A. LATAR BELAKANG
Sarana dan prasarana merupakan salah satu sumberdaya yang sangat penting dan utama dalam menunjang
proses pembelajaran di sekolah, untuk itu perlu dilakukan pengoptimalan dalam pendayagunaan dan pengelolaannya,
agar apa yang telah direncanakan dapat tercapai dengan baik. Pada saat ini telah diberlakukan otonomi daerah yang
menyebabkan perubahan pada pola pendekatan menajemen sekolah.
Untuk itu pemerintah mengeluarkan PP No. 19 Tahun 2005 tentang StandarNasional Pendidikan diamana
dalam PP tersebut juga mengatur mengenai standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada bab VII pasal
42 yang secara tegas disebutkan bahwa : (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (2) Setiap satuan pendidikan
wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang
tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi
daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat bekreasi, dan ruang/tempat lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Agar sarana pendidikan dapat difungsikan dengan baik, maka diperlukan manajemen sarana dan prasarana
pendidikan. Dengan adanya manajemen sarana dan prasarana pendidikan, maka sekolah akan mampu mengelola sarana
dan prasarana pendidikan.
A. Konsep Dasar, Pengertian Dan Ruang Lingkup Pengelolaan Sarana Prasarana Pendidikan
1. Konsep Dasar Pengelolaan Sarana Prasarana Pendidikan
Menurut Arikunto (Ismaya, 2015:122-123) sarana prasarana merupakan fasilitas pendukung yang dapat
menunjang proses kegiatan dalam organisasi apa saja termasuk di dalamnya adalah satuan pendidikan atau sekolah.
Akan tetapi yang lebih penting adalah proses pengelolaan atau manajemen dari sarana prasarana itu sendiri. Proses
pengelolaan tersebut dapat berpengaruh terhadap sukses tidaknya suatu proses kegiatan. Karena proses pengelolaan
sarana dan prasarana sangat penting dan berpengaruh, maka memahami tentang konsep dasar pengelolaan sarana dan
prasarana dengan baik akan membantu memperluas wawasan tentang bagaimana berperan dalam merencanakan,
menggunakan dan mengevaluasi sarana prasarana yang ada sehingga dapat dimanfaatkan dengan optimal untuk
mencapai tujuan dari organisasi itu sendiri.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013, Bab II Pasal 2 (Teguh Triwiyanto, 2014: 187-188), menyebutkan
bahwa Lingkup Standar Nasional Pendidikan salah satunya yaitu standar sarana dan prasarana. Ayat dari Pasal 24 PP
tersebut menyatakan bahwa
1. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan,
buku, dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
2. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan
pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja,
ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat
bermain, tempat berkreasi, dan ruang atau tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran
yang teratur dan berkelanjutan.
Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang
ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat
berkreasi, dan berekreasi serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi(Peraturan Menteri Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional
Pendidikan).
2
2) Bahan yang tahan lama, yakni peralatan yang dapat digunakan terus menerus atau untuk jangka waktu yang
lama. Misalnya kursi dan meja kerja, bangku murid, papan tulis, papan pengumuman, alat-alat peraga,
kendaraan bermotor, dan lain-lain.
Sedang menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 079 Tahun 1975 (Wijono,1989: 154-155),
sarana pendidikan terdiri dari 3 kelompok besar yaitu:
1) Bangunan dan perabot sekolah
2) Alat pelajaran yang terdiri dari buku, alat-alat peraga, dan alat laboratorium
3) Media pendidikan yang dapat dikelompokkan menjadi audiovisual yang menggunakan alat penampil dan
media yang tidak menggunakan alat penampil.
3
Penerimaan hibah atau bantuan yaitu pemberian secara Cuma-Cuma dari pihak lain. Penerimaan hibah atau
bantuan ini harus dilakukan dengan membuat berita acara serah terima.
d. Penyewaan
Yang dimaksud dengan penyewaan adalah pemanfaatan sementara barang milik pihak lain dengan membayar
untuk kepentingan pendidikan berdasarkan perjanjian sewa- menyewa.
e. Pinjaman
Pinjaman adalah barang yang digunakan secara Cuma-Cuma untuk sementara waktu dari pihak lain untuk
kepentingan pendidikan berdasarkan perjanjian pinjam meminjam.
f. Pendaurulangan
Yang dimaksud pendaurulangan yaitu pengadaan barang dengan cara memanfaatkan barang yang sudah tidak
terpakai menjadi barang yang berguna untuk kepentingan pendidikan.
Menurut Sutjipto dan Basori Mukti (1992/1993: 93) pengadaan perlengkapan pendidikan di suatu lembaga
pendidikan atau sekolah dapat dilakukan dengan dana rutin, dana dari masyarakat atau dana dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD). Untuk pengadaan peralatan dari APBD dilakukan melalui prosedur berikut.
1) Kepala sekolah merencanakan kebutuhan perlengkapan sekolahnya untuk jangka waktu tertentu, misalnya
untuk satu tahun anggaran. Perencanaan ini disesuaikan dengan dana yang dialokasikan untuk itu.
2) Untuk perlengkapan yang tidak tersedia alokasi dananya kepala sekolah dasar dapat mengajukan daftar
kebutuhan perlengkapan, dan disampaikan kepada Kepala Dinas P dan K Dati II melalui Kepala Dinas P dan K
Kecamatan dengan tembusan kepada Kepala Kandep P dan K Kecamatan.
3) Setelah melakukan seleksi/pemilihan jenis dan jumlah barang yang dapat diusulkan untuk dibiayai dari APBD,
Kepala Dinas P dan K Dati II atas nama Bupati/Walikota KDH Tingkat II meneruskan usulan itu kepada
Kepala Dinas P dan K Dati I.
4) Kepala Dinas P dan K Dati I merencanakan kebutuhan perlengkapan pendidikan untuk satu tahun anggaran
berdasarkan dana yang tersedia melalui APBD Tingkat I terhadap semua usulan pengadaan barang dari Dinas P
dan K Dati II dalam lingkungan wilayahnya.
4
2) Daftar petugas piket.
3) Acara kegiatan, misalnya praktikum, demonstrasi dan lain-lain.
Peraturan yang berhubungan dengan penggunaan alat, misalnya:
1) Cara mengeluarkan alat dari rak.
2) Aturan membersihkkan setelah menggunakan.
3) Membuang bekas bahan yang telah digunakan, dan lain sebagainya
Menurut Sutjipto dan Basori Mukti (1992:93-94) Inventarisasi Perlengkapan Pendidikan adalah kegiatan
melaksanakan pengurusan penyelenggaraan, pengaturan, dan pencatatan barng-barang yang menjadi milik sekolah
dasar yang bersangkutan ke dalam suatu daftar inventaris barang.
Daftar barang inventaris adalah suatu dokumen berisi jenis dan jumlah barang baik bergerak maupun tidak
bergerak yang menjadi milik dan dikuasai negara, serta berada di bawah tanggung jawab sekolah. Daftar inventaris
yang lengkap, teratur dan berkelanjutan dapat membantu sekolah dalam melaksanakan:
a) Pengendalian dan pengawasan barang.
b) Pemanfaatan setiap barang secara maksimal sesuai dengan fungsi dan tujuan masing-masing.
Untuk melaksanakan kontrol dan pelaporan keadaan perlengkapan sekolah hendaknya dibuat:
a) Kartu inventaris ruangan
inventaris ruangan yaitu kartu atau format yang dibuat dan ditempatkan/ditempelkan pada setiap ruangan/kelas
yang memuat informasi tentang segala jenis perlengkapan yang ada di ruangan itu.
b) Kartu Inventaris Barang
Kartu ini berisi catatan barang-barang inventaris
c) Buku Inventaris
Buku ini berisi catatan semua barang inventaris sekolah yang di isi berdasarkan Kartu Inventaris Ruangan
maupun Kartu Inventaris Barang secara lengkap dan terperinci.
d) Pemberian Tanda dalam Inventarisasi
Kode Lokasi
Kode Barang
Menurut Sutjipto dan Basori Mukti (1992:93-94) Penyimpanan Perlengkapan Pendidikanmerupakan kegiatan
pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan persediaan perlengkapan di dalam ruang penyimpanan/gudang.
Penyimpanan hanya bersifat sementara. Penyimpanan dilakukan agar barang/perlengkapan yang sudah diadakan
/dihadirkan tidak rusak sebelum tiba saat pemakaian. Penyimpanan barang harus dilakukan sedemikian rupa sesuai
dengan sifat-sifat barang. Penyimpanan barang dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Barang-barang yang sudah ada diterima, dicatat, “digudangkan”, diatur, dirawat, dan dijaga secara tertib, rapi dan
aman.
b. Semua barang yang disimpan dicatat, demikian juga penyalurannya.
c. Secara berkala atau insidental diadakan pengontrolan dan perhitungan barang persediaan agar diketahui apakah
memenuhi kebutuhan.
d. Laporan tentang keadaan penyimpanan dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Menurut Sutjipto dan Basori Mukti (1992:100) Pemeliharaan Perlengkapan Pendidikanadalah kegiatan
penjagaan atau pencegahan dari kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut dalam kondisi baik dan siap dipakai.
Pemeliharaan dilakuka secara kontinyu terhadap terhadap semua brang-barang inventaris. Pemeliharaan barang
inventaris kadang-kadang dianggap hal yang sepele, padahal sebenarnya pemeliharaan ini merupakan suatu tahap kerja
yang tidak kalah pentingnya dengan tahap-tahap yang lain dalam pengelolaan perlengkapan. Sarana dan prasarana yang
telah dibeli dengan harga mahal, akan bertambah mahal apabila tidak dipelihara sehingga tidak dapat dipergunakan.
Pemeliharaan dimulai dari pemakai barang, yaitu dengan cara berhati-hati dalam menggunkannya. Pemeliharaan
yang bersifat khusus harus dilakukan oleh petugas profesional yang mempunyai keahlian sesuai dengan jenis barang
yang dimaksud.
5
Pelaksanaan pemeliharaan barang inventaris meliputi:
a. Perawatan
Perawatan dapat dilakukan misalnya dengan membersihkan barang-barang yang kotor dan menempatkannya
sesuai dengan sifat barang itu.
b. Pencegahan kerusakan
Pencegahan kerusakan dilakukan untuk menghindari adanya keausan barang. Hal itu dapat dilakukan misalnya
pada kendaraan bermotor dengan mengganti oli mobil itu atau sepeda motor sesaui dengan jarak tempuh yang
diinginkan.
c. Penggantian ringan
Hal ini dapat dilakukan dengan menukar bagian-bagian barang (suku cadang) yang mengalami keausan karena
pemakaian.
4. Penghapusan Barang-barang
Ismaya (2015: 130) menyatakan bahwa ada beberapa syarat barang-barang dapat diha[us atau diganti dari daftar
inventaris, yaitu:
1) Dalam keadaan rusak berat yang dipastikan sudah tidak dapat diperbaiki dan dipergunakan lagi.
2) Kalau dapat diperbaiki, biaya yang dikeluarkan sangat besar atau hampir menyerupai membeli barang baru
yang menyebabkan pemborosan uang negara.
3) Penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang misalnya biaya bahan kmia.
4) Tidak sesuai dengan kebutuhaan masa kini, misalnya OHP diganti dengan LCD/proyektor
5) Barang-barang yang jika disimpan lama akan rusak dan tidak dapat dipakai lagi.
6
6) Ada penurunan efektivitas kerja, misalnya dengan mesin tulis yang baru sebuah konsep dapat diselesaikan
dalam waktu 5 hari, sementara dengan mesin tulis yang lama dan hampir rusak sebuah konsep harus
diselesaikan dalam waktu 10 hari.
7) Dicuri, dibakar, diselewengkan, musnah akibat bencana alam, dan lain sebagainya.
Sarana dan prasarana yang tidak berhubungan langsung dengan proses pembelajaran, yang berasal dari negara
juga tidak sera-merta dapat dihapus begitu saja tetapi ada tata cara tertentu dalam melakukan penghapusan barang.
Tahap-tahap penghapusan/penyingliran barang tersebut sebagai berikut:
1) Pemilihan barang yang akan dihapuskan dilakukan setiap tahun bersamaan dengan waktu memperkirakan
kebutuhan.
2) Memperhitungkan faktor-faktor penghapusan ditinjau dari segi nilai uang.
3) Membuat surat pemberitahuan kepada atasan.
4) Melaksanakan penghapusan dengan cara mengadakan lelangan, menghibahkan kepada Badan Orang lain, atau
membakar dengan disaksikan oleh atasan.
5) Membuat berita acara pelaksanaan penghapusan.
C. Arti Dan RuangLingkup, Prinsip-Prinsip, PerencanaanKebutuhan, Pengadaan Dan
PengembanganPengelolaanSarana Dan PrasaranaPendidikan
7
g. Sebagai penanggung jawab harus mampu memelihara serta menggunakan bangunan dan tanah sekitarnya sehingga
ia dapat membantu terwujudnya kesehatan, kemanan, kebahagiaan, dan keindahan serta kemajuan sekolah dan
masyarakat.
h. Sebagai penanggung jawab sekolah bukan hanya mengetahui kekayaan sekolah yang dipercayakan kepadanya,
tetapi harus memerhatikan seluruh keperluan alat-alat pendidikan yang dibutuhkan oleh anak didiknya.
Irianto dan Suud (Teguh Triwiyanto, 2014: 188-189) menyatakan bahwa pada praktiknya, ternyata tidak semua
sarana dan prasarana produk inovasi dapat digunakan dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, dalam pengembangan
dan inovasi sarana dan prasarana pendidikan perlu berasaskan pada prinsip-prinsip berikut:
a. Relevance, artinya bahwa pengembangan dan inovasi sarana dan prasarana pendidikan harus bersesuaian dengan
kebutuhan dalam penyelenggaraan pendidikan, terutama dalam penyesuaian-penyesuaian dengan kebutuhan
pengembangan pengetahuan dan keterampilan ketenagaan.
b. Manageable, artinya pengembangan dan inovasi sarana dan prasarana pendidikan merupakan bagian dalam
pengembangan fungsi-fungsi manajemen kelembagaan.
c. Sustainable, artinya bahwa pengembangan dan inovasi sarana dan prasarana pendidikan harus dapat dilihat dari
keberlanjutan program.
d. Efficiency, artinya bahwa pengembangan dan inovasi sarana dan prasarana pendidikan harus memperhatikan unsur
efisiensi dalam kelembagaan, tidak menyebabkan penghambur-hamburan dalam pembiayaan dan waktu.
e. Productivity, artinya bahwa pengembangan dan inovasi sarana dan prasarana pendidikan mengacu kepada
peningkatan output dan produktivitas kelembagaan pendidikan yang bersangkutan.
f. Up to date, artinya bahwa pengembangan dan inovasi sarana dan prasarana pendidikan yang dikembangkan
merupakan hal yang terbaru dalam penyelenggaraan pendidikan.
Bafadal (Teguh Triwiyanto, 2014: 189-190) menyampaikan prinsip-prinsip dalam mengelola sarana dan
prasarana pendidikan agar tujuan manajemen sarana dan prasarana dapat tercapai. Prinsip-prinsip tersebut, yakni
sebagai berikut:
a. Prinsip Pencapaian Tujuan.
Pada dasarnya manajemen sarana dan prasarana pendidikan dilakukan dengan maksud agar semua fasilitas
sekolah dalam keadaan kondusif siap pakai. Oleh sebab itu, manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat
dikatakan berhasil bila fasilitas pendidikan itu selalu siap pakai setiap saat dan pada setiap personel sekolah yang akan
menggunakannya.
b. Prinsip Efisiensi
Dengan prinsip efisiensi berarti semua kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan dengan
perencanaan yang hati-hati sehingga bisa memperoleh fasilitas yang berkualitas baik dengan harga yang relatif murah.
Dengan prinsip efisiensi juga berarti bahwa pemakaian semua sarana dan prasarana pendidikan hendaknya dilakukan
dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mengurangi pemborosan. Dalam rangka itu, sarana dan prasarana pendidikan
hendaknya dilengkapi dengan petunjuk teknis penggunaan dan pemeliharaannya. Petunjuk teknis tersebut
dikomunikasikan kepada personel di lembaga pendidikan yang diperkirakan akan menggunakannya. Selanjutnya, bila
dipandang perlu, dilakukan pembinaan terhadap semua personel.
c. Prinsip Administratif
Dengan prinsip ini berarti semua perilaku pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan hendaknya selalu
memperhatikan undang-undang, peraturan, instruksi, dan pedoman yang diperlukan pemerintah atau institusi
pendidikannya. Sebagai upaya penerapannya, setiap penanggung jawab pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan
hendaknya memahami semua peraturan perundang-undangan tersebut dan menginformasikan kepada semua personel
institusi pendidikan yang diperkirakan akan berpartisipasi dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan.
d. Prinsip Kejelasan Tanggung Jawab
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan baik dalam segi jumlah maupun pengelolaannya membutuhkan
tidak sedikit orang yang terlibat. Oleh karena itu, walaupun semua orang yang terlibat dalam pengelolaan perlengkapan
itu telah memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, antara yang satu dengan yang lainnya harus selalu bekerja
sama dengan baik.
8
e. Prinsip Kekohesifan
Dengan prinsip kekohesifan berarti manajemen sarana dan prasarana pendidikan hendaknya terealisasikan dalam
bentuk proses kerja yang sangat kompak. Oleh karena itu, walaupun semua orang yang terlibat dalam sarana dan
prasarana itu telah memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, antara yang satu dengan yang lainnya harus
selalu bekerja sama dengan baik.
10