Anda di halaman 1dari 107

EKSPLORASI DAN POTENSI TANAMAN SAYURAN DI

KABUPATEN SUMENEP

(Studi kasus : Kecamatan Pasongsongan, Kecamatan


Dasuk, Kecamatan Rubaru, dan Kecamatan Ambunten)

SKRIPSI

Oleh :

MOH. ZAIN FIRDAUS


NIM 18.03.111.00097

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2022
EKSPLORASI DAN POTENSI TANAMAN SAYURAN DI
KABUPATEN SUMENEP

(Studi kasus : Kecamatan Pasongsongan, Kecamatan


Dasuk, Kecamatan Rubaru, dan Kecamatan Ambunten)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata Satu
(S1) pada Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Ilmu dan Teknologi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Oleh :

MOH. ZAIN FIRDAUS


NPM 18.03.111.00097

LEMBAR JUDUL

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2022
EKSPLORASI DAN POTENSI TANAMAN SAYURAN DI
KABUPATEN SUMENEP

(Studi kasus : Kecamatan Pasongsongan, Kecamatan


Dasuk, Kecamatan Rubaru, dan Kecamatan Ambunten)

Oleh :

MOH. ZAIN FIRDAUS


NIM. 180311100097

Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing

Ir. Achmad Djunaedy, M.P


NIP. 196407052001121001
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Moh. Zain Firdaus, lahir di


Sumenep, 23 maret 2000, tepatnya di Desa
Panaongan Kecamatan Pasongsongan Kabupaten
Sumenep. Penulis merupakan anak pertama dari 2
bersaudara dari Suami Istri Bapak Ahmadi Thoha
dan Ibu Baitiyah. Penulis mengawali jenjang
pendidikan di TK Banu Imam Kecamatan
Masalembu pada tahun 2005-2006, Pendidikan
Dasar di SDN Masalima 2 pada tahun 2006-2012, Pendidikan Menengah
Pertama di SMPN 1 Masalembu pada tahun 2012-2015, Pendidikan Menengah
Atas di SMA Annuqayah Sumenep pada tahun 2015-2018. Penulis melanjutkan
pendidikan ke Jenjang Perguruan Tinggi Negeri Strata satu (S1) pada tahun
2018 di Universitas Trunojoyo Madura melalui jalur SBMPTN Bidikmisi dan
terdaftar di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian.
Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif dalam kegiatan eksternal
kampus. Pada periode 2019, Penulis menjadi salah satu pengurus di Ikatan
Alumni Annuqayah sebagai Kepala divisi dibidang kaderisasi dan menjadi
pengurus di PKPT IPNU-IPPNU pada periode 2020 sebagai anggota LEKAS
(Lembaga Ekonomi dan Kewirausahaan).
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Moh Zain Firdaus

NIM : 180311100097

Program Studi : Agroekoteknologi

Fakultas : Pertanian

Menyatakan bahwa Tugas Akhir (Skripsi) ini asli karya saya sendiri dan
belum pernah diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh derajat kesarjanaan
S-1 baik kepada Universitas Trunojoyo Madura.
Semua informasi yang dimuat dalam Tugas Akhir ini berasal dari Penulis
yang baik yang dipublikasikan maupun tidak dan telah diberikan penghargaan
dengan mengutip narasumber Penulis secara benar, selanjutnya semua isi
dalam laporan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai Penulis.

Bangkalan,

Moh. Zain Firdaus


NIM. 180311100097
MOTTO

“Banyak orang yang telah meninggal, tapi nama baik mereka tetap kekal. Dan
banyak orang yang masih hidup, tapi seakan orang mati yang tak berguna”
(Imam Syafi`ie)
Dengan Penuh Rasa Syukur Kupersembahkan Karya Ini Untuk:

Orang Tua yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan dan nasihat
untuk setiap langkah dan keputusan Penulis. Keluarga besar yang selalu
memberikan motivasi dan inspirasi kepada Penulis agar lebih giat dan semangat.

Segenap Guru yang telah sudi mengajarkan dan membimbing serta berbagi
pengalaman berharganya kepada Penulis selama ini.

Sahabat, rekan, dan kawan Penulis yang telah menjadi bagian dari perjalanan.

Semua pihak yang telah berjasa dan membantu kinerja Penulis.

Terimakasih yang setulus-tulusnya.


Moh. Zain Firdaus, 180311100097. Eksplorasi dan Potensi Tanaman
Sayuran di Kabupaten Sumenep (Studi kasus: Kecamatan Pasongsongan,
Kecamatan Dasuk, Kecamatan Rubaru, dan Kecamatan Ambunten).
Dibimbing Oleh: Ir. Achmad Djunaedy M.P dan Ir. H.Suhartono, M.P.

ABSTRAK

Tanaman sayuran merupakan salah satu tanaman yang sesuai dengan tanah
dan iklim di indonesia. Kandungan yang terdapat pada tanaman sayuran berupa
garam mineral, vitamin, serat, dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan dengan
cara dikonsumsi pada bagian daun, buah, bunga, dan ubinya, dan lain-lain.
tingkat konsumsi tanaman sayuran yang terdapat di daerah pedesaan cukup
tinggi serta ketinggian tempat di suatu daerah juga menentukan tanaman
sayuran yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Informasi keberadaanya
dapat digunakan sebagai acuan untuk dikonsumsi dan budidaya yang lebih luas,
karena mampu mendorong dalam meningkatkan produktivitas tananaman
sayuran di Kabupaten Sumenep. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
potensi dan keragaman tanaman apa saja yang dapat dimanfaatkan sebagai
sayuran di Kabupaten Sumenep. Penelitian ini menggunakan beberapa metode
penelitian antara lain yaitu metode eksplorasi, metode purposive sampling dan
metode deskriptif. Penggunaan metode eksplorasi ini merupakan kegiatan
penjelajahan selama penelitian untuk mengumpulkan dan memperoleh data
mengenai jenis – jenis tanaman sayuran serta pemanfaatannya di daerah-daerah
yang diteliti mengenai potensi tanaman sayuran. Hasil survey 4 Kecamatan
didapatkan 41 komoditi Tanaman sayuran. Komoditi tanaman terbanyak
ditemukan di Kecamatan Pasongsongan dengan jumlah 27 jenis tanaman,
sedangkan tanaman paling sedikit berada di Kecamatan Ambunten.dengan
jumlah 15 komoditi tanaman sayuran. Nilai rata-rata persentase komoditi yang
ditemukan dan sudah dimanfaatkan seluruh kecamatan sebanyak 35,97%,
komoditi yang ditemukan dan sudah dimanfaatkan tapi belum maksimal memiliki
nilai persentase sebanyak 12,54%, dan nilai rata-rata persentase dari komoditi
yang ditemukan tapi belum dimanfaatkan sebanyak 7,87%.

Kata kunci: Tanaman sayuran, Eskplorasi, Manfaat, Jenis Tanaman.


Moh. Zain Firdaus, 180311100097. Exploration and Potential of Vegetable
Crops in Sumenep Regency (Case study: Pasongsongan District, Dasuk
District, Rubaru District, and Ambunten District). Supervised By: Ir.
Achmad Djunaedy M.P and Ir. H.Suhartono, M.P.

ABSTRACT

One type of plant that thrives in Indonesia's soil and climate is the vegetable
plant. The nutrients found in vegetable plants, such as fiber, vitamins, and
mineral salts, can be consumed in the form of leaves, fruit, flowers, and other
vegetables like sweet potatoes. The amount of vegetable crops consumed in
rural areas is fairly large, and the local community's use of particular vegetable
crops is also influenced by the altitude of the location. Due to its potential to
foster greater productivity of vegetable crops in Sumenep Regency, knowledge of
its existence can be used as a reference for cultivation and consumption by a
larger audience. The goal of this study was to identify the variety and potential of
plants in Sumenep Regency that can be grown as vegetables. This study
employs a variety of research techniques, including exploratory, descriptive, and
purposive sampling techniques. When conducting research, this exploratory
strategy is used to gather information about the many kinds of vegetable plants
and how they are used in the places under investigation. 41 vegetable crop
commodities were found in the survey of 4 subdistricts. With 27 different plant
species, Pasongsongan District has the most plant commodities, while Ambunten
District had the fewest, with only 15 different vegetable crops. The average
proportion of goods discovered and used throughout all sub-districts was 35,97%
the average percentage of goods discovered but not used was 12,54% and the
average percentage of goods discovered but not used was as high as 7,87%.

Keywords: Vegetables, Exploration, Benefits, Types of Plants.

.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Penyusunan Laporan Akhir (Skripsi) dengan judul “Eksplorasi dan Potensi
Tanaman Sayuran di Kabupaten Sumenep (Studi kasus: Kecamatan
Pasongsongan, Kecamatan Dasuk, Kecamatan Rubaru, dan Kecamatan
Ambunten)” dengan lancar dan tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam
semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada baginda besar sang proklamator
islam Nabi Muhammad SAW, serta keluarga beliau, para sahabat, Tabi`ut tabi`in,
hingga kepada seluruh umat islam, amin.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dorongan maupun


bimbingan semua pihak yang turut membantu. Pada kesempatan ini, Penulis
menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ec. H. Muh. Syarif, M. Si. selaku Rektor Universitas Trunojoyo
Madura.
2. Bapak Dr. Moh, Fuad Fauzul M, S.TP., M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Trunojoyo Madura.
3. Ibu Dr. Darimiyya Hidayati, S.TP., M.P selaku Ketua Jurusan Ilmu dan
Teknologi Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.
4. Ibu Catur Wasonowati S.P.,M.Si selaku Koordinator Program Studi
Agroteknologi Universitas Trunojoyo Madura.
5. Bapak Ir. Achmad Djunaedy, M.P. selaku dosen pembimbing utama yang
telah memberikan pengarahan, petunjuk dan bimbingan selama Penulisan
laporan tugas akhir (skripsi).
6. Bapak Ir. H.Suhartono, M.P selaku dosen seminar yang selalu memberi
arahan dan masukan serta semangat.
7. Seluruh dosen dan tenaga karyawan PLP Agroteknologi yang senantiasa
membagikan ilmu dan pengalaman kepada Penulis.
8. Kedua orang tua Penulis, Bapak Ahmadi Thoha dan Ibu Baitiyah yang selalu
mensupport memberikan motivasi, nasehat dan mendoakan Penulis.
9. Teman-teman satu bimbingan yang selalu memberi semangat dikala Penulis
mulai menyerah.
10. Teman-teman seperjuangan Agroteknologi 2018 yang banyak membantu
Penulis selama kuliah, terima kasih atas kebersamaannya.
11. Kepada semua pihak yang terlibat secara tidak langsung.

Berbagai upaya telah Penulis lakukan dalam penyusunan skripsi ini, akan
tetapi Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih perlu disempurnakan. Penulis
menyadari akan adanya kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu
partisipasi, kritik maupun saran dari pembaca sekalian akan sangat membantu
untuk perbaikan supaya skripsi ini menjadi bahan bacaan yang lebih baik, diluar
itu semua, Penulis berharap supaya laporan ini dapat menambah pengetahuan
pembaca.

Akhir kata, Penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala


kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Bangkalan,

Penulis,

Moh. Zain Firdaus


NIM. 180311100097
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL....................................................................................................i

RIWAYAT HIDUP..................................................................................................iii

SURAT PERNYATAAN........................................................................................iv

ABSTRAK............................................................................................................vii

ABSTRACT.........................................................................................................viii

KATA PENGANTAR.............................................................................................ix

DAFTAR ISI...........................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xiii

DAFTAR TABEL.................................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xvii

I. PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Batasan Masalah.....................................................................................2

1.3 Rumusan Masalah...................................................................................2

1.4 Tujuan Penelitian.....................................................................................2

1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................3

II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................4

2.1 Kabupaten Sumenep...............................................................................4

2.2 Tanaman Sayuran...................................................................................6

2.3 Ekplorasi................................................................................................17

III. METODE PENELITIAN.............................................................................19

3.1 Lokasi dan waktu penelitian...................................................................19

3.2 Alat dan Bahan......................................................................................19


3.3 Metode Penelitian..................................................................................19

3.4 Tahapan Pelaksanaan Penelitian..........................................................20

3.5 Analisa data...........................................................................................21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................22

4.1. Hasil.......................................................................................................22

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Sumenep........................................22

4.1.2 Hasil Eksplorasi per-Kecamatan........................................................22

4.1.2.1. Kecamatan Rubaru..........................................................................22

4.1.2.2 Kecamatan Dasuk.......................................................................29

4.1.2.3 Kecamatan Pasongsongan.........................................................36

4.1.2.4 Kecamatan Ambunten.................................................................44

4.2 Pembahasan..........................................................................................49

V. PENUTUP.....................................................................................................60

5.1 Kesimpulan............................................................................................60

5.2 Saran.....................................................................................................60

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................61
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 3 Bunga Turi.........................................................................................9

Gambar 2. 4 Jantung Pisang..................................................................................9

Gambar 2. 5 Bunga Pepaya...................................................................................9

Gambar 2. 6 Terong.............................................................................................12

Gambar 2. 7 Mentimun.........................................................................................12

Gambar 2. 8 Tomat..............................................................................................12

Gambar 2. 10 Buncis............................................................................................13

Gambar 2. 12 Kacang panjang............................................................................13

Gambar 2. 14 Bayam...........................................................................................16

Gambar 2. 16 Sawi hijau......................................................................................16

Gambar 2. 18 Kangkung......................................................................................16

Gambar 2. 21 Rebung bambu..............................................................................17

Gambar 2. 27 Bawang merah..............................................................................19

Gambar 3. 1 Peta Kabupaten Sumenep 20

Gambar 4. 1 (A) Tumpang sari singkong dan cabai rawit (B) Tumpang sari
singkong dan cabai rawit (C) Tumpang sari terung, buncis dan cabai
rawit………………………………………………………………………..30

Gambar 4. 2 Tanaman Kelor sebagai pagar lahan tanaman jagung...................31

Gambar 4. 3 Tanaman Pisang.............................................................................31

Gambar 4. 4 (A) Tanaman sawi (B) Tanaman timun...........................................36

Gambar 4. 5 Tanaman kelor................................................................................36

Gambar 4. 6 (A) Tanaman labu (B) Tanaman talas.............................................37


Gambar 4. 7 (A) Tumpang sari kacang hijau dan jagung (B) Tumpang sari
singkong dan jagung..........................................................................37

Gambar 4. 8 Tanaman turi merah dan putih........................................................38

Gambar 4. 9 Tanaman kacang panjang di tepi lahan..........................................43

Gambar 4. 10 Tanaman Pisang di tepi lahan.......................................................43

Gambar 4. 11 Tanaman timun di tepi lahan.........................................................44

Gambar 4. 12 (A) Tanaman bawang merah dan terong di tepi lahan tembakau
(B) Tanaman Bawang di tepi lahan pekarangan...............................44

Gambar 4. 13 Tanaman kecipir sebagai pagar hidup.........................................45

Gambar 4. 14 Pagar hidup tanaman ubi dan kangkung......................................45

Gambar 4. 15 (A) Tanaman tomat (B) Tanaman bawang merah........................46

Gambar 4. 16 (A) Tumpang sari cabai rawit dan kacang tanah (B) Tumpang sari
cabai rawit, jagung dan tembakau.....................................................49

Gambar 4. 17 Tumpang sari jagung dan kacang panjang...................................50

Gambar 4. 18 (A) Tanaman kelor di tepi pekarang (B) Tanaman lamtoro di tepi
lahan..................................................................................................50

Gambar 4. 19 Tanaman timun.............................................................................51


DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1. Nama dan luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Sumenep...........22

Tabel 4. 2 Titik kordinat sampel di Kecamatan Rubaru.......................................22

Tabel 4. 3 Hasil Eksplorasi di Kecamatan Rubaru.............................................24

Tabel 4. 4 Titik kordinat sampel di Kecamatan Dasuk.........................................29

Tabel 4. 5 Hasil Eksplorasi di Kecamatan Dasuk..............................................31

Tabel 4. 6 Titik kordinat sampel di Kecamatan Pasongsongan...........................36

Tabel 4. 7 Hasil Eksplorasi di Kecamatan Pasongsongan.................................38

Tabel 4. 8 Titik kordinat sampel di Kecamatan Ambunten...................................44

Tabel 4. 9 Hasil eksplorasi di Kecamatan Ambunten.........................................46


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pemanfaatan tanaman sayuran lokal...............................................70

Lampiran 2 Karakteristik responden.....................................................................73

Lampiran 3 Dokumentasi Hasil Survey di Kecamatan Rubaru............................75

Lampiran 4 Dokumentasi Hasil Survey di Kecamatan Dasuk..............................76

Lampiran 5 Dokumentasi Hasil Survey di Kecamatan Pasongsongan................77

Lampiran 6 Dokumentasi Hasil Survey di Kecamatan Ambunten........................78


I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Sayuran merupakan salah satu dari bagian dari tanaman yang
pemanfaatannya disayur. Kandungan yang terdapat pada sayuran berupa garam
mineral, vitamin, serat, dan juga rendah protein serta lemak yang dapat
dimanfaatkan dengan cara dikonsumsi pada bagian daun, buah, bunga, dan
ubinya, dan lain-lain. Oleh karena itu, Prospek tanaman sayuran juga merupakan
salah satu tanaman yang di butuhkan untuk memenuhi terhadap kebutuhan gizi
masyarakat, sehingga banyak petani yang memanfaatkankannya sebagaii
peluang bisnis ynga cukup menguntungkan mereka. Tanaman sayuran memiliki
bermacam-macam varietas yang di budidaya oleh petani seperti tanaman
Sayuran yang hanya sekali panen hingga Tanaman yang dapat di panen hingga
lebih dari satu kali (Islamiyah, 2021).
Ruang lingkup tanaman sayuran dapat dikelompokkan berdasarkan pada
ketinggian tempat dan bagian yang dimanfaatkan atau dipanen contoh tanaman
berdasarkan pada ketinggian tempat seperti sayuran dataran tinggi ; wortel,
lobak, kubis/kol, broccoli, kentang dsb. Sayuran dataran rendah ; bawang merah,
oyong, dsb. Sayuran dataran tinggi dan rendah ; cabe, terong, kangkung dan
bayam. Contoh pengelompokan tanaman berdasarkan pada bagian tanaman
yang dimanfaatkan atau dipanen yaitu sayuran buah seperti cabe, tomat, terong,
timun, dsb ; sayuran daun seperti sawi, bayam, kangkung, dsb ; sayuran
batang/tunas seperti, rebung bambu dan asparagaus ; sayuran umbi seperti,
wortel, kentang, bit, lobak, dsb ; sayuran bunga seperti broccoli, kol bunga, dsb ;
sayuran polong seperti buncis, kacang panjang, kapri, dsb. Faktor penentu mutu
dari tanaman berupa warna, cita rasa, tekstur, serta kandungan gizi (Amilia,
2019).
Kabupaten Sumenep memiliki luas area panen tanaman sayuran sebesar
± 3.909 ha (Statitik Jatim, 2021) yang membuktikan jika tanaman sayuran banyak
diminati oleh masyarakat, baik digunakan untuk konsumsi maupun untuk
menambah nilai ekonomis. Kabupaten Sumenep juga memiliki ketinggian 0-500
mdpl, ketinggian tempat suatu daerah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
hasil dari suatu tanaman. Ketinggian tempat dapat menentukan suhu udara, dan

1
2

efisiensi metabolisme tanaman. Selain ketinggian tempat curah hujan juga


menentukan jumlah air yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Tingginya keragaman tanaman sayuran sudah sesuai, jka dibandingkan
dengan konsumsi sayuran masyarakat Indonesia di daerah pedesaan yang
dinilai cukup tinggi dibandingkan daerah perkotaan oleh kementerian kesehatan
RI. Menurut Kemenkes (2019) konsumsi sayur-sayuran lebih banyak dikonsumsi
pada daerah pedesaan hingga mencapai 2,04% sedangkan untuk perkotaan
hanya 1,68%. Mengutip dari hasil riset Kesehatan Dasar tahun 2018, Persentase
kurangnya konsumsi sayur di Indonesia mencapai 95,5%.

Berdasarkan dari data tersebut daerah pedesaan perlu adanya suatu


kegiatan eksplorasi untuk menemukan keberadaan tanaman tersebut, sehingga
perlu adanya suatu penelitian tentang tanaman-tanaman yang berpotensi
menjadi sayuran di Kabupaten Sumenep. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat
konsumsi tanaman sayuran yang terdapat di daerah pedesaan cukup tinggi serta
ketinggian tempat di suatu daerah juga menentukan tanaman sayuran yang
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Informasi keberadaanya dapat digunakan
sebagai acuan untuk dikonsumsi dan budidaya yang lebih luas, karena mampu
mendorong dalam menigkatkan produktivitas tananaman sayuran di Kabupaten
Sumenep.

I.2 Batasan Masalah

Penelitian ini dilakukan dengan mencatat dan mendata berbagai jenis


tanaman yang dapat digunakan sebagai sayuran di Kabupaten Sumenep,
berdasarkan komoditi yang sudah ditemukan serta sudah dimanfaatkan dengan
baik, komoditi yang sudah ditemukan serta sudah dimanfaatkan tapi belum
maksimal dan komiditi yang sudah ditemukan akan tetapi belum dimanfaatkan.

I.3 Rumusan Masalah

Potensi tanaman sayur apa saja yang terdapat di Kabupaten Sumenep ?


3

I.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui potensi dan keragaman


tanaman apa saja yang dapat dimanfaatkan sebagai sayuran di Kabupaten
Sumenep.

I.5 Manfaat Penelitian

Adanya penelitian ini sebagai bahan untuk informasi dalam mengenal


potensi dari bagian tanaman sayuran yang dapat dimanfaatkan di Kabupaten
Sumenep.

I.6 Hipotesis
Diduga terdapat keragaman tanaman yang berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai tanaman sayuran di Kabupaten Sumenep.
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kabupaten Sumenep


Kabupaten Sumenep merupakan salah satu dari 4 (empat) Kabupaten
yang ada di Pulau Madura Provinsi Jawa Timur yang terletak diantara 1130 32’
54”-1160 16’ 48” Bujur Timur dan 40 55’-70 24’ Lintang Selatan dengan luas
wilayah 2.093,458 Km2, yang terbagi dalam 27 kecamatan, 328 Desa dan 4
Kelurahan dengan jumlah pulau sebanyak 126 pulau yaitu 48 pulau berpenghuni
dan 78 pulau tidak berpenghuni. Kabupaten Sumenep bagian utara berbatasan
dengan laut jawa, sebelah selatan berbetasan dengan selat Madura, sebelah
timur berbatasan dengan Laut Jawa/Laut Flores, sedangkan sebelah barat
berbatasan langsung dengan Kabupaten Pamekasan (Bapeda Sumenep, 2013).
Secara geografis Kabupaten Sumenep yang terletak diujung timur Pulau
Madura terbagi dalam 2 (dua) wilayah yaitu Wilayah Daratan dan Kepulauan.
Wilayah daratan memiliki luas sebesar 1.146,927 Km2 (54,79%) terbagi atas 18
Kecamatan, Sedangkan untuk wilayah kepulauan memiliki luas 946,531 Km2
(45,21) terbagi atas 9 kecamatan. Berdasarkan gugusan pulau-pulau yang ada di
Kabupaten Sumenep, pulau terjauh/paling utara adalah pulau Karamian
Kecamatan Masalembu, dengan jarak tempuh lebih kurang 151 mil dari
Pelabuhan Kalianget dan lebih dekat dengan pulau Kalimantan. Sedangkan
untuk Pulau paling timur adalah Pulau Sakala Kecamatan Sapeken dengan jarak
tempuh 165 mil dari pelabuhan kalianget dan lebih dekat dengan pulau Sulawesi
(Bapeda Sumenep, 2013).
Berdasarkan data dari BMKG, keadaan Kabupaten Sumenep umumnya
beriklim panas dengan penyinaran matahari rata-rata dalam sebulan sebesar
73,56%. Penyinaran martahari tertinggi terjadi pada bulan juli sebesar 99,72%
dan penyinaran matahari terendah pada bulan januari sebesar 42, 98%. Suhu
udara maksimal pada tahun 2011 terjadi pada bulan oktober sebesar 33,3 0C,
suhu udara terendah terjadi pada bulan juni dan juli sebesar 24,5 0C. Suhu rata-
0
rata per bulan dalam satu tahun adalah sebesar 27,7 C, dan rata-rata
penguapan terendah 4,3 mm/bulan. Penguapan tertinggi terjadi pada bulan
September 2011 sebesar 6,1 mm dan penguapan terendah terjadi pada bulan
januari, April dan bulan Mei 2011 sebesar 6,1 mm. Kecepatan angin tertinggi

4
5

pada tahun 2011 terjadi pada bulan April sebesar 6 Knot. Arah angin pada
umumnya lebih dominan 50% berasal dari arah timur terjadi pada bulan mei s/d
Oktober 2011, sedangkan sisanya berasal dari Calm sebesar 33,33% terjadi
pada bulan Maret s/d Mei dan September 2011 dan arah laut 16,67% terjadi
pada bulan Februari dan September 2011 (Statistik, 2021).
Keadaan cuaca dalam setahun di Kabupaten Sumenep pada tahun 2011
dipengaruhi oleh temperatur, kelembabab dan tekanan udara. Rata—rata
temperatur, kelembaban dan tekanan udara, Rata-rata temperatur maximum di
º
Kabupaten Sumenep dalam setahun sebesar 31,5 C/bulan.sedangkan
temperature minimum rata-rata sebesar 25,0 ˚C/bulan. Kelembaban udara
maximum pada tahun 2011 rata-rata 91%/bulan. Sedangkan kelembaban udara
minimum rata-rata sebesar 77%/bulan. Tekanan udara maximum rata-rata dalam
satu tahun sebesar 10008,2 mbs/bulan. Suhu udara maximum rata-rata terendah
sebesar 31,5 0C, dan suhu udara minimum rata-rata sebesar 25,0 0C/bulan.
Rata-rata curah hujan berdasarkan data dari Stasiun Meteorology dan Geofisika
Kalianget sebesar 103,2 mm (Statistik, 2021). Curah hujan terendah terjadi bulan
Mei s/d Oktober 2011 bahkan tidak ada sama sekali. Dengan demikian setiap
tahun hampir semua daerah Kabupaten Sumenep mengalami kering yang agak
panjang.
Menurut Bapeda Sumenep (2013) Kabupaten Sumenep secara umum
berada pada ketinggian antara 0-500 meter di atas permukaan laut. Sedangkan
sebagian lagi berada pada ketinggian antara 500-1000 meter di atas permukaan
laut, sehingga ketinggian lahan di Kabupaten Sumenep dapat dikategorikan
menjadi 2 bagian. pertama, wilayah dengan ketinggian 0-500 meter dpl seluas
208.697,40 Ha atau mencapai luasan sekitar 99,72% dari seluruh luas wilayah
Kabupaten Sumenep. Kedua, wilayah yang memiliki ketinggian 500-1000 meter
dpl mencapai luasan 578,42 Ha atau sekitar 0,28% dari seluruh luas wilayah
Kabupaten Sumenep.
Struktur tanah yang ada di Kabupaten Sumenep sebagian besar terdiri
dari jenis tanah alluvial, mediteran, grumosol, dan regosol. Berdasarkan ciri fisik
tanah di Kabupaten Sumenep dapat digolongkan sebagai berikut, Jenis tanah
Alluvial Hodromorff, terdapat di Kecamatan Saronggi dan Batang-batang. Jenis
tanah Alluvial kelabu kekuningan, Terdapat di kecamatan kota Sumenep dan
6

Saronggi. Jenis tanah Litosol, terdapat di kecamatan Guluk-guluk dan Lenteng.


Jenis tanah Assosiasi Litosol dan Mediteran, terdapat di kecamatan Bluto,
Saronggi dan Talango. Jenis tanah Regusol coklat kekuningan, terdapat di
kecamatan Gili genting dan Gapura. Jenis tanah Complek Brows Forest Litosol
dan Mediterian, terdapat di kecamatan Ambuntem, Ganding, Guluk-guluk,
Saronggi dan Ambunten. Jenis tanah Grumosol kelabu, terdapat di Kecamatan
Ganding dan Kalianget. Jenis tanah Complek Mediterian Grumosol, Regusol dan
Litosol, terdapat di Kecamatan Batuputih dan Gapura (Bapeda, 2013).

II.2 Tanaman Sayuran


Tanaman sayuran memiliki umur relative pendek dibandingkan tanaman
hortikultura lainnya, namun ada beberapa tanaman yang dalam pemanfaatannya
sebagai sayuran tetapi memiliki umur yang relative panjang. Istilah “sayuran”
tidak bersifat ilmiah. Berbagai ungkapan mengenai tanaman sayuran dapat
ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga sampai saat ini belum ada
batasan yang jelas mengenai tanaman sayuran. Orang yang menekuni tanaman
sayuran dan ahli di bidang tersebut dinamakan Olericulturist (Susilawati, 2017).
Menurut Susilawati (2017) Sayuran merupakan bagian dari vegetative
tanaman, seperti : daun (beserta tangkainya), batang yang masih muda (rebung),
bagian tumbuhan yang tertutup tanah (umbi) seperti : wortel, kentang dan lobak.
Ada juga sayuran yang berasal dari organ generative, seperti : Bunga pisang,
bunga pepaya, bunga turi. Buah seperti : terong, tomat, cabai. Biji, seperti :
Kacang merah, dan tongkol seperti : tongkol jagung. Disamping itu, ada juga
yang bukan tumbuhan tetapi dimanfaatkan sebagai sayur seperti jamur.
Berdasarkan ekologinya tanaman sayuran dapat dibedakan berdasarkan
ketinggian tempat (dpl) : Sayuran dataran rendah, sayuran dataran medium,
sayuran dataran tinggi. Pertama, sayuran dataran rendah merupakan sayuran
yang tumbuh pada daerah yang ketinggiannya kurang dari 350 meter di atas
permukaan laut dengan ciri khas kawasan dataran rendah adalah udaranya yang
panas dan ketersediaan air cukup. Dataran ini biasanya tanahnya subur,
sehingga penduduknya lebih padat bila dibandingkan dengan daerah
pegunungan. Contoh tanaman dataran rendah seperti terong, cabai merah,
tomat, mentimun, gambas, kacang panjang. Kedua, sayuran dataran medium
merupakan sayuran yang dapat tumbuh pada ketinggian antara 350-700 meter di
7

atas permukaan laut. Contoh tanaman dataran medium seperti seledri, tomat,
mentimun, cabai merah, terung, bayam, bawang daun dan bawang merah.
Sayuran dataran tinggi merupakan sayuran yang terdapat di daerah pegunungan
dengan ketinggian lebih dari 700 meter di atas permukaan laut dengan ciri khas
dataran tinggi adalah udara kering, kelembaban udara nisbi sangat rendah dan
curah hujan rendah. Contoh tanaman dataran tinggi seperti gambas, seledri,
selada, tomat, bawang daun, cabai, kentang, bawang putih, bawang daun.
tanaman sayuran juga di kelompokkan berdasarkan pada bagian
tanaman yang dipanen atau dikonsumsi seperti :
a. Sayuran Bunga (Flower vegetables)
Sayuran bunga merupakan tanaman yang dikonsumsi ataupun dipanen
pada bagian bunga contoh :
1. Bunga Turi (Sesbania grandiflora)
Tanaman turi merupakan tanaman yang biasa dikosumsi oleh masyarakat
pada bagian bunganya berupa lalapan. Pertumbuhan tanaman ini terdapat di
persawahan maupun pekarangan rumah dengan tinggi pohon sekitar 10 meter
dan bercabang. Tanaman turi memiliki bunga yang bertangkai sekitar 2-4 bunga
besar yang erada dalam sebuah tandan ketiak daunnya serta memiliki kuncup
dengan bentuk sabit. Jenis Bunga tanaman turi yakni bunga turi merah dan putih
(Sumayya, 2019).
Tanaman turi memilki kandungan senyawa kimia yang berbeda-beda
antar bagian yang satu dengan yang lainnya. Pada daunnya terdapat senyawa-
senyawa kimia yaitu saponin, tanin, glikosida, peroksidase, vitamin A dan vitamin
B. Bunga tanaman turi mengandung kalsium, zat besi, gula, vitamin A dan
vitamin B. Bunga tanaman turi selain di konsumsi juga dapat digunakan sebagai
pelembut kulit, pencahar dan penyejuk (Hariana, 2013).
Turi termasuk kedalam tanaman toleran salinitas. Turi dapat tumbuh
optimal meskipun pada konsentrasi Nacl 2.000 - 4.000 ppm (DHL 3,13 – 6,25
dS/m). Tanaman turi dapat tumbuh dan berproduksi optimal meski berada dalam
salinitas tinggi (DHL mencapai 8,7 dS/m) pada tanah salin dengan pemberian
mulsa jerami padi (Kusmiyati et al., 2016)
2. Jantung Pisang
8

Tanaman pisang merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada iklim


tropis basah, lembab dan panas. Salah satu pemanfaatan pada tanaman pisang
yang dilakukan oleh masyarakat selain pada buahnya juga pada jantung pisang
yang merupakan bunga yang dihasilkan oleh pokok pisang dan berfungsi untuk
menghasilkan buah pisang. Jantung pisang dihasilkan semasa proses pisang
berbunga dan menghasilkan tandan pisang sehingga lengkap. Hanya dalam
keadaan tertentu atau spesies tertentu jumlah tandan atau jantung pisang
melebihi dari pada satu. Ukuran jantung pisang sekitar 25-40 cm dengan ukur lilit
tengah jantung 12-25 cm (Ariantya, 2016).
Semua tanaman pisang dapat memproduksi jantung pisang, tetapi tidak
semua jantung pisang dapat dikonsumsi. Jantung pisang yang dapat dikonsumsi
adalah jantung pisang dari jenis pisang kapok, pisang batu, pisang siam dan
pisang klutuk. Jantung pisang dari jenis pisang ambon tidak dapat dikonsumsi
karena kandungan karena kandungan tanin yang tinggi sehingga terasa pahit
(Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, 2014) dalam (Ariantya, 2016). Adapun
kandungan gizi per 100 gram jantung pisang segar dari pisang kapok menurut
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI energy 31 kkal, protein 1,2 gram,
lemak 0,3 gram, karbohidrat 7,1 gram, kalsium 3,1 mgram, fosfor 50 mg, zat besi,
vitamin A 170 mg, vitamin B1 0,05, vitamin C 10 mg, dan air 90,2 gram 5 (Astija &
Djaswintari, 2020).
Tanaman pisang dapat tumbuh di daerah yang mempunyai jangka waktu
di musim kemarau antara 0 - 4,5 bulan dan bercurah huja antara 650-5.000 mm
per tahun. Sedangkan suhu yang cocok untuk tanaman pisang adalah berkisar
antara 21 – 29,5 derajat C. ketinggian daerah yang cocok untuk tanaman pisang
adalah 0 s/d 1.000 m dpl. Namun untuk beberapa jenis pisang dapat tumbuh
pada ketinggian 2.000 m dpl. Berkaitan dengan jenis tanah, pada tanah kurang
subur pisang juga dapat tumbuh. Tempat tumbuh yang baik bagi pisang adalah
tanah ynag menngandung lempung dan diolah dengan baik, sedikit mengandung
kerikil dan tanpa genangan air (Wijayanto, 2016).
3. Bunga Pepaya
Tanaman pepaya merupakan tanaman yang sedikit bercabang,
tumbuh hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daun yang membentuk spiral pada
batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan tangki yang panjang
9

dan berlobang di bagian tengah. Bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan
ujung biasanya runcing. Warna buah ketika masih muda hijau gelap dan setelah
masak hijau muda hingga kuning. Bunga pepaya memiliki mahkota bunga
berwarna kuning pucat dengan tangkai pada batang. Bunga biasanya ditemukan
disekitar pucuk (Putra, 2016)
Kandungan senyawa pada bunga pepaya berupa Alkaloida,
flavonoida, tanin, steroida-triterpenoida, saponin dan glikosida (Aryahidayani,
2020). Bunga jantan pepaya selain dapat digunakan sebagai sayuran, dapat juga
dipakai sebagai obat peambah nafsu makan bagi anak kecil. Selain rebusan
bunga pepaya ini juga dipakai sebagai obat yang manjur untuk menyembuhkan
penyakit kuning (Yuniati, 1995)
Pepaya dapat tumbuh di dataran rendah 1000 m dpl dengan curah
huja 1000-2000 mm/tahun. Suhu udara yang dibutuhkan berkisar 22-26ºC
dengan kelembaban udara sekitar 40%. Angin sebaiknya tidak terlalu kencang
agar penyerbukan berlangsung optimal. Pepaya menyukai tanah subur, gembur,
mengandung humus, dan mampu menahan air. Derajat keasaman tanah (pH)
yang ideal bagi pertumbuhan pepaya berkisar 6-7 (pH netral). Kondisi drainase
yang buruk akan merusak pertanaman pepaya, karena pepaya tidak dapat
tumbuh dalam keadaan tergenang (Fardilawati, 2008) dalam (Shodiq, 2017).

Gamb
Gamb
ar 2. 2 Jantung Pisang
ar 2. 1 Bunga Turi
(Susilawati, 2017)
(Susilawati, 2017)
10

Gambar 2. 3 Bunga Pepaya


(Susilawati, 2017)

b. Sayuran Buah (Fruit vegetables)


Sayuran buah merupakan tanaman yang dikonsumsi ataupun dipanen
pada bagian buahnya contoh :
1. Terong (Solanum melongena)
Terong merupakan jenis sayuran yang sangat populer dan disukai oleh
banyak orang karena rasanya enak khususnya dijadikan sebagai bahan sayuran
atau lalapan. Terong juga mengandung gizi yang cukup tinggi, terutama
kandungan vitamin A dan Fosfor. Menurut Sunarjono (2013) bahwa setiap 100 g
bahan mentah terong mengandung 26 kalori; 1 g protein; 0,2 g hidrat arang; 25
IU vitamin A; 0,04 g vitamin B; dan 5 g vitamin C. Buah terong mempunyai
khasiat sebagai obat karen mengandung alkaloid, solanin, dan solasodin.
Menurut Iritani (2012) dalam Muldiana & Rosdiana (2017), menyebutkan bahwa
terong memiliki zat anti kanker, kandungan tripsin (protease) yang tergantung
pada inhibitor yang dapat melawan zat pemicu kanker.
Tanaman terung memiliki daya adaptasi yang sangat luas, namun
kondisi tanah yang subur dan gembur dengan sistem drainase dan tingkat
keasamaan yang baik merupakan syarat yang ideal bagi pertumbuhan tanaman
terung. Untuk pertumbuhan optimum, pH tanah harus berkisar antara 5-6.
Tanaman terung adalah tanaman sangat sensitive yang memerlukan kondisi
tanam yang hangat dan kering dalam waktu yang lama untuk keberhasilan
11

produksi. Tanaman terung menghendaki suhu udara antara 22ºC - 30ºC.


Temperatur lingkungan tumbuh sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
dan pencapaian masa berbunga pada terung. Lingkungan tumbuh yang memiliki
rata – rata 10 temperatur yang tinggi dapat mempercepat pembungaan dan umur
panen menjadi lebih pendek (Rizky, 2018)
2. Mentimun (Cucumis sativus)
Mentimun merupakan tanaman yang memiliki sistem perakaran
tunggang dan bulu – bulu akar, tetapi daya tembus akar relative dangkal, pada
kedalaman sekitar 30-60 cm. Oleh sebab itu, tanaman mentimun termasuk peka
terhadap kekurangan dan kelebihan air. Tanaman mentimun memiliki batang
yang berwarna hijau, berbulu dengan panjang yang bisa mencapai 1,5 m atau
umumnya batang mentimun mengandung air dan lunak (Hamzah et al., 2012).
Mentimun merupakan salah satu sayuran buah yang banyak
dikonsumsi masyarakat Indonesia dalam bentuk segar. Nilai gizi ketimun cukup
baik karena sayuran buah ini merupakan sumber beberapa vitamin dan mineral.
Kandungan nutrisi per 100 g ketimun terdiri atas 15 kalori, 0,8 g protein, 0,1 g
pati, 3 g karbohidrat, 30 mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 mg thianine, 0,01 mg
riboflavin, natrium 5 mg, niacin 0,10 mg, abu 0,40 g, 14 mg asam, 0,45 IU
Vitamin A, 0,3 IU Vitamin B1, dan 0,2 IU Vitamin B2 (Sumpena, 2001) dalam
(Hamzah et al., 2012).
Mentimun cocok ditanam di lahan yang jenis tanahnya lempung
sampai lempung berpasir yang gembur dan mengandung bahan organic.
Mentimun membutuhkan sinar matahari terbuka, drainase air lancar dan bukan
bekas penanaman mentimun. Aspek agronomi penanaman mentimun tidak
berbeda dengan komoditas sayuran komersial lainnya, seperti kecocokan tanah
dan tinggi tempat, serta iklim yang sesuai meliputi suhu, cahaya, kelembaban
dan curah hujan (Cahyono, 2006) dalam (Hamzah et al., 2012).
3. Tomat (Lycopersicum esculentum Mil)
Tomat merupakan tanaman sayuran buah yang sangat dibutuhkan
oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini disebabkan oleh
karena kandungan gizi buah tomat yang terdiri dari vitamin sangat berguna
untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit. Kandungan gizi
dalam 100 g buah tomat mengandung protein (1 g), karbohidrat (4,2 g), lemak
12

(0,3 g), kalsium (5 mg), fosfor (27 mg), zat besi (0,5 mg), vitamin A (karoten)
1500 SI, vitamin B (tiamin) 60 mg dan vitamin C 40 mg (Pudjiatmoko, 2008)
dalam (Mardaus et al., 2019).
Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah
750 mm-1.250 mm/tahun. Keadaan ini berhubungan erat dengan ketersediaan
air tanah bagi tanaman, terutama di daerah yang tidak terdapat irigasi teknis.
Curah hujan yang tinggi juga dapat menghambat persarian. Suhu udara rata-rata
harian yang optimal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah suhu siang hari
18-29 derajat C dan pada malam hari 10-20 derajat C (Pudjiatmoko, 2008) dalam
(Mardaus et al., 2019).

Gambar 2. 4 Terong
(Susilawati, 2017)
Gambar 2. 5 Mentimun
(Susilawati, 2017)

Gambar 2. 6 Tomat
13

(Susilawati, 2017)
14

c. Sayuran polong (legume vegetables)


Sayuran polong merupakan tanaman yang dikonsumsi ataupun dipanen
pada bagian polong contoh :
1. Buncis (Phaseolus vulgaris)
Tanaman buncis merupakan tanaman sayuran polong, masuk dalam
kelompok kacang-kacangan yang mengandung salah satu sumber protein nabati
dan kaya akan vitamin A, B, dan C. Tanaman buncis memiliki umur pendek dan
berbentuk semak atau perdu. Berdasarkan tipe pertumbuhannya, ada dua
macam tanaman buncis, yaitu tipe tegak dan tipe merambat (Hortikultura, 2021).
Tanaman buncis dapat tumbuh baik di dataran tinggi hingga dataran
rendah (50-100 meter dpl). Suhu udara ideal untuk pertumbuhan 20-25ºC
dengan kelembaban udara udara ±55% (sedang). Jenis tanah yang cocok adalah
andosol dan regosol, berdrainase baik, gembur, remah dan subur dengan
kisaran pH tanah 6,0 – 7,0 (Hortikultura, 2021).
2. Kacang panjang (Vigna sinensis)
Kacang panang merupakan tanaman hortikultura yang mudah diolah
menjadi makanan dan kaya nutrisi seperti vitamin, protein, lemak nabati,
karbohidrat dan mineral. Kacang panjang, terutama bagian biji dan polongnya
berfungsi sebagai pengatur metabolisme tubuh, dan memperlancar proses
pencernaan bagi tubuh manusia (Kurdianingsih et al., 2015).
Menurut haryanto (2013) dalam (Kosasih, 2020) pada biji kacang panjang
terdapat sumber protein nabati yang memiliki kandungan karbohidrat (70,00%),
protein (17,30%), lemak (1,50%) dan air (12,20%). Kacang panjang sebagai
salah satu jenis sayur sayuran dapat menjadi pilihan yang mudah bagi
masyarakat Indonesia.
Kacang panjang dapat ditanam setiap saat dan dapat tumbuh dengan
baik pada ketinggian 0-800 m dpl. Jenis tanah yang cocok untuk
pertumbuhannya adalah latosol (lempung berpasir), regosol dan alluvial dengan
pH 5,5 - 6,5. Suhu udara yang dibutuhkan adalah 18-32ºC. Tanaman ini
membutuhkan banyak sinar matahari dan curah hujan berkisar antara 600 –
2.000 mm/tahun. Waktu tanam yang baik adalah awal atau akhir musim hujan
(Anto, 2013).
15

Gambar 2. 7 Buncis
(Susilawati, 2017)
Gambar 2. 8 Kacang panjang
(Susilawati, 2017)

d. Sayuran daun (leaf vegetables)


Sayuran daun merupakan tanaman yang dikonsumsi ataupun dipanen
pada bagian daunnya contoh :
1. Bayam (Amaranthus spp.)
Tanaman bayam merupakan tanaman yang sangat potensial untuk
dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dimasa yang akan
dating. Karena mengingat akan fungsi tanaman bayam sebagai pemenuh
kebutuhan gizi masyarakat dengan banyaknya kandungan zat gizi yaitu protein,
karbohidrat, lemak, zat besi vitamin A, B, C serta serat (Rukmana et al, 2008)
dalam (Septian & Samah, 2018).
Tanaman bayam biasanya tumbuh di daerah tropis dan menjadi tanaman
sayur yang penting bagi masyarakat di dataran rendah. Bayam merupakan
tanaman yang berumur tahunan, cepat tumbuh serta mudah ditanam pada kebun
ataupun lading (Palada dan Chang, 2003) dalam (Kurniawan, 2019). Bayam
mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan tumbuh, sehingga
dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi. Hasil panen yang
optimal ditentukan oleh pemilihan lokasi penanaman. Lokasi penanaman harus
memperhatikan persyaratan tumbuh bayam, yaitu : keadaan lahan harus terbuka
dan mendapat sinar matahati serta memiliki tanah yang subur, gembur, banyak
mengandung bahan organic, memiliki pH 6-7 dan tidak tergenang air (Rukmana,
1995) dalam (Kurniawan, 2019)
16

2. Sawi hijau (Brassica rapa)


Tanaman sawi merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai
komersial dan prospek yang sangat baik. Selain ditinjau dari segi klimatologis,
teknis dan ekonomis sosialnya juga sangat mendukung, sehingga memiliki
kelayakan untuk diusahakan di Indonesia dan sayuran ini merupakan jenis
sayuran yang digemari oleh semua golongan masyarakat. permintaan terhadap
tanaman sawi selalu meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk
dan kesadaran kebutuhan gizi. (Haryanto, dkk., 2006) dalam (Sarif et al., 2015).
Tanaman sawi memilliki kandungan gizi yang dibutuhkan tubuh manusia seperti
serat, fosfor, zat besi, natrium, kalium dan sumber vitamin A. Kandungan gizi
serta rasanya yang enak, membuat sawi menajdi salah satu produk pertanian
yang diminati masyarakat, sehingga mempunyai potensi serta nilai komersial
tinggi (Rukmana, 2005) dalam (Munthe et al., 2018)
Tanaman sawi merupakan tanaman yang tahan terhadap air hujan,
sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Tanaman sawi termasuk tanaman
yang tidak cocok terhadap hawa panas, suhu yang dibutuhkan tanaman sawi
berkisar antara 15ºC - 20ºC. Pada suhu dibawah 15ºC tanawan sawi akan
mengalami pembungaan lebih cepat sedangkan pasa suhu di atas 20ºC tidak
mengalami pembungaan. Tanah yang dibutuhkan berupa tanah gembur, banyak
mengandung humus dengan sistem drainase baik. Derajat keasaman tanah
antara 6-7 (Fuad, 2010)
3. Kangkung (lpomoea spp.)
Kangkung merupakan salah satu tanaman hortikultura yang sangat
digemari oleh masyarakat Indonesia karena rasanya yang gurih. Tanaman ini
termasuk kelompok tanaman semusim dan berumur pendek dan tidak
memerlukan areal yang luas untuk membudidayakannya sehingga
memungkinkan dibudidayakan di kota yang pada umumnya lahannya terbatas.
Selain rasa yang gurih, gizi yang terdapat pada sayuran kangkung cukup tinggi,
seperti vitamin A, B dan C serta berbagai mineral terutama zat besi yang
berguna bagi pertumbuhan badan dan kesehatan (Mayani et al., 2015).
Tanaman kangkung dapat tumbuh baik di tempat yang bersuhu dingin,
sehingga dapat diusahakan di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah,
meskipun demikian tanaman kangkung akan lebih baik jika ditanam di dataran
17

tinggi dengan ketinggian 500-2000 m dpl. Kondisi iklim yang sesuai untuk
pertumbuhan kangkung adalah daerah yang mempunyai suhu malam 18ºC dan
siang harinya 28ºC (Sitinjak, 2018).

Gambar 2. 9 Bayam
Gambar 2. 10 Sawi hijau
(Susilawati, 2017)
(Susilawati, 2017)

Gambar 2. 11 Kangkung
(Susilawati, 2017)

e. Sayuran Batang (Stem vegetables)


Sayuran batang merupakan tanaman yang dikonsumsi ataupun dipanen
pada bagian batang contoh :
1. Rebung bambu (Bambusa oldhamii)
Bambu merupakan sekelompok tumbuhan yang dicirikan oleh buluh yang
berkayu mempunyai ruas-ruas dan buku-buku. Bambu mempunyai rumpun yang
agak rimbun, tinggi buluhnya mencapai 30 m, diameter 8,5-20 cm. Buku-bukunya
membengkak, dengan panjang 40-60 cm dan tebal dinding antara 1-1,5 cm.
Bambu ini banyak digunakan untuk kontruksi bangunan, tempat air dan bumbung
18

untuk menampung nira. Tunas muda atau rebung mempunyai rasa manis, dan
banyak dibuat untuk sayur (Yulianti, 2018).
Rebung adalah nama umum untuk terubus bambu. Rebung juga dapat
disebut tunas muda dari bambu. Rebung pada pemanfaatannya biasa digunakan
dalam kuliner atau makanan tradisional masyarakat Indonesia. Rebung disajikan
dengan diiris dan kuah sayur. Jenis-jenis rebung yang biasa dikonsumsi di
Indonesia antara lain jenis bambu betung (Dendrocalamus asper), bambu legi
(Giganthocloa atter) yang banyak tumbuh di daerah jawa dan bambu tabah
(Giganthocloa nigrociliata) yang banyak ditemui di daerah Tabanan Bali dan
Sukabumi, Jawa Barat (Kencana et al., 2012) dalam (Patty et al., 2014).
Rebung segar memiliki kandungan gizi yang sebagian besar mengandung
terdiri dari air yaitu sebesar 90,6% (Rachmadi, 2011). Rebung jenis bambu tabah
segar mengandung air (92,2%), protein (2,29%), pati (1,68%), serat (3,07%) dan
HCN (7,97 ppm). Keunggulan dari rebung tabah segar adalah memiliki
kandungan protein dan serat lebih tinggi dibanding rebung bambu betung
(Dendrocalamus asper) dengan kandungan HCN lebih rendah (Kencana et al.,
2020) dalam (Patty et al., 2014). Rebung segar mempunyai kandungan serat
serta kandungan protein dan abu yang berbeda-beda pada tiap bagiannya.
Rebung segar bagian ujung mengandung serat lebih kecil dibandingkan pada
bagian pangkal. Kandungan protein dan abu dengan bagian ujung lebih tinggi
dibandingkan bagian pangkal (Kurosawa, 1969) dalam (Patty et al., 2014).
Bambu dapat tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah pada
ketinggian 0-2000 m di atas permukaan laut. Bahkan, bambu dapat tumbuh pada
tanah marginal yang kurang subur sekalipun. Bambu termasuk jenis tanaman
yang mmemiliki pertumbuhan sangat cepat. Dalam waktu sekitar 3 tahun sejak
ditanam, sebatang bambu sudah dapat membentuk rumpun yang sangat rapat.
Curah hujan yang dibutuhkan sekitar 1200 mm per tahun atau minimal 10 mm
per bulan. Sedangkan kelembaban udara yang dibutuhkan sekitar 50-80 persen
(Kencana et al., 2012).
19

Gambar 2. 12 Rebung bambu


(Susilawati, 2017)
20

f. Sayuran Umbi lapis (bulb vegetables)


Sayuran umbi lapis merupakan tanaman yang dikonsumsi ataupun
dipanen pada bagian umbinya contoh :
1. Bawang merah (Allium ascalonicum L.)
Bawang merah merupakan sayuran yang masuk dalam kelompok
komoditas strategis sehingga perlu mendapat perhatian dan dukungan semua
pihak. Salh satu kendala dalam pengembangan bawang merah ialah
keterbatasan benih secara tepat baik waktu maupun jumlahnya. Saat musim
tanam seringkali harga benih umbi cukup tinggi sehingga mengakibatkan biaya
produksi budidaya bawang merah menjadi mahaldan beresiko sangat tinggi.
Selama ini bawang merah diperbanyak secara vegetative dengan menggunakan
benih berupa umbi bawang merah yang membutuhkan masa dormansi dan masa
simpan terbatas (Hermanto et al., 2017).
Bawang merah memiliki kandungan mineral kalium yang cukup tinggi.
Kalium berperan penting dalam proses metabolisme dan juga dalam menjaga
keseimbangan tekanan darah, mencegah pengerasan pembuluh darah, dan
membersihkan pembuluh darah dari endapan kolesterol jahat, serta membantu
mengatur kontraksi otot rangka dan otot halus, dan berperan penting dalam
fungsi kerja saraf dan otak. Mineral kalsium dan fosfor yang terkandung dalam
bawang merah penting untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi (Aryanta,
2019).
Tanaman bawang merah dapat tumbuh dengan optimal pada daerah
beriklim kering. Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan da
intensitas hujan yang tinggi, serta cuaca berkabut. Tanaman ini membutuhkan
penyinaran matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25-
32ºC, dan kelembaban nisbi 50-70%. Tanaman bawang dapat membuntuk umbi
di daerah yang suhu udaranya rata-rata 22ºC, tetapi hasil umbinya tidak sebaik di
daerah yang suhu udara lebih panas. Oleh karena itu, tanaman bawang merah
lebih optimal tumbuh di dataran rendah dengan iklim cerah (Winaryati, 2017).
21

Gambar 2. 13 Bawang merah


(Susilawati, 2017)
II.3 Ekplorasi
Eksplorasi merupakan langkah awal yang perlu ditempuh dalam mencari
varietas. Eksplorasi dapat dilakukan ke beberapa daerah dan mendata informasi,
baik morfologi maupun genetika (Gusman, 2010). Eksplorasi juga merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan melalui penjelajahan lapangan dengan tujuan
agar memperoleh pengetahuan lebih banyak (Sulistyo et al., 2015). Studi
eksplorasi merupakan penelitian yang berangkat dari beberapa rasional dan
petunjuk untuk mengindentifikasi masalah yang mencakup sejumlah peristiwa
yang berkisar pada keputusan-keputusan, program-program, proses
implementasi, dan perubahan organisasi (Subandriyo et al., 2002) dalam
(Mashar, 2018). Eskplorasi juga merupakan kegiatan pelacakan, penjelajahan,
mencari dan mengumpulkan jenis-jenis sumberdaya genetic tertentu, untuk
dimanfaatkan dan mengamankannya dari kepunahan (Subandriyo et al., 2002)
dalam (Mashar, 2018).
Eksplorasi dilaksanakan secara bertahap dengan mengandalkan narasumber
dan sumber informasi, baik langsung dari narasumber utama maupun data
kepustakaan (Bompard dan Kostermans 1985; Purnomo 1987) dalam (Mashar,
2018). Informan dalam penelitian adalah orang atau pelaku yang benar-benar
tahu dan menguasai masalah, serta terlibat langsung dengan masalah penelitian,
dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, maka peneliti sangat erat
kaitannya dengan faktor—faktor kontekstual, jadi dalam hal ini sampling dijaring
sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber. Maksud kedua dari informan
adalah untuk menggali informasi yang menjadi dasar dan rancangan teori yang
dibangun. Adapun kegiatan eksplorasi yang dilakukan yaitu melakukan
22

penggalian informasi keberadaan contoh tanaman, pengumpulan contoh


tanaman, karakterisasi dan evaluasi tanaman serta deskripsi tanaman (Mashar,
2018).
Eksplorasi merupakan langkah awal dari konservasi tanaman kegiatan
tersebut diawali dengan inventarisasi sampel tanaman yang sudah
dibudidayakan maupun spesies liarnya yang berada di tempat penelitian.
Langkah pertama pra eksplorasi adalah mencari informasi ke dinas-dinas dan
instansi terkait lainnya untuk memperoleh informasi mengenai jenis dan habitat
tumbuhnya. Informasi ini kemudian akan di dikembangkan pada saat eksplorasi
ke lokasi sasaran yang umumnya daerah asal dan penyebaran jenis tanaman
(Mashar, 2018).

II.4 Potensi tanaman sayuran


Indonesia merupakan Negara berkembang dengan pertanian sebagai
salah satu sumber mata pencaharian sebagian besar penduduknya, hal ini
menunjukkan Sumber Daya Manusia memiliki potensi jika dikelolah dengan baik
dan dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia maka masyarakat akan sejahtera
(Statistik, 2017). Potensi sayuran diserta produksinya mengalami peningkatan
pada tahun 2014-2017, luas panen sayuran sebesar 1.007.839 ha dengan
produksi sebesar 9.563.075 ton untuk empat tahun terakhir (Melsasail et al.,
2018).
Menurut Susilawati (2017) berdasarkan hasil dari pengumpulan dan
pengolahan data SPH tahun 2014, terdapat beberapa tanaman yang
memberikan kontribusi produksi terbesar terhadap total produksi sayuran di
Indonesia, yaitu :
A. Bawang Merah
Bawang merah dengan kontribusi produksi sebesar 1.233.984 ton atau
sekitar 10,35 persen Terhadap produksi sayuran nasional. Sentra produksi
bawang merah di Indonesia adalah Pulau Jawa dengan total produksi sebesar
956.652 ton atau sekitar 77,53 persen dari total produksi bawang merah
nasional. Berikut adalah produksi bawang merah pada beberapa sentra produksi
di Indonesia pada tahun 2014. Provinsi penghasil bawang merah terbesar adalah
Jawa Tengah dengan produksi sebesar 519.356 ton atau sebesar 42,09 persen
dari total produksi bawang merah nasional, diikuti oleh Jawa Timur dan Jawa
23

Barat. Sedangkan provinsi penghasil bawang merah terbesar di luar Jawa adalah
Nusa Tenggara Barat, dengan produksi sebesar 117.513 ton atau sekitar 9,52
persen dari total produksi bawang merah nasional, diikuti oleh Sumatera Barat.
B. Cabai Besar
Cabai besar dengan kontribusi produksi sebesar 1.074.602 ton atau
sekitar 9,02 persen terhadap produksi sayuran nasional . sentra produksi cabai
besar di Indonesia adalah Pulau Jawa dengan total produksi sebesar 556.669
ton atau sekitar 51,80 persen dari total produksi cabai besar nasional. Adapun
provinsi penghasil cabai besar terbesar adalah Jawa Barat dengan produksi
sebesar 253.296 ton atau sebesar 23,57 persen dari total produksi cabai besar
nasional, diikuti oleh Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan provinsi
penghasil cabai besar terbesar di luar Jawa adalah Sumatera Utara, dengan
produksi sebesar 147.810 ton atau sekitar 13,75 persen dari total produksi cabai
besar nasional, diikuti oleh Sumatera Barat.
C. Tomat
Tomat dengan kontribusi produksi sebesar 915.987 ton atau sekitar 7,69
persen terhadap produksi sayuran nasional. Sentra produksi tomat di Indonesia
adalah Pulau Jawa dengan total produksi sebesar 434.202 ton atau sekitar 47,40
persen dari total produksi tomat nasional. Adapun provinsi penghasil tomat
terbesar adalah Jawa Barat produksi sebesar 304.687 ton 33,26 persen dari total
produksi tomat nasional, diikuti oleh Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sedangkan
provinsi penghasil tomat terbesar di luar Jawa adalah Sumatera Utara, dengan
produksi sebesar 84,339 ton atau sekitar 9,21 persen dari total produksi tomat
nasional, diikuti oleh Sumatera Barat.
III. METODE PENELITIAN

III.1 Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan di 4 Kecamatan Kabupaten Sumenep antara lain :
Kecamatan Pasongsongan, Kecamatan Ambunten, Kecamatan Rubaru dan
Kecamatan Dasuk. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2022.

III.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan selama penelitian ini berupa kendaraan bermotor,
GPS kamera dan buku catatan.

III.3 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan beberapa metode penelitian antara lain yaitu
metode eksplorasi, metode purposive sampling dan metode deskriptif.
Penggunaan metode eksplorasi ini merupakan kegiatan penjelajahan selama
penelitian untuk mengumpulkan dan memperoleh data mengenai jenis – jenis
tanaman sayuran serta pemanfaatanya di daerah-daerah yang diteliti mengenai
potensi tanaman sayuran. Metode purposive sampling merupakan metode yang
digunakan untuk menentukan lokasi - lokasi penelitian berdasarkan kriteria –
kriteria tertentu. Metode purposive sampling digunakan untuk penentuan
Kecamatan – kecamatan di Kabupaten Sumenep sebagai lokasi penelitian.
Kecamatan – kecamatan di Kabupaten Sumenep yang menjadi lokasi penelitian
yaitu Kecamatan Ambunten, Kecamatan Pasongsongan, Kecamatan Rubaru dan
Kecamatan Dasuk karena sesuai dengan kriteria yaitu merupakan 4 kecamatan
dengan produksi sayuran tertinggi di Kabupaten Sumenep. Selain itu, kriteria
yang lain untuk menentukan 4 kecamatan tersebut yaitu berdasarkan ketinggian
tempat. Kecamatan Ambunten memiliki ketinggian 53 mdpl, Kecamatan
Pasongsongan dengan ketinggian 120 mdpl, Kecamatan Dasuk dengan
ketinggian 154 mdpl, sedangkan Kecamatan Rubaru dengan ketinggian 92 mdpl
(Statistik, 2021). Pengambilan sampel dilakukan secara acak sebanyak 12 titik
sampel di setiap Kecamatan dengan teknik eksplorasi. Titik sampel ekplorasi
diarahkan pada usaha jenis – jenis sayuran yang ada di kebun maupun di
pekarangan rumah dan dihabitat asli tanaman sayuran tersebut, agar semua
variasi yang ada dalam tanaman dapat diwakili. Metode deskriptif merupakan

24
25

metode yang digunakan untuk menganalisis dan menggambarkan jenis – jenis


tanaman sayuran yang ada di Kecamatan Ambunten, Pasongsongan, Rubaru
dan Kecamatan Dasuk..
Pendataan tanaman sayuran berdasarkan pada pemanfaatan bagian
tanaman yang diketahui melalui observasi juga wawancara dengan masyarakat
sekitar lokasi titik sampel terkait pemanfaatan yang dilakukan pada bagian
tanaman yang digunakan sebagai sayur seperti daun, batang, bunga, buah, biji,
dsb.

Gambar 3. 1 Peta Kabupaten Sumenep

Sumber : https://peta.web.id/peta/kec/kota-sumenep-158

III.4 Tahapan Pelaksanaan Penelitian

a. Pra-Eksplorasi
Tahapan ini dilakukan untuk mencari data sekunder berupa literatur –
literatur jurnal dan informasi ke dinas-dinas mengenai tanaman sayuran, syarat
tumbuh, manfaat dan mencari informasi dari masyarakat mengenai pekarangan,
kebun maupun lokasi habitat tempat tanaman sayuran. Selain itu mencari data
atau referensi pendukung tentang tanaman sayur atau tanaman-tanaman yang
dapat dimanfaatkan sebagai sayur termasuk di dalamnya sayuran indigenous,
serta melakukan survei pasar untuk mengetahui tanaman-tanaman apa saja
yang sudah dikomersialkan di Kabupaten Sumenep.
26

b. Eksplorasi
Tahap selanjutnya yaitu ekplorasi, pada tahapan ini dilakukan untuk
mendapatkan data primer langsung dari tempat penelitian. Ekplorasi dilakukan di
Kecamatan Ambunten, Pasongsongan, Rubaru dan Kecamatan Dasuk.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak sebanyak 12 titik sampel di setiap
Kecamatan dengan teknik eksplorasi. Langkah langkah kegiatan ekplorasi yaitu:
melakukan kegiatan wawancara terhadap narasumber pemilik pekarangan
maupun kebun sayuran, hasil wawancara ditulis di form yang telah disiapkan,
langkah selanjutnya yaitu mencatat hasil observasi lapang mengenai jenis
tanaman sayuran apa saja yang ada di lokasi tersebut, selanjutnya dilakukan
pendataan tanaman sayuran berdasarkan pada pemanfaatan bagian tanaman
yang diketahui melalui pra-eksplorasi juga wawancara dengan masyarakat
sekitar lokasi titik sampel terkait pemanfaatan yang dilakukan pada bagian
tanaman yang digunakan sebagai sayur seperti daun, batang, bunga, buah, biji,
dan bagian lain seperti tunas, kulit buah dsb. Langkah selanjutnya yaitu
dokumentasi tanaman sayuran dalam bentuk foto dan data apa saja yang
diperoleh pada observasi lapang ditulis di buku catatan lapangan Setiap
kecamatan dilakukan pengambilan sampel dilakukan secara acak di 12 titik
lokasi untuk mengumpulkan dan menganalisa jenis – jenis sayuran yang ada
dilokasi tersebut. Sehingga total titik pengambilan sampel dari 4 Kecamatan di
Kabupaten Sumenep yaitu berjumlah 48 titik lokasi penelitian.
c. Penyajian data

Penyajian data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan teks
naratif. Data yang disajikan yaitu data jenis - jenis tanaman sayuran hasil
penelitian, jumlah pemanfaatan tanaman sayuran, bagian tanaman yang
dimanfaatkan seperti daun, batang, bunga dll dan hasil manfaat tersebut (bentuk
olahan). Hasil penelitian dari pemanfaatan tanaman yang ditemukan
dicantumkan nilai rata-rata pemanfaatan dalam bentuk tabel.
27

III.5 Analisa data

Data yang diperoleh akan dimasukkan dalam bentuk tabel dan dilanjutkan
dengan perhitungan persentase pada komoditi yang dimanfaatkan atau belum
oleh masyarakat. setelah itu, dilakukan analisa secara kualitatif dan deskriptif.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1. Hasil

IV.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Sumenep


Kabupaten Sumenep merupakan daerah paling timur di ujung pulau
Madura provinsi Jawa Timur. Luas wilayah Kabupaten Sumenep sebesar
2.093,458 Km2, yang terbagi dalam 27 Kecamatan, desa sebanyak 328 dengan
jumlah pulau sebanyak 126 pulau yang terbagi menjadi 78 pulau tidak
berpenghuni dan 48 pulau berpenghuni. Berikut nama-nama kecamatan yang
digunakan sebagai tempat eksplorasi berdasarkan ketinggian tempat dan luas
wilayah di Kabupaten Sumenep.

Tabel 4. 1. Nama dan luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Sumenep.


No Kecamatan Tinggi dari permukaan laut Luas (km2)
Desa (mdpl)
1 Rubaru 92 84.46
Duko
2 Dasuk 154 64.51
Mantajun
3 Pasongsongan 120 119.03
Prancak
4 Ambunten 53 50.54
Ambunten Barat
Sumber: (Statistik Kabupaten Sumenep, 2019)

IV.1.2 Hasil Eksplorasi per-Kecamatan

4.1.2.1. Kecamatan Rubaru

Tabel 4. 2 Hasil tanaman sayuran dari 12 sampel di Kecamatan Rubaru.


Tanggal Tempat Tanaman Jumlah
20 Oktober 2022 Kecamatan Rubaru Asam Jawa 3
Desa Duko Labu Kuning 7
Dusun Lenteng Pisang 18
Cabai Merah ȸ
Bayam 13
28

Jambu Mete 2

Kecamatan Rubaru Talas 4


Desa Duko Pepaya 17
Lamtoro 8
Dusun Lorong Kemangi 11
Bayam 5
Turi 3
Pisang 8

Kecamatan Rubaru Singkong 14


Desa Duko Asam jawa 8
Pepaya 3
Dusun Padatar Barat Bambu ȸ
Bayam 2
Kelor 6

Kecamata Rubaru Kacang Panjang 2


Desa Duko Buncis 1.300
Terong 23
Dusun Laok lorong Kelor 38
Jagung 1.000
Pisang 5

Kecamatan Rubaru Nangka 3


Desa Duko Bambu ȸ
Cabe Hijau 42
Dusun Lenteng Singkong ȸ

Kecamatan Rubaru Talas ȸ


Desa Duko Kacang Hijau 3
Jahe 15
Dusun Lenteng Kunyit 8
Terong 15
Oyong 500

Kecamatan Rubaru Turi 5


Desa Duko Cabe Merah 1.250
Ubi ȸ
Dusun Padatar Barat Pisang 17

Kecamatan Rubaru Bayam 2


Desa Duko Pepaya 8
Dusun Padatar Barat Terong 524
Jagung 1.500

Kecamatan Rubaru Asam jawa 5


Desa Duko Talas 74
Dusun Lenteng Singkong 213
Kelor 10
29

Kacang hijau 835


Bayam 7

Kecamatan Rubaru Lamtoro 4


Desa Duko Pisang 7
Dusun Lenteng Turi 3
Kelor 16
Asam Jawa 3

Kecamatan Rubaru Pepaya 5


Desa Duko Lamtoro 2
Dusun Laok lorong Turi 1
Bambu ȸ
Kacang panjang 4
Singkong 873
Bayam 8
Jahe 4

Kecamatan Rubaru Ubi 87


Desa Duko Buncis 346
Dusun Laok lorong Bambu ȸ
Oyong 2
Kemangi 5
Cabe Merah 1.362
Pisang 7
Pepaya 2
Kelor 15

Keterangan : ȸ ) Tidak terbatas

Tabel di atas menunjukkan banyaknya tanaman sayuran di Kecamatan


Rubaru yang diperoleh dari hasil eskplorasi di 12 titik yang berbeda. Berdasarkan
jenisnya tanaman sayuran yang ditemukan sebanyak 25 jenis tanaman sayuran
lokal berupa asam jawa, labu kuning, pisang, cabai rawit, bayam, talas, pepaya,
lamtoro, kemangi, singkong, kelor, kacang panjang, buncis, terung, jagung,
nangka, cabai hijau, bambu, kacang hijau, jahe, kunyit, ubi, turi, gambas dan
jambu mete dengan jumlah total tanaman sebanyak 6.482. Berdasarkan
keadaan musim masyarakat rubaru pada bulan ini banyak menanam tanaman
cabe dan jagung dengan masing-masing komoditas sebanyak 2.612 dan 2.500
tanaman. Sedangkan komoditi yang paling sedikit diminati untuk ditanam berupa
kacang panjang, labu, jambu mete, nangka serta kunyit dengan jumlah masing-
masing sebanyak 6, 7, 2, 3, dan 8. Hasil pemanfaatan dari tanaman yang
ditemukan dijelaskan pada tabel 4.2.
30

Tabel 4. 3 Tanaman yang berpotensi sayuran di Kecamatan Rubaru


No Nama Tanaman Jumlah Bagian yang dimanfaatkan
(Nama Ilmiah) Daun Buah Bunga Batang Biji Umbi
Nama Daerah

1 Asam Jawa 19 Ѵ
(Tamarindus
indica)
Accem
2 Labu Kuning 7 Ѵ
(Cucubita
moschata Duch)
Labu koneng
3 Pisang 62 Ѵ
(Musa
paradisiaca var)
Gheddhang
4 Cabe Merah ȸ Ѵ
(Capsicum
Annum L.)
Cabbhi mera
5 Bayam 37 Ѵ
(Amaranthus)
Tarnya`
6 Talas ȸ Ѵ
(Colocasia
esculenta)
Tales
7 Pepaya 35 Ѵ Ѵ
(Carica papaya)
Kates
8 Lamtoro 14 Ѵ
(Leucena
leucocephala)
Plandingan
9 Kemangi 16 Ѵ Ѵ
(Ocimum
basilicum)
Kemangih
10 Singkong ȸ Ѵ Ѵ
(Manihot
31

esculenta)
Shabreng
11 Kelor 85 Ѵ
(Moringa
oleifera)
Marongghi
12 Kacang Panjang 6 Ѵ
(Vigna
unguiculata
ssp.)
Oto` Kalepat
13 Buncis 1.646 Ѵ
(Phaseolus
vulgaris)
Arches
14 Terung 562 Ѵ
(Solanum
melongena L.)
Terrong
15 Jagung 2.500 Ѵ
(Zea Mays)
Jeghung
16 Nangka 3 Ѵ
(Artocarpus
heterophyllus)
17 Cabe hijau 42 Ѵ
(Capsicum
frutescens)
Cabbhi Ijo
18 Bambu ȸ Ѵ
(Bambusa Sp.)
Perreng
19 Kacang Hijau 838 Ѵ
(Vigna radiata)
Arta`
20 Jahe 19 Ѵ
(Zingiber
officinale)
Jhei
21 Kunyit 8 Ѵ
32

(Cucurma longa
linn.)
Konyi`
22 Ubi ȸ Ѵ
(Ipomoea
batatas)
Obhi
23 Turi 87 Ѵ
(Sesbania
grandiflora)
Toroy
24 Gambas 12 Ѵ
(Luffa
acutangula)
Langker
25 Jambu mete 502 Ѵ
(Anacardium
occidentale)
Jambu Monyet
Jumlah 6.482 A

Keterangan : ȸ ) Tidak terbatas


33

Gambar 4. 1 (A) Tumpang sari singkong dan cabai rawit (B) Tumpang sari singkong dan
cabai rawit (C) Tumpang sari terung, buncis dan cabai rawit.

Petani di Kecamatan Rubaru sudah mengenal sistem tanaman pola


tanam polikultur dengan pola tumpang sari yaitu sistem pola tanam yang
menggabungkan dua jenis atau lebih tanaman dalam satu lahan dan waktu yang
bersamaan, Pada Gambar 4.1 A dapat menjadi contoh adanya tanaman
singkong yang menjadi pagar hidup dari lahan tanaman cabai rawit, gambar B
terdapat tumpang sari jagung dan cabai rawit dan gambar C terdapat tanaman
terung yang digabungkan dengan tanaman bunci dan cabai rawit. Sehingga
orientasi dari pola tanam tumpang sari tersebut dapat menjadi penunjang bagi
petani dalam penjualan hasil panen, sekalipun sebagian kecil dari hasil panen
digunakan konsumtif petani.

Gambar 4. 2 Tanaman Kelor sebagai pagar lahan


tanaman jagung

Pada gambar 4.2 juga terdapat tanaman kelor yang dijadikan sebagai
pagar lahan tanaman jagung. Pemanfaatan tanaman kelor tersebut oleh petani di
34

Kecamatan Rubaru hanya digunakan untuk konsumsi sebagai kuah tidak


berorientasi ke dalam penjualan hasil panen.

Gambar 4. 3 Tanaman Pisang

Tanaman pisang merupakan jenis tanaman yang tidak termasuk musiman


dan dapat berbuah setiap tahun. Tanaman pisang di Kecamatan Rubaru pada
gambar 4.3 hanya dibiarkan tumbuh dengan sendirinya tanpa adanya perlakuan
lain seperti penyiraman, pemupukan dan lainnya. Selain itu, Berdasarkan dari
gambar tersebut pemanfaatan tongkol tanaman pisang di Kecamatan Rubaru
dibilang rendah dan hanya sebagian petani yang memanfaatkannya sebagai
sayuran. Sehingga perlu adanya edukasi mengenai manfaat dan kandungan dari
tongkol tanaman pisang agar dapat dimanfaatkan dan tidak dibiarkan begitu saja.

4.1.2.2 Kecamatan Dasuk

Tabel 4. 4 Hasil tanaman sayuran dari 12 sampel di Kecamatan Dasuk.


Tanggal Tempat Tanaman Jumlah
20 Oktober Kecamatan Dasuk Sawi 2.000
2022 Kelor 83
Desa Mantajun
Dusun Obelan Timur Timun 500
Singkong 1.200
Pepaya 3
Kunyit 8

Kecamatan Dasuk Lamtoro 3


Desa Mantajun Labu kuning 5
Laos 521
Dusun Obelan Timur Pisang 7
Talas 500
Asam Jawa 3
Nangka 2
Timun 1.000
Mengkudu 2

Kecamatan Dasuk Kemangi 4


Desa Mantajun Bayam 2
Bambu ȸ
Dusun Obelan Timur Kelor 75
Kacang panjang 450

Kecamatan Dasuk Bambu ȸ


Desa Mantajun Turi 3
Pepaya 5
35

Kacang hijau 1.000


Dusun Obelan Timur Jagung 50
Singkong 700
Lamtoro 3

Kecamatan Dasuk Kacang panjang 500


Desa Mantajun Sukun 1
Pisang 8
Dusun Obelan Barat Singkong 1.500
Mangga 4

Kecamatan Dasuk Talas ȸ


Desa Mantajun Kacang Panjang 3
Laos 15
Dusun Obelan Barat Pisang 4
Timun 15
Bambu 500

Kecamatan Dasuk Bayam 5


Desa Mantajun Singkong 1.250
Dusun Obelan Barat Kelor 10
Pisang 4
Lamtoro 2
Mangga 3
Kecamatan Dasuk Jagung 412
Desa Mantajun Asam Jawa 1
Dusun Obelan Barat Lamtoro 2
Labu kuning 4
Jambu monyet 1
Pisang 2
Kecamatan Dasuk Singkong 500
Desa Mantajun Turi 2
Dusun Karang Pocok Pisang 6
Bambu ȸ
Kemangi 3
Laos 500
Pepaya 4
Labu kuning 7
Kecamatan Dasuk Bayam 4
Desa Mantajun Kemangi 1
Dusun Karang Pocok Kacang panjang 500
Jagung 500
Talas 3
Singkong 83
Pisang 4
Kecamatan Dasuk Pepaya 2
Desa Mantajun Lamtoro 2
Dusun Karang Pocok Turi 1
36

Bambu ȸ
Kacang panjang 1.000
Singkong 500
Bayam 4
Terong 6
Kecamatan Dasuk Sawi 1.500
Desa Mantajun Timun 2.000
Dusun Karang Pocok Bayam 3
Kelor 27
Pisang 5
Jambu Monyet 1
Pisang 7
Mangga 2
Laos 4

Keterangan : ȸ ) Tidak terbatas

Tabel di atas menunjukkan banyaknya tanaman sayuran di Kecamatan


Dasuk yang diperoleh dari hasil eskplorasi di 12 titik yang berbeda. Berdasarkan
jenisnya tanaman sayuran yang ditemukan sebanyak 24 jenis tanaman dengan
komoditi tanaman paling banyak di tanam yaitu sawi, timun, singkong, laos,
kacang hijau dan kacang panjang. Terdapat 2 titik sampel dengan jumlah
komoditi tidak terhingga yaitu bambu dan talas. Selebihnya merupakan tanaman
kelor, pepaya, kunyit, lamtoro, labu, pisang, jambu monyet, Asam jawa, sukun,
kemangi, bayam, turi, jagung, nangka, mangga. Hasil pemanfaatan dari tanaman
yang ditemukan dijelaskan pada tabel 4.3.

Tabel 4. 5 Tanaman yang berpotensi sayuran di Kecamatan Dasuk


No Nama Tanaman Jumlah Bagian yang dimanfaatkan
(Nama Ilmiah) Daun Buah Bunga Batang Biji Umbi
Nama Daerah

1 Asam Jawa 4 Ѵ
(Tamarindus
indica)
Accem
2 Labu Kuning 16 Ѵ
(Cucubita
moschata Duch)
Labu koneng
3 Pisang 47 Ѵ
(Musa
37

paradisiaca var)
Gheddhang
4 Sawi 3.500 Ѵ
(Brassica juncea
L.)
Sawi
5 Bayam 18 Ѵ
(Amaranthus)
Tarnya`
6 Talas ȸ Ѵ
(Colocasia
esculenta)
Tales
7 Pepaya 3 Ѵ Ѵ
(Carica papaya)
Kates
8 Lamtoro 12 Ѵ
(Leucena
leucocephala)
Plandingan
9 Kemangi 8 Ѵ Ѵ
(Ocimum
basilicum)
Kemangih
10 Singkong 4.233 Ѵ Ѵ
(Manihot
esculenta)
Shabreng
11 Kelor 195 Ѵ
(Moringa
oleifera)
Marongghi
12 Kacang Panjang 2.453 Ѵ
(Vigna
unguiculata
ssp.)
Oto` Kalepat
13 Mangga 9 Ѵ
(Mangifera
indica)
Pao
38

14 Jambu mete 2 Ѵ
(Anacardium
occidentale)
Jambu Monyet
15 Jagung 962 Ѵ
(Zea Mays)
Jeghung
16 Nangka 2 Ѵ
(Artocarpus
heterophyllus)
Nangka
17 Turi 6 Ѵ
(Sesbania
grandiflora)
Toroy
18 Bambu ȸ Ѵ
(Bambusa Sp.)
Perreng
19 Kacang Hijau 1.000 Ѵ
(Vigna radiata)
Arta`
20 Laos 1.040 Ѵ
(Alpinia
galanga)
Laos
21 Timun 3.515 Ѵ
(Cucumis
sativus)
Temon
22 Sukun 1 Ѵ
(Morinda
citrifolia)
Sokon
23 Kunyit 8 Ѵ
(Curcuma longa
Linn.)
Konyi`
Jumlah 17.036
Keterangan : ȸ ) Tidak terbatas
39

A B

Gambar 4. 4 (A) Tanaman sawi (B) Tanaman timun

Tanaman sawi dan timun merupakan tanaman yang paling banyak


ditemukan di Kecamatan Dasuk. Hasil panen pada tanaman sawi dapat
dimanfaatkan pada bagian daun yang dapat digunakan sebagai sayur
sedangkan tanaman timun pada buahnya Pola tanam yang digunakan untuk
kedua tanaman tersebut menggunakan sistem monokultur yaitu penanaman
tunggal atau satu jenis tanaman saja. Keunggulan dari pola tanam monokultur
dapat mengefisiensi terhadap biaya yang lebih rendah.

Gambar 4. 5 Tanaman kelor


40

Tanaman kelor di Kecamatan Dasuk merupakan salah satu tanaman


yang lumayan banyak ditemukan sebanyak 195 ditanam dengan cara
ditancapkan batangnya tanpa ada perlakuan lagi seperti pemupukan dan
penyiraman dan dijadikan sebagai sebagai tiang panjat tanaman cabe jamu.
Tanaman kelor di konsumsi sebagai sayuran kuah.

A B

Gambar 4. 6 (A) Tanaman labu (B) Tanaman talas


Penanaman labu kuning oleh petani di Desa Dasuk ditanam di tanah
pekarangan tanpa memperhatikan jarak tanam dengan memanfaatkan lahan
kosong yang tidak digunakan hal tersebut juga terdapat pada tanaman talas
yang ditanam disebelah lahan tanaman timun yang kosong. Pemanfaatan
tanaman labu kuning oleh petani yaitu berasal dari buahnya yang biasanya
dijadikan sayur lodeh dan untuk tanaman talas pada bagian batangnya yang juga
dapat dibuat sayur tumis dan kuah.

A B

Gambar 4. 7 (A) Tumpang sari kacang hijau dan jagung (B) Tumpang sari
singkong dan jagung
41

Pola tanam tumpang sari juga telah banyak dilakukan dilakukan oleh
petani seperti yang terdapat pada gambar 4.8 A yaitu tanaman kacang hijau dan
jagung dan gambar B singkong yang ditanam di pinggiran lahan. orientasi dari
pola tanam tumpang sari tersebut untuk memberikan nilai tambah dari hasil
panen dan juga untuk mengifisensi kegagalan hasil panen. Jagung oleh
kalangan petani dimanfaatkan sebagai campuran nasi, kuah dan gorengan
sedangkan untuk kacang hijau biasa dibuat kaldu. Singkong juga bisa
dimanfaatkan sebagai campuran nasi dan lalap rebus.

Gambar 4. 8 Tanaman turi merah dan putih

Lahan pekarang rumah petani tidak jarang terdapat tanaman turi.


tanaman turi merupakan salah satu tanaman yang banyak ditemukan di depan
rumah petani dengan jenis warna yang berbeda-beda yaitu warna merah dan
putih. Tanaman turi dapat di manfaatkan sebagai sayuran pada bagian bunganya
yang biasa dibuat sebagai Lalap dengan sambal..

4.1.2.3 Kecamatan Pasongsongan

Tabel 4. 6 Hasil tanaman sayuran dari 12 sampel di Kecamatan Pasongsongan.


Tanggal Tempat Tanaman Jumlah
21 Oktober 2022 Kecamatan Terong 3
Pasongsongan Tomat 2
Desa Prancak Seladri 3
Bawang merah 500
Dusun Platokan

Kecamatan Singkong 15
Pasongsongan Bayam 2
Desa Prancak Pisang 4
Kacang Hijau 20
42

Dusun Platokan
Kecamatan Nangka 1
Pasongsongan Kunyit 6
Desa Prancak Serai 2
Cabai 3
Bayam 3
Dusun Platokan
Lamtoro 2
Kecipir 4

Kecamatan Bayam 2
Pasongsongan Bawang daun 10
Desa Prancak Terung 5
Kangkung 40
Ubi 80
Dusun Billa Mabu
Timun 8
Oyong 4

Kecamatan Kacang panjang 15


Pasongsongan Talas 65
Desa Prancak Kunyit 7
Kelor 13
Singkong 25
Dusun Billa Mabu
Lamtoro 5

Kecamatan Talas 15
Pasongsongan Kacang Panjang 315
Desa Prancak Pepaya 4
Pisang 2
Bambu ȸ
Dusun Billa Mabu
Talas 8
Turi 2

Kecamatan Lamtoro 1
Pasongsongan Kacang panjang 20
Desa Prancak Bawang daun 23
Jeruk purut 1
Pete 1
Dusun Billa Mabu
Mangga 1

Kecamatan Singkong 27
Pasongsongan Tomat 5
Desa Prancak Cabai 1.000
Terung 7
Dusun Billa Mabu
Pisang 11
Bambu ȸ

Kecamatan Lamtoro 2
Pasongsongan Bawang merah 1.500
Bambu ȸ
43

Desa Prancak Pisang 4


Dusun Platokan Terung 57
Kacang hijau 1.500
Pepaya 6
Kunyit 4

Kecamatan Singkong 20
Pasongsongan Lamtoro 2
Desa Prancak Ubi 7
Talas 15
Dusun Platokan
Pepaya 8
Turi 2
Kelor 15

Kecamatan Kecipir 50
Pasongsongan Kelor 3
Desa Prancak Bambu ȸ
Tomat 500
Dusun Platokan
Pisang 8
Singkong 17
Kacang Panjang 700

Kecamatan Pepaya 2
Pasongsongan Bambu ȸ
Desa Prancak Serai 1
Cabai 5
Dusun Platokan
Tomat 3
Terung 3
Seledri 2
Pisang 10
Kunyit 4

Keterangan : ȸ ) Tidak terbatas

Tabel di atas menunjukkan banyaknya tanaman sayuran di Kecamatan


Pasongsongan yang diperoleh dari hasil eskplorasi di 12 titik yang berbeda.
Berdasarkan jenisnya tanaman sayuran yang ditemukan sebanyak 27 jenis
tanaman. Terdapat 4 jenis tanaman paling banyak di tanam oleh petani di
Kecamatan Pasongsongan yaitu kacang panjang, cabai rawit, kacang hijau,
bawang merah dan tanaman yang paling sedikit yaitu seladri, bayam, nangka,
serai, timun, gambas, turi, jeruk purut, pete. Selebihnya merupakan tanaman
terong, tomat, singkong, pisang, kunyit, serai, lamtoro, kecipir, kangkung, ubi,
talas, pepaya, bawang daun, jeruk purut, pete, kelor dan bambu dengan jumlah
44

tidak terhingga. Hasil pemanfaatan dari tanaman yang ditemukan dijelaskan


pada tabel 4.6.

Tabel 4. 7 Tanaman yang berpotensi sayuran di Kecamatan Pasongsongan


No Nama Tanaman Total Bagian yang dimanfaatkan
(Nama Ilmiah) Daun Buah Bunga Batang Biji Umbi
Nama Daerah
1 Terung 11 Ѵ
(Solanum
melongena)
Terrong
2 Petai 1 Ѵ
(Parkia
speciosa)
Pette
3 Pisang 39 Ѵ
(Musa
paradisiaca var)
Gheddhang
4 Kecipir 54 Ѵ
(Psophorcarpus
tetragonolobus)
Kaceper
5 Bayam 7 Ѵ
(Amaranthus)
Tarnya`
6 Talas 80 Ѵ
(Colocasia
esculenta)
Tales
7 Pepaya 118 Ѵ Ѵ
(Carica papaya)
Kates
8 Lamtoro 12 Ѵ
(Leucena
leucocephala)
Plandingan
9 Jeruk Purut 1 Ѵ Ѵ
(Citrus hystrix)
Jeruk Porot
45

10 Singkong 104 Ѵ Ѵ
(Manihot
esculenta)
Shabreng
11 Kelor 31 Ѵ
(Moringa
oleifera)
Marongghi
12 Kacang Panjang 1.050 Ѵ
(Vigna
unguiculata
ssp.)
Oto` Kalepat
13 Bawang Merah 2.000 Ѵ
(Allium cepa L.)
Bhabhang
merah
14 Kangkung 104 Ѵ Ѵ
(Ipomea
aquatica)
Kangkong
15 Serai 3 Ѵ
(Cymbopogon
citratus)
Serre
16 Nangka 1 Ѵ
(Artocarpus
heterophyllus)
17 Turi 4 Ѵ
(Sesbania
grandiflora)
Toroy
18 Bambu ȸ Ѵ
(Bambusa Sp.)
Perreng
19 Kacang Hijau 1.520 Ѵ
(Vigna radiata)
Arta`
20 Seledri 5 Ѵ
(Apium
46

graveolens)
Seledri
21 Timun 8 Ѵ
(Cucumis
sativus)
Temon
22 Tomat 510 Ѵ
(Solanum
lycopersicum)
Tomat
23 Bawang Daun 33 Ѵ
(Allium porrum)
Bhabang Dhaun
24 Kunyit 21 Ѵ
(Curcuma longa
Linn.)
Konyi`
25 Gambas 31 Ѵ
(Luffa
acutangula)
Langker
26 Ubi 87 Ѵ
(Ipomea
batatas)
Obhi
27 Cabai 1.008 Ѵ
(Capsicum
frutescens)
Jumlah 6.843

Keterangan : ȸ ) Tidak terbatas


47

Gambar 4. 9 Tanaman kacang panjang di tepi lahan

Tanaman Kacang panjang yang terdapat di Kecamatan Pasongsongan


biasa dimanfaatkan sebagai tumis, sayur bening dan lodeh. Penanaman yang
dilakukan oleh petani juga dengan memanfaatkan tepian lahan yang kosong.
Hasil panen dari kacang panjang tersebut sebagian besar dijual kepasar dan
selebihnya dikonsumsi sendiri. Begitu juga dengan tanaman pisang.

Gambar 4. 10 Tanaman Pisang di tepi lahan

Tanaman pisang ditanam dengan cara memanfaatkan tepian lahan tanpa


memperhatikan jarak tanam maupun anakan yang tumbuh dalam satu rumpun
dan juga tanpa ada perawatan khusus seperti penyiangan, pemupukan dan
perawatan. Padahal potensi dari hasil panen tanaman pisang sangat berguna
48

selain dari tongkol pisang menjadi sayuran lodeh, pisang yang masih muda juga
bisa digunakan sebagai campuran nasi.

Gambar 4. 11 Tanaman timun di tepi lahan

Pemanfaatan tepian lahan tidak hanya terdapat pada tanaman pisang


dan tanaman kacang panjang, Tanaman timun yang merupakan salah satu
tanaman sayuran yang biasa dimanfaatkan sebagai sayuran bening atau lodeh.
Penanaman tanaman timun juga dilakukan di tepian lahan dan beorientasi
terhadap penjualan hasil panen Selain itu terdapat juga tanaman bawang merah
dan tanaman terong.

A B

Gambar 4. 12 (A) Tanaman bawang merah dan terong di tepi lahan tembakau (B)
Tanaman Bawang di tepi lahan pekarangan.
49

Gambar 4.12 A tanaman bawang merah dan tanaman terong di


Kecamatan Pasongsongan juga ditanaman di tepian lahan tanaman tembakau.
Penanaman tersebut memiliki orientasi sebagai nilai tambah dalam penjualan
hasil panen sehingga dapat juga meminimalisir terjadinya kegagalan panen dari
tanaman utama. Berbeda dengan gambar B tanaman bawang merah juga
merupakan salah satu tanaman yang ditanam di tepi pekarang rumah tanpa ada
pengolahan tanah. Petani melakukan penanaman demikian dari hasil panen
hanya berorientasi untuk dikonsumsi sendiri sebagai bumbu masakan bukan
untuk kebutuhan ekonomi secara khusus.

Gambar 4. 13 Tanaman kecipir sebagai pagar hidup

Tanaman kecipir merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai


sayuran tumis. Tanaman kecipir yang terdapat di Kecamatan Pasongsongan di
tanam sebagai pagar hidup tanpa dilakukan perawatan seperti halnya
penyiangan. Orientasi dari hasil panen berupa penjualan ke pasar dan hanya
sebagian kecil yang dikonsumsi sendiri. Pemanfaatan pagar hidup di pekarangan
rumah tidak hanya tanaman kecipir, ada juga tanaman ubi dan kangkung.
50

Gambar 4. 14 Pagar hidup tanaman ubi dan kangkung

Tanaman ubi dan kangkung merupakan tanaman yang digunakan


sebagaii pagar hidup di salah satu rumah petani dengan orientasi dari
penanaman tersebut hanya untuk dikonsumsi saja bukan untuk penjualan hasil
panen. Pemanfaatan tanaman ubi tidak jauh beda dengan tanaman kangkung
yang dimanfaatkan pada bagian daun menjadi tumis ataupun sayur bening.

A B

Gambar 4. 15 (A) Tanaman tomat (B) Tanaman bawang merah

Petani di Kecamatan Pasongsongan yang berorientasi terhadap


penjualan hasil panen melakukan pola tanam monokultur yaitu penanaman
dengan satu jenis tanaman seperti yang terdapat pada tanaman tomat dan
bawang merah. Pola tanam monokultur memiliki keuntungan lebih untuk
menghemat biaya dalam pengelolaan tanaman. Tanaman tomat juga dapat
51

dimanfaatkan sebagai tumis, sayur bening, dan sambal. Sedangkan bawang


merah dapat digunakan sebagi bumbu masakan.

4.1.2.4 Kecamatan Ambunten

Tabel 4. 8 Hasil tanaman sayuran dari 12 sampel di Kecamatan Ambunten.


Tanggal Tempat Tanaman Jumlah
21 Oktober 2022 Kecamatan Ambunten Jagung 500
Desa Ambunten Barat Kacang Hijau 1.000
Dusun Bajung Barat Cabai rawit 1.500
Bayam 5

Kecamatan Ambunten Cabai rawit 1.000


Desa Ambunten Barat Asam jawa 1
Kelor 6
Dusun Bajung Barat Lamtoro 2
Singkong 23
Turi 2

Kecamatan Ambunten Pepaya 1


Desa Ambunten Barat Singkong 7
Kacang hijau 500
Dusun Bajung Barat Cabai rawit 1.000

Kecamatan Ambunten Asam Jawa 1


Desa Ambunten Barat Pisang 13
Cabai rawit 1.000
Dusun Bajung Barat Pepaya 2
Kacang hijau 1.300

Kecamatan Ambunten Kacang tanah 1.500


Desa Ambunten Barat Cabai rawit 2.000
Lamtoro 1
Dusun Bajung Barat Jagung 500

Kecamatan Ambunten Cabai rawit 1.700


Desa Ambunten Barat Bayam 3
Jagung 400
Dusun Durbugan Pisang 4
Timun 1.000
Kelor 8

Kecamatan Ambunten Bayam 1


Desa Ambunten Barat Kacang hijau 1.000
kelor 23
Dusun Durbugan Jagung 1
Lamtoro 1

Kecamatan Ambunten Kelor 2


52

Jagung
Desa Ambunten Barat Kacang hijau 5
Dusun Durbugan Cabai rawit 1.000
Lamtoro 1.300
1

Kecamatan Ambunten Kacang hijau 2.000


Desa Ambunten Barat Kelor 5
Dusun Durbugan Lamtoro 3
Jeruk purut 1
Terung 1
Pepaya 1

Kecamatan Ambunten Cabai rawit 1.500


Desa Ambunten Barat Kacang hijau 1.000
Dusun Durbugan Jagung 500
Singkong 15
Kelor 3

Kecamatan Ambunten Lamtoro 1


Desa Ambunten Barat Bayam 3
Dusun Bajung Barat Turi 2
Cabai rawit 500
Kacang hijau 800
Pepaya 2
Asam Jawa 1

Kecamatan Ambunten Cabai rawit 1.000


Desa Ambunten Barat Jagung 300
Dusun Bajung Barat Kacang Tanah 1.000
Pepaya 1
Terung 1

Tabel di atas menunjukkan banyaknya tanaman sayuran di Kecamatan


Ambunten yang diperoleh dari hasil eskplorasi di 12 titik yang berbeda.
Berdasarkan jenisnya tanaman sayuran yang ditemukan sebanyak 15 jenis
tanaman. Komoditi tanaman sayuran yang paling banyak di tanam yaitu kacang
hijau, Cabai rawit, kacang tanah dan timun sedangkan komoditi paling sedikit
yaitu Asam jawa, turi, jeruk purut dan terong. Selebihnya merupakan tanaman
jagung, bayam, kelor, lamtoro, singkong, pepaya, pisang. Hasil pemanfaatan dari
tanaman yang ditemukan dijelaskan pada tabel 4.9.

Tabel 4. 9 Tanaman yang berpotensi sayuran di Kecamatan Ambunten


No Nama Tanaman Bagian yang dimanfaatkan
53

(Nama Ilmiah) Jumlah Daun Buah Bunga Batang Biji Umbi


Nama Daerah

1 Asam Jawa 3 Ѵ
(Tamarindus
indica)
Accem
2 Pisang 17 Ѵ
(Musa
paradisiaca var.)
Gheddhang
3 Bayam 12 Ѵ
(Amaranthus)
Tarnya`
4 Jagung 805 Ѵ
(Zea Mays)
Jeghung
5 Pepaya 7 Ѵ Ѵ
(Carica papaya)
Kates
6 Lamtoro 9 Ѵ
(Leucena
leucocephala)
Plandingan
7 Singkong 45 Ѵ Ѵ
(Manihot
esculenta)
Shabreng
8 Kelor 47 Ѵ
(Moringa
oleifera)
Marongghi
9 Turi 4 Ѵ
(Sesbania
grandiflora)
Toroy
10 Kacang hijau 8.600 Ѵ
(Vigna radiata)
Arta`
11 Cabai rawit 12.500 Ѵ
54

(Siling labuyo)
Cabbhi
12 Kacang Tanah 2.500 Ѵ
(Arachis
hypogaea L.)
Oto`
13 Timun 1.000 Ѵ
(Cucumis
sativus)
Temon
14 Jeruk purut 1 Ѵ Ѵ
(Citrus hystrix)
Jeruk porot
15 Terung 2 Ѵ
(Solanum
melongena L.)
Terrong
Jumlah 25.552

Keterangan : ȸ ) Tidak terbatas

A B

Gambar 4. 16 (A) Tumpang sari cabai rawit dan kacang tanah (B) Tumpang sari cabai rawit,
jagung dan tembakau

Petani di Kecamatan Ambunten sudah mengenal pola tanam tumpang


sari sehingga tidak heran jika banyak tanaman yang ditumpang sarikan seperti
pada gambar 4.17 A tanaman cabai rawit dan tanaman kacang tanah yang
55

menggunakan mulsa jerami. Pada gambar B selain dengan kacang tanah


tanaman cabai rawit juga banyak di tumpang sarikan dengan tanaman tembakau
maupun jagung. Pemanfaatan tanaman cabai rawit sebagai campuran tumis,
bumbu maupun sambal sedangkan kacang tanah biasanya digunakan untuk
Bumbu atau sambal. Tidak hanya tanaman cabai rawit dan kacang tanah yang di
tumpang sarikan ada juga tanaman jagung dan kacang panjang.

Gambar 4. 17 Tumpang sari jagung dan kacang panjang

Tumpang sari jagung dan kacang panjang merupakan tanaman yang


paling banyak diminati oleh petani di Kecamatan Ambunten. Selain dapat
meminimalisir kegagalan panen juga dapat menjadi nilai tambah dalam penjualan
hasil panen. Jagung merupakan salah satu tanaman pokok yang dapat dibuat
menjadi campuran nasi dan sayur bening, sedangkan tanaman kacang hijau
dapat dimanfaatkan untuk tumis, sayur bening dan tumis.

Gambar 4. 18 (A) Tanaman kelor di tepi pekarang (B) Tanaman lamtoro di tepi lahan.
.
56

Pemanfaatan tepian lahan di Kecamatan Ambunten menggunakan


tanaman sayuran lokal seperti kelor dan lamtoro. Tanaman kelor dan lamtoro
banyak di jadikan sebagai pagar hidup di tepian lahan ataupun pekarangan
rumah. Orientasi dari hasil panen tanaman tersebut hanya dikonsumsi sendiri.
Pemanfaatan tanaman lamtoro terdapat pada bijinya yang biasa dijadikan botok
sedangkan kelor terdapat pada daunnya yang dapat dijadikan sebagai sayur
kuah.

Gambar 4. 19 Tanaman timun

Selain pola tanam tumpang sari di Kecamatan Ambunten juga terdapat


pola tanam monokultur yang hanya memanfaatkan satu jenis tanaman sayuran
saja yaitu tanaman timun. Pola tanam monokultur selain menghemat biaya juga
dapat menghasilkan hasil panen dengan jumlah besar. Orientasi dari pola tanam
yang dilakukan secara monokultur hanya untuk penjualan hasil panen.

4.2 Pembahasan

Hasil eksplorasi tanaman sayuran di 4 Kecamatan di Kabupaten


Sumenep ditemukan 41 tanaman yang berpotensi sebagai tanaman sayuran
berdasarkan pemanfaatan dari organ vegetative maupun generative. Akan tetapi,
dari keseluruhan tanaman yang ditemukan tidak semuanya dimanfaatkan oleh
masyarakat hanya sebagian kecil saja, hal itu disebabkan karena
ketergantungan terhadap suatu tanaman, kebiasaan masyarakat mengenai
57

pemanfaatan tanaman-tanaman yang dapat digunakan sebagai sayuran di


kalangan masyarakat.
58

Pemanfaatan tanaman yang digunakan masyarakat sebagai sayuran juga


berdasarkan potensi yang terkandung pada tanaman tersebut seperti :
A. Tanaman Terung
Tanaman terung memiliki kandungan gizi, antara lain kalori yang
rendah, lemak, sodium, dan merupakan buah non pati yang dapat diolah sebagai
sayuran. Terung juga memiliki kadar air tinggi yang baik untuk menyeimbangkan
diet yang kaya akan protein dan pati. Jenis sayur ini tinggi akan kandungan serat
dan kandungan gizi lain berupa potassium, magnesium, asam folat, vitamin B6,
dan Vitamin A (Septyarini, 2017).
B. Tanaman Kunyit
Kandungan kimia yang terdapat di rimpang kunyit akan lebih tinggi
apabila berasal dari dataran rendah dibandingkan dengan kunyit yang berasal
dari dataran tinggi. Kandungan kimia yang penting dari rimpang kunyit dan
bermanfaat bagi kesehatan tubuh yaitu kurkumin, minyak atsiri, resin,
desmetoksikurkumin, oleoresin, dan bidesmetoksikurkumin, damar, gom, lemak,
protein, kalsium. Fosfor dan besi. Kunyit secara tradisional dapat digunakan
sebagai pelawanan penyakit yang berhubungan dengan empedu maupun
“hepato-biliary disorders”, batuk, diabetesdan penyakit hepatic, reumatik dan
sinusitis (Yuan Shan & Iskandar, 2018).
C. Tanaman Cabai Rawit
Tanaman cabai rawit memiliki kandungan zat-zat gizi yang cukup lengkap
yaitu lemak, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, B2, C dan
senyawa alkaloid seperti capsaicin, flavonoid, oleoresin, dan minyak atsiri
(Sujitno dan Dianawati, 2015) dalam (Fitriningtyas et al., 2019). Berdasarkan
kandungan kalori dan nutrisi, didapatkan bahwa vitamin C dan vitamin A pada
cabai rawit segar lebih banyak dari cabai rawit kering, dan menurut Alif (2017)
dalam (Tatengkeng et al., 2019), cabai rawit dapat memenuhi kebutuhan vitamin
C sebanyak 24% dari asupan harian yang disarankan, vitamin A 32% dari
asupan harian yang disarankan, zat besi 3% dari asupan harian yang
disarankan, dan kalsium sebanyak 7% dari asupan harian yang disarankan.
D. Kacang hijau
Tanaman kacang hijau terdapat beberapa kandungan gizi, terutama
protein nabati. Kandungan gizi kacang hijau cukup tinggi dan komposisinya
59

lengkap. Kacang hijau mengandung kalori sekitar 323 kalori, protein 22,9 g, dan
zat besi 7,5 mg/ 100 g bdd. Kandungan lemak dalam kacang hijau relative sedikit
(1-1,2%) dan lebih rendah disbanding kacang-kacangan yang lain. Selain itu
kacang hijau mempunyai kandungan B1 yang sangat bermanfaat untuk ibu
menyusui (Millenda Sari et al., 2020).
E. Tanaman Timun
Tanaman timun merupakan salah satu tanaman yang dapat menjadi
sumber antioksidan alami karena memiliki kandungan vitamin C dan flavonoid
yang dapat memutus reaksi radikal bebas. Oleh karena itu, mentimun dapat
digunakan sebagai produk kecantikan contohnya untuk mengurangi mata
sembab, menghaluskan dan mengencangkan kulit, mengurangi noda pada
wajah, dapat menetralkan kulit yang berminyak. Selain itu, mentimun dapat
digunakan untuk pengobatan, yaitu untuk menurunkan tekanan darah,
menyembuhkan penyakit kuning, melancarkan buang air kecil, menjaga
kesehatan tulang, anti kanker, mencegah dehidrasi dan menghancurkan batu
ginjal (Agustin & Gunawan, 2019).
F. Tanaman Kelor
Tanaman kelor memiliki nilai manfaat dalam pengobatan, sumber
makanan, produk kosmetik dan kecantikan, serta memiliki kemampuan sebagai
bahan penjernih air. Tanaman kelor merupakan salah satu tanaman yang paling
bermanfaat di dunia. Tanaman kelor kaya akan nutrisi karena mengandung
berbagai macam senyawa fitokimia pada daun, polong, dan biji. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tanaman kelor mampu memberikan vitamin C 7 kali lebih
besar dibandingkan 1 buah jeruk, vitamin A 10 kali lebih besar dibandingkan
wortel, kalsium 17 kali lebih tinggi dibandingkan susu, protein 9 kali lebih tinggi
dibandingkan yoghurt, kalium 15 kali lebih tinggi dibandingkan pisang dan zat
besi 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayam (Rani et al., 2019).
G. Tanaman Asam Jawa
Asam jawa mengandung kadar protein dan karbohidrat yang tertinggi
dibanding buah lain. Selain itu, terdapat berbagai asam organic, termasuk tartaric
acid, acetic acid, citric acid, formic acid, malic acid, dan succinic acid; asam
amino, invert glucose (25-30%); pectin; protein; lemak; beberapa pyrazine (trans-
2-hexenal); dan beberapa thiazoles (2-ethylthiazole, 2-methylthiazole) sebagai
60

bahan yang menimbulkan bau (Putri, 2014). Asam jawa dapat digunakan untuk
mengatasi berbagai penyakit yang diakibatkan oleh mikroba seperti sakit perut,
diare, disentri beberapa infeksi bakteri, mengatasi luka, dan berbagai penyakit
lainya (Silalahi, 2020).
H. Jagung
Jagung merupakan hasil palawija yang memegang peranan penting
dalam pola menu makanan masyarakat setelah beras. Ditinjau dari segi gizi,
jagung merupakan bahan pangan sumber karbohidrat dan protein. Jumlah lemak
dan protein pada jagung tergantung umur dan varietas jagung tersebut. Pada
jagung muda, kandungan lemak dan proteinnya lebih rendah bila dibandingkan
dengan jagung yang tua. Selain itu, jagung juga mengandung karbohidrat yang
terdiri dari pati, serat kasar, dan pentosan (Lalujan et al., 2017).
Jagung memiliki banyak manfaat untuk kesehatan karena jagung
merupakan sumber serat dan kaya akan nutrisi penting bagi tubuh. Kandungan-
kandungan yang terdapat didalam jagung memiliki kemapuan untuk melindungi
tubuh dari berbagai macam penyakit. Kandungan serat yang tinggi berperan
dalam pencegahan penyakit yang menyerang pencernaan seperti sembelit dan
wasir serta kanker kolorektal. Antioksidan pada jagung juga berperan sebagai
agen anti-kanker (Tridayanti, 2016).

Tabel 4.10. Hasil eksplorasi di 4 Kecamatan Kabupaten Sumenep.


No Nama Umum Kecamatan
(Nama Ilmiah) Rubaru Dasuk Pasongsongan Ambunten
Nama Daerah
1 Terung ++ ++ ++
(Solanum
melongena L.)

Terrong
2 Tomat ++
(Solanum
lycopersicum)
Ranteh
3 Seledri ++
(Apium
graveolens)
Seledri
61

4 Singkong + + + +
(Manihot
esculenta)

Shabreng
5 Kacang Panjang ++ ++ ++
(Vigna
unguiculata ssp.)

Oto` Kalepat
6 Pisang + + + +
(Musa
paradisiaca var)

Gheddhang
7 Bayam ++ ++ ++ ++
(Amaranthus)

Tarnya`
8 Nangka - - -
(Artocarpus
heterophyllus)

Nangka
9 Kunyit ++ ++ ++
(Curcuma longa
Linn.)

Konyi`
10 Serai ++
(Cymbopogon
citratus)

Serre
11 Cabai rawit ++ ++ ++
(Siling labuyo)

Cabbhi
12 Lamtoro + + + -
(Leucena
leucocephala)
62

Plandingan
13 Kecipir ++
(Psophorcarpus
tetragonolobus)

Kaceper
14 Kacang Hijau ++ ++ ++ ++
(Vigna radiata)

Arta`
15 Bawang Merah ++
(Allium cepa L.)

Bhabhang merah
16 Kangkung ++
(Ipomea
aquatica)

Kangkong
17 Ubi - -
(Ipomoea
batatas)

Obhi
18 Timun ++ ++ ++
(Cucumis
sativus)

Temon
19 Gambas ++ ++
(Luffa
acutangula)

Langker
20 Talas - - -
(Colocasia
esculenta)

Tales
63

21 Pepaya + + + +
(Carica papaya)

Kates
22 Bambu ++ ++ ++
(Bambusa Sp.)

Perreng
23 Turi ++ ++ ++ ++
(Sesbania
grandiflora)

Toroy
24 Bawang Daun ++
(Allium porrum)

Bhabang Dhaun
25 Jeruk Purut ++ ++
(Citrus hystrix)

Jeruk Porot
26 Petai +
(Parkia speciosa)

Pette
27 Kelor ++ ++ ++ ++
(Moringa oleifera)

Marongghi
28 Sawi ++
(Brassica juncea
L.)

Sawi
29 Labu Kuning ++ ++
(Cucubita
moschata Duch)

Labu koneng
30 Laos ++
64

(Alpinia galanga)

Laos
31 Jambu mete - -
(Anacardium
occidentale)

Jambu Monyet
32 Asam Jawa ++ ++ ++
(Tamarindus
indica)

Accem
33 Sukun -
(Morinda
citrifolia)

Sokon
34 Mengkudu -
(Luffa
acutangula)

Pache
35 Kemangi + +
(Ocimum
basilicum)

Kemangih
36 Mangga ++
(Mangifera
indica)

Pao
37 Buncis ++
(Phaseolus
vulgaris)

Arches
38 Cabe hijau +
(Capsicum
65

frutescens)

Cabbhi Ijo
39 Jahe ++
(Zingiber
officinale)

Jhei
40 Jagung ++ ++ ++
(Zea Mays)

Jeghung
41 Kacang Tanah ++
(Arachis
hypogaea L.)

Oto`
Keterangan : ++) ditemukan dan sudah dimanfaatkan
+) ditemukan, dimanfaatkan tidak maksimal
-) ditemukan dan masih belum dimanfaatkan

Tabel 4.10 Menunjukkan hasil dari eksplorasi di 4 Kecamatan terpilih di


Kabupaten Sumenep. komoditi yang ditemukan dijelaskan berdasarkan kondisi
pada masing-masing kecamatan, komoditi tanaman yang ditemukan dan
dimanfaatkan sebagai sayur oleh masyarakat baik pada bagian generative
maupun vegetative, serta sudah diperdagangkan dan dibudidayakan diberi tanda
(++). Komoditi yang ditemukan dan dimanfaatkan, akan tetapi dalam segi
budidaya serta penjualan hasil panen belum maksimal diberi tanda (+) dan untuk
komoditi yang di temukan tapi belum dimanfaatkan maupun diperdagangkan
akan diberi tanda (-). Tabel yang menjelaskan bagian dari tanaman yang
dimanfaatkan terdapat pada (Lampiran 1).

Hasil eksplorasi di Kecamatan Rubaru pada ketinggian 92 mdpl dari 12


titik sampel yang dipilih menghasilkan 25 komoditi tanaman, dengan tanaman
yang sudah di temukan dimanfaatkan, dibudidayakan serta berorientasi kepada
penjualan hasil panen secara maksimal sebanyak 15 tanaman yaitu, Asam jawa,
Labu, Cabe, bayam, lamtoro, kelor, kacang panjang, buncis, Terong, jagung,
bambu, kacang hijau, jahe, turi dan gambas dengan persentase sebesar 36,58%,
66

untuk komoditi tanaman yang sudah ditemukan akan tetapi pemanfaatannya


belum maksimal sebanyak 6 tanaman yaitu, pisang, pepaya, kemangi, singkong,
cabe hijau dan kunyit dengan persentase sebesar 14,63%. Sedangkan komoditi
yang ditemukan akan tetapi belum dimanfaatkan sebanyak 4 tanaman yaitu
Talas, nangka, ubi, dan jambu mete dengan persentase sebanyak 9,75%.
Masyarakat diwilayah rubaru sebagian besar telah banyak memanfaatkan
tanaman sayuran yang tumbuh sendiri di lahan, pekarang rumah maupun
dibudidayakan. Akan tetapi, masih terdapat beberapa tanaman yang belum
dimanfaatkan secara maksimal seperti tanaman talas pemanfaatan terdapat
pada batangnya yang dapat digunakan sebagai sayur lompong, Nangka juga
merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai sayur nangka,
Ubi pemanfaatannya terdapat pada daunnya yang biasa dijadikan sebagai tumis
dan terakhir tanaman jambu mete yang biasa dibuat sayur tumis tetapi sedikit
masyarakat yang memanfaatkannya. Pada umumnya masyarakat di Kecamatan
Rubaru memanfaatkan tanaman selain sebagai konsumtif juga di orientasikan
pada penjualan hasil panen yang terdapat di pasar terdekat.
Eksplorasi yang dilakukan di Kecamatan Dasuk pada ketinggian 154 mdpl
menghasilkan berbagai macam komoditi yang sedikit berbeda dengan
Kecamatan Rubaru dengan jumlah sebanyak 24 komoditi tanaman. tanaman
yang sudah di temukan dimanfaatkan, dibudidayakan serta berorientasi kepada
penjualan hasil panen secara maksimal berjumlah sebanyak 14 tanaman
seperti : sawi, kelor, timun, kunyit, labu, laos, Asam jawa, bambu, Bayam, turi,
kacang hijau, jagung, kacang panjang, dan mangga dengan persentase
sebanyak 34,14%. Komoditi tanaman yang sudah ditemukan akan tetapi
pemanfaatannya belum maksimal sebanyak 5 tanaman yaitu singkong, pepaya,
pisang, lamtoro dan kemangi dengan persentase 12,19%. Selain itu, ada juga
tanaman yang ditemukan tapi belum dimanfaatkan sebanyak 5 komoditi seperti :
talas, jambu monyet, sukun, mengkudu, dan nangka dengan persentase 12,19%.
Sebagian dari masyarakat dasuk singkong hanya dibuat kripik tanpa
digunakan hal lain padahal umbi singkong memiliki potensi dalam campuran nasi
dan lalap rebus. Pepaya yang masih muda juga dapat digunakan sebagai
sayuran kuah akan tetapi sebagian masyarakat memilih untuk dimatangkan dan
sebagian saja yang menjadikan pepaya sebagai sayur. Begitu juga dengan
67

tanaman talas, jambu monyet, sukun, mengkudu dan nangka sekalipun sedikit
masyarakat yang memanfaatkannya sebagai tanaman sayuran. Mengkudu
merupakan salah satu tanaman yang daunnya dapat dijadikan sebagai
campuran nasi goreng, Tidak jauh beda dengan tanaman talas, jambu monyet,
sukun dan nangka yang juga memiliki potensi dalam menjadi tanaman sayuran.
Akan tetapi,, karena kurangnya edukasi tentang tanaman-tanaman yang dapat
dimanfaatkan baik pada bagian vegetative maupun generative. Sehingga
menjadikan masyarakat di Kecamatan Dasuk masih memanfaatkan tanaman
sayuran yang sudah lumrah baik hasil panen yang di orientasai kedalam jual beli
maupun konsumtif.
Hasil ekplorasi di Kecamatan Pasongsongan di ketinggian 120 mdpl
menghasilkan beberapa komoditi tanaman yang juga sudah di temukan
dimanfaatkan, dibudidayakan serta berorientasi kepada penjualan hasil panen
secara maksimal lebih banyak dari kecamatan lain berjumlah sebanyak 19
tanaman yaitu : terong, tomat, seladri, kacang panjang, bayam, kunyit, serai,
cabe, kecipir, kacang hijau, bawang merah, kangkung, timun, oyong, bambu, turi,
bawang daun, jeruk purut dan kelor. Sedangkan komoditi tanaman yang sudah
ditemukan akan tetapi pemanfaatannya belum maksimal di masyarakat
Kecamatan Pasongsongan sebanyak 5 tanaman yaitu Singkong, pisang,
lamtoro, pepaya dan pete dengan persentase 12,19%. Selain banyaknya
tanaman yang dimanfaatkan ada juga tanaman yang ditemukan tapi belum
dimanfaatkan sebanyak 3 komoditi seperti : nangka, ubi jalar dan tales dengan
persentase 7,31%..
Kecamatan Pasongsongan memiliki potensi yang sangat tinggi dalam
pemanfaatan tanaman sayuran. tidak menutup kemungkinan masih terdapat
beberapa tanaman yang ditemukan tetapi tidak dimanfaatkan secara maksimal
seperti pada tanaman talas, ubi jalar dan nangka. Padahal batang dari tanaman
talas dan biji nangka dapat digunakan sebagai sayur lodeh sedangkan daun ubi
jalar dapat dimanfaatkan sebagai tumis. Sehingga tidak heran jika beberapa
tanaman yang ditemukan di tepian lahan maupun pekarangan pemanfaatannya
tidak jauh beda dengan daerah Kecamatan Lain selain sebagai konsumtif juga
berorientasi pada penjualan hasil panen.
68

Eksplorasi terakhir yang dilakukan pada Kecamatan Ambunten dengan


ketinggian 53 mdpl yang merupakan ketinggian paling rendah menghasilkan
beberapa komoditi tanaman yang juga sudah di temukan dimanfaatkan,
dibudidayakan serta berorientasi kepada penjualan hasil panen berjumlah
sebanyak 11 tanaman seperti : jagung, kacang hijau, cabai rawit, bayam, asam
jawa, kelor, turi, kacang tanah, timun, jeruk purut dan terung dengan persentase
26,82%.. Sedangkan komoditi tanaman yang sudah ditemukan akan tetapi
pemanfaatannya belum maksimal di Kecamatan Ambunten sebanyak 4 tanaman
yaitu pepaya, pisang, lamtoro, dan singkong dengan persentase 9,75%. Berbeda
dengan kecamatan lainnya di Kecamatan Ambunten tanaman lamtoro
merupakan salah satu tanaman yang ditemukan tapi belum dimanfaatkan
dengan persentase 2,41%.
Kecamatan Ambunten merupakan salah satu kecamatan yang memiliki
sedikit komoditi tanaman yang ditemukan yaitu sebanyak 15 tanaman. Pertanian
di Kecamatan Ambunten juga banyak ditemukan sistem tumpang sari sehingga
tidak heran jika pada tanaman pokok seperti tembakau banyak diselingi dengan
komoditi tanaman sayuran lain seperti Jagung, kacang hijau, dan cabai rawit.
Jagung merupakan salah satu tanaman yang paling banyak dimanfaatkan
sebagai campuran nasi ataupun sayur, kacang hijau banyak dimanfaatkan
menjadi kaldu sedangkan cabai rawit biasa digunakan untuk sambal ataupun
tumis. Selain digunakan sebagai konsumsi sendiri masyarakat di Kecamatan
Ambunten juga menjadikan orientasi hasil panen untuk di per jual belikan di
pasar.

Tabel 4.11 Nilai rata-rata pemanfaatan tanaman yang ditemukan


No Kecamatan Pemanfaatan tanaman yang ditemukan (%)
++ + -
1 Rubaru 36,58 14,63 9,75
2 Dasuk 34,14 12,19 12,19
3 Pasongsongan 46, 34 12,19 7,31
4 Ambunten 26,82 9,75 2,41
Rata-rata 35,97 12,54 7,87
Keterangan : ++) ditemukan dan sudah dimanfaatkan
+) ditemukan, dimanfaatkan tidak maksimal
69

-) ditemukan dan masih belum dimanfaatkan

Eksplorasi yang dilakukan pada 4 Kecamatan di Kabupaten Sumenep


menghasilkan berbagai macam-macam komoditi berdasarkan pada ketinggian
tempat yang berbeda. Ketinggian tempat merupakan salah satu faktor yang
sangat berkaitan erat dengan lingkungan seperti curah hujan, jenis tanah, suhu,
kelembapan, intensitas cahaya matahari (Azkiyah, Daniar Rafiatul., 2019).
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Istiawan & Kastono, 2019) Suhu dan
kelembapan yang terdapat pada dataran rendah dan tinggi mengalami
perbedaan. Suhu akan semakin turun pada tempat yang tinggi sebaliknya
kelembaban akan semakin naik. Suatu tempat yang mengalami kenaikan 100
mdpl dari sutu tempat akan mengalami penurunan suhu sebanyak 0,6 0C. Hal
tersebut lebih dikenal dengan istilah laju penurunan suhu normal, sebab
merupakan nilai rata-rata pada semua lintang dan waktu.. Iklim dan kelembapan
merupakan komponen penting yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman dan keduanya memiliki keterkaitan untuk menjadikan lingkungan yang
maksimal dalam pertumbuhan tanaman (Wijayanto & Nurunnajah, 2012).
Selain suhu dan kelembaban distribusi cahaya pada ketinggian tempat
yang berbeda juga dapat mempengaruhi pencahayaan. Semakin tinggi suatu
tempat ntensitas cahaya yang diterima akan semakin sedikit. Hal ini
menyebabkan terjadinya perbedaan iklim pada suatu daerah dengan dampak
yang paling dapat dilihat pada penurunan suhu udara. Menurut alam (2014)
dalam Istiawan & Kastono (2019) intensitas cahaya yang ada sebagai sumber
panas dan kecepatan angin untuk menyebarkan udara panas dapat
mempengaruhi terhadap suhu udara.. Suhu udara rendah akan meningkatkan
kelembaban . sebaliknya suhu udara yang tinggi akan menurunkan kelembaban.
Salah satu jurnal Fatchurrozak et al., (2013) perbedaan suhu dari tiap ketinggian
menjadikan proses metabolisme pada suatu tanaman mengalami perbedaan,
sehingga menjadikan hasil metabolisme sekunderpun juga berbeda.
Berdasarkan hasil eksplorasi komoditi yang dimanfaatkan akan tetapi
belum secara maksimal tertinggi terdapat di Kecamatan Rubaru dengan nilai
rata-rata sebesar 14, 63%, sedangkan Kecamatan Ambunten merupakan yang
paling rendah sebesar 9, 75% , kecamatan lainnya seperti dasuk dan
pasongsongan dengan nilai yang sama yaitu sebesar 12,19%. Faktor yang
70

menjadikan pemanfaatan berbeda di setiap kecamatan bisa berasal dari budaya


maupun kebiasaan masyarakat. Pada umumnya masyarakat di Kecamatan
Rubaru membudidayakan tanaman lokal di lahan lebih berpotensi untuk di
komersialkan hal tersebut melihat dari hasil panen yang banyak di orientasikan
kepasar daripada tanaman yang di tanam di pekarangan lahan atau dijadikan
pagar hidup biasanya masyarakat hanya memanfaatkan sebagai konsumtif saja.
Faktor lain yang menjadi penyebab rendahnya masyarakat dalam
pemanfaatan tanaman sayuran yaitu berupa ketergantungan terhadap tanaman
yang memang sudah menjadi kebiasaan di tengah masyarakat seperti, kelor,
kangkung, sawi, bayam, seledri, serai, bawang daun yang dimanfaatkan pada
bagian daunnya. Selain itu ada juga tanaman labu, asam jawa, kacang panjang,,
timun, terong, tomat, gambas, dan jeruk purut yang sudah tidak asing di tengah
masyarakat dalam memanfaatkannya pada bagian buahnya. Sedangkan untuk
tanaman seperti talas, nangka, ubi, jambu mete, mengkudu merupakan tanaman
yang asing untuk dijadikan sebagai sayuran padahal potensi dari tanaman
tersebut sangat banyak baik dari bagian generative maupun bagian vegetative.
Berdasarkan hal tersebut menjadikan tanaman yang masih asing untuk
dimanfaatkan tidak dibudidayakan secara serius oleh masyarakata sekitar.
Selain dari faktor tersebut ada juga hal yang menjadikan tanaman kurang
maksimal dalam pemanfaatannya sesuai dengan kebiasaan masyarakat salah
satunya yaitu selera (suka atau tidak suka) terhadap suatu komoditi yang dapat
dikarenakan rasa atau bau, seperti pada tanaman .pete, dan gambas dengan
bau serta rasa yang khas. Selera tersebut dapat mempengaruhi terhadap
budidaya serta pemanfaatannya terhadap suatu komoditi. Terdapat beberapa
komoditi yang ditemukan seperti pepaya dan talas, komoditi ini selain dapat
dimanfaatkan untuk menjadi sayur, masyarakat lebih memilih untuk
dikomersialkan pada saat buah tersebut telah matang.
Komoditi tanaman yang belum dimanfaatkan secara maksimal masih
cukup melimpah sekalipun tidak dibudidayakan, komoditi-komoditi tersebut masih
memiliki potensi besar bagi petani baik dari segi komersial maupun konsumtif,
karena seiring perkembangan waktu pola pikir masyarakat tentang kesehatan
akan semakin berkembang. Salah satu kandungan yang dibutuhkan untuk
71

kesehatan yaitu asupan serat yang hanya dapat ditemukan dari sayur maupun
buah.
Berdasarkan dari hasil survey tersebut perlu adanya edukasi atau
sosialisasi mengenai pemanfaatan tanaman yang dapat digunakan menjadi
sayur baik pada bagian vegetative maupun generative, karena sebab tingginya
pemanfaatan yang belum maksimal karena kurangnya pengetahuan masyarakat
terhadap pemanfaatan tanaman tersebut. Di Kecamatan Pasongsongan daun
tanaman singkong dapat dijadikan tumis dan sayur serta umbinya dijadikan lalap
rebus ataupun keripik. Semantara di Kecamatan Dasuk tanaman singkong hanya
dimanfaatkan umbinya saja dan daunnya tidak dimanfaatkan. Oleh sebab itu,
perlu adanya suatu sosialisai ataupun edukasi terhadap masyarakat mengenai
pemanfaatan komoditi tanaman yang berpotensi menjadi sayuran untuk dapat
memenuhi konsumsi kebutuhan sayur sehingga dapat dinilai berkualitas oleh
FAO (Food and Agriculture Organization).
72

5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil survei eksplorasi dan potensi tanaman sayuran yang


dilakukan pada 4 kecamatan (Kecamatan Rubaru, Kecamatan Dasuk,
Kecamatan Pasongsongan, Kecamatan Ambunten) di Kabupaten Sumenep,
dapat disimpulkan :

1. Hasil survey 4 Kecamatan didapatkan 41 komoditi Tanaman sayuran.


2. Komoditi tanaman terbanyak ditemukan di Kecamatan Pasongsongan
dengan jumlah 27 jenis tanaman, sedangkan tanaman paling sedikit
berada di Kecamatan Ambunten dengan jumlah 15 komoditi tanaman
sayuran.
3. Nilai rata-rata persentase komoditi yang ditemukan dan sudah
dimanfaatkan seluruh kecamatan sebanyak 35,97%, komoditi yang
ditemukan dan sudah dimanfaatkan tapi belum maksimal memiliki nilai
persentase sebanyak 12,54%, dan nilai rata-rata persentase dari
komoditi yang ditemukan tapi belum dimanfaatkan sebanyak 7,87%.

5.2 Saran

Perlu adanya sosialisasi atau edukasi mengenai pemanfaatan tanaman


sayuran baik dari bagian vegetatif maupun generatife. Sehingga sosialisasi darii
hal tersebut dapat menjadikan masyarakat berwawasan dalam pemanfaatan
tanaman sayuran, baik dari segi konsumtif maupun penjualan hasil panen.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, V., & Gunawan, S. (2019). Uji Fitokimia Dan Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Mentimun (Cucumis Sativus). Tarumanagara Medical Journal, 1(2),
195–200.

Amilia, Y. (2019). Modul Dasar Agribisnis Tanaman Sayuran Program Agribisnis


Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Anto, A. (2013). Teknologi Budidaya Kacang Panjang. Penyuluh Pertanian BPTP


Kalimantan, 2(1), 22–28.

Ariantya, S. F. (2016). Kualitas Cookies Dengan Kombinasi Tepung Terigu , Pati


Batang Aren ( Arenga Pinnata ) dan Tepung Jantung Pisang ( Musa
Paradisiaca ). Ilmu Dan Teknologi Pangan, 2, 1–14.

Arief Hariana. (2013). 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya (S. Nugroho (ed.); I).

Aryahidayani, W. (2020). Aktivitas Bunga dan Daun Pepaya (Carica papaya L.)
Varietas Bangkok dan California dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri
Patogen.

Aryanta, I. W. R. (2019). Bawang Merah dan Manfaatnya Bagi Kesehatan. Widya


Kesehatan, 1(1), 29–35.

Astija, & Djaswintari. (2020). Analisis Kandungan Lemak pada Abon yang dibuat
dari Jantung Pisang (Musa paradisiaca) dan Ikan Sidat (Anguilla
marmorata). Journal of Nutrition College, 9(4), 241–246.

Azkiyah, Daniar Rafiatul., dan T. (2019). Pengaruh Ketinggian Tempat terhadap


Pertumbuhan , Hasil dan Kandungan Steviol Glikosida pada Tanaman
Stevia ( Stevia rebaudiana ). Vegetalika, 8(1), 1–12.

Badan Pusat Statitik Jawa Timur. (2021). Luas Panen Tanaman Sayuran dan
Buah-buahan Semusim Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Tanaman di
Provinsi Jawa Timur.

Bapeda. (2013). Kabupaten Sumenep (5th ed.).

Direktorat Jenderal Hortikultura. (2021). SOP Budidaya Buncis.

Fatchurrozak, Suranto, & Sugiyanto. (2013). Pengaruh Ketinggian Tempat


Terhadap Kandungan Vitamin C dan Zat Antioksidan Pada Buah Carica
pubescens di Dataran Tinggi Dieng. El-Vivo, 1(1), 24–31.

Fitriningtyas, A. N., Sutarno, S., & Fuskhah, E. (2019). Aplikasi Beberapa Jenis
Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai
Rawit (Capsicum frutescens l.). Journal of Agro Complex, 3(1), 32–39.

73
74

Fuad, A. (2010). Budidaya Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.). In Universitas


Sebelas Maret.

Gusman, M. (2010). Konsep Eksplorasi. Universitas Negeri Padang, 9.

Hamzah, H., Kunu, P. J., & Rumakat, A. (2012). Respons Pertumbuhan dan
Produksi Ketimun (Cucumis sativus L) Terhadap Sistem Pengolahan Tanah
dan Jarak Tanam. Agrologia, 1(2), 106–110.

Hermanto, C., Maharijaya, A., Arsanti, I. W., Hayati, M., Rosliani, R., Setyawati,
C. A., Husni, I., Sari, M., Wibawa, T., Sunarto, B., Kurdi, Adin, A., Julietha,
D., Suad, D., Efendi, M., Hariyanto, Nggaro, Y. Y., Anggraeni, F., Waludin,
J., … Setiani, R. (2017). Pedoman Budidaya Bawang Merah Menggunakan
Benih Biji. In Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat.

Islamiyah, D. F. (2021). Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan Tanaman


Sayuran (Study Kasus di Kecamatan Abung Surakarta, Kabupaten
Lampung Utara) Skripsi. Istitut Pertanian Stiper.

Istiawan, D. N., & Kastono, D. (2019). Pengaruh Ketinggian Tempat Tumbuh


terhadap Hasil dan Kualitas Minyak Cengkih (Syzygium aromaticum (L.)
Merr di Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo. Vegetalika, 8(1), 27–41.

Kemenkes. (2019). Hari Bawa Bekal Nasional. Pusat Data Dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI, 1–10.

Kencana, P. K. D., Widia, W., & Antara, N. S. (2012). Praktek Baik Budi Daya
Bambu Rebung Tabah (Gigantochloa nigrociliata BUSE-KURZ).

Kosasih, M. R. (2020). Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang


Panjang (Vigna sinensis L.) Terhadap Pemberian Pupuk Bokashi Kotoran
Ayam dengan Berbagai Takaran.

Kurdianingsih, S., Rahayu, A., & Setyono. (2015). Efektifitas Pupuk Kalium
Organik Cair dan Tahapan Pemupukan Kalium Terhadap Pertumbuhan,
Produksi, dan Daya Simpan Kacang Panjang (Vigna sesquipedalis (L.)
Fruhw.) Kultivar KP-1. Jurnal Agronida, 1(2), 92–105.

Kurniawan, A. (2019). Perbedaan Pertumbuhan dan Hasil Biomasa Tanaman


Bayam (Amaranthus sp) antara Media Tanah Cocopeat dengan Tanpa
Media pada Sistem Hidroponik. In Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UNPAS.

Kusmiyati, F., Sumarsono, K., & Pangestu, E. (2016). Influence of rice straw
mulch on saline soil: Forage production, feed quality and feed intake by
Sheep. Journal of the International Society for Southeast Asian Agricultural
Sciences, 22(1), 42–51.
75

Lalujan, L., Djakarsi, S., Tuju, T., Rawung, D., & Sumual, M. (2017). Komposisi
Kimia dan Gizi Jagung Lokal Varietas “Manado Kuning” sebagai Bahan
Pangan Pengganti Beras. Jurnal Teknologi Pertanian, 8(1), 47–54.

Mardaus, Sari, I., & Yusuf, E. Y. (2019). Produksi Tanaman Tomat (Solanum
lycopersicum L.) dengan Pemberian SP-36 dan Dolomit di Tanah Gambut.
Jurnal Agro Indragiri, 4(2), 25–35.

Mayani, N., Kurniawan, T., & Marlina. (2015). Pertumbuhan Tanaman Kangkung
Darat ( Ipomea reptans Poir ) Akibat Perbedaan Dosis Kompos Jerami
Dekomposisi Mol Keong Mas. Lentera, 15(13), 59–63.

Melsasail, A., Siwalette, J. D., & Puttileihalat, P. M. (2018). Analisis Potensi Dan
Strategi Pengembangan Tanaman Sayuran (Studi Kasus Di Negeri Tawiri
Kecamatan Teluk Ambon). Agrilan : Jurnal Agribisnis Kepulauan 6(3), 315.

Millenda Sari, A., Melani, V., Novianti, A., Purwara Dewanti, L., & Sa, M. (2020).
Formulasi Dodol Tinggi Energi Untuk Ibu Menyusui dari Puree Kacang Hijau
(Vigna radiata l), Puree Kacang Kedelai (Glycine max), Dan Buah Naga
Merah (Hylocereus polyrhizus). Jurnal Pangan Dan Gizi, 10(02), 49–60.

Mohammad Fakhri Mashar. (2018). Eksplorasi dan Karakterisasi Tanaman


Kesemek (Diosphyros kaki L.) di Jawa Timur (Vol. 1, Issue 0).

Muldiana, S., & Rosdiana, R. (2017). Respon Tanaman Terong (Solanum


malongena L.) Terhadap Interval Pemberian Pupuk Organik Cair dengan
Interval Waktu yang Berbeda. Jurnal Agrosains, 8(2), 155–162.

Munthe, K., Pane, E., & Panggabean, E. L. (2018). Budidaya Tanaman Sawi (
Brassica juncea L. ) Pada Media Tanam Yang Berbeda Secara Vertikultur.
Agrotekma: Jurnal Agroteknologi Dan Ilmu Pertanian, 2(2), 138–151.

Patty, R. H., Antara, N. S., & Arnata, I. W. (2014). Pengaruh Bagian Rebung dan
Perlakuan Pendahuluan terhadap Karakteristik Tepung dari Rebung Bambu
Tabah (Gigantochloa nigrociliata BUSE – KURZ). Jurnal Rekayasa Dan
Manajemen Agroindustri, 2(2), 87–98.

Putra Septian, & Samah, E. (2018). Respon Pertumbuhan Tanaman Bayam


Hijau (Amaranthus SP.) dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi dan
Pemberian Urine Sapi. Regional Development Industry & Health Science,
375–388.

Putra, W. S. (2016). Kitab Herbal Nusantara.

Putri, C. R. H. (2014). Potensi dan Pemanfaatan Tamarindus indica dalam


Berbagai Terapi. Ilmiah Kedokteran, 3(2), 40–54.
76

Rachmadi, A. T. (2011). Pemanfaatan Fermentasi Rebung Untuk Bahan


Suplemen Pangan dan Tepung Serat. Jurnal Riset Industri Hasil Hutan,
3(1), 37–41.

Rani, K. C., Ekajayani, N. I., Darmasetiawan, N. K., & Dewi, A. D. R. (2019).


Kandungan Nutrisi Tanaman Kelor. In Fakultas Farmasi Universitas
Surabaya (I).

Rizky, M. (2018). Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Terung


(Solanum melongena L.) Terhadap Pemberian POC Urin Kelinci dan
Berbagai Media Tanam. In Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
(Vol. 1, Issue 1).

Sarif, P., Hadid, A., & Wahyudi, I. (2015). Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi
(Brassica juncea L.) Akibat Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Urea. Jurnal
Agrotekbis, 3(5), 585–591.

Septyarini, K. V. (2017). Pengaruh Lama dan Suhu Pengeringan Terhadap Sifat


Fisik dan Kimiawi Tepung Terung. In Universitas DIponegoro.

Shodiq, M. (2017). Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Bibit Pepaya Pada


Berbagai Jenis Bahan Organik dan Komposisi Media Tanam. In Universitas
Mercu Buana Yogyakarta.

Silalahi, M. (2020). Bioaktivitas Asam Jawa (Tamarindus indica) dan


Pemanfaatannya. Florea : Jurnal Biologi Dan Pembelajarannya, 7(2), 85–91.

Sitinjak, A. A. (2018). Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Pupuk


Hayati Bio-Extrim Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir). In Universitas HKBP Nommensen
(Vol. 10, Issue 9).

Statistik, B. P. (2017). Statistik Indonesia 2017. In BPS statistik Indonesia.

Statistik, B. P. (2021). Kabupaten Sumenep dalam Angka 2021 (B. K. Sumenep


(ed.)).

Subandriyo, Kusumo, S., Hasanah, M., Thohari, Machmud, S. M., & Husni
Kasim, A. H. A. N. (2002). Pedoman Pembentukan Komisi Daerah dan
Pengelolaan Plasma Nutfah.

Sulistyo, R. H., Soetopo, L., & Damanhuri. (2015). Eksplorasi dan Identifikasi
Karakter Morfologi Porang ( Amorphophallus Muelleri B .) Di Jawa Timur.
Jurnal Produksi Tanaman, 3(5), 353–361.

Sumayya. (2019). Uji Toksisitas Ekstrak Air Daun Turi (Sesbania grandiflora (L.)
Pers.) Pada Embrio Ikan Zebra.
77

Sumenep, B. P. S. (2019). Kabupaten Sumenep dalam Angka 2019. Badan


Pusat Statistik Sumenep.

Susilawati. (2017). Mengenal Sayuran Dan Tanaman (Prospek dan


Pengelompokkan). In Unsri Press.

Tatengkeng, M. A., Setiasih, I. S., & Sumanti, D. M. (2019). Kadar Vitamin C


Cabai Rawit (Capsicum frutescens L) Hasil Ozonasi Selama Penyimpanan
Suhu Ruang. Pasundan Food Technology Journal, 6(2), 102–104.

Tridayanti, D. (2016). Pemanfaatan Limbah Kulit Jagung (Zea mays) Sebagai


Bahan Baku Pulping dan Bleaching dengan Penambahan Natrium
Hidroksida (NaOH) dengan Menggunakan Alat Digester.

Wijayanto, N. (2016). Budidaya Pisang (Musa paradisiaca). Institut Pertanian


Bogor, 26–29.

Wijayanto, N., & Nurunnajah. (2012). Intensitas Cahaya , Suhu , Kelembaban


dan Perakaran Lateral Mahoni ( Swietenia macrophylla King .) di RPH
Babakan Madang, BKPH Bogor, KPH Bogor. Jurnal Silvikultur Tropika,
03(01), 8–13.

Winaryati, U. (2017). Kajian 2 Macam dan Dosis Pemberian Kompos Terhadap


Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum). In Universitas
Muhammadiyah Malang.

Yuan Shan, C., & Iskandar, Y. (2018). Studi Kandungan Kimia dan Aktivitas
Farmakologi Tanaman Kunyit (Curcuma longa L.). Jurnal Farmaka, 16(2),
547–555.

Yulianti, M. (2018). Pengaruh Umur Dan Bagian Rebung Terhadap Warna Dan
Sifat Kimia Tepung.

Yuniati, H. (1995). Mengungkap Segudang Khasiat Tanaman Pepaya. In Media


Litbangkes (Vol. 02, pp. 1–2).
Lampiran 1. Pemanfaatan tanaman sayuran lokal.
NO Nama Umum Bagian yang Hasil Olahan
(Nama Ilmiah) dimanfaatkan
Nama Daerah
1 Kacang Tanah  Buah  Sayur lodeh,
(Arachis hypogaea L.) campuran rujak,
Oto` dan sambal.
2 Jagung  Buah  Sayur bening,
(Zea Mays) campuran nasi,
Jeghung dadar jagung.
3 Jahe  Umbi  Bumbu.
(Zingiber officinale)
Jhei
4 Cabe hijau  Buah  Sambal, tumis.
(Capsicum frutescens)
Cabbhi Ijo
5 Buncis  Buah  Sayur lodeh,
(Phaseolus vulgaris) tumis, campuran
Arches tempe orek.
6 Mangga  Buah  Campuran
(Mangifera indica) sambal.
Pao
7 Kemangi  Daun  Lalap.
(Ocimum basilicum)
Komangih
8 Mengkudu  Daun  Campuran nasi
(Luffa acutangula) goreng, tumis.
Pache
9 Sukun  Buah  Sayur lodeh.
(Morinda citrifolia)
Sokon
10 Asam Jawa  Buah  Sayur asem,
(Tamarindus indica) sayur bening.
Accem
11 Jambu mete  Buah  Sayur tumis.
(Anacardium occidentale)
Jambu Monyet
12 Laos  Umbi  Bumbu
(Alpinia galanga)
Laos
13 Labu Kuning  Buah  Sayur lodeh
(Cucubita moschata Duch)

78
79

Labu koneng
14 Sawi  Daun  Tumis
(Brassica juncea L.)
Sawi
15 Kelor  Daun  Sayur bening
(Moringa oleifera)
Marongghi
16 Petai  Buah  Lalap dan
(Parkia speciosa) campuran sambel
Pette
17 Jeruk Purut  Buah  Campuran
(Citrus hystrix) sambel
Jeruk Porot  Daun
 Bumbu sayur
lodeh, sup, kari,
tumis.
18 Bawang Daun  Daun  Sayur bening,
(Allium porrum) tumis.
Bhabang Dhaun
19 Turi  Bunga  Tumis
(Sesbania grandiflora)
Toroy
20 Bambu  Tunas  Sayur lodeh,
(Bambusa Sp.) tumis
Perreng
21 Pepaya  Buah  Sayur lodeh
(Carica papaya)  Tumis dan lalap
Kates  Bunga
rebus
22 Talas  Batang  Sayur tumis
(Colocasia esculenta)
Tales
23 Gambas  Buah  Sayur bening,
(Luffa acutangula) tumis.
Langker
24 Timun  Buah  Sayur lodeh,
(Cucumis sativus) bening, lalap,
Temon
25 Ubi  Daun  Tumis dan sayur
(Ipomoea batatas) bening.
Obhi
26 Kangkung  Daun  Tumis dan sayur
(Ipomea aquatica) bening.
Kangkong  Batang
80

27 Bawang Merah  Umbi  Bumbu


(Allium cepa L.)
Bhabhang merah
28 Kacang Hijau  Biji  Kaldu
(Vigna radiata)
Arta`
29 Kecipir  Buah  Tumis
(Psophorcarpus
tetragonolobus)
Kaceper
30 Lamtoro  Biji  botok
(Leucena leucocephala)
Plandingan
31 Cabai rawit  Buah  Sambal, tumis.
(Siling labuyo)
Cabbhi
32 Serai  Daun  Bumbu
(Cymbopogon citratus)
Serre
33 Kunyit  Umbi  Bumbu
(Curcuma longa Linn.)
Konyi`
34 Nangka  Buah  Sayur lodeh
(Artocarpus heterophyllus)
Nangka
35 Bayam  Daun  Sayur bening
(Amaranthus)
Tarnya`
36 Pisang  Tongkol  Sayur lodeh,
(Musa paradisiaca var) Rujak sayur
Gheddhang
37 Kacang Panjang  Buah  Sayur lodeh,
(Vigna unguiculata ssp.) bening dan lalap
Oto` Kalepat mentah.
38 Singkong  Daun  Rujak sayur,
(Manihot esculenta) Tumis.
Shabreng  Lalap rebus dan
 Umbi campuran nasi.
39 Seledri  Daun  Sayur bening
(Apium graveolens)
Seledri
40 Tomat  Buah  Sambel, sayur
81

(Solanum lycopersicum) asem, tumis.


Ranteh
41 Terung  Buah  Lalap, tumis,
(Solanum melongena L.)
Terrong

Lampiran 2 Karakteristik responden

A. Kecamatan Rubaru

No Nama Lengkap Usia Pendidikan


(Tahun (Tahun)
)
1 Narto 45 7
2 Muhammad 80 0
3 Su`ud 40 5
4 Ghaffar 40 6
5 Atrawi 54 2
6 Sunarto 66 2
7 Ali makki 42 1
8 Ahmad 43 2
9 Misnatun 54 0
10 Abdullah 65 2
11 Sudehri 60 2
12 Sofiyah 30 9
B. Kecamatan Dasuk

No Nama Lengkap Usia Pendidikan


(Tahun (Tahun)
)
1 Sutama 54 0
2 Wasil 53 0
3 Sumadin 40 2
4 Halima 60 0
5 Tosan 35 6
6 Mustaha 40 6
7 Abd. Jalal 60 0
8 Hasumah 52 6
9 Mu`nima 68 0
10 Hasanah 45 6
11 Syamsuddin 39 4
12 Musriyanto 72 0

C. Kecamatan Pasongsongan

No Nama Lengkap Usia Pendidikan


82

(Tahun
) (Tahun)
1 Rosidah 60 0
2 Syaiful 40 0
3 Busar 70 0
4 Mutia 58 1
5 Marsuto 53 6
6 Supandi 48 6
7 Halim 30 9
8 Rahwini 55 9
9 Tahol 55 6
10 Mustaha 72 3
11 Sulaini 63 0
12 Mona 50 0

D. Kecamatan Ambunten

No Nama Lengkap Usia Pendidikan


(Tahun (Tahun)
)
1 Sutilah 50 0
2 Mustaha 62 0
3 Sanideh 51 4
4 Abdul latif 46 6
5 Suhartini 55 6
6 Maemunah 80 9
7 Supandi 50 6
8 Ruji 47 0
9 Jumnatun 80 12
10 Rudden 45 0
11 Mulyadi 60 3
12 Kurdi 53 6
83

Lampiran 3 Dokumentasi Hasil Survey di Kecamatan Rubaru

Wawancara dengan Bapak Ahmad Wawancara dengan Bapak Ghaffar

Tumpang sari terung, buncis dan Tanaman Kelor sebagai pagar lahan
cabai rawit. tanaman jagung

Wawancara dengan Ibu Misnatun Wawancara dengan Ibu Sofiyah


84

Lampiran 4 Dokumentasi Hasil Survey di Kecamatan Dasuk

Wawancara dengan Bapak Wawancara dengan Bapak Mustaha


Sumadin

Tanaman sawi Tanaman labu

Wawancara dengan Ibu Halima Wawancara dengan Ibu Hasanah


85
86

Lampiran 5 Dokumentasi Hasil Survey di Kecamatan Pasongsongan

Wawancara dengan Ibu Mutia Wawancara dengan Ibu Rosidah

Tanaman Bawang di tepi lahan Tanaman kacang panjang di tepi


pekarangan lahan

Wawancara dengan Bapak


Wawancara dengan Ibu Sulaini
Supandi
87

Lampiran 6 Dokumentasi Hasil Survey di Kecamatan Ambunten

Wawancara dengan Bapak Ruji Wawancara dengan Ibu Suhartini

Tumpang sari jagung dan kacang Tumpang sari cabai rawit, jagung
panjang dan tembakau

Wawancara dengan Ibu Sanideh Wawancara dengan Ibu


Maemunah
88

Anda mungkin juga menyukai