(Skripsi)
Oleh
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
DESAIN PRODUK KEMASAN TERHADAP FORMULASI CAIR
Trichoderma sp. PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN
JAGUNG
Oleh
Skripsi
Pada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
ABSTRAK
Oleh
MUHAMMAD ANJAS RAHMATULLAH PISCASSO
Fakultas :Pertanian
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
1. Tim Penguji
Penguji
Bukan Pembimbing : Ir. Joko Prasetyo, M.P ___________
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi saya yang
berjudul “DESAIN PRODUK KEMASAN TERHADAP FORMULASI CAIR
Trichoderma sp. PENGENDALIAN PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN
JAGUNG” merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan hasil karya orang lain.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini, saya kutip dari hasil
karya orang lain, dan telah saya tuliskan sumbernya secara jelas sesuai kaidah,
norma dan etika penulisan karya ilmiah Universitas Lampung. Apabila kemudian
hari ditemukan bahwa skripsi seluruhnya ataupun sebagian bukan hasil karya saya
sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi dengan ketentuan akademik yang
berlaku.
M. Anjas Rahmatullah
1654121023
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 15 Desember 1997. Penulis adalah
anak Pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Muhammad Agung Syarifuddin
dan Ibu Novi Nurbani Indrawaty. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN
1 Beringin Raya pada tahun 2010, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMPN
14 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2013. Penulis menyelesaikan pendidikan
sekolah menengah atas di SMAN 7 Bandar Lampung pada tahun 2016. Pada tahun 2016,
penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Lampung.
Penulis melaksanakan Praktik Umum di Stasiun Karantina Pertanian Kelas 1 Bandung, Jawa
Barat pada bulan Juli-Agustus 2019. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Desa Muara Asri, Kecamatan Mesuji Timur, Kabupaten Mesuji pada bulan Januari -
Februari 2020.
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”.
(QS. Al-Insyirah : 6)
PERSEMBAHAN
Bismillahhirrohmanirrohiim
Ahamdulillahirobbil’alamiin
Dengan mengucap syukur Kehadirat ALLAH SWT. Atas nikmat sehat yang telah diberikan
oleh-Nya
Kedua Orangtuaku Tercinta Bapak Muhammad Agung Syarifuddin dan Ibu Novi Nurbani
Indrawaty Sebagai Bukti Cinta dan Baktiku atas Doa dan Dukungannya serta adik-adikku
Muhammad Agesta Agvi Syarifuddin, (alm) Muhammad Adil Agvi Syarifuddin dan Chika
Agvi Firdasari yang selalu memberi dukungan moral, kasih sayang, do’a, dan semuanya
Serta
SANWACANA
2
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Allah SWT, karena atas Rahmat,
Hidayah, karunia, serta nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam
menyeselsaikan skripsi, penulis menyadari bahwa telah mendapatkan bimbingan, bantuan,
nasihat serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M. Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Lampung
3. Bapak Dr. Ir. Sudiono, M.Si. selaku pembimbing utama yang telah membimbing dan
memberi waktu, saran, bantuan, nasehat dan motivasi serta perbaikan kepada penulis
selama melaksanakan penelitian sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Ibu Dr. Ir. Suskandini Ratih, M.P selaku pembimbing kedua yang telah membimbing
dan memberi waktu, saran, bantuan, nasehat dan motivasi serta perbaikan kepada
penulis selama melaksanakan penelitian sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
5. Bapak Ir. Joko Prasetyo, M.P selaku penguji dan pembahas yang telah memberikan
saran, nasehat, kritik dan perbaikan untuk menjadi skripsi ini menjadi baik.
6. Alm. Ibu Ir. Yayuk Nurmiyati, M.S.selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan motivasi dan dukungan selama penulis menjalankan studi di Universitas
Lampung.
7. Bapak Tri Maryono, S.P. M.Si selaku pembimbing akademik yang telah memberikan
motivasi dan dukungan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Lampung.
8. Keluarga yang tercinta Papa Muhammad Agung Syarifuddin, Mama Novi Nurbani
Indrawati, Muhammad Agesta Agvi Syarifuddin, (alm) Muhammad Adil Agvi
Syarifuddin dan Chika Agvi Firdasari
9. Sahabat-sahabat Kera yaitu Regga, Andra, Rizky.
10 Terimakasih sahabat-sahabat Kemiling Squad
10. Teman seperjuangan Oguy, Wirbleng, Mak Squad
11. Teman-teman, abang dan adik jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung
3
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat Aamin Yaa
Rabbal Alaamin.
Bandar Lampung,
Penulis,
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... v
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................. 3
1.4 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 3
LAMPIRAN ............................................................................................. 36
Tabel 1-83 ............................................................................................ 26
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Gambar Halaman
Tanaman Jagung (Zea mays L.) adalah salah satu tanaman penting yang dapat
digunakan sebagai makanan pokok kedua setelah padi. Jagung dapat dijadikan
sebagai bahan pangan pengganti beras atau dicampur dengan beras. Kandungan
gizi yang terdapat pada jagung seperti karbohidrat dan protein. Kandungan yang
terdapat pada jagung meliputi pati (72-73%), jagung memiliki kadar gula seperti
(glukosa,fruktosa, dan sukrosa) berkisar antara 1-3%. Protein jagung (8-11%)
terdiri atas albumin,globulin, prolamin, glutelin, dan nitrogen nonprotein. Selain
itu jagung mengandung asam amino esensial, vitamin dan mineral yang
bermanfaat bagi kesehatan manusia (Suarni dan Yasin, 2012).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit bulai
yang menyerang tanaman jagung adalah dengan memanfaatkan agensia hayati
seperti Trichoderma sp. Jamur Trichoderma sp. Keuntungan dari pengendalian
menggunakan Trichoderma sp. yaitu tidak akan mencemari lingkungan, mudah
diaplikasikan, relatif aman bagi manusia maupun hewan ternak, dan belum ada
2
Salah satu penyebab kurang maksimalnya upaya produksi pada tanaman jagung
yaitu serangan penyakit bulai. Penyakit bulai disebabkan Peronosclerospora sp,
Kerusakan akibat penyakit pada jagung ini dapat mencapai 90% (Semangun,
2004). Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan cara pengendalian.
Tanaman jagung (Zea mays L.) adalah salah satu jenis tanaman serealia yang
strategis dan memiliki nilai ekonomi serta menjadi peluang yang sangat tinggi
untuk dikembangkan, dikarenakan tanaman jagung merupakan sumber utama
karbohidrat dan protein selain beras, dan juga sebagai sumber pakan (Wahyudin,
2016). Akar tanaman jagung merupakan akar serabut yang tumbuh di bagian
pangkal batang dan menyebar luas sebagai akar lateral. Akar tanaman jagung
dibagi ke dalam dua bagian yaitu akar utama dan akar lateral. Akar utama pada
jagung memiliki jumlah antara 20-30 buah sedangkan akar lateral yang tumbuh
dari akar utama memiliki jumlah ratusan dengan panjang sekitar 2,5-25 cm.
Selain itu tanaman jagung memiliki akar adventif dan akar udara. Akar adventif
memiliki peran penting supaya tanaman dapat berdiri dengan tegak dan penyerap
unsur hara. Akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku
terbawah dekat dengan permukaan tanah.
Tanaman jagung berbatang yang kokoh, tegak, tidak memiliki cabang, beruas
dan berbuku. Ruas batang daun terbungkus oleh pelepah daun yang muncul dari
buku-buku batang. Tinggi tanaman jagung berkisar antara 60-300 cm, hal
tersebut bergantung dari varietas dan tempat penanaman. Bentuk daun tanaman
jagung memiliki tulang daun sejajar yang muncul dari ruas-ruas batang. Setiap
daun terdiri atas helaian daun, ligula dan pelepah daun yang melekat erat pada
batang (Purwono dan Hartono, 2007).
6
Penyakit bulai merupakan penyakit utama pada tanaman jagung. Penyakit tersebut
disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora sp. yang terdiri dari 3 spesies yaitu
Peronosclerospora maydis, Peronosclerospora philliipinesis dan
Peronosclerospora sorghi (Rustiani et al., 2015). Menurut peneltian Semangun
(2004) menyatakan bahwa penyakit bulai menyebabkan 90% kehilangan hasil
produksi sehingga akan menyebabkan gagal panen bagi para petani. Penyakit
bulai dapat menimbulkan gejala sistemik yang dapat meluas keseluruh bagian
tanaman dan juga dapat menimbulkan gejala lokal atau setempat. Gejala sistemik
hanya terjadi bila jamur dari daun yang terinfeksi dapat mencapai titik tumbuh
tanaman. Gejala penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit bulai adalah pada
tanaman yang muda daun-daun yang baru saja membuka mempunyai bercak
klorotis kecil-kecil yang akan berkembang menjadi jalur yang sejajar dengan
tulang induk. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada saat berumur muda
tidak akan dapat membentuk buah, sedangkan jika terinfeksi pada saat tanaman
yang lebih tua, tanaman dapat tumbuh terus dan membentuk buah. Buah yang
terbentuk akan memiliki tangkai yang panjang dengan kelobot yang tidak
menutup pada ujungnya dan hanya membentuk sedikit biji (Semangun, 2004).
7
Kelebihan jamur Trichoderma sp. yaitu mudah diisolasi, memiliki daya adaptasi
yang luas dan dapat tumbuh dengan cepat. Kemampuan dari masing-masing
spesies Trichoderma sp. dalam mengendalikan patogen berbeda, hal ini
dikarenakan morfologi dan fisiologi yang dimiliki berbeda-beda. Beberapa
spesies Trichoderma sp. yang dilaporkan sebagai agensia hayati adalah
Trichoderma harzianum, Trichoderma viride, dan Trichoderma koningii dan
lainnya (Yuniati, 2005).
8
respons emosional positif yang secara tidak langsung “berkata”, “Belilah saya”.
Kemasan harus dapat menarik perhatian secara visual, emosional dan rasional.
Sebuah desain kemasan yang bagus memberikan sebuah nilai tambah terhadap
produk yang dikemasnya. Gambar pada kemasan adalah faktor paling penting
dalam minat beli konsumen menjadikan daya tarik visual (Danger,1992). Gambar
pada kemasan juga sering dijumpai pada kemasan pada sebuah produk.
Selain daya tarik visual, daya tarik praktis (fungsional) juga dapat mempengaruhi
minat beli konsumen. Daya tarik praktis merupakan efektivitas dan efisiensi suatu
kemasan yang ditujukan kepada konsumen maupun distributor seperti, untuk
kemudahan penyimpanan atau pemajangan produk. Beberapa daya tarik praktis
lainnya yang perlu dipertimbangkan antara lain ; dapat melindungi produk,
mudah untuk disimpan, dapat digunakan kembali (reusable), mudah dibawa,
memudahkan pemakai untuk menghabiskan isinya dan mengisi kembali dengan
jenis produk yang dapat diisi ulang (refill) (Cenadi, 2000).
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2020 di Desa
Tanjung Sari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan untuk pembuatan
kemasan dan survei penilaian petani terhadap kemasan yang telah dibuat dan
akan dilakukan di di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Lampung untuk menguji daya simpan Trichoderma sp. di dalam kemasan.
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah laptop, program software
corel draw x7 pada laptop. Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah fungisida berbahan aktif Trichoderma sp. dengan formulasi cair yang
berasal dari koleksi di laboratorium biotekonologi fakultas pertanian Universitas
Lampung, plastik sachet alumunium foil untuk kemasan botol untuk kemasan
dan stiker.
Penelitian ini akan dilakukan dengan beberapa tahap yaitu inventarisasi, analisis,
sintesis, konsep atau desain prototype, dan pengukuran.
11
3.3.1 Inventarisasi
3.3.2 Analisis
Data hasil inventarisasi tersebut dianalisis potensi yang terdapat pada kemasan.
Pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui desain kemasan praktis dan efisien
yang tepat bagi fungisida hayati berbahan aktif Trichoderma sp. sehingga dapat
menarik minat petani untuk menggunakannya. Tahap ini juga dilakukan dengan
mengamati desain kemasan fungisida sejenis yang sering digunakan petani.
3.3.3 Sintesis
Pada tahap sintesis ini meliputi kajian mengenai penggunaan konsep desain
kemasan. Beberapa tahap sintesis antara lain sebagai berikut:
1. Pencarian konsep, merupakan pencarian konsep – konsep yang akan
dijadikan sebagai tempat fungisida berbentuk cair, seperti penentuan warna
12
3.3.4 Prototype
3.3.5 Pengukuran
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan purposive
sampel yaitu dalam memilih sampel dari populasi dilakukan secara tidak acak dan
didasarkan dalam suatu pertimbangan tertentu yang telah dibuat sendiri
berdasarkan ciri khusus atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Moleong, 2004). Sampel diambil dari petani yang mengusahakan tanaman
jagung yang terletak di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan. Jumlah sampel ditentukan dengan kriteria sampel meliputi kriteria inklusi
dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya
sampel digunakan. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam
sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmodjo, 2002)
Kriteria inkulsi pada penelitian ini adalah :
1. Petani jagung di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar
2. Petani yang menggunakan fungisida
14
b. Kriteria ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian
(Notoatmodjo, 2002).
Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah petani jagung tidak menggunakan
fungisida
Interval penilaian untuk masing – masing aspek yang akan dinilai adalah :
Indeks 0% – 19,99% : Sangat Tidak Suka
Indeks 20% – 39,99% : Tidak Suka
Indeks 40% – 59,99% : Netral
Indeks 60% – 79,99% : Suka
Indeks 80% – 100% : Sangat Suka
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Sampel yang terpilih sebagai responden pada penelitian ini adalah petani tanaman
jagung yang berada di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar dan petani yang
menggunakan fungisida serta bersedia sebagai responden. Pada sampel petani
yang telah terpilih, dilakukan wawancara secara langsung dengan diberikan
kuisioner untuk mengetahui identitas petani, keadaan umum usaha tani, intensitas
penggunaan fungisida, hama dan penyakit yang menyerang, dan merk dagang atau
bahan aktif fungisida yang sering digunakan (Lampiran 1).
Petani yang terpilih sebagai responden di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar
berjumlah 17 petani. Hasil wawancara dengan menggunakan kuisinoer yang di
rancang (lampiran 1) diperoleh bahwa 94 % petani responden rutin
menggunakan fungisida 1-3 kali pengaplikasian fungisida, sedangkan 6 %
responden menggunakan fungisida untuk seed treatment (Gambar 1).
16
4.1.3 Sintesis
17
Pilihan warna dasar kemasan adalah biru, kemudian kemasan terdiri atas 2 bahan
yang berbeda, yaitu :
1. Sachet alumunium foil sebagai kemasan primer yang nantinya akan di
masukkan kedalam kotak yang di buat dari kertas padi tebal sebagai kemasan
sekunder.
2. Botol plastik mengandung bahan HDPE (High Density Polyethylene) yang
dapat mencegah reaksi kimia dan tahan terhadap suhu tinggi.
Pilihan tag line agar kemasan dapat lebih menarik perhatian petani, yaitu :Jagung
subur, petani makmur. Dari hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner
didapatkan konsep kemasan yang terpilih.
Hasil dari kuisinoer yang di berikan kepada responden terdapat konsep kemasan
yang terpilih dan akan didesain kedalam kemasan dari 2 bahan kemasan yang
berbeda yang dipilih dengan berbagai aspek, khususnya aspek keunikan dan
kepraktisan pada kemasan, sehingga dapat menarik perhatian konsumen. Dari
sintesis yang dilakukan, ditentukan bahwa :
Tag line yang digunakan adalah “Tanaman Subur, Petani Makmur.” Tag
line ini digunakan atas hasil wawancara yang telah diberikan kuisioner kepada
responden yaitu sebeasar 70%. Tag line tersebut dianggap petani mudah
diingat (Gambar 4). Hasil wawancara terlampir dalam lampiran 8.
1. Kemasan sachet alumunium foil. Desain sachet alumunium foil dipilih dengan
pertimbangan bahwa bentuk tersebut masih jarang digunakan dalam bentuk
kemasan fungisida yang ada di lapangan dibandingkan dengan kemasan
kemasan lainnya , sehingga diharapkan praktis dan dapat menarik minat
konsumen untuk menggunakannya. Kemasan alumunium foil memiliki potensi
kebocoran sangat kecil dikarenakan terdapat flip untuk merekatkan kedua sisi
pada bagian penutup sachet alumunium foil, selanjutnya di tambahkan sticker
yang berisi identitas dan informasi produk. Sticker kemasan dibuat dengan
menggunakan software Corel Draw x7 pada laptop (Gambar 5).
Stiker bagian depan berisi identitas produk, sementara bagian belakang berisi
manfaat dan cara pakai produk. Kemudian desain sticker di tempelkan pada
alumunium foil untuk kemasan sachet fungisida (Gambar 6) sebagai kemasan
primer (a). Bagian depan Sachet Alumunium foil fungisida terdapat nama produk,
tag line dan QR Code (b). Bagian belakang terdapat informasi produk.
1 sachet berisi 50 ml fungisida untuk 1 kali aplikasi pada seed treatment untuk 2,5
kg benih jagung. Dalam 1 kotak kemasan sekunder berisi sebanyak 10 sachet
(500 ml) fungisida yang dapat digunakan untuk penyemprotan 0,5 Ha lahan dan
dapat juga digunakan untuk bahan pengomposan. Dosis, manfaat, serta cara
20
aplikasi ditulis dengan jelas pada label untuk memudahkan petani dalam
mengaplikasikannya
(A) (B)
Gambar 6. (a) Kemasan sachet fungisida depan dan b) Kemasan sachet fungisida
belakang.
Stiker bagian depan berisi identitas produk, sementara bagian samping berisi
manfaat dan cara pakai produk. Kemudian desain sticker di tempelkan pada
21
kemasan botol plastik fungisida (Gambar 8 dan 9) (a). Kemasan botol plastik
sebagai kemasan primer
Botol berisi 100ml dan 1000 ml (1 liter ) fungisida , botol 100 ml untuk 1 kali
aplikasi pada seed treatment untuk 5 kg benih jagung. Sedangkan pada botol 1
liter aplikasi seed treatment untuk 50 kg benih jagung dan proses penyemprotan 1
Ha lahan dan dapat juga digunakan untuk bahan pengomposan. Kedua kemasan
22
Hasil dari skor yang di dapat kemudian, dihitung indeks penilaian untuk
mengetahui persentase kemenarikan kemasan yang telah dibuat. Diperoleh hasil
bahwa petani responden berpendapat kemasan alumunium foil 50 ml berbentuk
sachet sangat menarik, dengan indeks penilaian sebesar 86%. Sementara
kemasan botol plastic 100 ml dan kemasan botol plastik 1000 ml dinilai menarik
dengan indeks penilaian masing – masing sebesar 79% dan 61% (Gambar 10).
24
Keterangan :
b. Dilihat dari segi kepraktisan kemasan, kemasan botol plastik 100 ml dengan 79
skor dari skor maksimum 85. Sementara kemasan sachet alumunium foil
memperoleh skor 65, dan skor terendah dari segi kemenarikan didapat oleh
kemasan botol plastik dengan skor 60. Hasil wawancara terlampir dalam
lampiran 10.
Hasil dari skor yang di dapat kemudian, dihitung indeks penilaian untuk
mengetahui persentase kepraktisan kemasan yang telah dibuat. Diperoleh hasil
bahwa petani responden berpendapat kemasan botol plastic 100 ml sangat
praktis dengan indeks penilaian sebesar 93%. Sementara kemasan sachet
alumunium foil dinilai praktis dengan indeks penilaian sebesar 76 %dan
kemasan botol plastik 1000 ml dinilai praktis dengan indeks penilaian sebesar
70 %(Gambar 11)
25
Keterangan :
Indeks 0% – 19,99% : sangat tidak praktis
Indeks 20% – 39,99% : tidak praktis
Indeks 40% – 59,99% : netral
Indeks 60% – 79,99% : praktis
Indeks 80% – 100% : sangat praktis
Keterangan :
x : Persentase responden yang telah menggunakan fungisida hayati sebelum
adanya kemasan
y : Persentase responden yang berminat menggunakan fungisida hayati setelah
dibuat kemasan
Fungisida Trichoderma sp. yang telah disimpan di dalam kemasan diuji masa
simpannya dengan cara dilakukan peremajaan jamur Trichoderma sp. tersebut di
media PSA. Uji masa simpan dilakukan setiap satu minggu sekali. Hasil yang
diperoleh adalah jamur Trichoderma sp. masih dapat hidup di dalam masing –
masing kemasan setelah disimpan selama 6 minggu (tabel 1).
27
Masa
No. Kemasan Foto Keterangan
Simpan
1 1 Alumunium Jamur
minggu foil sachet Trichoderma
sp. tumbuh
pada hari ke
3
Botol Jamur
plastik 100 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
3
Botol Jamur
plastik 1000 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
3
2 2 Sachet Jamur
minggu alumunium Trichoderma
foil sp. tumbuh
pada hari ke
4
28
Botol Jamur
plastik 100 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
3
Botol Jamur
plastik 1000 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
3
3 3 Sachet Jamur
minggu alumunium Trichoderma
foil sp. tumbuh
pada hari ke
5
Botol Jamur
plastik 100 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
4
29
Botol Jamur
plastik 1000 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
3
4 4 Sachet Jamur
minggu alumunium Trichoderma
foil sp. tumbuh
pada hari ke
5
Botol Jamur
plastik 100 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
5
Botol Jamur
plastik 1000 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
4
5 5 Sachet Jamur
minggu alumunium Trichoderma
foil sp. tumbuh
pada hari ke
5
30
Botol Jamur
plastik 100 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
5
Botol Jamur
plastik 1000 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
4
6 6 Sachet Jamur
minggu alumunium Trichoderma
foil sp. tumbuh
pada hari ke
5
Botol Jamur
plastik 1000 Trichoderma
ml sp. tumbuh
pada hari ke
4
31
Diantara ketiga kemasan yang dibuat, kemasan yang terbaik dapat menyimpan
fungisida adalah kemasan berbahan botol plastik ukuran 1000 ml (1 liter).
Fungisida bahan aktif Jamur Trichoderma sp. yang dikemas di dalam kemasan
botol plastik 1000 ml selama 6 minggu dapat tumbuh setelah 3-4 hari di media
PSA. Sementara pada dua kemasan lainnya, yaitu kemasan sachet alumunium
foil & botol plastik 100 ml, fungisida bahan aktif jamur Trichoderma sp. yang
dikemas di dalam kemasan selama 6 minggu baru dapat tumbuh setelah 5 hari
ditumbuhkan di media PSA.
4.2 Pembahasan
Proses budidaya tanaman jagung terdapat beberapa masalah yang dihadapi petani
salah satunya adalah serangan hama dan penyakit. Permasalahan serangan hama
dan penyakit khususnya pada tanaman jagung yaitu penyakit bulai yang
disebabkan oleh jamur Peronosclerospora sp.. Cara untuk mengendalikan
serangan penyakit bulai dengan menggunakan fungisida yang dibedakan menjadi
2 yaitu fungisida sintetik dan fungisida nabati atau hayati Para petani jagung telah
terbiasa menggunakan fungisida kimia sintetik untuk mengendalikan serangan
penyakit Penggunaan fungisida kimia sintetik telah banyak digunakan oleh para
petani khususnya petani jagung. Pengembangan produk fungisida hayati berbahan
aktif Trichoderma sp. dengan membuat kemasan fungisida hayati yang praktis
dan menarik diharapkan dapat mengalihkan minat petani dari kebiasaan
menggunakan fungisida kimia sintetik agar lebih ramah lingkungan.
Hasil peneletian ini , telah dibuat desain kemasan fungisida hayati berbahan aktif
Trichoderma sp. dengan 2 jenis bentuk kemasan yaitu menggunakan botol plastik
dan sachet alumunium foil yang praktis & menarik. Kemasan fungisida yang
telah dibuat diberi merk dagang “TRICHO-AR.”, pemberian nama merk dagang
ini didapat dari jamur berbahan aktif Trichoderma sp. yang menjadi “TRICHO”
sebagai kata pertama dalam kemasan, kemudian huruf terakhir “AR” didapat dari
nama singkatan hal ini bertujuan agar nama merk dagang memiliki ciri yang
diharapkan dapat menarik minat konsumen. Menurut Kottler & Amstrong (2012)
menyatakan bahwa kemasan melibatkan kegiatan mendesain dan memproduksi,
32
Desain kemasan dalam penelitian ini dibuat dari 2 bahan kemasan yang berbeda
yaitu kemasan botol plastik dan alumunium foil. Botol plastik mengandung bahan
HDPE (high density polyethylene) yang dapat mencegah reaksi kimia dan tahan
terhadap suhu tinggi, sedangkan plastik sachet mengandung bahan alumunium foil
memiliki sifat tidak berbau, tidak ada rasa, tidak berbahaya dan higienis. Hasil
dari analisis penerimaan pelanggan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa
kemasan botol plastik 100 ml paling banyak di minati oleh petani atau responden
dari kemasan lainnya, dikarenakan dalam penggunaannya petani lebih mudah
dalam proses pengaplikasian dan juga wadah botol plastik yang telah digunakan
dapat digunakan atau dimanfaatkan kembali oleh petani. Sedangkan kemasan
sachet alumunium foil lebih menarik dari kemasan lainnya dikarenakan untuk
kemasan dan warna berbeda pada kemasan yang telah banyak beredar.
Bentuk desain kemasans yang didalamnya terdapat unsur grafis atau desain visual
dan faktor fungsional dapat mempengaruhi minat beli atau daya tarik kensumen.
(Danger, 1992). Fungsi kemasan saat ini semakin berkembang sebagai media
komunikasi. Pada kemasan yang telah di buat dicantumkan QR code yang di
dalamnya memuat informasi produk beserta contact person yang dapat dihubungi
yang bertujuan agar konsumen dapat mengetahui informasi-informasi produk
kemasan fungisida hayati secara lebih detail.
Jamur Trichoderma sp. didalam 2 kemasan yang berbeda telah dilakukan uji daya
simpan terhadap kemasan fungisida hayati yang telah di buat untuk mengetahui
keaktifan jamur Trichoderma sp. tersebut. Pengujian daya simpan kemasan
fungisida hayati dilakukan dalam 1 minggu sekali selama 6 minggu dalam
masing- masing kemasan dengan menggunakan media PSA (Potato Sukrosa
Agar). Diperoleh hasil dari pengujian daya simpan kemasan yang telah di buat,
33
bahwa jamur Trichoderma sp. masih hidup setelah di simpan selama 6 minggu
dari masing- masing kemasan. Akan tetapi dalam pengujian daya simpan terhadap
kemasan yang telah di buat harus dilakukan uji lebih lanjut untuk memperoleh
hasil yang maksimal. Sriram et al., 2010 menyatakan Trichoderma sp. dengan
bahan pembawa talk yang ditambahkan gliserol dapat bertahan dengan daya
simpan selama 7 sampai 12 bulan
34
5.1 SIMPULAN
1. Kemasan formulasi cair dengan bahan aktif Trichoderma sp. yang menarik,
praktis dan ramah lingkungan adalah kemasan yang dapat mencegah reaksi
kimia, tahan terhadap suhu tinggi, tidak berbahaya, higienis dan mudah di
aplikasikan.
2. Terdapat pengaruh desain kemasan produk formulasi Trichoderma sp. terhadap
minat beli konsumen dari segi kemenarikan kemasan dan kepraktisan
3. Dari segi kemenarikan kemasan sachet alumunium foil 50 ml memproleh skor
tertinggi di bandingkan 2 kemasan lainnya, sedangkan dari segi kepraktisan
kemasan botol plastik 100 ml memperoleh skor tertinggi di bandingkan 2
kemasan lainnya.
5.2 SARAN
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini menjadi acuan untuk
penelitian kedepannya yang lebih teruji dalam jangka panjang dan desain
kemasan yang bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Cenadi CS. 2000. Peranan Desain Kemasan dalam Dunia Pemasaran. Jurnal
Komunikasi Visual Nirmana [Internet]. [diunduh pada 2016 April 1];
Vol.2 No.1: 92-103. Tersedia pada: http://dgi-indonesia.com/wp-
content/uploads/2009/03/dkv00020203.pdf
Danger, E. P. (1992). Memilih warna Kemasan. Jakarta : PT. Pustaka Bina
Pressindo.
Dewi RN, Hidayat R. 2015. Pengaruh Kualitas Produk terhadap Kepuasan
Pelanggan Bingka Nayad Batam. Jurnal Akuntansi [Internet]. [diunduh
2016 Maret 18]; Vol.3 No. 1. Tersedia pada: http://p2m.polibatam.ac.
id/wp-content/uploads/2016/02/4.-Rindu-rahmat.pdf
Gusnawaty H. S., M. Taufik, L. O. Santiaji dan A. Asis. 2017. Efektivitas
beberapa media untuk perbanyakan agensi hayati Trichoderma sp. Jurnal
HPT Tropika 17 (1): 70-76.
Klimchuck MR, Krasovec SA. 2006. Desain Kemasan.(Alih Bahasa dari Bahasa
Inggris Bob Sabran). Jakarta (ID): Erlangga. [Judul asli: Packaging
Design]
Kotler, Philip Gary Armstrong. 2008, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi 12 Jilid 1,
Erlangga, Jakarta
Moleong Lexy J. 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nisa, C. 2018. Pengujian Formulasi Trichoderma sp. Terhadap Pencegahan
Patogen Fusarium oxysporum Penyebab Penyakit Layu Pada Cabai
Rawit (Capsicum frutescens) Secara In Vivo. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang. 102 hlm.
Notoatmodjo,S.2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Purwono, dan Hartono, R. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya
Jakarta.
Rustiani, U. S. 2015. Keragaman dan Pemetaan Penyebab Penyakit Bulai Jagung
di 13 Provinsi Indonesia. (Disertasi). Institut Pertanian Bogor. Bogor.
35
LAMPIRAN
37
Lampiran 1
Kuisioner Penelitian
Karakteristik Petani dan Bahan Fungisida
yang Sering Digunakan
Oleh:
A. IDENTITAS PETANI
1. Nama pemilik
2. Alamat
3. Umur
4. Pendidikan terakhir
Utama :
Sampingan :
5. Pekerjaan
1.
2.
6. Kelompok Tani KT ..............
1. Bertani sejak tahun ……..
7. Pengalaman usaha
2. Budidaya tanaman jagung sejak tahun……..
b. Sewa .............Ha
39
c. Bagi Hasil.......
a) 1-3 kali
b) 4-6 kali
c) >7 kali
d) hanya di awal (1 minggu setelah tanam) dan di akhir masa tanam (1
minggu sebelum panen)
40
Lampiran 2.
Kuisioner Penelitian
Kebiasaan Petani dalam Memilih
Kemasan Fungisida Baru yang Akan
Digunakan
Oleh:
Nama Responden :
Tanggal wawancara : ..../..../2020
Waktu wawancara : Pukul.......... s.d.........
Tempat wawancara : Kebun/Rumah
Hal yang paling diperhatikan dalam memilih kemasan fungisida baru yang
akan digunakan :
A. Warna kemasan
1. Saya lebih tertarik pada warna kemasan yang cerah :
a) Merah
b) Kuning
42
c) Hijau
d) Biru
C. kepraktisan kemasan
1. Saya lebih tertarik dengan kemasan yang dapat digunakan sekali pakai tanpa
perlu menghitung dosis yang harus digunakan.
2. Saya lebih tertarik dengan kemasan yang dapat diisi ulang, sehingga saya dapat
menghitung sendiri dosis yang akan digunakan.
43
Lampiran 3.
Kuisioner Penelitian
Penilaian dan Penerimaan Petani
terhadap Kemasan Fungisida yang Telah
Dibuat
Oleh:
Nama Responden :
Tanggal wawancara : ..../..../2020
Waktu wawancara : Pukul. ... s.d......
Tempat wawancara : Kebun/Rumah
Skor
Pernyataan
5 4 3 2 1
Menurut saya kemasan fungisida dalam
bentuk sachet alumunium foil 50 ml
menarik perhatian saya.
Menurut saya kemasan fungisida dalam
bentuk botol 100 ml menarik perhatian
saya.
Menurut saya kemasan fungisida dalam
bentuk botol 1000 ml menarik perhatian
saya.
Menurut saya kemasan fungisida dalam
bentuk sachet alumunium foil 50
mlpraktis untuk digunakan.
Menurut saya kemasan fungisida dalam
bentuk botol 100 ml praktis untuk
digunakan.
Menurut saya kemasan fungisida dalam
bentuk botol 1000 ml praktis untuk
digunakan.
Keterangan :
5. : Sangat setuju
4. : Setuju
3. : Netral
2. : Tidak setuju
1. : Sangat tidak setuju
45
Lampiran 4.
Kuisioner Penelitian
Peningkatan Minat Petani untuk
Menggunakan Fungisida Hayati Setelah
Dibuat Kemasan yang Praktis dan
Menarik
Oleh:
Nama Responden :
Tanggal wawancara : ..../..../2020
Waktu wawancara : Pukul. ... s.d......
Tempat wawancara : Kebun/Rumah
d. ....................................................................
c. .............................................
e. ....................................................................
d. .............................................
4. Apabila terdapat produk fungisida hayati yang telah dikemas seperti kemasan
yang telah ditunjukkan, apakah Bapak/ibu akan beralih menggunakan fungisida
hayati?
a. Ya.
b. Tidak..
47
A B C D
1 Sugeng fitriyanto
2 Maryono
3 Slamet
4 Mahyo
5 Suwadi
6 Mudin
7 Suparno
8 Yuda
9 Ahmad Prayitno
10 Jamin
11 Rohani
12 Tabah Rifai
13 Deni Sugiyanto
14 Suyanto
15 Yatno
16 Rohadin
17 Lasiman
Jumlah (Orang) 3 10 3 1
Persentase (%) 18 59 18 6
Keterangan :
A: Harga relatif murah
B: Efektif mengendalikan patogen
C: Kemasannya praktis dan mudah di peroleh
D: Kemasannya menarik
49
Keterangan :
1 : sangat tidak menarik
2 : tidak menarik
52
3 : netral
4: menarik
5 : sangat menarik
Keterangan :
1 : sangat tidak menarik
2 : tidak menarik
3 : netral
4: menarik
5 : sangat menarik
(%)
55