Anda di halaman 1dari 10

9.

PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA KEPENDIDIKAN

A. LATAR BELAKANG
Sarana dan prasarana merupakan salah satu sumberdaya yang sangat penting dan utama dalam menunjang
proses pembelajaran di sekolah, untuk itu perlu dilakukan pengoptimalan dalam pendayagunaan dan pengelolaannya,
agar apa yang telah direncanakan dapat tercapai dengan baik. Pada saat ini telah diberlakukan otonomi daerah yang
menyebabkan perubahan pada pola pendekatan menajemen sekolah.

Untuk itu pemerintah mengeluarkan PP No. 19 Tahun 2005 tentang StandarNasional Pendidikan diamana
dalam PP tersebut juga mengatur mengenai standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada bab VII pasal
42 yang secara tegas disebutkan bahwa : (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (2) Setiap satuan pendidikan
wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang
tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi
daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat bekreasi, dan ruang/tempat lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Agar sarana pendidikan dapat difungsikan dengan baik, maka diperlukan manajemen sarana dan prasarana
pendidikan. Dengan adanya manajemen sarana dan prasarana pendidikan, maka sekolah akan mampu mengelola sarana
dan prasarana pendidikan.

A. Konsep Dasar, Pengertian Dan Ruang Lingkup Pengelolaan Sarana Prasarana Pendidikan
1. Konsep Dasar Pengelolaan Sarana Prasarana Pendidikan
Menurut Arikunto (Ismaya, 2015:122-123) sarana prasarana merupakan fasilitas pendukung yang dapat
menunjang proses kegiatan dalam organisasi apa saja termasuk di dalamnya adalah satuan pendidikan atau sekolah.
Akan tetapi yang lebih penting adalah proses pengelolaan atau manajemen dari sarana prasarana itu sendiri. Proses
pengelolaan tersebut dapat berpengaruh terhadap sukses tidaknya suatu proses kegiatan. Karena proses pengelolaan
sarana dan prasarana sangat penting dan berpengaruh, maka memahami tentang konsep dasar pengelolaan sarana dan
prasarana dengan baik akan membantu memperluas wawasan tentang bagaimana berperan dalam merencanakan,
menggunakan dan mengevaluasi sarana prasarana yang ada sehingga dapat dimanfaatkan dengan optimal untuk
mencapai tujuan dari organisasi itu sendiri.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013, Bab II Pasal 2 (Teguh Triwiyanto, 2014: 187-188), menyebutkan
bahwa Lingkup Standar Nasional Pendidikan salah satunya yaitu standar sarana dan prasarana. Ayat dari Pasal 24 PP
tersebut menyatakan bahwa
1. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan,
buku, dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
2. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan
pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja,
ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat
bermain, tempat berkreasi, dan ruang atau tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran
yang teratur dan berkelanjutan.
Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang
ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat
berkreasi, dan berekreasi serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi(Peraturan Menteri Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional
Pendidikan).

2. Pengertian dan Ruang Lingkup Pengelolaan Sarana Prasarana Pendidikan


1
2.1 pengertian sarana dan prasarana pendidikan.
Menurut Nuhattati Fuad (2014: 43) yang dimaksud sarana pendidikan adalah semua peralatan dan perlengkapan
yang secara langsungdipergunakan dan menunjang proses pendidikan, seperti gedung, ruangan belajar atau kelas, alat-
alat atau media pendidikan, meja, kursi dan sebagainya. Yang dimaksud prasarana adalah fasilitas yang secra tidak
langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti halaman, kebun/taman sekolah, jalan menuju ke sekolah. Jadi,
sarana dan prasarana merupakan semua peralatan dan perlengkapan serta fasilitas yang secara langsung maupun tidak
langsung dipergunakan untuk menunjang jalannya proses pendidikan.
Ismaya (2015: 123) menyatakan bahwa sarana merupakan perlengkapan yang sifatnya dapat digunakan secara
langsung. Dalam konsep dasar pengelolaan pendidikan sarana dan prasarana pendidikan, sarana berarti perlengkapan
yang mendukung dan berhubungan langsung dengan proses pembelajaran. Sementara prasarana adalah fasilitas pokok
yang sifatnya mempunyai masa pakai yang cukup lama yang mana dalam konsep dasar pengelolaan sarana dan
prasarana pendidikan, prasarana berarti fasilitas pokok yang digunakan untuk mencapai tujun pendidikan.sarana
pendidikan digambarkan seperti sebuah ruang kelas, didalam nya terdapat guru, siswa, papan tulis, meja, kursi,
LCD/proyektor, dsb. Maka kelas, meja, dan kursi disini adalah fasilitas pokok yang disebut prasarana pendidikan yang
diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan. Manajemen sarana prasarana pendidikan merupakan suatu proses
pengelolaan sarana prasarana di sekolah supaya berfungsi dengan baik sehingga antara guru dan siswa, keduanya dapat
saling menjalankan tugasnya dengan baik pula dan tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal.
Menurut Wijono (1989: 154-155) secara etimologis, prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan
dalam pendidikan, misalnya lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, dan sebagainya. Sedangkan sarana
adalah alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya buku, alat laboratorium, media pengajaran, dan
sebagainya.

2.2.Pengertian pengelolaan sarana dan prasarana


Menurut Wijono (1989: 154) administrasi sarana sering disebut sebagai administrasi material, yaitu segenap
proses penataan yang bersangkut paut dengan pengadaan, pendayagunaan, pengelolaan sarana pendidikan agar tujuan
yang telah ditetapkan dapat tercapai secara sangkil dan mangkus. Menurut rumusan Tim Penyusun Pedoman
Pembakuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dimaksud sarana pendidikan adalah
semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar
pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan lancar, teratur, efektif, dan efisien.
Menurut Sutjipto dan Basori Mukti (1992/1993: 91) pengelolaan perlengkapan pendidikan merupakan
keseluruhan proses perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, dan pengawasan peralatan yang digunakan untuk
menunjang pendidikan agar tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Perlengkapan pendidikan adalah semua benda bergerak maupun yang tidak bergerak, yang diperlukan untuk menunjang
penyelenggaraan proses belajar- mengajar baik secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut Hadari Nawawi (1981: 62-63) administrasi perbekalan dapat diartikan sebagai usaha pelayanan dalam
bidang material dan fasilitas kerja lainnya bagi personal dalam satuan kerja di lingkungan suatu organisasi guna
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja. Benda- benda yang dikelola dalam administrasi perbekalan pada dasarnya
dapat dikelompokkan menjadi dua golongan sebagai berikut:
1) Benda-benda habis dipakai, yakni peralatan yang dapat habis dalam waktu relatif singkat bilamana
dipergunakan. Misalnya: kertas-kertas, karbon, kapur tulis dan lain- lain. Pengertian habis dipakai adalah
 Benar-benar habis atau musnah setelah dipergunakan seperrti: bensin, bahan-bahan kimia untuk
laboratorium sekolah, kapur tulis dan lain-lain.
 Berubah sifat dan bentuknya bilamana dipakai seperti: kayu dan besi yang dipergunakan untuk
pelajaran praktek, karton/kertas manila untuk membuat grafik, bagan, gambar, model, dan lain-lain.
 Berubah sifatnya sehingga tidak dapat dipergunakan lagi untuk keperluan yang sama, seperti: karbon,
pita mesin tik, beberapa jenis kertas, bola lampu yang dapat putus, bola kaki, bola volley, dan lain-lain.

2
2) Bahan yang tahan lama, yakni peralatan yang dapat digunakan terus menerus atau untuk jangka waktu yang
lama. Misalnya kursi dan meja kerja, bangku murid, papan tulis, papan pengumuman, alat-alat peraga,
kendaraan bermotor, dan lain-lain.
Sedang menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 079 Tahun 1975 (Wijono,1989: 154-155),
sarana pendidikan terdiri dari 3 kelompok besar yaitu:
1) Bangunan dan perabot sekolah
2) Alat pelajaran yang terdiri dari buku, alat-alat peraga, dan alat laboratorium
3) Media pendidikan yang dapat dikelompokkan menjadi audiovisual yang menggunakan alat penampil dan
media yang tidak menggunakan alat penampil.

B. Pengadaan, Inventarisasi, Penggunaan, Pemeliharaan, Penataan, Dan PenghapusanBarang-Barang


SaranaPrasarana.

1. Pengadaan Sarana Prasarana


Ismaya (2015:126) menyatakan bahwa dalam pengadaan sarana alat pelajaran yang perlu diperhatikan adalah
waktu, yaitu kapan waktu yang tepat untuk membeli alat pelajaran yang dibutuhkan. Hal ini berkaitan dengan
manajemen pembiayaan. Dalam manajemen pembiayaan diketahui bahwa prosedur pengajuan anggaran tidak dapat
diajukan sewaktu-waktu melainkan sudah ada ketentuan tersendiri yang mengatur, oleh sebab itu perencanaan
pengadaan alat pelajaran haruslah terperinci dengan baik menyesuaikan peraturan dalam manajemen pembiayaan.
Ismaya (2015:126) Dalam perencanaan perlengkapan dan perabot sekolah, Depdiknas mengelompokkanmya
menjadi barang-barang yang habis dipakai dan barang-barang yang tidak habis dipakai. Untuk perencanaannya sebagai
berikut:
a) Barang yang habis dipakai, direncanakan dengan urutan sebagai berikut:
1) Menyusun daftar perlengkapan yang disesuaikan dengan kebutuhan dari rencana kegiatan sekolah tiap
bulan
2) Menyusun perkiraan biaya yang diperlukan untuk pengadaan barang tersebut tiap bulan
3) Menyusun rencana pengadaan barang tersebut menjadi rencana triwulan dan kemudian menjadi rencana
tahunan

b) Barang tak habis pakai, direncanakan dengan urutan sebagai berikut:


1) Menganalisis dan menyusun keperluan perlengkapan sesuai dengan rencana kegiatan sekolah serta
memperhatikan perlengkapan yang direncanakan dengan memperhatikan perlengkapan yang masihh ada
dan masih dapat dipakai.
2) Memperkirakan biaya perlengkapan yang direncanakan dengan memerhatikan standar yang telah
ditentukan.
3) Menetapkan skala prioritas menurut dan yang tersedia, urgensi kebutuhan dan menyusun rencana
pengadaan tahunan.
Menurut Sutjipto dan Basori Mukti (1992:92) pengadaan perlengkapan pendidikanadalah kegiatan untuk
menghadirkan perlengkapan pendidikan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas-tugas sekolah.
Pengadaan perlengkapan pendidikan dapat dilaksanakan dengan cara:
a. Pembelian
Pembelian adalah proses medatangkan barang (dan menukarnya dengan uang) sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b. Buatan Sendiri
Pembuatan sendiri, yaitu barang yang dihasilkan oleh sekolah dasar yang bersangkutan, misalnya alat-alat peraga
yang dibuat oleh guru atau murid.
c. Penerimaah Hibah atau Bantuan

3
Penerimaan hibah atau bantuan yaitu pemberian secara Cuma-Cuma dari pihak lain. Penerimaan hibah atau
bantuan ini harus dilakukan dengan membuat berita acara serah terima.
d. Penyewaan
Yang dimaksud dengan penyewaan adalah pemanfaatan sementara barang milik pihak lain dengan membayar
untuk kepentingan pendidikan berdasarkan perjanjian sewa- menyewa.
e. Pinjaman
Pinjaman adalah barang yang digunakan secara Cuma-Cuma untuk sementara waktu dari pihak lain untuk
kepentingan pendidikan berdasarkan perjanjian pinjam meminjam.
f. Pendaurulangan
Yang dimaksud pendaurulangan yaitu pengadaan barang dengan cara memanfaatkan barang yang sudah tidak
terpakai menjadi barang yang berguna untuk kepentingan pendidikan.

Menurut Sutjipto dan Basori Mukti (1992/1993: 93) pengadaan perlengkapan pendidikan di suatu lembaga
pendidikan atau sekolah dapat dilakukan dengan dana rutin, dana dari masyarakat atau dana dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD). Untuk pengadaan peralatan dari APBD dilakukan melalui prosedur berikut.
1) Kepala sekolah merencanakan kebutuhan perlengkapan sekolahnya untuk jangka waktu tertentu, misalnya
untuk satu tahun anggaran. Perencanaan ini disesuaikan dengan dana yang dialokasikan untuk itu.
2) Untuk perlengkapan yang tidak tersedia alokasi dananya kepala sekolah dasar dapat mengajukan daftar
kebutuhan perlengkapan, dan disampaikan kepada Kepala Dinas P dan K Dati II melalui Kepala Dinas P dan K
Kecamatan dengan tembusan kepada Kepala Kandep P dan K Kecamatan.
3) Setelah melakukan seleksi/pemilihan jenis dan jumlah barang yang dapat diusulkan untuk dibiayai dari APBD,
Kepala Dinas P dan K Dati II atas nama Bupati/Walikota KDH Tingkat II meneruskan usulan itu kepada
Kepala Dinas P dan K Dati I.
4) Kepala Dinas P dan K Dati I merencanakan kebutuhan perlengkapan pendidikan untuk satu tahun anggaran
berdasarkan dana yang tersedia melalui APBD Tingkat I terhadap semua usulan pengadaan barang dari Dinas P
dan K Dati II dalam lingkungan wilayahnya.

2. Inventarisasi, Penggunaan, dan Pemeliharaan Sarana Prasarana


Menurut Nuhattati Fuad (2014: 44) inventarisasi merupakan pencatatan semua sarana dan prasarana yang
menggambarkan spesifikasi sarana, mencakup jumlah, jenis barang, kualitas, tahun pembuatan, merek, ukuran, harga,
dan sebagainya. Inventarisasi dibukukan dalam buku induk barang inventaris (catatan semua barang inventaris menurut
urutan tanggal) dan buku golongan inventaris (catatan buku inventaris menurut golongan barang yang telah ditentukan).
Ismaya (2015:127) menyatakan bahwa inventarisasi, penggunaan, dan pemeliharaan sarana prasarana adalah tiga
hal yang saling berhubungan. Sebelum sarana prasarana digunakan telah dilakukan inventarisasi begitu pula setelah
penggunaan sarana prasarana juga dilakukan inventarisasi sebagai bahan laporan. Laporan tersebut dapat dijadikan
gambaran tentang apakah sarana prasarana tersebut terpelihara dengan baik atau tidak. Inventarisasi bisa dilakukan
dengan mengelompokkan fasilitas tersebih dahulu ke dalam beberapa kelompok berdasarkan hubungannya dengan
proses pembelajaran, yaitu mana yang termasuk berhubungan langsung dengan proses pembelajaran, dan mana yang
tidak
Menurut Ismaya (2015:127) Inventarisasi yang dilakukan sebelum sarana digunakan, dilakukan beriringan dengan
pemberian identitas pada masing-masing fasilitas yaitu dengan menempelkan nomor kode inventaris tertentu sesuai
jenis fasilitas. Selain itu yang harus dilakukan setelah proses inventarisasi dan pencatatan ke dalam buku daftar
inventaris adalah proses pengadaan tempat penyimpanan alat-alat atau media berupa ruangan, almari tertutup, almari
terbuka serta sekat-sekatnya. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan supaya fasilitas tersebut mempunyai tempat
permanen untuk berlindung, selain itu memudahkan proses berjalannya inventarisasi baik di awal maupun di akhir.
Ismaya (2015: 128) menyatakan bahwa untuk pemeliharaan prasarana ruang, setiap ruang perlu ditempel hal-hal
berikut:
1) Jadwal pemakaian lokal (jika diberlakukan kelas berjalan)

4
2) Daftar petugas piket.
3) Acara kegiatan, misalnya praktikum, demonstrasi dan lain-lain.
Peraturan yang berhubungan dengan penggunaan alat, misalnya:
1) Cara mengeluarkan alat dari rak.
2) Aturan membersihkkan setelah menggunakan.
3) Membuang bekas bahan yang telah digunakan, dan lain sebagainya

Menurut Sutjipto dan Basori Mukti (1992:93-94) Inventarisasi Perlengkapan Pendidikan adalah kegiatan
melaksanakan pengurusan penyelenggaraan, pengaturan, dan pencatatan barng-barang yang menjadi milik sekolah
dasar yang bersangkutan ke dalam suatu daftar inventaris barang.
Daftar barang inventaris adalah suatu dokumen berisi jenis dan jumlah barang baik bergerak maupun tidak
bergerak yang menjadi milik dan dikuasai negara, serta berada di bawah tanggung jawab sekolah. Daftar inventaris
yang lengkap, teratur dan berkelanjutan dapat membantu sekolah dalam melaksanakan:
a) Pengendalian dan pengawasan barang.
b) Pemanfaatan setiap barang secara maksimal sesuai dengan fungsi dan tujuan masing-masing.
Untuk melaksanakan kontrol dan pelaporan keadaan perlengkapan sekolah hendaknya dibuat:
a) Kartu inventaris ruangan
inventaris ruangan yaitu kartu atau format yang dibuat dan ditempatkan/ditempelkan pada setiap ruangan/kelas
yang memuat informasi tentang segala jenis perlengkapan yang ada di ruangan itu.
b) Kartu Inventaris Barang
Kartu ini berisi catatan barang-barang inventaris
c) Buku Inventaris
Buku ini berisi catatan semua barang inventaris sekolah yang di isi berdasarkan Kartu Inventaris Ruangan
maupun Kartu Inventaris Barang secara lengkap dan terperinci.
d) Pemberian Tanda dalam Inventarisasi
 Kode Lokasi
 Kode Barang

Menurut Sutjipto dan Basori Mukti (1992:93-94) Penyimpanan Perlengkapan Pendidikanmerupakan kegiatan
pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan persediaan perlengkapan di dalam ruang penyimpanan/gudang.
Penyimpanan hanya bersifat sementara. Penyimpanan dilakukan agar barang/perlengkapan yang sudah diadakan
/dihadirkan tidak rusak sebelum tiba saat pemakaian. Penyimpanan barang harus dilakukan sedemikian rupa sesuai
dengan sifat-sifat barang. Penyimpanan barang dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Barang-barang yang sudah ada diterima, dicatat, “digudangkan”, diatur, dirawat, dan dijaga secara tertib, rapi dan
aman.
b. Semua barang yang disimpan dicatat, demikian juga penyalurannya.
c. Secara berkala atau insidental diadakan pengontrolan dan perhitungan barang persediaan agar diketahui apakah
memenuhi kebutuhan.
d. Laporan tentang keadaan penyimpanan dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Menurut Sutjipto dan Basori Mukti (1992:100) Pemeliharaan Perlengkapan Pendidikanadalah kegiatan
penjagaan atau pencegahan dari kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut dalam kondisi baik dan siap dipakai.
Pemeliharaan dilakuka secara kontinyu terhadap terhadap semua brang-barang inventaris. Pemeliharaan barang
inventaris kadang-kadang dianggap hal yang sepele, padahal sebenarnya pemeliharaan ini merupakan suatu tahap kerja
yang tidak kalah pentingnya dengan tahap-tahap yang lain dalam pengelolaan perlengkapan. Sarana dan prasarana yang
telah dibeli dengan harga mahal, akan bertambah mahal apabila tidak dipelihara sehingga tidak dapat dipergunakan.
Pemeliharaan dimulai dari pemakai barang, yaitu dengan cara berhati-hati dalam menggunkannya. Pemeliharaan
yang bersifat khusus harus dilakukan oleh petugas profesional yang mempunyai keahlian sesuai dengan jenis barang
yang dimaksud.
5
Pelaksanaan pemeliharaan barang inventaris meliputi:
a. Perawatan
Perawatan dapat dilakukan misalnya dengan membersihkan barang-barang yang kotor dan menempatkannya
sesuai dengan sifat barang itu.
b. Pencegahan kerusakan
Pencegahan kerusakan dilakukan untuk menghindari adanya keausan barang. Hal itu dapat dilakukan misalnya
pada kendaraan bermotor dengan mengganti oli mobil itu atau sepeda motor sesaui dengan jarak tempuh yang
diinginkan.
c. Penggantian ringan
Hal ini dapat dilakukan dengan menukar bagian-bagian barang (suku cadang) yang mengalami keausan karena
pemakaian.

3. Penataan Sarana Prasarana


Ismaya (2015: 129) menyatakan ada beberapa teknis yang berkenaan dengan bagaimana menata sarana
prasarana pendidikan:
1) Dalam penataan ruang dan bangunan sekolah, ruang yang dibangun bagi suatu lembaga pendidikan atau sekolah,
henkdaknya dipertimbangkan hubungan antara satu ruang dengan ruang yang lainnya. Hubungan antara ruang-ruang
yang dibutuhkan denga pengaturan letaknya tergantung kepada kurikulum yang berlaku dan hal ini akan
memberikan pengaruh terhadap penyusunan jadwal pelajaran.
2) Penataan perabot sekolah mencakup pengaturan barang-barang yang dipergunakan oleh sekolah, sehingga
menimbulkan kesan kontribusi yang baik pada kegiatan pendidikan. Dalam mengatur perabot sekolah hendaknya
diperhatikan macam-macam dan bentuk perabot itu sendiri. Apakah perabot tunggal atau ganda, individual atau
klasikal, hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengaturan perabot sekolah antara lain:
a. Perbandingan antara luas lantai dan ukuran perabot yang akan dipakai dalam ruangan tersebut.
b. Kelonggaran jarak dari dinding kiri-kanan.
c. Jarak satu perabot dengan perabot lainnya.
d. Jarak deret perabot (meja-kursi) terdepan dengan papan tulis.
e. Jarak deret perabot (meja-kursi) paling belakang dengan tembok batas.
f. Arah menghadapnya perabot.
g. Kesesuaian dengan keseimbangan.
h. Penataan perlengkapan sekolah.
Penataan perlengkapan sekolah mencakup perlengkapan di ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang kelas,
ruang BP, ruang perpustakaan dan sebagainya. Ruang-ruang tersebut perlengkapannya perlu ditata sedemikian rupa
sehingga menimbulkan kesan yang baik kepada penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di luar sekolah
menimbulkan perasaan betah, baik pada guru yang mengajar maupun pada siswa yang sedang belajar.

4. Penghapusan Barang-barang

Ismaya (2015: 130) menyatakan bahwa ada beberapa syarat barang-barang dapat diha[us atau diganti dari daftar
inventaris, yaitu:

1) Dalam keadaan rusak berat yang dipastikan sudah tidak dapat diperbaiki dan dipergunakan lagi.
2) Kalau dapat diperbaiki, biaya yang dikeluarkan sangat besar atau hampir menyerupai membeli barang baru
yang menyebabkan pemborosan uang negara.
3) Penyusutan di luar kekuasaan pengurus barang misalnya biaya bahan kmia.
4) Tidak sesuai dengan kebutuhaan masa kini, misalnya OHP diganti dengan LCD/proyektor
5) Barang-barang yang jika disimpan lama akan rusak dan tidak dapat dipakai lagi.

6
6) Ada penurunan efektivitas kerja, misalnya dengan mesin tulis yang baru sebuah konsep dapat diselesaikan
dalam waktu 5 hari, sementara dengan mesin tulis yang lama dan hampir rusak sebuah konsep harus
diselesaikan dalam waktu 10 hari.
7) Dicuri, dibakar, diselewengkan, musnah akibat bencana alam, dan lain sebagainya.

Sarana dan prasarana yang tidak berhubungan langsung dengan proses pembelajaran, yang berasal dari negara
juga tidak sera-merta dapat dihapus begitu saja tetapi ada tata cara tertentu dalam melakukan penghapusan barang.
Tahap-tahap penghapusan/penyingliran barang tersebut sebagai berikut:

1) Pemilihan barang yang akan dihapuskan dilakukan setiap tahun bersamaan dengan waktu memperkirakan
kebutuhan.
2) Memperhitungkan faktor-faktor penghapusan ditinjau dari segi nilai uang.
3) Membuat surat pemberitahuan kepada atasan.
4) Melaksanakan penghapusan dengan cara mengadakan lelangan, menghibahkan kepada Badan Orang lain, atau
membakar dengan disaksikan oleh atasan.
5) Membuat berita acara pelaksanaan penghapusan.
C. Arti Dan RuangLingkup, Prinsip-Prinsip, PerencanaanKebutuhan, Pengadaan Dan
PengembanganPengelolaanSarana Dan PrasaranaPendidikan

1. Arti dan Ruang Lingkup Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Ismaya (2015: 131) berpendapat bahwa salah satu aspek yang seyogianya mendapat perhatian umata oleh setiap
administrator pendidikan adalah mengenai sarana dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan umumnya mencakup
semua peralatan dan perlengkapan yang secara langsung digunakan dan menunjang dalam proses pendidikan, seperti
gedung, ruangan belajar/kelas, alat-alat media pendidikan, meja, kursi, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud
dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan pendidikan seperti:
halaman, kebun/taman sekolah, jalan menuju ke sekolah.
Sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam empat kelompok, yaitu tanah,
bangunan, perlengkapan, dan perabot sekolah. Agar semua fasilitas tersebut memberikan kontribusi yang berarti pada
jalan proses pendidikan, hendaknya dikelola dengan baik. Pengelolaan yang dimaksud meliputi: (1) perencanaan, (2)
pengadaan, (3) inventarisasi, (4) penyimpanan, (5) penataan, (6) penggunaan, (7) penghapusan.

2. Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Menurut Hunt Pierce (Ismaya, 2015: 131-132), prinsip dasar dalam melaksanakan pengelolaan sarana dan
prasarana adalah sebagai berikut:
a. Lahan bangunan, dan perlengkapan sekolah harus menggambarkan cita dan citra masyarakat.
b. Perencanaan lahan bangunan, dan perlengkapan-perlengkapan perabot sekolah hendaknya merupakan pancaran
keinginan bersama dan dengan pertimbangan suatu tim ahli yang cukup cakap yang ada di masyarakat itu.
c. Lahan bangunan, dan perlengkapan-perlengkapan perabot sekolah hendaknya disesuaikan dan memadai bagi
kepentingan anak-anak didik, demi terbentuknya karakter mereka dan dapat melayani serta menjamin mereka di
waktu belajar, bekerja dan bermain sesuai dengan bakat masing-masing.
d. Lahan bangunan, dan perlengkapan-perlengkapan perabot sekolah serta alat-alatnya hendaknya disesuaikan dengan
kepentingan pendidikan yang bersumber dari kepentingan serta kegunaan atau manfaat bagi anak-anak/ murid-
murid dan guru-guru.
e. Sebagai penanggung jawab harus dapat membantu program sekolah secara efektif, melatih para petugas serta
memilih alatnya dan cara menggunakannya agar mereka dapat menyesuaikan diri serta melaksanakan tugasnya
sesuai dengan fungsinya dan profesinya.
f. Seorang penanggung jawab sekolah harus mempunyai kecakapan untuk mengenal, baik kualitatif maupun
kuantitatif serta menggunakannya dengan tepat fungsi bangunan dan perlengkapannya.

7
g. Sebagai penanggung jawab harus mampu memelihara serta menggunakan bangunan dan tanah sekitarnya sehingga
ia dapat membantu terwujudnya kesehatan, kemanan, kebahagiaan, dan keindahan serta kemajuan sekolah dan
masyarakat.
h. Sebagai penanggung jawab sekolah bukan hanya mengetahui kekayaan sekolah yang dipercayakan kepadanya,
tetapi harus memerhatikan seluruh keperluan alat-alat pendidikan yang dibutuhkan oleh anak didiknya.
Irianto dan Suud (Teguh Triwiyanto, 2014: 188-189) menyatakan bahwa pada praktiknya, ternyata tidak semua
sarana dan prasarana produk inovasi dapat digunakan dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, dalam pengembangan
dan inovasi sarana dan prasarana pendidikan perlu berasaskan pada prinsip-prinsip berikut:
a. Relevance, artinya bahwa pengembangan dan inovasi sarana dan prasarana pendidikan harus bersesuaian dengan
kebutuhan dalam penyelenggaraan pendidikan, terutama dalam penyesuaian-penyesuaian dengan kebutuhan
pengembangan pengetahuan dan keterampilan ketenagaan.
b. Manageable, artinya pengembangan dan inovasi sarana dan prasarana pendidikan merupakan bagian dalam
pengembangan fungsi-fungsi manajemen kelembagaan.
c. Sustainable, artinya bahwa pengembangan dan inovasi sarana dan prasarana pendidikan harus dapat dilihat dari
keberlanjutan program.
d. Efficiency, artinya bahwa pengembangan dan inovasi sarana dan prasarana pendidikan harus memperhatikan unsur
efisiensi dalam kelembagaan, tidak menyebabkan penghambur-hamburan dalam pembiayaan dan waktu.
e. Productivity, artinya bahwa pengembangan dan inovasi sarana dan prasarana pendidikan mengacu kepada
peningkatan output dan produktivitas kelembagaan pendidikan yang bersangkutan.
f. Up to date, artinya bahwa pengembangan dan inovasi sarana dan prasarana pendidikan yang dikembangkan
merupakan hal yang terbaru dalam penyelenggaraan pendidikan.
Bafadal (Teguh Triwiyanto, 2014: 189-190) menyampaikan prinsip-prinsip dalam mengelola sarana dan
prasarana pendidikan agar tujuan manajemen sarana dan prasarana dapat tercapai. Prinsip-prinsip tersebut, yakni
sebagai berikut:
a. Prinsip Pencapaian Tujuan.
Pada dasarnya manajemen sarana dan prasarana pendidikan dilakukan dengan maksud agar semua fasilitas
sekolah dalam keadaan kondusif siap pakai. Oleh sebab itu, manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat
dikatakan berhasil bila fasilitas pendidikan itu selalu siap pakai setiap saat dan pada setiap personel sekolah yang akan
menggunakannya.
b. Prinsip Efisiensi
Dengan prinsip efisiensi berarti semua kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan dengan
perencanaan yang hati-hati sehingga bisa memperoleh fasilitas yang berkualitas baik dengan harga yang relatif murah.
Dengan prinsip efisiensi juga berarti bahwa pemakaian semua sarana dan prasarana pendidikan hendaknya dilakukan
dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mengurangi pemborosan. Dalam rangka itu, sarana dan prasarana pendidikan
hendaknya dilengkapi dengan petunjuk teknis penggunaan dan pemeliharaannya. Petunjuk teknis tersebut
dikomunikasikan kepada personel di lembaga pendidikan yang diperkirakan akan menggunakannya. Selanjutnya, bila
dipandang perlu, dilakukan pembinaan terhadap semua personel.
c. Prinsip Administratif
Dengan prinsip ini berarti semua perilaku pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan hendaknya selalu
memperhatikan undang-undang, peraturan, instruksi, dan pedoman yang diperlukan pemerintah atau institusi
pendidikannya. Sebagai upaya penerapannya, setiap penanggung jawab pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan
hendaknya memahami semua peraturan perundang-undangan tersebut dan menginformasikan kepada semua personel
institusi pendidikan yang diperkirakan akan berpartisipasi dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan.
d. Prinsip Kejelasan Tanggung Jawab
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan baik dalam segi jumlah maupun pengelolaannya membutuhkan
tidak sedikit orang yang terlibat. Oleh karena itu, walaupun semua orang yang terlibat dalam pengelolaan perlengkapan
itu telah memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, antara yang satu dengan yang lainnya harus selalu bekerja
sama dengan baik.

8
e. Prinsip Kekohesifan
Dengan prinsip kekohesifan berarti manajemen sarana dan prasarana pendidikan hendaknya terealisasikan dalam
bentuk proses kerja yang sangat kompak. Oleh karena itu, walaupun semua orang yang terlibat dalam sarana dan
prasarana itu telah memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, antara yang satu dengan yang lainnya harus
selalu bekerja sama dengan baik.

3. Perencanaan Kebutuhan, Pengadaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Menurut Ismaya (2015: 132) perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan merupakan pekerjaan yang
kompleks, karena harus terintegrasi dengan rencana pembangunan, baik nasional, regional, maupun lokal.

1) Perencanaan Pengadaan Tanah Untuk Gedung/Bangunan Sekolah


Sekolah tidak bisa dibangun di sembarang tempat. Merurut Frank W. Banghart sekolah hendaknya pada
tempat atau lokasi yang baik, yang dapat membrikan pengaruh positif pada perkembangan siswa. Selain itu,
Soerjani (1988: 135) mengemukakan: “Dalam mendirikan gedung sekolah, perlu diperhatikan tentang letak
sekolah dan lingkungannya. Letak dan lingkungan sekolah adalah salah satu komponen yang dapat menunjang
atau menghambat usaha meningkatkan ketahanan sekolah”.

2) Perencanaan Pengadaan Bangunan Gedung Sekolah


Sekolah merupakan tempat lembaga pendidikan anak agar menjadi warga negara yang kreatif dan produktif.
Untuk ini dituntut adanya gedung yang memadai sehingga pada tiap murid ada perasaan bangga dan betah
bersekolah dalam gedung tersebut. Selain itu untuk menumbuhkan penghormatan murid terhadap lembaga tempat
ia dididik, seyogianya sekolah didirikan dalam lingkungan yang cukup terhormat.

3) Perencanaan Pembangunan Bangunan Gedung Sekolah


Seperti halnya saran lainnya, pembangunan gedung sekolah harus direncanakan terlebih dahulu. Sesuai dengan
fungsinya, gedung sekolah yang merupakan tempat anak-anak belajar sepantasnya dibangun harus cukup cahaya
masuk agar ruangan menjadi terang, cukup ventilasi; gedung tersebut mempunyai kualitas terbaik, baik dari segi
konstruksinya maupun dari segi keindahannya dan juga harus memerhatikan segi kesehatannya.

4) Perencanaan Pengadaan Perabot Dan Perlengkapan Pendidikan


Untuk efektivitas belajar siswa, sekolah tidak cukup hanya menuntut gedung/ kelas yang baik, tapi juga
menuntut perabot dan perlengkapan yang memadai. Dengan perabot dan perlengkapan yang asal saja, sudah dapat
dipastikan proses pendidikan berjalan kurang efektif yang pada gilirannya lulusan yang dihasilkan mempunyai
kecakapan yang tidak sesuai dengan harapan. Kegiatan pendidikan merupakan usaha yang terencana dan
mempunyai tujuan yang jelas. Yaitu mempunyai beberapa syarat yang harus dilakukan, yaitu:
 Syarat perabot sekolah
 Syarat-syarat bagi perlengkapan sekolah.

5) Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan


Untuk mengadakan sarana dan prasarana pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya untuk
menerima hibah, menerima hak pakai tanah bisa dilakukan dengan cara membeli, menukar dan sebagainya.
Dalam pengadaan srana dan prasarana selain perlu diperhatikan segi kualitas dan kuantitas, juga diperhatikan
prosedur dan dasar hukum yang berlaku, sehingga darana yang sudah ada tidak menimbulkan maslah di kemudian
hari.

6) Inventarisasi Sarana Dan Prasrana Pendidikan


Sarana dan prasrana pendidikan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya ada yang berasal dari
pemerintah ada juga yang berasal dari usaha sendiri, seperti: membeli, membuat sendiri, sumbangan dari orang tua
9
murid/ masyarakat, dan sebagainya. Semua barang yang ada tersebut hendaknya diinventarisasi, melalui
inventarisasi memungkinkan dapat diketahui jumlah, jenis barang, kualitas, tahun pembuatan, merek/ ukuran, harga
dan sebagainya.

7) Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan


Sarana dan prasarana merupakan penunjang untuk keaktifan proses belajar mengajar. Barang-barang tersebut
kondisinya tidak akan tetap, tetapi lama kelamaan akan mengarah kepada kerusakan dan kehancuran, bahkan
kepunahan.

8) Pembangunan Sarana Dan Prasarana Pendidikan


Penggunaan/ pemakaian sarana dan prasarana pendidikan sekolah merupakan tanggung jawab kepala sekolah
pada setiap jenjang pendidikan. Untuk kelancaran kegiatan tersebut, bagi kepala sekolah yang mempunyai wakil
bisdang sarana dan prasarana atu petugas yang berhubungan dengan penanganan sarana dan prasarana sekolah
diberi tanggung jawab untuk menyusun jadwal tersebut.

9) Penghapusan Sarana Dan Prasarana Pendidikan


Barang-barang yang ada di sekolah, terutama yang berasal dari pemerintah (khusus sekolah negeri) tidak akan
selamanya bisa digunakan/ dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, hal ini karena rusak berat sehingga tidak
dapat digunakan lagi. Dengan keadaan tersebut diatas, maka barang-barang tersebut harus segera di hapuskan.

10) Penataan Sarana Dan Prasarana Pendidikan


Sarana dan prasarana merupakan sumber utama yang memerlukan penataan sehingga fungsional, aman dan
atraktif untuk keperluan proses-proses belajar di sekolah. Secara fisik sarana dan prasarana harus menjamin kondisi
higienik dan secara psikologis dapat menimbulkan minat belajar.
11) Tata Ruang Dan Bangunan Sekolah
Dalam mengatur ruang yang dibangun bagi suatu lembaga pendidikan/sekolah hendaknya dipertimbangkan
hubungan antara satu ruangan dengan ruangan lainnya. Hubungan antara ruang-ruang yang dibutuhkan dengan
pengaturan letaknya tergantung dengan kurikulum yang berlaku dan tentu saja akan memberikan pengaruh terhadap
penyusunan jadwal pelajaran.

12) Penataan Perabot Sekolah


Tata perabot sekolah mencakup pengaturan barang-barang yang dipergunakan oleh sekolah, sehingga
menimbulkan kesan dan kontribusi yang baik pada kegiatan pendidikan. Dalam mengatur perabot sekolah hendaknya
diperhatikan macam dan bentuk perabot tersebut.

13) Penataan Perlengkapan Sekolah


Penataan perlengkapan sekolah mencakup pengaturan perlengkapan di ruang kepala sekolah, ruang tata usaha,
ruang guru dan kelas, ruang BP, ruang perpustakaan, dan sebagainya. Dalam ruang-ruang tersebut perlengkapan
perlu ditata sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan yang baik terhadap penyelenggaraan pendidikan yang
dilaksanakkan di sekolah dan menimbulkan perasaan senang, betah bagi guru yang mengajar dan siswa yang belajar.

10

Anda mungkin juga menyukai