KKN-PPM
Oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
PRAKATA
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmatnya.
Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan, dosen dituntut untuk melaksanakan Tridharma
perguruan tinggi, salah satu unsurnya adalah pengabdian kepada masyarakat.
Syukur Alhamdullilah tim pelaksana pengabdian telah melaksanakan kegiatan
program pengabdian masyarakat KKN PPM dengan judul “PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT PESISIR DALAM PENANGGULANGAN ABRASI PANTAI
DAN MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS INDUSTRI GALANGAN
KAPAL TRADISIONAL”. Kegiatan ini bertujuan memberikan konstribusi ilmiah
di lingkungan akademis dan masyarakat Kelompok Pengerajin Kapal Kayu
Tradisional. Penulis mengucapkan terima kasih dan menyampaikan rasa hormat
kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (Ditlitabmas),
Ketua LPPM UNDIP, beserta staf atas kepercayaan dan kerjasamanya dalam
kegiatan ini serta semua pihak yang telah memberi bantuan baik langsung maupun
tidak langsung. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dengan pahala yang
berlipat ganda.
3
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
PRAKATA....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL............................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR................ ...................................................................... vi
RINGKASAN.................................................................................................. vii
BAB 1. PENDAHULUAN.............................................................................. 8
BAB 2. TARGET DAN LUARAN................................................................. 17
BAB 3. METODE PELAKSANAAN............................................................. 18
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI........................................... 22
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI................................................................... 24
BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA.......................................... 30
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 32
LAMPIRAN..................................................................................................... 33
4
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR TABEL
6
RINGKASAN
7
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Batang memiliki garis pantai yang cukup panjang, yaitu
38,73 km garis pantai tersebut terbentang dari Kecamatan Batang, Kecamatan
Tulis, Kecamatan Subah, Kecamatan Limpung dan Kecamatan Gringsing
dengan demikian sebagian besar penduduk di Kecamatan tersebut berada di
jalur Pantai Utara, yang merupakan daerah pesisir yang bermata pencaharian
di bidang perikanan laut seperti nelayan, pengelola ikan laut
dll.(www.batang.go.id). Di wilayah pesisir Kabupaten Batang terdapat
potensi yang dapat dikembangkan sehingga dapat menjadi aset yang berharga
bagi bangsa yaitu para pembuat kapal tradisional. Para pengrajin kapal kayu
ini mampu menghasilkan kapal dalam berbagai ukuran.
Menurut hasil akhir penelitian inventarisasi Regristrasi Kapal Nelayan
pantura Jawa tengah (IRK, 2003/2004, KKP) jumlah kapal nelayan yang
beroperasi di sepanjang pantai utara Jawa Tengah kurang lebih 19.652 buah
dari berbagai type dan ukuran. Dari jumlah tersebut di Sendang Sekucing
terdapat 276 kapal dan perahu, yang terbagi sebagai berikut ; 70% terdiri dari
perahu-perahu sopek yang mempunyai ukuran yang hampir sama dan
menggunakan mesin tempel dari berbagai merk dan jumlah terbanyak adalah
Dongfeng & Kubota.
Di Batang sebagai sentra industri kapal kayu terdapat beberapa CV,
seperti : CV. Laksana Abadi, CV. Nuh Marine, CV. Anugrah, CV. Berkah
Mandiri, CV. Maju Jaya, CV. Gematu Mitra Bahari, CV. Karya Sejahtera.
Dilihat dari segi produktifitas galangan, terbukti CV. Laksana Abadi sebagai
galangan kapal tradisional pada tahun 2013 mampu memproduksi kapal
berjumlah 18 unit dalam jangka waktu 12 bulan. Kapal-kapal yang dibangun
di galangan Laksana Abadi memiliki variasi ukuran yang beraneka ragam,
mulai dari kapal dengan ukuran lunas 10 meter, 15 meter, sampai ukuran
lunas 25 meter. Produk kapal mereka memiliki beberapa keunggulan
dibanding kapal tradisional lain, yaitu : stabilitas yang baik dan mesin utama
berada di dalam (In board engine). Berdasarkan tingkat produktifitas Abadi
8
Group memiliki kapasitas yang cukup baik ini terlihat dari hasil kapal kayu
yang dapat dibangun oleh Abadi Group pada tahun 2017 ini dapat di lihat
pada Tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Data Pembangunan Kapal Kayu Tahun 2017
JENIS KAPAL JUMLAH
PURSE SEINE TEGAL 30 GT 3
PURSE SEINE 30 GT 8
JARING CUMI 30 GT 4
KAPAL IKAN PENAMPUNG 50 GT 3
KAPAL IKAN PENAMPUNG 80 GT 1
KAPAL IKAN LUNAS 24 2
KAPAL IKAN LUNAS 20 2
KAPAL PENARIK 20 GT 1
TOTAL 24
9
yang disebabkan juga karena tingkat pendidikan para pengrajin kapal kayu
maupun pengetahuan pembangunan yang diperoleh secara turun temurun
menyebabkan pengetahuan tersebut hanya berdasarkan pengalaman yang
diturunkan secara langsung dimana pengalaman terdahulu pun belum
memiliki pengetahuan tentang gambar teknik lambung kapal. Gambar 2
menunjukkan teknik pembangunan kapal kayu secara tradisional di
Kabupaten Batang.
10
membangun kapal tanpa adanya proses perencanaan gambar teknik membuat
mereka tidak pernah mengetahui secara pasti bagaimana karakteristik
lambung kapal mereka serta kelemahan desain lambung kapal yang dibangun
oleh mereka. Sehingga perlunya institusi pendidikan untuk dapat mentransfer
teknologi pembangunan kapal secara modern sehingga kontribusi ini dapat
benar-benar dimanfaatkan oleh pengrajin kapal tradisional, khususnya untuk
wilayah Kabupaten Batang Jawa Tengah.
Selain itu, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebersihan
lingkungan laut, karena pada saat reparasi kapal tradisional dibutuhkan waktu
yang lama membuat limbah buang kapal mengotori lingkungan lautnya.
Maka diperlukan teknologi tepat guna OWS (oily water separator) yang
berfungsi untuk memisahkan oli dengan air yang dibuang ke laut, agar
lingkungan tetap terjaga kebersihannya. Konsep produk OWS dan system
perpipaan seperti gambar dibawah :
Aplikasi Alat Pemisah Air Got Berminyak (OWS) Berbasis Mekanis dan
Filtrasi Karbon Aktif pada Galangan Kapal
Menurut Cahyani (2011) Oily Water Separator digunakan untuk
memisahkan miyak dari air bilga sebelum akhirnya air dibuang ke laut dan
minyak ke shore connection. Pada tank top di kamar mesin, kita sering
11
menemukan air. Air itu biasanya datang dari pompa dan valve packing,
kebocoran, tumpahan, air pencuci, dari pengurasan tabung udara, dan dari
banyak sumber dikumpulkan sebagai air bilga.
Prinsip kerja Oily water separator yaitu menggabungkan tetesan –
tetesan kecil minyak di air menjadi tetesan – tetesan besar. Ketika tetesan –
tetesan minyak ini cukup besar, minyak yang berat jenisnya lebih rendah
mengapung naik keatas dan di kumpulkan di atas bejana. Dan sisa airnya yang
ada di bagian bawah akan dipompa ke overboard. Ha ini dikarekanan
perbedaan nilai berat jenis dan lapisan minyak dipompa ke tangki bilga
minyak yang akan dipompa keluar ke shore connection pada saat kapal tiba
di pelabuhan. Tetesan – tetesan minyak yang sedikit ini memungkinkan
membentuk tetesan – tetesan yang lebih besar berangsur – angsur dengan
bantuan sloping plates yang dipasang pada oily water separator (Cahyani,
2011).
Kasus abrasi pantai dan berkurangnya ikan dan udang di daerah
ekosistem mangrove berarti telah mengurangi pendapatan nelayan-
nelayan kecil yang biasanya beroperasi di sekitar pantai
Melalui Program pemberdayaan perempuan dari pemerintah provinsi
jateng pada tahun 2013 masyarakat Pantai Sigandu Batang telah melalukan
penanaman mangrove. Akan tetapi disaat musim barat/pancaroba (Bulan
Desember – Februari), gelombang yang besar menyebabkan mangrove yang
baru bertumbuh mengalami kematian karena terlepasnya akar mangrove dari
substratnya, sementara patok ajir yang dipakai untuk menguatkan batang dari
anakan mangrove tidak mampu bertahan terhadap besarnya kekuatan
gelombang, dan juga karena areal yang terbuka menyebabkan gelombang
yang datang ke wilayah pesisir tanpa penghalang. Dalam KKN PPM ini di
terapkan teknik-teknik sederhana dan tepat guna dalam merehabilitasi hutan
mangrove.
Aplikasi Solar Cell sebagai Tenaga Alternatif dalam Penggunaan Lampu
Celup Pada Air sebagai Alat Bantu Penangkap Ikan pada Kapal Nelayan
Sel Surya atau Solar Cell adalah suatu perangkat atau komponen yang
dapat mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik dengan
12
menggunakan prinsip efek Photovoltaic. Yang dimaksud dengan Efek
Photovoltaic adalah suatu fenomena dimana munculnya tegangan listrik
karena adanya hubungan atau kontak dua elektroda yang dihubungkan
dengan sistem padatan atau cairan saat mendapatkan energi cahaya.
Solar cell ini digunakan sebagai sumber tenaga alternatif dalam
penggunaan lampu celup sebagai alat bantu alat penangkap ikan pada kapal
nelayan. Perkembangan Teknologi Penangkapan Ikan Banyak sekali
mengalami revolusi desain, bahan dan ukuran sebagai efek akibat tuntutan
terhadap nelayan untuk menggunakan jenis alat tangkap yang ramah
lingkungan, salah satunya adalah teknologi lampu celup dalam air sebagai
alat bantu penangkapan ikan yang sedang gencar-gencarnya diperkenalkan
kepada nelayan.
Penerapan Rumah Ikan sebagai Pengganti Karang dalam Upaya
Pelestarian Ekosistem Laut di Pantai Sigandu Batang
Rumah Ikan adalah suatu bangunan yang tersusun dari benda padat
yang ditempatkan di dalam perairan yang berfungsi sebagai areal berpijah
bagi ikan dewasa (Spawning Ground) dan atau areal perlindungan asuhan dan
pembesaran bagi telur serta anak-anak ikan (Nursery Ground) yang bertujuan
untuk memulihkan ketersediaan stok sumber daya ikan. Rumah ikan tersusun
dalam satu modul yang terdiri dari komponen kerangka, shelter, dan
pemberat. Bahan Partisi plastik yang akan digunakan dari poli propylene
(hasil daur ulang), yang dirancang mempunyai banyak celah atau sekat seperti
bangunan apartemen agar dapat menjadi tempat yang nyaman. Rumah ikan
di pasang pada daerah pemijahan dan atau asuhan, yaitu pada perairan pantai
2-6 mil dari daratan dengan kedalaman 6-30 Meter.
13
2. Kurangnya pemahamanan tentang teknik pembangunan kapal secara
modern terutama keutamaan gambar teknik.
3. Tidak adanya referensi kapal bangunan baru dengan gambar teknik
menyebabkan perajin tidak mengetahui karateristik kapal yang dibuat.
4. Perlunya pengetahuan mengenai konsep bangunan kapal baru yang
tepat dan benar.
5. Waktu yang lama saat reparasi kapal tradisional membuat limbah buang
dari kapal tradisional mencemari laut sekitar, maka dibutuhkan
teknologi tepat guna Oil Water Separator.
6. Kerusakan Pantai Sigandu akibat abrasi pantai.
7. Kurangnya pemahaman masyarakat, terutama yang berprofesi sebagai
nelayan tentang Pemasangan Alat Tangkap Modern dan Ramah
Lingkungan pada Kapal Penangkap Ikan.
8. Kurangnya pemanfaatan energi terbarukan dari tenaga surya
menggunakan solar cell sebagai sumber energi listrik lampu celup.
9. Kurangnya pengetahuan mengenai manfaat alat bantu lampu celup
dalam peningkatan hasil tangkapan ikan.
10. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya habitat ikan
yang menjamin keberlangsungan ekosistem di laut dalam hal ini
penerapan Rumah Ikan.
14
Rencana kegiatan KKN-PPM yang akan dilaksanakan dalam kegiatan
ini adalah workshop pembangunan kapal secara modern, sosialisasi mengenai
fungsi gambar teknik pada kapal sehingga permasalahan mengenai bangunan
kapal kayu yang dahulu masih menggunakan metode dari kulit kapal ke
gading kapal yang masih tradisional dapat diubah menjadi pembangunan
kapal baru dimulai dari gading kapal kemudian membentuk kulit kapal.
Program kegiatan KKN-PPM pada masyarakat untuk industri kapal
kayu di daerah Batang akan meliputi beberapa kegiatan yang meliputi :
1. Edukasi pembuatan gambar desain kapal tradisional
2. Edukasi pembangunan kapal kayu dengan teknologi modern (Fishipro)
3. Edukasi prosedur dan pengawasan pembangunan kapal (pemilihan
material kayu, pembentukan konstruksi, permesinan dan kelistrikan,
peluncuran, desain interior)
4. Edukasi perbaikan dan perawatan kapal (perawatan lampu, overhaull
mesin, permesinan bantu)
5. Edukasi pembuatan alat tangkap (perbaikan dan perawatan jaring,
produksi alat tangkap jaring dan pancing)
6. Edukasi dan pelatihan teknologi tepat guna OWS
7. Edukasi Masyarakat Melalui Preservasi Koleksi Sebagai Sarana
Meningkatkan Pengetahuan Mengenai Ekowisata Mangrove Di Pantai
Sigandu
8. Pendampingan Pemasangan Alat Tangkap Modern dan Ramah
Lingkungan pada Kapal Penangkap Ikan
9. Edukasi dan Pengujian Lampu Celup dan Solar Sel bagi Nelayan
10. Penanaman Rumah Ikan Sebagai Pengelolaan Ekosistem Laut
Berkelanjutan
Untuk mencapai tujuan kegiatan KKN-PPM ini maka kegiatan pada
point diatas akan dijabarkan lagi menjadi bagian-bagian terkecil lagi menjadi
program kerja yang akan dilaksanakan mahasiswa selama melakukan KKN-
PPM. Kegiatan KKN ini akan melibatkan pihak-pihak terkait seperti
pemerintah daerah kabupaten Batang dan Universitas Diponegoro sebagai
pelaksana KKN-PPM ini.
15
Pada kegiatan KKN-PPM ini akan di laksanakan selama 1 bulan dengan
jumlah mahasiswa 29 orang dengan 3 dosen pembimbing lapangan sehingga
diharapkan tujuan KKN-PPM tercapai dan terjadinya perubahan pada pola
pikir pengrajin kapal kayu tradisional di kabupaten Batang.
Program kegiatan yang telah direncanakan diatas dilakukan dalam
formula bagan sebagai berikut :
Jenis Pelayanan :
1. Pembentukan UKM pembuat
alat tangkap jaring/pancing
2. Peningkatan Skill SDM untuk
UKM yang sudah ada
Internal support 3. Pemanfaatan teknologi tepat eksternal support
Fasilitas Lab, guna Pemerintah,DKP,
SDM, Gedung 4. Konsultasi dan Monitoring KKP,Kemperindag
dari kegiatan KKN-PPM ,Mitra strategis
16
BAB 2
TARGET DAN LUARAN
Berdasarkan rencana kegiatan yang akan dilakukan, maka target yang ingin
dicapai dalam kegiatan KKN PPM ini adalah sebagai berikut :
Sebelum Ada Program KKN Setelah Program KKN
1. Pembangunan kapal kayu baru untuk 30 GT ternyata 1. Pembangunan kapal akan lebih
pada kenyataanya GT akan lebih besar (> 30 GT) shg akurat untuk GT yang diinginkan.
Material untuk bangunan kapal baru akan membengkak Material yang digunakan pun akan
akibat GT yang bertambah. lebih efisien akibat perhitungan GT
yang tepat
2. Waktu pekerjaan membutuhkan 150 hari 2. Waktu untuk bangunan kapal baru
(terkadang molor ) akan lebih cepat karena GT yang
akurat.menjadi 120 hari
3. Denda akibat keterlambatan 3. Tidak terkena denda
17
BAB 3
METODE PELAKSANAAN KKN-PPM
Pelaksanaan KKN-PPM yang dilaksanakan oleh tim merupakan sarana
untuk mensosialisasikan pengetahuan mengenai teknologi bangunan kapal baru
secara modern serta transfer teknologi mengenai penggunaan gambar teknik pada
kapal.
Tahapan kegiatan KKN-PPM ini akan dimulai dari mencari permasalahan
yang terdapat pada pengrajin kapal kayu tradisional kemudian merumuskan solusi.
1. Persiapan dan Pembekalan KKN-PPM
Pada kegiatan KKN-PPM ini kegiatan yang diutamakan adalah pengenalan
teknologi perkapalan pada masyarakat pengrajin kapal kayu yang masih
memabngun kapal secara tradisional maka diharapkan mahasiswa dapat
memberikan transfer pengetahuan mengenai proses membangun kapal secara
modern, penggunaan gambar teknik pada pembangunan kapal dan aplikaasi
teknologi tepat guna OWS. Mahasiswa akan diberikan pembekalan mengenai
aspek pengetahuan teknologi perkapalan maka agar tercapainya tujuan kegiatan
KKN-PPM ini mahasiswa akan diberikan pengetahuan dasar sepert hal berikut
ini :
Tabel 4. Materi pembekalan mahasiswa KKN-PPM Undip
No. Materi Pembekalan Mahasiswa Narasumber
- Tata tertib KKN PPM LPPM
- Filosofi & tujuan KKN PPM LPPM
1 - Pengorganisasian KKN PPM DPL
- Participatory Rural Appraisal (PRA) LPPM
- Softskill LPPM
2 - pengenalan wilayah Camat
- Pemberdayaan masyarakat pesisir dan pantai Tim KKN-PPM
- Industri penunjang kapal tradisional
- Pemanfaatan teknologi tepat guna
3 - Pemberdayaan perempuan kawasan pesisir
18
2. Pelaksanaan Kegiatan KKN-PPM
Pada pelaksanaan kegiatan KKN-PPM ini merupakan kegiatan KKN yang
terintegrasi dengan LPPM Undip yang merupakan salah satu matakuliah wajib
bagi mahasiswa tingkat akhir pada program sarjana. Namun dengan adanya
KKN-PPM ini maka kegiatan pemberdayaan masyarakat pesisir khususnya
pengrajin kapal kayu yang masih tradisional diharapkan terjadinya
pembaharuan konsep dari membuat kapal kayu secara tradisional menjadi
membuat kapal kayu dengan standar yang baku dan lebih baik (modern).
Agar tercapainya tujuan KKN-PPM ini maka dalam pelaksanaan KKN ini
dibuat volume pekerjaan mahasiswa pada masa KKN dalam bentuk Jam Kerja
Efektif Mahasiswa (JKEM). Satuan dalam JKEM merupakan 1 jam efektif yang
dilaksanakan mahasiswa dalam suatu kegiatan dimana total mahasiswa akan
melaksanakan total 175 JKEM selama melaksanakan kegiatan KKN-PPM di
pengrajin kapal kayu kabupaten Batang. Dalam KKN-PPM ini kegiatan
mahasiswa selama 10 Minggu disajikan pada tabel.5
Tabel 5. Jumlah Jam Kerja Efektif Mahasiswa(JKEM) selama KKN-PPM
Volume
No Nama Pekerjaan Program (JKEM) Keterangan
a. Mahasiswa sosialisasi Kegiatan
Sosialisasi Kegiatan KKN-PPM di pengrajin 3
1 b. Perkenalan mahasiswa dengan
KKN-PPM
aparat desa 3
c. Ramah tamah dengan aparat desa 3
d. Pembagian kelompok mahasiswa
KKN-PPM di Batang 3
a. Mahasiswa melakukan perkenalan
dengan pengrajin 3
Sosialisasi pada pengrajin kapal
2 b. Mahasiswa melakukan pemetaan
kayu
pengrajin di kabupaten Batang 5
n = 29
c. Pembuatan kelompok-kelompok
mahasiswa
pengrajin untuk kegiatan KKN-
PPM 5
a. Mahasiswa melakukan sosialisasi
mengenai rancang bangun kapal
modern 6
3 Perkenalan teknologi perkapalan
b. Mahasiswa melakukan workshop
mengenai proses produksi kapal 6
c. Mahasiswa melakukan workshop
proses produksi kapal secara
modern 6
4 Pembuatan desain gambar teknik a. Pengenalan gambar teknik 6
19
b. Contoh gambar teknik pada kapal
dan fungsinya 6
c. Cara praktis pembuatan gambar
teknik pada kapal 5
d. workshop mengenai gambar teknik 6
e. Pelatihan penggunaan peralatan
gambar teknik 5
f. Evaluasi dan pendampingan
pembuatan gambar teknik 3
a. Perancangan OWS 6
Penerapan OWS guna b. Pembuatan OWS 5
5 menanggulangi pencemaran di TPI c. Uji Coba OWS 5
d. Sosialisasi mengenai penerapan
OWS guna menanggulangi
pencemaran di TPI 3
a. Mencari bibit mangrove dan ajir 5
Menanam Mangrove guna b. Penanaman Mangrove di pantai
6 menanggulangi abrasi di pantai Sigandu 5
Sigandu c. Sosialisasi cara menanam
mangrove guna menanggulangi
abrasi di pantai Sigandu 5
d. Evaluasi dan perawatan lanjutan 3
a. Perancangan Solar Cell dan Lampu
Celup 3
b. Sosialisasi manfaat penggunaan
Penerapan Solar Cell sebagai
solar cell sebagai energi alternatif
7 Tenaga Alternatif dalam penggunaan
dalam lampu celup 3
Lampu Celup pada Kapal Nelayan
c. Pengaplikasian lampu celup
sebagai alat bantu penangkap ikan
pada kapal nelayan 5
a. Perakitan rumah ikan 3
Penanaman Rumah Ikan guna b. Sosialisasi manfaat rumah ikan
8
menjaga habitat ikan guna menjaga habitat ikan 3
c. Penanaman rumah ikan 5
a. Memberikan pelaporan mengenai
pemetaan pengrajin kapal kayu 6
Evaluasi kegiatan KKN-PPM b. Mempresentasikan kegiatan KKN-
9
dengan Pemda Batang PPM pada pihak pemda Batang 4
c. Memberikan laporan kegiatan
KKN-PPM 4
a. Mahasiswa membuat laporan
mengenai dampak adanya KKN-
PPM 4
10 Evaluasi kegiatan KKN-PPM b. Mahasiswa membuat laporan
perubahan terhadap pengrajin
kapal kayu 4
c. Mahasiswa melakukan koordinasi
dengan aparat terkait dengan masa
selesainya KKN-PPM 4
20
a. Mahasiswa melakukan sosialisasi
11 Penutupan Kegiatan berakhirnya KKN-PPM di Batang 3
KKN-PPM b. Melakukan penutupan kegiatan
KKN-PPM dengan pengrajin dan
aparat terkait 3
a. Mahasiswa melakukan pelaporan
berakhirnya masa KKN-PPM pada
12 Pelaporan kegiatan
pusat KKN Undip 4
KKN-PPM
b. Membuat laporan akhir KKN-
PPM 3
c. Mahasiswa melakukan ujian akhir
KKN-PPM 3
Total JKEM kegiatan KKN-PPM 175
21
BAB 4
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
22
tahu 2015 dan 2016 dana hibah KKN PPM dikti, penerapan dan
pengembangan teknologi tepat guna dan pengalaman lain yang relevan dapat
dilihat pada lampiran biodata.
23
BAB 5
HASIL YANG DICAPAI
Kegiatan KKN PPM dengan tema “Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
Dalam Meningkatkan Produktivitas UKM Galangan Kapal Kayu Dan
Penanggulangan Abrasi Pantai Sigandu Kabupaten Batang” dilaksanakan
melalui beberapa tahapan:
5.1. Tahap Rekruitmen mahasiswa
Proses rekruitmen dilakukan oleh Dosen Pembimbing Lapangan melalui
beberapa tahap. Tahapan seleksi yaitu seleksi berkas dan seleksi wawancara. Setelah
melalui beberapa proses seleksi terpilih beberapa mahasiswa yang berkompenten
dibidangnya, jumlah peserta yang lolos seleksi adalah 29 mahasiswa dari 7 fakultas
dengan rincian Fakultas Teknik sebanyak 12 mahasiswa, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan sebanyak 7 mahasiswa, Fakultas Sains dan Matematika sebanyak 3
mahasiswa, Fakultas Kedokteran sebanyak 2 mahasiswa, Fakultas Ilmu Budaya 2
mahasiswa, Fakultas Ekonomi dan Bisnis 2 mahasiswa, dan Fakultas Hukum satu
mahasiswa.
Tabel 6. Daftar Kelompok KKN
Kelompok 1
1. Galan Regatama Fakultas Teknik
2. M. Zulkifli Fakultas Teknik
3. Muhammad Fathan M. Fakultas Teknik
4. Aditama Aziz Fakultas Teknik
5. Dhea Putri Savira Fakultas Teknik
6. Nurmalita Cahya P. Fakultas Teknik
7. Fetika Rachmania W. Fakultas Ilmu Keluatan dan Perikanan
8. Michelia Fitrianing S. Fakultas Ilmu Keluatan dan Perikanan
9. Zahrotul Umma Fakultas Ilmu Keluatan dan Perikanan
10. M. Fadly Andhika Fakultas Ekonomi dan Bisnis
11. Mutia Rachmania Fakultas Ekonomi dan Bisnis
12. Maidatul Lifiani Fakultas Ilmu Budaya
13. Hanintyo Krishna Fakultas Hukum
14. Rizka Zakiyatul Miskiyah Fakultas Sains dan Matematika
24
15. Nadiyah Hafidah Sinambela Fakultas Sains dan Matematika
16. Eka Yuliana Dewi (FK) Fakultas Kedokteran
17. Mochammad Rizal Fatoni (FK) Fakultas Kedokteran
Kelompok 2
18. Abdul Goni Fakultas Teknik
19. Dimas Panji Wibisono Fakultas Teknik
20. Dhamastya Adi Putra Fakultas Teknik
21. Damei Rossa Fakultas Teknik
22. Hasbi Maulana Fakultas Teknik
23. Ilham Anugrah Abrar Fakultas Teknik
24. Nadya Istania Fakultas Ilmu Keluatan dan Perikanan
25. Ayu Shofiana Fakultas Ilmu Keluatan dan Perikanan
26. Aufa Linda Ardian Fakultas Ilmu Keluatan dan Perikanan
27. Bifa Aulia Manuhuwa Fakultas Ilmu Keluatan dan Perikanan
28. M. Bismar Iskandar P. Fakultas Sains dan Matematika
29. Nadya Rachmania S. Fakultas Ilmu Budaya
25
yang menyampaikan tentang tata cara pembuatan reportasi dan materi terakhir
disampaikan tentang survei lapangan dan bagaimana Pembekalan Universitas KKN
PPM Tematik berjalan dengan lancar dan akan diadakan post test materi yang telah
diterangkan setelahnya.
5.3. Survey Lokasi
Survey ini adalah pertama kalinya Tim KKN PPM Tematik Batang menuju
ke lokasi untuk survey awal. Survey diikuti oleh seluruh mahasiswa peserta KKN
PPM Tematik Batang. Tim KKN PPM Tematik melakukan survey ke dua tempat,
yaitu ke daerah Karangasem Utara, dan ke Pantai Sigandu, Batang.
Mahasiswa KKN PPM Tematik Batang melakukan survey untuk yang kedua
kalinya. Di Survey kedua para mahasiswa melakukan survey ke lokasi tempat
tinggal sebagai posko KKN Hari Senin pada siang hari mahasiswa KKN PPM
Tematik Batang untuk yang kedua kalinya. Selain itu, para mahasiswa melakukan
survey ke 2 tempat yang sekiranya dapat dijadikan sasaran, yaitu Sekolah SD dan
SMK di Karangasem Utara, Batang. Tim KKN PPM Tematik pun melakukan
kunjungan ke Mitra. Mitra KKN PPM Tematik Batang ialah Abadi Group yang
dipimpin oleh Bapak H. Nur Abadi.
5.4. Penerjunan/pemberangkatan/pembukaan kegiatan mahasiswa KKN PPM
Tematik
Seluruh mahasiswa KKN PPM Tematik Batang sudah siap KKN dan
melaksanakan Acara Pembukaan KKN PPM Tematik Daerah Batang Undip 2018.
Acara pembukaan KKN PPM Tematik Undip 2018 dihadiri oleh seluruh mahasiswa
tim KKN, Lurah Karangasem Utara Bapak Bandriono, S.H, Perwakilan Mitra, serta
Dosen Pembimbing Lapangan. Adapun susunan acara pembukaannya adalah
sambutan, penyematan jaket KKN, Doa, dan yang terakhir penutup. Setelah Acara
pembukaan, KKN PPM Tematik Undip 2018 resmi berjalan.
5.4. Pelaksanaan program
a. Pelatihan Software
Program pemberdayaan masyarakat pengrajin kapal kayu yang dipersiapkan
oleh kelompok 1 ini telah dilaksanakan beberapa program pelatihan diantaranya
Pelatihan pembuatan gambar rencana garis kapal ikan, pelatihan software maxsurf,
pelatihan pengenalan ilmu rancang bangun kapal secara modern, tekknik menggambar
26
bentuk lambung kapal yang sasarannya merupakan pengrajin kapal kayu di Abadi
Group. Software yang digunakan dalam pelatihan ini yaitu :
1) Microsoft Project
2) Microsoft Excel
3) Autocad 2010
4) Delftship
5) Maxsurf
6) Hydromax
7) Fishipro
Dalam pelatihan ini para pekerja galangan diberikan keterampilan dalam
menggunakan software, terutama dalam tahap desain dan pembangunan kapal.
Pelatihan dilaksanakan menggunakan presentasi interaktif serta praktek secara
langsung. Desain kapal yang sudah ada dapat dimodifikasi dengan lebih cepat dan
akurat dengan bantuan software, sehingga harapannya kedepan Abadi Group
mampu menerima pesanan kapal lebih cepat, dan para pekerja galangan lebih melek
teknologi yang lebih modern.
b. Penanaman Mangrove
Program penanaman mangrove dilaksanakan di Pantai Muararejo yang
lokasinya masih disekitar sentra industri kapal batang. Di sekiling pantai ini
terdapat tanaman tanaman mangrove yang tumbuh disepanjang pantai, namun
banyak lahan lahan yang belum ditanami, sehingga lokasi ini sangatlah cocok untuk
ditanami mangrove yang difungsikan untuk menahan abrasi pantai. Teknik
penanaman mangrove yang dilakukan adalah dengan menggunakan bambu sebagai
penegaknya.
27
Tahapan yang perlu diperhatikan dalam menanam mangrove tersebut yang
pertama adalah survey lokasi dan ketepatan waktu, dalam halnya waktu kita harus
memperhatikan pasang surut air laut. Dalam observasi lahan ini kita harus
memperhatikan kondisi lahannya, hal ini dhanya dapat dilakukan dalam kondisi surut
saja. setelah observasi lahan dan dipilih waktu yang tepat untuk menanam maka
dilakukan persiapan bibit. Dalam persiapan bibit maka kita jenis bibit mangrove yang
ada disana yang masih bagus. Dalam metode tepat guna ini tanaman mangrove
diikatkan terlebih dahulu menggunakan tongkat bambu agar mangrove bisa lebih
kokoh.
28
d. Pengaplikasian Solar Cell sebagai Tenaga Alternatif dalam penggunaan
Lampu Celup Pengmpul Ikan
Program lainnya yaitu penggunaan solar cell sebagai tenaga alternatif dalam
penggunaan lampu celup pembanu pengumul ikan pada kapal nelayan. Solar cell
berfungsi untuk menyimpan tenaga matahari yang disajikan sebagai sumber listrik
pada celup. Adapun fungsi dari lampu celup itu sendiri adalah sebagai alat bantu
penangkap ikan pada kapal nelayan tradisional. Dengan menggunakan lampu celup
tersebut, ikan akan mengumpul ke sumber cahaya dan akan memudahkan nelayan
dalam menangkap ikan.
29
BAB 6
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
1. Melaksanakan Konsultasi dan Monitoring dari pelaksanaan KKN PPM. Perihal
program yang telah dilaksanakan berjalan dengan baik dan membawa dampak
baik bagi kehidupan masyarakat sekitar atau tidak? Dalam hal ini yang
berhubungan dengan pengrajin kapal tradisional
2. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk turut menjaga tanaman
mangrove
3. Melaksanakan program tambahan kemasyarakatan bersih sampah yang
bekerjasama dengan BLH
4. Melaksanakan program tambahan berupa jalan sehat yang diadakan oleh
kelurahan Krangasem Utara
5. Menyusun/menulis jurnal dan di terbitkan di jurnal nasional berkala.
6. Menyelesaikan laporan
30
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
1. Dengan adanya pelatihan software ini diharapkan dapat membantu pekerja
galangan dalam proses pembangunan kapal dalam hal ini untuk menentukan
ukuran utama kapal.
2. Dalam hal ini, penggunaan OWS sangat penting karena dapat mengurangi
pencemaran air laut itu sendiri. Sehingga, ekosistem air laut akan tetap terjaga
dengan penggunaan OWS pada kapal nelayan ini.
3. Untuk mengurangi terjadinya abrasi pantai, maka dilakukan penanaman
mangrove dan juga sebagai penghijauan pantai. Sehingga, masyarakat akan
jauh dari bencara rob pantai.
4. Penggunaan Solar Cell ini dilakukan sebagai pengganti tenaga listrik untuk
penggunaan lampu celup pengumpul ikan. Sehingga masyarakat teredukasi
dengan tenaga alternatif dan mengurangi tenaga listrik yang digunakan.
5. Penanaman rumah ikan ini dilakukan untuk menjaga kelestarian laut. Dalam
hal ini rumah ikan sebagai pengganti karang untuk habitat ikan. Sehingga
ekosistem laut akan tetap terjaga.
7.2. Saran
Pelaksanaan KKN ini dapat berdampak positif bagi masyarakat pesisir
Batang khususnya pengrajin kapal tradisional. Dengan adanya pelatihan
software bagi pengrajin kapal tradisional, maka pengrajin kapal dapat dengan
mudah melakukan pekerjaan desain kapal. Serta penggunaan OWS dapat
mengurangi dampak pencemaran lingkungan dari kapal-kapal ikan yang
sandar. Ditambah penanaman tanaman mangrove sebagai upaya penghijauan
dan penanggulangan abrasi akibat gelombang air laut. Selain itu,
pengapliaksian solar cell sebagai tenaga alternatif lampu celup dapat
dijadakan sebagai sarana alternatif pengganti listrik. Dan yang terakhir,
penanaman rumah ikan dapat menjadi solusi untuk menjaga habitat ikan.
pengganti listrik. Dan yang terakhir, penanaman rumah ikan dapat
menjadi solusi untuk menjaga habitat ikan.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta lokasi pelaksanaan program KKN-PPM
Jarak lokasi mitra dengan kampus UNDIP ± 125 Km jika melewati jalur
alternatif dan 103 km jika melewati jalur utam pantura jateng
33
Lampiran 2. Biodata Ketua Tim Pengusul dan Dosen Penbina Lapangan
(DPL)
A. Identitas Diri
IDENTITAS DIRI
Nama : Ir. Ibnu Pratikto, MSi.
NIP/NIK : 19600611 198703 1 002
Tempat dan Tanggal Lahir : Blora, 11 Juni 1960
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Golongan/Pangkat : IIIC/Penata
Jabatan Akademik : Lektor Kepala
Perguruan Tinggi : Universitas Diponegoro
Alamat :
Jl. Prof. Soedarto, SH - Kampus Undip Tembalang
Telp./Faks. :
Telp. 024 – 7474698 / Faks. 024 – 7474698
Alamat Rumah :
Jl. Bulusan Selatan II No. 8 Tembalang Semarang
Telp./Faks. :
024 – 76482636
34
PENGALAMAN PENELITIAN
Ketua / anggota
Tahun Judul Penelitian Sumber Dana
tim
Pengaruh Berbagai Konsentrasi
1990 Saponin terhadap Lethal Dosis Ikan Ketua DPP SPP Undip
Kakap (Lates Calcarifer Bloch)
Pengaruh Berbagai Konsentrasi N, P
dan Salinitas yang Berbeda terhadap
1991 Ketua Dikti
Laju Pertumbuhan Spirullina sp
pada Media Biofilter
Ekologi Tambak Udang di Perairan
1992 Anggota DPP SPP Undip
Pantai Kabupaten Demak
Studi Pengembangan Budidaya Ikan
1993 Nila (Oreocromis sp) di Perairan Ketua Dikti
Payau
Studi Komparatif Nilai Gizi Udang
Windu (Penaeus monodon Fab.)
1994
pada System Budidaya yang
Berbeda Ketua Dikti
Monitoring dan Konservasi Hutan
1995 Anggota Dikti
Mangrove di Pantai Cilacap
Fungsi Mangrove dalam aplikasinya
1996 untuk Penghijauan Wilayah Pantai Ketua Dikti
Desa Bedono Sayung, Demak
Uji Coba Budidaya Eucheuma
1997 Anggota Dikti
cottoni di Pantai Bandengan, Jepara
Penentuan Lokasi yang Sesuai untuk
1998 Budidaya Ikan Kakap (Lates Anggota Dikti
Calcarifer Bloch.)
Percobaan Produksi Larva Kerang
1999 Hijau (Perna viridis) di Anggota Dikti
Laboratorium
Evaluasi Kandungan Logam Berat
2000 dalam Rumput Laut (Sea Weed) di Ketua Dikti
Perairan Pantai Jepara
Evaluasi Potensi Wilayah Pantai
2001 untuk Pengembangan Pariwisata di Ketua Dikti
Jepara
Pemetaan Kerusakan Sumberdaya Dinas Perikanan
2002 Pesisir dan Laut Wilayah Pantai Ketua dan Kelautan
Utara Jawa Tengah Prov. Jateng
35
Potensi Sumberdaya Pesisir dan Dinas Perikanan
2002 Laut Wilayah Pantai Utara Jawa Anggota dan Kelautan
Tengah Prov. Jateng
Ekologi Delta Sungai Wulan
2003 Ketua Due Like
Kabupaten Demak
Kajian Dampak Pencemaran
Terhadap Kualitas Lingkungan
2004 Anggota Dikti
Perairan dan Stabilitas Ekosistem di
Muara Sungai Babon Semarang
Deliniasi Batas Biogeofisik Wilayah
2005 Anggota Due Like
Daratan Pesisir
Studi Potensi Hutan Mangrove
2006 sebagai Alternatif Pariwisata di Anggota Dikti
Pantai Rembang
Kelayaan Fisik Pantai Kuta Lombok
2007 Anggota Dikti
Sebagai Kawasan Pariwisata
Pemetaan Potensi Pariwisata Pantai
2008 Ketua Dikti
Kabupaten Jepara
Bioekologi Kerang Totok Geloina
sp. (Bivalvia: corbiculidae) di
2009 Ketua Dikti
Segara Anakan Cilacap Jawa
Tengah
Filtrasi Kerang Hijau Perna viridis
2010 Terhadap Mikro Alga pada Jenis Ketua Dikti
dan Konsentrasi Berbeda
Kajian Stabilitas Ekosistem Di
Muara Sungai Babon Semarang
2011 Anggota Dikti
Berdasarkan Kelimpahan Individu
Jenis Organisme Benthos
Studi Struktur Komunitas Dan
Bioekologi Ikan Di Perairan Desa
2011 Anggota Mandiri
Mangunharjo, Kecamatan Tugu,
Semarang
Potensi Pantai Joko Tingkir
kabupaten pemalang untuk
2012 Ketua Mandiri
Pengembangan Kawasan Wisata
(Peneliti tunggal)
Kajian Komonitas Ikam Di Perairan
2012 Kawasan Pulau Parang, Kepulauan Anggota BOPTN
Karimun Jawa, Jepara
36
Metal Hyperaccumulation (Pb, Cd,
and Cu) in Mangrove (Rhizopora
mucronata), their Effects on
2013 Growth, Chlorophyll Content and Anggota BOPTN
Root Tissue Structure-Biodiversity
Prospecting for Phytoremediation
Technology
KARYA ILMIAH*
A. Buku/Bab Buku/Jurnal
37
Potensi Pantai Joko Tingkir kabupaten
Buletin Oseanografi
2013 pemalang untuk Pengembangan Kawasan
Marina
Wisata
Kajian Komonitas Ikam Di Perairan Kawasan
2013 Pulau Parang, Kepulauan Karimun Jawa, Jurnal Ilmu Kelautan
Jepara
B. Penyunting/Editor/Reviewer/Resensi
KONFERENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM
Panitia/peserta/
Tahun Judul Kegiatan Penyelengara
pembicara
SeminarTentang Oseanologi dan ISOI – IADLI –
2000 Peserta
Ilmu Lingkungan Laut YNBS Jakarta
Sarasehan Pemberdayaan
2000 Undip Peserta
Masyarakat di Masa Krisis
Pergizi Pangan
2001 Diskusi Panel Pergizi Pangan Peserta
Yogyakarta
Seminar Nasional Pola Pengelolaan
2002 Sumberdaya Pesisir dan Laut Era UNDIP Peserta
Otonomi Daerah
Dinas Perikanan
2002 Deseminasi Hasil – Hasil Penelitian dan Kelautan Pembicara
Prov. Jateng
38
UNDIP – Dinas
Kebijakan Pengelolaan Air Bersih
2002 Pertambangan Peserta
dan Listrik di Kepulauan Kecil
Prop. DKI Jakarta
Jurusan Ilmu
Lokakarya Pengembangan
2002 Kelautan FPIK Pembicara
Kurikulum
Undip
Seminar Hasil Hibah Pendidikan DUE LIKE
2003 dan Hibah Penelitian DUE Like BATCH III – Pembicara
Batch III UNDIP
Jurusan Ilmu
2004 Lokakarya Pengembangan Institusi Kelautan FPIK Pembicara
Undip
Seminar Ilmiah Penguatan Peran
Oseanografi
2005 Oseanografi dalam Pembangunan Peserta
UNDIP – ITB
Kelautan Nasional
Lokakarya Persiapan
Pengembangan Kurikulum Undip
2007 UNDIP Peserta
2007-2012 menuju
Internasionalisasi Kurikulum
UNDIP –
Seminar Nasional Pengembangan Asosiasi
2007 Peserta
Baja Berwawasan Lingkungan Masyarakat Baja
Indonesia
Jurusan Ilmu
Lokakarya Pengembangan
2007 Kelautan FPIK Pembicara
Kurikulum
Undip
Jurusan Ilmu
2008 Lokakarya Pengembangan Institusi Kelautan FPIK Pembicara
Undip
Tantangan Pengelolaan Sumberdaya
Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau
2008 DKP – UNDIP Peserta
Kecil Indonesia Perspektif UU NO.
27 Tahun 2007
Peran Informasi Geospasial untuk
2009 ISI – UNDIP Peserta
Pembangunan Berkelanjutan
Pelatihan Sistem Pembelajaran
2012 FPIK – UNDIP Peserta
Student Centre Learning (SCL)
39
Pelatihan dan Percontohan Budidaya Kerang Kec. Bonang Kabupaten
2004
Anadara granosa Demak
Pelatihan Sistem Pengasapan Ikan dengan Kec. Karang Tengah
2005
Model Pengasapan Bertingkat Kabupaten Demak
Percontohan Biogas dari Limbah Ternak Sapi Kec. Getasan Kabupaten
2006
Di Lokasi KKN Semarang
Peningkatan Produktifitas Tambak Marginal Kec. Sayung Kabupaten
2006
dengan Penerapan Sistem Polyculture Demak
Peningkatan kualitas dan produktivitas VCO
2007 (virgin coconut oil) proses dingin dengan Desa Mangunharjo, kec
peningkatan kecepatan dan kapasitas Tugu Kota Semarang
centrifugasi
2008 Peningkatan kualitas teripang kering dengan
Karimunjawa
release humidity cabinet
Partisipasi masyarakat dalam upaya
2009 meningkatkan kerapian dan kebersihan
Telukawur - Jepara
lingkungan di wilayah Desa Pantai Telukawur
Kabupaten Jepara
Penggunaan Karbon Aktif Dari Limbah Kelapa
2009 untuk Peningkatan Kualitas Air Tambak Di Desa Muarareja - Tegal
Tambak Desa Muara Reja Kota Tegal
Penyuluhan tentang kebumian dan kegunungan
Kota Salatiga
2010 untuk siswa dan guru SMA Negeri 2 Salatiga
Pelatihan Pemanfaatan Karbon Aktif dari
2010 Limbah Kelapa untuk Peningkatan Kualitas Air
Kota Tegal
Tambak Guna Peningkatan Produksi Hasil
Tambak
Penyuluhan tentang pengelolaan kualitas air
2011 tambak di Kertomulyo-Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati
Pati
Penyuluhan tentang manajemen budidaya
Kabupaten Pati
2012 Pertambakan di Kecamatan Margoyoso Pati
Penanggulangan penyakit ikan/udang dengan
2013 mannan oligo sacharida (MOS) pada kelompok
Kabupaten Pati
tambak Minamulyo di Kecamatan Margoyoso
Kabupaten Pati
40
41
BIODATA DAN KESEDIAAN ANGGOTA I
TIM PENGUSUL KEGIATAN PROGRAM KKN-PPM
1. Identitas Diri
S1 S2 S3
Nama Perguruan Tinggi Institut Teknologi Institut Teknologi Pukyong
Sepuluh Sepuluh Nopember National
Nopember Surabaya University, South
Surabaya Korea
42
Bidang Ilmu Teknik Perkapalan Teknik Produksi Naval
dan Material Architecture and
Kelautan Marine Systems
Engineering
Nama - Ir. Heri Supomo, - Ir. Heri Supomo, Prof. Bae Dong
Pembimbing/Promotor M.Sc M.Sc Myung, PhD
- Ir. Edy Widarto, - Ir. Mustofa, M.Sc.
M.Sc.
43
3 2014- Pengembangan Desain Parametrik (Ditlitabmas 120,0
2015 Hullform Kapal Selam untuk Ditjen Dikti
Optimisasi Performa Kapal Selam Kemendikbud)
dalam rangka Meningkatkan Bantuan
Kualitas Alutsista Laut di Wilayah Operasional
Perairan Indonesia Perguruan
(Penelitian Fundamental) Tinggi Negeri
(BOPTN) TA
2014
44
3 2014 Uji Terap Biodiesel Minyak DIPA FT 5,0
Jarak Jenis B5, B10, B15 pada Undip
Kapal Tradisional Nelayan di
Tambak Lorok Semarang
application
4. The Investigation of Launching Volume 14, 2015, Pages Procedia Earth and
Parameters on the Motion 110–117
Pattern of Freefall Lifeboat Planetary Science
Using FSI Analysis
45
5. The Application Modular Vol. 7(2)2014:166-173 , International
Floating Pontoon to Support October 2014 Journal of Science
Floods Disaster Evacuation and
System in Heavy Populated Engineering(IJSE)
Residential Area
10. Comparisons of Multi Material Journal of the Society of Vol 48, No.6 pp
ALE and Single Material ALE Naval Architects of Korea 552-559, ISSN:
in LS-DYNA for estimation of (2011) 1225-1143
Acceleration Response of
Freefall Lifeboat
46
11. The development of 90 person Proceeding of the INT-NAM 2011
freefall lifeboat to support international symposium pp. 503-510,
evacuation system in offshore on Naval Architecture ISBN: 978-605-
environment and Maritime 4123-19-3
Ilmiah/Seminar
47
48
BIODATA DAN KESEDIAAN ANGGOTA II
TIM PENGUSUL KEGIATAN PROGRAM KKN-PPM
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Drs. Jarot Marwoto, M.Pd
NIP/NIK : 196703071999031002
Agama : Islam
Ilmu
1991 Sarjana IKIP Semarang
Kepelatihan
UNNES Pendidikan
2012 Magister Olah Raga
49
PELATIHAN PROFESIONAL
Jangka
Tahun Jenis Pelatihan (Dalam / Luar Negeri) Penyelenggara
Waktu
Pelatihan Media Komunikasi bagi
2002 Lepdik Undip 6 Hari
Dosen Undip
Pelatihan Dosen Wali bagi Dosen
2003 Lepdik Undip 5 Hari
Undip
Lembaga Pengembangan
2012 Pelatihan E-Learning dan Penjaminan Mutu 3 Hari
Pendidikan Undip
Lembaga Pengembangan
Pelatihan Applied Approach (AA)
2012 dan Penjaminan 5 Hari
Pola 40 jam
MutuPendidikan UNDIP
50
PENGALAMAN PENELITIAN
KARYA ILMIAH*
A. Buku/Bab Buku/Jurnal
51
KONFERENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM
Panitia/pese
Tahun Judul Kegiatan Penyelengara rta/pembicar
a
Jurusan
Seminar Nasional Pembangunan Pendidikan
2010 Olahraga Nasional melalui Program Kepelatihan Peserta
Indonesia Emas (PRIMA) Olahraga FIK
UNNES
52
Pelatihan SKJ Tahun 2004 pada Anggota Perumahan Bukit
Posyandu Lansia RW XIII Perumahan Bukit Kencana Jaya
2008 Kencana Jaya Semarang Semarang
Institusi (Univ,Fak,Jur,Lab,studio,
Peran/Jabatan Tahun ...... sd ......
Manajemen Sistem Informasi Akademik dll
Pengelola Sarana
UNDIP, Kampus Pleburan 2011 sd. sekarang
Olahraga
2003 - Undip
UKM Tenis Lapangan Pelatih
2009
PENGHARGAAN/PIAGAM
ORGANISASI PROFESI/ILMIAH
Jabatan/jenjang
Tahun Jenis/Nama Organisasi
keanggotaan
53
54
Lampiran 4. Dokumentasi KKN
Survey Pendahuluan dan Koordinasi ke Mitra KKN serta Penentuan Posko KKN
55
Proses Pembuatan Kapal Kayu di Abadi Group Shipyard
56
Pembimbingan Materi FISHIPRO Pemaparan Program Multidisiplin
bersama Pekerja Galangan kepada Pekerja Galangan
57
Penyerahan Plakat kepada DKP Pemaparan Teknologi Tepat Guna
Kabupaten Batang dengan Perikanan Tangkap di
DKP Kabupaten Batang
58
Pengambilan Bibit Mangrove dari Kondisi Bibit Mangrove di
Penampungan Penampungan
59
Proses Uji Coba Alat OWS pada SPBN Batang
60
Penyerahan Piagam Kepada DKP Rak Buku yang Disusun Pada
Batang Pojok Baca
61
Peninjauan Rumah Ikan Sebelum Lokasi Penanaman Rumah Ikan
Ditanam
62
Partisipasi Mahasiswa KKN Pada Rangkaian Kegiatan Agustusan
Kelurahan Karangsari
63
Kurang
maksimalnya hasil
TAHUN 2018 Membantu
nelayan dalam
tangkapan ikan mendapatkan ikan
Kebutuhan BBM Tenaga alternatif
semakin sulit pengganti BBM
64
PERANCANGAN OIL WATER SEPARATOR JENIS PLATE SETTLER DENGAN BANTUAN
KARBON AKTIF
Ir. Ibnu Pratikno, Msi (1), Dr. Eng. Ahmad Fauzan Zakki, ST, MT (2), Drs. Jarot Marwoto, M.Pd (3) Ari Wibawa
Budi Santosa, S.T, M.Si (4)
1
Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
2
Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
3
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
4
Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Diponegoro Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang, Indonesia
ariwibawabs@live.undip.ac.id
Abstrak
Pantai Sigandu berlokasi dekat dengan sentra industri yang bergerak dalam bidang galangan kapal terutama kapal kayu
dan tempat pelelangan ikan (TPI), perkembangan industri yang pesat memberikan dampak langsung pada perairan sekitar pantai
Sigandu salah satunya adalah limbah. Limbah di perairan sigandu umumnya adalah tumapahan oli bekas atau solar dari kapal
maupun bengkel reparasi kapal. Berdasarkan kriteria –kriteria yang ada oli bekas termasuk kategori limbah B3 (Bahan Berbahaya
dan Beracun). Limbah B3 adalah limbah yang sangat berbahaya, karena bersifat korosif. Karbon aktif merupakan salah satu
adsorben yang paling sering digunakan pada proses adsorpsi. Hal ini disebabkan karena karbon aktif mempunyai daya adsorpsi
dan luas permukaan yang lebih baik dibandingkan adsorben lainnya. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh efisiensi tertinggi
didapat pada jumlah plate settler 35 buah dan pada konsentrasi 1500 mg/L dengan efisiensi 99,3%. Sedangkan Efisiensi pada
jumlah plate settler 30 yaitu 99,2 pada konsentrasi 1500 mg/L, dan efisiensi pada jumlah plate settler 25 diperoleh efisiensi 98,967
% dengan konsentrasi 1500 mg/L. Penambahan karbon aktif memberikan warna air effluent yang lebih bening dan jernih, hal ini
dikarenakan karbon aktif menadsobsi kotoran pada larutan sehingga air menjadi lebih jernih dan bening.
65
4. Plate Settler Separator
3. Prinsip kejra separator ini hampir sama dengan API
= (ρw − ρo) d2 separator tetapi dilengkapi dengan plat-plat atau plate parallel.
Plat-plat ini berfungsi sebagai permukaan bagi droplet minyak
untuk berkumpul dan memberikan alur bagi sedimen untuk
= 0,0123[ ] mengendap sehingga proses pemisahannya berjalan lebih baik
dibanding API Separator. Plat atau plate pada separator
Vr= kecepatan vertikal butiran (m/s) memiliki spesifikasi tersendiri berdasarkan kebutuhan proses
g = percepatan gravitasi bumi (9.81 m/s2) separasi seperti dimensi plate, jumlah plate, dan jarak antar
µ = viskositas plate.
ρw = kerapatan air (kg/m3)
ρo = kerapatan minyak (kg/m3)
d = diameter butiran minyak (mm)
Sw = Saturasi air
So = Saturasi minyak
66
sisanya berupa hidrogen, oksigen, sulfur dan nitrogen serta pengambilan sampel. Konsentrasi akhir minyak pelumas dalam
senyawa-senyawa lain yang terbentuk dari proses pembuatan. air pada effluent separator diukur dengan metode ekstraksi
Volume pori-pori karbon aktif biasanya lebih besar dari 0,2 soxhlet yang mengacu pada Standard Method 5520 D [17].
cm3/gram dan bahkan terkadang melebihi 1 cm3/gram. Luas
permukaan internal karbon aktif yang telah diteliti umumnya
lebih besar dari500 m2/gram dan bisa mencapai 1908 m2 /gram HASIL DAN PEMABAHASAN
[13].
Pengecekan debit aliran
Beda ketinggian air 9 cm - 10 cm berdasarkan hasil
METODE perhitungan menghasilkan debit ± 25 L/jam. Debit dengan
ketinggian air tersebut selanjutnya dilakukan pengecekan
A. Perancangan Alat OWS
dengan menggunakan beaker glass 500 mL dan stopwatch. Bak
Pada perancangan ini digunakan 1 buah alat oil water penampung diisi dengan air limbah buatan hingga batas
separator yang terbuat dari plat baja dirancang pada skalaIIpI.ilot. ketinggian 10 cm dari selang pada dasar bak. Sumbat selang
Alat oil water separator mempunyai luas alAa.s 100 x 200 cm dibuka, stopwatch dinyalakan dan beaker glass 500 mL
dengan tinggi 1I5I.0 cm. Tiga buah plate settler dengan sudut diarahkan pada outlet selang sehingga dapat menampung air
kemiringan 45º digunakan dengan jumlah plate berturut-turut limbah buatan. Ketiganya dilakukan secara bersamaan. Waktu
25 lembar, 30 lembar, dan 35 lembar. Ketiga unit plate settler hasil pengisian air limbah buatan pada beaker glass 500 mL
tersebut memiliki dimensi yang identik, dengan panjang 40 cm, yang mencapai volume tertentu dicatat kemudian debit aliran
lebar 40 cm, dan jarak antar plate 2-8 cm dari kriteria desain 2- dihitung berdasarkan hasil pencatatan volume air dan waktu di
4 cm [14]. Dimensi reaktor didapatkan dari perhitungan dengan lapangan. Tabel 1 menunjukkan hasil perhitungan debit dan
mempertimbangkan debit aliran yang ditentukan (25 L/jam) pengecekan debit di lapangan. Hasil pengecekan debit pada
dan waktu detensi oil separator (2 jam). Aliran yang ketinggian air tersisa 9 cm – 10 cm mendekati debit aliran yang
berlangsung harus laminar agar mendukung pemisahan partikel ditentukan yakni 25 L/jam. Adanya selisih angka antara debit
minyak sesuai dengan Hukum Stokes [15]. Berdasarkan yang ditentukan dan debit pada pengecekan di lapangan dapat
perhitungan bilangan Reynolds, didapatkan angka Reynolds disebabkan oleh kesalahan pembacaan tinggi air (cm) pada bak
yang termasuk laminer sehingga pemisahan partikel minyak penampung dan kemungkinan adanya jangka waktu antara
dapat berlangsung [16]. Penentuan jumlah plate pada plate selesai menampung sampel air limbah buatan dalam beaker
settler didapatkan dari perhitungan dengan mempertimbangkan glass 500 mL dengan menghentikan stopwatch. Bilangan
luas permukaan plate total dan luas efektif tiap plate. Reynolds dari hasil perhitungan juga masih tergolong laminer.
TABLE I
B. Persiapan Air Limbah Buatan PERHITUNGAN DEBIT DAN PENGECEKAN DEBIT TEKNIS
larutan. Setiap konsentrasi minyak oli bekas dicampurkan 9,5 24,23 - 12,02
dengan solar dengan konsentrasi sesuai variabel dan tidak 9 23,58 24 11,7
menggunakan rasio tertentu. B. 8,5 22,9 - 11,36
8 22,21 - 11,02
C. Pengujian Alat OWS
Bak penampung diisi dengan air limbah buatan Pengujian alat OWS dan Pengaruh Konsentrasi minyak
mengandung air, minyak oli bekas, serta solar dengan oli
konsentrasi yang telah ditentukan. Pompa submersible yang Pada Tabel 2 menunjukkan konsentrasi minyak pelumas
terletak di dalam bak penampung dinyalakan agar air, minyak dalam influent dan konsentrasi minyak oli bekas dalam effluent.
oli bekas, dan solar tetap tercampur. Permukaan air pada bak Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi
dijaga tetap konstan dengan ketinggian air sesuai dengan debit minyak oli bekas dalam influent, semakin besar konsentrasi
yang diinginkan. Pengamata dilakukan dengan memvariasikan minyak dalam effluent. Pada jumlah plate settler 25 didapatkan
variabel penelitian yakni konsentrasi limbah minyak oli bekas konsentrasi minyak oli bekas dalam effluent yakni 15,5 mg/L,
dengan jumlah plate settler. 12 mg/L, dan 10,5 mg/L untuk konsentrasi minyak oli bekas
dalam influent 1500 mg/L, 2000 mg/L, dan 2500 mg/L.
Pengambilan sampel pada outlet separator dilakukan
Sedangkan untuk pada jumlah plate settler 30 didapatkan
setelah terdapat effluent yang keluar dari outlet separator.
konsentrasi minyak oli bekas dalam effluent yakni 21,5 mg/L,
Setiap cycle (pengamatan pada jumlah plate dengan tiap
19,5 mg/L, dan 17 mg/L untuk konsentrasi minyak
konsentrasi limbah minyak pelumas) dilakukan dua kali
67
oli bekas dalam influent 1500 mg/L, 2000 mg/L, dan 2500
mg/L. Sedangkan untuk pada jumlah plate settler 35 didapatkan
konsentrasi minyak oli bekas dalam effluent yakni 25,5 mg/L,
20,5 mg/L, dan 18,5 mg/L untuk konsentrasi minyak oli bekas
dalam influent 1500 mg/L, 2000 mg/L, dan 2500 mg/L. Secara
keseluruhan semakin banyak influent minyak oli bekas semakin
banyak effluent minyak oli bekas yang dihasilkan, hal ini
dikarenakan konsentrasi tidak terlalu berpengaruh terhadap
proses separasi.
Gambar 5. Sampel air tanpa karbon aktif
TABLE 2
KONSENTRASI MINYAK OLI BEKAS DALAM INFLUENT DAN KONSENTRASI
MINYAK OLI BEKAS DALAM EFFLUENT
V. UCAPAN TERIMAKASIH
Pengaruh penggunaan karbon aktif pada proses separasi Ucapan terimakasih ini ditujukan kepada BPPI Provinsi
Jawa Tengah yang telah memmembantun perancangan dan
pembuatan alat OWS kepada Tim KKN, Mitra KKN TPI
Batang yang telah turut sertadalam membantu program
Rancanf bangun alat OWS. Keberhasilan perancangan alat
OWS tidak akan tercapai tanpa adanya bantuan dari pihak-
pihak tersebut. Maka dari itu sudah sepantasnya Tim KKN
Tematik Universitas Diponegoro mengucapkan terimakasih.
Dengan jadinya alat OWS dan diharapkan dapat mengurangi
68
[9] Kelly, G. The role of glucosamine sulfate and chondroitin sulfates in the
dampak tumpahan limbah minyak di pesisir pantai Kabupaten treatment of degenerative joint disease. Alternative Medicine Review.
Batang sesuai yang di inginkan semua pihak. 3(1):27-39, 1998.
[10] Camara, Da CC, and Dowless, GV. Glucosamine sulfate for
REFERENSI osteoarthritis. Annals of Pharmacotherapy. 11(32):580-587, 1998.
[11] Lopes Júnior, O. V., and Inácio, A. M. Use of glucosamine and
[1] Hajji, S., Younes, I., Ghorbel-Bellaaj, O., Hajji, R., Rinaudo, M., Nasri,
chondroitin to treat osteoarthritis: a review of the literature. Revista
M., and Jellouli, K. Structural differences between chitin and chitosan
Brasileira de Ortopedia (English Edition), 48(4), 300–306., 2013.
extracted from three different marine sources. International Journal of
[12] Chen, Q., Xio, W., Zhou, L., Wu, T., Wu, Y. 2012. Hydrolysis of
Biological Macromolecules. Pp 298-306 , 2014.
chitosan under microwave irradiation in ionic liquids promoted by
[2] Kholifin, M., Bustanul. Determinan permintaan ekspor udang beku
sulfonic acid-functionalized ionic liquids. , 97, 2012
indonesia ke uni eropa. Unpublished, 2013.
[13] Gandhi, N., & Laidler, J. K. Preparation of glucosamine hydrochloride.
[3] Bajaj, M., Winter, J., and Gallert, C. Effect of deproteination and
U.S. patent 6,486,307, 2002.
deacetylation conditions on viscosity of chitin and chitosan extracted
[14] Mojarrad, J. S., Nemati, M., Valizadeh, H., Ansarin, M., and Bourbour,
from Crangon crangon shrimp waste. , 56, pp.51–62, 2011.
S. Preparation of glucosamine from exoskeleton of shrimp and
[4] Shahidi, F., and Abuzaytoun, R. Chitin, Chitosan, and Co-Products:
predicting production yield by response surface methodology. Journal of
Chemistry, Production, Applications, and Health Effects. Advances in
Agricultural and Food Chemistry, 55(6), 2246–50, 2006.
Food and Nutrition Research, 49, pp 93–135, 2005.
[15] Novikov, V. Y. Acid hydrolysis of chitin and chitosan. Russian Journal
[5] Pillai,W. P., and Chandra, P. Sharma. Chitin and chitosan polymers:
of Applied Chemistry, 77, 484–487, 2004.
Chemistry, solubility and fiber formation. C.K.S, 2009.
[16] Ingle, T. R., Vaidya, S. H., & Pai, M. V. Production of D-glucosamine
[6] Matheson, A. J., & Perry, C. M. Glucosamine: A review of its use in the
hydrochloride (GAH) from fish canning waste. Research and Industry,
management of osteoarthritis. Drugs & Aging, 20, 1041–1060, 2013.
18, 54–56, 1973.
[7] Ishiguro, N., Kojima, T., & Poole, A. R. Mechanism of cartilage
[17] Chen, C. George, and Johnson, R. Bruce. Improved Colorimetric
destruction in osteoarthritis. Nagoya Journal of Medical Science, 65, 73–
Determination of Cell Wall Chitin in Wood Decay Fungi, 1983.
84, 2002.
[18] Kazami, N., Sakaguchi, M., Mizutani, D., Masuda, T., Wakita, S.,
[8] Kazami, N., Sakaguchi, M., Mizutani, D., Masuda, T., Wakita, S.,
Oyama, F., Sugahara, Y. A simple procedure for preparing chitin
Oyama, F., Sugahara, Y. A simple procedure for preparing chitin
oligomers through acetone precipitation after hydrolysis in concentrated
oligomers through acetone precipitation after hydrolysis in concentrated
hydrochloric acid. Carbohydrate Polymers, 132, 304–310, 2015.
hydrochloric acid. Carbohydrate Polymers, 132, 304–310, 2015.
69
PEMASANGAN APARTEMEN IKAN SEBAGAI ALTERNATIF
PENINGKATAN HASIL TANGKAP IKAN DAN PEREMAJAAN TERUMBU
KARANG DI PERAIRAN SIGANDU KABUPATEN BATANG
Ir. Ibnu Pratikno, Msi (1), Dr. Eng. Ahmad Fauzan Zakki, ST, MT (2), Drs. Jarot Marwoto,
M.Pd (3) Ari Wibawa Budi Santosa, S.T, M.Si (4)
1
Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
2
Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
3
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
4
Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Diponegoro Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang, Indonesia
Email: arikapal75@gmail.com
ABSTRAK
Pemasangan apartemen ikan dikawasan perairan Sigandu bertujuan sebagai salah satu
upaya peremajaan ekosistem terumbu karang yang berdampak pada pemulihan
ketersediaan ikan di wilayah perairan Sigandu Batang, Jawa Tengah. Apartemen ikan
Berfungsi sebagai daerah Pemijahan (Spawning Ground), daerah asuhan atau
pembesaran (Nursery Ground) dan daerah mencari makan (Feeding Ground).
Apartemen ikan merupakan suatu bangunan yang tersusun dari konstruksi partisi
plastik,shelter, dan pemberat yang ditempatkan di dasar perairan berfungsi sebagai
tempat berpijah bagi ikan-ikan dewasa (Spawning Ground) dan atau areal
perlindungan, asuhan dan pembesaran bagi telur dan serta anak anak ikan (Nursery
Ground). Metode pengabdian yang diberikan adalah penyuluhan dan praktik. Hasil dari
kegiatan menunjukkan bahwa program pemasangan apartemen ikan di perairan
Sigandu memiliki dampak positif bagi nelayan sebagai upaya peningkatan ketersediaan
populasi ikan di perairan Sigandu.
70
Indonesia salah satunya adalah perairan al. (2003) yang menyatakan bahwa
Sigandu Kabupaten Batang. Hal ini hasil tangkap ikan meningkat hingga
diakibatkan adanya penggunaan bahan 90,53% dengan adanya apartemen ikan
peledak, pencemaran lingkungan dan (Sartimbul, 2017).
kawasan tambak, kawasan industri
Berdasarkan fakta-fakta
serta pemukiman yang mengancam
tersebut, melalui kegiatan pengabdian
keter-sedian sumberdaya ikan dan biota
kepada masyarakat KKN PPM Tematik
laut sehinga akhirnya nelayan yang
UNDIP telah dilakukan pembuatan
meng-gantungkan hidup dari usaha
apartemen ikan bersama masyarakat
penang-kapan juga terancam. Terlihat
setempat dengan menggunakan bahan
dari semakin jauhnya daerah
yang lebih ramah lingkungan dan
penangkapan, semakin sedikitnya hasil
memiliki umur teknis yang jauh lebih
tangkapan dan semakin
panjang yaitu tali polypropylene (PP).
kecilnya ukuran ikan yang tertangkap
Apartemen ikan merupakan suatu
(Salin, 2018).
bangunan yang tersusun dari konstruksi
Nelayan telah banyak partisi plastik,shelter, dan pemberat
mengeluhkan telahh mengikisnya yang ditempatkan di dasar perairan
jumlah ikan di kawasan perairan berfungsi sebagai tempat berpijah bagi
Sigandu. Terlebih, terhitung sejak awal ikan-ikan dewasa (spawning ground)
tahun, ketika curah hujan dan ombak dan atau areal perlindungan, asuhan
meninggi, kondisi ombak kian tak dan pembesaran bagi telur dan serta
bersahabat, nelayan tidak anak naak ikan (nursery ground) yang
memberanikan diri melaut. Fakta bertujuan untuk memulihkan
tentang rusaknya terumbu karang telah ketersediaan sumberdaya ikan. Selain
menjadi perhatian bagi pemerintah itu tujuan pembuatan apartemen ikan
kaupaten Batang (Rani, 2003). adalah sebagai peremajaan terumbu
karang di wilayah periaran Sigandu,
Adanya kerusakan terumbu
Kabupaten Batang, Jawa Tengah (Rani,
karang menimbulkan adanya
2003).
perkembangan alat pancing yang
berdampak pada peningkatan Rancangan kegiatan pembuatan
pemanfaatan apartemen ikan (rumpon) dan pengoperasian apartemen ikan ini
sebagai alat bantu penangkapan. melibatkan masyarakat setempat
Apartemen ikan digunakan nelayan sehingga terbentuk rasa kepemilikan
sebagai tempat mengumpulnya ikan atas apartemen ikan tersebut.
sehingga mampu menekan biaya Pemanfaatan hasil pengoperasian
operasional tangkap ikan sekaligus apartemen ikan juga melibatkan peran
meningkatkan hasil tangkapan. Hal ini nelayan dan masyarakat setempat,
sesuai dengan penelitian Simbolon et sehingga diharapkan mampu
71
meminimalisasi konflik-konflik yang penentuan lokasi pemasangan
terjadi. Manfaat lain yang akan apartemen ikan.
diperoleh nelayan setempat adalah
Produksi Apartemen Ikan
aplikasi apartemen ikan ramah
lingkungan berbasis masyarakat ini Alat yang digunakan dalam
akan menambah jumlah alat memproduksi apartemen ikan adalah
pengumpul ikan yang dikelola oleh cetok, gunting, pisau, pacul, GPS
nelayan lokal, dalam hal ini adalah android. Bahan yang digunakan adalah
Kelompok Nelayan dengan tetap tali plastikpolypropylene diameter
melalui kontrol pemerintah daerah 22/24 mm ukuran 1500m, semen cor,
setempat . Secara ekonomi, apartemen
ikan akan mampu mengembangkan
kesejahteraan nelayan pancing ulur
dengan meningkatnya produktifitas
hasil tangkapan, dan secara
institusional akan mampu
meminimalisir konflik nelayan dengan
adanya kepemilikan bersama atas
apartemen ikan tersebut.
72
daerah yang telah dipilih dengan acuan pelampung apartemen ikan Secara
konfirmasi dengan mitra IbM, detail, tahapan pembuatan apartemen
diketahui bahwa hampir semua anggota ikan adalah sebagai berikut:a.
nelayan tidak pernah melakukan Pembuatan pemberat dan
pencatatan hasil tangkapannya, pengaitnyaPemberat dibuat sebanyak
sehingga tidak dapat diketahui adanya 44 buah yang dibagi dalam 4 hill
peningkatan hasil tangkap setelah (pengait) yang terbuat dari ban bekas
dipasang apartemen ikan di daerah yang dililit dengan tali sebagai penguat.
penangkapannya. Selain itu, data Masing-masing pemberat dibuat dari
tersebut sangat diperlukan untuk tujuan semen beton dengan berat 70 kg.
monitoring ketersediaan sumberdaya
Sosialisasi dan Perakitan Apartemen
ikan di daerah penangkapan di perairan
Ikan
Sigandu.
73
PE sepanjang 450m, rangka selanjutnya
disimpul dan di rangkai dengan rangka
berikutnya (III) yang terbuat dari 3
buah lilitan tali PE dengan panjang
150m. 3.3. Pemasangan Apartemen
ikan
Pemasangan/ penenggelaman
apartemen ikan dilakukan pada tanggal
6 Agustus 2018. Pemasangan 3 unit (c)
apartemen ikan ini dilakukan dengan
oleh nelayan mitra dibantu beberapa
mahasiswa Universitas Diponegoro
dalam kegiatan KKN PPM Tematik
Kabupaten Batang dengan
menggunakan 1 (satu) kapal nelayan.
Proses pemasangan apartemen ikan di
Perairan Sigandu disajikan pada
Gambar 4.
(d)
Gambar 4 (a) pengecekan apartemen
ikan siap di pasang (b) persiapan
penyelam untuk memasang apartemen
ikan (c) proses penenggelaman
apartemen ikan (d) proses pemasangan
ikan
Evaluasi
74
(November 2018). Ketika artikel ini berfungsi sebagai tempat pengasuhan
disusun belum genap 3 (tiga) bulan, bagi ikan (nursery ground) dan lokasi
untuk melihat peningkatan hasil konsentrasi (fishing ground) ikan bagi
tangkapan. Namun demikian, kegiatan penangkapan.
monitoring tetap dilaksanakan untuk
memastikan bahwa apartemen ikan
masih terletak pada posisi yang sama. DAFTAR PUSTAKA
Pada kegiatan evaluasi tersebut
dilakukan pula konfirmasi kegiatan
rutin yang memanfaatkan apartemen Ekojono, n.d. Iptek Bagi Masyarakat
ikan kepada nelayan masyarakat Pembudidayaan Ikan Hias Air tawar
Sigandu. Konfirmasi juga dilakukan kbupaten Tulungagung. Jurnal Adimas.
kepada Ketua Pokmaswas dan pihak Rani, C., 2003. Perikanan dan Terumbu
terkait seperti staf penangkapan Dinas Karang yang Rusak: Bagaimana
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Mengelolanya?. Jurnal Bionatura,
Batang. Volume 5, pp. 97-111.
Salin, M. A., 2018. Strategi
Pengembangan Pantai Sigandu di
KESIMPULAN DAN SARAN
Kabupaten Batang dengan Analsis
SWOT.
Kegiatan pengabdian kepada
masyarakat ini telah berhasil dibuat dan Sari, D. K., 2011. Pengembangan
dipasang 3 (tuga) unit apartemen ikan Pariwisata Obyek Wisata Pantai
yang dipasang di perairan Sigandu Sigandu Kabupaten Batang. In: Skripsi.
Kabupaten Batang. Melalui kegiatan ini Semarang: Universitas Diponegoro.
telah dilakukan alih teknologi Sartimbul, A., 2017. Desain dan
pembuatan apartemen ikan serta pemasangan Rumah Ikan sebagai
kegiatan pembukuan hasil tangkap, Alternatif Peningkatan Hasil
yang kelak diharapkan dapat Tangkapan di Sendangbiru Kabupaten
bermanfaat bagi nelayan Sigandu pada Malang. Jurnal Pengabdian
khususnya dan perikanan Sigandu pada Masyarakat J-DINAMIKA, Volume 2.
umumnya. Selain dari itu, diharapkan
hasil dari kegiatan ini dapat
diaplikasikan untuk kegiatan
pemasangan apartemen ikan di lokasi
yang lain serta dapat digunakan untuk
data dasar dalam pengelolaan
sumberdaya ikan berkelanjutan di
Sigandu. Apartemen ikan sendiri
75
PENGUJIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SEBAGAI
ENERGI ALTERNATIVE UNTUK LAMPU CELUP BAWAH AIR GUNA
MENINGKATKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN KELURAHAN
KARANGASEM UTARA, BATANG
Ir. Ibnu Pratikno, Msi (1), Dr. Eng. Ahmad Fauzan Zakki, ST, MT (2), Drs. Jarot Marwoto, M.Pd (3) Ari Wibawa Budi
Santosa, S.T, M.Si (4)
1
Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
2
Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
3
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
4
Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Diponegoro Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang, Indonesia
Email: arikapal75@gmail.com
Abstrak
Kebutuhan akan listrik baik untuk kalangan industri, perkantoran, maupun masyarakat umum terutama nelayan sangat
meningkat. Tetapi, peningkatan kebutuhan listrik ini tidak diiringi oleh penambahan pasokan listrik. Berdasarkan
permasalahan tersebut, energi surya dipilih sebagai energi alternatif untuk menghasilkan energi listrik. Alat yang
digunakan disini adalah sel surya, karena dapat mengkonversikan langsung radiasi sinar matahari menjadi energi listrik
(proses photovoltaic). Agar energi surya dapat digunakan pada malam hari, maka pada siang hari energi listrik yang
dihasilkan disimpan terlebih dahulu ke baterai/accu yang dikontrol oleh regulator. Keluaran regulator langsung
dihubungkan dengan inverter dari arus DC ke AC. Pengujian modul surya (photovoltaic) terlihat bahwa hasil daya
keluaran rata-rata dan arus yang didapatkan sebanding lurus. Hal ini dikarenakan photovoltaic saat mengikuti arah
pergerakan matahari akan selalu memposisikan photovoltaic untuk tetap menghadap matahari sehingga tetap akan dapat
menangkap pancaran matahari secara maksimal. Penggunaan energy listrik pada nelayan dimanfaatkan untuk
menerangi dan digunakan untuk mengoperasikan Lampu Celup Bawah Air(LACUBA). LACUBA digunakan nelayan
dengan memanfaatkan sifat fototalksis.
Kata kunci :Sel Surya, AC DC, Photovoltaic, LACUBA, fototaksis..
76
dimusnahkan. Joule adalah satuan SI untuk energi, diambil berkurang. Dengan demikian operasi penangkapan yang
dari jumlah yang diberikan pada suatu objek (melalui kerja dilakukan pada waktu-waktu tersebut kurang efektif.
mekanik) dengan memindahkannya sejauh 1 meter dengan
gaya 1 newton. 2.3 Sel Surya
Kerja dan panas adalah 2 contoh proses atau Sel surya atau sel fotovoltaik, adalah sebuah alat
mekanisme yang dapat memindahkan sejumlah energi. semikonduktor yang terdiri dari sebuah wilayah-besar
Hukum kedua termodinamika membatasi jumlah kerja diode p-n junction, di mana, dalam hadirnya cahaya
yang didapat melalui proses pemanasan-beberapa matahari mampu menciptakan energi listrik yang berguna.
diantaranya akan hilang sebagai panas terbuang. Jumlah Pengubahan ini disebut efek photovoltaic. Bidang riset
maksimum yang dapat digunakan untuk kerja disebut
berhubungan dengan sel surya dikenal sebagai
energi tersedia. Sistem seperti mesin dan benda hidup
photovoltaics. Sel surya memiliki banyak aplikasi. Mereka
membutuhkan energi tersedia, tidak hanya sembarang
terutama cocok untuk digunakan bila tenaga listrik dari grid
energi. Energi mekanik dan bentuk-bentuk energi lainnya
tidak tersedia, seperti di wilayah terpencil, satelit
dapat berpindah langsung ke bentuk energi panas tanpa
pengorbit bumi, kalkulator genggam, pompa air, dll. Sel
batasan tertentu.].
surya (dalam bentuk modul atau panel surya) dapat
dipasang di atap gedung di mana mereka berhubungan
2.2. Cahaya dengan inverter ke grid listrik dalam sebuah pengaturan net
Mekanisme tertariknya ikan terhadap cahaya lampu metering. Banyak bahan semikonduktor yang dapat dipakai
belum diketahui dengan jelas, namun diduga untuk membuat sel surya diantaranya Silikon, Titanium
berkumpulnya ikan disebabkan oleh keinginan mencari Oksida, Germanium, dll
intensitas cahaya yang cocok (Verheyen 1959 cit.
Kristjonson, 1968)
Ikan tertarik oleh cahaya oleh cahaya melalui
penglihatan (mata) dan rangsangan melalui otak (pineal
regional pada otak). Peristiwa tertariknya ikan pada cahaya
disebut fototaksis, dengan demikian, ikan yang tertarik
oleh cahaya hanyalah ikan-ikan fototaksis yang umumnya
adalah ikan-ikan pelagis. Ada beberapa alas an mengapa
ikan tertarik oleh cahaya, antara lain adalah penyesuaian
intensitas cahay dengan kemampuan mata ikan untuk
menerima cahaya. Dengan demikian, kemampuan ikan
untuk tertarik pada suatu sumber cahaya sangat berbeda-
beda. Ada ikan yang sangat senang pada intensitas cahaya Gambar 1. Mekanisme Sel Surya
yang tinggi.
Takayama (1959) menjelaskan bahwa ketertarikan
terhadap cahaya bukan saja tergantung pada sifat fototaksis 2.4. Lampu Celup Bawah Air
positif dari ikan tersebut, tetapi faktor ekologis juga Lacuda adalah jenis lampu bawah air yang ,
berpengaruh terhadap makhluk-makhluk hidup lainnya. didesain dan dikemas secara khusus dalam satu sistem dan
Mula-mula yang tertarik untuk mendekati sumber cahaya telah teruji tahan hingga kedalaman 12 meter. Lacuda
adalah jenis zooplankton, kemudian diikuti oleh jenis ikan- dipasang pada Perahu, Bagan Tancap maupun Bagan
ikan kecil dan ikan-ikan besar. Apung dan dicelupkan kedalam air dengan penambahan
Menurut Nikonorov (1975), menyatakan bahwa beberapa peralatan untuk menambatkan kabel pada Perahu,
tingkah laku ikan di bawah sumber cahaya lampu, adalah maupun bagan. Lampu jenis ini dilengkapi pula dengan
tidak normal karena ikan tidak dapat meninggalkan sumber sistem elektronik, kabel penghubung, Dimer dan
cahaya lampu, bahkan kadang-kadang terdapat keganjilan, dioperasikan dengan sumber arus Searah (AC) dari Genset
misalnya ada beberapa tingkah laku ikan yang terlihat untuk menghasilkan cahaya 600 Wat dengan intensitas
mendekati sumber cahaya, kemudian berenang cepat sekali yang terang.
sambil berputar-putar mengelilingi sumber cahaya,
sesudah itu berlompatan ke atas permukaan.
Menurut Yami (1976) bahwa adanya cahaya
bulan dalam light fishing memberikan pengaruh negatif,
cahaya bulan membuat ikan menjadi enggan, bahkan tidak
lagi tertarik pada cahaya lampu. Hal ini disebabkan karena
penerangan cahaya lampu berkurang oleh adanya cahaya
bulan. Selanjutnya dikatakan pula bahwa terang bulan
yang cerah dapat menyebabkan ikan-ikan
menyebarluaskan daerahnya sehingga kepadatannya
Gambar 2. Lampu Celup Bawah Air
77
3. Metode 1) Pengukuran temperatur udara sekitar
Pengujian Alat Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan dan permukaan panel surya serta
Lampu celup pada Purse Seine Perahu di Perairan Utara kondisi baterai/ accu;
Karang Asem Utara menggunakan metode 2) Pengamatan terhadap lampu indicator
pengujian/eksperimen charger (merah dan hijau) dan catat
waktunya;
3.1. Prosedur Pengosongan Baterai/ ACCU Baru 3) Saat lampu hijau indicator charger
Prosedur Pengosongan baterai/accu baru sebagai meyala maka dimulailah pengisian
berikut: baterai/accu;
1. Tahap Persiapan 4) Pengukuran temparatu udara sekitar,
a. Instalasi rangkaian baterai/accu; temperature permukaan panel surya,
b. Instalasi rangkaian beban lampu; kualitas baterai/accu; serta tegangan dan
c. Penyiapan alat ukur voltmeter arus keluar dari solar cell maupun
d. Persiapan form isian. tegangan dan arus yang menuju ke
baterai/accu setiap 30 menit sekalii;
2. Tahap Pengosongan 5) Pengisian dihentikan jika kondisi
a. Pengukuran kualitas baterai/accu cahaya matahari tidak memungkinkan
b. Pengukuran tegangan dan arus keluar dari lagi untuk menyuplai solar cell atau
aterai/accu dengan menggunakan voltmeter baterai/accu telah terisi penuh dengan
dan amperemeter; melihat voltase, arus dan angka pada
c. Penyalaan lampu secara bertahap hingga hydrometer yang telah
mencapai beban maksimum (sesuai menyami/mendekati kondisi
spesifikasi alat yang diuji); baterai/accu baru;
d. Pengamatan cahaya setiap lampu; 6) Catat waktu dan temperature serta
e. Pengukuran kualitas baterai/accu serta kondisi terakhir baterai dan accu.
tegangan dan arus keluar dari baterai setiap
60 menit pengamatan; 3.3 Prosedur pembebanan Batere/accu
f. Penghentian pengujian saat cahaya lampu Prosedur pembebanan batere/accu yang sudah
sudah sangat redup atau padam; terisi, sebagai berikut:
g. Pencatatan waktu dan kondisi terakhir 1. Tahap Persiapan
baterai dan accu; a. Instalasi rangkaian batere/accu
b. Instalasi rangkaian beban lampu
Data pengosongan ini menjadi acuan untuk pengisian dan c. Penyiapan alat ukur voltmeter,
pembebanan selanjutnya amperemeter, dan hydrometer
d. Persiapan form isian
3.2 Prosedur Pengisian Baterai/ACCU
Prosedur pengisian baterai/accu yang sudah 2. Tahap Ujicoba
dikosongkan sebagai berikut: a. Pengamatan terhadap system
1. Tahap Persiapan pembebanan solarcell
a. Instalasi rangkaian solar cell-control panel 1) Pengukuran kualitas batere/accu
(charger-inverter)-baterai/accu; dengan
b. Instalasi rangkaian windpower-baterai/accu- 2) Pengukuran tegangan dan arus
control panel; keluar dari batere/accu dengan
c. Penyiapan alat ukur untuk pengamatan solar menggunakan voltmeter dan
cell antara lain: luxmeter, thermometer, amperemeter
handy multitester, voltmeter, amperemeter 3) Penyalaan lampu secara bertahap
dqn hydrometer; hingga mencapai beban
d. Penyiapan alat ukur pengamatan windpower, maksimum(sesuai spesifikasi alat
antara lain : anemometer, handy multitester, yang diuji)
voltmeter, amperemeter, dan hydrometer; 4) Pengamatan cahaya tiap lampu
e. Persiapan form isian. 5) Pengukuran kualitas batere/accu
2. Tahap Ujicoba serta tegangan dan arus keluar dari
a. Pengamatan terhadap sistim pengisian solar batere/accu setiap 15menit
cell pengamatan
78
6) Penghentian pengujian saat cahaya -Lampu pijar bereflektor 3x60 Watt(DC)
lampu sudah sangat redup/padam -Lampu Halogen 1x100 Watt(DC)
atau telah mencapai kondisi 3. Jam 20.00-21.00
batere/accu baru setelah Beban DC sebesar 280 Watt ditambah beban AC sebesar
pengosongan 100 Watt, yang terdiri dari:
7) Pencatatan waktu dan kondisi -Lampu pijar bereflektor 3x60 Watt(DC)
terkahir batere/accu -Lampu halogen 1x100 Watt(DC)
3.4 Prosedur Penggunaan Lampu Celup -Lampu pijar 1x100 Watt(AC)
4. Jam 21.00-22.00
Prosedur penggunaan lampu celup sebagai Beban DC sebesar 280 Watt, ditambah beban AC seesar
berikut:
225 Watt, yang terdiri dari:
1) Persiapkan Accu, inverter, dan Lampu celup -Lampu pijar bereflektor 3x60 Watt(DC)
2) Rangkaikan Accu serta inverter lalu -lampu halogen1x100 Watt(DC)
sambungkan ke Lampu Celup tersebut -lampu pijar 1x100 Watt(AC)
3) Pastikan kabel tidak terlilit -Lampi sorot 1 x125 Watt(AC)
4) Pasangkan pada alat tangkap secara hati-hati 5. Jam 22.00-23.00
a. Inverter AC mengalami kegagalan (failure) sehingga
3.5 Prosedur Pelaporan hanya dihasilkan listrik DC
1. Menyusun data hasil pengamatan & pengukuran
b. Beban Ac dihilangkan sehingga hanya beban dc yang
2. Pengolahan data
bekerja sebesar 280 watt, yang terdiri dari:
3. Pembahasan
lampu pijar bereflektor 3x60watt
4. Menyusun kesimpulan dan saran
5. Data serta hasil pengolahan dan analisisnya lampu halogen 1x100 watt(DC)
disajikan dalam bentuk laporan tertulis 6. Jam 23.00-24.00
Beban DC bertambah menjadi 380 watt:
4. Hasil dan Analisa lampu pijar bereflektor 3x60watt
4.1. Data hasil Pengosongan Batere/accu baru lampu halogen 2x100 Watt(DC)
Waktu : 7.Jam 00.00-01.00
Spesifikasi Accu : Merk= ACDelco ; Tipe= IN 150 Beban DC bertambah menjadi 380 watt:
12V x 150Ah x 754 CCA x 294 Min+ lampu pijar bereflektor 3x60watt
Tabel 1. Pengosongan Batere/accu Baru lampu halogen 2x100 Watt(DC)
No. JAM Beban(watt) TOTAL
8.01.00-02.00
AC DC BEBAN
Beban DC bertambah menjadi 380 watt:
1 18.00 – 19.00 0 180 180 lampu pijar bereflektor 3x60watt
2 19.00 – 20.00 0 280 280 lampu halogen 2x100 Watt(DC)
3 20.00 – 21.00 100 280 380 9.02.00-03.00
4 21.00 – 22.00 225 280 505 Beban DC bertambah menjadi 380 watt:
5 22.00 – 23.00 0 280 280 lampu pijar bereflektor 3x60watt
6 23.00 – 24.00 0 280 380 lampu halogen 2x100 Watt(DC)
7 00.00 – 01.00 0 380 380 10. Jam 03.00-04.00
8 01.00 – 02.00 0 380 380 Beban DC berkurang menjadi 280Watt,yang terdiri dari:
9 02.00 – 03.00 0 380 380 lampu pijar bereflektor 3x60watt
10 03.00 – 04.00 0 280 280 lampu halogen 1x100 Watt(DC)
11 04.00 – 05.00 0 120 120 karena lampu halogen 1x100 Watt sangat redup/hamper
padam
Berikut estimasi pengosongan batere/accu baru 11. Jam 04.00-05.00
1.Jam 18.00-19.00 Beban DC berkurang menjadi 120 Watt,yang terdiri atas:
Beban DC sebesar 180 Watt, yang terdiri atas: lampu pijar bereflektor 2x60watt
-Lampu pijar bereflektor 3x60 Watt(DC) lampu halogen 1x100 Watt(DC) dan 1x60watt sangat
2. Jam 19.00-20.00 redup/hamper padam
Beban DC sebesar 280 Watt, yang terdiri atas: 12. Jam 05.00
79
Pembebanan dihentikan karena lampu sangat perubahan menjadi 5,8V pada accu mengalami perubahan
redup(hamper padam) dengan kondisi voltase 3,5 V menjadi 5,6 v
Pada siang hari pukul 11.00 didapatkan intensitas
4.2. Hasil Pengisian Accu/Batere dengan Solarcell cahaya 105000 dengan lampu indicator charger berwarna
Tabel 2. Data hasil pengisian Accu hijau pada waktu tersebut cahaya matahari sudah bersinar
No Waktu INTENS LAMPU VOLTASE(V) terang pada puncaknya dan voltase pada solarcell
CAHAYA CHARGER SOLAR ACCU mengalami perubahan menjadi 13,5V pada accu
(LUX) CELL mengalami perubahan menjadi 13 V
1 05.00 0 Merah 0 3.5 Pada pukul 11.30 didapatkan intensitas cahaya 100800
2 05.30 3550 Hijau 5.6 3.5 dengan lampu indicator charger berwarna hijau pada
3 06.00 4000 Hijau 6.8 5.6 waktu tersebut cahaya matahari sudah bersinar terang pada
4 06.30 9850 Hijau 12.5 12
puncaknya dan voltase pada solarcell mengalami
5 07.00 25600 Hijau 12.5 12 perubahan menjadi 13 V pada accu mengalami perubahan
6 07.30 55400 Hijau 13.5 12
menjadi 13,75 V
7 08.00 57000 Hijau 13.5 12
Pada pukul 12.00 didapatkan intensitas cahaya 105300
8 08.30 68300 Hijau 13.75 13
dengan lampu indicator charger berwarna hijau pada
9 09.00 78500 Hijau 13.5 13
waktu tersebut cahaya matahari sudah bersinar terang pada
10 09.30 108000 Hijau 13.5 13
puncaknya dan voltase pada solarcell mengalami
11 10.00 106400 Hijau 13.75 13
perubahan menjadi 13V pada accu mengalami perubahan
12 10.30 98000 Hijau 13.5 13
menjadi 13 V
13 11.00 105000 Hijau 13.5 13
Pada sore hari pukul 16.30 didapatkan intensitas
14 11.30 100800 Hijau 13.5 13.75
cahaya 21900 dengan lampu indicator charger berwarna
15 12.00 105300 Hijau 13.5 13
hijau pada waktu tersebut cahaya matahari redup sudah
16 12.30 100300 Hijau 13.5 13
mulai terbenam dan voltase pada solarcell mengalami
17 13.00 84500 Hijau 13.75 13
perubahan menjadi 13,5V pada accu mengalami perubahan
18 13.30 84300 Hijau 13.5 13
menjadi 13 v
19 14.00 84300 Hijau 13 12.8
Pada pukul 17.00 didapatkan intensitas cahaya 15000
20 14.30 55900 Hijau 13.5 13
dengan lampu indicator charger berwarna hijau pada
21 15.00 48000 Hijau 13.5 13
waktu tersebut cahaya matahari redup dan sudah mulai
22 15.30 38400 Hijau 13.5 13
terbenam dan voltase pada solarcell mengalami perubahan
23 16.00 29200 Hijau 13.5 13
menjadi 13,5 V pada accu mengalami perubahan menjadi
24 16.30 21900 Hijau 13.5 13
13 v
25 17.00 15000 Hijau 13.5 13
Pada pukul 17.30 didapatkan intensitas cahaya 11300
26 17.30 11300 Hijau 13.5 12.8
dengan lampu indicator charger berwarna hijau pada
waktu tersebut cahaya matahari sudah bersinar terang pada
Pada proses pengambilan data ini memakan waktu
puncaknya dan voltase pada solarcell mengalami
12,5 jam dengan dimulai dan diakhiri pukul 05.00-17.30
perubahan menjadi 13,5V pada accu mengalami perubahan
dipantau perubahan data setiap 30 menit.
menjadi 12,8 v.
Pada pagi hari pukul 05.00 didapatkan intensitas
cahaya 0 dengan lampu indicator charger berwarna merah
4.3. Hasil Pengujian Ketahanan Accu dalam
dikarenakan pada waktu tersebut cahaya matahari belum
Penggunaan Lampu Celup Bawah Air(LACUBA)
bersinar dan voltase pada solarcell 0V pada accu 3,5 v
Tabel 3. Data durasi ketahanan penggunaan lampu
Pada pukul 05.30 didapatkan intensitas cahaya
celup
3550 dengan lampu indicator charger berwarna hijau pada No Tahap percobaan Durasi V Awal V Akhir
waktu tersebut cahaya matahari sudah bersinar namun 1 Percobaan ke1 128 13,5 10,9
belum dan voltase pada solarcell mengalami perubahan menit
menjadi 5,6V pada accu masih tetap 3,5 v 2 Percobaan ke2 119 13,4 10,8
Pada pukul 06.00 didapatkan intensitas cahaya menit
4000 dengan lampu indicator charger berwarna hijau pada
waktu tersebut cahaya matahari sudah bersinar namun Dalam pengujiannya ini lampu celup dinyalakan
belum sempurna dan voltase pada solarcell mengalami secara terus menerus digunakan untuk mengukur
80
durasi yang dapat digunakan secara efektif
.Pada percobaan ke1 menghasilkan durasi penggunaan Tanpa LACUBA
128 menit dan Pada percobaan ke2 menghasilkan durasi Ikan Make
penggunaan 119 menit. 23%
Pada percobaan 1 dan 2 ini mengalami kendala Ikan Cumi
pada inverter yang menghasilkan gelombang sinus tidak 43%
murni hingga menyebabkan tidak sempurnanya listrik AC
yang dikonversi tersebut hingga energi yang ada dalam Ikan Teri
Accu tidak dapat digunakan hingga 0v. Hal ini terlihat pada 29%
percobaan 1 dan 2 yang masih menyisakan voltase akhir Ikan Make Ikan Teri Ikan Cumi
10,9 dan 10,8 volt.
Gambar 3. Grafik Hasil Tangkapan Tanpa
Lampu Celup Bawah Air
4.4 Perbandingan Pengaruh Hasil Tangkapan
Menggunakan Lampu Celup Bawah
Air(LACUBA) Dengan LACU
IkaBnA
Make
Pada pelaksanaannya dalam pengujian lampu celup 25%
bawah air menggunakan 2 alat tangkap yang diujikan Ikan Cumi
pada waktu yang sama, 46%
81
82