Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN HASIL OBSERVASI

EVALUASI PEMBELAJARAN PLS


“ EVALUASI PROGRAM PENMAS MENGABDI PADA PROGRAM KERJA
HIMPUNAN MAHASISWA PENDIDIKAN MASYARAKAT”

Dosen Matakuliah : Karta Sasmita, M.Si, Ph.D

KELOMPOK III
Anggota kelompok :
1. CHAIRUNNISAH RIYANTI (1104618003)
2. DIAZ KEUMALA HAYATI (1104618028)
3. HELMIA (1104618067)
4. NOVIA OKTA ANGGRAINI (1104618011)
5. MIFTAHUDIN (1104618002)

PENDIDIKAN MASYARAKAT A 2018

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan Laporan Hasil Observasi dengan judul “Evaluasi Program PENMAS
Mengabdi Pada Program Kerja Himpunan Mahasiswa Pendidikan Masyarakat”.
Mungkin dalam pembuatan laporan ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi
penulisan, isi dan lain sebagainya. Maka kami sangat mengharapkan kritikan dan saran guna
perbaikan untuk pembuatan laporan di hari yang akan datang.

Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga tulisan
sederhana ini semoga dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pembaca.

Atas semua ini kami mengucapkan terimakasih bagi segala pihak yang telah ikut
membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Jakarta, 1 Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Manfaat Penulisan....................................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................ 3
A. Konsep Pengabdian Masyarakat ............................................................................. 3
B. Konsep Pendidikan dan Pelatihan ........................................................................... 4
C. Evaluasi Program ................................................................................................... 5
D. Kajian Penelitian Yang Relevan ............................................................................ 7
BAB III METODELOGI EVALUASI ............................................................................ 8
A. Jenis Evaluasi .......................................................................................................... 8
B. Tempat dan Waktu Evaluasi .................................................................................. 8
C. Subjek dan Objek Evaluasi .................................................................................... 8
D. Teori KirkPatrick ................................................................................................... 9
E. Metodologi Penelitian ............................................................................................ 14
BAB VI HASIL DATA DAN TEMUAN ......................................................................... 16
A. Hasil Pembahasan Laporan atau Data..................................................................... 16
B. Display Data............................................................................................................ 18
BAB V PENUTUP............................................................................................................. 20
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 20
B. Saran ....................................................................................................................... 20
LAMPIRAN .......................................................................................................................21
A. Kisi – Kisi Instrumen Evaluasi Program ................................................................ 21
B. Instrumen Evaluasi Program ................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

PENMAS Mengabdi merupakan salah satu program kerja dari Departemen


Komunikasi dan Informasi HIMA Prodi Pendidikan Masyarakat, Universitas Negeri Jakarta
periode 2019-2020. PENMAS Mengabdi adalah suatu wadah atau tempat pembelajaran bagi
mahasiswa aktif prodi Pendidikan Masyarakat, Universitas Negeri Jakarta, kegiatan ini hampir
serupa dengan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang kegiatannya adalah pengabdian
kepada masyarakat dengan tambahan kegiatan rekreasi ataupun wisata alam. Satu hal yang
membedakan PENMAS Mengabdi dengan KKN adalah di sini kita belajar mengabdikan diri
kepada masyarakat, sambil berwisata sekaligus belajar seperti apa kegiatan yang dilakukan di
desa.

Selain itu, kegiatan PENMAS Mengabdi ini diharapkan dapat menjadikan para peserta
pribadi yang tangguh, unggul, berkepribadian mulia, serta dapat menjadi pribadi yang luar
biasa ketika sudah terjun di masyarakat, berjiwa kepemimpinan dan memberi sedikit gambaran
mengenai program KKN yang nantinya akan ditempuh di semester menjelang akhir masa studi.
Pada dasarnya PENMAS Mengabdi merupakan salah satu contoh kecil dari kegiatan
pengabdian nyata mahasiswa kepada masyarakat. Harapannya, pembelajaran selama berkuliah
di satu semester ini bagi mahasiswa baru, dapat memberikan dasar pemikiran sebelum turun
ke masyarakat di PENMAS Mengabdi ini. Begitupula bagi mahasiswa Prodi Pendidikan
Masyarakat angkatan lainnya yang mungkin mengikuti kegiatan ini, semoga pembelajaran
selama ini dapat diaplikasikan secara langsung dalam program PENMAS Mengabdi ini.
Kegiatan PENMAS Mengabdi ditujukan untuk Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
khususnya melalui program pendidikan, serta perbaikan dan penyediaan infrastruktur.
Meningkatkanpartisipasi dan mengembangkan swadaya masyarakat dalam
pembangunan Meningkatkan rasa kepedulian kita terhadap sesama.

Evaluasi menggunaan Model Kirkpatrick dalam mengevaluasi program PenMas


mengabdi. Dalam Model Kirkpatrick, evaluasi training dilakukan melalui pengukuran empat
level, yaitu level 1) melihat tingkat kepuasan peserta training terhadap pelaksanaan training,
level 2) melihat perubahan sikap mental, perbaikan pengetahuan, dan atau penambahan
keterampilan peserta setelah selesai mengikuti program training, level 3) melihat perilaku kerja

1
peserta training setelah mereka kembali ke dalam lingkungan kerjanya, level 4) melihat
dampak perubahan perilaku kerja peserta training terhadap tingkat produktifitas perusahaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kepuasan peserta terhadap program PenMas Mengabdi ?
2. Bagaimana perubahan sikap, perbaikan pengetahuan, dan atau penambahan
keterampilan peserta setelah selesai mengikuti program PenMas mengabdi ?
3. Bagaimana perilaku peserta PenMas mengabdi setelah mereka kembali ke
lingkungan akademik ?
4. Bagaimana dampak perubahan perilaku peserta PenMas mengabdi terhadap diri
dan masyarakat ?
C. Manfaat Penulisan
Dengan dilakukannya evaluasi program PenMas mengabdi, diharapkan dapat memberikan
manfaat, diantaranya:
1. Secara Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran yang
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan.
2. Secara Praktis
a. Dapat menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan dalam segi evaluasi
program PenMas mengabdi.
b. Dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk lebih
meningkatkan kualitas dan mengoptimalkan program PenMas Mengabdi dari segi
konteks, masukan, proses dan hasil.
c. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk mengembangkan evaluasi sejenis.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Pengabdian Masyarakat


1. Pengertian Pengabdian Masyarakat

Pengabdian masyarakat adalah suatu gerakan proses pemberdayaan diri untuk


kepentingan masyarakat. Pengabdian masyarakat seharusnya bersifat kontinual dan jangka
panjang karena dalam membangun sebuah masyarakat dibutuhkan proses yang panjang.
Banyak aspek yang harus disentuh untuk menjadikan suatu masyarakat itu baik, karakternya,
budayanya, sampai pola pikirnya juga harus kita sentuh untuk benar-benar menciptakan sebuah
masyarakat yang beradab.

Untuk hal itulah mahasiswa ada, mereka harus menjadi pemicu terbentuknya
peradaban yang maju dengan pengabdian melalui pemberdayaan masyarakat sebagai
awalannya karena pengabdian merupakan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi dan sudah
merupakan kewajiban bagi kaum akademik untuk memenuhinya. Selain itu, tuntutan akal dan
etika juga akan membuat mahasiswa sadar akan kewajibannya sebagai seorang intelek.

2. Tujuan Pengabdian Masyarakat

Tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat adalah
sebagai berikut:

a. Bertambahnya kecepatan proses peningkatan kemampuan sumber daya manusia sesuai


dengan laju pertumbuhan pembangunan.
b. Bertambahnya kecepatan upaya pengembangan masyarakat ke arah terbinanya
masyarakat yang harmonis serta dinamis yang siap menempuh perubahan-perubahan
menuju perbaikan dan kemajuan sesuai dengan nilai-nilai sosial budaya dan norma-
norma dalam kehidupan masyarakat berkembang dalam kehidupan masyarakat yang
berlaku.
c. Bertambahnya kecepatan usaha pembinaan institusi dan profesi masyarakat sesuai
dengan laju pertumbuhan proses modernisasi dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.

3
B. Konsep Pendidikan dan Pelatihan
1. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan merupakan bagian yang tak terpisahkan, karena sering
disebut dengan istilah diklat (pendidikan dan pelatihan). Menurut Oemar Hamalik (2007: 10)
menjelaskan bahwa pelatihan merupakan proses yang meliputi serangkaian upaya yang
dilakukan oleh tenaga professional dalam satuan waktu, untuk meningkatkan kemampuan
peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas
dalam suatu organisasi. Sementara itu, Kaswan (2011: 2) menyatakan bahwa pelatihan adalah
proses meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan. Pelatihan dimaksudkan
sebagai proses pengajaran terhadap seseorang dalam bidang pekerjaan tertentu yang berupa
cara-cara mengerjakan suatu tugas, misalnya mengoperasikan mesin komputer.

Dari beberapa pendapat, diperoleh pengertian bahwa pelatihan atau yang sering dikenal
dengan istilah diklat merupakan usaha meningkatkan pengetahuan, keterampilan kerja dan
sikap pada sumber daya manusia atau pegawai sesuai dengan bidang pekerjaannya agar lebih
profesional dalam menjalankan aktivitas kerjanya dalam suatu lembaga atau instansi.

2. Tujuan Pendidikan dan Pelatihan

Suatu badan usaha atau intansi yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan mempunyai
tujuan tertentu. Tujuan pendidikan dan pelatihan atau diklat berisi pedoman yang digunakan sebagai
dasar dalam penyusunan program, pelaksanaan, dan pengawasan. Menurut Marihot (2006: 69) tujuan
utama setiap latihan adalah agar masing-masing pengikut latihan dapat melakukan pekerjaannya kelak
lebih efisien. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menentukan tujuan diklat antara lain peserta,
organisasi diklat, materi/bahan pelajaran dan perubahan pelaksanaan tugas yang diharapkan (B.
Suryosubroto, 2004: 90).

Dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan dan pelatihan (diklat) pada dasarnya yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi kepentingan individual yang membutuhkan
pendidikan dan pelatihan dalam rangka untuk pengembangan pribadinya guna membantu penyelesaian
pekerjaan. Disamping itu untuk mewujudkan tujuan diklat diperluan persiapan yang matang
mengenai antara lain:

a. Analisis kebutuhan peserta, yaitu merencanakan peserta sesuai dengan jenis diklat yang
diselenggarakan.
b. Organisasi diklat merupakan unsur yang berpengaruh terhadap kelangsungan lembaga
diklat. Dengan adanya perencanaan dalam penyusunan struktur organisasi maka akan

4
diperoleh pembagian kerja yang jelas dan terarah bagi unit kerja yang ada di lembaga
diklat.
c. Materi/bahan pelajaran diklat, yaitu dengan merencanakan bahan pelajaran sebaik
mungkin yang sesuai dengan jenis diklat dan kebutuhan peserta diklat agar tepat
sasaran.
d. Penetapan tenaga pengajar, yaitu mempersiapkan tenaga pengajar yang benar-benar
berkompeten/ahli di bidang diklat yang diselenggarakan. Sebaiknya ada kriteria-
kriteria tertentu yang digunakan dalam menetapkan tenaga pengajar.

C. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Program

Menurut Tyler yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin (2010:5)
mengemukakan bahwa evaluasi program adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan
pendidikan sudah dapat terealisasikan. Evaluasi terhadap pendidikan merupakan kegiatan yang
harus dilakukan secara sistematis 17 dan continue. Dengan adanya evaluasi maka akan
diperoleh gambaran yang terjadi pada waktu tersebut dan untuk selanjutnya perlu diperbaiki
dengan mempertimbangkan hal-hal yang penting dalam melaksanakan kegiatan pendidikan.

Sementara Stake dalam Farida Yusuf Tayibnapis (2008: 21) mendefinisikan bahwa
evaluasi program adalah kegiatan untuk merespon suatu program yang telah, sedang, dan akan
dilaksanakan. Stake menekankan adanya dasar kegiatan dalam evaluasi yaitu descriptions dan
judgment. Serta membedakan adanya tiga tahap dalam program pendidikan atendent (context),
transactions (process) dan outcomes (output).

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi
program adalah upaya untuk mengetahui efektivitas komponen program dalam mendukung
pencapaian tujuan program. Untuk mengetahui seberapa jauh dan bagian mana dari tujuan yang
sudah tercapai, dan bagian mana yang belum tercapai serta apa penyebabnya, sehingga perlu
adanya evaluasi program. Tanpa ada kegiatan evaluasi, keberhasilan dan kegagalan program
tidak dapat diketahui.

5
2. Tujuan Evaluasi Program

Menurut Endang Mulyatiningsih (2011: 114-115) mengemukakan evaluasi program


dilakukan dengan tujuan untuk:

a. Menunjukkan sumbangan program terhadap pencapaian tujuan organisasi.


b. Hasil evaluasi ini penting untuk mengembangkan program yang sama di tempat lain.
c. Mengambil keputusan tentang keberlanjutan sebuah program, apakah program perlu
diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.

Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan evaluasi program memiliki tujuan yaitu
untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu program. Informasi yang
dihasilkan tersebut antara lain dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak atau hasil
yang dicapai dan pemanfaatan yang diperoleh dari evaluasi program itu sendiri, yaitu
pertimbangan mengenai program akan dilanjutkan, diperbaiki atau dihentikan. Evaluasi
program juga bertujuan untuk digunakan untuk kepentingan penyusunan program selanjutnya
atau dapat dipakai untuk program yang sejenis.

3. Model Evaluasi Program

Ada bermacam-macam model yang digunakan untuk pemahaman tentang evaluasi.


Model evaluasi telah dikembangkan oleh beberapa ahli untuk melaksanakan penilaian
program. Menurut Kaufman dan Thomas yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto dan Cepi
Safruddin Abdul Jabar (2009: 40-41), membedakan model evaluasi menjadi beberapa, yaitu:

a. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler.


b. KirkPatrick Evaluation Model, dikembangkan oleh KirckPatrick.
c. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven.
d. Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven.
e. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
f. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake.
g. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan.
h. CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam.
i. Discrepancy Model, dikembangkan oleh Provus.

Dari berbagai model evaluasi program maka dalam pemilihan model evaluasi yang
akan digunakan disesuaikan dengan tujuan evaluasi pada program yang dilaksanakan.

6
D. Kajian Penelitian yang Relevan
1. Hasil penelitian dari Yetti Nurhayati pada tahun 2018 mengenai Evaluasi yang
mengunakan Model evaluasi Kirkpatrick dengan 4 level (Kirkpatrick Four Levels
Evaluation Model) dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektivitas program Diklat
Teknis Subtantif Materi Perencanaan Pembelajaran di Wilayah Kerja Provinsi
Kepulauan Riau. Data diperoleh melalui instrumen observasi, wawancara, dan
dokumentasi serta dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Wawancara
dilakukan kepada peserta diklat, atasan peserta diklat yakni kepala madrasah, dan teman
sejawat peserta diklat yakni guru. Hasil evaluasi ini adalah bahwa penilaian pada level 1
reaksi, hasil reaksi peserta terhadap panitia penyelenggara dan narasumber sangat tinggi.
Pada level 2 belajar, kemampuan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
peserta sangat signifikan penilaiannya. Pada level 3 perilaku, pelaksanaan evaluasi
dilakukan setelah peserta kembali ke tempat kerjanya masing-masing. Ada peningkatan
perubahan perilaku dari alumni diklat dari sebelum diklat dan setelah diklat. Pada level
4 dampak, ada peningkatan kinerja alumni diklat. Alumni mampu membimbing dan
mendesiminasi ilmu yang telah didapat dari diklat kepada sesama teman sejawatnya,
mampu mengembangkan metode dan media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar, dan pembuatan Rancangan Program Pembelajaran (RPP) menjadi lebih baik.
2. Hasil penelitian dari PT. Krakatau Industrial Estate Cilegon, mengenai evaluasi
Training Foreman Development Program perlu menggunakan Model Kirkpatrick. Dalam
model tersebut evaluasi dilakukan terhadap empat level, yaitu 1)tingkat kepuasan peserta
terhadap pelaksanaan training, yang diukur dengan kuesioner untuk peserta; 2)tingkat
pemahaman peserta terhadap materi training, yang diukur dengan soal pre-test dan post-
test untuk peserta; 3)perubahan perilaku kerja peserta training setelah kembali bekerja,
yang diukur dengan kuesioner untuk atasan dan bawahan peserta; 4)dampak perubahan
perilaku kerja peserta training terhadap tingkat produktifitas perusahaan, yang diukur
dari berkurangnya pemborosan akibat penurunan tingkat absensi dan keterlambatan staf
yang dipimpin peserta training. Data ketiga level pertama diolah dengan rumus
pembobotan Kirkpatrick. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat kepuasan peserta
berkisar 77-83%. Nilai rata-rata pre-test 46,58%, sedangkan nilai rata-rata post- test
58,50%. Dari 20 peserta, 16 orang perilaku kerjanya lebih baik menurut atasan, dan
semuanya menurut bawahan. Data menunjukkan tidak ada penurunan tingkat
keterlambatan tetapi terjadi penurunan tingkat absensi yang berdampak pada
penghematan perusahaan sebesar Rp10.727.273.
7
BAB III
METODELOGI EVALUASI
A. Jenis Evaluasi

Evaluasi ini menggunakan evaluasi model Kirkpatrick . Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan, menguraikan dan memberikan penilaian terhadap keadaaan konteks,
masukan, proses dan hasil program pendidikan dan pelatihan PenMas Mengabdi.

B. Tempat dan Waktu Evaluasi


1. Tempat Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada program pendidikan dan pelatihan PenMas Mengabdi,
yang dilaksanakan di Desa Pabuaran, Kecamatan Sukamakmur, Bogor, Jawa
Barat.
2. Waktu Evaluasi
Program pendidikan dan pelatihan PenMas Mengabdi dilaksanakan selama 3
(tiga) hari yaitu pada tanggal 22 – 24 November 2019, evaluasi dilakuan pada
bulan Desember 2019..

C. Subjek dan Objek Evaluasi


Subjek evaluasi (informan) sebagai sumber data dalam evaluasi ini ditentukan oleh
peserta program PenMas Mengabdi. Pemilihan informasi berdasarkan karakeristik
tertentu yang dipandang memiliki kaitan dengan program, yaitu Peserta, Peserta yang
telah mengikuti program pendidikan dan pelatihan PenMas Mengabdi sebagai
informan, dalam evaluasi ini terdapat 20 (dua puluh) peserta yang menjadi informan.

Adapun yang menjadi objek dari evaluasi adalah sebagai berikut.

 Aspek
1) Aspek Reaksi
Melihat tingkat kepuasan peserta training terhadap pelaksanaan program pendidikan
dan pelatihan PenMas Mengabdi.
2) Aspek Pembelajaran
Melihat perubahan sikap mental, perbaikan pengetahuan, dan atau penambahan
keterampilan peserta setelah selesai mengikuti program pendidikan dan pelatihan
PenMas Mengabdi .

8
3) Aspek perilaku
Melihat perilaku kerja peserta training setelah mereka kembali ke dalam lingkungan
akademik
4) Aspek Hasil
Melihat dampak perubahan perilaku peserta program pendidikan dan pelatihan PenMas
Mengabdi terhadap diri dan masyarakat.
 Lembaga
Himpunan Mahasiswa Prodi Pendiidkan Masyarakat merupakan lembaga yang
melaksanakan Program pendidikan dan pelatihan PenMas Mengabdi, yang
nantinya program tersebut akan kami lakukan evaluasi.

D. Teori Kirkpatrick

Model evaluasi empat level dikenal pertama kali pada tahun 1959 ketika Donald L.
Kirkpatrick menulis empat seri artikel dengan judul “Tecniques for Evaluating Training
Programs” yang diterbitkan dalam Training and Development, the journal of The American
Society for Training and Developmet (ASTD). Artikel-artikel tersebut menggambarkan
evaluasi empat level yang diformulasikan oleh Kirkpatrick berdasarkan konsep dari desertasi
beliau pada University of Wiconsin, Madison. Kirkpatrick, D., L. & Kirkpatrick J., D. (dalam
Ramadhon, hlm 45) mengemukakan tiga alasan spesifik dalam melakukan evaluasi program
pelatihan, yaitu: pertama, untuk menjustifikasi keberadaan anggaran pelatihan dengan
memperlihatkan bagaimana program pelatihan tersebut berkontribusi pada tujuan dan sasaran
organisasi; kedua, untuk menentukan apakah suatu program pelatihan dilanjutkan atau tidak;
ketiga, serta untuk memperoleh informasi mengenai bagaimana cara meningkatkan program
pelatihan dimasa datang. Model Kirkpatrick memiliki beberapa kelebihan antara lain: 1).
lebih komprehensif, karena mencakup aspek kognitif, skill dan afektif; 2). objek evaluasi
tidak hanya hasil belajar semata tetapi juga mencakup proses, output maupun outcomes;
3). lebih mudah diterapkan (applicable) untuk level kelas karena tidak terlalu banyak
melibatkan pihakpihak lain dalam proses evaluasi.

9
Menurut Kirkpatrick (dalam Ramadhon, hlm.45) evaluasi terhadap efektivitas program
pelatihan mencakup empat level evaluasi,yaitu 1) reaction level, 2) learning level, 3) behavior
level, dan 4) result level.

 Level Evaluasi dalam Model Evaluasi Kirkpatrick

Menurut Kirkpatrick (dalam Ramadhon, hlm.45) evaluasi terhadap efektivitas program


pelatihan mencakup empat level evaluasi,yaitu sebagai berikut:
a. Reaction level Mengevaluasi terhadap reaksi peserta pelatihan berarti mengukur kepuasan
peserta (customer satisfaction). Program pelatihan dianggap efektif apabila proses training
dirasa menyenangkan dan memuaskan bagi peserta pelatihan sehingga mereka tertarik dan
termotivasi untuk belajar dan berlatih. Dengan kata lain, peserta akan termotivasi apabila
proses pelatihan berjalan memuaskan bagi peserta yang pada akhirnya akan memunculkan
reaksi dari peserta yang menyenangkan. Sebaliknya, apabila peserta tidak merasa puas terhadap
proses pelatihan yang diikutinya maka mereka tidak akan termotivasi untuk mengikuti kegiatan
pelatihan lebih lanjut. Kepuasan peserta pelatihan dapat dikaji dari beberapa aspek, yaitu materi
yang diberikan, fasilitas yang diberikan, strategi penyampaian materi yang digunakan oleh
instruktur, media pembelajaran yang tersedia, jadwal kegiatan sampai menu dan penyajian
konsumsi yang disediakan.

b. Learning level Menurut Kirkpatrick ( dalam Widoyoko, tanpa tahun, hlm.9 ) mengemukakan
learning can be defined as the extend to which participants change attitude, improving
knowledge, and /or increase skill as a result of attending the program. Ada tiga hal yang dapat
pelatih ajarkan dalam program pelatihan, yaitu pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan.
Peserta pelatihan dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah mengalami perubahan
sikap, perbaikan pengetahuan, maupun peningkatan ketrampilan.

c. Behavior level Evaluasi pada level ketiga ini berbeda denga evaluasi terhadap sikap pada level
kedua. Penilaian sikap pada evaluasi level 2 difokuskan pada perubahan sikap yang terjadi pada
saat pelatihan dilakukan sehingga lebih bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku
difokuskan pada perubahan tingkah laku setelah peserta kembali ke tempat kerja. Yang dinilai
dalam tingkah laku ini adalah perubahan perilaku setelah kembali ke tempat kerja maka
evaluasi level ketiga ini dapat disebut dengan evaluasi terhadap outcome dari kegiatan
pelatihan.

10
d. Result level Evaluasi hasil dalam level keempat ini difokuskan pada hasil akhir yang terjadi
karena peserta mengikuti suatu program. Yang termasuk dalam kategori hasil akhir dari suatu
program pelatihan diantaranya adalah kenaikan produksi, peningkatan kualitas, penurunan
biaya, penurunan kuantitas, terjadinya kecelakaan kerja, penurunan turn-over dan kenaikan
keuntungan. Beberapa program mempunyai tujuan meningkatkan moral kerja maupun
membangun team work yang lebih baik. Dengan kata lain adalah evaluasi terhadap impact
program.

Dari empat tahap yang tercantum diatas lebih dikembangkan oleh Kirkpatrick akan dijelaskan
secara lebih rinci sebagai berikut:

Reaction, evaluasi terhadap reaksi bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan


peserta pelatihan terhadap penyelenggaraan pelatihan. Kualitas proses atau pelaksanaan suatu
pelatihan dapat kita ukur melalui tingkat kepuasan pesertanya. kepuasan peserta terhadap
penyelenggaraan atau proses suatu pelatihan akan berimplikasi langsung terhadap motivasi dan
semangat belajar peserta dalam pelatihan. Peserta pelatihan akan belajar dengan lebih baik
ketika dia merasa puas dengan suasana dan lingkungan tempat ia belajar. Mengetahui tingkat
kepuasan peserta dapat dilakukan dengan mengukur beberapa aspek dalam pelatihan, yang
meliputi: pelayanan panitia penyelenggara, kualitas instruktur, kurikulum pelatihan, materi
pelatihan, metode belajar, suasana kelas, fasilitas utama dan fasilitas pendukung, kebernilaian
dan kebermaknaan isi pelatihan, dan lain-lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan
suatu pelatihan. Mengukur reaksi ini relatif mudah karena bisa dilakukan dengan menggunakan
reaction sheet yang berbentuk angket. Evaluasi terhadap reaksi ini sesungguhnya dimaksudkan
untuk mendapatkan respon sesaat peserta terhadap kualitas penyelenggaraan pelatihan. Oleh
karena itu waktu yang paling tepat untuk menyebarkan angket adalah sesaat setelah pelatihan
berakhir atau beberapa saat sebelum pelatihan berakhir.

Learning, menurut Kirkpatrick, belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan sikap


mental (attitude), perbaikan pengetahuan, atau penambahan ketrampilan peserta setelah selesai
mengikuti program. Melalui definisi tersebut kita dapat menentukan aspek apa saja yang mesti
diukur dalam evaluasi tahap kedua ini. Evaluasi tahap kedua ini sesungguhnya evaluasi
terhadap hasil pelatihan. Program dikatakan berhasil ketika aspek-aspek tersebut diatas
mengalami perbaikan dengan membandingkan hasil pengukuran sebelum dan sesudah
pelatihan. Semakin tinggi tingkat perbaikannya, dikatakan semakin berhasil pula suatu
program pelatihan. Kegiatan pengukuran dalam evaluasi tahap kedua ini relatif lebih sulit dan

11
lebih memakan waktu jika dibanding dengan mengukur reaksi peserta. Oleh karenanya
penggunaan alat ukur dan pemilihan waktu yang tepat akan dapat membantu kita mendapatkan
hasil pengukuran yang akurat. Alat ukur yang bisa kita gunakan adalah tes tertulis dan tes
kinerja. Tes tertulis kita gunakan untuk mengukur tingkat perbaikan pengetahuan dan sikap
peserta, sementara tes kinerja kita gunakan untuk mengetahui tingkat penambahan ketrampilan
peserta. Untuk dapat mengetahui tingkat perbaikan aspek-aspek tersebut, tes dilakukan
sebelum dan sesudah program. Disamping itu, Kirkpatrick juga menyarankan penggunaan
kelompok pembanding sebagai referensi efek pelatihan terhadap peserta. Kelompok
pembanding ini adalah kelompok yang tidak ikut program pelatihan. Kedua kelompok diukur
dan diperbandingkan hasil pengukuran keduanya hingga dapat diketahui efek program
terhadap pesertanya.

Behaviour, evaluasi terhadap perilaku ini difokuskan pada perilaku kerja peserta pelatihan
setelah mereka kembali ke dalam lingkungan kerjanya. Perilaku yang dimaksud di sini adalah
perilaku kerja yang ada hubungannya langsung dengan materi pelatihan, dan bukan perilaku
dalam konteks hubungan personal dengan rekan-rekan kerjanya. Jadi, yang ingin diketahui
dalam evaluasi ini adalah seberapa jauh perubahan sikap mental (attitude), perbaikan
pengetahuan, atau penambahan ketrampilan peserta membawa pengaruh langsung terhadap
kinerja peserta ketika kembali ke lingkungan kerjanya. Apakah perubahan sikap mental
(attitude), perbaikan pengetahuan, atau penambahan ketrampilan peserta itu
diimplementasikan dalam lingkungan kerja peserta ataukah dibiarkan berkarat dalam diri
peserta tanpa pernah diimplementasikan. Evaluasi perilaku ini dapat dilakukan melalui
observasi langsung ke dalam lingkungan kerja peserta. Disamping itu bisa juga melalui
wawancara dengan atasan maupun rekan kerja peserta. Dari sini diharapkan akan diketahui
perubahan perilaku kerja peserta sebelum dan setelah ikut program. Karena terkadang ada
kesulitan untuk mengetahui kinerja peserta sebelum ikut pelatihan, disarankan juga untuk
melakukan dokumentasi terhadap catatan kerja peserta sebelum mengikuti pelatihan. Pada
program pelatihan yang sifatnya rutin yang merupakan kerjasama suatu institusi dengan
penyelenggara pelatihan, mengukur perilaku kerja peserta dapat dilakukan secara simultan dari
angkatan yang satu ke angkatan berikutnya. Dalam kasus ini, biasanya pimpinan organisasi
atau institusi memegang peranan penting dan biasanya pimpinan organisasilah yang
mengambil inisiatif sebab merekalah yang paling berkepentingan dengan hasil pelatihan yang
sudah dikenakan pada anak buahnya. Seringkali peserta pelatihan membutuhkan waktu transisi
dalam merubah perilaku kerjanya setelah ikut program. Oleh karena itu sangat disarankan

12
pelaksanaan evaluasi perilaku ini dilakukan dengan terlebih dahulu memberi waktu jeda untuk
masa transisi itu. Sementara pakar evaluasi menyarankan paling cepat 3 bulan setelah pelatihan
berakhir. Disamping itu disarankan juga evaluasi ini dilakukan lebih dari satu kali dalam
rentang waktu yang cukup untuk mengetahui apakah perubahan perilaku itu bersifat sementara
ataukah permanen.

Result, Evaluasi hasil dalam level ke 4 ini difokuskan pada hasil akhir (final result)
yang terjadi karena peserta telah mengikuti suatu program. evaluasi terhadap result ini
bertujuan untuk mengetahui dampak perubahan perilaku kerja peserta pelatihan terhadap
tingkat kinerjanya dalam organisasi. Dalam kegiatan pembelajaran model evaluasi ini
mengarah pada hasil akhir yang diperoleh peserta pelatihan. Evaluasi result juga berfungsi
untuk mengembangkan suatu program pembelajaran yang meliputi desain belajar mengajar.
untuk menetapkan kedudukan suatu program pembelajaran berdasarkan ukuran/kriteria
tertentu,sehingga suatu program dapat dipercaya, diyakini dan dapat dilaksanakan terus, atau
sebaliknya program itu harus diperbaiki.

 Hubungan Antar Level Evaluasi Model


Evaluasi Kirkpatrick mengasumsikan bahwa keberhasilan pelatihan yang diukur di
suatu level akan menjadi dasar keberhasilan di level selanjutnya. Jadi jika sejak level reaksi
seorang partisipan sudah mengalami ketidakpuasan, maka tidak mungkin ia bisa menghasilkan
kinerja yang baik bagi dirinya dan bagi organisasi dikaitkan dengan materi yang disampaikan
dalam pelatihan. Selain itu juga, jika suatu pelatihan tidak mempunyai pengaruh yang dapat
dilihat pada kinerja organisasi, maka level 4 pun tidak dapat dilakukan. Demikian juga level 3
memberikan bukti akan adanya transfer pengetahuan, katerampilan dan sikap pada pekerjaan.
Jika transfer tidak terjadi, maka level 4 tidak dapat menunjukkan hasil apapun. Berdasarkan
hubungan ini maka dapat dikatakan bahwa keberhasilan di setiap level menjadi penting karena
ada kedalaman tingkat evaluasi untuk menentukan apakah suatu pelatihan memberikan
manfaat bagi organisasi atau tidak.

13
E. Metodologi Penelitian
Data pengukuran level 1, 2, 3, dan 4 akan dihitung dengan menggunakan rumus
pembobotan dari Kirkpatrick, seperti tercantum di bawah ini. Kriteria penilaian hasil
pembobotan untuk level 1 dapat dilihat pada Tabel 1.

(1)
Tabel 1. Kriteria level 1
Range Interpretasi

< 50% Peserta menunjukkan reaksi yang kurang baik terhadap pelatihan

50% - 60% Peserta menunjukkan reaksi yang lebih baik terhadap pelatihan

61% - 85% Peserta menunjukkan reaksi yang positif karena menyadari mendapat masukan yang
berguna selama pelatihan

86% - 100% peserta menunjukkan reaksi positif yang tinggi

Tahap awal yang dilakukan untuk memecahkan masalah pada penelitian ini adalah
menentukan peserta pelatihan FDP angkatan berapa yang akan dijadikan responden penelitian
karena pelatihan FDP ini dilakukan setiap tahun. Tahap selanjutnya adalah menentukan kriteria
yang akan diukur untuk setiap level evaluasi dan cara melakukan pengukurannya.
Format kuesioner yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat kepuasan peserta
training dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Format kuesioner yang digunakan untuk mengevaluasi peserta.


No. Pertanyaan Level Jumlah
4 (Sangat Puas) 3 (Puas) 2 (Kurang Puas) 1 (Tidak Puas)
1

Dst

14
Data yang diperoleh dari pengukuran level 1, 2, 3, dan 4 diolah dengan metoda
pembobotan dari Kirkpatrick. Perhitungan bobot untuk setiap ítem pertanyaan kuesioner yang
digunakan untuk mengukur level 1, 2, 3, dan 4 adalah sebagai berikut :
a. Jumlahkan nilai jawaban dari seluruh responden untuk setiap ítem pertanyaan.
b. Tentukan nilai tertinggi pada skala pengukuran.
c. Hitung jumlah responden.
d. Hitung bobot untuk setiap ítem pertanyaan dengan rumus (1).

Bobot untuk setiap sub elemen atau elemen dihitung dengan cara berikut :
a. Jumlahkan nilai bobot untuk semua item pertanyaan yang berada dalam sub
komponen atau komponen yang sama.
b. Hitung jumlah item pertanyaan yang ada pada sub komponen/komponen yang
akan dihitung bobotnya.
c. Bagi hasil perhitungan di langkah a dengan hasil perhitungan di langkah b.

15
BAB IV
HASIL DATA DAN TEMUAN

A. Hasil Pembahasan Laporan dan Data


Peserta pelatihan PENMAS Mengabdi 2019 yang dipilih sebagai responden adalah
peserta pelatihan yang dilaksanakan pada tanggal 22 - 24 November 2019. Seluruh peserta
pelatihan tersebut merupakan mahasiswa aktif prodi Pendidikan Masyarakat Angkatan
2017/2018/2019. Tingkat kepuasan peserta terhadap pelaksanaan pelatihan (level 1) dapat
dilihat pada Tabel yang menunjukkan aspek reaksi. Dari Tabel terlihat bahwa tingkat kepuasan
peserta berkisar 82%-93%. Artinya peserta menunjukkan reaksi yang positif (merasa puas atas
pelaksanaan pelatihan pengabdian masyarakat) karena menyadari mendapat kebermanfaatan
dan relevansi bagi kehidupan para peserta. Sub komponen yang masih perlu untuk ditingkatkan
lagi adalah tempat pelaksanaan PENMAS Mengabdi yang mendukung keberlangsungan acara
dan sub komponen fasilitas akomodasi kegiatan PENMAS Mengabdi yang kurang berjalan
dengan baik. Kedua sub komponen tersebut memiliki bobot yang relatif lebih kecil
dibandingkan sub komponen yang lain.

Hasil pembelajaran pelatihan (level 2) dapat dilihat pada Tabel yang menunjukkan
aspek belajar. Tabel ini memperlihatkan bahwa sebelum mengikuti kegiatan PENMAS
Mengabdi rata – rata peserta pelatihan belum mempunyai kemampuan berinteraksi dengan
masyarakat dan belum memahami cara terjun ke masyarakat, hal ini dapat ditunjukkan pada
nilai bobot kedua sub komponen tersebut yang relatif rendah, yakni 73% dan 82%. Namun,
setelah mengikuti kegiatan pelatihan PENMAS Mengabdi kemampuan peserta dalam
berinteraksi dengan masyarakat naik menjadi 90%. Serta pemahaman peserta akan cara terjun
ke masyarakat naik menjadi 88% setelah mengikuti pelatihan PENMAS Mengabdi.

Tabel pada aspek perilaku (level 3) bahwa kegiatan PENMAS Mengabdi membawa
perubahan sikap pada diri peserta. Hal ini ditunjukkan dengan jiwa sosial dari peserta
menunjukkan angka yang tinggi yaitu 93%. Lalu kegiatan PENMAS Mengabdi juga
meningkatkan rasa empati peserta pelatihan, hal ini ditunjukkan dengan bobot nilai yang tinggi
yakni sebesar 92%. Namun, kedua sub komponen tersebut walaupun menunjukkan bobot nilai
yang tinggi, tetapi tidak terlalu membawa dampak perubahan terhadap perilaku peserta setelah
mengikuti pelatihan PENMAS Mengabdi. Hal ini dapat ditunjukkan dari peserta yang kurang
mampu menerapkan pembelajaran selama pelatihan, seperti melakukan hal – hal kecil yang

16
berhubungan dengan pengabdian masyarakat di keseharian mereka, yakni dengan bobot nilai
85%.

Hasil pembobotan di level 4 diketahui bahwa kegiatan PENMAS Mengabdi berdampak


baik pada diri peserta, seperti materi yang disampaikan saat jumarama memiliki kontribusi
besar terhadap aktifitas peserta sebagi mahasiswa. Selain itu, peserta juga mampu menghormati
perbedaan yang ada di masyarakat, hal ini dapat ditunjukkan dengan bobot nilai 86% dan 92%.
Melalui program pelatihan PENMAS Mengabdi, selain berdampak kepada mahasiswa, juga
berdampak pada kesejahteraan masyarakat melalui program pendidikannya, hal ini ditunjukkan
dengan bobot nilai 92%

17
B. Display Data

TABEL HASIL PEMBOBOTAN EVALUASI KEGIATAN PENMAS MENGABDI MELALUI HASIL KIRCKPATRICK

Nilai Bobot Rata – Rata per


Aspek Komponen Sub Komponen Bobot (%)
Komponen
Tempat pelaksaan PenMas mengabdi mendukung
Media 83%
kegiatan tersebut

Kebermanfaatan kegiatan PenMas mengabdi 92%


terhadap peserta
Level 1 Relevansi dan Kerelevasian kegiatan PenMas mengabdi terhadap 93% 88,6%
Reaksi Kebermanfaatan peserta
Penyampaian materi menambah wawasan dan 93%
motivasi peserta
Fasilitas Akomodasi kegiatan PenMas mengabdi
Fasilitas Program 82%
berjalan dengan baik

Kemampuan peserta berinteraksi dengan


masyarakat sebelum mengikuti kegiatan PenMas 73%
mengabdi

Level 2 Kemampuan dan Kemampuan peserta berinteraksi dengan


masyarakat sesudah mengikuti kegiatan PenMas 90% 83,3%
Belajar Pemahaman
mengabdi

Pemahaman peserta akan cara terjun ke masyarakat 82%


sebelum mengikuti kegiatan PenMas mengabdi

18
Pemahaman peserta akan cara terjun ke masyarakat 88%
sesudah mengikuti kegiatan PenMas mengabdi
Kegiatan PenMas mengabdi membangun jiwa 93%
sosial peserta

Level 3 Perubahan Sikap dan Kegiatan PenMas mengabdi meningkatkan rasa 92%
empati peserta 90%
Perilaku Perilaku

Peserta melakukan hal - hal kecil yang berhubungan 85%


dengan pengabdian masyarakat setelah kegiatan

Materi yang disampaikan pada saat kegiatan 86%


Dampak Program memberikan dampak terhadap peserta
Level 4
terhadap Diri Peserta Kegiatan memberikan dampak untuk menghormati 90%
Hasil 92%
dan Masyarakat perbedaan
PenMas mengabdi memberikan dampak terhadap 92%
kesejahteraan masyarakat

19
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil evaluasi dapat disimpulkan hal-hal seperti sebagai berikut :

1. Tingkat kepuasan peserta pelatihan PENMAS Mengabdi terhadap manfaat dan


relevansi program pelatihan menunjukkan reaksi positif yang tinggi. Namun sub
komponen tempat pelaksanaan pelatihan PENMAS Mengabdi yang mendukung
keberlangsungan pelatihan, dan juga fasilitas akomodasi perlu ditingkatkan lagi.
2. Hasil pembelajaran menunjukkan peningkatan, hal ini dapat dilihat dari peningkatan
kemampuan dan pemahaman peserta sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan
PENMAS Mengabdi yang masing-masing memiki bobot nilai 90% dan 88%.
3. Program pelatihan PENMAS Mengabdi meningkatkan jiwa sosial dan empati peserta
pelatihan, namun tidak terjadi perubahan perilaku peserta yang cukup signifikan setelah
mendapatkan pelatihan. Seperti melakukan hal-hal kecil yang berkaitan dengan
pengabdian masyarakat.
4. Program pelatihan PENMAS Mengabdi berdampak positif terhadap diri peserta dan
juga masyarakat.

B. Saran
1. Program Pelatihan PENMAS Mengabdi perlu melakukan perbaikan dari segi tempat
dan fasilitas akomodasi program agar dapat meningkatkan motivasi belajar peserta
pelatihan.
2. Pihak penyelenggara program pelatihan PENMAS Mengabdi dapat memberikan wadah
atau komunitas yang bisa dimanfaatkan peserta yang telah mengikuti pelatihan agar
dapat tetap bisa menerapkan perilaku pengabdian kepada masyarakat di keseharian
peserta.

20
LAMPIRAN

A. Kisi - kisi Intrumen Evaluasi Program PENMAS Mengabdi Prodi Pendidikan Masyarakat

Aspek Komponen Sub Komponen Sumber Data Metode

Tempat pelaksaan PenMas mengabdi mendukung


Media Peserta Angket
kegiatan tersebut

Kebermanfaatan kegiatan PenMas mengabdi Peserta Angket


terhadap peserta
Level 1 Relevansi dan Kerelevasian kegiatan PenMas mengabdi terhadap Peserta Angket
Reaksi Kebermanfaatan peserta
Penyampaian materi menambah wawasan dan Peserta Angket
motivasi peserta
Fasilitas Akomodasi kegiatan PenMas mengabdi
Fasilitas Program Peserta Angket
berjalan dengan baik

Kemampuan peserta berinteraksi dengan


masyarakat sebelum mengikuti kegiatan PenMas Peserta Angket
mengabdi

Level 2 Kemampuan dan Kemampuan peserta berinteraksi dengan


masyarakat sesudah mengikuti kegiatan PenMas Peserta Angket
Belajar Pemahaman
mengabdi
Pemahaman peserta akan cara terjun ke
masyarakat sebelum mengikuti kegiatan PenMas Peserta Angket
mengabdi

21
Pemahaman peserta akan cara terjun ke
masyarakat sesudah mengikuti kegiatan PenMas Peserta Angket
mengabdi
Kegiatan PenMas mengabdi membangun jiwa Peserta Angket
sosial peserta

Level 3 Perubahan Sikap dan Kegiatan PenMas mengabdi meningkatkan rasa Peserta Angket
Perilaku Perilaku empati peserta
Peserta melakukan hal - hal kecil yang
berhubungan dengan pengabdian masyarakat Peserta Angket
setelah kegiatan

Materi yang disampaikan pada saat kegiatan Peserta Angket


Dampak Program memberikan dampak terhadap peserta
Level 4
terhadap Diri Peserta Kegiatan memberikan dampak untuk
Hasil Peserta Angket
dan Masyarakat menghormati perbedaan
PenMas mengabdi memberikan dampak terhadap Peserta Angket
kesejahteraan masyarakat

22
B. Instrumen Evaluasi Program PENMAS Mengabdi Prodi Pendidikan Masyarakat

No Pertanyaan SS S TS STS
Lokasi tempat kegiatan PenMas mengabdi sangat mendukung
1
program pengabdian
Kegiatan PenMas mengabdi dan jumarama memberikan
2
manfaat bagi diri saya
kegiatan PenMas Mengabdi menurut saya relevan terhadap
3
penerapan pembelajaran di prodi saya
Penyampaian materi dari alumni menambah wawasan dan
4
memotivasi saya
Fasilitas akomodasi PenMas mengabdi sudah berjalan dengan
5
baik
Sebelum mengikuti kegiatan PenMas mengabdi saya sulit
6
untuk berinteraksi dengan masyarakat
Sesudah mengikuti kegiatan PenMas mengabdi saya mampu
7
berinteraksi dengan masyarakat
Sebelum mengikuti kegiatan PenMas mengabdi saya tidak
8 mengetahui bagaimana cara terjun ke masyarakat dan
menghadapi orang dewasa
Sesudah mengikuti kegiatan PenMas mengabdi saya
9 mengetahui bagaimana cara terjun ke masyarakat dan
menghadapi orang dewasa
PenMas mengabdi membangun jiwa sosial dan tingkat
10
partisipasi saya dalam melakukan pengabdian masyarakat
Kegiatan PenMas mengabdi meningkatkan rasa empati saya
11
terhadap masyarakat
Setelah mengikuti kegiatan PenMas mengabdi saya
12 melakukan hal - hal kecil yang berhubungan dengan
pengabdian masyarakat
Materi yang disampaikan pada saat jumarama berkontribusi
13
besar terhadap aktifitas saya sebagai mahasiwa
PenMas mengabdi menjadi program peningkatan
14
kesejahteraan masyarakat melalui program pendidikan
Kegiatan PenMas mengabdi mengajarkan saya bagaimana
15
cara menghormati perbedaan

23
DAFTAR PUSTAKA

Kirkpatrick, Donald, dan James Kirkpatrick. 2007. Implementing The Four Levels. San
Fransisco: Berrett-Koehler Publishers, Inc.

Kirkpatrick, L. Donald. 1998. Evaluating Training Programs, 2nd Edition. San Fransisco:
Berret-Koehler Publisher, Inc.

Phillips, Jack J., Stone, Ron Drew. 2002. How to Measure Training Result. New York: Mc-
Graw Hill.

24
25

Anda mungkin juga menyukai