Anda di halaman 1dari 72

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Negara Indonesia merupakan Negara yang beriklim tropis dengan tingkat
jenis keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan Negara lain.
Berdasarkan dari tingkat biodiversitasnya Negara indonesia termasuk salah satu
dari delapan Negara sebagai mega biodiveritas yang artinya Negara dengan
tingkat kekayaan keanekagaraman makhluk hidupnya sangat tinggi, karena
memilki sebaran flora dan fauna yang sangat luas. Menurut Surtikanti (2009)
dalam Nurliana et al., (2017) kekayaan hayati di Indonesia kurang lebih sebanyak
28.000 jenis tumbuhan, 350.000 jenis hewan dan 10.000 mikroba yang hidup
secara alami.
Salah satu keanekaragaman hayati sector hortikultura di Indonesia yaitu
tanaman sayuran. Tanaman sayuran merupakan salah satu tanaman yang
sesuai dengan tanah dan iklim di indonesia. Kandungan yang terdapat pada
tanaman sayuran berupa garam mineral, vitamin, serat, dan sebagainya yang
dapat dimanfaatkan dengan cara dikonsumsi pada bagian daun, buah, bunga,
dan ubinya, dan lain-lain. Tanaman sayuran memiliki bermacam-macam varietas
yang di budidaya oleh petani seperti tanaman Sayuran yang hanya sekali panen
hingga Tanaman yang dapat di panen hingga lebih dari satu kali. Berdasarkan
diversitas tersebut petani tidak memiliki kekurangan dalam mengelola bibit
ataupun varietas untuk dilakukan budidaya (Islamiyah, 2021).
Pulau Madura merupakan salah satu pulau di jawa timur yang dikenal
sebagai pulau garam, akan tetapi tidak seluruh masyarakat Madura berprofesi
sebagai petani garam, Bertani di sawah juga merupakan salah satu profesi yang
banyak dilakukan oleh sebagian besar masyarakat di Pulau Madura seperti yang
terdapat di Kabupaten Sumenep. Kabupaten Sumenep merupakan salah satu
dari empat Kabupaten di Pulau Madura yang berada di ujung timur pulau
Madura. Luas Wilayah Kabupaten Sumenep Mencapai 2.093, 458 km 2 dengan
luas area panen tanaman sayuran ± 3.753 ha pada tahun 2020 (Statistik, 2021).
Luas area panen tanaman sayuran sebesar ± 3.753 ha membuktikan jika
tanaman sayuran banyak diminati oleh masyarakat, baik digunakan untuk
konsumsi maupun untuk menambah nilai ekonomis. Kabupaten sumenep

1
2

memiliki ketinggian 0-500 mdpl, ketinggian tempat dapat mempengaruhi


pertumbuhan dan hasil dari suatu tanaman. Ketinggian tempat menentukan suhu
udara, dan efisiensi metabolisme tanaman. Selain ketinggian tempat curah hujan
juga menentukan jumlah air yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Tingginya keragaman tanaman sayuran sudah sesuai, jka dibandingkan
dengan konsumsi sayuran masyarakat Indonesia di daerah pedesaan yang
dinilai cukup tinggi dibandingkan daerah perkotaan oleh kementerian kesehatan
RI. Menurut Kemenkes (2019) konsumsi sayur-sayuran lebih banyak dikonsumsi
pada daerah pedesaan hingga mencapai 2,04% sedangkan untuk perkotaan
hanya 1,68%. Mengutip dari hasil riset Kesehatan Dasar tahun 2018, Persentase
kurangnya konsumsi sayur di Indonesia mencapai 95,5%.

Berdasarkan dari data tersebut daerah pedesaan perlu adanya suatu


kegiatan eksplorasi untuk menemukan keberadaan tanaman tersebut, sehingga
perlu adanya suatu penelitian tentang tanaman-tanaman yang berpotensi
menjadi sayuran di kabupaten sumenep. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat
konsumsi tanaman sayuran yang terdapat di daerah pedesaan cukup tinggi serta
ketinggian tempat di suatu daerah juga menentukan tanaman sayuran yang
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Informasi keberadaanya dapat digunakan
sebagai acuan untuk dikonsumsi dan budidaya yang lebih luas, karena mampu
mendorong dalam menigkatkan produktivitas tananaman sayuran di kabupaten
sumenep.

I.2 Batasan Masalah

Penelitian ini dilakukan dengan mencatat dan mendata berbagai jenis


tanaman yang dapat digunakan sebagai sayuran di kabupaten sumenep,
berdasarkan komoditi yang sudah ditemukan serta sudah dimanfaatkan dengan
baik, komoditi yang sudah ditemukan serta sudah dimanfaatkan tapi belum
maksimal dan komiditi yang sudah ditemukan akan tetapi belum dimanfaatkan.

I.3 Rumusan Masalah

Potensi tanaman sayur apa saja yang terdapat di kabupaten sumenep ?


3

I.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui potensi dan keragaman tanaman
apa saja yang dapat dimanfaatkan sebagai sayuran di kabupaten sumenep.

I.5 Manfaat Penelitian

Adanya penelitian ini sebagai bahan untuk informasi dalam mengenal


potensi dari bagian tanaman sayuran yang dapat dimanfaatkan di kabupaten
sumenep.

I.6 Hipotesis
Diduga terdapat keragaman tanaman yang berpotensi untuk dimanfaatkan
sebagai tanaman sayuran di kabupaten sumenep.
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kabupaten Sumenep


Kabupaten Sumenep merupakan salah satu dari 4 (empat) Kabupaten yang
ada di Pulau Madura Provinsi Jawa Timur yang terletak diantara 1130 32’ 54”-
1160 16’ 48” Bujur Timur dan 40 55’-70 24’ Lintang Selatan dengan luas wilayah
2.093,458 Km2, yang terbagi dalam 27 kecamatan, 328 Desa dan 4 Kelurahan
dengan jumlah pulau sebanyak 126 pulau yaitu 48 pulau berpenghuni dan 78
pulau tidak berpenghuni. Kabupaten Sumenep bagian utara berbatasan dengan
laut jawa, sebelah selatan berbetasan dengan selat Madura, sebelah timur
berbatasan dengan Laut Jawa/Laut Flores, sedangkan seblah barat berbatasan
langsung dengan Kabupaten Pamekasan (Bapeda, 2013).
Secara geografis Kabupaten Sumenep yang terletak diujung timur Pulau
Madura terbagi dalam 2 (dua) wilayah yaitu Wilayah Daratan dan Kepulauan.
Wilayah daratan memiliki luas sebesar 1.146,927 Km2 (54,79%) terbagi atas 18
Kecamatan, Sedangkan untuk wilayah kepulauan memiliki luas 946,531 Km2
(45,21) terbagi atas 9 kecamatan. Berdasarkan gugusan pulau-pulau yang ada di
kabupaten sumenep, pulau terjauh/paling utara adalah pulau Karamian
Kecamatan Masalembu, dengan jarak tempuh lebih kurang 151 mil dari
Pelabuhan Kalianget dan lebih dekat dengan pulau Kalimantan. Sedangkan
untuk Pulau paling timur adalah Pulau Sakala Kecamatan Sapeken dengan jarak
tempuh 165 mil dari pelabuhan kalianget dan lebih dekat dengan pulau Sulawesi
(Bapeda, 2013).
Berdasarkan data dari BMKG, keadaan Kabupaten Sumenep umumnya
beriklim panas dengan penyinaran matahari rata-rata dalam sebulan sebesar
73,56%. Penyinaran martahari tertinggi terjadi pada bulan juli sebesar 99,72%
dan penyinaran matahari terendah pada bulan januari sebesar 42, 98%. Suhu
udara maksimal pada tahun 2011 terjadi pada bulan oktober sebesar 33,3 0C,
suhu udara terendah terjadi pada bulan juni dan juli sebesar 24,5 0C. Suhu rata-
0
rata per bulan dalam satu tahun adalah sebesar 27,7 C, dan rata-rata
penguapan terendah 4,3 mm/bulan. Penguapan tertinggi terjadi pada bulan
September 2011 sebesar 6,1 mm dan penguapan terendah terjadi pada bulan
januari, April dan bulan Mei 2011 sebesar 6,1 mm. Kecepatan angin tertinggi

4
5

pada tahun 2011 terjadi pada bulan April sebesar 6 Knot. Arah angin pada
umumnya lebih dominan 50% berasal dari arah timur terjadi pada bulan mei s/d
Oktober 2011, sedangkan sisanya berasal dari Calm sebesar 33,33% terjadi
pada bulan Maret s/d Mei dan September 2011 dan arah laut 16,67% terjadi
pada bulan Februari dan September 2011 (Statistik, 2021).
Keadaan cuaca dalam setahun di Kabupaten Sumenep pada tahun 2011
dipengaruhi oleh temperatur, kelembabab dan tekanan udara. Rata—rata
temperatur, kelembaban dan tekanan udara, Rata-rata temperatur maximum di
0
kabupaten sumenep dalam setahun sebesar 31,5 C/bulan.sedangkan
0
temperature minimum rata-rata sebesar 25,0 C/bulan. Kelembaban udara
maximum pada tahun 2011 rata-rata 91%/bulan. Sedangkan kelembaban udara
minimum rata-rata sebesar 77%/bulan. Tekanan udara maximum rata-rata dalam
satu tahun sebesar 10008,2 mbs/bulan. Suhu udara maximum rata-rata terendah
sebesar 31,5 0C, dan suhu udara minimum rata-rata sebesar 25,0 0C/bulan.
Rata-rata curah hujan berdasarkan data dari Stasiun Meteorology dan Geofisika
Kalianget sebesar 103,2 mm. Curah huajn terendah terjadi bulan Mei s/d Oktober
2011 bahkan tidak ada sama sekali. Dengan demikian setiap tahun hampir
semua daerah Kabupaten Sumenep mengalami kering yang agak panjang
(Statistik, 2021).
Menurut Bapeda (2013) Kabupaten sumenep secara umum berada pada
ketinggian antara 0-500 meter diatas permukaan laut. Sedangkan sebagian lagi
berada pada ketinggian antara 500-1000 meter diatas permukaan laut, sehingga
ketinggian lahan di Kabupaten Sumenep dapat dikategorikan menjadi 2 bagian.
pertama, wilayah dengan ketinggian 0-500 meter dpl seluas 208.697,40 Ha atau
mencapai luasan sekitar 99,72% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Sumenep.
Kedua, wilayah yang memiliki ketinggian 500-1000 meter dpl mencapai luasan
578,42 Ha atau sekitar 0,28% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Sumenep.
Struktur tanah yang ada di kabupaten Sumenep sebagian besar terdiri dari
jenis tanah alluvial, mediteran, grumosol, dan regosol. Berdasarkan ciri fisik
tanah di kabupaten Sumenep dapat digolongkan sebagai berikut, Jenis tanah
Alluvial Hodromorff, terdapat di Kecamatan Saronggi dan Batang-batang. Jenis
tanah Alluvial kelabu kekuningan, Terdapat di kecamatan kota Sumenep dan
Saronggi. Jenis tanah Litosol, terdapat di kecamatan Guluk-guluk dan Lenteng.
6

Jenis tanah Assosiasi Litosol dan Mediteran, terdapat di kecamatan Bluto,


Saronggi dan Talango. Jenis tanah Regusol coklat kekuningan, terdapat di
kecamatan Gili genting dan Gapura. Jenis tanah Complek Brows Forest Litosol
dan Mediterian, terdapat di kecamatan Ambuntem, Ganding, Guluk-guluk,
Saronggi dan Ambunten. Jenis tanah Grumosol kelabu, terdapat di Kecamatan
Ganding dan Kalianget. Jenis tanah Complek Mediterian Grumosol, Regusol dan
Litosol, terdapat di Kecamatan Batuputih dan Gapura (Bapeda, 2013).

II.2 Tanaman Sayuran


Tanaman sayuran memiliki umur relative pendek dibandingkan tanaman
hortikultura lainnya, namun ada beberapa tanaman yang dalam pemanfaatannya
sebagai sayuran tetapi memiliki umur yang relative panjang. Istilah “sayuran”
tidak bersifat ilmiah. Berbagai ungkapan mengenai tanaman sayuran dapat
ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga sampai saat ini belum ada
batasan yang jelas mengenai tanaman sayuran. Orang yang menekuni tanaman
sayuran dan ahli di bidang tersebut dinamakan Olericulturist (Susilawati, 2017).
Menurut Susilawati (2017) Kebanyakan sayuran adalah bagian dari
vegetative tanaman, seperti : daun (beserta tangkainya), batang yang masih
muda (rebung), bagian tumbuhan yang tertutup tanah (umbi) seperti : wortel,
kentang dan lobak. Ada juga sayuran yang berasal dari organ generative, seperti
: Bunga pisang, bunga pepaya, bunga turi. Buah seperti : terong, tomat, cabai.
Biji, seperti : Kacang merah, dan tongkol seperti : tongkol jagung. Disamping itu,
ada juga yang bukan tumbuhan tetapi dimanfaatkan sebagai sayur seperti jamur.
Berikut merupakan tanaman sayuran berdasarkan bagian yang dimakan:

a. Sayuran Bunga (Flower vegetables)


1. Bunga Kol (Brassica oleracea var. botrytis L.)
7

Gambar 2. 1 Bunga Kol


(Susilawati, 2017)
8

2. Brokoli (Brassica oleracea var. botrytis forma cymosa)

Gambar 2. 2 Brokoli
(Susilawati, 2017)
3. Bunga Turi (Sesbania grandiflora)

Gambar 2. 3 Bunga Turi


(Susilawati, 2017)
4. Jantung Pisang

Gambar 2. 4 Jantung Pisang


9

(Susilawati, 2017)

5. Bunga Pepaya

Gambar 2. 5 Bunga Pepaya


(Susilawati, 2017)
b. Sayuran Buah (Fruit vegetables)
1. Terong (Solanum melongena)

Gambar 2. 6 Terong
(Susilawati, 2017)
2. Mentimun (Cucumis sativus)
10

Gambar 2. 7 Mentimun
(Susilawati, 2017)
3. Tomat (Lycopersicum esculentum Mil)

Gambar 2. 8 Tomat
(Susilawati, 2017)
4. Labu siam (Sechium edule)

Gambar 2. 9 Labu siam


(Susilawati, 2017)
11

c. Sayuran polong (legume vegetables)


1. Buncis (Phaseolus vulgaris)

Gambar 2. 10 Buncis
(Susilawati, 2017)

2. Kapri (Pisum sativum L.)

Gambar 2. 11 Kapri
(Susilawati, 2017)
3. Kacang panjang (Vigna sinensis)
12

Gambar 2. 12 Kacang panjang


(Susilawati, 2017)
4. Kacang merah (Vigna angularis)

Gambar 2. 13 Kacang merah


(Susilawati, 2017)
13

d. Sayuran daun (leaf vegetables)


1. Bayam (Amaranthus spp.)

Gambar 2. 14 Bayam
(Susilawati, 2017)
2. Kubis (Brassica oleracea)

Gambar 2. 15 Kubis
(Susilawati, 2017)
3. Sawi hijau (Brassica rapa)

Gambar 2. 16 Sawi hijau


(Susilawati, 2017)
14
15

4. Sawi putih (Brassica sinensis L.)

Gambar 2. 17 Sawi putih


(Susilawati, 2017)
5. Kangkung (lpomoea spp.)

Gambar 2. 18 Kangkung
(Susilawati, 2017)
6. Selada (Lactuca sativa)

Gambar 2. 19 Selada
16

(Susilawati, 2017)
e. Sayuran Batang (Stem vegetables)
1. Asparagus (Asparagus officinalis)

Gambar 2. 20 Asparagus
(Susilawati, 2017)
2. Rebunga bambu (Bambusa oldhamii)

Gambar 2. 21 Rebung bambu


(Susilawati, 2017)
3. Kailan (Brassica oleracea L.)

Gambar 2. 22 Kailan
(Susilawati, 2017)
17
18

f. Sayuran Umbi (root vegetables)


1. Biet merah (Beta vulgaris)

Gambar 2. 23 Biet Merah


(Susilawati, 2017)
2. Lobak (Raphanus sativus L.)

Gambar 2. 24 Lobak
(Susilawati, 2017)
3. Wortel (Daucus carota L.)

Gambar 2. 25 Wortel
19

(Susilawati, 2017)
4. Kentang (Solanum tuberosum)

Gambar 2. 26 Kentang
(Susilawati, 2017)
g. Sayuran Umbi lapis (bulb vegetables)
1. Bawang merah (Allium ascalonicum L.)

Gambar 2. 27 Bawang merah


(Susilawati, 2017)
2. Bawang putih (Allium sativum)
20

Gambar 2. 28 Bawang putih


(Susilawati, 2017)
3. Bawang Bombay (Allium cepa)

Gambar 2. 29 Bawang Bombay


(Susilawati, 2017)
h. Sayuran jamur (mushroom)
1. Jamur Kancing (Agaricus bisporus)

Gambar 2. 30 Jamur kancing


(Susilawati, 2017)
2. Jamur Kuping (Auricularia auricular)
21

Gambar 2. 31 Jamur kuping


(Susilawati, 2017)
3. Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus)

Gambar 2. 32 Jamur tiram


(Susilawati, 2017)

II.3 Ekplorasi
.Eksplorasi merupakan langkah awal yang perlu ditempuh dalam mencari
varietas. Eksplorasi dapat dilakukan ke beberapa daerah dan mendata informasi,
baik morfologi maupun genetika (Gusman, 2010). Menurut yusuf (2008) dalam
Suryani & Owbel, (2020) Eksplorasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan dan mengoleksi semua sumber keragaman genetic yang
tersedia.
Eksplorasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan melalui penjelajahan
lapangan dengan tujuan agar memperoleh pengetahuan lebih banyak (Sulistyo
et al., 2015). Studi eksplorasi merupakan penelitian yang berangkat dari
beberapa rasional dan petunjuk untuk mengindentifikasi masalah yang
22

mencakup sejumlah peristiwa yang berkisar pada keputusan-keputusan,


program-program, proses implementasi, dan perubahan organisasi (kusomo,
2002) dalam (Mohammad Fakhri Mashar, 2018). Eskplorasi juga merupakan
kegiatan pelacakan, penjelajahan, mencari dan mengumpulkan jenis-jenis
sumberdaya genetic tertentu, untuk dimanfaatkan dan mengamankannya dari
kepunahan (Kusomo et al, 2002) dalam (Mohammad Fakhri Mashar, 2018).
Eksplorasi dilaksanakan secara bertahap dengan mengandalkan narasumber
dan sumber informasi, baik langsung dari narasumber utama maupun data
kepustakaan (Bompard dan Kostermans 1985; Purnomo 1987) dalam
(Mohammad Fakhri Mashar, 2018). Informan dalam penelitian adalah orang atau
pelaku yang benar-benar tahu dan menguasai masalah, serta terlibat langsung
dengan masalah penelitian, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif,
maka peneliti sangat erat kaitannya dengan faktor—faktor kontekstual, jadi dalam
hal ini sampling dijaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber.
Maksud kedua dari informan adalah untuk menggali informasi yang menjadi
dasar dan rancangan teori yang dibangun. Adapun kegiatan eksplorasi yang
dilakukan yaitu melakukan penggalian informasi keberadaan contoh tanaman,
pengumpulan contoh tanaman, karakterisasi dan evaluasi tanaman serta
deskripsi tanaman (Mohammad Fakhri Mashar, 2018).
Eksplorasi merupakan langkah awal dari konservasi tanaman kegiatan
tersebut diawali dengan inventarisasi sampel tanaman yang sudah
dibudidayakan maupun spesies liarnya yang berada di tempat penelitian.
Langkah pertama pra eksplorasi adalah mencari informasi ke dinas-dinas dan
instansi terkait lainnya untuk memperoleh informasi mengenai jenis dan habitat
tumbuhnya. Informasi ini kemudian akan di dikembangkan pada saat eksplorasi
ke lokasi sasaran yang umumnya daerah asal dan penyebaran jenis tanaman
(Mohammad Fakhri Mashar, 2018).
23

III. METODE PENELITIAN

III.1 Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan di 4 Kecamatan Kabupaten Sumenep antara lain : Kecamatan
Pasongsongan, Kecamatan Ambunten, Kecamatan Rubaru dan Kecamatan Dasuk. Penelitian
ini akan dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2022.

III.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan selama penelitian ini berupa kendaraan bermotor, GPS kamera, alat
tulis, alat dokumentasi serta buku form wawancara.

III.3 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan beberapa metode penelitian antara lain yaitu metode
eksplorasi, metode purposive sampling dan metode deskriptif. Penggunaan metode eksplorasi
ini merupakan kegiatan penjelajahan selama penelitian untuk mengumpulkan dan memperoleh
data mengenai jenis – jenis tanaman sayuran serta pemanfaatanya di daerah-daerah yang
diteliti mengenai potensi tanaman sayuran. Metode purposive sampling merupakan metode
yang digunakan untuk menentukan lokasi - lokasi penelitian berdasarkan kriteria – kriteria
tertentu. Metode purposive sampling digunakan untuk penentuan Kecamatan – kecamatan di
Kabupaten Sumenep sebagai lokasi penelitian. Kecamatan – kecamatan di Kabupaten
Sumenep yang menjadi lokasi penelitian yaitu Kecamatan Ambunten, Kecamatan
Pasongsongan, Kecamatan Rubaru dan Kecamatan Dasuk karena sesuai dengan kriteria yaitu
merupakan 4 kecamatan dengan produksi sayuran tertinggi di Kabupaten Sumenep (BPS,
2020). Selain itu kriteria yang lain untuk menentukan 4 kecamatan tersebut yaitu berdasarkan
ketinggian tempat. kecamatan Ambunten memiliki ketinggian 53 mdpl, kecamatan
Pasongsongan dengan ketinggian 120 mdpl, kecamatan dasuk dengan ketinggian 154 mdpl,
sedangkan kecamatan Rubaru dengan ketinggian 92 mdpl (Statistik, 2021). Metode deskriptif
merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis dan menggambarkan jenis – jenis
tanaman sayuran yang ada di Kecamatan Ambunten, Pasongsongan, Rubaru dan Kecamatan
Dasuk.. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sebanyak 12 titik sampel setiap
Kecamatan dengan teknik eksplorasi. Titik sampel ekplorasi diarahkan pada usaha jenis – jenis
24

sayuran yang ada di kebun maupun di pekarangan rumah dan dihabitat asli tanaman sayuran
tersebut, agar semua variasi yang ada dalam tanaman dapat diwakili.
Pendataan tanaman sayuran berdasarkan pada pemanfaatan bagian tanaman yang
diketahui melalui observasi juga wawancara dengan masyarakat sekitar lokasi titik sampel
terkait pemanfaatan yang dilakukan pada bagian tanaman yang digunakan sebagai sayur
seperti daun, batang, bunga, buah, biji, dan bagiain lain seperti tunas, kulit buah dsb.

Gambar 3. 1 Peta Kabupaten Sumenep

Sumber : https://www.pinhome.id/blog/peta-madura

III.4 Tahapan Pelaksanaan Penelitian

a. Pra-Eksplorasi
Tahapan ini dilakukan untuk mencari data sekunder berupa literatur – literatur jurnal dan
informasi ke dinas-dinas mengenai tanaman sayuran, syarat tumbuh, manfaat dan mencari
informasi dari masyarakat mengenai pekarangan, kebun maupun lokasi habitat tempat tanaman
sayuran. Selain itu mencari data atau referensi pendukung tentang tanaman sayur atau
tanaman-tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sayur termasuk di dalamnya sayuran
25

indigenous, serta melakukan survey pasar untuk mengetahui tanaman-tanaman apa saja yang
sudah dikomersialkan di kabupaten sumenep.
26

b. Eksplorasi
Tahap selanjutnya yaitu ekplorasi, pada tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan data
primer langsung dari tempat penelitian. Ekplorasi di lakukan di Kecamatan Ambunten,
Pasongsongan, Rubaru dan Kecamatan Dasuk. Langkah langkah kegiatan Ekplorasi yaitu:
melakukan kegiatan wawancara terhadap narasumber pemilik pekarangan maupun kebun
sayuran, hasil wawancara ditulis di form yang telah disiapkan, langkah selanjutnya yaitu
mencatat hasil observasi lapang mengenai jenis tanaman sayuran apa saja yang ada di lokasi
tersebut, selanjutnya dilakukan pendataan tanaman sayuran berdasarkan pada pemanfaatan
bagian tanaman yang diketahui melalui pra-eksplorasi juga wawancara dengan masyarakat
sekitar lokasi titik sampel terkait pemanfaatan yang dilakukan pada bagian tanaman yang
digunakan sebagai sayur seperti daun, batang, bunga, buah, biji, dan bagian lain seperti tunas,
kulit buah dsb. Langkah selanjutnya yaitu dokumentasi tanaman sayuran dalam bentuk foto dan
data apa saja yang diperoleh pada observasi lapang ditulis di buku catatan lapangan Setiap
kecamatan dilakukan pengambilan 12 titik lokasi untuk mengumpulkan dan menganalisa jenis –
jenis sayuran yang ada dilokasi tersebut. Sehingga total titik pengambilan sampel dari 4
Kecamatan di Kabupaten sumenep yaitu berjumlah 48 titik lokasi penelitian.
c. Penyajian data

Penyajian data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan teks naratif. Data yang
disajikan yaitu data jenis - jenis tanaman sayuran hasil penelitian, jumlah pemanfaatan tanaman
sayuran, bagian tanaman yang dimanfaatkan seperti daun, batang, bunga dll dan hasil manfaat
tersebut (bentuk olahan). Hasil penelitian dari pemanfaatan tanaman yang ditemukan
dicantumkan nilai rata-rata pemanfaatan dalam bentuk grafik.

III.5 Analisa data

Data yang diperoleh akan dimasukkan dalam bentuk tabel dan dilanjutkan dengan
perhitungan persentase pada komoditi yang dimanfaatkan atau belum oleh masyarakat. setelah
itu, dilakukan analisa secara kualitatif dan deskriptif.
Rumus persentase :
27

Jumlah tanaman X
x 100 %
Total jenis tanaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

IV.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Sumenep


Kabupaten sumenep merupakan daerah paling timur di ujung pulau Madura provinsi Jawa
Timur yang terletak pada titik kordinat 1130 32` 54`` - 1160 16` 48`` Bujur Timur dan 40 55`-70
24` Lintang Selatan dengan luas wilayah sebesar 2.093,458 Km2, yang terbagi dalam 27
Kecamatan, desa sebanyak 328 dengan jumlah pulau sebanyak 126 pulau yang terbagi
menjadi 78 pulau tidak berpenghuni dan 48 pulau berpenghuni. Berikut nama-nama kecamatan
yang digunakan sebagai tempat eksplorasi berdasarkan ketinggian tempat dan luas wilayah di
Kabupaten Sumenep.

Tabel 4. 1. Nama dan luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Sumenep.


No Kecamatan Tinggi dari permukaan laut Luas (km2)
(mdpl)
1 Rubaru 92 84.46
2 Dasuk 154 64.51
3 Pasongsongan 120 119.03
4 Ambunten 53 50.54
Sumber: BPS Sumenep 2021 (Statistik, 2021)

IV.1.2 Hasil Eksplorasi per-Kecamatan

4.1.2.1. Kecamatan Rubaru

Tabel 4. 2 Titik kordinat sampel di Kecamatan Rubaru.


Tanggal Tempat Tanaman Jumlah
20 Oktober 2022 Kec. Rubaru Asam Jawa 3
Latitude: 6.952365 Labu Kuning 7
Lognitude: 113.727.33 Pisang 18
Cabai Merah ȸ
Bayam 13
28

Jambu Mete 2

Kec. Rubaru Talas 4


Latitude: 6.951895 Pepaya 17
Lamtoro 8
Lognitude: 113.724248 Kemangi 11
Bayam 5
Turi 3
Pisang 8

Kec. Rubaru Singkong 14


Latitude: 6.947703 Asam jawa 8
Pepaya 3
Lognitude: 113.719025 Bambu ȸ
Bayam 2
Kelor 6

Kec. Rubaru Kacang Panjang 2


Latitude: 6.949566 Buncis 1.300
Terong 23
Lognitude: 113.719824 Kelor 38
Jagung 1.000
Pisang 5

Kec. Rubaru Nangka 3


Latitude: 6.947976 Bambu ȸ
Cabe Hijau 42
Lognitude: 113.718737 Singkong ȸ

Kec. Rubaru Talas ȸ


Latitude: 6.948117 Kacang Hijau 3
Jahe 15
Lognitude: 113.719236 Kunyit 8
Terong 15
Oyong 500

Kec. Rubaru Turi 5


Latitude: 6.947944 Cabe Merah 1.250
Ubi ȸ
Lognitude: 113.719496 Pisang 17

Kec. Rubaru Bayam 2


Latitude: 6.948854 Pepaya 8
Lognitude: 113.718627 Terong 524
Jagung 1.500
29

Kec. Rubaru Asam jawa 5


Latitude: 6.950787 Talas 74
Lognitude: 113.717538 Singkong 213
Kelor 10
Kacang hijau 835
Bayam 7

Kec. Rubaru Lamtoro 4


Latitude: 6.950757 Pisang 7
Lognitude: 113.717562 Turi 3
Kelor 16
Asam Jawa 3

Kec. Rubaru Pepaya 5


Latitude: 6.949537 Lamtoro 2
Lognitude: 113.719873 Turi 1
Bambu ȸ
Kacang panjang 4
Singkong 873
Bayam 8
Jahe 4

Kec. Rubaru Ubi 87


Latitude: 6.949556 Buncis 346
Lognitude: 113.719808 Bambu ȸ
Oyong 2
Kemangi 5
Cabe Merah 1.362
Pisang 7
Pepaya 2
Kelor 15

Tabel diatas menunjukkan banyaknya tanaman sayuran di kecamatan ‘’’rubaru yang


diperoleh dari hasil eskplorasi di 12 titik yang berbeda. Berdasarkan jenisnya tanaman sayuran
yang ditemukan sebanyak 25 jenis tanaman sayuran lokal berupa Asam jawa, labu kuning,
pisang, cabai rawit, bayam, talas, pepaya, lamtoro, kemangi, singkong, kelor, kacang panjang,
buncis, terung, jagung, nangka, cabai hijau, bambu, kacang hijau, jahe, kunyit, ubi, turi, gambas
dan jambu mete dengan jumlah total tanaman sebanyak 6.482. Berdasarkan keadaan musim
masyarakat rubaru pada bulan ini banyak menanam tanaman cabe dan jagung dengan masing-
masing komoditas sebanyak 2.612 dan 2.500 tanaman. Sedangkan komoditi yang paling sedikit
diminati untuk ditanam berupa kacang panjang, labu, jambu mete, nangka serta kunyit dengan
30

jumlah masing-masing sebanyak 6, 7, 2, 3, dan 8. Hasil pemanfaatan dari tanaman yang


ditemukan dijelaskan pada tabel 4.2.

Tabel 4. 3 Hasil Eksplorasi di Kecamatan Rubaru


No Nama Tanaman Jumlah Bagian yang dimanfaatkan
(Nama Ilmiah) Daun Buah Bunga Batang Biji Lain
Nama Daerah

1 Asam Jawa 19 Ѵ
(Tamarindus
indica)
Accem
2 Labu Kuning 7 Ѵ
(Cucubita
moschata Duch)
Labu koneng
3 Pisang 62 Ѵ
(Musa
paradisiaca var)
Gheddhang
4 Cabe Merah ȸ Ѵ
(Capsicum
Annum L.)
Cabbhi mera
5 Bayam 37 Ѵ
(Amaranthus)
Tarnya`
6 Talas ȸ Ѵ
(Colocasia
esculenta)
Tales
7 Pepaya 35 Ѵ Ѵ
(Carica papaya)
Kates
8 Lamtoro 14 Ѵ
(Leucena
leucocephala)
Plandingan
31

9 Kemangi 16 Ѵ Ѵ
(Ocimum
basilicum)
Kemangih
10 Singkong ȸ Ѵ Ѵ
(Manihot
esculenta)
Shabreng
11 Kelor 85 Ѵ
(Moringa
oleifera)
Marongghi
12 Kacang Panjang 6 Ѵ
(Vigna
unguiculata
ssp.)
Oto` Kalepat
13 Buncis 1.646 Ѵ
(Phaseolus
vulgaris)
Arches
14 Terung 562 Ѵ
(Solanum
melongena L.)
Terrong
15 Jagung 2.500 Ѵ
(Zea Mays)
Jeghung
16 Nangka 3 Ѵ
(Artocarpus
heterophyllus)
17 Cabe hijau 42 Ѵ
(Capsicum
frutescens)
Cabbhi Ijo
18 Bambu ȸ Ѵ
(Bambusa Sp.)
32

Perreng

19 Kacang Hijau 838 Ѵ


(Vigna radiata)
Arta`
20 Jahe 19 Ѵ
(Zingiber
officinale)
Jhei
21 Kunyit 8 Ѵ
(Cucurma longa
linn.)
Konyi`
22 Ubi ȸ Ѵ
(Ipomoea
batatas)
Obhi
23 Turi 87 Ѵ
(Sesbania
grandiflora)
Toroy
24 Gambas 12 Ѵ
(Luffa
acutangula)
Langker
25 Jambu mete 502 Ѵ
(Anacardium
occidentale)
Jambu Monyet
Jumlah 6.482
A B

33

Gambar 4. 1 (A) Tumpang sari singkong dan cabai rawit (B) Tumpang sari singkong dan cabai rawit (C)
Tumpang sari terung, buncis dan cabai rawit.

Petani di kecamatan rubaru sudah mengenal sistem tanaman pola tanam polikultur
dengan pola tumpang sari yaitu sistem pola tanam yang menggabungkan dua jenis atau lebih
34

tanaman dalam satu lahan dan waktu yang bersamaan, Pada Gambar 4. 1 A dapat menjadi
contoh adanya tanaman singkong yang menjadi pagar hidup dari lahan tanaman cabai rawit,
gambar B terdapat tumpang sari jagung dan cabai rawit dan gambar C terdapat tanaman terung
yang digabungkan dengan tanaman bunci dan cabai rawit. Sehingga orientasi dari pola tanam
tumpang sari tersebut dapat menjadi penunjang bagi petani dalam penjualan hasil panen,
sekalipun sebagian kecil dari hasil panen digunakan konsumtif petani.

Gambar 4. 2 Tanaman kacang panjang

Petani di kecamatan rubaru juga memanfaatkan lahan pekarangan sebagai sumber


konsumsi seperti yang terdapat pada gambar 4.2 tanaman kacang panjang dijadikan sebagai
pagar hidup yang berjumlah 6 tanaman sejajar. Sehingga dengan adanya pemanfaatan
tersebut dapat mengurangi beban ekonomi petani ketika membutuhkan kacang panjang.
Pemanfaatan kacang panjang oleh petani di Kecamatan Rubaru hanya terdapat pada
buahnya saja sedangkan daunnya dijadikan sebagai pakan hewan ternak. Padahal daun
35

kacang panjang juga dapat dimanfaatkan sebagai sayuran. Hal ini berdasarkan kurangnya
edukasi ke petani mengenai bagian tanaman yang juga dapat dijadikan sebagai sayuran.

Gambar 4. 3 Tanaman Kelor sebagai pagar lahan


tanaman jagung

Pada gambar 4.3 juga terdapat tanaman kelor yang dijadikan sebagai pagar lahan
tanaman jagung. Pemanfaatan tanaman kelor tersebut oleh petani di Kecamatan Rubaru hanya
digunakan untuk konsumsi sebagai kuah tidak berorientasi ke dalam penjualan hasil panen.

Gambar 4. 4 Tanaman Pisang


36

Tanaman pisang merupakan jenis tanaman yang tidak termasuk musiman dan dapat
berbuah setiap tahun. Tanaman pisang di Kecamatan Rubaru pada gambar 4.4 hanya dibiarkan
tumbuh dengan sendirinya tanpa adanya perlakuan lain seperti penyiraman, pemupukan dan
lainnya. Selain itu, Berdasarkan dari gambar tesebut pemanfaatan tongkol tanaman pisang di
Kecamatan Rubaru dibilang rendah dan hanya sebagian petani yang memanfaatkannya
sebagai sayuran. Sehingga perlu adanya edukasi mengenai manfaat dan kandungan dari
tongkol tanaman pisang agar dapat dimanfaatkan dan tidak dibiarkan begitu saja.

4.1.2.2 Kecamatan Dasuk

Tabel 4. 4 Titik kordinat sampel di Kecamatan Dasuk.


Tanggal Tempat Tanaman Jumlah
20 Oktober Kec. Dasuk Sawi 2.000
2022 Kelor 83
Latitude: 6.925632
Lognitude: 113.851878 Timun 500
Singkong 1.200
Pepaya 3
Kunyit 8

Kec. Dasuk Lamtoro 3


Latitude: 6.919789 Labu kuning 5
Laos 521
Lognitude: 113. 853355 Pisang 7
Talas 500
Asam Jawa 3
Nangka 2
Timun 1.000
Mengkudu 2

Kec. Dasuk Kemangi 4


Latitude: 6.928313 Bayam 2
Bambu ȸ
Lognitude: 113.851553 Kelor 75
Kacang panjang 450

Kec. Dasuk Bambu ȸ


Latitude: 6.928772 Turi 3
Pepaya 5
Lognitude: 113.852195 Kacang hijau 1.000
Jagung 50
Singkong 700
Lamtoro 3
37

Kec. Dasuk Kacang panjang 500


Latitude: 6.932458 Sukun 1
Pisang 8
Lognitude: 113.85263 Singkong 1.500
Mangga 4

Kec. Dasuk Talas ȸ


Latitude: 6.917053 Kacang Panjang 3
Laos 15
Lognitude: 113.853925 Pisang 4
Timun 15
Bambu 500

Kec. Dasuk Bayam 5


Latitude: 6.920802 Singkong 1.250
Lognitude: 113.852862 Kelor 10
Pisang 4
Lamtoro 2
Mangga 3
Kec. Dasuk Jagung 412
Latitude: 6.921225 Asam Jawa 1
Lognitude: 113.85266 Lamtoro 2
Labu kuning 4
Jambu monyet 1
Pisang 2
Kec. Dasuk Singkong 500
Latitude: 6.918708 Turi 2
Lognitude: 113.853566 Pisang 6
Bambu ȸ
Kemangi 3
Laos 500
Pepaya 4
Labu kuning 7
Kec. Dasuk Bayam 4
Latitude: 6.928276 Kemangi 1
Lognitude: 113.857823 Kacang panjang 500
Jagung 500
Talas 3
Singkong 83
Pisang 4
Kec. Dasuk Pepaya 2
Latitude: 6.931789 Lamtoro 2
Lognitude: 113.852617 Turi 1
Bambu ȸ
38

Kacang panjang 1.000


Singkong 500
Bayam 4
Terong 6
Kec. Dasuk Sawi 1.500
Latitude: 6.934049 Timun 2.000
Lognitude: 113.853449 Bayam 3
Kelor 27
Pisang 5
Jambu Monyet 1
Pisang 7
Mangga 2
Laos 4

Tabel diatas menunjukkan banyaknya tanaman sayuran di kecamatan Dasuk yang


diperoleh dari hasil eskplorasi di 12 titik yang berbeda. Berdasarkan jenisnya tanaman sayuran
yang ditemukan sebanyak 24 jenis tanaman dengan komoditi tanaman paling banyak di tanam
yaitu sawi, timun, singkong, laos, kacang hijau dan kacang panjang. Terdapat 2 titik sampel
dengan jumlah komoditi tidak terhingga yaitu bambu dan talas. Selebihnya merupakan
tanaman kelor, pepaya, kunyit, lamtoro, labu, pisang, jambu monyet, Asam jawa, sukun,
mengkudu, kemangi, bayam, turi, jagung, nangka, mangga. Hasil pemanfaatan dari tanaman
yang ditemukan dijelaskan pada tabel 4.3.

Tabel 4. 5 Hasil Eksplorasi di Kecamatan Dasuk


No Nama Tanaman Jumlah Bagian yang dimanfaatkan
(Nama Ilmiah) Daun Buah Bunga Batang Biji Lain
Nama Daerah

1 Asam Jawa 4 Ѵ
(Tamarindus
indica)
Accem
2 Labu Kuning 16 Ѵ
(Cucubita
moschata Duch)
Labu koneng
3 Pisang 47 Ѵ
(Musa
39

paradisiaca var)
Gheddhang
4 Sawi 3.500 Ѵ
(Brassica juncea
L.)
Sawi
5 Bayam 18 Ѵ
(Amaranthus)
Tarnya`
6 Talas ȸ Ѵ
(Colocasia
esculenta)
Tales
7 Pepaya 3 Ѵ Ѵ
(Carica papaya)
Kates
8 Lamtoro 12 Ѵ
(Leucena
leucocephala)
Plandingan
9 Kemangi 8 Ѵ Ѵ
(Ocimum
basilicum)
Kemangih
10 Singkong 4.233 Ѵ Ѵ
(Manihot
esculenta)
Shabreng
11 Kelor 195 Ѵ
(Moringa
oleifera)
Marongghi
12 Kacang Panjang 2.453 Ѵ
(Vigna
unguiculata
ssp.)
Oto` Kalepat
40

13 Mangga 9 Ѵ
(Mangifera
indica)
Pao
14 Jambu mete 2 Ѵ
(Anacardium
occidentale)
Jambu Monyet
15 Jagung 962 Ѵ
(Zea Mays)
Jeghung
16 Nangka 2 Ѵ
(Artocarpus
heterophyllus)
Nangka
17 Turi 6 Ѵ
(Sesbania
grandiflora)
Toroy
18 Bambu ȸ Ѵ
(Bambusa Sp.)
Perreng
19 Kacang Hijau 1.000 Ѵ
(Vigna radiata)
Arta`
20 Laos 1.040 Ѵ
(Alpinia
galanga)
Laos
21 Timun 3.515 Ѵ
(Cucumis
sativus)
Temon
22 Sukun 1 Ѵ
(Morinda
citrifolia)
Sokon
41

23 Mengkudu 2 Ѵ
(Luffa
acutangula)
Pache
24 Kunyit 8 Ѵ
(Curcuma longa
Linn.)
A Konyi` B
Jumlah 17.036

Gambar 4. 5 (A) Tanaman sawi (B) Tanaman timun


42

Tanaman sawi dan timun merupakan tanaman yang paling banyak ditemukan di
kecamatan dasuk. Hasil panen pada tanaman sawi dapat dimanfaatkan pada bagian daun
yang dapat digunakan sebagai sayur sedangkan tanaman timun pada buahnya Pola tanam
yang digunakan untuk kedua tanaman tersebut menggunakan sistem monokultur yaitu
penanaman tunggal atau satu jenis tanaman saja. Keunggulan dari pola tanam monokultur
dapat mengefisiensi terhadap biaya yang lebih rendah.

Gambar 4. 6 Tanaman kelor

Tanaman kelor di Kecamatan Dasuk merupakan salah satu tanaman yang


lumayan banyak ditemukan sebanyak 195 ditanam dengan cara ditancapkan batangnya tanpa
ada perlakuan lagi seperti pemupukan dan penyiraman dan dijadikan sebagai sebagai tiang
panjat tanaman cabe jamu. Tanaman kelor di konsumsi sebagai sayuran kuah.

A B
43

Penanaman labu kuning oleh petani di Desa Dasuk ditanam di tanah pekarangan
tanpa memperhatikan jarak tanam dengan memanfaatkan lahan kosong yang tidak digunakan
hal tersebut juga terdapat pada tanaman talas yang ditanam disebelah lahan tanaman timun
yang kosong. Pemanfaatan tanaman labu kuning oleh petani yaitu berasal dari buahnya yang
biasanya dijadikan sayur lodeh dan untuk tanaman talas pada bagian batangnya yang juga
dapat dibuat sayur tumis dan kuah.

A B

GambarPola
4. 8 (A) Tumpang
tanam sari kacang
tumpang hijau dan
sari juga jagung
telah (B) Tumpang
banyak saridilakukan oleh petani
dilakukan
singkong dan jagung
seperti yang terdapat pada gambar 4.8 A yaitu tanaman kacang hijau dan jagung dan gambar B
singkong yang ditanam di pinggiran lahan. orientasi dari pola tanam tumpang sari tersebut
untuk memberikan nilai tambah dari hasil panen dan juga untuk mengifisensi kegagalan hasil
panen. Jagung oleh kalangan petani dimanfaatkan sebagai campuran nasi, kuah dan gorengan
sedangkan untuk kacang hijau biasa dibuat kaldu. Singkong juga bisa dimanfaatkan sebagai
campuran nasi dan lalap rebus.

Gambar 4. 9 Tanaman turi merah dan putih


44

Lahan pekarang rumah petani tidak jarang terdapat tanaman turi. tanaman turi
merupakan salah satu tanaman yang banyak ditemukan di depan rumah petani dengan jenis
warna yang berbeda-beda yaitu warna merah dan putih. Tanaman turi dapat di manfaatkan
sebagai sayuran pada bagian bunganya yang biasa dibuat sebagai Lalap dengan sambal..

4.1.2.3 Kecamatan Pasongsongan

Tabel 4. 6 Titik kordinat sampel di Kecamatan Pasongsongan.


Tanggal Tempat Tanaman Jumlah
21 Oktober 2022 Kec. Pasongsongan Terong 3
Latitude: 6.97015 Tomat 2
Lognitude: 113.646666 Seladri 3
Bawang merah 500

Kec. Pasongsongan Singkong 15


Latitude: 6.970615 Bayam 2
Pisang 4
Lognitude: 113. 646433 Kacang Hijau 20

Kec. Pasongsongan Nangka 1


Latitude: 6.997445 Kunyit 6
Serai 2
Lognitude: 113.645541 Cabai 3
Bayam 3
Lamtoro 2
Kecipir 4

Kec. Pasongsongan Bayam 2


Latitude: 6.97591 Bawang daun 10
Terung 5
Lognitude: 113.645599 Kangkung 40
Ubi 80
Timun 8
Oyong 4

Kec. Pasongsongan Kacang panjang 15


Latitude: 6.982885 Talas 65
Kunyit 7
Lognitude: 113.644045 Kelor 13
Singkong 25
Lamtoro 5

Kec. Pasongsongan Talas 15


45

Latitude: 6.984176 Kacang Panjang 315


Pepaya 4
Lognitude: 113.643142 Pisang 2
Bambu ȸ
Talas 8
Turi 2

Kec. Pasongsongan Lamtoro 1


Latitude: 6.993196 Kacang panjang 20
Bawang daun 23
Lognitude: 113.642194 Jeruk purut 1
Pete 1
Mangga 1

Kec. Pasongsongan Singkong 27


Latitude: 6.993178 Tomat 5
Lognitude: 113.642218 Cabai 1.000
Terung 7
Pisang 11
Bambu ȸ

Kec. Pasongsongan Lamtoro 2


Latitude: 6.99893 Bawang merah 1.500
Lognitude: 113.643717 Bambu ȸ
Pisang 4
Terung 57
Kacang hijau 1.500
Pepaya 6
Kunyit 4

Kec. Pasongsongan Singkong 20


Latitude: 7.000511 Lamtoro 2
Lognitude: 113.644803 Ubi 7
Talas 15
Pepaya 8
Turi 2
Kelor 15

Kec. Pasongsongan Kecipir 50


Latitude: 6.99689 Kelor 3
Lognitude: 113.643484 Bambu ȸ
Tomat 500
Pisang 8
Singkong 17
Kacang Panjang 700
46

Kec. Pasongsongan Pepaya 2


Latitude: 6.964789 Bambu ȸ
Lognitude: 113.647988 Serai 1
Cabai 5
Tomat 3
Terung 3
Seledri 2
Pisang 10
Kunyit 4

Tabel diatas menunjukkan banyaknya tanaman sayuran di kecamatan Pasongsongan


yang diperoleh dari hasil eskplorasi di 12 titik yang berbeda. Berdasarkan jenisnya tanaman
sayuran yang ditemukan sebanyak 27 jenis tanaman. Terdapat 4 jenis tanaman paling banyak
di tanam oleh petani di kecamatan pasongsongan yaitu kacang panjang, cabai rawit, kacang
hijau, bawang merah dan tanaman yang paling sedikit yaitu seladri, bayam, nangka, serai,
timun, gambas, turi, jeruk purut, pete. Selebihnya merupakan tanaman terong, tomat, singkong,
pisang, kunyit, serai, lamtoro, kecipir, kangkung, ubi, talas, pepaya, bawang daun, jeruk purut,
pete, kelor dan bambu dengan jumlah tidak terhingga. Hasil pemanfaatan dari tanaman yang
ditemukan dijelaskan pada tabel 4.6.

Tabel 4. 7 Hasil Eksplorasi di Kecamatan Pasongsongan


No Nama Tanaman Jumlah Bagian yang dimanfaatkan
(Nama Ilmiah) Daun Buah Bunga Batang Biji Lain
Nama Daerah

1 Terung 11 Ѵ
(Solanum
melongena)
Terrong
2 Petai 1 Ѵ
(Parkia
speciosa)
Pette
3 Pisang 39 Ѵ
(Musa
paradisiaca var)
Gheddhang
47

4 Kecipir 54 Ѵ
(Psophorcarpus
tetragonolobus)
Kaceper
5 Bayam 7 Ѵ
(Amaranthus)
Tarnya`
6 Talas 80 Ѵ
(Colocasia
esculenta)
Tales
7 Pepaya 118 Ѵ Ѵ
(Carica papaya)
Kates
8 Lamtoro 12 Ѵ
(Leucena
leucocephala)
Plandingan
9 Jeruk Purut 1 Ѵ Ѵ
(Citrus hystrix)
Jeruk Porot
10 Singkong 104 Ѵ Ѵ
(Manihot
esculenta)
Shabreng
11 Kelor 31 Ѵ
(Moringa
oleifera)
Marongghi
12 Kacang Panjang 1.050 Ѵ
(Vigna
unguiculata
ssp.)
Oto` Kalepat
13 Bawang Merah 2.000 Ѵ
(Allium cepa L.)
Bhabhang
merah
48

14 Kangkung 104 Ѵ Ѵ
(Ipomea
aquatica)
Kangkong
15 Serai 3 Ѵ
(Cymbopogon
citratus)
Serre
16 Nangka 1 Ѵ
(Artocarpus
heterophyllus)
17 Turi 4 Ѵ
(Sesbania
grandiflora)
Toroy
18 Bambu ȸ Ѵ
(Bambusa Sp.)
Perreng
19 Kacang Hijau 1.520 Ѵ
(Vigna radiata)
Arta`
20 Seledri 5 Ѵ
(Apium
graveolens)
Seledri
21 Timun 8 Ѵ
(Cucumis
sativus)
Temon
22 Tomat 510 Ѵ
(Solanum
lycopersicum)
Tomat
23 Bawang Daun 33 Ѵ
(Allium porrum)
Bhabang Dhaun
24 Kunyit 21 Ѵ
49

(Curcuma longa
Linn.)
Konyi`
25 Gambas 31 Ѵ
(Luffa
acutangula)
Langker
26 Ubi 87 Ѵ
(Ipomea
batatas)
Obhi
27 Cabai 1.008 Ѵ
(Capsicum
frutescens)
Jumlah 6.843
50

Gambar 4. 10 Tanaman kacang panjang di tepi lahan

Tanaman Kacang panjang yang terdapat di Kecamatan Pasongsongan biasa


dimanfaatkan sebagai tumis, sayur bening dan lodeh. Penanaman yang dilakukan oleh petani
juga dengan memanfaatkan tepian lahan yang kosong. Hasil panen dari kacang panjang
tersebut sebagian besar dijual kepasar dan selebihnya dikonsumsi sendiri. Begitu juga dengan
tanaman pisang.

Gambar 4. 11 Tanaman Pisang di tepi lahan

Tanaman pisang ditanam dengan cara memanfaatkan tepian lahan tanpa


memperhatikan jarak tanam maupun anakan yang tumbuh dalam satu rumpun dan juga tanpa
51

ada perawatan khusus seperti penyiangan, pemupukan dan perawatan. Padahal potensi dari
hasil panen tanaman pisang sangat berguna selain dari tongkol pisang menjadi sayuran lodeh,
pisang yang masih muda juga bisa digunakan sebagai campuran nasi.

Gambar 4. 12 Tanaman timun di tepi lahan

Pemanfaatan tepian lahan tidak hanya terdapat pada tanaman pisang dan tanaman
kacang panjang, Tanaman timun yang merupakan salah satu tanaman sayuran yang biasa
dimanfaatkan sebagai sayuran bening atau lodeh. Penanaman tanaman timun juga di lakukan
di tepian lahan dan beorientasi terhadap penjualan hasil panen Selain itu terdapat juga tanaman
bawang merah dan tanaman terong.

A B

Gambar 4. 13 (A) Tanaman bawang merah dan terong di tepi lahan tembakau (B)
Tanaman Bawang di tepi lahan pekarangan.
52

Gambar 4.13 A tanaman bawang merah dan tanaman terong di Kecamatan


Pasongsongan juga ditanaman di tepian lahan tanaman tembakau. Penanaman tersebut
memiliki orientasi sebagai nilai tambah dalam penjualan hasil panen sehingga dapat juga
meminimalisir terjadinya kegagalan panen dari tanaman utama. Berbeda dengan gambar B
tanaman bawang merah juga merupakan salah satu tanaman yang ditanam di tepi pekarang
rumah tanpa ada pengolahan tanah. Petani melakukan penanaman demikian dari hasil panen
hanya berorientasi untuk dikonsumsi sendiri sebagai bumbu masakan bukan untuk kebutuhan
ekonomi secara khusus.

Gambar 4. 14 Tanaman kecipir sebagai pagar hidup

Tanaman kecipir merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sayuran tumis.
Tanaman kecipir yang terdapat di Kecamatan Pasongsongan di tanam sebagai pagar hidup
tanpa dilakukan perawatan seperti halnya penyiangan. Orientasi dari hasil panen berupa
penjualan ke pasar dan hanya sebagian kecil yang dikonsumsi sendiri. Pemanfaatan pagar
hidup di pekarangan rumah tidak hanya tanaman kecipir, ada juga tanaman ubi dan kangkung.
53

Gambar 4. 15 Pagar hidup tanaman ubi dan kangkung

Tanaman ubi dan kangkung merupakan tanaman yang digunakan sebagaii pagar hidup
di salah satu rumah petani dengan orientasi dari penanaman tersebut hanya untuk dikonsumsi
saja bukan untuk penjualan hasil panen. Pemanfaatan tanaman ubi tidak jauh beda dengan
tanaman kangkung yang dimanfaatkan pada bagian daun menjadi tumis ataupun sayur bening.

A B

Gambar 4. 16 (A) Tanaman tomat (B) Tanaman bawang merah

Petani di kecamatan pasongsongan yang berorientasi terhadap penjualan hasil panen


melakukan pola tanam monokultur yaitu penanaman dengan satu jenis tanaman seperti yang
terdapat pada tanaman tomat dan bawang merah. Pola tanam monokultur memiliki keuntungan
lebih untuk menghemat biaya dalam pengelolaan tanaman. Tanaman tomat juga dapat
54

dimanfaatkan sebagai tumis, sayur bening, dan sambal. Sedangkan bawang merah dapat
digunakan sebagi bumbu masakan.

4.1.2.4 Kecamatan Ambunten

Tabel 4. 8 Titik kordinat sampel di Kecamatan Ambunten.


Tanggal Tempat Tanaman Jumlah
21 Oktober 2022 Kec. Ambunten Jagung 500
Latitude: 6.887863 Kacang Hijau 1.000
Lognitude: 113.70694 Cabai rawit 1.500
Bayam 5

Kec. Ambunten Cabai rawit 1.000


Latitude: 6.888538 Asam jawa 1
Kelor 6
Lognitude: 113. 707383 Lamtoro 2
Singkong 23
Turi 2

Kec. Ambunten Pepaya 1


Latitude: 6.889732 Singkong 7
Kacang hijau 500
Lognitude: 113.706876 Cabai rawit 1.000

Kec. Ambunten Asam Jawa 1


Latitude: 6.890937 Pisang 13
Cabai rawit 1.000
Lognitude: 113.706638 Pepaya 2
Kacang hijau 1.300

Kec. Ambunten Kacang tanah 1.500


Latitude: 6.893231 Cabai rawit 2.000
Lamtoro 1
Lognitude: 113.707057 Jagung 500

Kec. Ambunten Cabai rawit 1.700


Latitude: 6.893148 Bayam 3
Jagung 400
Lognitude: 113.706864 Pisang 4
Timun 1.000
Kelor 8

Kec. Ambunten Bayam 1


Latitude: 6.894433 Kacang hijau 1.000
55

kelor 23
Lognitude: 113.707792 Jagung 1
Lamtoro 1

Kec. Ambunten Kelor 2


Latitude: 6.896981 Jagung 5
Lognitude: 113.706946 Kacang hijau 1.000
Cabai rawit 1.300
Lamtoro 1

Kec. Ambunten Kacang hijau 2.000


Latitude: 6.903068 Kelor 5
Lognitude: 113.705766 Lamtoro 3
Jeruk purut 1
Terung 1
Pepaya 1

Kec. Ambunten Cabai rawit 1.500


Latitude: 7.905177 Kacang hijau 1.000
Lognitude: 113.705719 Jagung 500
Singkong 15
Kelor 3

Kec. Ambunten Lamtoro 1


Latitude: 6.894218 Bayam 3
Lognitude: 113.709807 Turi 2
Cabai rawit 500
Kacang hijau 800
Pepaya 2
Asam Jawa 1

Kec. Ambunten Cabai rawit 1.000


Latitude: 6.887814 Jagung 300
Lognitude: 113.707293 Kacang Tanah 1.000
Pepaya 1
Terung 1

Tabel diatas menunjukkan banyaknya tanaman sayuran di kecamatan Ambunten yang


diperoleh dari hasil eskplorasi di 12 titik yang berbeda. Berdasarkan jenisnya tanaman sayuran
yang ditemukan sebanyak 15 jenis tanaman. Komoditi tanaman sayuran yang paling banyak di
tanam yaitu kacang hijau, Cabai rawit, kacang tanah dan timun sedangkan komoditi paling
sedikit yaitu Asam jawa, turi, jeruk purut dan terong. Selebihnya merupakan tanaman jagung,
56

bayam, kelor, lamtoro, singkong, pepaya, pisang. Hasil pemanfaatan dari tanaman yang
ditemukan dijelaskan pada tabel 4.9.

Tabel 4. 9 Hasil eksplorasi di Kecamatan Ambunten


No Nama Tanaman Jumlah Bagian yang dimanfaatkan
(Nama Ilmiah) Daun Buah Bunga Batang Biji Lain
Nama Daerah

1 Asam Jawa 3 Ѵ
(Tamarindus
indica)
Accem
2 Pisang 17 Ѵ
(Musa
paradisiaca var.)
Gheddhang
3 Bayam 12 Ѵ
(Amaranthus)
Tarnya`
4 Jagung 805 Ѵ
(Zea Mays)
Jeghung
5 Pepaya 7 Ѵ Ѵ
(Carica papaya)
Kates
6 Lamtoro 9 Ѵ
(Leucena
leucocephala)
Plandingan
7 Singkong 45 Ѵ Ѵ
(Manihot
esculenta)
Shabreng
8 Kelor 47 Ѵ
(Moringa
oleifera)
Marongghi
57

9 Turi 4 Ѵ
(Sesbania
grandiflora)
Toroy
10 Kacang hijau 8.600 Ѵ
(Vigna radiata)
Arta`
11 Cabai rawit 12.500 Ѵ
(Siling labuyo)
Cabbhi
12 Kacang Tanah 2.500 Ѵ
(Arachis
hypogaea L.)
Oto`
13 Timun 1.000 Ѵ
(Cucumis
sativus)
Temon
14 Jeruk purut 1 Ѵ Ѵ
(Citrus hystrix)
Jeruk porot
15 Terung 2 Ѵ
(Solanum
melongena L.)
Terrong
Jumlah 25.552

A B

Gambar 4. 17 (A) Tumpang sari cabai rawit dan kacang tanah (B) Tumpang sari cabai rawit,
jagung dan tembakau
58

Petani di kecamatan Ambunten sudah mengenal pola tanam tumpang sari sehingga
tidak heran jika banyak tanaman yang ditumpang sarikan seperti pada gambar 4.17 A
tanaman cabai rawit dan tanaman kacang tanah yang menggunakan mulsa jerami. Pada
gambar B selain dengan kacang tanah tanaman cabai rawit juga banyak di tumpang sarikan
dengan tanaman tembakau maupun jagung. Pemanfaatan tanaman cabai rawit sebagai
campuran tumis, bumbu maupun sambal sedangkan kacang tanah biasanya digunakan untuk
Bumbu atau sambal. Tidak hanya tanaman cabai rawit dan kacang tanah yang di tumpang
sarikan ada juga tanaman jagung dan kacang panjang.

Gambar 4. 18 Tumpang sari jagung dan kacang panjang

Tumpang sari jagung dan kacang panjang merupakan tanaman yang paling banyak
diminati oleh petani di kecamatan ambunten. Selain dapat meminimalisir kegagalan panen juga
dapat menjadi nilai tambah dalam penjualan hasil panen. Jagung merupakan salah satu
tanaman pokok yang dapat dibuat menjadi campuran nasi dan sayur bening, sedangkan
tanaman kacang hijau dapat dimanfaatkan untuk tumis, sayur bening dan tumis

Gambar 4. 19 (A) Tanaman kelor di tepi pekarang (B) Tanaman lamtoro di tepi lahan.
59

Pemanfaatan tepian lahan di Kecamatan Ambunten menggunakan tanaman sayuran


lokal seperti kelor dan lamtoro. Tanaman kelor dan lamtoro banyak di jadikan sebagai pagar
hidup di tepian lahan ataupun pekarangan rumah. Orientasi dari hasil panen tanaman tersebut
hanya dikonsumsi sendiri. Pemanfaatan tanaman lamtoro terdapat pada bijinya yang biasa
dijadikan botok sedangkan kelor terdapat pada daunnya yang dapat dijadikan sebagai sayur
kuah.

Gambar 4. 20 Tanaman timun

Selain pola tanam tumpang sari di kecamatan Ambunten juga terdapat pola tanam
monokultur yang hanya memanfaatkan satu jenis tanaman sayuran saja yaitu tanaman timun.
Pola tanam monokultur selain menghemat biaya juga dapat menghasilkan hasil panen dengan
jumlah besar. Orientasi dari pola tanam yang dilakukan secara monokultur hanya untuk
penjualan hasil panen.

4.2 Pembahasan

Hasil eksplorasi tanaman sayuran di 4 Kecamatan Kabupaten sumenep ditemukan 41


tanaman yang berpotensi sebagai tanaman sayuran berdasarkan pemanfaatan dari organ
vegetative maupun generative. Akan tetapi, dari keseluruhan tanaman yang ditemukan tidak
semuanya dimanfaatkan oleh masyarakat hanya sebagian kecil saja, hal itu disebabkan karena
60

kurangnya edukasi mengenai pemanfaatan tanaman-tanaman yang dapat digunakan sebagai


sayuran di kalangan masyarakat.
61

Tabel 4.10. Hasil eksplorasi di 4 Kecamatan Kabupaten sumenep.


No Nama Umum Kecamatan
(Nama Ilmiah) Rubaru Dasuk Pasongsongan Ambunten
Nama Daerah
1 Terung ++ ++ ++
(Solanum
melongena L.)

Terrong
2 Tomat ++
(Solanum
lycopersicum)
Ranteh
3 Seledri ++
(Apium
graveolens)
Seledri
4 Singkong + + + +
(Manihot
esculenta)

Shabreng
5 Kacang Panjang ++ ++ ++
(Vigna
unguiculata ssp.)

Oto` Kalepat
6 Pisang + + + +
(Musa
paradisiaca var)

Gheddhang
7 Bayam ++ ++ ++ ++
(Amaranthus)

Tarnya`
8 Nangka - - -
(Artocarpus
62

heterophyllus)

Nangka
9 Kunyit ++ ++ ++
(Curcuma longa
Linn.)

Konyi`
10 Serai ++
(Cymbopogon
citratus)

Serre
11 Cabai rawit ++ ++ ++
(Siling labuyo)

Cabbhi
12 Lamtoro + + + -
(Leucena
leucocephala)

Plandingan
13 Kecipir ++
(Psophorcarpus
tetragonolobus)

Kaceper
14 Kacang Hijau ++ ++ ++ ++
(Vigna radiata)

Arta`
15 Bawang Merah ++
(Allium cepa L.)

Bhabhang merah
16 Kangkung ++
(Ipomea
63

aquatica)

Kangkong
17 Ubi - -
(Ipomoea
batatas)

Obhi
18 Timun ++ ++ ++
(Cucumis
sativus)

Temon
19 Gambas ++ ++
(Luffa
acutangula)

Langker
20 Talas - - -
(Colocasia
esculenta)

Tales
21 Pepaya + + + +
(Carica papaya)

Kates
22 Bambu ++ ++ ++
(Bambusa Sp.)

Perreng
23 Turi ++ ++ ++ ++
(Sesbania
grandiflora)

Toroy
24 Bawang Daun ++
64

(Allium porrum)

Bhabang Dhaun
25 Jeruk Purut ++ ++
(Citrus hystrix)

Jeruk Porot
26 Petai +
(Parkia speciosa)

Pette
27 Kelor ++ ++ ++ ++
(Moringa oleifera)

Marongghi
28 Sawi ++
(Brassica juncea
L.)

Sawi
29 Labu Kuning ++ ++
(Cucubita
moschata Duch)

Labu koneng
30 Laos ++
(Alpinia galanga)

Laos
31 Jambu mete - -
(Anacardium
occidentale)

Jambu Monyet
32 Asam Jawa ++ ++ ++
(Tamarindus
indica)
65

Accem
33 Sukun -
(Morinda
citrifolia)

Sokon
34 Mengkudu -
(Luffa
acutangula)

Pache
35 Kemangi + +
(Ocimum
basilicum)

Kemangih
36 Mangga ++
(Mangifera
indica)

Pao
37 Buncis ++
(Phaseolus
vulgaris)

Arches
38 Cabe hijau +
(Capsicum
frutescens)

Cabbhi Ijo
39 Jahe ++
(Zingiber
officinale)

Jhei
66

40 Jagung ++ ++ ++
(Zea Mays)

Jeghung
41 Kacang Tanah ++
(Arachis
hypogaea L.)

Oto`
Ket : ++) ditemukan dan sudah dimanfaatkan
+) ditemukan, dimanfaatkan tidak maksimal
-) ditemukan dan masih belum dimanfaatkan

Tabel 4.10 Menunjukkan hasil dari eksplorasi di 4 Kecamatan terpilih di Kabupaten


Sumenep. komoditi yang ditemukan dijelaskan berdasarkan kondisi pada masing-masing
kecamatan, komoditi tanaman yang ditemukan dan dimanfaatkan sebagai sayur oleh
masyarakat baik pada bagian generative maupun vegetative, serta sudah diperdagangkan dan
dibudidayakan diberi tanda (++). Komoditi yang ditemukan dan dimanfaatkan, akan tetapi dalam
segi budidaya serta penjualan hasil panen belum maksimal diberi tanda (+) dan untuk komoditi
yang di temukan tapi belum dimanfaatkan maupun diperdagangkan akan diberi tanda (-). Tabel
yang menjelaskan bagian dari tanaman yang dimanfaatkan terdapat pada (Lampiran 1).
Hasil eksplorasi di Kecamatan Rubaru pada ketinggian 92 mdpl dari 12 titik sampel yang
dipilih menghasilkan 25 komoditi tanaman, dengan tanaman yang sudah di temukan
dimanfaatkan, dibudidayakan serta berorientasi kepada penjualan hasil panen secara maksimal
sebanyak 15 tanaman yaitu, Asam jawa, Labu, Cabe, bayam, lamtoro, kelor, kacang panjang,
buncis, Terong, jagung, bambu, kacang hijau, jahe, turi dan gambas dengan persentase
sebesar 36,58%, untuk komoditi tanaman yang sudah ditemukan akan tetapi pemanfaatannya
belum maksimal sebanyak 6 tanaman yaitu, pisang, pepaya, kemangi, singkong, cabe hijau dan
kunyit dengan persentase sebesar 14,63%. Sedangkan komoditi yang ditemukan akan tetapi
belum dimanfaatkan sebanyak 4 tanaman yaitu Talas, nangka, ubi, dan jambu mete dengan
persentase sebanyak 9,75%.
67

Masyarakat diwilayah rubaru sebagian besar telah banyak memanfaatkan tanaman


sayuran yang tumbuh sendiri di lahan, pekarang rumah maupun dibudidayakan. Akan tetapi,
masih terdapat beberapa tanaman yang belum dimanfaatkan secara maksimal seperti tanaman
talas pemanfaatan terdapat pada batangnya yang dapat digunakan sebagai sayur lompong,
Nangka juga merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai sayur nangka, Ubi
pemanfaatannya terdapat pada daunnya yang biasa dijadikan sebagai tumis dan terakhir
tanaman jambu mete yang biasa dibuat sayur tumis tetapi sedikit masyarakat yang
memanfaatkannya. Pada umumnya masyarakat di Kecamatan Rubaru memanfaatkan tanaman
selain sebagai konsumtif juga di orientasikan pada penjualan hasil panen yang terdapat di
pasar terdekat.
Eksplorasi yang dilakukan di kecamatan dasuk pada ketinggian 154 mdpl menghasilkan
berbagai macam komoditi yang sedikit berbeda dengan kecamatan rubaru dengan jumlah
sebanyak 24 komoditi tanaman. tanaman yang sudah di temukan dimanfaatkan, dibudidayakan
serta berorientasi kepada penjualan hasil panen secara maksimal berjumlah sebanyak 14
tanaman seperti : sawi, kelor, timun, kunyit, labu, laos, Asam jawa, bambu, Bayam, turi, kacang
hijau, jagung, kacang panjang, dan mangga dengan persentase sebanyak 34,14%. Komoditi
tanaman yang sudah ditemukan akan tetapi pemanfaatannya belum maksimal sebanyak 5
tanaman yaitu singkong, pepaya, pisang, lamtoro dan kemangi dengan persentase 12,19%.
Selain itu, ada juga tanaman yang ditemukan tapi belum dimanfaatkan sebanyak 5 komoditi
seperti : talas, jambu monyet, sukun, mengkudu, dan nangka dengan persentase 12,19%.
Sebagian dari masyarakat dasuk singkong hanya dibuat kripik tanpa digunakan hal lain
padahal umbi singkong memiliki potensi dalam campuran nasi dan lalap rebus. Pepaya yang
masih muda juga dapat digunakan sebagai sayuran kuah akan tetapi sebagian masyarakat
memilih untuk dimatangkan dan sebagian saja yang menjadikan pepaya sebagai sayur. Begitu
juga dengan tanaman talas, jambu monyet, sukun, mengkudu dan nangka sekalipun sedikit
masyarakat yang memanfaatkannya sebagai tanaman sayuran. Mengkudu merupakan salah
satu tanaman yang daunnya dapat dijadikan sebagai campuran nasi goreng, Tidak jauh beda
dengan tanaman talas, jambu monyet, sukun dan nangka yang juga memiliki potensi dalam
menjadi tanaman sayuran. Akan tetapi,, karena kurangnya edukasi tentang tanaman-tanaman
yang dapat dimanfaatkan baik pada bagian vegetative maupun generative. Sehingga
68

menjadikan masyarakat di kecamatan Dasuk masih memanfaatkan tanaman sayuran yang


sudah lumrah baik hasil panen yang di orientasai kedalam jual beli maupun konsumtif.
Hasil ekplorasi di kecamatan pasongsongan di ketinggian 120 mdpl menghasilkan
beberapa komoditi tanaman yang juga sudah di temukan dimanfaatkan, dibudidayakan serta
berorientasi kepada penjualan hasil panen secara maksimal lebih banyak dari kecamatan lain
berjumlah sebanyak 19 tanaman yaitu : terong, tomat, seladri, kacang panjang, bayam, kunyit,
serai, cabe, kecipir, kacang hijau, bawang merah, kangkung, timun, oyong, bambu, turi, bawang
daun, jeruk purut dan kelor. Sedangkan komoditi tanaman yang sudah ditemukan akan tetapi
pemanfaatannya belum maksimal di masyarakat Kecamatan Pasongsongan sebanyak 5
tanaman yaitu Singkong, pisang, lamtoro, pepaya dan pete dengan persentase 12,19%. Selain
banyaknya tanaman yang dimanfaatkan ada juga tanaman yang ditemukan tapi belum
dimanfaatkan sebanyak 3 komoditi seperti : nangka, ubi jalar dan tales dengan persentase
7,31%..
Sekalipun di Kecamatan Pasongsongan memiliki potensi yang sangat tinggi dalam
pemanfaatan tanaman sayuran. tidak menutup kemungkinan masih terdapat beberapa tanaman
yang ditemukan tetapi tidak dimanfaatkan secara maksimal seperti pada tanaman talas, ubi
jalar dan nangka. Padahal batang dari tanaman talas dan biji nangka dapat digunakan sebagai
sayur lodeh sedangkan daun ubi jalar dapat dimanfaatkan sebagai tumis. Sehingga tidak heran
jika beberapa tanaman yang ditemukan di tepian lahan maupun pekarangan pemanfaatannya
tidak jauh beda dengan daerah Kecamatan Lain selain sebagai konsumtif juga berorientasi
pada penjualan hasil panen.
Eksplorasi terakhir yang dilakukan pada Kecamatan Ambunten dengan ketinggian 53
mdpl yang merupakan ketinggian paling rendah menghasilkan beberapa komoditi tanaman
yang juga sudah di temukan dimanfaatkan, dibudidayakan serta berorientasi kepada penjualan
hasil panen berjumlah sebanyak 11 tanaman seperti : jagung, kacang hijau, cabai rawit,
bayam, asam jawa, kelor, turi, kacang tanah, timun, jeruk purut dan terung dengan persentase
26,82%.. Sedangkan komoditi tanaman yang sudah ditemukan akan tetapi pemanfaatannya
belum maksimal di Kecamatan Ambunten sebanyak 4 tanaman yaitu pepaya, pisang, lamtoro,
dan singkong dengan persentase 9,75%. Berbeda dengan kecamatan lainnya di Kecamatan
Ambunten tanaman lamtoro merupakan salah satu tanaman yang ditemukan tapi belum
dimanfaatkan dengan persentase 2,41%.
69

Kecamatan Ambunten merupakan salah satu kecamatan yang memiliki sedikit komoditi
tanaman yang ditemukan yaitu sebanyak 15 tanaman. Pertanian di Kecamatan Ambunten juga
banyak ditemukan sistem tumpang sari sehingga tidak heran jika pada tanaman pokok seperti
tembakau banyak diselingi dengan komoditi tanaman sayuran lain seperti Jagung, kacang hijau,
dan cabai rawit. Jagung merupakan salah satu tanaman yang paling banyak dimanfaatkan
sebagai campuran nasi ataupun sayur, kacang hijau banyak dimanfaatkan menjadi kaldu
sedangkan cabai rawit biasa digunakan untuk sambal ataupun tumis. Selain digunakan sebagai
konsumsi sendiri masyarakat di Kecamatan Ambunten juga menjadikan orientasi hasil panen
untuk di per jual belikan di pasar.

Tabel 4.11 Nilai rata-rata pemanfaatan tanaman yang ditemukan


No Kecamatan Pemanfaatan tanaman yang ditemukan (%)
++ + -
1 Rubaru 36,58 14,63 9,75
2 Dasuk 34,14 12,19 12,19
3 Pasongsongan 46, 34 12,19 7,31
4 Ambunten 26,82 9,75 2,41
Rata-rata 35,97 12,54 7,87
Ket : ++) ditemukan dan sudah dimanfaatkan
+) ditemukan, dimanfaatkan tidak maksimal
-) ditemukan dan masih belum dimanfaatkan

Eksplorasi yang dilakukan pada 4 Kecamatan di Kabupaten Sumenep menghasilkan


berbagai macam-macam komoditi berdasarkan pada ketinggian tempat yang berbeda.
Ketinggian tempat merupakan salah satu faktor yang sangat berkaitan erat dengan lingkungan
seperti curah hujan, jenis tanah, suhu, kelembapan, intensitas cahaya matahari (Azkiyah,
Daniar Rafiatul., 2019). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Istiawan & Kastono, 2019)
Suhu dan kelembapan yang terdapat pada dataran rendah dan tinggi mengalami perbedaan.
Suhu akan semakin turun pada tempat yang tinggi sebaliknya kelembaban akan semakin naik.
Suatu tempat yang mengalami kenaikan 100 mdpl dari sutu tempat akan mengalami penurunan
suhu sebanyak 0,60C. Hal tersebut lebih dikenal dengan istilah laju penurunan suhu normal,
70

sebab merupakan nilai rata-rata pada semua lintang dan waktu.. Iklim dan kelembapan
merupakan komponen penting yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan
keduanya memiliki keterkaitan untuk menjadikan lingkungan yang maksimal dalam
pertumbuhan tanaman (Wijayanto & Nurunnajah, 2012).
Selain suhu dan kelembaban distribusi cahaya pada ketinggian tempat yang berbeda
juga dapat mempengaruhi pencahayaan. Semakin tinggi suatu tempat ntensitas cahaya yang
diterima akan semakin sedikit. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan iklim pada suatu
daerah dengan dampak yang paling dapat dilihat pada penurunan suhu udara. Menurut alam
(2014) dalam Istiawan & Kastono, (2019) intensitas cahaya yang ada sebagai sumber panas
dan kecepatan angin untuk menyebarkan udara panas dapat mempengaruhi terhadap suhu
udara.. Suhu udara rendah akan meningkatkan kelembaban . sebaliknya suhu udara yang
tinggi akan menurunkan kelembaban. Salah satu jurnal Fatchurrozak et al., (2013) perbedaan
suhu dari tiap ketinggian menjadikan proses metabolisme pada suatu tanaman mengalami
perbedaan, sehingga menjadikan hasil metabolisme sekunderpun juga berbeda.
Berdasarkan hasil eksplorasi komoditi yang dimanfaatkan akan tetapi belum secara
maksimal tertinggi terdapat di kecamatan rubaru dengan nilai rata-rata sebesar 14, 63%,
sedangkan kecamatan ambunten merupakan yang paling rendah sebesar 9, 75% , kecamatan
lainnya seperti dasuk dan pasongsongan dengan nilai yang sama yaitu sebesar 12,19%. Faktor
yang menjadikan pemanfaatan berbeda di setiap kecamatan bisa berasal dari budaya maupun
kebiasaan masyarakat. Pada umumnya masyarakat di kecamatan rubaru membudidayakan
tanaman lokal di lahan lebih berpotensi untuk di komersialkan hal tersebut melihat dari hasil
panen yang banyak di orientasikan kepasar daripada tanaman yang di tanam di pekarangan
lahan atau dijadikan pagar hidup biasanya masyarakat hanya memanfaatkan sebagai konsumtif
saja.
Faktor lain yang menjadi penyebab rendahnya masyarakat dalam pemanfaatan
tanaman sayuran yaitu berupa ketergantungan terhadap tanaman yang memang sudah
menjadi kebiasaan di tengah masyarakat seperti, kelor, kangkung, sawi, bayam, seledri, serai,
bawang daun yang dimanfaatkan pada bagian daunnya.. Selain itu ada juga tanaman labu,
asam jawa, kacang panjang,, timun, terong, tomat, gambas, dan jeruk purut yang sudah tidak
asing di tengah masyarakat dalam memanfaatkannya pada bagian buahnya. Sedangkan untuk
tanaman seperti talas, nangka, ubi, jambu mete, mengkudu merupakan tanaman yang asing
71

untuk dijadikan sebagai sayuran padahal potensi dari tanaman tersebut sangat banyak baik dari
bagian generative maupun bagian vegetative. Berdasarkan hal tersebut menjadikan tanaman
yang masih asing untuk dimanfaatkan tidak dibudidayakan secara serius oleh masyarakata
sekitar.
Selain dari faktor tersebut ada juga hal yang menjadikan tanaman kurang maksimal
dalam pemanfaatannya sesuai dengan kebiasaan masyarakat salah satunya yaitu selera (suka
atau tidak suka) terhadap suatu komoditi yang dapat dikarenakan rasa atau bau, seperti pada
tanaman .pete, dan gambas dengan bau serta rasa yang khas. Selera tersebut dapat
mempengaruhi terhadap budidaya serta pemanfaatannya terhadap suatu komoditi. Terdapat
beberapa komoditi yang ditemukan seperti pepaya dan talas, komoditi ini selain dapat
dimanfaatkan untuk menjadi sayur, masyarakat lebih memilih untuk dikomersialkan pada saat
buah tersebut telah matang.
Komoditi tanaman yang belum dimanfaatkan secara maksimal masih cukup melimpah
sekalipun tidak dibudidayakan, komoditi-komoditi tersebut masih memiliki potensi besar bagi
petani baik dari segi komersial maupun konsumtif, karena seiring perkembangan waktu pola
pikir masyarakat tentang kesehatan akan semakin berkembang. Salah satu kandungan yang
dibutuhkan untuk kesehatan yaitu asupan serat yang hanya dapat ditemukan dari sayur
maupun buah.
Sehingga perlu adanya edukasi atau sosialisasi mengenai pemanfaatan tanaman yang
dapat digunakan menjadi sayur baik pada bagian vegetative maupun generative, karena sebab
tingginya pemanfaatan yang belum maksimal karena kurangnya pengetahuan masyarakat
terhadap pemanfaatan tanaman tersebut. Di kecamatan pasongsongan daun tanaman
singkong dapat dijadikan tumis dan sayur serta umbinya dijadikan lalap rebus ataupun keripik.
Semantara di kecamatan Dasuk tanaman singkong hanya dimanfaatkan umbinya saja dan
daunnya tidak dimanfaatkan. Oleh sebab itu, perlu adanya suatu sosialisai ataupun edukasi
terhadap masyarakat mengenai pemanfaatan komoditi tanaman yang berpotensi menjadi
sayuran untuk dapat memenuhi konsumsi kebutuhan sayur sehingga dapat dinilai berkualitas
oleh FAO (Food and Agriculture Organization).
72

V. PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil survei eksplorasi dan potensi tanaman sayuran yang dilakukan pada 4
kecamatan (Kecamatan Rubaru, Kecamatan Dasuk, Kecamatan Pasongsongan, Kecamatan
Ambunten) di Kabupaten Sumenep, dapat disimpulkan :

1. Hasil survey 4 Kecamatan didapatkan 41 komoditi Tanaman sayuran.


2. Komoditi tanaman terbanyak ditemukan di Kecamatan Pasongsongan dengan
jumlah 27 jenis tanaman, sedangkan tanaman paling sedikit berada di Kecamatan
Ambunten.dengan jumlah 15 komoditi tanaman sayuran.
3. Nilai rata-rata persentase komoditi yang ditemukan dan sudah dimanfaatkan seluruh
kecamatan sebanyak 35,97%, komoditi yang ditemukan dan sudah dimanfaatkan
tapi belum maksimal memiliki nilai persentase sebanyak 12,54%, dan nilai rata-rata
persentase dari komoditi yang ditemukan tapi belum dimanfaatkan sebanyak 7,87%.

V.2 Saran

Perlu adanya sosialisasi atau edukasi mengenai pemanfaatan tanaman sayuran baik
dari bagian vegetaitif maupun generative. Sehingga sosialisasi darii hal tersebut dapat
menjadikan masyarakat berwawasan dalam pemanfaatan tanaman sayuran, baik dari segi
konsumtif maupun penjualan hasil panen.

Anda mungkin juga menyukai