Anda di halaman 1dari 71

DESAIN PRODUK KEMASAN TERHADAP FORMULASI CAIR

Trichoderma sp. PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN


JAGUNG

(Skripsi)

Oleh

M. ANJAS RAHMATULLAH PISCASSO

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
DESAIN PRODUK KEMASAN TERHADAP FORMULASI CAIR
Trichoderma sp. PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN
JAGUNG

Oleh

M. ANJAS RAHMATULLAH PISCASSO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi


Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
ABSTRAK

DESAIN PRODUK KEMASAN TERHADAP FORMULASI CAIR


Trichoderma sp. PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN
JAGUNG

Oleh
MUHAMMAD ANJAS RAHMATULLAH PISCASSO

Tanaman Jagung merupakan tanaman pangan penting di Indonesia. Salah satu


penyebab kurang maksimalnya upaya produksi pada tanaman jagung yaitu
serangan penyakit bulai. Pengendalian penyakit bulai dapat dilakukan dengan
menggunakan agensia hayati yaitu Trichoderma sp. Untuk meningkatkan
penggunaan biofungisida di perlukan pengembangan produk yaitu dengan
membuat desain kemasan yang praktis dan menarik bagi konsumen. Penelitian ini
bertujuan untuk membuat kemasan produk fungisida hayati bahan aktif
Trichoderma sp. yang praktis, menarik dan ramah lingkungan, serta konsumen.
Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember 2020 di Desa Tanjung
Sari, Kecamatan Natar. Penelitian ini dilakukan dengan tahap yaitu
iventarisasimengetahui pengaruh desain produk kemasan formulasi cair Trichoderma sp.
terhadap minat beli ko, analisis, sintesis, desain prototype, dan pengukuran. Data
inventarisai diperoleh berupa data soft material berupa jamur Trichoderma sp
sedangkan hard material kemasan botol dan kemasan sachet alumunium foil dengan
sampel petani sebagai konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) hasil sintesis
didaptkan warna dasar kemasan biru, kemasan primer sachet alumunium foil dan botol
plastik HDPE (High Density Polyethylene) dan tag line “ Jagung Subur, Petani Makmur”.
(2) desain prototype terdapat merk dagang “TRICHO- AR”, identitas, manfaat, dan cara
pakai produk. (3) analisis penerimaan pelanggan didapatkan sachet alumunium foil
mendapatkan hasil tertinggi dalam segi kemenarikan sedangkan dari segi kepraktisan
hasil tertinggi pada botol plastik. (4) kemasan berbahan botol plastik ukuran 1000 ml
adalah kemasan yang terbaik menyimpan fungisida.

Kata kunci: Desain kemasan, fungisida, Trichoderma sp.


Judul : Desain Produk Kemasan terhadap Formulasi
Cair Trichoderma sp. Pengendalian Penyakit
Bulai pada Tanaman Jagung

Nama : Muhammad Anjas Rahmatullah Piscasso

Nomor Pokok Mahasiswa : 1654121023

Program Studi : Agroteknologi

Fakultas :Pertanian

MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sudiono, M. Si Dr. Ir. Suskandini,M.P


NIP 196509271994021001 NIP 196105021987072001

2. Ketua Jurusan Agroteknologi,

Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M. Si


NIP 196305081988112001
MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Sudiono, M.Si ___________

Sekretaris : Dr. Ir. Suskandini Ratih. M.P ___________

Penguji
Bukan Pembimbing : Ir. Joko Prasetyo, M.P ___________

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.


NIP 196110201986031002

Tanggal Lulus Ujian Skripsi:


SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi saya yang
berjudul “DESAIN PRODUK KEMASAN TERHADAP FORMULASI CAIR
Trichoderma sp. PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN
JAGUNG” merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan hasil karya orang lain.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini, saya kutip dari hasil
karya orang lain, dan telah saya tuliskan sumbernya secara jelas sesuai kaidah,
norma dan etika penulisan karya ilmiah Universitas Lampung. Apabila kemudian
hari ditemukan bahwa skripsi seluruhnya ataupun sebagian bukan hasil karya saya
sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi dengan ketentuan akademik yang
berlaku.

Bandar Lampung, ....................2021


Pembuat pernyataan

M. Anjas Rahmatullah
1654121023
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 15 Desember 1997. Penulis adalah
anak Pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Muhammad Agung Syarifuddin
dan Ibu Novi Nurbani Indrawaty. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN
1 Beringin Raya pada tahun 2010, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMPN
14 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2013. Penulis menyelesaikan pendidikan
sekolah menengah atas di SMAN 7 Bandar Lampung pada tahun 2016. Pada tahun 2016,
penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Lampung.

Penulis melaksanakan Praktik Umum di Stasiun Karantina Pertanian Kelas 1 Bandung, Jawa
Barat pada bulan Juli-Agustus 2019. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Desa Muara Asri, Kecamatan Mesuji Timur, Kabupaten Mesuji pada bulan Januari -
Februari 2020.
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”.

(QS. Al-Insyirah : 6)

“Wahai orang-orang yang beriman!


Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah
beserta orang-orang yang sabar”
(Q.S Al-Baqarah : 153)

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempesekutukan-Nya dengan sesuatu


apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib, kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh sejawat, ibnu jamil dan
hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong
dan membanggakan diri”
(Q.S An-Nisa’ : 36)

“Ketika sholat menjadi kebiasaan maka sukses akan menjadi kepastian ”


(M. Anjas Rahmatullah Piscasso 2020)
1

PERSEMBAHAN

Bismillahhirrohmanirrohiim

Ahamdulillahirobbil’alamiin

Dengan mengucap syukur Kehadirat ALLAH SWT. Atas nikmat sehat yang telah diberikan
oleh-Nya

Karya ini Kupersembahkan Kepada:

Kedua Orangtuaku Tercinta Bapak Muhammad Agung Syarifuddin dan Ibu Novi Nurbani

Indrawaty Sebagai Bukti Cinta dan Baktiku atas Doa dan Dukungannya serta adik-adikku

Muhammad Agesta Agvi Syarifuddin, (alm) Muhammad Adil Agvi Syarifuddin dan Chika

Agvi Firdasari yang selalu memberi dukungan moral, kasih sayang, do’a, dan semuanya

tanpa penulis ketahui.

Serta

Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.

SANWACANA
2

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Allah SWT, karena atas Rahmat,
Hidayah, karunia, serta nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam
menyeselsaikan skripsi, penulis menyadari bahwa telah mendapatkan bimbingan, bantuan,
nasihat serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M. Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Lampung
3. Bapak Dr. Ir. Sudiono, M.Si. selaku pembimbing utama yang telah membimbing dan
memberi waktu, saran, bantuan, nasehat dan motivasi serta perbaikan kepada penulis
selama melaksanakan penelitian sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Ibu Dr. Ir. Suskandini Ratih, M.P selaku pembimbing kedua yang telah membimbing
dan memberi waktu, saran, bantuan, nasehat dan motivasi serta perbaikan kepada
penulis selama melaksanakan penelitian sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
5. Bapak Ir. Joko Prasetyo, M.P selaku penguji dan pembahas yang telah memberikan
saran, nasehat, kritik dan perbaikan untuk menjadi skripsi ini menjadi baik.
6. Alm. Ibu Ir. Yayuk Nurmiyati, M.S.selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan motivasi dan dukungan selama penulis menjalankan studi di Universitas
Lampung.
7. Bapak Tri Maryono, S.P. M.Si selaku pembimbing akademik yang telah memberikan
motivasi dan dukungan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Lampung.
8. Keluarga yang tercinta Papa Muhammad Agung Syarifuddin, Mama Novi Nurbani
Indrawati, Muhammad Agesta Agvi Syarifuddin, (alm) Muhammad Adil Agvi
Syarifuddin dan Chika Agvi Firdasari
9. Sahabat-sahabat Kera yaitu Regga, Andra, Rizky.
10 Terimakasih sahabat-sahabat Kemiling Squad
10. Teman seperjuangan Oguy, Wirbleng, Mak Squad
11. Teman-teman, abang dan adik jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung
3

12. Tim penelitian yaitu Gita, Ardinta, Virgin dan Nurul


13. Semua pihak yang telah membantu dan memberi nasihat serta semangat kepada penulis

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat Aamin Yaa

Rabbal Alaamin.

Bandar Lampung,

Penulis,

Muhammad Anjas Rahmatullah Piscasso


DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vi

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................. 3
1.4 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5


2.1 Tanaman Jagung (Zea mays L.) .................................................... 5
2.2 Penyakit Bulai Jagung ................................................................... 6
2.3 Fungisida Hayati ........................................................................... 7
2.4 Thrichoderma sp ........................................................................... 7
2.5 Daya Simpan Thrichoderma sp. .................................................... 8
2.6 Desain Kemasan ............................................................................ 8

III. BAHAN DAN METODE ................................................................. 10


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................ 10
3.3 Metode Penelitian ........................................................................ 10
3.3.1 Inventarisasi ....................................................................... 11
3.3.2 Analisis ................................................................................. 11
3.3.3 Sintesis .................................................................................. 11
3.3.4 Prototype................................................................................. 12
iv

3.3.5 Pengukuran ......................................................................... 12


3.3.5.1 Pengujian Jamur Trichoderma sp. ......................... 12
3.3.5.2 Penentuan Sampel Petani sebagai Calon
Pengguna Produk..................................................... 13
3.3.5.3 Analisis Penerimaan Pelanggan ............................. 14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 15


4.1. Hasil Penelitian ............................................................................ 15
4.1.1 Penentuan Sampel Petani.................................................. 15
4.1.2 Analisis Kemasan ............................................................. 16
4.1.3 Sintesis............................................................................... 17
4.1.4 Desain Prototype............................................................... 17
4.1.5 Analisis Penerimaan Pelanggan........................................ 22
4.1.6 Daya Simpan Trichoderma sp. di dalam Kemasan............ 25
4.2 Pembahasan ................................................................................. 30

V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 33


5.1 Simpulan ....................................................................................... 33
5.2 Saran .............................................................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 34

LAMPIRAN ............................................................................................. 36
Tabel 1-83 ............................................................................................ 26
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Uji Daya Simpan di dalam masing-masing Kemasan................... 26


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Rutinitas Penggunaan Fungisida di Lahan............................................. 16

2. Fungisda Insure max 510 FS.................................................................. 16

3. Pilihan Warna Berdasarkan Rekomendasi Petani Responden................ 18

4. Pilihan Tag Line oleh Petani Responden................................................ 18

5. Desain Sticker Kemasan Sachet Alumunium Foil.................................. 19

6. Kemasan Fungisida Sachet Alumunium Foil......................................... 20

7. Desain Sticker Kemasan Botol Plastik................................................... 20

8. Kemasan Botol Plastik 100 ml............................................................... 21

9. Kemasan Botol Plastik 1000 ml ............................................................ 21

10. Indeks Penilaian Petani terhadap Kemenarikan Kemasan.................... 23

11. Indeks Penilaian Petani terhadap Kepraktisan Kemasan...................... 24

12. Peningkatan Minat Petani untuk Menggunakan Fungisida Hayati....... 25

13. Wawancara dengan pengisian kusioner ............................................... 37

14. Wawancara hasil desain kemasan TRICHO- AR................................. 37


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman Jagung (Zea mays L.) adalah salah satu tanaman penting yang dapat
digunakan sebagai makanan pokok kedua setelah padi. Jagung dapat dijadikan
sebagai bahan pangan pengganti beras atau dicampur dengan beras. Kandungan
gizi yang terdapat pada jagung seperti karbohidrat dan protein. Kandungan yang
terdapat pada jagung meliputi pati (72-73%), jagung memiliki kadar gula seperti
(glukosa,fruktosa, dan sukrosa) berkisar antara 1-3%. Protein jagung (8-11%)
terdiri atas albumin,globulin, prolamin, glutelin, dan nitrogen nonprotein. Selain
itu jagung mengandung asam amino esensial, vitamin dan mineral yang
bermanfaat bagi kesehatan manusia (Suarni dan Yasin, 2012).

Penurunan produksi tanaman jagung disebabkan oleh adanya serangan penyakit


salah satunya adalah penyakit bulai yang disebabkan oleh jamur
Peronosclerospora sp, Kerusakan akibat penyakit pada jagung ini dapat mencapai
90% atau puso (Semangun, 2004). Jamur Peronosclerospora sp. sangat berbahaya
karena tanaman yang terinfeksi patogen tersebut mengalami gangguan dalam
berfotosintesis, sehingga dapat menyebabkan kegagalan panen. Pengendalian
panen perlu dilakukan agar tidak mengalami penurunan produksi.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit bulai
yang menyerang tanaman jagung adalah dengan memanfaatkan agensia hayati
seperti Trichoderma sp. Jamur Trichoderma sp. Keuntungan dari pengendalian
menggunakan Trichoderma sp. yaitu tidak akan mencemari lingkungan, mudah
diaplikasikan, relatif aman bagi manusia maupun hewan ternak, dan belum ada
2

laporan terjadinya resistensi (Prasetyo et al, 2019). Dengan menggunakan


cendawan Trichoderma sp. dapat diperbanyak dengan berbagai media, salah
satunya dengan formulasi cair.

Formulasi cair merupakan bentuk produk biofungisida yang diaplikasikan


dipermukaan tanah seperti daun dan batang (Suwahyono, 2013). Media cair
mempermudah jamur dalam mengabsorpsi nutrisi. Media cair yang terus
diputar/digojok menyebabkan sel cendawan terpisah sehingga memacu untuk
terus berkecambah membentuk miselium baru. Hasil penelitian Rahman, (1989)
dalam Nisa, C. (2018) menyatakan keunggulan penggunaan formulasi cair
komposisi dan konsentrasi media dapat diatur dengan mudah, memberikan
kondisi optimum bagi pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme serta lebih
efisien.

Pestisida mempunyai bermacam – macam formulasi salah satunya bentuk cair.


Formulasi cair tersebut harus dikemas dalam suatu desain kemasan yang akan
menarik minat beli konsumen. Kemasan (packaging) diartikan sebagai kegiatan
merancang dan membuat wadah atau pembungkus suatu produk (Dewi dan
Hidayat, 2015). Kemasan dianggap sebagai bagian yang tak terlepaskan dalam
kegiatan pemasaran. Saat ini, kemasan telah diakui sebagai salah satu unsur
penting yang dapat meningkatkan pemasaran antara produsen dengan konsumen.
Sesuai dengan pendapat penelitian Cenadi pada tahun (2000) yang mengatakan
bahwa kemasan (packaging) dianggap elemen penting ke 5 dalam strategi
pemasaran, yaitu product (produk), price (harga), place (tempat) dan promotion
(promosi).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka penulis tertarik untuk merumuskan masalah


masalah yang ada sebagai berikut:
1. Bagaimana kemasan formulasi cair dengan bahan aktif Trichoderma yang
praktis, menarik, dan ramah lingkungan?
3

2. Bagaimana pengaruh pada desain kemasan produk formulasi cair


Trichoderma sp. terhadap minat beli konsumen?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk membuat kemasan produk fungisida hayati dengan bahan aktif


Trichoderma yang praktis, menarik, dan ramah lingkungan (dengan asumsi
fungisida di dalamnya sudah dalam kondisi yang baik).
2. Untuk mengetahui pengaruh desain kemasan produk formulasi cair
Trichoderma sp. terhadap minat beli konsumen.

1.4 Kerangka Pemikiran

Tanaman Jagung merupakan tanaman pangan penting di Indonesia yang


menduduki peringkat kedua setelah padi. Kebutuhan komoditas jagung dari tahun
ke tahun terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk, sehingga
produksi jagung perlu ditingkatkan agar dapat memenuhi kebutuhan jagung
tersebut. Upaya peningkatan produksi jagung masih menghadapi berbagai
masalah sehingga produksi jagung dalam negeri belum mampu mencukupi
kebutuhan nasional.

Salah satu penyebab kurang maksimalnya upaya produksi pada tanaman jagung
yaitu serangan penyakit bulai. Penyakit bulai disebabkan Peronosclerospora sp,
Kerusakan akibat penyakit pada jagung ini dapat mencapai 90% (Semangun,
2004). Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan cara pengendalian.

Pengefektifan pengendalian penyakit bulai dapat dilakukan dengan menggunakan


agensia hayati yaitu Trichoderma sp. yang berfungsi untuk meningkatkan
ketahanan tanaman jagung terhadap infeksi penyebab penyakit. Sutama et al.
(2015) melaporkan aplikasi Trichoderma sp. pada tanaman jagung dapat menekan
keterjadian penyakit bulai pada jagung dan mempengaruhi tinggi tanaman, bobot
tongkol jagung dikarenakan keterjadian penyakit bulai yang berkurang.
4

Penggunaan cendawan Trichoderma sp. dapat diperbanyak dengan berbagai


media, salah satunya dengan formulasi cair. Formulasi cair merupakan produk
biofungisida yang diaplikasikan di permukaan tanah seperti daun dan batang
(Suwahyono, 2013). Hasil penelitian Rahman, (1989) dalam Nisa, C. (2018)
menyatakan keunggulan penggunaan formulasi cair komposisi dan konsentrasi
media dapat diatur dengan mudah, memberikan kondisi optimum bagi
pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme serta lebih efisien.

Untuk meningkatkan penggunaan biofungisida formulasi cair dengan berbahan


aktif Trichoderma sp di perlukan pengembangan produk yaitu dengan membuat
desain kemasan yang praktis dan menarik bagi konsumen. Bentuk desain
kemasan sangat berpengaruh dalam daya tarik konsumen, dikarenakan kemasan
meliputi unsur grafis atau desain visual dan faktor fungsional dapat
mempengaruhi minat beli kensumen (Danger, 1992). Dalam hal ini, minat beli
konsumen diartikan sebagai perilaku konsumen yang memiliki keinginan dalam
hal membeli suatu produk dengan alasan daya tarik visual dan daya tarik
fungsional dari suatu desain kemasan produk. Gambar pada kemasan adalah
faktor paling penting dalam minat beli konsumen menjadikan daya tarik visual.
Selain daya tarik visual, daya tarik praktis (fungsional) juga dapat mempengaruhi
minat beli konsumen. Daya tarik praktis merupakan efektivitas dan efisiensi suatu
kemasan yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor seperti, untuk
kemudahan penyimpanan atau pemajangan produk. Beberapa daya tarik praktis
lainnya yang perlu dipertimbangkan antara lain dapat melindungi produk, mudah
untuk disimpan, dapat digunakan kembali (reusable), mudah dibawa,
memudahkan pemakai untuk menghabiskan isinya dan mengisi kembali dengan
jenis produk yang dapat diisi ulang (refill) (Cenadi, 2000).
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Tanaman jagung (Zea mays L.) adalah salah satu jenis tanaman serealia yang
strategis dan memiliki nilai ekonomi serta menjadi peluang yang sangat tinggi
untuk dikembangkan, dikarenakan tanaman jagung merupakan sumber utama
karbohidrat dan protein selain beras, dan juga sebagai sumber pakan (Wahyudin,
2016). Akar tanaman jagung merupakan akar serabut yang tumbuh di bagian
pangkal batang dan menyebar luas sebagai akar lateral. Akar tanaman jagung
dibagi ke dalam dua bagian yaitu akar utama dan akar lateral. Akar utama pada
jagung memiliki jumlah antara 20-30 buah sedangkan akar lateral yang tumbuh
dari akar utama memiliki jumlah ratusan dengan panjang sekitar 2,5-25 cm.
Selain itu tanaman jagung memiliki akar adventif dan akar udara. Akar adventif
memiliki peran penting supaya tanaman dapat berdiri dengan tegak dan penyerap
unsur hara. Akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku
terbawah dekat dengan permukaan tanah.

Tanaman jagung berbatang yang kokoh, tegak, tidak memiliki cabang, beruas
dan berbuku. Ruas batang daun terbungkus oleh pelepah daun yang muncul dari
buku-buku batang. Tinggi tanaman jagung berkisar antara 60-300 cm, hal
tersebut bergantung dari varietas dan tempat penanaman. Bentuk daun tanaman
jagung memiliki tulang daun sejajar yang muncul dari ruas-ruas batang. Setiap
daun terdiri atas helaian daun, ligula dan pelepah daun yang melekat erat pada
batang (Purwono dan Hartono, 2007).
6

Kaslifikasi tanaman jagung adalah sebagai berikut:


Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta Sub
Divisio :Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Graminae
Family : Gramiaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.

2.2 Penyakit Bulai Jagung

Penyakit bulai merupakan penyakit utama pada tanaman jagung. Penyakit tersebut
disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora sp. yang terdiri dari 3 spesies yaitu
Peronosclerospora maydis, Peronosclerospora philliipinesis dan
Peronosclerospora sorghi (Rustiani et al., 2015). Menurut peneltian Semangun
(2004) menyatakan bahwa penyakit bulai menyebabkan 90% kehilangan hasil
produksi sehingga akan menyebabkan gagal panen bagi para petani. Penyakit
bulai dapat menimbulkan gejala sistemik yang dapat meluas keseluruh bagian
tanaman dan juga dapat menimbulkan gejala lokal atau setempat. Gejala sistemik
hanya terjadi bila jamur dari daun yang terinfeksi dapat mencapai titik tumbuh
tanaman. Gejala penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit bulai adalah pada
tanaman yang muda daun-daun yang baru saja membuka mempunyai bercak
klorotis kecil-kecil yang akan berkembang menjadi jalur yang sejajar dengan
tulang induk. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada saat berumur muda
tidak akan dapat membentuk buah, sedangkan jika terinfeksi pada saat tanaman
yang lebih tua, tanaman dapat tumbuh terus dan membentuk buah. Buah yang
terbentuk akan memiliki tangkai yang panjang dengan kelobot yang tidak
menutup pada ujungnya dan hanya membentuk sedikit biji (Semangun, 2004).
7

2.3 Fungisida Hayati

Usaha pengendalian dengan fungisida hayati terhadap patogen tanaman yang


diharapkan merupakan cara pengendalian yang ramah lingkungan sehingga tidak
membahayakan kehidupan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan penyakit bulai yang menyerang tanaman jagung adalah dengan
memanfaatkan agensia hayati seperti Trichoderma sp. Jamur Trichoderma sp.
merupakan mikroorganisme bersifat antagonis yang memiliki potensi
meningkatkan ketahanan tanaman dan dapat menekan perkembangan penyakit
bulai (Soenartiningsih et al., 2013).

2.4 Trichoderma sp.

Jamur Trichoderma sp. adalah mikroorganisme yang menguntungkan bagi


tanaman, dikarenakan jamur Trichoderma sp. dapat menyerang jamur patogen lain
dan dapat berkembang dengan cepat pada daerah perakaran tanaman (Gusnawaty
et al.,2017). Klasifikasi dari Trichoderma sp. adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Divisi : Amastigomycota
Class : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Family : Moniliaceae
Genus : Trichoderma
Spesies : Trichodermaspp.

Kelebihan jamur Trichoderma sp. yaitu mudah diisolasi, memiliki daya adaptasi
yang luas dan dapat tumbuh dengan cepat. Kemampuan dari masing-masing
spesies Trichoderma sp. dalam mengendalikan patogen berbeda, hal ini
dikarenakan morfologi dan fisiologi yang dimiliki berbeda-beda. Beberapa
spesies Trichoderma sp. yang dilaporkan sebagai agensia hayati adalah
Trichoderma harzianum, Trichoderma viride, dan Trichoderma koningii dan
lainnya (Yuniati, 2005).
8

2.5 Daya Simpan Trichoderma sp

Perkembangan populasi dan viabilitas Trichoderma sp. dipengaruhi oleh beberapa


faktor, antara lain substrat (komposisi media perbanyakan dan bahan pembawa)
yang digunakan, kadar air, serta lama penyimpanan. Sinaga (1989) menyatakan
bahwa komposisi dan konsentrasi nutrisi medium tumbuh dapat mempengaruhi
daya tahan hidup, sporulasi, dan antagonisme T. harzianum. Dalam keadaan
substrat atau lingkungan yang kurang menguntungkan, jamur T. harzianum
membentuk klamidospora dengan kondisi pertumbuhan yang terbatas (Widi
Amaria,2016).

Hasil penelitian Santhosh (2015) menunjukkan bahwa biofungisida Trichoderma


sp. dengan penambahan gliserol pada media cair dapat bertahan selama 6 bulan
masa penyimpanan. Sementara dalam penelitiannya, (Sriram et al., 2010)
mengemukakan Trichoderma sp. dengan bahan pembawa talk yang ditambahkan
gliserol dapat bertahan dengan daya simpan selama 7 sampai 12 bulan.

2.6 Desain Kemasan

Desain kemasan adalah alat komunikasi yang mengaitkan bentuk, struktur,


metarial, warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen, desain dengan informasi
produk agar produk dapat dipasarkan. Desain kemasan berlaku untuk
membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan,
mengidentifikasi, dan membedakan sebuah produk di pasar (Klimchuck dan
Krasovec, 2006). Pada penelitian Klimchuck dan Krasovec tahun (2006)
menyatakan bahwa desain kemasan harus berfungsi sebagai sarana estetika untuk
berkomunikasi dengan semua orang dari berbagai latar belakang, minat, dan
pekerjaan yang berbeda, karena itu, pengetahuan mengenai antropologi, sosiologi,
psikologi, etnografi, dapat memberi manfaat dalam proses desain dan pilihan
desain yang tepat. Penelitian yang dilakukan oleh Cenadi tahun (2000) juga
menuturkan bahwa kunci utama untuk membuat sebuah desain kemasan yang baik
adalah kemasan tersebut harus simple (sederhana), fungsional dan menciptakan
9

respons emosional positif yang secara tidak langsung “berkata”, “Belilah saya”.
Kemasan harus dapat menarik perhatian secara visual, emosional dan rasional.
Sebuah desain kemasan yang bagus memberikan sebuah nilai tambah terhadap
produk yang dikemasnya. Gambar pada kemasan adalah faktor paling penting
dalam minat beli konsumen menjadikan daya tarik visual (Danger,1992). Gambar
pada kemasan juga sering dijumpai pada kemasan pada sebuah produk.

Selain daya tarik visual, daya tarik praktis (fungsional) juga dapat mempengaruhi
minat beli konsumen. Daya tarik praktis merupakan efektivitas dan efisiensi suatu
kemasan yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor seperti, untuk
kemudahan penyimpanan atau pemajangan produk. Beberapa daya tarik praktis
lainnya yang perlu dipertimbangkan antara lain ; dapat melindungi produk,
mudah untuk disimpan, dapat digunakan kembali (reusable), mudah dibawa,
memudahkan pemakai untuk menghabiskan isinya dan mengisi kembali dengan
jenis produk yang dapat diisi ulang (refill) (Cenadi, 2000).
III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2020 di Desa
Tanjung Sari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan untuk pembuatan
kemasan dan survei penilaian petani terhadap kemasan yang telah dibuat dan
akan dilakukan di di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Lampung untuk menguji daya simpan Trichoderma sp. di dalam kemasan.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah laptop, program software
corel draw x7 pada laptop. Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah fungisida berbahan aktif Trichoderma sp. dengan formulasi cair yang
berasal dari koleksi di laboratorium biotekonologi fakultas pertanian Universitas
Lampung, plastik sachet alumunium foil untuk kemasan botol untuk kemasan
dan stiker.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dengan beberapa tahap yaitu inventarisasi, analisis,
sintesis, konsep atau desain prototype, dan pengukuran.
11

3.3.1 Inventarisasi

Inventarisasi merupakan tahap awal dalam proses penyusunan rencana pembuatan


desain produk. Kegiatan inventarisasi adalah pengumpulan data atau informasi.
Data yang diperoleh berupa data soft material dan hard material. Data soft
material berupa jamur trichoderma sedangkan hard material kemasan botol dan
kemasan sachet alumunium foil.

Tabel 1. Daftar inventarisasi soft material dan hard material:

No. Soft Material No. Hard Material


1 Jamur Trichoderma sp 1 Botol
2 Alumunium foil sachet

3.3.2 Analisis

Data hasil inventarisasi tersebut dianalisis potensi yang terdapat pada kemasan.
Pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui desain kemasan praktis dan efisien
yang tepat bagi fungisida hayati berbahan aktif Trichoderma sp. sehingga dapat
menarik minat petani untuk menggunakannya. Tahap ini juga dilakukan dengan
mengamati desain kemasan fungisida sejenis yang sering digunakan petani.

Terdapat beberapa desain kemasan untuk fungisida hayati diantaranya:


1. Botol plastik mengandung bahan HDPE (high density polyethylene) yang
dapat mencegah reaksi kimia dan tahan terhadap suhu tinggi.
2. Plastik sachet mengandung bahan alumunium foil memiliki sifat tidak
berbau, tidak ada rasa, tidak berbahaya dan higienis.

3.3.3 Sintesis

Pada tahap sintesis ini meliputi kajian mengenai penggunaan konsep desain
kemasan. Beberapa tahap sintesis antara lain sebagai berikut:
1. Pencarian konsep, merupakan pencarian konsep – konsep yang akan
dijadikan sebagai tempat fungisida berbentuk cair, seperti penentuan warna
12

kemasan dan bentuk kemasan.


2. Setelah dilakukan gagasan tersebut konsep yang didapat akan
dikembangkan dengan pemberian tag line dan logo pada kemasan agar
dapat menarik minat beli konsumen.
3. Setelah mendapatkan konsep kemasan kemudian melakukan pemilihan
sehingga didapat konsep yang terpilih .

3.3.4 Prototype

Setelah kemasan terpilih selanjutnya akan dibuat desain prototype dengan


menggunakan software corel draw x7. Prototype yang akan di buat memiliki 2
jenis bentuk dan bahan kemasan yang berbeda, yaitu:
1. Alumunuium foil yang di bentuk menjadi sachet sebagai kemasan primer,
dengan isi fungisida Trichoderma sp. dalam setiap sachet nya adalah 50 ml
untuk sekali aplikasi. Selanjutnya sebanyak 10 bungkus kemasan alumunium
foil dikemas dengan menggunakan kertas art carton 260 gsm sebagai kemasan
sekunder
2. Botol plastik HDPE berukuran 500 ml dan 1000 ml dengan berisi fungisida
Trichoderma sp. dengan tutup botol yang berukuran 5 ml sebagai takaran
dalam penggunaanya.

3.3.5 Pengukuran

3.3.5.1 Pengujian jamur Trichoderma sp.

Pengujian jamur Trichoderma sp. dilakukan untuk mengetahui kondisi fungisida


berbahan aktif jamur Trichoderma sp.setelah disimpan di dalam masing – masing
bahan kemasan yang berbeda (apakah jamur masih aktif atau tidak). Tahap yang
dilakukan untuk pengujian jamur Trichoderma sp adalah:
a. Menyiapkan fungisida yang telah dikemas di dalam dua bahan kemasan yang
berbeda.
13

b. Menyiapkan dua buah erlenmeyer yang masing – masing berisi 100 ml


aquades.
c. Menimbang fungisida dari dua bahan kemasan yang berbeda masing –masing
sebanyak satu ml.
d. Fungisida yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam masing –
masing erlenmeyer yang telah berisi aquades.
e. Masing –masing erlenmeyer yang berisi larutan fungisida kemudian
dihomogenkan menggunakan magnetic stirrer selama lebih kurang 15 menit.
f. Masing –masing larutan yang telah homogen diambil sebanyak satu ml
kemudian diletakkan di tiga media PDA yang berbeda.
g. Media PDA yang telah diteteskan larutan fungisida kemudian diinkubasi dan
diamati perubahan diameternya dengan interval satu minggu sekali selama
enam minggu.

3.3.5.2 Penentuan Sampel Petani sebagai Calon Pengguna Produk

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan purposive
sampel yaitu dalam memilih sampel dari populasi dilakukan secara tidak acak dan
didasarkan dalam suatu pertimbangan tertentu yang telah dibuat sendiri
berdasarkan ciri khusus atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Moleong, 2004). Sampel diambil dari petani yang mengusahakan tanaman
jagung yang terletak di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan. Jumlah sampel ditentukan dengan kriteria sampel meliputi kriteria inklusi
dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya
sampel digunakan. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam
sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmodjo, 2002)
Kriteria inkulsi pada penelitian ini adalah :
1. Petani jagung di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar
2. Petani yang menggunakan fungisida
14

b. Kriteria ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian
(Notoatmodjo, 2002).
Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah petani jagung tidak menggunakan
fungisida

3.3.5.3 Analisis Penerimaan Pelanggan

Analisis penerimaan pelanggan dilakukan untuk mengetahui penilaian atau sikap


petani sebagai calon pelanggan terhadap kemasan produk yang telah dibuat, baik
dari segi kemenarikan dan juga kepraktisan kemasan. Kegiatan analisis ini
dilakukan dengan teknik kuisioner langsung terhadap responden yang telah
terpilih berdasarkan kriteria . Kemasan produk yang telah dibuat ditunjukkan
kepada sampel petani yang telah terpilih sebagai responden untuk diminta
penilaiannya. Aspek yang ditinjau dalam analisis meliputi aspek kemenarikan
kemasan, kepraktisan kemasan, kecukupan isi, dan aroma produk. Pengolahan
data dilakukan menggunakan skala Likert dengan lima bobot nilai atau skor
Likert, untuk masing – masing aspek yang akan dinilai, yaitu : sangat suka (5),
suka (4), netral (3), tidak suka (2), dan sangat tidak suka (1).

Masing – masing aspek penilaian kemudian dihitung indeks penilaiannya dengan


terlebih dahulu menghitung total skor Likert yang dan skor maksimum. Skor
maksimum dihitung dengan mengalikan skor tertinggi pada skala Likert dan
jumlah responden. Indeks penilaian kemudian dihitung dengan cara sebagai
berikut :
Indeks (%) = (Total Skor / Skor Maksimum) x 100

Interval penilaian untuk masing – masing aspek yang akan dinilai adalah :
Indeks 0% – 19,99% : Sangat Tidak Suka
Indeks 20% – 39,99% : Tidak Suka
Indeks 40% – 59,99% : Netral
Indeks 60% – 79,99% : Suka
Indeks 80% – 100% : Sangat Suka
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

4.1.1 Penentuan Sampel Petani

Sampel yang terpilih sebagai responden pada penelitian ini adalah petani tanaman
jagung yang berada di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar dan petani yang
menggunakan fungisida serta bersedia sebagai responden. Pada sampel petani
yang telah terpilih, dilakukan wawancara secara langsung dengan diberikan
kuisioner untuk mengetahui identitas petani, keadaan umum usaha tani, intensitas
penggunaan fungisida, hama dan penyakit yang menyerang, dan merk dagang atau
bahan aktif fungisida yang sering digunakan (Lampiran 1).

Petani yang terpilih sebagai responden di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar
berjumlah 17 petani. Hasil wawancara dengan menggunakan kuisinoer yang di
rancang (lampiran 1) diperoleh bahwa 94 % petani responden rutin
menggunakan fungisida 1-3 kali pengaplikasian fungisida, sedangkan 6 %
responden menggunakan fungisida untuk seed treatment (Gambar 1).
16

Rutinitas Penggunaan Fungisida di Lahan


100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1-3 kali 4-6 kali >7 kali Hanya di awal
dan di akhir
masa tanam

Gambar. 1. Rutinitas penggunaan fungisida di lahan

4.1.2 Analisis Kemasan

Hasil analisis yang diperoleh setelah dilakukan wawancara secara langsung


dengan petani di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar sebagai responden
menggunakan kuisioner fungisida yang sering digunakan oleh petani adalah
fungisida Insure max 510 FS yang merupakan fungisida sistemik, berbahan aktif
Dimetomorf 500 g/l + piraklostrobin 10 g/l

Gambar 2. Fungisida Insure max 510 FS.

4.1.3 Sintesis
17

Hasil pengembangan ide dalam tahap sintesis ini adalah:

Pilihan warna dasar kemasan adalah biru, kemudian kemasan terdiri atas 2 bahan
yang berbeda, yaitu :
1. Sachet alumunium foil sebagai kemasan primer yang nantinya akan di
masukkan kedalam kotak yang di buat dari kertas padi tebal sebagai kemasan
sekunder.
2. Botol plastik mengandung bahan HDPE (High Density Polyethylene) yang
dapat mencegah reaksi kimia dan tahan terhadap suhu tinggi.

Pilihan tag line agar kemasan dapat lebih menarik perhatian petani, yaitu :Jagung
subur, petani makmur. Dari hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner
didapatkan konsep kemasan yang terpilih.

4.1.4. Desain Prototype

Hasil dari kuisinoer yang di berikan kepada responden terdapat konsep kemasan
yang terpilih dan akan didesain kedalam kemasan dari 2 bahan kemasan yang
berbeda yang dipilih dengan berbagai aspek, khususnya aspek keunikan dan
kepraktisan pada kemasan, sehingga dapat menarik perhatian konsumen. Dari
sintesis yang dilakukan, ditentukan bahwa :

 “TRICHO-AR.” Merupakan merk dagang yang akan digunakan.


 Kemasan yang dibuat dari 2 bahan berbeda akan diberi warna dasar biru.
Warna biru dipilih atas rekomendasi dari 59 % responden yang berpendapat
bahwa warna biru pada produk fungisida mempunyai keunikan dikarenakan
produk fungisida yang menggunakan warna biru masih jarang, sehingga dapat
menjadi ciri khas bagi kemasan yang akan dibuat. Sedangkan perpaduan
warna (Gambar 3). Hasil wawancara terlampir dalam Lampiran 2.
18

Pilihan Warna Berdasarkan Rekomendasi Petani Responden


70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Merah Kuning Hijau Biru

Gambar 3. Pilihan warna berdasarkan rekomendasi petani responden

 Tag line yang digunakan adalah “Tanaman Subur, Petani Makmur.” Tag
line ini digunakan atas hasil wawancara yang telah diberikan kuisioner kepada
responden yaitu sebeasar 70%. Tag line tersebut dianggap petani mudah
diingat (Gambar 4). Hasil wawancara terlampir dalam lampiran 8.

Pilihan Tag Line Kemasan


80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
A B C D E F

Keterangan: A. Jagung subur, petani makmur


B. Panen mantap, bulai lenyap
C. Tepat solusi, bulai teratasi
D. Bulai kabur, jagung subur, petani makmur
E. Bulai tercegah, hasil melimpah, petani bahagia
F. Bulai pergi, jagung terlindungi, hasil makin tinggi

Gambar 4. Pilihan tag line oleh petani responden


 Terdapat 2 konsep kemasan yang terpilih yaitu :
19

1. Kemasan sachet alumunium foil. Desain sachet alumunium foil dipilih dengan
pertimbangan bahwa bentuk tersebut masih jarang digunakan dalam bentuk
kemasan fungisida yang ada di lapangan dibandingkan dengan kemasan
kemasan lainnya , sehingga diharapkan praktis dan dapat menarik minat
konsumen untuk menggunakannya. Kemasan alumunium foil memiliki potensi
kebocoran sangat kecil dikarenakan terdapat flip untuk merekatkan kedua sisi
pada bagian penutup sachet alumunium foil, selanjutnya di tambahkan sticker
yang berisi identitas dan informasi produk. Sticker kemasan dibuat dengan
menggunakan software Corel Draw x7 pada laptop (Gambar 5).

Bagian depan Bagian belakang

Gambar 5. Desain sticker kemasan sachet alumunium foil.

Stiker bagian depan berisi identitas produk, sementara bagian belakang berisi
manfaat dan cara pakai produk. Kemudian desain sticker di tempelkan pada
alumunium foil untuk kemasan sachet fungisida (Gambar 6) sebagai kemasan
primer (a). Bagian depan Sachet Alumunium foil fungisida terdapat nama produk,
tag line dan QR Code (b). Bagian belakang terdapat informasi produk.

1 sachet berisi 50 ml fungisida untuk 1 kali aplikasi pada seed treatment untuk 2,5
kg benih jagung. Dalam 1 kotak kemasan sekunder berisi sebanyak 10 sachet
(500 ml) fungisida yang dapat digunakan untuk penyemprotan 0,5 Ha lahan dan
dapat juga digunakan untuk bahan pengomposan. Dosis, manfaat, serta cara
20

aplikasi ditulis dengan jelas pada label untuk memudahkan petani dalam
mengaplikasikannya

(A) (B)

Gambar 6. (a) Kemasan sachet fungisida depan dan b) Kemasan sachet fungisida
belakang.

2. Kemasan botol plastik . Kemasan botol plastik dipilih dengan pertimbangan


bahwa kemasan tersebut tepat untuk fungisida dengan berat 100 ml dan 1000
ml (1 liter) dengan tutup botol sebagai takaran sebesar 5 ml , sehingga
memudahkan petani untuk mengaplikasikannya. Kemasan ini akan di
tambahkan sticker yang berisi identitas dan informasi produk. Desain sticker
dibuat dengan menggunakan software Corel Draw x7 pada laptop (Gambar 7).

Gambar 7. (A) Desain sticker kemasan botol plastik.

Stiker bagian depan berisi identitas produk, sementara bagian samping berisi
manfaat dan cara pakai produk. Kemudian desain sticker di tempelkan pada
21

kemasan botol plastik fungisida (Gambar 8 dan 9) (a). Kemasan botol plastik
sebagai kemasan primer

Gambar 8 . Kemasan botol plastik 100 ml.

Gambar 9. Kemasan botol plastik 1000 ml.

Botol berisi 100ml dan 1000 ml (1 liter ) fungisida , botol 100 ml untuk 1 kali
aplikasi pada seed treatment untuk 5 kg benih jagung. Sedangkan pada botol 1
liter aplikasi seed treatment untuk 50 kg benih jagung dan proses penyemprotan 1
Ha lahan dan dapat juga digunakan untuk bahan pengomposan. Kedua kemasan
22

yang terpilih, masing-masing dilengkapi dengan plastik yang dapat digunakan


petani untuk mencampur fungisida dengan benih, sehingga dapat menambah nilai
kepraktisan kemasan, karena petani tidak perlu lagi menyiapkan tempat untuk
mengaplikasikan fungisida dengan tujuan seed treatment.
Selain itu, pada masing – masing kemasan juga dilengkapi dengan QR Code yang
apabila discan menggunakan QR scanner akan langsung terhubung ke link
23

Link tersebut yang berisi deskripsi produk di dalam kemasan.

4.1.5 Analisis Penerimaan Pelanggan

Dilakukan wawancara pada responden atau petani dengan menggunakan


kuisioner yang telah dirancang untuk mengetahui penilaian responden tehadap 2
kemasan fungisida yang telah dibuat dari segi kemenarikan dan juga kepraktisan
kemasan (Lampiran 3). Hasil wawancara yang diperoleh dari masing masing
kemasan dihitung dengan skala likert untuk mendapatkan perolehan skor dari
kuisioner.

Hasil yang diperoleh dalam analisis penerimaan ini adalah :

a. Dilihat dari kemenarikan kemasan, kemasan sachet alumunium foil 50 ml


memperoleh skor tertinggi dibandingkan dua kemasan lainnya. Skor yang
didapat pada sachet alumunium foil 50 ml adalah 73 skor dari skor maksimum
85 dari segi kemenarikan. Sementara kemasan botol plastik 100 ml
memperoleh skor 67, dan kemasan botol plastik ukuran 1000 ml mendapatkan
skor terendah dari segi kemenarikan dengan skor 52. Hasil wawancara
terlampir dalam lampiran 9.

Hasil dari skor yang di dapat kemudian, dihitung indeks penilaian untuk
mengetahui persentase kemenarikan kemasan yang telah dibuat. Diperoleh hasil
bahwa petani responden berpendapat kemasan alumunium foil 50 ml berbentuk
sachet sangat menarik, dengan indeks penilaian sebesar 86%. Sementara
kemasan botol plastic 100 ml dan kemasan botol plastik 1000 ml dinilai menarik
dengan indeks penilaian masing – masing sebesar 79% dan 61% (Gambar 10).
24

Indeks Penilaian Ketertarikan Terhadap Kemasan


100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Sachet Alumunium Botol Plastik 100 ml Botol Plastik 1000
Foil ml

Keterangan :

Indeks 0% – 19,99% : sangat tidak menarik


Indeks 20% – 39,99% : tidak menarik
Indeks 40% – 59,99% : netral
Indeks 60% – 79,99% : menarik
Indeks 80% – 100% : sangat menarik

Gambar 10. Indeks penilaian petani terhadap kemenarikan kemasan.

b. Dilihat dari segi kepraktisan kemasan, kemasan botol plastik 100 ml dengan 79
skor dari skor maksimum 85. Sementara kemasan sachet alumunium foil
memperoleh skor 65, dan skor terendah dari segi kemenarikan didapat oleh
kemasan botol plastik dengan skor 60. Hasil wawancara terlampir dalam
lampiran 10.

Hasil dari skor yang di dapat kemudian, dihitung indeks penilaian untuk
mengetahui persentase kepraktisan kemasan yang telah dibuat. Diperoleh hasil
bahwa petani responden berpendapat kemasan botol plastic 100 ml sangat
praktis dengan indeks penilaian sebesar 93%. Sementara kemasan sachet
alumunium foil dinilai praktis dengan indeks penilaian sebesar 76 %dan
kemasan botol plastik 1000 ml dinilai praktis dengan indeks penilaian sebesar
70 %(Gambar 11)
25

Indeks Penilaian Kepraktisan Terhadap Kemasan


100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Sachet Alumunium Foil Botol Plastik 100 ml Botol Plastik 1000 ml

Keterangan :
Indeks 0% – 19,99% : sangat tidak praktis
Indeks 20% – 39,99% : tidak praktis
Indeks 40% – 59,99% : netral
Indeks 60% – 79,99% : praktis
Indeks 80% – 100% : sangat praktis

Gambar 11. Indeks penilaian petani terhadap kepraktisan kemasan.

c. Peningkatan minat petani dalam menggunakan fungisida hayati terdapat


peningkatan setelah dibuat fungisida hayati yang dikemas dengan praktis dan
menarik. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara dengan petani sebagai
responden setelah diberikan kuisioner yang telah dirancang (lampiran 4). Dari
17 orang responden, 82% petani atau responen berminat menggunakan
fungisida hayati yang telah dibuat dalam kemasan yang praktis dan menarik.
Terjadi peningkatan minat petani atau responden yang sebelumnya hanya 35%
responden yang telah mengetahui dampak negative dari penggunaan fungisida
kimia sintetik dan memilih menggunakan fungisida hayati agar ramah
lingkungan (Gambar 12). Hasil wawancara terlampir dalam lampiran 11.
26

Peningkatan Minat Petani untuk Menggunakan Fungisida Hayati


90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
x y

Keterangan :
x : Persentase responden yang telah menggunakan fungisida hayati sebelum
adanya kemasan
y : Persentase responden yang berminat menggunakan fungisida hayati setelah
dibuat kemasan

Gambar 12. Peningkatan minat petani untuk menggunakan fungisida hayati.

4.1.6. Daya simpan Trichoderma sp. di dalam kemasan

Fungisida Trichoderma sp. yang telah disimpan di dalam kemasan diuji masa
simpannya dengan cara dilakukan peremajaan jamur Trichoderma sp. tersebut di
media PSA. Uji masa simpan dilakukan setiap satu minggu sekali. Hasil yang
diperoleh adalah jamur Trichoderma sp. masih dapat hidup di dalam masing –
masing kemasan setelah disimpan selama 6 minggu (tabel 1).
27

Tabel 1. Hasil uji daya simpan di dalam masing- masing kemasan.

Masa
No. Kemasan Foto Keterangan
Simpan
1 1 Alumunium Jamur
minggu foil sachet Trichoderma
sp. tumbuh
pada hari ke
3

Botol Jamur
plastik 100 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
3

Botol Jamur
plastik 1000 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
3

2 2 Sachet Jamur
minggu alumunium Trichoderma
foil sp. tumbuh
pada hari ke
4
28

Botol Jamur
plastik 100 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
3

Botol Jamur
plastik 1000 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
3

3 3 Sachet Jamur
minggu alumunium Trichoderma
foil sp. tumbuh
pada hari ke
5

Botol Jamur
plastik 100 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
4
29

Botol Jamur
plastik 1000 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
3

4 4 Sachet Jamur
minggu alumunium Trichoderma
foil sp. tumbuh
pada hari ke
5

Botol Jamur
plastik 100 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
5

Botol Jamur
plastik 1000 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
4

5 5 Sachet Jamur
minggu alumunium Trichoderma
foil sp. tumbuh
pada hari ke
5
30

Botol Jamur
plastik 100 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
5

Botol Jamur
plastik 1000 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
4

6 6 Sachet Jamur
minggu alumunium Trichoderma
foil sp. tumbuh
pada hari ke
5

otol plastik Jamur


100 ml Trichoderma
sp. tumbuh
pada hari ke
5

Botol Jamur
plastik 1000 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
4
31

Diantara ketiga kemasan yang dibuat, kemasan yang terbaik dapat menyimpan
fungisida adalah kemasan berbahan botol plastik ukuran 1000 ml (1 liter).
Fungisida bahan aktif Jamur Trichoderma sp. yang dikemas di dalam kemasan
botol plastik 1000 ml selama 6 minggu dapat tumbuh setelah 3-4 hari di media
PSA. Sementara pada dua kemasan lainnya, yaitu kemasan sachet alumunium
foil & botol plastik 100 ml, fungisida bahan aktif jamur Trichoderma sp. yang
dikemas di dalam kemasan selama 6 minggu baru dapat tumbuh setelah 5 hari
ditumbuhkan di media PSA.

4.2 Pembahasan

Proses budidaya tanaman jagung terdapat beberapa masalah yang dihadapi petani
salah satunya adalah serangan hama dan penyakit. Permasalahan serangan hama
dan penyakit khususnya pada tanaman jagung yaitu penyakit bulai yang
disebabkan oleh jamur Peronosclerospora sp.. Cara untuk mengendalikan
serangan penyakit bulai dengan menggunakan fungisida yang dibedakan menjadi
2 yaitu fungisida sintetik dan fungisida nabati atau hayati Para petani jagung telah
terbiasa menggunakan fungisida kimia sintetik untuk mengendalikan serangan
penyakit Penggunaan fungisida kimia sintetik telah banyak digunakan oleh para
petani khususnya petani jagung. Pengembangan produk fungisida hayati berbahan
aktif Trichoderma sp. dengan membuat kemasan fungisida hayati yang praktis
dan menarik diharapkan dapat mengalihkan minat petani dari kebiasaan
menggunakan fungisida kimia sintetik agar lebih ramah lingkungan.

Hasil peneletian ini , telah dibuat desain kemasan fungisida hayati berbahan aktif
Trichoderma sp. dengan 2 jenis bentuk kemasan yaitu menggunakan botol plastik
dan sachet alumunium foil yang praktis & menarik. Kemasan fungisida yang
telah dibuat diberi merk dagang “TRICHO-AR.”, pemberian nama merk dagang
ini didapat dari jamur berbahan aktif Trichoderma sp. yang menjadi “TRICHO”
sebagai kata pertama dalam kemasan, kemudian huruf terakhir “AR” didapat dari
nama singkatan hal ini bertujuan agar nama merk dagang memiliki ciri yang
diharapkan dapat menarik minat konsumen. Menurut Kottler & Amstrong (2012)
menyatakan bahwa kemasan melibatkan kegiatan mendesain dan memproduksi,
32

untuk melindungi produk. Nama merk berguna dalam mengkomunikasikan dan


memposisikan citra merek. Sehingga nama merek menjadi sangat penting dan
berfungsi sebagai ‘tombol’ untuk mengaktifkan citra merek di pikiran konsumen
(Shimp, 2003).,

Desain kemasan dalam penelitian ini dibuat dari 2 bahan kemasan yang berbeda
yaitu kemasan botol plastik dan alumunium foil. Botol plastik mengandung bahan
HDPE (high density polyethylene) yang dapat mencegah reaksi kimia dan tahan
terhadap suhu tinggi, sedangkan plastik sachet mengandung bahan alumunium foil
memiliki sifat tidak berbau, tidak ada rasa, tidak berbahaya dan higienis. Hasil
dari analisis penerimaan pelanggan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa
kemasan botol plastik 100 ml paling banyak di minati oleh petani atau responden
dari kemasan lainnya, dikarenakan dalam penggunaannya petani lebih mudah
dalam proses pengaplikasian dan juga wadah botol plastik yang telah digunakan
dapat digunakan atau dimanfaatkan kembali oleh petani. Sedangkan kemasan
sachet alumunium foil lebih menarik dari kemasan lainnya dikarenakan untuk
kemasan dan warna berbeda pada kemasan yang telah banyak beredar.

Bentuk desain kemasans yang didalamnya terdapat unsur grafis atau desain visual
dan faktor fungsional dapat mempengaruhi minat beli atau daya tarik kensumen.
(Danger, 1992). Fungsi kemasan saat ini semakin berkembang sebagai media
komunikasi. Pada kemasan yang telah di buat dicantumkan QR code yang di
dalamnya memuat informasi produk beserta contact person yang dapat dihubungi
yang bertujuan agar konsumen dapat mengetahui informasi-informasi produk
kemasan fungisida hayati secara lebih detail.

Jamur Trichoderma sp. didalam 2 kemasan yang berbeda telah dilakukan uji daya
simpan terhadap kemasan fungisida hayati yang telah di buat untuk mengetahui
keaktifan jamur Trichoderma sp. tersebut. Pengujian daya simpan kemasan
fungisida hayati dilakukan dalam 1 minggu sekali selama 6 minggu dalam
masing- masing kemasan dengan menggunakan media PSA (Potato Sukrosa
Agar). Diperoleh hasil dari pengujian daya simpan kemasan yang telah di buat,
33

bahwa jamur Trichoderma sp. masih hidup setelah di simpan selama 6 minggu
dari masing- masing kemasan. Akan tetapi dalam pengujian daya simpan terhadap
kemasan yang telah di buat harus dilakukan uji lebih lanjut untuk memperoleh
hasil yang maksimal. Sriram et al., 2010 menyatakan Trichoderma sp. dengan
bahan pembawa talk yang ditambahkan gliserol dapat bertahan dengan daya
simpan selama 7 sampai 12 bulan
34

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kemasan formulasi cair dengan bahan aktif Trichoderma sp. yang menarik,
praktis dan ramah lingkungan adalah kemasan yang dapat mencegah reaksi
kimia, tahan terhadap suhu tinggi, tidak berbahaya, higienis dan mudah di
aplikasikan.
2. Terdapat pengaruh desain kemasan produk formulasi Trichoderma sp. terhadap
minat beli konsumen dari segi kemenarikan kemasan dan kepraktisan
3. Dari segi kemenarikan kemasan sachet alumunium foil 50 ml memproleh skor
tertinggi di bandingkan 2 kemasan lainnya, sedangkan dari segi kepraktisan
kemasan botol plastik 100 ml memperoleh skor tertinggi di bandingkan 2
kemasan lainnya.

5.2 SARAN
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini menjadi acuan untuk
penelitian kedepannya yang lebih teruji dalam jangka panjang dan desain
kemasan yang bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA

Cenadi CS. 2000. Peranan Desain Kemasan dalam Dunia Pemasaran. Jurnal
Komunikasi Visual Nirmana [Internet]. [diunduh pada 2016 April 1];
Vol.2 No.1: 92-103. Tersedia pada: http://dgi-indonesia.com/wp-
content/uploads/2009/03/dkv00020203.pdf
Danger, E. P. (1992). Memilih warna Kemasan. Jakarta : PT. Pustaka Bina
Pressindo.
Dewi RN, Hidayat R. 2015. Pengaruh Kualitas Produk terhadap Kepuasan
Pelanggan Bingka Nayad Batam. Jurnal Akuntansi [Internet]. [diunduh
2016 Maret 18]; Vol.3 No. 1. Tersedia pada: http://p2m.polibatam.ac.
id/wp-content/uploads/2016/02/4.-Rindu-rahmat.pdf
Gusnawaty H. S., M. Taufik, L. O. Santiaji dan A. Asis. 2017. Efektivitas
beberapa media untuk perbanyakan agensi hayati Trichoderma sp. Jurnal
HPT Tropika 17 (1): 70-76.
Klimchuck MR, Krasovec SA. 2006. Desain Kemasan.(Alih Bahasa dari Bahasa
Inggris Bob Sabran). Jakarta (ID): Erlangga. [Judul asli: Packaging
Design]
Kotler, Philip Gary Armstrong. 2008, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi 12 Jilid 1,
Erlangga, Jakarta
Moleong Lexy J. 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nisa, C. 2018. Pengujian Formulasi Trichoderma sp. Terhadap Pencegahan
Patogen Fusarium oxysporum Penyebab Penyakit Layu Pada Cabai
Rawit (Capsicum frutescens) Secara In Vivo. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang. 102 hlm.
Notoatmodjo,S.2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Purwono, dan Hartono, R. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya
Jakarta.
Rustiani, U. S. 2015. Keragaman dan Pemetaan Penyebab Penyakit Bulai Jagung
di 13 Provinsi Indonesia. (Disertasi). Institut Pertanian Bogor. Bogor.
35

Semangun, H. 2004.Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah


MadaUniversityPress. Yogyakarta.
Shrimp, Terence A. 2003, Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi
Pemasaran Terpadu. Jakarta: Erlangga
Suarni dan Yasin, M. 2012. Jagung sebagai Sumber Pangan Fungsional. IPTEK
Tanaman Pangan. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 6 (1) :
41- 56.
Sutama K., S. Ratih, T. Maryono dan C. Ginting. 2015. Pengaruh bakteri
Paenibacillus polymyxa dan jamur Trichoderma sp. terhadap penyakit
bulai (Perenosclerospora maydis (Rac.) Shaw) pada tanaman jagung.
Jurnal Agrotek Tropika 3 (2): 199-203.
Soenartiningsih, N. Djaenuddin dan M. S. Saenong. 2013. Efektifitas
Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. sebagai agen biokontrol hayati
penyakit busuk pelepah daun pada jagung. Jurnal Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan 33 (2): 129- 135.
Wahyudin, A. Rumita dan S. A. Nursaripah. 2016. Pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung (Zea mays L.) toleran herbisida akibat pemberian dosis
herbisida kalium glifosat. Jurnal Kultivasi 15 (2): 86-91.
Widi, A. 2016. Pengaruh Penambahan Gliserol Pada Media Perbanyakan
Terhadap Daya Simpan Biofungisida Trichoderma. J. TIDP 3(3), 159-
166.
Yuniati. 2005. Pengaruh pemberian beberapa spesies Trichoderma sp. dan pupuk
kandang kambing terhadap penyakit Layu Fusarium oxysporum F.
Sp.Lycopersici pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill).
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.
36

LAMPIRAN
37

Gambar 13. Wawancara dengan pengisian kusioner

Gambar 14. Wawancara hasil desain kemasan TRICHO- AR


38

Lampiran 1

Kuisioner Penelitian
Karakteristik Petani dan Bahan Fungisida
yang Sering Digunakan

Oleh:

Muhammad Anjas Rahmatullah Piscasso


NPM : 1654121023
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Lampung

Tanggal wawancara : ..../..../2020


Waktu wawancara : Pukul. ... s.d......
Tempat wawancara : …………..

A. IDENTITAS PETANI

1. Nama pemilik
2. Alamat
3. Umur
4. Pendidikan terakhir
Utama :
Sampingan :
5. Pekerjaan
1.
2.
6. Kelompok Tani KT ..............
1. Bertani sejak tahun ……..
7. Pengalaman usaha
2. Budidaya tanaman jagung sejak tahun……..

B. KEADAAN UMUM USAHA TANI


1. Status kepemilikan lahan :
a) Pemilik b) Penggarap c) Penyewa d) Lainnya

2. Luas lahan total yang digunakan

a. Milik sediri ............Ha (atau ukuran yang berlaku di desa)

b. Sewa .............Ha
39

c. Bagi Hasil.......

3. Modal berasal dari : ………


4. Umur Tanaman : ………
5. Varietas jagung yang ditanam : ………
6. Pola tanam yang digunakan:
a) Satu macam secara terus menerus ( setiap musim )
b) Satu macam (rotasi tiap musim) (sebutkan tanamannya)
c) Tumpangsari (sebutkan tanamannya)

C. INTENSITAS PENGGUNAAN FUNGISIDA

1. Awal penggunaan fungisida di lahan :


a) < 1 tahun terakhir
b) 1 – 2 tahun terakhir
c) > 2 tahun – 5 tahun terakhir
d) > 5 tahun terakhir

2. Pada waktu kapan Bapak/Ibu melakukan penyemprotan terakhir fungisida


sebelum panen?
a) 4 minggu sebelum panen
b) 2 minggu sebelum panen
c) 1 minggu sebelum panen
d) Tidak menentu

3. Berapa kali biasanya Bapak/Ibu menggunakan fungisida mulai dari tanam


sampai panen

a) 1-3 kali
b) 4-6 kali
c) >7 kali
d) hanya di awal (1 minggu setelah tanam) dan di akhir masa tanam (1
minggu sebelum panen)
40

D. HAMA DAN PENYAKIT YANG SERING MENYERANG PADA


TANAMAN
Hama :1.
2.
3.
Penyakit: :1.
2.
3.

E. MERK DAGANG ATAU BAHAN AKTIF FUNGISIDA YANG


SERING DIGUNAKAN
(sebutkan).....................................................

F. ALASAN MEMILIH FUNGISIDA YANG SERING DIGUNAKAN


a) harga relatif murah
b) efektif mengendalikan patogen
c) kemasannya praktis dan mudah diperoleh
d) kemasannya menarik
41

Lampiran 2.

Kuisioner Penelitian
Kebiasaan Petani dalam Memilih
Kemasan Fungisida Baru yang Akan
Digunakan

Oleh:

Muhammad Anjas Rahmatullah Piscasso


NPM : 1654121023
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Lampung

Nama Responden :
Tanggal wawancara : ..../..../2020
Waktu wawancara : Pukul.......... s.d.........
Tempat wawancara : Kebun/Rumah

Hal yang paling diperhatikan dalam memilih kemasan fungisida baru yang
akan digunakan :

Petunjuk pengisian : berilah tanda silang (x) pada masing – masing


pernyataan sesuai pilihan Bapak / Ibu.

A. Warna kemasan
1. Saya lebih tertarik pada warna kemasan yang cerah :
a) Merah
b) Kuning
42

c) Hijau
d) Biru

2. Saya lebih tertarik pada warna kemasan yang gelap :


a) Hitam
b) Putih
c) Abu – abu
d) Coklat

B. Tag Line / semboyan produk (pilih salah satu)


1. Saya lebih tertarik jika tag line nya singkat dan jelas :
a) Jagung subur, petani makmur.
b) Panen mantap, bulai lenyap.
c) Tepat solusi, bulai teratasi.
d) Bulai kabur, jagung subur, petani makmur.
e) Bulai tercegah, hasil melimpah, petani bahagia.
f) Bulai pergi, jagung terlindungi, hasil makin tinggi.

C. kepraktisan kemasan

1. Saya lebih tertarik dengan kemasan yang dapat digunakan sekali pakai tanpa
perlu menghitung dosis yang harus digunakan.

2. Saya lebih tertarik dengan kemasan yang dapat diisi ulang, sehingga saya dapat
menghitung sendiri dosis yang akan digunakan.
43

Lampiran 3.

Kuisioner Penelitian
Penilaian dan Penerimaan Petani
terhadap Kemasan Fungisida yang Telah
Dibuat

Oleh:

Muhammad Anjas Rahmatullah Piscasso


NPM : 1654121023
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Lampung

Nama Responden :
Tanggal wawancara : ..../..../2020
Waktu wawancara : Pukul. ... s.d......
Tempat wawancara : Kebun/Rumah

Petunjuk pengisian : berilah tanda silang (x) pada masing – masing


pernyataan sesuai penilaian Bapak / Ibu.
44

Skor
Pernyataan
5 4 3 2 1
Menurut saya kemasan fungisida dalam
bentuk sachet alumunium foil 50 ml
menarik perhatian saya.
Menurut saya kemasan fungisida dalam
bentuk botol 100 ml menarik perhatian
saya.
Menurut saya kemasan fungisida dalam
bentuk botol 1000 ml menarik perhatian
saya.
Menurut saya kemasan fungisida dalam
bentuk sachet alumunium foil 50
mlpraktis untuk digunakan.
Menurut saya kemasan fungisida dalam
bentuk botol 100 ml praktis untuk
digunakan.
Menurut saya kemasan fungisida dalam
bentuk botol 1000 ml praktis untuk
digunakan.

Keterangan :
5. : Sangat setuju
4. : Setuju
3. : Netral
2. : Tidak setuju
1. : Sangat tidak setuju
45

Lampiran 4.
Kuisioner Penelitian
Peningkatan Minat Petani untuk
Menggunakan Fungisida Hayati Setelah
Dibuat Kemasan yang Praktis dan
Menarik

Oleh:

Muhammad Anjas Rahmatullah Piscasso


NPM : 1654121023
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Lampung

Nama Responden :
Tanggal wawancara : ..../..../2020
Waktu wawancara : Pukul. ... s.d......
Tempat wawancara : Kebun/Rumah

1. Apakah anda mengenal dan menggunakan fungisida hayati ?


a) Ya, mengenal dan menggunakan
b) Tidak mengenal dan tidak menggunakan

2. Dari mana Bapak / Ibu memperoleh informasi tentang fungisida hayati


tersebut?

a. Pengalaman sendiri d. Kios saprotan


b. Petugas pertanian e. Perusahaan pestisida
c. Petani lain f. Lainnya......................................

3. Setelah mengetahui tentang fungisida hayati, menurut Bapak / Ibu, keuntungan


apa saja yang diperoleh dari penggunaan fungisida hayati?
46

d. ....................................................................
c. .............................................
e. ....................................................................
d. .............................................

4. Apabila terdapat produk fungisida hayati yang telah dikemas seperti kemasan
yang telah ditunjukkan, apakah Bapak/ibu akan beralih menggunakan fungisida
hayati?

a. Ya.

b. Tidak..
47

Lampiran 5 Rutinitas Penggunaan Fungisida di Lahan Petani Responden

Rutinitas Penggunaan Fungisida di Lahan


No. Nama
lebih
1-3 4-6 Hanya di awal dan di
dari 7
kali kali akhir masa tanam
kali
1 Sugeng fitriyanto   
2 Maryono   
3 Slamet   
4 Mahyo   
5 Suwadi   
6 Mudin   
7 Suparno   
8 Yuda   
9 Ahmad Prayitno   
10 Jamin   
11 Rohani   
12 Tabah Rifai   
13 Deni Sugiyanto   
14 Suyanto   
15 Yatno   
16 Rohadin   
17 Lasiman   
  Jumlah (Orang)  16 0  0  1
  Persentase (%)  94    6

Keterangan: A. Jagung subur, petani makmur


B. Panen mantap, bulai lenyap
C. Tepat solusi, bulai teratasi
D. Bulai kabur, jagung subur, petani makmur
E. Bulai tercegah, hasil melimpah, petani bahagia
F. Bulai pergi, jagung terlindungi, hasil makin tinggi
48

Lampiran 6. Alasan petani responden menggunakan fungisida yang sering di


gunakan

Alasan petani menggunakan fungisida yang sering


No. Nama di gunakan

A B C D
1 Sugeng fitriyanto     
2 Maryono     
3 Slamet     

4 Mahyo    
5 Suwadi     
6 Mudin     

7 Suparno    
8 Yuda   
9 Ahmad Prayitno       
10 Jamin     
11 Rohani     
12 Tabah Rifai     
13 Deni Sugiyanto     
14 Suyanto     

15 Yatno    
16 Rohadin     
17 Lasiman     
  Jumlah (Orang)  3  10  3  1
  Persentase (%)  18 59 18 6

Keterangan :
A: Harga relatif murah
B: Efektif mengendalikan patogen
C: Kemasannya praktis dan mudah di peroleh
D: Kemasannya menarik
49

Lampiran 7. Pilihan warna berdasarkan minet petani responden


Pilihan warna berdasarkan minat petani
No. Nama responden
Merah Kuning Hijau Biru
1 Sugeng fitriyanto     
2 Maryono     
3 Slamet       
4 Mahyo     
5 Suwadi     
6 Mudin       
7 Suparno     
8 Yuda     
9 Ahmad Prayitno       
10 Jamin       
11 Rohani       
12 Tabah Rifai     
13 Deni Sugiyanto     
14 Suyanto     
15 Yatno     
16 Rohadin       
17 Lasiman     
  Jumlah (Orang)  6  1  0  10
  Persentase (%)  35  6    59
50

Lampiran 8. Pilihan tag line yang kemasan

No. Nama Pilihan tag line


    A B C D E F
Sugeng 
1     
fitriyanto    
2 Maryono         

3 Slamet    
   
4 Mahyo         

5 Suwadi    
   

6 Mudin      
 

7 Suparno    
   

8 Yuda    
   
Ahmad 
9    
Prayitno    

10 Jamin    
   

11 Rohani    
   

12 Tabah Rifai    
   
Deni 
13    
Sugiyanto    
14 Suyanto         

15 Yatno      
 

16 Rohadin    
   

17 Lasiman    
   
Jumlah
  (Orang)  12  2  1  0  2  0
Persentase
  (%)  70  12  6    12  
51

Lampiran 9. Pilian kemasan berdasarkan ketertarikan

Pilihan kemasan berdasarkan ketertarikan


No. Nama Sachet Alumunium Botol plastik Botol plastik 1000
foil 100 ml ml
Sugeng
1 3 3 3
fitriyanto
2 Maryono 5 4 3
3 Slamet 5 4 4
4 Mahyo 4 5 4
5 Suwadi 4 5 3
6 Mudin 4 4 3
7 Suparno 5 4 2
8 Yuda 3 4 2
Ahmad
9 5 4 3
Prayitno
10 Jamin 5 4 3
11 Rohani 4 4 4
Tabah
12 2 2 1
Rifai
Deni
13 4 3 4
Sugiyanto
14 Suyanto 5 4 3
15 Yatno 5 5 4
16 Rohadin 5 4 3
17 Lasiman 5 4 3
Jumlah 73 67 52
Skor maksimum 85 85 85
Indek (%) 86 79 61

Keterangan :
1 : sangat tidak menarik
2 : tidak menarik
52

3 : netral
4: menarik
5 : sangat menarik

Lampiran 10. Pilihan kemasan berdasarkan kepraktisan

Pilihan kemasan berdasarkan kepraktisan


No. Nama Sachet Botol plastik Botol plastik
Alumunium foil 100 ml 1000 ml
Sugeng
1 4 5 5
fitriyanto
2 Maryono 5 4 5
3 Slamet 4 4 5
4 Mahyo 3 4 2
5 Suwadi 5 5 4
6 Mudin 3 5 4
7 Suparno 3 3 3
8 Yuda 4 5 4
Ahmad
9 3 5 3
Prayitno
10 Jamin 4 5 3
11 Rohani 3 5 3
12 Tabah Rifai 3 5 3
Deni
13 5 4 4
Sugiyanto
14 Suyanto 4 5 3
15 Yatno 4 5 3
16 Rohadin 4 5 3
17 Lasiman 4 5 3
 
Jumlah 65 79 60
 
Skor maksimum 85 85 85

Indeks penilaian (%) 76 93 70


53

Keterangan :
1 : sangat tidak menarik
2 : tidak menarik
3 : netral
4: menarik
5 : sangat menarik

Lampiran 11. Peningkatan minat petani untuk penggunaan fungisida hayati

Peningkatan minat petani untuk penggunaan


fungisida hayati
Berminat
menggunakan
No. Nama Telah menggunakan
fungisida hayati
fungisida hayati sebelum
Setelah dibuat
adanya kemasan
kemasan yang praktis
dan menarik
Sugeng
1 Tidak Tidak
fitriyanto
2 Maryono Tidak Ya
3 Slamet Tidak Ya
4 Mahyo Tidak Ya
5 Suwadi Tidak Ya
6 Mudin Tidak Ya
7 Suparno Tidak Ya
8 Yuda Tidak Ya
Ahmad
9 Tidak Ya
Prayitno
10 Jamin Tidak Ya
11 Rohani Ya Ya
12 Tabah Rifai Ya Ya
Deni
13 Ya Tidak
Sugiyanto
14 Suyanto Ya Ya
15 Yatno Ya Ya
16 Rohadin Ya Ya
17 Lasiman Tidak Tidak
Jumlah
(Orang) 6 14
Persentase 35 82
54

(%)
55

Anda mungkin juga menyukai