Anda di halaman 1dari 27

ASESMEN ENAM DIMENSI SAINS

Oleh :

Dera Ratna Kumala (1723071002)


I Made Wirahadi Kusuma (1723071008)

PRODI PENDIDIKAN IPA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2017
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asesmen Enam
Dimensi Sains”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. I. W. Suastra, M.Pd., yang telah memberikan tugas makalah sehingga
penulis dapat mengembangkan kemampuan diri dalam menulis makalah.
2. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Pendidikan IPA yang telah banyak
memberikan masukan untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna seperti apa yang
diharapkan, untuk itu mohon kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Tidak lupa penulis
mohon maaf atas segala kekurangan maupun kesalahan yang tidak disengaja pada
tulisan ini.

Om Santhi, Santhi, Santhi Om

Singaraja, 3 Desember 2017

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGEANTAR ......................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................... 2
BAB 2. PEMBAHASAN ......................................................................... 3
2.1 Dimensi Sains......................................................................... 3
2.2 Asesmen Berdasarkan Enam Dimensi Sains......................... 9
BAB 3. PENUTUP .................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan …......................................................................... 12
3.2 Saran …................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 14

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asesmen didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan data siswa yang dilakukan
selama proses pembelajaran ataupun terhadap hasil pembelajaran dengan menggunakan alat
ukur baik tes maupun non tes. Asesmen ini digunakan sebagai refleksi bagaimana
pembelajaran berlangsung. Goubeaud (2009) menyatakan bahwa “evidence for science
learning can come in many forms depending on the type of learning being assessed”.
Asesmen pembelajaran sains dapat menggunakan berbagai cara tergantung jenis pembelajaran
yang dinilai.
IPA merupakan pengetahuan tentang alam dan sekitar yang bersifat umum (universal),
berasal dari hasil kegiatan yang dilakukan manusia melalui kerja ilmiah dan terus
disempurnakan (Pratiwi dkk, 2014). IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep- konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan (Sudiatmika dkk, 2013). Berdasarkan penjabaran di atas maka dapat disimpulkan
definisi pembelajaran IPA pada hakikatnya adalah suatu ilmu untuk mencari tahu secara
sistematik agar memperoleh pemahaman tentang alam berdasarkan gejala alam yang
dituangkan berupa fakta, konsep, dan prinsip yang teruji kebenarannya guna memahami,
mengolah, dan mengembangkan potensi alam melalui metode ilmiah. Konsep-konsep sains
bukan diperoleh peserta didik secara instan melalui buku-buku pelajaran tetapi diperoleh
melalui kegiatan-kegiatan ilmiah yang meliputi kemampuan melakukan pengamatan,
melakukan pengukuran, mengumpulkan data pengukuran atau pengamatan, melakukan
analisis data serta melaporkan hasil eksperimen/observasi/investigasi. Sehingga diperlukan
asesmen yang menyeluruh yang meliputi seluruh komponen dimensi sains dan
berkesinambungan yang dikenal sebagai asesmen otentik. Asesmen otentik merupakan
asesmen yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input),
proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan (Kemendikbud, 2013). Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa asesmen dalam pembelajaran sains tidak hanya meliputi pemahaman
konsep/ materi saja tetapi meliputi seluruh komponen dan dimensi sains itu sendiri. Oleh
karena itu diperlukan pemahaman mengenai dimensi sains. Kerangka konsep asesmen

1
pembelajaran sains tersusun berdasarkan enam dimensi sains, yaitu dimensi konsep, dimensi
proses, dimensi aplikasi, dimensi sikap, dimensi kreatifitas, dan dimensi ilmu pengetahuan
alam.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjabaran pada latar belakang maka rumusan masalah yang diajukan
pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dimensi sains?
2. Bagaimana pelaksanaan asesmen berdasarkan enam dimensi sains?

1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan maka tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk memberi informasi lebih detail tentang komponen dimensi sains. Serta
memahami lebih lanjut bagaimana asesmen yang dilakukan berdasarkan enam dimensi sains.

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Dimensi Sains


Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap
ilmiah. Dengan demikian, untuk belajar IPA diperlukan cara khusus yang disebut dengan
metode ilmiah (Trianto, 2011). Lebih lanjut Abroscato (dalam Thursinawati, 2013)
menyatakan bahwa sains meliputi aspek sikap di samping sains sebagai produk dan proses.
Sains sebagai proses di dalamnya mengandung sikap ilmiah (scientific attitude) yang
merupakan faktor sentral dalam menyongkong perkembangan ilmu. Hakikat sains terdiri dari
tiga komponen yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah (Thursinawati, 2012) . Berdasarkan
Puskur (dalam Setiawan, 2015) hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu sikap, proses,
produk dan aplikasi. Unsur sikap dimulai dari rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam,
makhluk hidup serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar (open ended), proses adalah prosedur pemecahan
masalah melalui metode ilmiah dari penyusunan hipotesis, perancangan ekspremien atau
percobaan, evaluasi, pengukuran sampai penarikan kesimpulan, produk terdiri dari fakta,
prinsip, teori dan hukum sedangkan aplikasi berupa penerapan metode ilmiah dalam
kehidupan sehari-hari.
Seperti halnya definisi sains yang telah dipaparkan di atas Conant (dalam Nandang,
2009) menyatakan bahwa sains menekankan bukan hanya pada produk sains tetapi juga pada
proses sains yaitu eksperimen dan pengamatan sebagai suatu bentuk metode ilmiah yang juga
di dalamnya terkandung sikap ilmiah. Produk sains yang telah ditemukan mendorong untuk
dilakukan eksperimen dan pengamatan lebih lanjut sehingga memungkingkan berkembangnya
metode ilmiah, sikap ilmiah, dan produk sains itu sendiri. Istilah proses atau metode,
pengamatan (observasi), dan sistematik yang digunakan dalam definisi sains menunjukkan
adanya sifat dinamik dari sains baik dalam prinsip maupun praktik. Implikasi yang penting
dari definisi sains ini adalah: (1) Sains merupakan hasil dari aktivitas manusia melalui proses
sistematik yang disebut metode ilmiah yang didasari oleh sikap ilmiah; (2) Sains memiliki
otoritas yaitu observasi. Oleh karena itu, sains memiliki keterbatasan, segala yang ada di luar
jangkauan indra manusia sebagai alat observasi berada di luar batas sains. Berdasarkan kajian
terhadap beberapa pendapat pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sains pada hakikatnya
meliputi enam dimensi dan dikenal sebagai enam dimensi sains, yaitu: (1) dimensi konsep

3
(concept domain); (2) dimensi proses (process domain); (3) dimensi aplikasi (application
domain); (4) dimensi sikap (attitude domain); (5) dimensi kreativitas (creativity domain); dan
(6) dimensi sifat sains (nature of schience domain) (Enger, et al. 1930). Adapun penjelasan
dari masing-masing dimensi sains adalah sebagai berikut:
1. Dimensi Konsep
Dalam pembelajaran sains, penguasaan konsep merupakan tujuan utama
pembelajaran. Pembelajaran sains harus konseptual, namun konsep yang dimaksud
adalah konsep yang bermakna. Menurut Yager dan Cormack (1989), yang tergolong ke
dalam kategori dimensi konsep adalah fakta, hukum atau prinsip, teori dan pengetahuan.
Hasil dari beberapa konsep ini adalah produk, yang dimaksud ''produk'' disini adalah
produk ilmiah yang merupakan hasil dari proses ilmiah. Beberapa produk sains
dinyatakan dengan istilah sebagai berikut :
a. Fakta
Fakta dalam sains adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-
benar ada atau peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara
obyektif. Contoh : air membeku pada suhu 0ºC dan mendidih pada suhu 100ºC. Mars
adalah planet terdekat dengan Bumi.
b. Konsep
Konsep sains adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta. Konsep merupakan
penggabungan antara fakta-fakta yang ada hubungannya satu sama lain. Contoh :
semua makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungannya, semua sistem organ
tersusun atas organ dan jaringan-jaringan.
c
.Prinsip
Prinsip sains adalah generalisasi tentang hubungan antara konsep-konsep sains.
Contoh : air yang dipanaskan akan menguap, adalah prinsip yang menghubungkan
konsep air, panas dan penguapan. Artinya air akan menguap jika dipanaskan.
d. Teori
Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Teori bisa juga dikatakan sebagai model atau
gambar yang dibuat oleh ilmuan untuk menjelaskan gejala alam. Contoh : teori
klimatologi membantu para ilmuan untuk memahami mengapa dan bagaimana kondisi
cuaca berfluktuasi.

4
2. Dimensi Proses
Sains dalam dimensi proses adalah prosedur pemecahan masalah melalui metode
ilmiah dari penyusunan hipotesis, perancangan ekspremien atau percobaan, evaluasi,
pengukuran sampai penarikan kesimpulan (Setiawan, 2015). Sains sebagai proses di
dalamnya mengandung sikap ilmiah (scientific attitude) yang merupakan faktor sentral
dalam menyongkong perkembangan ilmu (Thursinawati, 2012). Dimensi proses dalam
sains lebih lanjut dijelaskan oleh Aikenhad (1979), bahwa dimensi proses sangat erat
kaitannya dengan keterampilan menyelidiki (inquiry skills) yang diwujudkan dalam
kegiatan eksplorasi dan investigasi. Kegiatan investigasi ditunjukkan melalui kegiatan
hands-on dan minds-on, serta eksperimen di laboratorium. Hal ini dimaksudkan agar
siswa dapat memahami konsep-konsep ilmiah. Terlebih lagi kemampuan menyelidiki ini
juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehati-hari dan memainkan peran dalam
memahami fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar. Dimensi proses sains terdiri
dari 13 ranah yang dijelaskan oleh AAAS (1968) dalam Development of Science : A
Process Approach. Kemampuan untuk menggunakan keterampilan proses dapat menjadi
tujuan utama dalam suatu penilaian, namun tidak semua keterampilan dapat
diidentifikasi dan dinilai. Keterampilan proses dalam sains diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Melakukan pengamatan (observing)
2. Menggunakan hubungan ruang dan waktu (using space and time
relationship)
3. Mengklasifikasi, mengkelompokkan, dan mengorganisasi (classifying,
grouping, and organizing)
4. Menggunakan angka dan menghitung (using numbers and quantifying)
5. Melakukan pengukuran (measuring)
6. Mengkomunikasikan (communicating)
7. Menyimpulkan (inferring)
8. Memperkirakan (predicting)
9. Mengidentifikasi dan mengatur variabel (identifying and controlling
variables)
10. Menginterpretasi data (interpreting data)
11. Memformulasikan hipotesis (formulating hypothesis)
12. Mendefinisikan secara operasional (defining operationally)

5
13. Melakukan eksperimen (experimenting)

3. Dimensi Aplikasi
Sains dalam dimensi aplikasi berupa penerapan metode ilmiah dalam kehidupan
sehari-hari (Setiawan, 2015). Sains sebagai Aplikasi (application domain) yaitu berkaitan
dengan penerapan metode ilmiah dan produk sains dalam kehidupan sehari-hari. Yang
dimaksud “aplikasi” disini adalah aplikasi ilmiah (scientific application) untuk
menerapkan proses-proses ilmiah yang telah dilakukan dan menerapkan produk-produk
ilmiah yang diperoleh dari proses ilmiah dalam kehidupan nyata. Aplikasi proses dan
produk ilmiah yang diterapkan bertujuan untuk memecahkan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari agar dapat hidup secara mandiri. Melalui dimensi aplikasi maka
peserta didik dapat menggunakan dan menerapkan secara efektif apa yang mereka telah
pelajari ke dalam situasi yang baru dalam kehidupan sehari-hari untuk memecahkan suatu
masalah. Keterampilan dimensi aplikasi meliputi 9 ranah sebagai berikut:
1. berpikir kritis;
2. bertanya dengan open-ended;
3. menggunakan proses ilmiah dalam memecahkan masalah yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari;
4. mengambil keputusan dengan sikap ilmiah;
5. memahami dan evaluasi laporan media massa tentang perkembangan ilmiah;
6. menerapan konsep ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk masalah
teknologi;
7. mampu membuat intradisciplinary connections-integration pada sains
8. mampu membuat interdisciplinary connections-integration pada sains dan
ilmu pengetahuan yang lain;
9. memahami prinsip-prinsip ilmiah dan teknologi yang terlibat dalam umum
perangkat teknologi.

4. Dimensi Sikap
Sains dalam dimensi sikap dimulai dari rasa ingin tahu tentang benda, fenomena
alam, makhluk hidup serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang
dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar (open ended) (Setiawan, 2015). Makna
“sikap” pada pembelajaran sains dibatasi pengertiannya pada “sikap ilmiah (scientific

6
attitude)”. Sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada peserta didik pada dimensi sikap
diantaranya:
1. sikap ingin tahu;
2. sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru;
3. sikap kerja sama;
4. sikap tidak putus asa;
5. sikap tidak berprasangka;
6. sikap mawas diri;
7. sikap bertanggung jawab;
8. sikap berfikir bebas;
9. sikap kedisiplinan diri.
Pembelajaran sains pada dimensi sikap menjembatani 4 ranah sikap sebagai
berikut:
1. menggali emosi manusia dengan rasa ingin tahu;
2. mengekspresikan perasaan pribadi dengan cara yang membangun secara
terstruktur sesuai dengan langkah metode ilmiah;
3. mengembangkan sikap yang umumnya lebih positif secara ilmiah seperti peka
dan teliti;
4. mengembangkan sikap positif dalam hal kemandirian dan mempercayai
kemampuan diri sendiri yang meliputi integritas, kejujuran, keterbukaan
terhadap ide-ide baru dan imajinasi.

5. Dimensi Kreativitas
Sains dalam dimensi kreativitas berhubungan dengan ide baru atau cara-cara
yang tidak biasa dalam menggambarkan dan memanfaatkan produk sains serta kegiatan
pemecahan masalah. Kreativitas merupakan bagian integral (paduan) dari ilmu
pengetahuan dan proses ilmiah dan digunakan dalam menghasilkan masalah dan
hipotesis dan dalam pengembangan rencana aksi (Hodson dan Reid, 1988). Torarance
(1969) mendefinisikan kreativitas sebagai proses menjadi peka terhadap masalah,
kekurangan, kesenjangan dalam pengetahuan, unsur-unsur dan ketidakharmonisan. Jika
seorang pendidik sains ingin menumbuhkan kelas yang meningkatkan kreativitas siswa,
maka kelas mungkin harus menjadi terpusat pada siswa. Keterampilan dimensi kreatifitas
meliputi 9 ranah sebagai berikut :

7
1. Visualisasi hasil dari citra mental
2. Generasi metafora
3. Berimajinasi
4. Menggabungkan ide-ide baru
5. Pertanyaan yang bersifat terbuka
6. Mampu memecahkan masalah dan teka-teki
7. Menggunakan pertimbangan alternatif
8. Menghubungkan objek dan ide dalam cara-cara baru
9. Merancang dan menghasilkan berbagai mode komunikasi

6. Dimensi Sifat
Sains dalam dimensi sifat mengandalkan penalaran, wawasan, keterampilan
energi dan kreativitas (NRC, 1996). Ide-ide yang telah dikembangkan berdasarkan
cara pikir tertentu seperti observasi, pemikiran, eksperimentasi, dan validasi
merupakan dasar apa yang dimaksud dengan sifat ilmu pengetahuan (AAAS, 1990).
Kesadaran siswa meningkatkan dan pengembangan pemahaman tentang aspek-aspek
ini harus dimasukkan dalam pembelajaran sains. Ilmu itu sendiri adalah dinamis, dan
seperti yang disaksikan oleh sejarah, banyak ide telah datang dan akhirnya di kelas
ilmu harus mencerminkan sifat tentatif pengetahuan ilmiah (Lederman, 1992).
Pengetahuan ilmiah tentatif memiliki dua aspek yang harus diungkapkan secara
eksplisit dalam bekerja dengan siswa. Pertama, tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk
mengembangkan pengetahuan yang sistematis untuk memahami bagaimana alam
berperilaku. Oleh karena itu, pengetahuan ilmiah bukanlah kebenaran "untuk temuan"
di alam tetapi penjelasan buatan manusia. Kedua, pengetahuan ilmiah dapat diubah,
bergeser dari satu sudut pandang yang lain, karena pengaruh sosial eksternal, seperti
politik, ekonomi, dan budaya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ilmiah tidak
mutlak objektif. Oleh karena itu, pemahaman tentang keterlibatan faktor sosial dalam
perkembangan ilmiah memberikan tujuan lain untuk pendidikan sains (Kuhn, 1962).
Keterampilan yang dikembangkan dalam dimensi sifat sains mencakup 7 ranah
sebagai berikut:
1. Penyusunan pertanyaan untuk penelitian ilmiah
2. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ilmiah
3. Cara-cara bekerjasama dalam tim penelitian ilmiah

8
4. Sisi kompetitif penelitian ilmiah
5. Integrasi antara ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, politik, sejarah, sosiologi,
dan filsafat
6. menentukan asal usul ide ilmiah
7. menentukan cara agar ilmu pengetahuan dapat membangun pemahaman tentang
alam.

2.2 Asesmen Berdasarkan Enam Dimensi Sains


Menurut Gurney (dalam Zheng et al., 2014) asesmen merupakan bagian dari
pembelajaran, bukan akhir. Selanjutnya, Drake (dalam Subali, 2010) menyatakan asesmen
bukan hanya sebagai bagian dari suatu kegiatan belajar (assessment of learning), tetapi
asesmen untuk pembelajaran (assessment for learning) dan berfungsi untuk memajukan siswa
dalam belajar (assessment as learning). Goubeaud (2009) menyatakan bahwa “evidence for
science learning can come in many forms depending on the type of learning being assessed”.
Asesmen pembelajaran sains dapat menggunakan berbagai cara tergantung jenis pembelajaran
yang dinilai. Adapun asesmen berdasarkan enam dimensi sains dijabarkan sebagai berikut:

1. Asesmen Berdasarkan Dimensi Konsep


Asesmen berdasarkan dimensi konsep ini dapat diartikan sebagai suatu
penilaian untuk ranah kognitif (pengetahuan) peserta didik. Pengetahuannya itu berupa
produk sains yang telah dikemukakan. Namun, dalam hal ini bukan berarti
menghafalkan produk sains (konsep, prinsip, hukum atau teori) tetapi lebih dari itu
yaitu peserta didik dituntut untuk memahami produk-produk sains itu.
Dalam asesmen ini, instrumen yang digunakan dapat berupa instrumen tes
maupun non tes. Tes formal dan non formal lebih dibedakan atas dasar struktur atau
konstruksi instrumen. Untuk tes formal sudah ada struktur yang dapat dikatakan baku
atau dibakukan. Bentuk-bentuk tes formal antara lain : pilihan ganda, asosiasi pilihan
ganda, sebab-akibat, melengkapi (isian singkat), uraian objektif, uraian non objektif
(essay), dan menjodohkan. Instrumen tes dapat berupa tes formatif maupun sumatif
yang berkaitan dengan benar salah, sedangkan non tes dapat berupa tanya jawab dan
diskusi atau presentasi yang tidak berkaitan dengan benar dan salah, melainkan
berkaitan dengan setuju dan tidak setuju, baik dan buruk dan sebagainya.

9
Contoh asesmen dimensi konsep :
SOAL C4 (MENGANALISIS)
Amir membantu ayahnya membuat kandang ayam. Amir memukul paku dengan
palu bermassa 1.5 kg dengan kelajuan 4 m/s sehingga paku masuk ke dalam kayu. Jika
gaya gesek paku terhadap kayu 1000 N, tentukanlah panjang paku yang masuk ke
dalam kayu dalam sekali pukul palu!
Rubrik Penilaian Analitik
Skor Skor
No Aspek
3 2 1 Perolehan
Maksimal
Mengetahui dan menulis apa
1 saja yang diketahui dalam 2
soal

Mengetahui apa yang ditanya


2 1
dalam soal

Mampu menulis rumus untuk


3 2
memecahkan soal

Menjabarkan rumus
4 agar dapat menyelesaikan 3
soal

Perhitungan yang dilakukan


sudah sesuai dan
5 2
memperoleh hasil yang
diinginkan

Total 10

Kriteria Rubrik Penilaian


No Aspek Yang Dinilai Kriteria Penskoran
1. Mengetahui dan menulis 2 = Siswa menentukan dengan tepat
apa saja yang diketahui yang harus diketahui dalam soal
dalam soal
1 = S i s w a tidak tepat dalam
menentukan yang harus
diketahui dalam soal

2 Mengetahui apa yang 1 = Siswa mengetahui apa yang


ditanya dalam soal ditanya dalam soal

10
3 Mampu menulis rumus 2 = Rumus yang digunakan tepat
untuk memecahkan soal
1 = Rumus yang digunakan tidak
tepat

4 3 = Penjabaran rumus tepat


Menjabarkan rumus agar
2 = Penjabaran rumus kurang tepat
dapat menyelesaikan soal
1 = Penjabaran rumus tidak tepat

5 Perhitungan yang dilakukan 2 = Perhitungan yang dilakukan tepat


sudah sesuai dan
memperoleh hasil yang 1 = Perhitungan yang dilakukan tidak
diinginkan tepat

2. Asesmen Berdasarkan Dimensi Proses


Asesmen berdasarkan dimensi proses ini dapat diartikan sebagai suatu
penilaian untuk ranah psikomotor (kinerja ilmiah) peserta didik. Kinerja ilmiah ini
meliputi kemampuan: melakukan pengamatan, mencatat data, melakukan pengukuran,
mengimplementasikan prosedur, mengikuti instruksi, menginferensi, menyeleksi
berbagai cara/prosedur, merencanakan, melaksanakan, serta melaporkan hasil
investigasi. Sehingga jenis penilaian pada dimensi ini adalah penilaian otentik yaitu
penilaian kinerja yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kompetensi peserta didik.
Pada penilaian ini, peserta didik diharuskan melakukan tugas tertentu yang dapat
mengggambarkan keterampilannya, seperti praktik di laboratorium. Peserta didik
diminta untuk mendemonstrasikan kompetensi dan keterampilannya dalam bidang
tertentu. Instrumen yang digunakan dapat berupa lembar pengamatan (check list) atau
skala penilaian (rating scale) untuk aspek-aspek yang diamati/dinilai. Pada kegiatan
pembelajaran ini masing tergolong pada proses mengamati, menanya, mengumpulkan
data maupun mengasosiasikan yaitu suatu kegiatan pembelajaran untuk
mencaritemukan berbagai informasi, pemecahan masalah, dan inovasi.

11
Contoh asesmen dimensi proses :
Instrumen Penilaian Kinerja Praktikum

Nama Siswa : No.Absen:

Aspek yang Dinilai Skor penilaian

1 2 3 4 5

Menyiapkan alat dan bahan dengan cara


yang benar

Memberi tanda pada plat tetes sesuai


dengan urutan bahan yang akan digunakan

Meletakkan kertas lakmus merah dan biru


sesuai prosedur percobaan

Menggunakan pipet tetes dengan cara


yang benar

Mengamati dan mencatat hasil percobaan


sesuai tabel yang telah disediakan

Nilai Akhir : (jml skor yang diperoleh / jml skor maksimum) x 100

Rubrik Penilaian Praktikum

Kriteria Penskoran Skor

Dilakukan benar dan paling lama 60 detik 5

Dilakukan benar dan paling lama 90 detik 4

Dilakukan benar dan paling lama 120 detik 3

Dilakukan tapi salah 2

Dilakukan tapi tidak selesai 1

12
Instrumen Penilaian Presentasi Hasil Praktikum

Nama Siswa : No. absen :

No Aspek Yang dinilai Skor

1 2

1 Mendefisinisikan asam dan basa

2 Mengidenfifikasi indikator asam basa berdasarkan


perubahan warna kertas lakmus

3 Mengklasifikasikan sifat larutan / bahan uji

Nilai Akhir : (jml skor yang diperoleh / jml skor maksimum) x 100

Rubrik Penilaian Presentasi Hasil Praktikum

1. Untuk Aspek penilaian No. 1 dan 2 :


Berilah skor 1 apabila salah satu definisi maupun indikator asam – basa salah atau tidak
disebutkan dan Berilah skor 2 apabila semua definisi maupun indikator asam – basa
disebutkan dan benar.

2. Untuk Aspek penilaian No.3 :


Berilah skor 1 apabila klasifikasi bahan uji hanya disebutkan / hanya benar 1/2 dari ke-4
bahan uji dan Berilah skor 2 apabila klasifikasi 3/4 dari bahan uji disebutkan dan benar.

3. Asesmen Berdasarkan Dimensi Aplikasi


Asesmen berdasarkan dimensi aplikasi mengacu pada identifikasi siswa yang
dapat mentransfer dan menggunakan ilmu yang telah dimiliki dalam kehidupan sehari-
hari secara efektif. Jadi, asesmen berdasarkan dimensi aplikasi ini dapat diartikan
sebagai suatu penilaian untuk kegiatan peserta didik dalam mengaplikasikan atau
menerapkan produk sains (pengetahuan) dan proses sains (metode ilmiah) tidak hanya
pada situasi yang sudah bersifat umum terjadi tetapi juga pada situasi baru. Pada
kegiatan pembelajaran ini sudah digolongkan pada kegiatan mengasosiasi yaitu
serangkaian kegiatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik

13
mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri melalui berbagai kegiatan dan karya
yang bermakna. Dalam kegiatan ini peserta didik dapat melakukan sesuatu dan/atau
menghasilkan sesuatu. Sehingga jenis asesmen yang digunakan adalah asesmen
otentik dengan instrumen berupa tes unjuk kerja dan/atau tes unjuk produk, dengan
menggunakan lembar pengamatan (check list) atau skala penilaian (rating scale) untuk
aspek-aspek yang dinilai.
Contoh asesmen dimensi aplikasi :
Lembar penilaian aktivitas siswa dalam proses demonstrasi
Aspek Jml

No Nama Siswa A B C D

3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1

dst

Jumlah skor

Nilai Akhir : (jml skor yang diperoleh / jml skor maksimum) x 100
Keterangan :
A. Mendemonstrasikan Alat
3 = Mendemonstrasikan alat dengan baik
2 = Mendemonstrasikan alat dengan cukup baik
1 = Mendemonstrasikan alat dengan kurang baik

B. Mengajukan Pertanyaan
3 = mengajukan pertanyaan dengan baik dan relevan
2 = mengajukan pertanyaan dengan baik namun kurang relevan
1 = mengajukan pertanyaan dengan kurang baik dan tidak relevan

C. Menjawab atau Menanggapi Pertanyaan


3 = Jika siswa menanggapi dengan tepat
2 = Jika siswa menanggapi dengan kurang tepat
1 = Jika siswa menanggapi dengan tidak tepat

D. Memperhatikan
3 = Jika siswa memperhatikan dengan sungguh-sungguh

14
2 = Jika siswa memperhatikan dengan kurang sungguh-sungguh
1 = Jika siswa memperhatikan dengan tidak sungguh-sungguh

4. Asesmen Berdasarkan Dimensi Sikap


Asesmen berdasarkan dimensi sikap ini dapat diartikan sebagai suatu penilaian
untuk ranah afektif peserta didik. Sikap atau perilaku sebagai aspek penampilan peserta
didik dapat diukur dengan lembar pengamatan terutama ketika penampilan itu muncul
atau digali untuk muncul. Sehingga jenis asesmen yang digunakan adalah asesmen
otentik yaitu asesmen kinerja. Sikap atau perilaku peserta didik tersebut dikaitkan
dengan hasil pananaman nilai-nilai (religi, sosial, intelektual, dan pendidikan) dari
materi sains. Data dapat dikumpulkan melalui lembar pengamatan. Data hasil
pengamatan sebagai hasil pengukuran penampilan, cenderung merupakan data ordinal.
Ada beberapa model pengukuran terhadap perilaku atau sikap afeksi ini, misalnya Skala
Likert, Skala Perbedaan Semantik, dan Skala Thurstone.
Contoh asesmen dimensi sikap :
Contoh Instrumen Asesmen Kinerja

1. Contoh Instrumen checklist


Tabel 1. Penilaian Praktikum Fisika (Menggunakan Daftar Tanda Cek)
Nama peserta didik :..................................... Kelas :..............
No. Aspek Yang Dinilai Baik Tidak baik

1. Cara menyiapan alat/bahan

2. Cara mengukuran/menimbang

3. Ketepatan data yang dikumpulkan

4. Disiplin dalam bekerja di Lab

Skor yang dicapai

Skor maksimum

skor yang dicapai


nilai= x 100
skor maksimum

15
2. Contoh Instrumen Skala Penilaian

Nama peserta didik : No. Absen:

SKOR
No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4

1. Cara menyiapkan dan meletakkan alat dan bahan

2. Cara menuang bahan ke dalam alat ukur

3. Cara menggunakan pipet tetes

4. Cara melihat skala pada alat ukur

5. Cara membaca skala dan mencatat hasil


pengukuran

Skor yang dicapai

Skor maksimum

skor yang diperoleh


nilai= x100
skor maksimum

RUBRIK PENILAIAN

SKOR
No. Kriteria Penilian
1 2 3 4

1. Gelas ukur diletakkan di atas tempat yang datar,


skala menghadap pengamat

2. Menuangkan air ke dalam gelas ukur sampai


hampir mencapai 60 mL lalu dihentikan dan
dilanjutkan menggunakan pipet tetes sampai pas
60 mL

3. Menggunakan pipet tetes dengan posisi


dimiringkan setelah disedot agar air tidak sampai
tumpah

4. Permukaan air didalam gelas dilihat dengan


posisi sejajar mata
5. Membaca skala dengan posisi sejajar dengan
mata dan mencatat hasil pengukuran dengan skala

16
yang tepat

Berilah skor :
4 bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat
3 bila aspek tersebut dilakukan dengan benar tetapi lama
2 bila aspek tersebut dilakukan selesai tapi salah
1 bila dilakukan tapi tidak selesai
0 bila tidak ada usaha sama sekali

5. Asesmen Berdasarkan Dimensi Kreativitas


Asesmen berdasarkan dimensi kreativitas ini dapat diartikan sebagai suatu
penilaian untuk kegiatan peserta didik dalam upaya memanfaatkan produk sains serta
kegiatan pemecahan masalah dari proses ilmiah untuk menghasilkan ide-ide atau
gagasan-gagasan baru untuk kelangsungan hidup umat manusia. Pada kegiatan
p e m b e l a j a r a n i n i d i g o l o n g k a n p a d a k e g i a t a n mengasosiasi d a n j u g a
mengkomunikasikan karena memungkinkan di sini diberikan penilaian dalam
menghubungkan suatu konsep dengan konsep lainnya kemudian bagaimana cara
penyampaian apa yang telah diperoleh di depan umum. Instrumen dalam asesmen ini
lebih cederung pada tes unjuk produk dengan menggunakan lembar pengamatan yang
dilengkapi dengan rubrik penskoran untuk aspek yang dinilai atas hasil kerja peserta
didik. Namun, dapat juga dilakukan penilaian terhadap proses kinerja yang dilakukan
dalam menghasilkan ide-ide baru, sehingga dapat digunakan instrumen tes unjuk kerja.
Sehingga jenis asesmen dalam dimensi ini adalah asesmen otentik yaitu asesmen kinerja
dan asesmen proyek.
Contoh asesmen dimensi kreativitas :
Instrumen Penilaian Proyek
Sifat Cahaya Merambat Lurus
Hasil Penilaian
No Indikator
1 2 3

1 Menyiapkan alat dan bahan

17
2 Menyiapkan sumber belajar

3 Mendesain rancangan produk

4 Membuat produk

5 Variasi alat

6 Kekompakan

7 Mendemonstrasikan penggunaan alat

Nilai Akhir : (jml skor yang diperoleh / jml skor maksimum) x 100

Rubrik Penilaian Proyek


Sifat Cahaya Merambat Lurus
No Indikator Rubrik

1 Menyiapkan alat dan bahan 3 = Menyiapakan seluruh alat dan


bahan yang diperlukan dan keadaan
alat masih dalam kondisi bagus

2 = Hanya menyiapkan sebagian alat

1 = Tidak menyiapkan alat

2 Menyiapkan sumber belajar 3 = Menyiapkan sumber belajar dari


buku dan sumber lainnya yang
relevan terkait tugas

2 = Menyiapkan sumber tetapi tidak


merujuk pada sumber yang relevan

1 = Tidak menyiapkan sumber


belajar

3 Mendesain rancangan produk 3 = Menggambarkan sketsa


rancangan secara lengkap dan detail

18
2 = Menggambarkan sketsa
rancangan tetapi tidak detail

1 = Tidak membuat sketsa rancangan

4 Membuat produk 3 = Siswa mengolah alat dengan


benar, baik dan rapi sesuai petunjuk

2 = Siswa mengolah alat dengan


benar namun tidak sesuai dengan
petunjuk.

1 = Siswa mengolah alat dengan


tidak benar

5 Variasi alat 3 = Membuat tiga ukuran diameter


lubang karton yang berbeda

2 = Membuat dua ukuran diameter


lubang karton yang berbeda

1 = Hanya membeuat satu ukuran


diameter lubang karton

6 Kekompakan 3 = Semua anggota kelompok


bekerja kompak dan semangat

2 = Semua anggota kelompok


bekerja dengan kompak tetapi tidak
memiliki semangat

1 = Hanya salah satu anggota


kelompok saja yang bekerja

7 Mendemonstrasikan penggunaan alat 3 = Mampu mendemonstrasikan

19
penggunaan alat dengan benar secara
substantif, bahasa mudah dimengerti,
dan disampaikan secara percaya diri

2 = Mampu mendemonstrasikan
penggunaan alat dengan benar secara
substantif, bahasa mudah dimengerti,
dan disampaikan kurang percaya diri

1 = Mampu mendemonstrasikan
penggunaan alat dengan benar secara
substantif, bahasa sulit dimengerti,
dan disampaikan tidak percaya diri

6. Asesmen Berdasarkan Dimensi nature


Asesmen berdasarkan dimensi sifat sains ini dapat diartikan sebagai suatu
penilaian atas sikap ilmiah/afektif maupun kinerja ilmiah/psikomotorik peserta didik.
Sehingga jenis penilaian yang digunakan adalah asesmen otentik yang meliputi
penilaian kinerja dan sikap ilmiahnya, dengan instrumen dapat berupa tes unjuk kerja
dan tes afektif.

20
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sains pada hakikatnya meliputi enam dimensi dan dikenal sebagai enam dimensi
sains, yaitu: (1) dimensi konsep (concept domain); (2) dimensi proses (process domain); (3)
dimensi aplikasi (application domain); (4) dimensi kreativitas (creativity domain); (5)
dimensi sikap (attitude domain); dan (6) dimensi sifat sains (nature of sains domain).
Asesmen yang dilakukan pada pembelajaran sains mengacu pada enam dimensi sains,
yaitu :
a. Asessemen berdasarkan dimensi konsep (concept domain)
Dalam asesmen ini, instrumen yang digunakan dapat berupa instrumen tes seperti tes
formatif dan sumatif maupun non tes seperti tanya jawab, diskusi dan presentasi.
b. Asessemen berdasarkan dimensi proses (procces domain)
Dalam asesmen ini, instrumen yang digunakan dapat berupa lembar pengamatan
(check list) atau skala penilaian (rating scale) untuk aspek-aspek yang diamati/dinilai
dan termasuk pada jenis asesmen otentik yaitu asesmen kinerja.
c. Asessemen berdasarkan dimensi aplikasi (aplication domain)
Dalam asesmen ini, instrumen yang digunakan dapat berupa tes unjuk kerja dan/atau
tes unjuk produk, dengan menggunakan lembar pengamatan (check list) atau skala
penilaian (rating scale) untuk aspek-aspek yang dinilai dan termasuk pada jenis
asesmen otentik yaitu asesmen kinerja serta asesmen proyek dan produk.
d. Asessemen berdasarkan dimensi sikap sains (attitude domain)
Dalam asesmen ini, instrumen yang digunakan dapat berupa lembar pengamatan terutama
ketika penampilan itu muncul atau digali untuk muncul. Jenis asesmen pada dimensi ini
adalah asesmen otentik yaitu asesmen kinerja atau performance.
e. Asessemen berdasarkan dimensi kreativitas (creativity domain)
Dalam asesmen ini, instrumen yang digunakan dapat berupa tes unjuk produk yang
termasuk dalam asesmen proyek dan tes unjuk kerja yang termasuk asesmen kinerja.
Instrumen tes yang digunakan dapat berupa lembar pengamatan yang dilengkapi
dengan rubrik penskoran untuk aspek yang dinilai atas hasil kerja peserta didik.
f. Asessemen berdasarkan dimensi ilmu alam sains (nature of sains domain)

21
Jenis penilaian yang digunakan adalah asesmen otentik. Dalam asesmen ini, instrumen
yang digunakan dapat berupa tes unjuk kerja dan tes afektif pada asesmen kinerja dan
sikap ilmiahnya.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diajukan pada makalah ini adalah penilai (guru) hendaknya
bisa menerapkan asesmen pada seluruh komponen dimensi sains agar peserta didik lebih
menjiwai hakikat sains dan dapat menerapkan ilmu sains yang dimiliki pada kehidupan
sehari-hari. Selain itu penilai (guru) diharapkan mampu menfasilitasi pengembangan
kemampuan siswa terkait enam dimensi sains agar pembelajaran menjadi bermakna dan
berkesinambungan.

22
DAFTAR PUSTAKA

AAAS (American Association for the Advancement of Science). 1968. Development of


Science : A Process Approach. Washington DC : National Science Foundation.
Aikenhead, G.S. 1979. Science : A Way of Knowing. University of Saskatchewan.
Enger, S. & Yager, R. 1930. Assessing Student Understanding In Science: A Standards-
Based K-12 Handbook. United of America: Library Of Congress Cataloging In
Publication Data.
Goubeaud, Karleen. 2009. How is Science Learning Assessed at the Postsecondary Level
Assessment and Grading Practices in College Biology, Chemistry and Physics. Journal
Science Education Technology, 19:237-245.
Hodson, D & Reid, D. 1988. Science for All : Motives Meaning and Implication. School
Science Review.
Kemendikbud Dirjen Pendidikan Menengah Direktorat Pembinaan SMA. 2013. Model
Penilaian Hasil Belajar Siswa SMA. Jakarta: Kemendikbud.
Kuhn, T. S. 1962. The Stucrure of Scientific Revolution. University of Chicago Press.
Lederman, N. G. 1992. Student and Teacher Conception of the Nature of Science : A Review
of the Research. Vol. 29. No.4. Pag. 331-359.
NRC (National Reseacrh Council). 1996. National Science Education Standarts. Washington
DC : The National Academies Press.
Nandang. 2009. Hakikat Sains. Tersedia pada: http://nandang.blogdetik.com/. [Diakses pada 3
Desember 2017].
Pratiwi, Y. I., Budiharti, R., & Ekawati, E. Y. 2014. Pengembangan Media Pembelajaran
IPA Terpadu Interaktif dalam Bentuk Moodle untuk Siswa SMP Pada Tema Matahari
Sebagai Sumber Energi Altelnatif. ISSN 2338–0691. Vol. 2. No. 1.
Setiawan, D. 2015. Articulate Stroryline: Inovasi Media Pembelajaran IPA Berbasis Animasi
dan Powerpoint untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret, FKIP. Naskah Seminar Nasional Pendidikan Sains UKSW 2015.
Subali, Bambang. 2010. Bias Item Tes Keterampilan Proses Sains Pola Divergen dan
Modivikasinya sebagai Tes Kreativitas. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan,
14(2): 309-334.

23
Sudiatmika, A. A. I. A. R., Ali, L. U., & Suastra, I. W. 2013. Pengelolaan Pembelajaran Ipa
Ditinjau Dari Hakikat Sains Pada Smp Di Kabupaten Lombok Timur. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha, Program Pascasarjana Program Studi IPA. Vol. 3.
Thursinawati. 2012.Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep Dan Pemahaman Hakikat Sains Siswa. ISSN 2086-1397. Vo.3.
No.1.
Thursinawati. 2013.Analisis Kemunculan Sikap Ilmiah Siswa Dalam Pelaksanaan Percobaan
Pada Pembelajaran IPA Di SDN Kota Banda Aceh. Jurnal Pionir. Vo. 1. No. 1.
Torarance, E.P. 1969. Creativity What Research Says to the Teacher. Washington DC :
National Education Association.
Trianto, 2011. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi Dan Implementasinya Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.
Yager & Cormack. 1989......
Zheng, Changlong, Lihai Fu, & Peng He. 2014. Development of an Instrument for Assessing
the Effectiveness of Chemistry Classroom Teaching. J Sci Educ Technol, 23: 267-279.

24

Anda mungkin juga menyukai