KELOMPOK III
Anggota kelompok :
1. CHAIRUNNISAH RIYANTI (1104618003)
2. DIAZ KEUMALA HAYATI (1104618028)
3. HELMIA (1104618067)
4. NOVIA OKTA ANGGRAINI (1104618011)
5. MIFTAHUDIN (1104618002)
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan Laporan Hasil Observasi dengan judul “Evaluasi Program PENMAS
Mengabdi Pada Program Kerja Himpunan Mahasiswa Pendidikan Masyarakat”.
Mungkin dalam pembuatan laporan ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi
penulisan, isi dan lain sebagainya. Maka kami sangat mengharapkan kritikan dan saran guna
perbaikan untuk pembuatan laporan di hari yang akan datang.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan
sederhana ini semoga dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca.
Atas semua ini kami mengucapkan terimakasih bagi segala pihak yang telah ikut
membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain itu, kegiatan PENMAS Mengabdi ini diharapkan dapat menjadikan para peserta
pribadi yang tangguh, unggul, berkepribadian mulia, serta dapat menjadi pribadi yang luar
biasa ketika sudah terjun di masyarakat, berjiwa kepemimpinan dan memberi sedikit gambaran
mengenai program KKN yang nantinya akan ditempuh di semester menjelang akhir masa studi.
Pada dasarnya PENMAS Mengabdi merupakan salah satu contoh kecil dari kegiatan
pengabdian nyata mahasiswa kepada masyarakat. Harapannya, pembelajaran selama berkuliah
di satu semester ini bagi mahasiswa baru, dapat memberikan dasar pemikiran sebelum turun
ke masyarakat di PENMAS Mengabdi ini. Begitupula bagi mahasiswa Prodi Pendidikan
Masyarakat angkatan lainnya yang mungkin mengikuti kegiatan ini, semoga pembelajaran
selama ini dapat diaplikasikan secara langsung dalam program PENMAS Mengabdi ini.
Kegiatan PENMAS Mengabdi ditujukan untuk Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
khususnya melalui program pendidikan, serta perbaikan dan penyediaan infrastruktur.
Meningkatkanpartisipasi dan mengembangkan swadaya masyarakat dalam
pembangunan Meningkatkan rasa kepedulian kita terhadap sesama.
1
peserta training setelah mereka kembali ke dalam lingkungan kerjanya, level 4) melihat
dampak perubahan perilaku kerja peserta training terhadap tingkat produktifitas perusahaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kepuasan peserta terhadap program PenMas Mengabdi ?
2. Bagaimana perubahan sikap, perbaikan pengetahuan, dan atau penambahan
keterampilan peserta setelah selesai mengikuti program PenMas mengabdi ?
3. Bagaimana perilaku peserta PenMas mengabdi setelah mereka kembali ke
lingkungan akademik ?
4. Bagaimana dampak perubahan perilaku peserta PenMas mengabdi terhadap diri
dan masyarakat ?
C. Manfaat Penulisan
Dengan dilakukannya evaluasi program PenMas mengabdi, diharapkan dapat memberikan
manfaat, diantaranya:
1. Secara Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran yang
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan.
2. Secara Praktis
a. Dapat menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan dalam segi evaluasi
program PenMas mengabdi.
b. Dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk lebih
meningkatkan kualitas dan mengoptimalkan program PenMas Mengabdi dari segi
konteks, masukan, proses dan hasil.
c. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk mengembangkan evaluasi sejenis.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Untuk hal itulah mahasiswa ada, mereka harus menjadi pemicu terbentuknya
peradaban yang maju dengan pengabdian melalui pemberdayaan masyarakat sebagai
awalannya karena pengabdian merupakan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi dan sudah
merupakan kewajiban bagi kaum akademik untuk memenuhinya. Selain itu, tuntutan akal dan
etika juga akan membuat mahasiswa sadar akan kewajibannya sebagai seorang intelek.
Tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat adalah
sebagai berikut:
3
B. Konsep Pendidikan dan Pelatihan
1. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan merupakan bagian yang tak terpisahkan, karena sering
disebut dengan istilah diklat (pendidikan dan pelatihan). Menurut Oemar Hamalik (2007: 10)
menjelaskan bahwa pelatihan merupakan proses yang meliputi serangkaian upaya yang
dilakukan oleh tenaga professional dalam satuan waktu, untuk meningkatkan kemampuan
peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas
dalam suatu organisasi. Sementara itu, Kaswan (2011: 2) menyatakan bahwa pelatihan adalah
proses meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan. Pelatihan dimaksudkan
sebagai proses pengajaran terhadap seseorang dalam bidang pekerjaan tertentu yang berupa
cara-cara mengerjakan suatu tugas, misalnya mengoperasikan mesin komputer.
Dari beberapa pendapat, diperoleh pengertian bahwa pelatihan atau yang sering dikenal
dengan istilah diklat merupakan usaha meningkatkan pengetahuan, keterampilan kerja dan
sikap pada sumber daya manusia atau pegawai sesuai dengan bidang pekerjaannya agar lebih
profesional dalam menjalankan aktivitas kerjanya dalam suatu lembaga atau instansi.
Suatu badan usaha atau intansi yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan mempunyai
tujuan tertentu. Tujuan pendidikan dan pelatihan atau diklat berisi pedoman yang digunakan sebagai
dasar dalam penyusunan program, pelaksanaan, dan pengawasan. Menurut Marihot (2006: 69) tujuan
utama setiap latihan adalah agar masing-masing pengikut latihan dapat melakukan pekerjaannya kelak
lebih efisien. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menentukan tujuan diklat antara lain peserta,
organisasi diklat, materi/bahan pelajaran dan perubahan pelaksanaan tugas yang diharapkan (B.
Suryosubroto, 2004: 90).
Dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan dan pelatihan (diklat) pada dasarnya yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi kepentingan individual yang membutuhkan
pendidikan dan pelatihan dalam rangka untuk pengembangan pribadinya guna membantu penyelesaian
pekerjaan. Disamping itu untuk mewujudkan tujuan diklat diperluan persiapan yang matang
mengenai antara lain:
a. Analisis kebutuhan peserta, yaitu merencanakan peserta sesuai dengan jenis diklat yang
diselenggarakan.
b. Organisasi diklat merupakan unsur yang berpengaruh terhadap kelangsungan lembaga
diklat. Dengan adanya perencanaan dalam penyusunan struktur organisasi maka akan
4
diperoleh pembagian kerja yang jelas dan terarah bagi unit kerja yang ada di lembaga
diklat.
c. Materi/bahan pelajaran diklat, yaitu dengan merencanakan bahan pelajaran sebaik
mungkin yang sesuai dengan jenis diklat dan kebutuhan peserta diklat agar tepat
sasaran.
d. Penetapan tenaga pengajar, yaitu mempersiapkan tenaga pengajar yang benar-benar
berkompeten/ahli di bidang diklat yang diselenggarakan. Sebaiknya ada kriteria-
kriteria tertentu yang digunakan dalam menetapkan tenaga pengajar.
C. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Program
Menurut Tyler yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin (2010:5)
mengemukakan bahwa evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan
pendidikan sudah dapat terealisasikan. Evaluasi terhadap pendidikan merupakan kegiatan yang
harus dilakukan secara sistematis 17 dan continue. Dengan adanya evaluasi maka akan
diperoleh gambaran yang terjadi pada waktu tersebut dan untuk selanjutnya perlu diperbaiki
dengan mempertimbangkan hal-hal yang penting dalam melaksanakan kegiatan pendidikan.
Sementara Stake dalam Farida Yusuf Tayibnapis (2008: 21) mendefinisikan bahwa
evaluasi program adalah kegiatan untuk merespon suatu program yang telah, sedang, dan akan
dilaksanakan. Stake menekankan adanya dasar kegiatan dalam evaluasi yaitu descriptions dan
judgment. Serta membedakan adanya tiga tahap dalam program pendidikan atendent (context),
transactions (process) dan outcomes (output).
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi
program adalah upaya untuk mengetahui efektivitas komponen program dalam mendukung
pencapaian tujuan program. Untuk mengetahui seberapa jauh dan bagian mana dari tujuan yang
sudah tercapai, dan bagian mana yang belum tercapai serta apa penyebabnya, sehingga perlu
adanya evaluasi program. Tanpa ada kegiatan evaluasi, keberhasilan dan kegagalan program
tidak dapat diketahui.
5
2. Tujuan Evaluasi Program
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan evaluasi program memiliki tujuan yaitu
untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi yang
dihasilkan tersebut antara lain dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak atau hasil
yang dicapai dan pemanfaatan yang diperoleh dari evaluasi program itu sendiri, yaitu
pertimbangan mengenai program akan dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Evaluasi
program juga bertujuan untuk digunakan untuk kepentingan penyusunan program selanjutnya
atau dapat dipakai untuk program yang sejenis.
Dari berbagai model evaluasi program maka dalam pemilihan model evaluasi yang
akan digunakan disesuaikan dengan tujuan evaluasi pada program yang dilaksanakan.
6
D. Kajian Penelitian yang Relevan
1. Hasil penelitian dari Yetti Nurhayati pada tahun 2018 mengenai Evaluasi yang
mengunakan Model evaluasi Kirkpatrick dengan 4 level (Kirkpatrick Four Levels
Evaluation Model) dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektivitas program Diklat
Teknis Subtantif Materi Perencanaan Pembelajaran di Wilayah Kerja Provinsi
Kepulauan Riau. Data diperoleh melalui instrumen observasi, wawancara, dan
dokumentasi serta dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Wawancara
dilakukan kepada peserta diklat, atasan peserta diklat yakni kepala madrasah, dan teman
sejawat peserta diklat yakni guru. Hasil evaluasi ini adalah bahwa penilaian pada level 1
reaksi, hasil reaksi peserta terhadap panitia penyelenggara dan narasumber sangat tinggi.
Pada level 2 belajar, kemampuan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
peserta sangat signifikan penilaiannya. Pada level 3 perilaku, pelaksanaan evaluasi
dilakukan setelah peserta kembali ke tempat kerjanya masing-masing. Ada peningkatan
perubahan perilaku dari alumni diklat dari sebelum diklat dan setelah diklat. Pada level
4 dampak, ada peningkatan kinerja alumni diklat. Alumni mampu membimbing dan
mendesiminasi ilmu yang telah didapat dari diklat kepada sesama teman sejawatnya,
mampu mengembangkan metode dan media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar, dan pembuatan Rancangan Program Pembelajaran (RPP) menjadi lebih baik.
2. Hasil penelitian dari PT. Krakatau Industrial Estate Cilegon, mengenai evaluasi
Training Foreman Development Program perlu menggunakan Model Kirkpatrick. Dalam
model tersebut evaluasi dilakukan terhadap empat level, yaitu 1)tingkat kepuasan peserta
terhadap pelaksanaan training, yang diukur dengan kuesioner untuk peserta; 2)tingkat
pemahaman peserta terhadap materi training, yang diukur dengan soal pre-test dan post-
test untuk peserta; 3)perubahan perilaku kerja peserta training setelah kembali bekerja,
yang diukur dengan kuesioner untuk atasan dan bawahan peserta; 4)dampak perubahan
perilaku kerja peserta training terhadap tingkat produktifitas perusahaan, yang diukur
dari berkurangnya pemborosan akibat penurunan tingkat absensi dan keterlambatan staf
yang dipimpin peserta training. Data ketiga level pertama diolah dengan rumus
pembobotan Kirkpatrick. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat kepuasan peserta
berkisar 77-83%. Nilai rata-rata pre-test 46,58%, sedangkan nilai rata-rata post- test
58,50%. Dari 20 peserta, 16 orang perilaku kerjanya lebih baik menurut atasan, dan
semuanya menurut bawahan. Data menunjukkan tidak ada penurunan tingkat
keterlambatan tetapi terjadi penurunan tingkat absensi yang berdampak pada
penghematan perusahaan sebesar Rp10.727.273.
7
BAB III
METODELOGI EVALUASI
A. Jenis Evaluasi
Evaluasi ini menggunakan evaluasi model Kirkpatrick . Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan, menguraikan dan memberikan penilaian terhadap keadaaan konteks,
masukan, proses dan hasil program pendidikan dan pelatihan PenMas Mengabdi.
Aspek
1) Aspek Reaksi
Melihat tingkat kepuasan peserta training terhadap pelaksanaan program pendidikan
dan pelatihan PenMas Mengabdi.
2) Aspek Pembelajaran
Melihat perubahan sikap mental, perbaikan pengetahuan, dan atau penambahan
keterampilan peserta setelah selesai mengikuti program pendidikan dan pelatihan
PenMas Mengabdi .
8
3) Aspek perilaku
Melihat perilaku kerja peserta training setelah mereka kembali ke dalam lingkungan
akademik
4) Aspek Hasil
Melihat dampak perubahan perilaku peserta program pendidikan dan pelatihan PenMas
Mengabdi terhadap diri dan masyarakat.
Lembaga
Himpunan Mahasiswa Prodi Pendiidkan Masyarakat merupakan lembaga yang
melaksanakan Program pendidikan dan pelatihan PenMas Mengabdi, yang
nantinya program tersebut akan kami lakukan evaluasi.
D. Teori Kirkpatrick
Model evaluasi empat level dikenal pertama kali pada tahun 1959 ketika Donald L.
Kirkpatrick menulis empat seri artikel dengan judul “Tecniques for Evaluating Training
Programs” yang diterbitkan dalam Training and Development, the journal of The American
Society for Training and Developmet (ASTD). Artikel-artikel tersebut menggambarkan
evaluasi empat level yang diformulasikan oleh Kirkpatrick berdasarkan konsep dari desertasi
beliau pada University of Wiconsin, Madison. Kirkpatrick, D., L. & Kirkpatrick J., D. (dalam
Ramadhon, hlm 45) mengemukakan tiga alasan spesifik dalam melakukan evaluasi program
pelatihan, yaitu: pertama, untuk menjustifikasi keberadaan anggaran pelatihan dengan
memperlihatkan bagaimana program pelatihan tersebut berkontribusi pada tujuan dan sasaran
organisasi; kedua, untuk menentukan apakah suatu program pelatihan dilanjutkan atau tidak;
ketiga, serta untuk memperoleh informasi mengenai bagaimana cara meningkatkan program
pelatihan dimasa datang. Model Kirkpatrick memiliki beberapa kelebihan antara lain: 1).
lebih komprehensif, karena mencakup aspek kognitif, skill dan afektif; 2). objek evaluasi
tidak hanya hasil belajar semata tetapi juga mencakup proses, output maupun outcomes;
3). lebih mudah diterapkan (applicable) untuk level kelas karena tidak terlalu banyak
melibatkan pihakpihak lain dalam proses evaluasi.
9
Menurut Kirkpatrick (dalam Ramadhon, hlm.45) evaluasi terhadap efektivitas program
pelatihan mencakup empat level evaluasi,yaitu 1) reaction level, 2) learning level, 3) behavior
level, dan 4) result level.
b. Learning level Menurut Kirkpatrick ( dalam Widoyoko, tanpa tahun, hlm.9 ) mengemukakan
learning can be defined as the extend to which participants change attitude, improving
knowledge, and /or increase skill as a result of attending the program. Ada tiga hal yang dapat
pelatih ajarkan dalam program pelatihan, yaitu pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan.
Peserta pelatihan dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah mengalami perubahan
sikap, perbaikan pengetahuan, maupun peningkatan ketrampilan.
c. Behavior level Evaluasi pada level ketiga ini berbeda denga evaluasi terhadap sikap pada level
kedua. Penilaian sikap pada evaluasi level 2 difokuskan pada perubahan sikap yang terjadi pada
saat pelatihan dilakukan sehingga lebih bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku
difokuskan pada perubahan tingkah laku setelah peserta kembali ke tempat kerja. Yang dinilai
dalam tingkah laku ini adalah perubahan perilaku setelah kembali ke tempat kerja maka
evaluasi level ketiga ini dapat disebut dengan evaluasi terhadap outcome dari kegiatan
pelatihan.
10
d. Result level Evaluasi hasil dalam level keempat ini difokuskan pada hasil akhir yang terjadi
karena peserta mengikuti suatu program. Yang termasuk dalam kategori hasil akhir dari suatu
program pelatihan diantaranya adalah kenaikan produksi, peningkatan kualitas, penurunan
biaya, penurunan kuantitas, terjadinya kecelakaan kerja, penurunan turn-over dan kenaikan
keuntungan. Beberapa program mempunyai tujuan meningkatkan moral kerja maupun
membangun team work yang lebih baik. Dengan kata lain adalah evaluasi terhadap impact
program.
Dari empat tahap yang tercantum diatas lebih dikembangkan oleh Kirkpatrick akan dijelaskan
secara lebih rinci sebagai berikut:
11
lebih memakan waktu jika dibanding dengan mengukur reaksi peserta. Oleh karenanya
penggunaan alat ukur dan pemilihan waktu yang tepat akan dapat membantu kita mendapatkan
hasil pengukuran yang akurat. Alat ukur yang bisa kita gunakan adalah tes tertulis dan tes
kinerja. Tes tertulis kita gunakan untuk mengukur tingkat perbaikan pengetahuan dan sikap
peserta, sementara tes kinerja kita gunakan untuk mengetahui tingkat penambahan ketrampilan
peserta. Untuk dapat mengetahui tingkat perbaikan aspek-aspek tersebut, tes dilakukan
sebelum dan sesudah program. Disamping itu, Kirkpatrick juga menyarankan penggunaan
kelompok pembanding sebagai referensi efek pelatihan terhadap peserta. Kelompok
pembanding ini adalah kelompok yang tidak ikut program pelatihan. Kedua kelompok diukur
dan diperbandingkan hasil pengukuran keduanya hingga dapat diketahui efek program
terhadap pesertanya.
Behaviour, evaluasi terhadap perilaku ini difokuskan pada perilaku kerja peserta pelatihan
setelah mereka kembali ke dalam lingkungan kerjanya. Perilaku yang dimaksud di sini adalah
perilaku kerja yang ada hubungannya langsung dengan materi pelatihan, dan bukan perilaku
dalam konteks hubungan personal dengan rekan-rekan kerjanya. Jadi, yang ingin diketahui
dalam evaluasi ini adalah seberapa jauh perubahan sikap mental (attitude), perbaikan
pengetahuan, atau penambahan ketrampilan peserta membawa pengaruh langsung terhadap
kinerja peserta ketika kembali ke lingkungan kerjanya. Apakah perubahan sikap mental
(attitude), perbaikan pengetahuan, atau penambahan ketrampilan peserta itu
diimplementasikan dalam lingkungan kerja peserta ataukah dibiarkan berkarat dalam diri
peserta tanpa pernah diimplementasikan. Evaluasi perilaku ini dapat dilakukan melalui
observasi langsung ke dalam lingkungan kerja peserta. Disamping itu bisa juga melalui
wawancara dengan atasan maupun rekan kerja peserta. Dari sini diharapkan akan diketahui
perubahan perilaku kerja peserta sebelum dan setelah ikut program. Karena terkadang ada
kesulitan untuk mengetahui kinerja peserta sebelum ikut pelatihan, disarankan juga untuk
melakukan dokumentasi terhadap catatan kerja peserta sebelum mengikuti pelatihan. Pada
program pelatihan yang sifatnya rutin yang merupakan kerjasama suatu institusi dengan
penyelenggara pelatihan, mengukur perilaku kerja peserta dapat dilakukan secara simultan dari
angkatan yang satu ke angkatan berikutnya. Dalam kasus ini, biasanya pimpinan organisasi
atau institusi memegang peranan penting dan biasanya pimpinan organisasilah yang
mengambil inisiatif sebab merekalah yang paling berkepentingan dengan hasil pelatihan yang
sudah dikenakan pada anak buahnya. Seringkali peserta pelatihan membutuhkan waktu transisi
dalam merubah perilaku kerjanya setelah ikut program. Oleh karena itu sangat disarankan
12
pelaksanaan evaluasi perilaku ini dilakukan dengan terlebih dahulu memberi waktu jeda untuk
masa transisi itu. Sementara pakar evaluasi menyarankan paling cepat 3 bulan setelah pelatihan
berakhir. Disamping itu disarankan juga evaluasi ini dilakukan lebih dari satu kali dalam
rentang waktu yang cukup untuk mengetahui apakah perubahan perilaku itu bersifat sementara
ataukah permanen.
Result, Evaluasi hasil dalam level ke 4 ini difokuskan pada hasil akhir (final result)
yang terjadi karena peserta telah mengikuti suatu program. evaluasi terhadap result ini
bertujuan untuk mengetahui dampak perubahan perilaku kerja peserta pelatihan terhadap
tingkat kinerjanya dalam organisasi. Dalam kegiatan pembelajaran model evaluasi ini
mengarah pada hasil akhir yang diperoleh peserta pelatihan. Evaluasi result juga berfungsi
untuk mengembangkan suatu program pembelajaran yang meliputi desain belajar mengajar.
untuk menetapkan kedudukan suatu program pembelajaran berdasarkan ukuran/kriteria
tertentu,sehingga suatu program dapat dipercaya, diyakini dan dapat dilaksanakan terus, atau
sebaliknya program itu harus diperbaiki.
13
E. Metodologi Penelitian
Data pengukuran level 1, 2, 3, dan 4 akan dihitung dengan menggunakan rumus
pembobotan dari Kirkpatrick, seperti tercantum di bawah ini. Kriteria penilaian hasil
pembobotan untuk level 1 dapat dilihat pada Tabel 1.
(1)
Tabel 1. Kriteria level 1
Range Interpretasi
< 50% Peserta menunjukkan reaksi yang kurang baik terhadap pelatihan
50% - 60% Peserta menunjukkan reaksi yang lebih baik terhadap pelatihan
61% - 85% Peserta menunjukkan reaksi yang positif karena menyadari mendapat masukan yang
berguna selama pelatihan
Tahap awal yang dilakukan untuk memecahkan masalah pada penelitian ini adalah
menentukan peserta pelatihan FDP angkatan berapa yang akan dijadikan responden penelitian
karena pelatihan FDP ini dilakukan setiap tahun. Tahap selanjutnya adalah menentukan kriteria
yang akan diukur untuk setiap level evaluasi dan cara melakukan pengukurannya.
Format kuesioner yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat kepuasan peserta
training dapat dilihat pada Tabel 2.
Dst
14
Data yang diperoleh dari pengukuran level 1, 2, 3, dan 4 diolah dengan metoda
pembobotan dari Kirkpatrick. Perhitungan bobot untuk setiap ítem pertanyaan kuesioner yang
digunakan untuk mengukur level 1, 2, 3, dan 4 adalah sebagai berikut :
a. Jumlahkan nilai jawaban dari seluruh responden untuk setiap ítem pertanyaan.
b. Tentukan nilai tertinggi pada skala pengukuran.
c. Hitung jumlah responden.
d. Hitung bobot untuk setiap ítem pertanyaan dengan rumus (1).
Bobot untuk setiap sub elemen atau elemen dihitung dengan cara berikut :
a. Jumlahkan nilai bobot untuk semua item pertanyaan yang berada dalam sub
komponen atau komponen yang sama.
b. Hitung jumlah item pertanyaan yang ada pada sub komponen/komponen yang
akan dihitung bobotnya.
c. Bagi hasil perhitungan di langkah a dengan hasil perhitungan di langkah b.
15
BAB IV
HASIL DATA DAN TEMUAN
Hasil pembelajaran pelatihan (level 2) dapat dilihat pada Tabel yang menunjukkan
aspek belajar. Tabel ini memperlihatkan bahwa sebelum mengikuti kegiatan PENMAS
Mengabdi rata – rata peserta pelatihan belum mempunyai kemampuan berinteraksi dengan
masyarakat dan belum memahami cara terjun ke masyarakat, hal ini dapat ditunjukkan pada
nilai bobot kedua sub komponen tersebut yang relatif rendah, yakni 73% dan 82%. Namun,
setelah mengikuti kegiatan pelatihan PENMAS Mengabdi kemampuan peserta dalam
berinteraksi dengan masyarakat naik menjadi 90%. Serta pemahaman peserta akan cara terjun
ke masyarakat naik menjadi 88% setelah mengikuti pelatihan PENMAS Mengabdi.
Tabel pada aspek perilaku (level 3) bahwa kegiatan PENMAS Mengabdi membawa
perubahan sikap pada diri peserta. Hal ini ditunjukkan dengan jiwa sosial dari peserta
menunjukkan angka yang tinggi yaitu 93%. Lalu kegiatan PENMAS Mengabdi juga
meningkatkan rasa empati peserta pelatihan, hal ini ditunjukkan dengan bobot nilai yang tinggi
yakni sebesar 92%. Namun, kedua sub komponen tersebut walaupun menunjukkan bobot nilai
yang tinggi, tetapi tidak terlalu membawa dampak perubahan terhadap perilaku peserta setelah
mengikuti pelatihan PENMAS Mengabdi. Hal ini dapat ditunjukkan dari peserta yang kurang
mampu menerapkan pembelajaran selama pelatihan, seperti melakukan hal – hal kecil yang
16
berhubungan dengan pengabdian masyarakat di keseharian mereka, yakni dengan bobot nilai
85%.
17
B. Display Data
TABEL HASIL PEMBOBOTAN EVALUASI KEGIATAN PENMAS MENGABDI MELALUI HASIL KIRCKPATRICK
18
Pemahaman peserta akan cara terjun ke masyarakat 88%
sesudah mengikuti kegiatan PenMas mengabdi
Kegiatan PenMas mengabdi membangun jiwa 93%
sosial peserta
Level 3 Perubahan Sikap dan Kegiatan PenMas mengabdi meningkatkan rasa 92%
empati peserta 90%
Perilaku Perilaku
19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Program Pelatihan PENMAS Mengabdi perlu melakukan perbaikan dari segi tempat
dan fasilitas akomodasi program agar dapat meningkatkan motivasi belajar peserta
pelatihan.
2. Pihak penyelenggara program pelatihan PENMAS Mengabdi dapat memberikan wadah
atau komunitas yang bisa dimanfaatkan peserta yang telah mengikuti pelatihan agar
dapat tetap bisa menerapkan perilaku pengabdian kepada masyarakat di keseharian
peserta.
20
LAMPIRAN
A. Kisi - kisi Intrumen Evaluasi Program PENMAS Mengabdi Prodi Pendidikan Masyarakat
21
Pemahaman peserta akan cara terjun ke
masyarakat sesudah mengikuti kegiatan PenMas Peserta Angket
mengabdi
Kegiatan PenMas mengabdi membangun jiwa Peserta Angket
sosial peserta
Level 3 Perubahan Sikap dan Kegiatan PenMas mengabdi meningkatkan rasa Peserta Angket
Perilaku Perilaku empati peserta
Peserta melakukan hal - hal kecil yang
berhubungan dengan pengabdian masyarakat Peserta Angket
setelah kegiatan
22
B. Instrumen Evaluasi Program PENMAS Mengabdi Prodi Pendidikan Masyarakat
No Pertanyaan SS S TS STS
Lokasi tempat kegiatan PenMas mengabdi sangat mendukung
1
program pengabdian
Kegiatan PenMas mengabdi dan jumarama memberikan
2
manfaat bagi diri saya
kegiatan PenMas Mengabdi menurut saya relevan terhadap
3
penerapan pembelajaran di prodi saya
Penyampaian materi dari alumni menambah wawasan dan
4
memotivasi saya
Fasilitas akomodasi PenMas mengabdi sudah berjalan dengan
5
baik
Sebelum mengikuti kegiatan PenMas mengabdi saya sulit
6
untuk berinteraksi dengan masyarakat
Sesudah mengikuti kegiatan PenMas mengabdi saya mampu
7
berinteraksi dengan masyarakat
Sebelum mengikuti kegiatan PenMas mengabdi saya tidak
8 mengetahui bagaimana cara terjun ke masyarakat dan
menghadapi orang dewasa
Sesudah mengikuti kegiatan PenMas mengabdi saya
9 mengetahui bagaimana cara terjun ke masyarakat dan
menghadapi orang dewasa
PenMas mengabdi membangun jiwa sosial dan tingkat
10
partisipasi saya dalam melakukan pengabdian masyarakat
Kegiatan PenMas mengabdi meningkatkan rasa empati saya
11
terhadap masyarakat
Setelah mengikuti kegiatan PenMas mengabdi saya
12 melakukan hal - hal kecil yang berhubungan dengan
pengabdian masyarakat
Materi yang disampaikan pada saat jumarama berkontribusi
13
besar terhadap aktifitas saya sebagai mahasiwa
PenMas mengabdi menjadi program peningkatan
14
kesejahteraan masyarakat melalui program pendidikan
Kegiatan PenMas mengabdi mengajarkan saya bagaimana
15
cara menghormati perbedaan
23
DAFTAR PUSTAKA
Kirkpatrick, Donald, dan James Kirkpatrick. 2007. Implementing The Four Levels. San
Fransisco: Berrett-Koehler Publishers, Inc.
Kirkpatrick, L. Donald. 1998. Evaluating Training Programs, 2nd Edition. San Fransisco:
Berret-Koehler Publisher, Inc.
Phillips, Jack J., Stone, Ron Drew. 2002. How to Measure Training Result. New York: Mc-
Graw Hill.
24
25