002). Efek aplikasi mulsa ditentukan
oleh jenis bahan mulsa. Bahan yang dapat digunakan sebagai mulsa di antaranya
sisa-sisa tanaman (serasah dan jerami) atau bahan plastik. Jadi jenis mulsa yang
berbeda memberikan pengaruh berbeda pula pada pengaturan suhu, kelembaban,
7

kandungan air tanah, penekanan gulma dan OPT. Namun manipulasi lingkungan
tumbuh dengan cara teknik budidaya tersebut akan berbeda pengaruhnya jika
dilakukan pada tanaman dengan kultivar yang berbeda, begitu juga perbedaan
jenis mulsa akan berbeda pengaruhnya terhadap perbedaan lingkungan terutama
suhu tanah sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun untuk tiap kultivar
akan berbeda pula (Mahmood dalam Riski, 2015). Berdasarkan penelitian
Futichat et al., (2019) menyimpulkan bahwa penggunaan mulsa plastik hitam
perak memberikan hasil terbaik terhadap parameter jumlah buah.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman
mentimun dengan penggunaan varietas unggul. Menurut Qamari (2013) kelebihan
varietas unggul yaitu produksi dan ketahanan lebih tinggi terhadap hama dan
penyakit dibandingkan dengan varietas kultivar (non hibrida). Berdasarkan hasil
penelitian Irama (2015) varietas hibrida Harmony F1 menunjukanberat buah per
tanaman tertinggi dibandingkan dengan yang lainnya.
1.6 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat ditarik hipotesis
sebagai berikut :
1. Mulsa plastik hitam perakmerupakan mulsa yang tepat untuk pertumbuhan dan
produksi mentimun.
2. Varietas mentimun harmony F1 merupakan varietas yang tepat untuk
pertumbuhan dan produksi mentimun.
3. Terdapat interaksi antara macam mulsa dan beberapa varietas untuk
pertumbuhan dan produksi mentimun.
8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi Tanaman Mentimun


Menurut ilmu botani, tanaman mentimun diklasifikasikan sebagai berikut.
(Sharma, 2002):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotylodenae
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus L.
2.2 Morfologi Tanaman Mentimun
2.2.1 Akar
Akar mentimun akan tumbuh lurus sampai kedalaman 20 cm, sedangkan
akar serabut tumbuh menyebar secara horizontal dan dangkal. Akar mentimun
dapat tumbuh dan berkembang baik pada tanah yang gembur (struktur tanah
remah), tanah mudah menyerap air, subur, dan kedalaman tanah (volume tanah
yang cukup). Tanaman mentimun memiliki akar yang tidak tahan terhadap
genangan air (Manalu, 2013).
2.2.2 Batang
Batang mentimun berbentuk bulat pipih, beruas-ruas, berbulu halus,
lunak dan berair dengan warna hijau. Ruas batang memiliki ukuran 7-10 cm dan
berdiameter antara 10-15 mm. Batang memiliki fungsi sebagai tempat tumbuh
daun, sebagai proses pengangkutan zat hara (makanan) dari akar ke daun agar
dapat disalurkan ke seluruh bagian tubuh tanaman (Imdad et al., 2001).
2.2.3 Daun
Daun mentimun berbentuk bulat dengan ujung daun runcing berganda,
bergerigi, berbulu sangat halus, memiliki tulang daun menyirip dan bercabang-
9

cabang. Daun mentimun terdiri oleh tangkai daun yang memiliki ukuran
panjang sekitar 24 cm, helai daun yang memiliki ukuran cukup lebar ± 20 cm dan
tulang-tulang daun. Daun berwarna hijau muda hingga hijau tua dan memiliki
permukaan daun yang berkerut (Manalu, 2013).
2.2.4 Bunga
Bunga mentimun berwarna kuning, berbentuk terompet dan berukuran
kecil dengan panjang 2-3 cm. Bunga terdiri dari tangkai bunga, kelopak bunga
berjumlah 5 buah, berwarna hijau, berbentuk ramping, dan berada dibagian bawah
pangkal bunga, mahkota bunga berjumlah 5-6 buah, berwarna kuning terang dan
berbentuk bulat. Bunga mentimun yang telah mekar memiliki diameter antara 30-
35 mm (Manalu, 2013).
Tanaman mentimun termasuk tanaman berumah satu, artinya bunga jantan
dan bunga betina terpisah, tetapi masih dalam satu pohon. Bunga betina
mempunyai bakal buah berbentuk lonjong yang terletak dibawah kelopak bunga,
sedangkan bunga jantan tidak mempunyai bagian yang menonjol (bakal buah).
Bila bakal buah berkembang membesar menjadi buah maka kelopak bunga dan
mahkota bunga terdorong kedepan dan pada akhirnya akan menempel pada pucuk
buah (Sunarjono, 2007).
2.2.5 Buah
Buah mentimun memiliki ukuran panjang 15-25 cm, diameter 5 cm, dan
berat buah 200-450 gr yang terdiri atas kulit buah, daging buah, dan biji diselaputi
lendir. Biji mentimun berbentuk pipih, kulitnya berwarna putih atau putih
kekuningan sampai coklat. Kulit buah mentimun sangat tipis dan basah serta
mempunyai warna yang beragam tergantung varietasnya seperti hijau gelap, putih,
putih kehijauan. Daging buah berwarna putih dan tebal, agak keras, bila dimakan
renyah dan banyak mengandung air (Manalu, 2013).
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Mentimun
2.3.1 Iklim
Tanaman mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi di hampir semua jenis
tanah dan dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi 1000
mdpl.
10

Kandungan pH tanah kurang dari 5,5 akan menyebabkan gangguan


penyerapan zat hara oleh akar sehingga pertumbuhan tanaman terganggu,
sedangkan tanah yang terlalu masam tanaman mentimun akan menderita penyakit
klorosis. Kemasaman tanah yang optimal untuk mentimun adalah antara 5,5-6,5.
Tanah yang kaya akan bahan organik sangat baik untuk pertumbuhan tanaman
mentimun, karena tanah yang kaya bahan organik memiliki tingkat kesuburan
tanah yang tinggi (Rukmana, 1994).
Tanaman mentimun dapat tumbuh baik di ketinggian 0-1.000 m di atas
permukaan air laut. Pada ketinggian lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut
(dpl), penanaman mentimun harus menggunakan mulsa plastik perak hitam karena
pada ketinggian tersebut suhu tanah kurang dari 18°C dan suhu udara kurang dari
25°C. Dengan menggunakan mulsa tersebut dapat meningkatkan suhu tanah dan
suhu di sekitar tanaman (Sumpena, 2008).
Pemilihan tempat dengan iklim yang sesuai untuk pertumbuhan mentimun
merupakan salah satu faktor yang mendukung keberhasilannya. Faktor-faktor
iklim yang berpengaruh pada pertumbuhan mentimun yaitu:
Tanaman mentimun untuk tumbuh dengan baik memerlukan suhu tanah
antara 18-30°C. Suhu di bawah atau di atas kisaran tersebut menyebabkan
pertumbuhan tanaman mentimun kurang optimal. Proses perkecambahan biji
membutuhkan suhu yang optimal antara 25-35°C (Sumpena, 2008).
Cahaya merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan
tanaman mentimun. Cahaya berfungsi sebagai sumber energi dalam fotosintesis
sehingga dapat mempengaruhi proses metabolisme di dalamtanaman. Penyerapan
unsur hara pada tanaman mentimun akan berlangsung dengan optimal jika
pencahayaan berlangsung antara 8-12 jam/hari (Sumpena,2008).
Tanaman mentimun kurang tahan terhadap curah hujan yang tinggi,
karena dapat mengakibatkan bunga yang terbentuk berguguran sehingga gagal
membentuk buah. Tanaman mentimun akan mudah terserang penyakit tepung atau
busuk daun jika berada di daerah dengan temperatur yang tinggi (Rukmana,
1994).
11

Pertumbuhan tanaman mentimun harus menghendaki kelembapan relatif


udara antara 50-85%. Sementara curah hujan optimal yang mendukung dalam
pertumbuhan mentimun antara 200-400 mm/bulan. Curah hujan yang terlalu
tinggi kurang baik untuk pertumbuhan tanaman mentimun karena dapat
menyebabkan bunga berguguran (Sumpena, 2008).
2.4 Mulsa
Menurut (Lakitan, 1995) mulsa adalah bahan atau material yang di
gunakan untuk menutupi permukaan tanah atau lahan pertanian dengan tujuan
tertentu yang prinsipnya adalah untuk meningkatkan produksi tanaman. Secara
teknis, penggunaan mulsa dapat memberikan keuntungan antara lain, menghemat
penggunaan air dengan laju evaporasi dari permukaan tanah, memperkecil suhu
tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman mentimun dan
mikroorganisme tanah, memperkecil laju erosi tanah akibat tumbukan butir- butir
hujan dan menghambat laju pertumbuhan gulma (Marliah,2012).
Pengaplikasian mulsa pada tanaman budidaya memiliki fungsi tertentu.
Menurut (Tinambunan et.al., 2014) mulsa berfungsi menekan pertumbuhan gulma
sehingga tanaman akan tumbuh lebih optimal. Pemberian mulsa pada permukaan
tanah saat musim hujan dapat mencegah erosi pada permukaan bedengan
sekaligus pada komoditas hortikultura tertentu seperti melon, semangka, tomat,
mentimun, terong dan sebagainya, mulsa dapat mencegah percikan air hujan atau
air siraman menempel pada kulit buah yang mungkin dapat menyebabkan infeksi
pada tempat yang terkena percikan. Sedangkan pemulsaan pada musim kemarau
akan menahan panas matahari langsung sehingga permukaan tanah bagian atas
relatif rendah suhunya dan lembab, hal ini disebabakan karena penekanan
penguapan, sehingga air dalam tanah lebih efisien pemanfaatannya (Sudjianto,
2009).
Menurut (Fauzan dalam Burdiono, 2012). Fungsi langsung mulsa terhadap
sifat kimia tanah terjadi melalui pelapukan bahan-bahan mulsa. Fungsi ini hanya
terjadi pada macam mulsa yang mudah lapuk seperti jerami padi, alang-alang,
rumput-rumputan, dan sisa-sisa tanaman lainnya. Hal ini merupakan salah satu
12

keuntungan penggunaan mulsa sisa-sisa tanaman dibanding mulsa plastik yang


sukar lapuk. Teknologi pemulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air
yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh
kembali ke tanah. Akibatnya lahan yang ditanam tidak kekurangan air karena
penguapan air ke udara hanya terjadi melalui proses transpirasi. Melalui proses
transpirasi inilah tanaman dapat menarik air dari dalam tanah yang didalamnya
telah terlarut berbagai hara yang dibutuhkan tanaman.
Pada umunya praktek penggunakan mulsa dilakukan agar memperoleh
berbagai keuntungan yang mampu memperbaiki sifat-sifat tanah sehingga dapat
mempengaruhi produktivitas tanah tersebut. Beberapa keunggulan praktek
pemulsaan antara lain : (1) Meningkatkan penyerapan air oleh tanah,(2)
melindungi agregat-agregat tanah dari daya rusak butir hujan, (3) memelihara
temperatur dan kelembaban tanah, (4) mengendalikanpertumbuhan gulma, (5)
memelihara kandungan bahan organik tanah, (6) mengurangi volume dan
kecepatan aliran permukaan. Adanya berbagai manfaat yang didapat
memungkinkan hasil pertanaman akan meningkat, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas (Purwowidodo, 1983).
Mulsa dibagi menjadi dua, yaitu mulsa organik dan mulsa anorganik.
Menurut (Kadarso, 2008), penggunaan mulsa plastik untuk mengendalikan suhu
dan menjaga kelembapan tanah akan mengurangi serangan hama dan penyakit.
Penggunaan mulsa plastik warna hitam untuk lapisan bawah dan warna perak
untuk lapisan atas sangat diperlukan untuk penanaman pada musim hujan. Salah
satu keuntungan menggunakan mulsa lapisan atas perak adalah sinar ultraviolet ke
permukaan bawah daun yang banyak dihuni oleh hama aphid, thrips, tungau, ulat,
dan cendawan. Penggunaan mulsa anorganik dapat mempercepat tanaman yang
dibudidayakan berproduksi, efisien dalam penggunaan air, serta mengurangi erosi,
hama dan penyakit (Noorhadi dan Sudadi, 2003).
2.4.1 Mulsa Jerami
Jerami padi adalah sisa hasil panen dan sumber bahan organik yang
ketersediaannya cukup, serta melimpah setelah kegiatan panen dilakukan.
Pengembalian sisa tanaman ini ke lahan mampu memberikan manfaat ganda
13

dalam usaha perbaikan dan peningkatan status kesuburan tanah. Penggunaannya


sebagai mulsa yang dihamparkan di atas lahan, yang ditanami akan mampu
melindungi tanah dari daya perusak hujan dan alisan permukaan, disisi lain
dengan berjalannya waktu serta terjadinya dekomposisi bahan organiknya akan
menyumbangkan unsur hara kedalam tanah (Andrinal, 2012).
Kandungan nilai nutrisi dalam jerami padi terdiri atas protein kasar 4,5 %,
serat kasar 35%, lemak kasar 1,55%, abu 16,5%, kalsium 0,19%, fosfor 0,1%,
energi TDN (Total Digestible Energy) 1,9 kkal/kg, dan lignin yang tinggi
(Siregar, 1995).
Mulsa Jerami dapat dimanfaatkan untuk semua jenis tanah dan tanaman.
Karena sifatnya mudah lapuk cocok digunakan untuk tanah yang dieksploitasi
berat, sehingga kesuburan tanah dalam jangka waktu tertentu dapat pulih kembali.
Mulsa jerami sesuai digunakan untuk tanaman semusim atau non semusim yang
tidak terlalu tinggi dan memiliki struktur tajuk berdaun lebat dengan perakaran
dangkal.Tanam-tanaman berikut ini yang sukses diberi mulsa jerami adalah
kentang, kedelai, bawang merah, bawang putih dataran rendah, semangka dan
melon (Setjanata, 1983).
2.4.2 Mulsa Transparan
Mulsa plastik bening dapat menciptakan efek rumah kaca, sementara
mulsa plastik perak dapat memantulkan kembali sebagian panas yang diserap
sehingga mengurangi serangan kutu daun (aphid) pada tanaman (Mawardi, 2000).
Mulsa plastik transparan memantulkan cahaya sekitar 12% sedangkan 88%
diteruskan atau diserap. Terkait hal ini mulsa transparan memberikan efek
menurunkan suhu tanah, selain itu mulsa transparan mampu menambah jumlah
cahaya matahari yang diterima tajuk tanaman. Karena cahaya yang dipantulkan
cukup besar. Hal ini membantu tanaman berfotosintesis (Setjanata, 1983).
2.4.3 Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP)
Menurut (Prajnanta, 1999) mulsa sintetis yang baik adalah mulsa plastik
hitam perak. Mulsa ini terdiri dari dua lapisan, yaitu perak dibagian atas dan hitam
dibagian bawah. Warna perak akan memantulkan cahaya matahari sehingga
proses fotosintesis menjadi optimal, selain itu dapat menjaga kelembaban,
14

mengurangi serangan hama (seperti Thrips dan Aphis) dan penyakit. Sedangkan
warna hitam akan menyerap panas sehingga suhu di perakaran tanaman menjadi
hangat dan optimal untuk pertumbuhan akar.
Keuntungan lain dari mulsa plastik adalah dapat diperoleh setiap saat,
memiliki sifat yang beragam terhadap suhu tanah tergantung plastik, dapat
menekan erosi, mudah diangkut sehingga dapat digunakan setiap saat, menekan
pertumbuhan gulma dan dapat digunakan lebih dari satu musim tanam tergantung
perawatan bahan mulsa. Sementara kekurangannya adalah tidak memiliki efek
menambah kesuburan tanah karena sifatnya sukar lapuk dan harga untuk membeli
mulsa plastik relatif mahal. Mulsa plastik sesuai digunakan untuk pembudidayaan
tanaman yang struktur perakarannya dangkal, tajuk tanaman berdaun tidak lebat
dan tinggi tanaman diatas 0,5 meter. Karena mulsa MPHP dapat memantulkan
cahaya matahari sangat banyak, sedangkan cahaya matahari yang diteruskan
sangat kecil akam menyebabkan suhu tanah tetap rendah. (Khaira, 2014).
2.5 Macam Varietas
2.5.1 Varietas Harmony F1
Mentimun hibrida berbentuk silindris cocok didataran rendah sampai
sedang. Pertumbuhan tanaman kuat dan seragam, toleran penyakit kresek (downy
mildew). Tanaman tetap menghasilkan buah yang besar dan lurus (tanpa leher)
meskipun pengairan kurang sempurna. Buah berwarna hijau tua, seragam dan
tidak pahit. Panjang buah ± 25 cm, diameter ±5,7 cm dengan berat 300 g/buah.
Umur panen ± 37 hari setelah pindah tanam dengan potensi hasil 5 -6 kg/tanaman.
(PT. Benih Inti Subur Tani, 2005).
2.5.2 Varietas Bandana F1
Mentimun hibrida tipe lalap cocok di dataran rendah dan menengah,
tanaman sangat vigor. Buah lebat dengan ukuran silindris dan berwarna hijau
muda, warna garis buah putih pudar dan rasa tidak pahit. Agak tahan terhadap
Gummy stem blight atau busuk batang berlendir (Didymella sp.) dan rentan
terhadap Gemini virus. Panjang 18 cm dan diameter buah 4,5 cm, berat per buah
135 g. Umur panen 30 – 35 hari dengan potensi hasil 50 – 60 ton/ha (PT. East
West Seed, 2010).
15

2.5.3 Varietas Metavy F1


Mentimun hibrida untuk dataran rendah – menengah. Tanaman vigor dan
mudah merambat, umur genjah, rasa pangkal buah agak pahit. Tahan terhadap
Gemini virus. Bentuk buah silindris panjang 23,5 cm, diameter 5 cm, berat buah
per tanaman 265 – 279 g, buah seragam, daging tebal, produktif, umur mulai
panen 34-36 hari, potensi hasil 60 70 ton/ha (PT. East West Seed, 2012).
III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Percobaan telah dilaksanakan di Desa Rowosari, Kecamatan Limpung,
Kabupaten Batang pada ketinggian 125 meter di permukaan laut (dpl), mulai
bulan Maret sampai dengan Mei2021.
3.2 Bahan dan Alat Percobaan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : benih
mentimun varietas Harmony F1, varietas Bandana F1, varietas Metavy F1, pupuk
kandang ayam, sekam segar, tanah, mulsa jerami, mulsa transparan dan mulsa
plastik hitam perak.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : cangkul,
kaleng susu bekas untuk melubangi mulsa, timbangan analitik, alat
penyemprot/sprayer, bambu, penggaris, alat tulis, tali rafia, gunting, pisau, jangka
sorong, papan nama, polybag ukuran 6cm x 8cm.
3.3 Rancangan Penelitian
Percobaan ini menggunakan rancangan percobaan yang disusun secara
split plot dengan main plotnya adalah macam mulsa dan sub plotnya beberapa
varietas yang masing-masing di ulang 3 kali dengan 12 kombinasi perlakuan
sehingga semuanya ada 36 unit percobaan yang masing-masing unit ada 5
tanaman sampel. Faktor yang dicoba dalam percobaan ini adalah :
Jenis mulsa (M), yang terdiri dari dari 4 taraf, yaitu:
M0 : Tanpa Mulsa ( kontrol )
M1 : Mulsa Jerami
M2 : Mulsa Transparan
M3: Mulsa Plastik Hitam Perak
Beberapa varietas (V), yang terdiri dari 3 taraf, yaitu :
V1 :Varietas Harmony F1
V2 : Varietas Bandana F1
V3 : Varietas Metavy F1
17

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Dua Faktor Macam Mulsa Dan Beberapa


VarietasMentimun (Cucumis sativus L.).

Macam Varietas
Macam Mulsa
V1 V2 V3
M0 M0V1 M0V2 M0V3
M1 M1V1 M1V2 M1V3
M2 M2V1 M2V2 M2V3
M3 M3V1 M3V2 M3V3
3.4 Prosedur Penelitian
Pelaksanaan percobaan meliputi: persiapan benih mentimun, persiapan
lahan, penanaman, pembuatan lubang tanam, penyemaian, penanaman,
pemeliharaan, pemanenan dan pengamatan.
3.4.1 Persiapan Benih Timun
Benih timun yang digunakan adalah varietas Harmony F1, varietas
Bandana F1, varietas Metavy F1. Benih diseleksi terlebih dahulu untuk
mendapatkan kriteria benih yang baik dengan cara benih dimasukkan kedalam air.
Apabila benih tersebut baik maka benih akan tenggelam di dasar air. Benih yang
tenggelam di dasar air diambil untuk dijadikan sebagai bahan tanam.
3.4.2 Persiapan Lahan
Persiapan lahan diawali dengan pengolahan lahan yang dilakukan dengan
cara mencangkul sedalam 30cm dan tinggi bedengan 25 cm, membersihkan sisa-
sisa tanaman maupun gulma serta di beri pupuk kandang 20 ton/ha dengan dosis
7,2 kg per petak. Lahan percobaan tersebut kemudian diratakan dan dibagi dalam
tiga blok dan masing-masing blok dibagi menjadi 12 petak dengan masing-masing
petak berkuran lebar 1,2 meter dan panjang 3,2 meter. Jarak antara blok 50 cm
dan jarak antar petak dalam blok adalah 50 cm. Kemudian bedengan di tutup
dengan mulsa sesuai perlakuan. Untuk mulsa plastik transparan dan hitam perak
di bagian tepi dijepit dengan belahan bambu.
3.4.3 Pembuatan lubang tanam
Mulsa dilubangi dengan alat yang terbuat dari kaleng atau bahan lain yang
memiliki daya hantar panas cukup baik. Kaleng diberi bara api untuk
memudahkan pelubangan mulsa plastik tersebut. Diameter lubang tanam sekitar
10 cm. Kemudian lubang tanam dibuat dengan menggunakan alat yang terbuat
18

dari kayu yang berbentuk bulat berdiameter sama dengan lubang mulsa plastik
dan bagian bawahnya dibuat runcing. Kedalaman lubang tanam sekitar 10 cm – 15
cm atau kira kira cukup untuk menempatkan bibit beserta media tanahnya.
3.4.4 Persemaian
Benih mentimun setelah direndam air hangat selama 15 menit, seleksi benih
yang mengapung dan ambil benih yang tenggelam saja. Siapkan media tanah dan
sekam segar dengan komposisi perbandingan 1:1, campurkan semua bahan hingga
merata dan masukkan kedalam wadah persemaian berupa polybag kecil ukuran
6cm x 8cm. Buat lubang tanam sedalam 3 – 5 cm. Lalu masukan benih
kedalamnya (1 benih per lubang) timbun kembali menggunakan tanah.
3.4.4 Penanaman
Setelah benih berumur 7 hari atau berdaun 3-4 helai, dipindah tanam di
lahan yang sudah disiapkan sebelumnya dengan cara menyobek polybag semai
dan dimasukan ke lubang tanam yang sudah di pasang mulsa sesuai perlakuan
dengan jarak tanam 50 x 50 cm.
3.4.5 Pemeliharaan
1. Pengairan
Pengairan dilakukan dengan menyiram tanaman dengan menggunakan
selang, pengairan dilakukan setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari sampai
tanaman berumur 2 – 3 minggu setelah tanam. Atau disesuikan dengan kondisi
iklim dan cuaca.
2. Pemberian Ajir
Pemasangan ajir dilakukan setelah tanaman mentimun berumur 4 – 5 hari
agar tidak mengganggu sistem perakaran. Ajir yang digunakan adalah dari batang
bambu yang  dibelah empat, kemudian dibersihkan dan dihaluskan agar tidak
melukai tanaman mentimun. Tinggi ajir yang umum digunakan untuk tanaman
mentimun adalah 2 m dan lebar 2-4 cm, dengan bagian yang dimasukkan ke
dalam tanah adalah 20 cm, ajir ditancapkan dekat dengan batang dan diikat.
Bagian bawah ajir dibuat runcing agar mudah penancapannya. Batang tanaman
mentimun diikat pada turus bambu menggunakan tali rafia. Pengikatan dilakukan
setiap minggu mengikuti perkembangan tinggi tanaman.
19

3. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut rumput/gulma yang ada
disekitar tanaman dan bedengan.Penyiangan dilakukan tergantung kondisi kebun.
4. Penyulaman
Penyulaman adalah tanaman yang pertumbuhannya tidak normal atau
terserang hama dan penyakit atau mati, harus segera diganti dengan tanaman
(bibit) yang baru. Penyulaman ini dilakukan maksimal pada umur 15 hari setelah
tanam, agar pertumbuhan selanjutnya dapat seragam dan memudahkan
pemeliharaan. Cara penyulaman adalah menanam bibit mentimun yang baru pada
lubang tanam bekas tanaman yang mati atau abnormal.
5. Pemupukan
Pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang dosis 20 ton/ha sebagai
pupuk dasar, pada saat pengolahan lahan aplikasinya adalah menyebarkan pupuk
di atas tanah atau di atas petakan secara merata7,2 kg per petak.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan apabila muncul serangan di
lapangan. Pengendalian bisa menggunakan metode kimia menyesuaikan hama dan
penyakit yang menyerang.
7. Pemanenan
Mentimun mulai bisa dipanen setelah berumur ±40 hari setelah tanam.
Buah yang cukup layak dipanen yaitu berwarna sama mulai dari pangkal sampai
ujung. Pemanenan mentimun dilakukan dengan cara memotong tangkai buahnya
kira-kira 2 cm dari pangkalnya menggunakan gunting. Pemetikan dilakukan
dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan ranting-ranting muda, bunga dan
buah-buah lainnya. Buah yang siap panen adalah buah yang jika ditekan akan
terasa lunak dan belum mengeras.
20

3.5 Variabel Pengamatan


1. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi.
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan umur 30 hari HST.
2. Jumlah daun Pertanaman (helai)
Jumlah daun pertanaman perhitungannya dilakukan pada daun yang masih
ada pada tanaman sampel. Pengamatan dilakukan saat tumbuh buah pada saat
umur 30 hari.
3. Saat Berbunga (hari)
Waktu tanaman berbunga dihitung dengan mengamati persentase tanaman
yang berbunga pada petak sekitar 80%.
4. Jumlah Buah Pertanaman (buah)
Perhitungan jumlah buah per tanaman dimulai tanaman sudah mulai
berbuah sampai panen ke 1, 2, 3, 4, 5.
5. Berat Buah Perbuah (gram)
Pengamatan dilakukan dengan menimbang masing-masing buah mentimun
pada tiap tanaman sampel, kemudian dirata-rata. Pengamatan dilakukan saat umur
panen ke 1, 2, 3, 4, 5.
6. Panjang buah Terpanjang (cm)
Panjang buah pertanaman sampel diukur dari pangkal hingga ujung buah
setelah panen, kemudian dirata-rata. Pengamatan dilakukan saat umur panen ke 1,
2, 3, 4, 5.
7. Diameter buah Terbesar(mm)
Pengamatan diameter buah (mm) pada umur panen 1, 2, 3, 4, 5 dengan
menggunakan jangka sorong dengan mengukur lingkar buah persis pada bagian
tengah buah.
8. Berat Buah Pertanaman (gram)
Penghitungan berat buah per tanaman dilakukan dengan cara menimbang
semua buah yang dipanen dari umur panen ke 1, 2, 3, 4, 5.
21

9. Berat Buah Perpetak (kwintal)


Berat buah per petak ditimbang berat semua buah pada petak dalam
keadaan segar, total tanaman sampel dihitung terus dijumlah lakukan saat umur
panen ke 1, 2, 3, 4, 5.
10. Panjang Akar Terpanjang per Tanaman (cm)
Pengamatan panjang akar terpanjang tanaman dilakukan dengan cara
mengukur panjang akar mulai dari pangkal akar tanaman sampai leher akar
menggunakan penggaris saat tanaman memasuki umur panen terakhir dengan cara
dicabut.
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dari percobaan dianalisis dengan uji F. Jika antara
faktor yang dicoba terdapat perbedaan nyata, maka analisis dilanjutkan dengan uji
beda nyata terkecil (BNT) 5%. Uji selanjutnya dilakukan uji kontras orthogonal.
Model matematik dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
Y ijik = µ + Bi + Mj + ∑ij + vk + (MV)jk + ∑ijk
Keterangan :
Yijik = Nilai pengamatan dari kelompok ke-k yang memperoleh taraf ke-i
dari faktor M dan taraf ke-j dari faktor V.
µ = Nilai rata-rata sebenarnya.
Bi = Pengaruh kelompok ke-k (k = 1,2,3).
Mi = Pengaruh macam mulsa pada taraf ke-i (i=1,2,3,4)
Vj = Pengaruh beberapa varietas pada taraf ke-j (j=1,2,3)
(MV)ij = Pengaruh interaksi antara macam mulsa (M) pada taraf ke-i dengan
macam varietas (V) pada taraf ke-j.
E ijk = Pengaruh galat percobaan pada kelompok ke-k yang memperoleh
perlakuan ke-i dari faktor M dan taraf perlakuan ke-j dari faktor V.
22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Matrik hasil penelitian pengaruh macam mulsa terhadap pertumbuhan dan
produksi beberapa varietas mentimun (Cucumis sativus L.), disajikan pada Tabel
3. Angka rata-rata dan analisis hasil statistik data komponen macam mulsa
terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas mentimun (Cucumis sativus
L.) pada Tabel 4, sedangkan angka rata-rata pengaruh interaksi macam mulsa dan
beberapa varietas mentimun pada Tabel 5.
Tabel 2. Matrik Hasil Analisis Pengaruh Macam Mulsa Terhadap Pertumbuhan
Dan Produksi Beberapa Varietas Mentimun (Cucumis sativus L.).

Faktor yang dicoba


No Variabel Yang Diamati Macam Beberapa Interaksi
Mulsa Varietas
1. Tinggi Tanaman (cm) ** tn tn
2. Jumlah Daun Pertanaman ** ** tn
(helai)
3. Saat Berbunga (hst) ** ** tn
4. Jumlah Buah Pertanaman ** ** *
(Buah)
5. Berat Buah Perbuah (gram) ** ** tn
6. Panjang Buah Terpanjang ** ** tn
(cm)
7. Diameter Buah (mm) ** ** tn
8. Berat Buah Pertanaman ** ** *
(gram)
9. Berat Buah Perpetak ** ** tn
(kwintal)
10. Panjang Akar Terpanjang ** ** tn
(cm)
Keterangan :
** : berbeda sangat nyata
* : berbeda nyata
tn : berbeda tidak nyata
23

Tabel 3. Angka Rata-Rata Dan Analisis Statistik Data Komponen Macam Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa
Varietas Mentimun (Cucumis sativus L.)
Tinggi Jumlah Saat Jumlah Berat Panjang Diameter Berat Buah Berat Buah Panjang akar
Tanaman Daun Berbunga Buah Buah Buah Buah Pertanaman Perpetak Terpanjang
Perlakuan
Pertanaman PerBuah Terpanjang Terbesar (cm)
(cm) (helai) (hst) (buah) (gram) (cm) (mm) (gram) (kwintal)
Macam Mulsa
M0= Tanpa Mulsa 164,80a 64,84a 30,31d 5,19a 248,91a 19,54a 41,79a 611,16a 130,78a 19,23a
M1= Mulsa Jerami 179,11b 66,51b 29,07c 7,59b 255,46b 19,73b 42,74b 823,94b 195,59b 19,65b
M2= mulsa transparan 186,69c 69,40c 28,38b 8,99c 261,10c 21,01c 43,69c 1058,92c 236,00c 22,08c
M3 = mulsa hitam perak 191,71d 72,26c 27,40a 9,47d 281,19d 21,47d 44,57d 1236,40d 267,78d 23,00d
F Hitung 28,38** 277,34** 25,68** 422,97** 41,47** 24,45** 93,95** 411,14** 288,23** 689,96**
F Tabel 5% 4,76 4,49 4,76 4,76 4.76 4,76 4,76 4,76 4,76 4,76
F Tabel 1% 9,78 8,53 9,78 9,78 9,78 9,78 9,78 9,78 9,78 9,78
Uji BNT 5% 8,62 0,77 0,95 0,31 8,48 0,75 0,49 55,72 13,63 0,27
KK 0,49% 0,075% 0,14% 0,10% 0.40% 0,13% 0,06% 1,32% 0,72% 0,05%
Beberapa Varietas
V1 = Harmony F1 183,65 69,42c 28,33a 8,37c 271,53c 21,97c 43,96c 1022,58c 230,06b 21,68c
V2 = Bandana F1 180,08 68,09b 28,72a 7,74b 249,48b 18,77b 43,17b 919,00b 206,20a 20,83b
V3 = Metavy F1 178,00 67,25a 29,32a 7,31a 263,99a 20,56a 42,46a 856,24a 186,35a 20,46a
F Hitung 0,74tn 50,98** 6,79** 46,02** 34,30** 83,21** 66,70** 35,45** 56,36** 56,27**
F Tabel 5% 2,74 3,63 3,63 3,63 3,63 3,63 3,63 3,63 3,63 3,63
F Tabel 1% 4,20 6,23 6,23 6,23 6,23 6,23 6,23 6,23 6,23 6,23
Uji BNT 5% 13,05 0,60 0,74 0,31 7,50 0,69 0,36 55,27 11,42 0,33
KK 0,86% 0,06% 0,12% 0,10% 0,41% 0,13% 0.05% 1,60% 0,70% 0,06%
Keterangan :Angka-angka dalam kolom dan perlakuan yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
berdasarkan Uji BNT pada taraf 5%.
**= berbeda sangat nyata *= berbeda nyata tn = berbeda tidak nyata

23
24

Tabel 4. Angka Rata-Rata Interaksi Antara Macam Mulsa dan BeberapaVarietas


Mentimun (Cucumis sativus L.) Terhadap Jumlah Buah Pertanaman dan
Berat Buah Pertanaman.

Perlakuan Jumlah Buah Berat Buah


Pertanaman (buah) Pertanaman (gram)
M0V1 5,43b 752,65c
M0V2 5,14a 607,47b
M0V3 4,99a 473,36a
M1V1 8,06d 874,13e
M1V2 7,79c 830,29d
M1V3 6,92b 767,41c
M2V1 9,55g 1194,37h
M2V2 8,77f 1029,03f
M2V3 8,65d 989,81f
M3V1 10,46g 1305,63i
M3V2 9,28f 1209,2h
M3V3 8,68e 1157,92fg
F Hitung 4,01* 3,40*
F Tabel 5% 2,74 2,74
F Tabel 1% 4,20 4,20
BNT 5% 0,37 48,62
KK 0,10 1,60
Keterangan :
Angka-angka dalam kolom dan perlakuan yang diikuti dengan huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNT pada taraf 5 %,
** =berbeda sangat nyata * = berbeda nyata tn = berbeda tidak nyata
25

4.1.1 Tinggi Tanaman (cm)


Hasil penelitian menunjukan bahwa,macam mulsa berbeda sangat nyata
terhadap tinggi tanaman. Tinggi tanaman mentimun tertinggi dicapai oleh macam
mulsa plastik hitam perak (M3) yaitu 191,71 cm, diikuti mulsa transparan (M2)
yaitu 186,69 cm,kemudian mulsa jerami (M1) yaitu 179,11 cm, sedangkan tinggi
tanaman terendahdicapai oleh perlakuan tanpa mulsa (M0) yaitu 164,80 cm.
Histogram pengaruh macam mulsa terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap tinggi tanaman.


4.1.2 Jumlah Daun Pertanaman (helai)
Hasil penelitian menunjukan bahwa macam mulsa berbeda sangat nyata
terhadap jumlah daun pertanaman. Jumlah daun pertanaman terbanyak dicapai
oleh macam mulsa hitam perak (M3) yaitu 72,26 helai, diikuti mulsa transparan
(M2) yaitu 69,40 helai, kemudian mulsa jerami (M1) yaitu 66,51 helai,
sedangkanjumlah daun pertanaman terendah dicapai oleh perlakuan tanpa mulsa
(M0) yaitu 64,84 helai. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap jumlah daun
per tanaman dapat dilihat pada Gambar 3.
26

Gambar 3. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap jumlah daun pertanaman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, beberapa varietas berbeda sangat


nyata terhadap jumlah daun per tanaman. Jumlah daun pertanaman terbanyak
dicapai oleh varietas Harmony F1(V1) yaitu 69,42 helai, diikuti varietas Bandana
F1 (V2) yaitu 68,09 helai, sedangkan jumlah daun pertanaman terendah dicapai
oleh varietas Metavy (V3) yaitu 67,25 helai. Histogram pengaruh beberapa
varietas terhadap jumlah daun per tanaman dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Histogram pengaruh beberapa varietas terhadap jumlah daun


pertanaman.
27

4.1.3 Saat Berbunga (hst)


Hasil penelitian menunjukkan bahwa, macam mulsa berbeda sangat nyata
terhadap saat berbunga. Saat berbunga tercepat dicapai oleh perlakuan mulsa
plastik hitam perak (M3) yaitu 27,40 hst kemudian mulsa transparan (M 2) yaitu
28,38 hst diikuti mulsa jerami (M1) yaitu 29,07 hst sedangkan saat berbunga
terlama dicapai oleh perlakuan tanpa mulsa (M 0) yaitu 30,31 hst. Histogram
pengaruh macam mulsa terhadap saat berbunga dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap saat berbunga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, beberapa varietas berbeda sangat


nyata terhadap saat berbunga. Saat berbunga tercepat dicapai oleh dicapai oleh
varietas Harmony (V1) yaitu 28,33 hst, varietas Bandana F1 (V 2) yaitu 28,72 hst,
sedangkan saat berbunga terlama dicapai oleh varietas Metavy F1(V 3) yaitu 28,33
hst. Histogram pengaruh beberapa varietas terhadap saat berbunga dapat dilihat
pada Gambar 6.
28

Gambar 6. Histogram pengaruh beberapa varietas terhadap saat berbunga


4.1.4 Jumlah Buah pertanaman (buah)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, macam mulsa berbeda sangat nyata
terhadap jumlah buah pertanaman. Jumlah buah per tanaman tertinggi dicapai oleh
macam mulsa hitam perak (M3) yaitu 9,47 buah, diikuti macam mulsa transparan
(M2) yaitu 8,99 buah, kemudian mulsa jerami (M 1) yaitu 7,59 buah, sedangkan
jumlah buah pertanaman terendah dicapai oleh perlakuan tanpa mulsa (M0) yaitu
5,19 buah. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap jumlah buah per tanaman
dapat dilihat pada Gambar 7 .
29

Gambar 7.Histogram pengaruh macam mulsa terhadap jumlah buah pertanaman.

Hasil penilitian menunjukkan bahwa, beberapa varietas berbeda sangat


nyata terhadap jumlah buah pertanaman. Jumlah buah per tanaman tertinggi
dicapai oleh varietas Harmony F1 (V1) yaitu 8,37 buah, diikuti varietas Bandana
F1 (V2) yaitu 7,74 buah, sedangkan jumlah buah pertanaman terendah dicapai
oleh varietas Metavy F1 (V3) yaitu 7,31 buah. Histogram pengaruh beberapa
varietas terhadap jumlah buah per tanaman dapat dilihat pada Gambar 8 .

Gambar 8. Histogram pengaruh beberapa varietas terhadap jumlah buah


pertanaman.
30

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, interaksi antara macam mulsa dan


beberapa varietas terhadap jumlah buah pertanaman adalah berbeda nyata. Jumlah
buah per tanaman tertinggi dicapai pada kombinasi macam mulsa hitam perak
dengan varietas Harmony F1 (M3V1) yaitu 10,46 buah, sedangkan jumlah buah
per tanaman terendah dicapai pada kombinasi tanpa mulsa dengan varietas
Metavy F1 (M0V3) yaitu 4,99 buah. Grafik interaksi antara macam mulsa dengan
beberapa varietas terhadap jumlah buah pertanaman dapat dilihat pada gambar
Gambar 9.
Jumlah buah pertanaman (buah)

12.000

10.000

8.000
Beberapa Varietas :
6.000
Harmony F1
4.000
Bandana F1
2.000 Metavy F1

.000
Tanpa Mulsa Mulsa Mulsa Hi-
Mulsa Jerami Transparan tam Perak

Macam Mulsa

Gambar 9. Grafik interaksi macam mulsa dan beberapa varietas terhadap jumlah
buah pertanaman.

4.1.5 Berat buah per buah (gram)


Hasil penelitian menunjukkan bahwa, macam mulsa berbeda sangat nyata
terhadap berat buah per buah. Berat buah perbuah tertinggi dicapai oleh macam
mulsa hitam perak (M3) yaitu 281,19 gram, diikuti mulsa transparan (M2) yaitu
261,10 gram, kemudian mulsa jerami (M1) yaitu 255,46 gram, sedangkan berat
buah per buah terendah dicapai oleh perlakuan tanpa mulsa (M0) yaitu 248,91
gram. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap berat buah perbuah dapat
dilihat pada Gambar 10.
31

Gambar 10. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap berat buah per buah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, beberapa varietas berbeda sangat


nyata terhadap berat buah per buah. Berat buah per buah tertinggi dicapai oleh
varietas Harmony F1 (V1) yaitu 271,53 gram, diikuti varietas Metavy F1 (V 3)
yaitu 263,99 gram, sedangkan berat buah perbuah terendah dicapai oleh varietas
Bandana F1 (V2) yaitu 249,48 gram. Histogram pengaruh beberapa varietas
terhadap berat buah perbuah dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Histogram pengaruh beberapa varietas terhadap berat buah perbuah.
32

4.1.6 Panjang Buah Terpanjang (cm)


Hasil penelitian menunjukan bahwa, macam mulsa berbeda sangat nyata
terhadap panjang buah terpanjang. Panjang buah ter panjang dicapai oleh macam
mulsa hitam perak (M3) yaitu 21,47 cm, diikuti macam mulsa transparan (M2)
yaitu 21,01 cm, kemudian mulsa jerami (M1) yaitu 19,73 cm, sedangkan panjang
buah terpanjang terendah dicapai oleh perlakuan tanpa mulsa (M0) yaitu 19,54 cm.
Histogram pengaruh macam mulsa terhadap panjang buah terpanjang dapat dilihat
pada Gambar 12.

Gambar 12. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap panjang buah terpanjang.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, beberapa varietas berbeda sangat


nyata terhadap panjang buah terpanjang. Panjang buah terpanjang paling tinggi
dicapai oleh varietas Harmony F1 (V1) yaitu 21,97 cm, diikuti varietas Metavy F1
(V3) yaitu 20,56 cm, sedangkan panjang buah terpanjang paling rendah dicapai
oleh varietas Bandana F1 (V2) yaitu 18,77 cm. Histogram pengaruh beberapa
varietas terhadap panjang buah terpanjang dapat dilihat pada Gambar 13.
33

Gambar 13. Histogram pengaruh beberapa varietas terhadap panjang buah


terpanjang.

4.1.7 Diameter Buah Terbesar (mm)


Hasil penelitian menunjukan bahwa, macam mulsa berbeda sangat nyata
terhadap diameter buah terbesar. Diameter buah terbesar dicapai oleh macam
mulsa hitam perak (M3) yaitu 44,57 mm, diikuti macam mulsa transparan (M 2)
yaitu 43,69 mm, kemudian mulsa jerami (M1) yaitu 42,74 mm, sedangkan
diameter buah terbesar terendah dicapai oleh perlakuan tanpa mulsa (M 0) yaitu
41,79 mm. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap diameter buah terbesar
dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap diameter buah terbesar.
34

Hasil penelitian menunjukan bahwa, beberapa varietas berbeda sangat


nyata terhadap diameter buah terbesar. Diameter buah terbesar tertinggi dicapai
oleh varietas Harmony F1 (V1) yaitu 43,96 mm, diikuti varietas Bandana F1 (V 2)
yaitu 43,17 mm, sedangkan panjang buah terpanjang terendah dicapai oleh
varietas Metavy F1 (V3) yaitu 42,46 mm. Histogram pengaruh beberapa varietas
terhadap diameter buah terbesar dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Histogram pengaruh beberapa varietas terhadap diameter buah


terbesar.
4.1.8 Berat Buah per Tanaman (gram)
Hasil penelitian menunjukan bahwa, macam mulsa berbeda sangat nyata
terhadap berat buah pertanaman. Berat buah pertanaman tertinggi dicapai oleh
macam mulsa hitam perak (M3) yaitu 1.236,40 gram, diikuti macam mulsa
transparan (M2) yaitu 1.058,92 gram, kemudian mulsa jerami (M 1) yaitu 823,94
gram, sedangkan berat buah per tanaman terendah dicapai oleh perlakuan tanpa
mulsa (M0) yaitu 611,16 gram. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap berat
buah pertanaman dapat dilihat pada Gambar 16.
35

Gambar 16. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap berat buah pertanaman.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, beberapa varietas berbeda sangat


nyata terhadap berat buah pertanaman. Berat buah per tanaman tertinggi dicapai
oleh varietas Harmony F1 (V1) yaitu 1022,58 gram, diikuti varietas Bandana F1
(V2) yaitu 919,00 gram, sedangkan berat buah pertanaman terendah dicapai oleh
varietas Metavy F1 (V3) yaitu 856,24 gram. Histogram pengaruh beberapa
varietas terhadap berat buah pertanaman dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Histogram pengaruh beberapa varietas terhadap berat buah


pertanaman.
36

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, interaksi antara macam mulsa dan


beberapa varietas terhadap berat buah pertanaman adalah berbeda nyata. Berat
buah per tanaman tertinggi dicapai pada kombinasi macam mulsa hitam perak
dengan varietas Harmony F1 (M3V1) yaitu 1.305,63 gram, berat buah pertanaman
terendah dicapai pada kombinasi tanpa mulsa dengan varietas Metavy F1 (M 0V3)
yaitu 473,36 gram. Histogram interaksi macam mulsa dengan beberapa varietas
terhadap berat buah pertanaman dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Grafik interaksi macam mulsa dengan beberapa varietas terhadap
berat buah pertanaman.
4.1.9 Berat Buah Per petak (Kwintal)
Hasil penelitian menunjukan bahwa,macam mulsa berbeda sangat nyata
terhadap berat buah perpetak. Berat buah per petak tertinggi dicapai oleh macam
mulsa hitam perak (M3) yaitu 267,78 kwintal, diikuti mulsa transparan (M2) yaitu
235,99 kwintal,kemudian mulsa jerami (M1) yaitu195,59 kwintal, sedangkan berat
buah perpetak terendah dicapai oleh perlakuan tanpa mulsa (M0) yaitu 130,78
kwintal. Histogram pengaruh jenis macam mulsa terhadap berat buah perpetak
dapat dilihat pada Gambar 19.
37

Gambar 19. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap berat buah perpetak.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, beberapa varietas berbeda sangat


nyata terhadap berat buah perpetak. Berat buah perpetak tertinggi dicapai oleh
varietas Harmony F1 (V1) yaitu 230,06 kwintal, diikuti varietas Bandana F1 (V 2)
yaitu 206,20 kwintal sedangkan berat buah perpetak terendah dicapai oleh varietas
Metavy F1 (V3) yaitu 186,35 kwintal. Histogram pengaruh beberapa varietas
terhadap berat buah perpetak dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20. Histogram pengaruh beberapa varietas terhadap berat buah perpetak.
38

4.1.10 Panjang Akar Terpanjang (cm)


Hasil penelitian menunjukan bahwa, macam mulsa berbeda sangat nyata
terhadap panjang akar terpanjang. Panjang akar terpanjang tertinggi dicapai oleh
macam mulsa hitam perak (M3) yaitu 23,00 cm, diikuti macam mulsa transparan
(M2) yaitu 22,08 cm, kemudian mulsa jerami (M1) yaitu 19,65 cm, sedangkan
panjang akar terpanjang terendah dicapai oleh perlakuan tanpa mulsa (M 0) yaitu
19,23 cm. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap panjang akar terpanjang
dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21. Histogram pengaruh macam mulsa terhadap panjang akar terpanjang.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, beberapa varietas berbeda sangat


nyata terhadap panjang akar terpanjang. Panjang akar terpanjang tertinggi dicapai
oleh varietas Harmony F1 (V1) yaitu 21,68 cm, diikuti varietas Bandana F1 (V2)
yaitu 20,83 gram, sedangkan panjang akar terendah dicapai oleh varietas Metavy
F1 (V3) yaitu 20,46 cm. Histogram pengaruh beberapa varietas terhadap panjang
akar terpanjang dapat dilihat pada Gambar 22.
39

Gambar 22. Histogram pengaruh beberapa varietas terhadap panjang akar


terpanjang.
40

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Macam Mulsa
Hasil penelitian menunjukan bahwa, perlakuan macam mulsa berbeda
sangat nyata terhadap semua variabel yaitu, tinggi tanaman, jumlah daun
pertanaman, saat berbunga, jumlah buah pertanaman, berat buah perbuah, panjang
buah terpanjang, diameter buah, berat buah pertanaman, berat buah perpetak dan
panjang akar terpanjang. Macam mulsa plastik hitam perak (M3) memberikan
hasil terbaik dalam pertumbuhan mentimun.
Tanaman mentimun yang diberi perlakuan mulsa plastik hitam perak
menghasilkan pertumbuhan yang terbaik. Menurut Kartasapoetra (1989), mulsa
plastik hitam perak mampu memantulkan cahaya matahari sehingga proses
fotosintesis akan lebih optimal, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Warna perak pada bagian atas dapat menghalau hama tanaman
sedangkan warna hitam pada bagian bawah dapat menyerap panas, sehingga suhu
tanah stabil. Hal tersebut memungkinkan perakaran tanaman lebih optimal dalam
pengambilan unsur hara sehingga kebutuhan bagi tanaman terpenuhi.
Menurut Wilkins (1992), penerimaan cahaya pada tunas apikal akan
berpengaruh pada pertumbuhan diferensial. Cahaya matahari mempengaruhi suhu
di sekitar tanaman. Penutupan tanah melalui mulsa plastik hitam perak dapat
meningkatkan kandungan air dalam tanah, karena proses evaporasi dapat ditekan.
Cahaya matahari sangat mendukung dalam perkembangan panjang batang
menjadi lebih baik. Menurut Dwijoseputro (1992), cahaya matahari dapat
mempengaruhi laju fotosintesis, melalui proses tersebut energi cahaya diubah
menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat. Karbohidrat merupakan bahan
dasar penyusun protein, lemak dan asam organik. Zat-zat tersebut diserap tanaman
untuk pertumbuhan panjang batang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, macam mulsa berpengaruh sangat
nyata terhadap variabel tinggi tanaman dan jumlah daun pertanaman. Sejalan
dengan pendapat Sembiring (2013) yaitu warna perak berfungsi untuk
memantulkan cahaya matahari, sehingga cahaya yang diterima oleh daun lebih
maksimal dan tanaman mampu melangsungkan proses fotosintesis secara optimal.
41

Selanjutnya sebagian hasil fotosintesis digunakan untuk pembentukan daun.


Ditambahkan oleh Hamdani (2009) bahwa suhu yang tinggi dapat memacu kinerja
asam giberelat dalam tanaman sehingga pembelahan sel dan perpanjangan sel
meningkat sehingga pertumbuhan bagian atas tanaman meningkat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jumlah daun
dipengaruhi oleh pantulan radiasi matahari yang disebabkan oleh warna perak
pada permukaan atas mulsa, dan radiasi yang masuk dapat diteruskan ke dalam
tanah akibat warna hitam pada bagian bawah, dan mulsa plastik hitam perak dapat
dapat mempertahankan kestabilan suhu dalam tanah agar tetap konstan (Barus,
2006). Selain itu menurut Jumin (2002) dalam Ramli (2010) bahwa
perkembangan tanaman berhubungan erat dengan suhu, sehingga dengan suhu
tanah yang tinggi dapat memacu pertumbuhan tanaman bagian atas melalui
pemanjangan dan pembelahan sel. Jella dkk., (2017) juga menyatakan bahwa
warna perak pada mulsa plastik berdampak pada intersepsi sinar matahari yang
lebih optimal sehingga meningkatkan pertumbuhan daun
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, macam mulsa berpengaruh sangat
nyata terhadap variabel saat berbunga, jumlah buah pertanaman, berat buah
pertanaman, panjang buah terpanjang, diameter buah terbesar, berat buah per
tanaman, dan berat buah perpetak. Hal ini diduga karena penggunaan mulsa
plastik hitam perak dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang
akan mempermudah penyediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk
pembentukan dan perkembangan buah (Creamer et al., 1996 dalam Sumarni et al.
2006).
Pada variabel jumlah buah yang dipanen perlakuan mulsa plastik hitam
perak menghasilkan jumlah buah yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan mulsa
jerami dan tanpa mulsa. Hal ini diduga penggunaan mulsa plastik hitam perak
meningkatkan fotosintat pada tanaman sehingga berpengaruh baik terhadap
pembentukan buah mentimun. Menurut Kadarso (2008), penggunaan mulsa
plastik hitam perak lebih baik untuk pertumbuhan tanaman, karena warna perak
pada permukaan bagian atas dapat memantulkan kembali radiasi matahari yang
datang sehingga dapat meningkatkan fotosintesis, sedangkan warna hitam dari
42

mulsa tersebut akan menyebabkan radiasi matahari yang diteruskan ke dalam


tanah menjadi kecil bahkan menjadi nol. Hal inilah yang menyebabkan suhu tanah
tetap rendah sehingga memberikan hasil yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Menurut Hamzah et al., (2012), bahwa peningkatan laju fotosintesis akan
menyebabkan laju fotosintat yang dihasilkan lebih banyak sehingga pada fase
generatif dari hasil fotosintesis dapat digunakan dalam pembentukan bunga,
sehingga bunga yang dihasilkan lebih banyak dan dapat menghasilkan buah lebih
banyak pula. Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat meningkatkan
fotosintesis dan hasil fotosintat yang terdapat dalam daun diangkut keseluruh
tubuh tanaman pada bagian meristem pada titik tumbuh dan ke buah-buahan yang
sedang dalam perkembangan. Jika fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman dapat
berlangsung dengan optimal maka fotosintesis yang dihasilkan akan optimal juga,
yang akhirnya akan berpengaruh pada ukuran dan berat buah (Cahyono, 2014).
Menurut Tugiyono (2010), bahwa apabila pertumbuhan vegetatif baik,
fotosintatyang dihasilkan semakin banyak menyebabkan kemampuan tanaman
untuk membentuk organ-organ generatif semakin meningkat. Selain itu pada
penggunaan mulsa plastik hitam perak juga dapat mengoptimalkan fotosintesis
untuk meningkatkan pembelahan dan berpengaruh padasuhu udara untuk proses
pertumbuhan. Suhu berpengaruh untuk proses dekomposisi biologis yang dapat
mempengaruhi nitrifikasi dan dapat mengaktifkan proses kimiawi aktivitas jasad
renik yang dapat merombak bahan organik menjadi bentuk yang tersedia untuk
tanaman. Peningkatan suhu tanah juga dapat meningkatkan penyerapan unsur-
unsur hara seperti P, Ca, K, Mg, S dan Mn (Haryono, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, macam mulsa berpengaruh sangat
nyata terhadap panjang akar terpanjang.Menurut hasil penelitian Zainal (2004),
pada mulsa plastik hitam perak memiliki intersepsi radiasi oleh tanaman,
pemantulan radiasi matahari oleh mulsa yang lebih tinggi dan suhu tanah lebih
rendah. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan aktivitas akar dalam
menyerap unsur hara dalam tanah serta mengurangi laju repsirasi. Kedua hal
tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil produksi yang meningkat. Lamont
(1993), menyebutkan bahwa mulsa plastik bukan hanya meningkatkan
43

produksiakan tetapi dapat mempercepat umur panen, pengendalian gulma,


meningkatkan efisiensi penggunaan air dan pupuk.
Menurut Mahmudi et al., (2017) mulsa plastik hitam perak mampu
menahan laju penguapan air yang ada di dalam tanah, sehingga kondisi fisik,
kimia dan biologi tanah terjaga. Kondisi tersebut mendorong pembentukan sistem
perakaran serabut yang lebih optimal pada tanaman sehingga mampu
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Hasil penelitian
menunjukan bahwa, perlakuan macam mulsa terbaik dicapai oleh macam mulsa
plastik hitam perak, diikuti macam mulsa transparan, macam mulsa jerami dan
tanpa mulsa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan mulsa transparan mampu
menekan air hujan ke tanah sehingga buah pada tanaman tidak terkena tetesan air
hujan yang menetes pada tanah dan menempel pada buah tersebut sehingga buah
tersebut tidak mudah busuk. Mulsa ini mempunyai sifat cahaya matahari yang
dipantulkan dan diserap sedikit, sementara cahaya yang diteruskan sangat banyak,
sehingga langsung menyinari tanah, hal ini mampu membunuh hama yang berada
pada bawah mulsa serta mengurangi pembusukan pada akar tanaman, kelembaban
lebih tinggi dan gulma ada yang tumbuh, akan menyebabkan kompetisi tanaman
dengan gulma terjadi. Kelembaban tinggi akan menyebabkan pertumbuhan
tanaman kurang optimal (Sabki, 2016).
Mulsa jerami merupakan mulsa yang mempunyai sifat menyerap dan
meredam sinar matahari sehingga dapat menurunkan suhu, sehingga laju
evaporasi menurun sedangkan uap tidak tertahan seperti pada mulsa plastik
sehingga kelembaban akan turun, laju evaporasi tinggi akan tetapi uap air akan
lolos ke udara sehingga suhu tinggi dan kelembaban rendah. Kelembaban rendah
menyebabkan rendahnya kandungan air, kekurangan air menyebabkan stomata
menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju
fotosintesis akibatnya fotosintat yang dihasilkan menurun jumlahnya. Enzim-
enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu
optimal pada tanaman tersebut. Tumbuhnya jamur patogen pembawa penyakit
dibawah tumpukan mulsa jerami mengakibatkan pertumbuhan kurang optimal,
44

tidak tersedia sepanjang musim tanam, tetapi hanya waktu musim panen padi,
hanya tersedia disekitar sentra budidaya padi sehingga daerah yang jauh dari pusat
budidaya membutuhkan biaya ekstra untuk akomodasi serta tidak dapat digunakan
lagi untuk masa tanam berikutnya (Pertamawati, 2010).
Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan tanpa mulsa memberikan
hasil yang kurang optimal terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Menururt Syaifuddin dan Pranowo (2007) menyatakan bahwa perlakuan tanpa
mulsa menyebabkan perubahan kandungan air tanah cukup besar, sehingga terjadi
defisit air yang menghambat pertumbuhan tinggi tanaman. Cekaman air akan
menyebabkan suhu daun meningkat, stomata menutup, dan fotosintesis menurun.
Di sisi lain, rendahnya pertumbuhan dan hasil dari tanaman yang tanpa
diberi mulsa juga diakibatkan adanya persaingan antara tanaman dengan gulma.
Hal ini mengindikasikan bahwa gulma yang tumbuh berdekatan dan bersamaan
dengan tanaman budidaya akan saling mengadakan persaingan. Apabila pada saat
fase vegetatif tanaman tumbuh bersama dengan gulma, maka akan terjadi suatu
interaksi yang negatif dalam memperebutkan air, cahaya dan unsur hara, sehingga
pertumbuhan tanamanakan terhambat karena keberadaan gulma (Moenandir,
2010).
4.2.2 Pengaruh Macam Varietas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perlakuan macam varietas berbeda
sangat nyata terhadap variabel jumlah daun pertanaman, saat berbunga, jumlah
buah pertanaman, berat buah perbuah, panjang buah terpanjang, diameter buah
terbesar, berat buah pertanaman, berat buah perpetak, dan panjang akar
terpanjang, dan berbeda tidak nyata terhadap variabel tinggi tanaman. Hasil
terbaik dicapai varietas Harmony F1 (V1).
Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa ada perbedaan karakter dari
ketiga varietas yang digunakan. Hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan
susunan genetik masing – masing varietas sehingga menunjukkan pengaruh yang
berbeda terhadap lingkungan dan faktor produksi. Menurut Sadjad
(1993)perbedaan daya tumbuh antara varietas yang berbeda ditentukan oleh faktor
genetiknya. Varietas terbaik dicapai oleh varietas Harmony F1 (V1), karena
45

mempunyai berat buah per tanaman tertinggi ( data dapat dilihat pada tabel 4)
dibandingkan dengan varietas Bandana F1 (V2) dan Varietas Metavy F1 (V3).
Meningkatnya berat buah per tanaman dari masing– masing varietas akibat respon
fisiologis yang berbeda dari genetik serta lingkungan. Jika pertumbuhan tanaman
baik, maka diduga laju fotosintesis juga akan berjalan dengan baik sehingga laju
asimilasi akan meningkat, dengan demikian hasil asimilasi yang disalurkan ke
tempat produksi akan banyak yang berakibat pada peningkatan produksi tanaman
mentimun. Amsar at al., (2011) dalam Juanda (2013) mengemukakan bahwa
jumlah daun yang lebih banyak dapat menigkatkan jumlah kloroplas (sebagai
tempat difusi CO2 ke dalam daun) yang sangat menentukan dalam peningkatan
laju fotosintesis. Fotosintat yangdihasilkan dari hasil proses fotosintesis ini
digunakan tanaman untuk proses pertumbuhan dan pada masa generatif akan
dialokasikan untuk pembentukan buah serta menigkatkan berat buah
Varietas Harmony F1 (V1) mempunyai karakteristik bentuk penampang
yaitu : warna batang hijau tua, warna pundak hijau dan ujung buah kuning, bentuk
buah silindris, garis buah berwarna kuning pada ujung buah, ukuran buha 26,2
cm, lebar 5,7 cm, tekstur buah renyah, rasa pangkal buah tidak pahit, buah keras,
jumlah buah per tanaman 8 buah, berat buah per tanaman 2,4kg, berat buah per
buah 300 gram, daya simpan pada suhu 27℃ 6 hari, adaptif didataran rendah
sampai sedang.
Varietas berperan penting dalam produksi tanaman, karena untuk
mencapai hasil yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi genetiknya. Potensi
hasil di lapangan dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik dengan
pengelolaan kondisi lingkungan. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak
dilakukan dengan baik, potensi hasil yang tinggi dari varietas unggul tersebut
tidak dapat tercapai (Adisarwanto 2006).
Hasil penelitian menunjukan bahwa beberapa varietas berbeda tidak nyata
terhadap tinggi tanaman. Perbedaan respon yang ditunjukkan pada tinggi tanaman
akibat perbedaan varietas, diduga disebabkan karena adanya perbedaan sifat
genetik dari ketiga varietas yang dicobakan. Perbedaan sifat genetik ini
menyebabkan terjadinya perbedaan tanggap ketiga varietas tersebut terhadap
46

berbagai kondisi lingkungan, sehingga aktivitas pertumbuhan yang ditunjukkan


berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadjad (1993) bahwa, perbedaan daya
tumbuh antar varietas ditentukan oleh faktor genetiknya. Selanjutnya Jumin
(2005) menambahkan, dalam menyesuaikan diri, tanaman akan mengalami
perubahan fisiologis dan morfologis ke arah yang sesuai dengan lingkungan
barunya. Varietas tanaman yang berbeda menunjukkan pertumbuhan dan hasil
yang berbeda walaupun ditanam pada kondisi lingkungan yang sama (Harjadi,
1991).

4.2.3 Interaksi Macam Mulsa Dan Varietas


Hasil penelitian menunjukkan bahwa, interaksi antara macam mulsa dan
beberapa varietas berbeda nyata terhadap variabel jumlah buah per tanaman dan
berat buah per tanaman.
Menurut Sudjianto dan Kristiani (2009) pemakaian plastik hitam perak
sebagai mulsa pada budidaya tanaman memberikan dampak yang paling baik pada
semua parameter yang diamati (berat buah per tanaman, per petak dan kadar gula
buah). Hal ini dimungkinkan karena mulsa warna hitam perak dapat memantulkan
cahaya yang dapat bermanfaat dalam proses fotosintesis. Disamping itu, mulsa
platik warna hitam perak juga dapat menekan gulma hampir 100% sehingga
kompetisi tanaman utama dengan gulma dapat dihindari. Sementara itu,
penggunaan mulsa plastik warna hitam perak juga mampu menjaga kelembaban
tanah sehingga fluktuasi suhu permukaan dapat dihindari, sehingga lengas tanah
dapat dipertahankan dengan lebih baik dibanding pada perlakuan mulsa jerami
dan tanpa mulsa.
Menurut Ahmadi et al.,(2016) bahwa penggunaan mulsa dapat
mempengaruhi ketersediaan air tanah sehingga mampu meningkatkan proses
fotositesis sehingga fotosintat yang terbentuk lebih banyak untuk digunakan
dalam pembentukan buah. Mulsa dapat mengurangi penguapan sehingga
kemampuan untuk menahan air meningkat. Penggunaan mulsa jerami padi dan
tanpa mulsa memberikan hasil jumlah buah yang tidak signifikan, hal ini diduga
karena proses dekomposisi belum sempurna sehingga pertumbuhan belum
47

optimal. Sementara itu, pada perlakuan tanpa mulsa terdapat tanaman pengganggu
yang menyebabkan unsur hara tidak langsung diserap tanaman mentimun .
Pengaruh penggunaan varietas berpengaruh terhadap terjadinya variasi
dalam suatu tanaman dapat disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan dan
faktor keturunan atau genetik. Perbedaan kondisi lingkungan memungkinkan
munculnya variasi dimana variasi tersebut dapat menetukan penampilan akhir dari
suatu tanaman (Lakitan, 2004). Adanya pengaruh genetik dari masing-masing
varietas yang digunakan yang dapat menimbulkan keragaman genotip dan fenotip,
sehingga berbeda dalam tiap karakter yang diamati, meskipun ada beberapa sifat
dan ciri yang sama antar varietas. Hal ini sesuai dengan Nasir (2002) yang
menyatakan menurut hukum Liebig walaupun keragaman penampilan tanaman
akibat susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang
digunakan berasal dari jenis yang sama
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tidak terjadi interaksi antara macam
mulsa dengan beberapa varietas mentimun terhadap variabel tinggi tanaman,
jumlah daun pertanaman, saat berbunga, diameter buah, berat buah per buah,
panjang buah terpanjang, berat buah per petak dan panjang akar terpanjang. Hal
ini dapat disebabkan karena Suatu varietas yang mempunyai kemampuan
memberikan hasil yang tinggi (potensi hasil tinggi), tetapi jika keadaan
lingkungan tidak sesuai maka varietas itu tidak dapat menunjukkan potensi hasil
yang dimilikinya.Menurut Hanafiah (2010), bahwa apabila tidak terjadi interaksi
dari kedua faktor perlakuan, bearti pengaruh suatu faktor sama untuk semua taraf
faktor lainnya dan sama pengaruhnya atau kedudukan dari kedua faktor adalah
sama-sama mendukung pertumbuhan tanaman, tetapi tidak saling mendukung.
Kondisi lingkungan disekitar tanaman seperti iklim, cuaca, tanah, suhu,
kelembaban, sinar matahari, serangan hama penyakit dan kandungan unsur hara.
Sehingga apabila salah satu faktor tersebut belum tercukupi maka tanaman tidak
dapat memberikan hasil yang optimal.
Mangoendidjojo (2003) menyatakan bahwa, variasi yang timbul pada
populasi tanaman yang ditanam pada kondisi lingkungan yang sama maka variasi
tersebut merupakan variasi atau perbedaan yang berasal dari genotipe individu
48

anggota populasi. Menurut Subandi (1990) keberhasilan peningkatan produksi


sangat tergantung kepada kemampuan penyediaan dan penerapan inovasi
teknologi yaitu meliputi varietas unggul baru berdaya hasil dan berkualitas tinggi,
penyediaan benih bermutu serta teknologi budidaya yang tepat. Kombinasi
perlakuan macam mulsa (hitam perak) pada masing-masing perlakuan terhadap
varietas (Harmony F1) (M3V1) dapatmeningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman.
.
49

V. SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa
simpulan sebagai berikut :
1. Macam mulsa berbeda sangat nyata terhadap variabel tinggi tanaman,
jumlah daun pertanaman, waktu berbunga, jumlah buah pertanaman,
berat buah perbuah, panjang buah terpanjang, diameter buah terbesar,
berat buah pertanaman, berat buah perpetak dan panjang akar
terpanjang. Macam mulsa plastik hitam perak (M3) merupakan macam
mulsa terbaik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman mentimun.
2. Beberapa varietas berbeda sangat nyata terhadap semua variabel yang
diamati kecuali pada variabel tinggi tanaman. Varietas Harmony F1
(M1) memberikan hasil terbaik untuk pertumbuhan dan produksi
tanaman mentimun.
3. Interaksi macam mulsa dengan beberapa varietas mentimun berbeda
nyata terhadap variabel jumlah buah per tanaman dan berat buah per
tanaman. Interaksi terbaik dicapai pada kombinasi macam mulsa plastik
hitam perak dengan varietas Harmony F1 (M3V1).
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang macam mulsa yang lain.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang varietas mentimun yang
berbeda.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang macam mulsa dengan
beberapa varietas pada komoditas lain.
DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto. 2006. Budidaya Dengan Pemupukan Yang Efektif dan


Pengoptimalan Peran Bintil Akar Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.

Adrinal dan N. Armon. 1993. Pengaruh berbagai cara pengolahan tanah dan
pemberian mulsa terhadap penyebaran pori tanah Vertisol dan hasil
jagung. Jurnal Penelitian Unand. No. 16/Mei/tahun VI/1994. Hal.132 -
142.

Ahmadi., M. Astiningsih., Y.E. Susilowati. 2016. Pengaruh macam lanjaran dan


mulsa pada hasil mentimun var. oris (Cucumis sativus. L). J. Ilmu
Pertanian Tropika dan Subtropika. 1 (1) : 38 – 43.

Amsar, A. Sarawa. Tresjia C. Rakian. 2011. Pertumbuhan dan produksi tanaman


tomat(Lycopersicum esculentum Mill) yang diberi pupuk guano dan air
kelapa, dalam Jurnal Penelitian. 12 hal.

Anisuzzaman, M.M., M.R. Ashrafuzzaman, M.K. Ismail, Uddin, M.A. Rahim.


2009. Planting time and mulching effect on onion development and seed
production. Afr. J. Biotechnol. 8(3): 412-416.

Barus, W.A. 2006. Pertumbuhan dan produksi cabai (Capsicum annuum L.)
dengan penggunaan mulsa dan pemupukan PK. Jurnal penelitian Bidang
ilmu pertanian vol. 4 no. 1. Staf pengajar Kopertis Wil. I dpk Fakultas
Pertanian UNHAM.

Cahyo, R. 2013. Pemanfaatan mulsa plastik hitam perak (MPHP) dalam


budidaya cabai (Capsicum annuum, L.). Kanisius. Yogyakarta.

Cahyo, Saparinto. 2013. Grow Your Own Vegetables.. Andi: Yogyakarta. Hal
180.

Cahyono, B. 2006. Timun. Aneka Ilmu. Semarang.

Cahyono, B. 2014. RahasiaBudidayaBuncissecaraOrganik dan Anorganik.


Pustaka Mina. Jakarta.

Cahyono. 2003. Budidaya Tanaman Mentimun. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Dinas Pertanian dan Perkebunan, 2017. Statistik Hortikultura Provinsi Jawa


Tengah 2016. Dinas Pertanian dan Perkebunan dan Kementerian
Kabupaten Kota, Jawa Tengah.

Dwidjoseputro. 1992. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia Pustaka


Utama: Jakarta
51

Emma S, Wirakusumah. 1994. Buah dan Sayur Untuk Terapi. Penebar Swadaya
Jakarta.

Ginting, M. 1991. Pengujian Pupuk Komplesal dan Hasil Tanaman Kedelai


(Glicine max (L.) Merril. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Syiah
Kuala. Darussalam-Banda Aceh. 32 hlm.

Hamdani, S.J. 2009. Pengaruh Jenis Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga
Kultivar Kentang (Solanum tuberosum L) Yang Ditanam di Dataran
Medium. Jurnal Agronomi. Indonesia. 37(1): 14-20.

Hamzah, H., P.J Kunu. Dan A. Rumakat 2012. Respons Pertumbuhan dan
Produksi Ketimun (Cucumic sativus L.) Terhadap Sistem Pengoahan
Tanah dan Jark Tanam. Jurnal Agrologia, Vol. 1, No.2 Hal. 106-110.
Ambon.

Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo. Jakarta

Harjadi, S. S. M. M. 1991. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta. Jumin, H.


B. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. Edisi Revisi. P. T. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.

Haryono, Gembong. 2009. Mulsa Plastik Pada Budidaya Pertanian. Vol. 31 No.
1.

http://www.panahmerah.id/product/bandana-f1 diakses pada tanggal 6 November


2020.

http://www.panahmerah.id/product/metavy-f1 diakses pada tanggal 6 November


2020.

https://bisi.co.id/index.php/2015/11/26/benih-hortikultura/ diakses pada tanggal 6


November 2020.

Imdad, Heri Purwanto dan Nawangsih. 2001. Sayuran Jepang. PT. Penebar
Swadaya: Jakarta.

Irama, Siallagan. 2015. Respon Tiga Varietas Mentimun (Cucumis sativus L.)
Terhadap Kompos Tnadan Kosong Kelapa Sawit. Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Sriwijaya.

Istyastuti, T. Yanuharso. 1996. Berbudidaya Aneka Tanaman Pangan. Trigenda


Karya. Bandung.

Jella. E.R, A. Suryanto dan L. Setyobudi, 2017. Dampak Aplikasi Mulsa Dan
Generasi Umbi Bibit (G2, G3, Lokal) Pada Tanaman Kentang (Solanum
tuberosum LINN). Buana Sains Vol 17 No 2.

Jumin, H. B. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. Edisi Revisi. P. T. Raja Grafindo


Persada. Jakarta..
52

Kadarso. 2008. Kajian Penggunaan Jenis Mulsa Terhadap Hasil Tanaman Cabai
Merah Varietas Red Charm. J. Agros. 10(2):134-139.

Kartasapoetra. 1989. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha Untuk


Merehabilitasinya. Bina Aksara. Jakarta.

Kementerian Pertanian RI. 2019. Produksi dan Luas sayuran di Indonesia 2015-
2019.(Artikel Online) https://www.pertanian.go.id/home/?
show=page&act=view&id=61 diakses 1 November 2020.

Khaira, S. Annisa, Azlina H. Bakrie, Yohanes, C. Ginting dan Kuswanta F.


Hidayat. 2014. Pengaruh Pemakaian Mulsa Plastik Hitam Perak Dan
Aplikasi Dosis Zeolit Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Radish
(Raphanus satufus L.) Jurnal Agrotek Tropika. Universitas Lampung. 2
(1): 30-35.

Khoirunnisa, Futichat A’milla E. Fuskhah, D. Wisnu Widjajanto. 2019.


Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.)
yang dibudidayakan dengan Menggunakan Berbagai Jenis Mulsa dan
Dosis Pupuk Kandang Kambing yang Berbeda. Jurnal Pertanian Tropik.
Universitas Diponegoro.Vol.6. No.3. Desember 2019 (47) 383- 392.

Kusandriani, Y., dan Permadi, A, H. 1996. Pemuliaan Tanaman Cabai. Dalam A.


S. Duriat., A.Widjaja., W.Hadisoeganda., T.A. Soetiarso.,
L.Prabaningrum (eds). Teknologi Produksi Cabai Merah. Balai
Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang. Hal 27–35.

Lakitan, B . 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada.


Jakarta.

Lakitan, Benyamin. 1995. FisiologiPertumbuhan dan Perkembangan Tanaman.


Raja Grafinda Persada: Jakarta.

Lamont, W.J. 1993. Plastic Mulches for The Production of Vegetable Crops. Hort
Technology. 3(1) : 35- 39.

Mahmudi, S., H. Rianto, Historiawati. 2017. Pengaruh mulsa plastik hitam perak
dan jarak tanam pada hasil bawang merah (Allium cepa var ascalonicum
L.) varietas Biru Lancor. J. Ilmu Pert. Trop. Subtrop. 2:60-62.

Manalu, B. 2013. Sukses Bertanam Mentimun. ARC Media. Jakarta. 80 hal.

Mangoendidjodjo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta.

Marliah, A., Nurhayati dan Tarmizi. 2012. Pengaruh Jenis Mulsa dan Konsentrasi
Pupuk Organik Cair Super Bionik terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Fakultas Pertanian. Universitas
SyariahKuala Darussalam. Banda Aceh. J floratek. 7: 164-172.

Mawardi, 2000. Pengujian mulsa plastic pada tanaman melon.Agrista 2:175-180


53

Moenandir, J. 2010. Ilmu Gulma. UB Press

Multazam, M. Ainun, A. Suryanto dan N. Herlina. 2014. Pengaruh Macam Pupuk


Organik dan Mulsa pada Tanaman Brkoli (Brassica oleracea L. var.
Italica). Universitas Brawijaya. Jurnal Produksi Tanaman.2 (2) : 154-161

Nasir, M. 2002. Bioteknologi Molekuler Teknik Rekayasa Genetik Tanaman. Citra


Aditya Bakti, Bandung.

Noorhadi dan Sudadi. 2003. Kajian Pemberian Air Dan Mulsa Terhadap Iklim
Mikro Pada Tanaman Cabai Di Tanah Entisol. Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan Fakultas Pertanian UNS Surakarta Vol 4 (1) (2003) : 41-49.

Pertamawati. (2010). Pengaruh Fotosintesis terhadap Pertumbuhan Tanaman


Kentang (Solanum Tuberosum L.) dalam Lingkungan Fotoautotrof
secara Invitro. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. Vol. 12, No. 1,
April 2010. Hlm. 32.

Purwowidodo, 1983. Teknologi mulsa. Dewaruci Press. Jakarta. 203 hal.

Qamari, N. 2013. Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam tehadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Mentimun (Solanum melongena L.). Skripsi. Fakultas
Pertanian. Universitas Syiah Kuala Darusalam, Banda Aceh.

Ramli. 2010. Respon varietas kubis (Brassica oleraceae) dataran rendah terhadap
pemberian berbagai jenis mulsa. Jurnal Agroland 17.

Rizki, Tri. Abdul Hadid dan Hidayanti Mas’ud. 2015. Pengaruh Berbagai Jenis
Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Tanaman Kacang
Panjang (Vigna unguiculata L.). Fakultas Pertanian. Universitas
Tadulako Palu. E-J. Agrotekbis 3 (5) : 579-584.

Rukmana, R. 1994. Budidaya Mentimun. PT. Kanisius. Yogyakarta. 66 hal.

Sabki. 2016. Pengaruh Warna Mulsa Plastik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Berbagai Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas PGRI Yogyakarta. Yogyakarta.

Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Grasindo, Jakarta. 143 hlm.

Sembiring, A. P. 2013. Pemanfaatan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) dalam


Budidaya Cabai (Capsicum annuL). http://www.scribd.com/
doc/82000378/Pemanfaatan-Mulsa-Plastik-Hitam-Perak-MPHP-Dalam-
Budidaya-Cabai-Capsicum-annum-L. Diakses pada tanggal 10 Oktober
2021.

Setjanata, S. 1983. Perkembangan Penerapan Pola Tanam dan Pola Usaha Tani
Dalam Usaha Intensifikasi. Bogor : proyek Bimas.

Sharma. 2002. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta.


54

Siregar, S.B. 1995. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.

Subandi, I. M. 1990. Penelitian dan Teknologi Peningkatan Produksi Jagung di


Indonesia. Balitbangtan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Sudjianto, U. dan V. Kristina. 2009. Studi Pemulsaan dan Dosis NPK pada Hasil
Buah Melon (Cucumis melo L.).Jurnal Sains dan Teknologi. 2 (2): 1-7.

Sugeno, R., 2008. Budidaya Kedelai. http://warintek.ristek.go.id diakses tanggal 1


oktober 2021.

Sukman, Y dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. 160 hal.

Sumarni, N. dan H. Sutapradja. 1991. Pengaruh Jarak Tanam terhadap


Pertumbuhan dan Produksi Mentimun Kultivar Super LV-1043.
Bul.Penel. Hort. XXI(2):7-14.

Sumarni, N., A. Hidayat, dan E. Sumiatai. 2006.Pengaruh Tanaman Penutup


Tanah dan Mulsa Organik terhadap Produksi Cabai dan Erosi Tanah. J.
Hort. 16 (3):199.

Sumpena, Uun. 2008. Budidaya Mentimun Intensif, Dengan Mulsa, Secara


Tumpang Sari. Jakarta:Penebar Swadaya.

Sunarjono, H, H. 2007. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal,


109-114.

Sutopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Syaifuddin, Pranowo. D, 2007. Pengaruh Interfal Pemberian Air dan Pemberian


Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jarak Pagar (Jatropha
curcas L.). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman
Industri.

Tinambunan, Erika, L. Setyobudi dan A. Saryanto. 2014. Penggunaan Beberapa


Jenis Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Produksi Baby Wotel (Daucus
carota L.) Varietas Hibrida. Jurnal Produksi Tanaman 1 (2): 25-30.

Tugiyono. 2010. Seleksi Varietas Tomat Untuk Perbaikan Kualitas. Buletin


Penelitian Hortikultura Vol XX/I.

Umboh, A. H. 2002. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Penebar Swadaya. Jakarta. 45


hal..

Wilkins, M. B., 1992. Fisiologi Tanaman. Penerjemah Sutedjo M.M dan


Kartasapoetra A.G. penerbit Bumi Aksara: Jakarta.

Yakup dan S. Yarnelis. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 160 hal.
55

Zainal, E. 2004. Efek Penggunaan Berbagai Warna Mulsa Plastik pada Iklim
Mikro, Ukuran Umbi dan Produksi Tanaman Kentang Var. Granola
(Solanum Fuberosum L.). Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Lampiran 1. Denah penempatan perlakuan pada percobaan
Blok I Blok II Blok III
50cm
M3 V1 M0 V2 M1 V3
.U
M3 V2 M0 V1 M1 V2
M3 V3 M0 V3 M1 V1

50cm

M0 V3 M2 V3 M3V1

M0 V2 M2 V2 M3 V3

M0 V1 M2 V1 M3 V2 6,5 M

M2 V1 M1 V1 M0 V3

M2 V3 M1 V2 M0 V1

M2 V2 M1 V3 M0 V2

M1 V2 M3 V3 M2 V2

M1 V3 M3 V1 M2 V1

M1V1 M3 V2 M2 V3

28 M

Keterangan :
4. Macam mulsa 2. Macam Varietas
M0 : tanpa mulsa V1 : Varietas Harmony F1
M1: Mulsa Jerami V2 : Varietas Bandana F1
M2 : Mulsa Transparan V3 : Varietas Metavy F1
M3 : Muls Hitam Perak
57

Lampiran 2. Tata letak tanaman pada petak percobaan


Jarak tanam 50 cm x 50 cm, populasi tanaman per petak 15 tanaman

X X X X X

X X X X X
1,2 m

X X X X X

3 meter

Keterangan :
X : Tanaman sample

X : Tanaman sample pengamatan

: Luas petak 3 m x 1,2m


58

Lampiran 3. Deskripsi Varietas Harmony F1


Golongan varietas : Hibrida silang tunggal BCU 468A
(F) x BCU 468B (M)
Umur mulai berbunga : 27 hari setelah tanam
Umur mulai panen : 37 hari setelah tanam
Warna batang : Hijau tua/hijau
Warna pundak dan ujung buah tua : Hijau terang/kuning
terang/kuning
Bentuk buah : Silindris
Garis buah : Berwarna kuning pada ujung buah
Ukuran buah : Panjang 25,2 cm lebar 5,7 cm
Tekstur buah : Renyah
Rasa pangkal buah : Tidak pahit
Kekerasan buah : Keras
Jumlah buah per tanaman : 8 buah
Berat buah per tanaman : 2,4 kg
: 2,4 kg
Berat per buah : 300 g
Presentasi buah normal : 81%
Berat 1000 biji : 29 gram
Hasil : 50,4 ton
Daya simpan buah pada suhu kamar (27℃ ) : 6 hari
Keterangan : Adaptif didataran rendah sampai
sedang
Pengusul/peneliti : PT. Benih Inti Subur Tani/ Nasib
W.W Mulyantoro, Aries S dan
Idaweni.
59

Lampiran 4. Deskripsi varietas Bandana F1


Asal : PT. East West Seed Indonesia
Silsilah : KE 19432 x 19419
Golongan varietas : Hibrida silang tunggal
Bentuk penampang batang : Segi enam
Ukuran sisi luar penampang batang : 9,2 – 15,8 mm
Warna batang : Hijau
Bentuk daun : Segi enam membulat
Ukuran daun : Panjang 9,1 – 11,8 cm lebar 11,5 –
15,3 cm
Warna daun : Hijau tua
Bentuk bunga : Seperti bintang
Warna kelopak bunga : Hijau muda
Umur mulai panen : 29 – 32 hari setelah tanam
Umur mulai berbunga : 23 – 25 hari setelah tanam
Bentuk buah : silindris
Ukuran buah : Panjang 16,5 – 18,8 cm diameter 3,5 –
4,5 cm
Warna buah : Putih pudar
Rasa pangkal buah : Tidak pahit
Bentuk biji : Bulat lonjong pipih
Warna biji : Putih
Berat 1.000 biji : 26,5 – 27 gram
Berat per buah : 119 – 135,36 gram
Jumlah buah per tanaman : 8 – 10 buah
Berat buah per tanaman : 1,3 – 1,9 kg
Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan terhadap Fummy Stem
blight atau busuk batang berlendir
(Dydimella sp) dan rentan terhadap
gemini virus
Daya simpan : 5 hari
Hasil buah :
Kebutuhan benih per hektar : 883,35 – 900 gram
Keterangan : Beradaptasi dengan baik didataran
rendah sampai sedang
Pengusul : PT. East West Seed Indonesia
peneliti : Fatkhu Rokhman

Lampiran 5. Deskripsi Varietas Metavy F1


Asal : PT. East West Seed Indonesia
Silsilah : KE 22966 x KE 22938
60

Bentuk penampang batang : segi enam membulat


Diameter batang : 0,96 – 1,62 cm
Warna batang : hijau
Warna daun : hijau tua
Bentuk daun : panjang 9,3 – 12,2 cm, lebar 12,0 – 16,8 cm
Bentuk bunga : seperti bintang
Warna kelopak bunga : hijau muda
Warna mahkota bunga : kuning muda
Warna kepala putik : Kuning
Warna benang sari : kuning muda
Umur mulai berbunga : 25 – 28 hari seelah tanam
Umur mulai panen : 34 – 36 hari setelah tanam
Bentuk buah : Silindris
Ukuran buah : panjang 21,0 – 23,5 cm diameter 4,8 – 5,2 cm
Warna garis buah : hijau muda
Warna buah : hijau kekuningan
Rasa pangkal buah : sedikit pahit
Bentuk biji : bulat lonjong pipih
Warna biji : Putih
Berat 1.000 biji : 27,02 – 27,78 gram
Berat per buah : 265,45 – 279,90 gram
Jumlah buah pertanaman : 8 – 9 buah
Berat buah per tanaman : 1,72 kg – 2,19 kg
Daya simpan : Pada suhu 25℃ - 31℃ 3 – hari
Hasil buah per hektar : 40,70 – 42,04 ton
Populasi per hektar : 36.667 tanaman
Kebutuhan benih per hektar : 720,54 – 740,8 gram
Penciri utama : Vigor tanaman yang mudah merambat dengan
bentuk buah silindris dan berwarna hijau
Keunggulan varietas : Umur genjah, produksi tinggi, mempunyai
ketahanan terhadap gemini virus
Wilayah adaptasi : Beradaptasi baik didataran rendah sampai sedang
Pemohon : PT. East West Seed Indonesia
Pemulia : Fatkhu Rokhman, Yadi Iswadi
61

Gambar 23. Bentuk penempatan ajir pada lahan percobaan mentimun


62

Lampiran 6. Rancangan Anova


Tabel
SK Db JK KT F. hitung
5% 1%
Blok 2
Perlakuan 11
M = Mulsa 3
M 0 x M 1M 2M 3 1
M3x M1M2 1
M 2x M 1 1
Kesalahan a 6
V= Varietas 2
V1 x V2V3 1
V2 x V3 1
MxV 6
Kesalahan b 16
TOTAL 35
63

Lampiran 7. Kebutuhan Pupuk Kandang Pada Tanaman Mentimun


Dosis pupuk kandang ayam 20 ton/ha
Jarak tanam 50 cm x 50 cm
1 Ha = 10.000 meter
1 ton = 1.000.000 gram
1 ton = 1.000 kg
20 ton = 20.000 kg
Luas petak = 3 m x 1,2 m = 3,6 meter
Jarak tanam = 50 cm x 50 cm
Kebutuhan Benih 1 Ha
100 meter 100 meter
1 ha = ×
50 cm 50 cm
10.000 cm 10.000 cm
= ×
50 cm 50 cm
= 200×200
= 40.000 benih
Kebutuhan pupuk kandang
20.000 kg/ha
¿ = 2 kg
10.000 m
= 2 x 3,6 m = 7,2 kg pupuk kandang ayam
Jadi kebutuhan pupuk kandang ayam dosis 20 ton/ ha per petaknya adalah 7,2 kg
Lampiran 8. Angka Rata-Rata Pengamatan Tinggi Tanaman Dan Analisis Sidik
Ragam

Angka Rata-Rata Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)


Blok
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
M0 V1 199,40 143,60 160 503,00 167,67
  V2 161,40 165,80 163,8 491,00 163,67
  V3 159,00 165,80 164,4 489,20 163,07
Sub Total   519,80 475,20 488,20 1483,20 494,40
M1 V1 181,4 192,4 179,4 553,20 184,40
  V2 183 170,6 182 535,60 178,53
  V3 182,6 172,8 167,8 523,20 174,40
Sub Total   547,00 535,80 529,20 1612,00 537,33
M2 V1 193 171,8 198 562,80 187,60
  V2 194,4 185,6 178,8 558,80 186,27
  V3 189,4 192 177,2 558,60 186,20
Sub Total   576,80 549,40 554,00 1680,20 560,07
M3 V1 195,6 194,6 194,6 584,80 194,93
  V2 187,6 198,8 189,2 575,60 191,87
  V3 190,4 189 185,6 565,00 188,33
Sub Total   573,60 582,40 569,40 1725,40 575,13
Total   2217,20 2142,80 2140,80 6500,80 2166,93

Analisis Sidik Ragam


F TABEL
SK DB JK KT F hitung
5% 1%
Blok 2 316,01 158,00 3,62tn 5,14 10,92
Petak Utama 11 4289,08 389,92 8,94** 4,03 7,79
1237,1
Macam Mulsa (M) 3 3711,48 6 28,38** 4,76 9,78
2987,2
M0x M1 M2 M3 1 2987,26 6 68,52** 5,99 13,75
M3 x M1 M2 1 465,81 465,81 10,68* 5,99 13,75
M2 x M1 1 258,40 258,40 5,93tn 5,99 13,75
Galat A 6 261,59 43,60      
Macam Varietas (V) 2 195,94 97,97 0,74tn 3,63 6,23
V1 x V2 V3 1 169,89 169,89 1,28tn 4,49 8,53
V2 x V3 1 26,04 26,04 0,20tn 4,49 6,86
Interaksi 6 62,28 10,38 0,24tn 2,74 4,20
Galat B 16 2129,57 133,10      
Total 35 6676,86 190,77      
65

Lampiran 9. Angka Rata-Rata Pengamatan Jumlah Daun Per Tanaman Dan


Analisis Sidik Ragam.

Angka Rata-Rata Pengamatan Jumlah Daun Per Tanaman (helai)


Blok
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
M0 V1 199,40 143,60 160 503,00 167,67
  V2 161,40 165,80 163,8 491,00 163,67
  V3 159,00 165,80 164,4 489,20 163,07
Sub Total   519,80 475,20 488,20 1483,20 494,40
M1 V1 181,4 192,4 179,4 553,20 184,40
  V2 183 170,6 182 535,60 178,53
  V3 182,6 172,8 167,8 523,20 174,40
Sub Total   547,00 535,80 529,20 1612,00 537,33
M2 V1 193 171,8 198 562,80 187,60
  V2 194,4 185,6 178,8 558,80 186,27
  V3 189,4 192 177,2 558,60 186,20
Sub Total   576,80 549,40 554,00 1680,20 560,07
M3 V1 195,6 194,6 194,6 584,80 194,93
  V2 187,6 198,8 189,2 575,60 191,87
  V3 190,4 189 185,6 565,00 188,33
Sub Total   573,60 582,40 569,40 1725,40 575,13
Total   2217,20 2142,80 2140,80 6500,80 2166,93

Analisis Sidik Ragam


F TABEL
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Blok 2 0,65 0,33 0,94tn 5,14 10,92
Petak Utama 11 290,62 26,42 76,36** 4,03 7,79
Macam Mulsa (M) 3 287,90 95,97 277,34** 4,76 9,78
M0 X M1 M2 M3 1 139,40 139,40 402,87** 5,99 13,75
M3 X M1 M2 1 110,94 110,94 320,62** 5,99 13,75
M2 X M1 1 37,56 37,56 108,54** 5,99 13,75
Galat A 6 2,08 0,35      
Macam Varietas (V) 2 28,63 14,32 50,98** 3,63 6,23
V1 X V2 V3 1 24,38 24,38 86,83** 4,49 8,53
V2 X V3 1 4,25 4,25 15,14** 4,49 6,86
Interaksi 6 1,52 0,25 0,73tn 2,74 4,20
Galat B 16 4,49 0,28      
Total 35 325,27 9,29      
Lampiran 10.Angka Rata-Rata Pengamatan Saat Berbunga Dan Analisis Sidik
Ragam

Angka Rata-Rata Pengamatan Saat Berbunga (HST)


Blok
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
M0 V1 29,60 29,00 29,80 88,40 29,47
  V2 30,00 30,00 30,20 90,20 30,07
  V3 31,40 31,80 31,00 94,20 31,40
Sub Total   91,00 90,80 91,00 272,80 90,93
M1 V1 27,60 29,20 29,80 86,60 28,87
  V2 29,20 29,20 28,60 87,00 29,00
  V3 29,40 28,80 29,80 88,00 29,33
Sub Total   86,20 87,20 88,20 261,60 87,20
M2 V1 28,40 28,40 27,20 84,00 28,00
  V2 29,80 27,40 28,40 85,60 28,53
  V3 28,80 28,80 28,20 85,80 28,60
Sub Total   87,00 84,60 83,80 255,40 85,13
M3 V1 26,60 27,60 26,80 81,00 27,00
  V2 27,80 27,20 26,80 81,80 27,27
  V3 27,20 28,60 28,00 83,80 27,93
Sub Total   81,60 83,40 81,60 246,60 82,20
Total   345,80 346,00 344,60 1036,40 345,47

Analisis sidik ragam


F F TABEL
SK DB JK KT
Hitung 5% 1%
Blok 2 0,10 0,05 0,09tn 5,14 10,92
Petak Utama 11 43,68 3,97 7,57* 4,03 7,79
Macam Mulsa (M) 3 40,43 13,48 25,68** 4,76 9,78
M0 X M1 M2 M3 1 27,81 27,81 52,98** 5,99 13,75
M3 X M1 M2 1 10,49 10,49 19,99** 5,99 13,75
M2 X M1 1 2,14 2,14 4,07tn 5,99 13,75
Galat A 6 3,15 0,52      
Macam Varietas (V) 2 5,90 2,95 6,79** 3,63 6,23
V1 X V2 V3 1 3,74 3,74 8,61** 4,49 8,53
V2 X V3 1 2,16 2,16 4,98* 4,49 6,86
Interaksi 6 2,36 0,39 0,75tn 2,74 4,20
Galat B 16 6,94 0,43      
Total 35 58,88 1,68      
Lampiran 11. Angka Rata-Rata Pengamatan Jumlah Buah Per Tanaman Dan
Analisis Sidik Ragam

Angka Rata-Rata Pengamatan Jumlah Buah Per Tanaman (buah)


Blok
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
M0 V1 5,54 5,48 5,28 16,30 5,43
  V2 5,48 5,08 4,88 15,43 5,14
  V3 5,21 4,88 4,88 14,96 4,99
Sub Total   16,23 15,43 15,03 46,69 15,56
M1 V1 8,01 8,68 7,48 24,17 8,06
  V2 7,81 7,88 7,68 23,36 7,79
  V3 7,21 7,08 6,48 20,77 6,92
Sub Total   23,03 23,64 21,63 68,30 22,77
M2 V1 9,28 9,88 9,48 28,64 9,55
  V2 9,34 8,48 8,48 26,30 8,77
  V3 9,08 8,48 8,38 25,94 8,65
Sub Total   27,70 26,84 26,34 80,87 26,96
M3 V1 10,81 10,48 10,08 31,37 10,46
  V2 9,48 9,28 9,08 27,84 9,28
  V3 9,28 8,48 8,28 26,03 8,68
Sub Total   29,56 28,24 27,44 85,24 28,41
Total   96,52 94,14 90,44 281,10 93,70

Analisis sidik ragam


F TABEL
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Blok 2 1,57 0,78 9,99* 5,14 10,92
101,6
Petak Utama 11 3 9,24 117,72** 4,03 7,79
Macam Mulsa (M) 3 99,59 33,20 422,97** 4,76 9,78
M0 X M1 M2 M3 1 82,41 82,41 1049,97** 5,99 13,75
M3 X M1 M2 1 8,40 8,40 107,05** 5,99 13,75
M2 X M1 1 8,78 8,78 111,90** 5,99 13,75
Galat A 6 0,47 0,08      
Macam Varietas (V) 2 6,87 3,43 46,02** 3,63 6,23
V1 X V2 V3 1 5,73 5,73 76,81** 4,49 8,53
V2 X V3 1 1,14 1,14 15,24** 4,49 6,86
Interaksi 6 1,89 0,31 4,01* 2,74 4,20
Galat B 16 1,19 0,07      
111,5
Total 35 8 3,19      
Lampiran 12. Angka Rata-Rata Pengamatan Berat Buah Per Buah Dan Analisis
Sidik Ragam

Angka Rata-Rata Pengamatan Berat Buah Per Buah (gram)


Blok
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
M0 V1 250,20 245,15 262,4 757,75 252,58
V2 236,60 239,00 235,2 710,80 236,93
V3 260,10 258,31 253,2 771,61 257,20
Sub Total   746,90 742,46 750,80 2240,16 746,72
M1 V1 265,00 266,17 269 800,17 266,72
V2 249,60 243,00 240,4 733,00 244,33
V3 258,00 254,60 253,4 766,00 255,33
Sub Total   772,60 763,77 762,80 2299,17 766,39
M2 V1 280,00 265,15 271,4 816,55 272,18
V2 255,40 250,60 240,12 746,12 248,71
V3 262,00 262,10 263,12 787,22 262,41
Sub Total   797,40 777,85 774,64 2349,89 783,30
M3 V1 296,70 290,40 296,8 883,90 294,63
V2 278,20 275,40 250,23 803,83 267,94
V3 282,10 289,11 271,8 843,01 281,00
Sub Total   857,00 854,91 818,83 2530,74 843,58
Total   3173,90 3138,99 3107,07 9419,96 3139,99

Analisis sidik ragam


F TABEL
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
5,1
Blok 2 186,22 93,11 2,21tn 4 10,92
4,0
Petak Uitama 11 5685,43 516,86 12,26** 3 7,79
4,7
Macam Mulsa (M) 3 5246,21 1748,74 41,47** 6 9,78
5,9
M0 X M1 M2 M3 1 1953,47 1953,47 46,33** 9 13,75
5,9
M3 X M1 M2 1 3149,82 3149,82 74,70** 9 13,75
5,9
M2 X M1 1 142,92 142,92 3,39tn 9 13,75
Galat A 6 253,01 42,17      
3,6
Macam Varietas (V) 2 3014,63 1507,32 34,30** 3 6,23
4,4
V1 X V2 V3 1 1751,83 1751,83 39,87** 9 8,53
4,4
V2 X V3 1 1262,81 1262,81 28,74** 9 6,86
2,7
Interaksi 6 317,68 52,95 1,26tn 4 4,20
Galat B 16 703,07 43,94      
Total 35 9720,82 277,74      

Lampiran 13. Angka Rata-Rata Pengamatan Panjang Buah Terpanjang Dan


Analisis Sidik Ragam.

Angka Rata-Rata Pengamatan Panjang Buah Ter Panjang (cm)


Blok
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
M0 V1 20,42 20,16 20,94 61,52 20,51
  V2 19,38 17,80 18,2 55,38 18,46
  V3 20,65 19,26 19,01 58,92 19,64
Sub Total   60,45 57,22 58,15 175,82 58,61
M1 V1 21,14 21,88 21,96 64,98 21,66
  V2 16,98 17,55 18 52,53 17,51
  V3 21,24 19,02 19,76 60,02 20,01
Sub Total   59,36 58,45 59,72 177,53 59,18
M2 V1 22,16 22,66 22 66,82 22,27
  V2 19,21 19,11 20,1 58,42 19,47
  V3 21,00 21,72 21,12 63,84 21,28
Sub Total   62,37 63,49 63,22 189,08 63,03
M3 V1 23,10 23,62 23,64 70,36 23,45
  V2 19,79 19,12 20 58,91 19,64
  V3 21,34 21,30 21,3 63,94 21,31
Sub Total   64,23 64,04 64,94 193,21 64,40
Total   246,41 243,20 246,03 735,64 245,21

Analisis sididk ragam


F TABEL
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
10,9
Blok 2 0,51 0,26 0,77tn 5,14 2
Petak Utama 11 26,88 2,44 7,35* 4,03 7,79
Macam Mulsa (M) 3 24,37 8,12 24,45** 4,76 9,78
13,7
M0 X M1 M2 M3 1 9,70 9,70 29,18** 5,99 5
M3 X M1 M2 1 7,27 7,27 21,87** 5,99 13,7
5
13,7
M2 X M1 1 7,41 7,41 22,30** 5,99 5
Galat A 6 1,99 0,33      
Macam Varietas (V) 2 61,85 30,93 83,21** 3,63 6,23
V1 X V2 V3 1 42,63 42,63 114,69** 4,49 8,53
V2 X V3 1 19,22 19,22 51,73** 4,49 6,86
Interaksi 6 4,72 0,79 2,37tn 2,74 4,20
Galat B 16 5,95 0,37      
Total 35 99,40 2,84      

Lampiran 14. Angka Rata-Rata Pengamatan Diameter Buah Terbesar Dan


Analisis Sidik Ragam.

Angka Rata-Rata Pengamatan Diameter Buah Terbesar (mm)


Blok
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
M0 V1 42,44 42,54 42,28 127,26 42,42
  V2 42,08 42,04 41,38 125,50 41,83
  V3 41,80 41,06 40,46 123,32 41,11
Sub Total   126,32 125,64 124,12 376,08 125,36
M1 V1 43,88 43,66 43,5 131,04 43,68
  V2 42,62 42,70 42,9 128,22 42,74
  V3 42,24 41,82 41,3 125,36 41,79
Sub Total   128,74 128,18 127,70 384,62 128,21
M2 V1 44,10 44,54 44,5 133,14 44,38
  V2 43,56 43,96 43,22 130,74 43,58
  V3 42,80 43,06 43,46 129,32 43,11
Sub Total   130,46 131,56 131,18 393,20 131,07
M3 V1 45,94 45,04 45,12 136,10 45,37
  V2 44,54 44,84 44,16 133,54 44,51
  V3 43,86 43,92 43,72 131,50 43,83
Sub Total   134,34 133,80 133,00 401,14 133,71
Total   519,86 519,18 516,00 1555,04 518,35

Analisis sidik ragam


F TABEL
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Blok 2 0,71 0,35 2,56tn 5,14 10,92
Petak Utama 11 40,53 3,68 26,63** 4,03 7,79
Macam Mulsa (M) 3 38,99 13,00 93,95** 4,76 9,78
M0 X M1 M2 M3 1 23,82 23,82 172,19* 5,99 13,75
*
M3 X M1 M2 1 11,08 11,08 80,09** 5,99 13,75
M2 X M1 1 4,09 4,09 29,57** 5,99 13,75
Galat A 6 0,83 0,14      
Macam Varietas (V) 2 13,58 6,79 66,70** 3,63 6,23
103,81*
V1 X V2 V3 1 10,56 10,56 * 4,49 8,53
V2 X V3 1 3,01 3,01 29,58** 4,49 6,86
Interaksi 6 0,43 0,07 0,51tn 2,74 4,20
Galat B 16 1,63 0,10      
Total 35 56,16 1,60      
Lampiran 15. Angka Rata-Rata Pengamatan Berat Buah Per Tanaman Dan
Analisis Sidik Ragam

Angka Rata-Rata Pengamatan Berat Buah Per Tanaman (gram)


Blok
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
M0 V1 732,84 743,15 781,95 2257,94 752,65
  V2 609,17 604,42 608,81 1822,40 607,47
  V3 500,94 449,48 469,67 1420,09 473,36
Sub Total   1842,95 1797,05 1860,43 5500,43 1833,48
M1 V1 862,13 903,75 856,51 2622,39 874,13
  V2 799,19 906,27 785,40 2490,86 830,29
  V3 728,38 791,65 782,19 2302,22 767,41
Sub Total   2389,70 2601,67 2424,10 7415,47 2471,82
M2 V1 1189,61 1150,15 1133,99 3473,75 1157,92
  V2 1028,74 1036,27 1022,09 3087,10 1029,03
  V3 1004,72 1022,78 941,92 2969,42 989,81
Sub Total   3223,07 3209,20 3098,00 9530,27 3176,76
M3 V1 1225,04 1329,56 1362,30 3916,90 1305,63
  V2 1220,50 1275,36 1131,75 3627,61 1209,20
  V3 1260,34 1121,98 1200,79 3583,11 1194,37
Sub Total   3705,88 3726,90 3694,84 11127,62 3709,21
11077,3
Total   11161,60 11334,82 7 33573,79 11191,26

Analsisis sidik ragam


F TABEL
Sk DB JK KT F Hitung
5% 1%
5,1 10,9
Blok 2 2871,64 1435,82 0,88tn 4 2
2023102,8 112,83* 4,0
Petak Utama 11 0 183918,44 * 3 7,79
2010451,2 411,14* 4,7
Macam Mulsa (M) 3 7 670150,42 * 6 9,78
1239932,6 1239932,6 760,70* 5,9 13,7
M0 X M1 M2 M3 1 6 6 * 9 5
320,28* 5,9 13,7
M3 X M1 M2 1 522052,33 522052,33 * 9 5
152,44* 5,9 13,7
M2 X M1 1 248466,29 248466,29 * 9 5
Galat A 6 9779,88 1629,98      
3,6
Macam Varietas (V) 2 169356,44 84678,22 35,45** 3 6,23
4,4
V1 X V2 V3 1 145722,91 145722,91 61,00** 9 8,53
4,4
V2 X V3 1 23633,53 23633,53 9,89** 9 6,86
2,7
Interaksi 6 33277,69 5546,28 3,40* 4 4,20
Galat B 16 38220,51 2388,78      
2263957,4
Total 35 4 64684,50      
Lampiran 16. Angka Rata-Rata Pengamatan Berat Buah Per Petak Dan Analisis
Sidik Ragam

Angka Rata-Rata Pengamatan Berat Buah Per Petak (Kwintal)


Blok
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
M0 V1 146,45 142,06 138,46 426,97 142,32
  V2 140,64 131,28 123,48 395,40 131,80
  V3 123,33 116,55 114,80 354,68 118,23
Sub Total   410,42 389,89 376,74 1.177,05 392,23
M1 V1 223,48 235,58 201,12 660,18 220,06
  V2 197,28 200,54 194,53 592,35 197,45
  V3 179,96 172,04 155,78 507,78 169,26
Sub Total   600,72 608,16 551,43 1.760,31 586,77
M2 V1 250,47 269,92 257,29 777,68 259,23
  V2 245,17 222,09 222,26 689,52 229,84
  V3 231,90 212,51 212,34 656,75 218,92
Sub Total   727,54 704,52 691,89 2.123,95 707,98
M3 V1 321,49 275,20 299,17 895,86 298,62
  V2 268,00 268,93 260,23 797,16 265,72
V3 258,63 233,45 224,96 717,04 239,01
Sub Total 848,12 777,58 784,36 2.410,06 803,35
2.480,1 2.490,4
Total 2.586,80 5 2.404,42 7.471,37 6
Analisis sidik ragam
F TABEL
SK DB JK KT F HITUNG
5% 1%
Blok 2 1.399,17 699,58 6,42 * 5,14 10,92
Petak Utama 11 96.314,63 8.755,88 80,32 ** 4,03 7,79
Macam Mulsa (M) 3 94.261,39 31.420,46 288,23 ** 4,76 9,78
M0 X M1 M2 M3 1 70.695,91 70.695,91 648,52 ** 5,99 13,75
M3 X M1 M2 1 16.219,15 16.219,15 148,78 ** 5,99 13,75
M2 X M1 1 7.346,34 7.346,34 67,39 ** 5,99 13,75
Galat A 6 654,07 109,01      
Macam Varietas (V) 2 11.492,12 5.746,06 56,36 ** 3,63 6,23
V1 X V2 V3 1 9.128,32 9.128,32 89,54 ** 4,49 8,53
V2 X V3 1 2.363,80 2.363,80 23,19 ** 4,49 6,86
Interaksi 6 1.226,51 204,42 1,88 tn 2,74 4,20
Galat B 16 1.631,22 101,95      
Total 35 110.664,48 3.161,84      

Lampiran 17. Angka Rata-Rata Pengamatan Panjang Akar Terpanjang Dan


Analisis Sidik Ragam

Angka Rata-Rata Pengamatan Panjang Akar Terpanjang (cm)


Blok
Perlakuan Jumlah Rerata
I II III
M0 V1 19,88 19,82 20,08 59,78 19,93
  V2 19,14 19,12 19,28 57,54 19,18
  V3 18,54 18,62 18,58 55,74 18,58
Sub Total   57,56 57,56 57,94 173,06 57,69
M1 V1 20,32 20,28 20,22 60,82 20,27
  V2 19,46 19,56 19,44 58,46 19,49
  V3 19,18 19,14 19,26 57,58 19,19
Sub Total   58,96 58,98 58,92 176,86 58,95
M2 V1 22,42 22,56 23,52 68,50 22,83
  V2 22,08 21,72 21,56 65,36 21,79
  V3 21,68 21,58 21,60 64,86 21,62
Sub Total   66,18 65,86 66,68 198,72 66,24
M3 V1 23,74 23,62 23,72 71,08 23,69
  V2 22,24 23,12 23,18 68,54 22,85
  V3 22,42 22,78 22,16 67,36 22,45
Sub Total   68,40 69,52 69,06 206,98 68,99
Total   251,10 251,92 252,60 755,62 251,87
Analisis sidik ragam
F TABEL
SK DB JK KT F Hitung
5% 1%
Blok 2 0,09 0,05 1,07tn 5,14 10,92
Petak Utama (J) 11 91,38 8,31 188,91** 4,03 7,79
Macam Mulsa (M) 3 91,02 30,34 689,96** 4,76 9,78
M0 X M1 M2 M3 1 37,19 37,19 845,83** 5,99 13,75
M3 X M1 M2 1 27,28 27,28 620,33** 5,99 13,75
M2 X M1 1 26,55 26,55 603,71** 5,99 13,75
Galat A 6 0,26 0,04      
Macam Varietas (V) 2 9,42 4,71 56,27** 3,63 6,23
V1 X V2 V3 1 8,63 8,63 103,07** 4,49 8,53
V2 X V3 1 0,79 0,79 9,47** 4,49 6,86
Interaksi 6 0,19 0,03 0,72tn 2,74 4,20
Galat B 16 1,34 0,08      
Total 35 102,32 2,92      
Lampiran 18. Dokumentasi Penelitian

Gambar 24. Kunjungan dosen pembimbing

Gambar 25.Tanaman mentimun umur 35 HST.


Gambar 26. Tanaman Mentimun Umur 27 HST.

M3V1 M3V2 M3V3


.Gambar 27.Pengaruh macam mulsa dan beberapa varietas terhadap panjang buah
terpanjang.

M3V1 M3V2 M3V3


Gambar28. Pengaruh macam mulsa danbeberapa varietas terhadap berat buah per
buah.
M3V1 M3V2 M3V3
Gambar 29. Pengaruh macam mulsa dan beberapa varietas terhadap berat buah
per tanaman.

M3V1 M3V2 M3V3


Gambar 30. Pengaruh macam mulsa dan beberapa varietas terhadap diameter buah
terbesar.

M0V1 M1V1

M2V1 M3V1
Gambar 31. Pengaruh macam mulsa terhadap panjang akar terpanjang.
Lampiran 19. Data Curah Hujan Bulan Maret April Dan Mei 2021di lapangan
selama percobaan di Desa Rowosari, Kecamatan Limpung,
Kabupaten Batang.

Tanggal Maret April Mei


1 - 32 -
2 - 27 -
3 20 - -
4 - - -
5 2 - 3
6 - - 41
7 35 - -
8 2 13 -
9 10 64 -
10 3 - -
11 - - -
12 - 53 -
13 41 13 2
14 13 12 11
15 23 7 -
16 - 4 27
17 5 9 -
18 - - -
19 - 24 -
20 - 11 -
21 - - 16
22 42 - 30
23 30 - 7
24 9 - 20
25 76 9 -
26 2 - -
27 15 7 -
28 20 - -
29 100 - 36
30 22 - 13
31 2 3

Sumber : UPTD P2 PU Wilayah Bandar.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ristiyaningsih
NPM : 0417011281
Fakultas/Prodi : Pertanian/Agroteknologi
TTL : Batang, 10 Agustus 1998
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Desa Rowosari RT/RW 03/01 Kecamatan
Limpung, Kabupaten Batang

Email : ristiyaningsih39@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

TAHUN NAMA SEKOLAH/PERGURUAN TINGGI

2004-2010 SDN 01 Rowosari

2011-2012 SMP N 2 Limpung

2013-2016 SMK Farmasi Al Sya’iriyah Limpung

2017-2022 Universitas Pekalongan

PENGALAMAN KERJA DAN PELATIHAN

TAHUN NAMA INSTANSI

2020 Praktik Kerja Lapangan di PT. Pagilaran Blado, Batang

Anda mungkin juga menyukai