Nama kelompok :
Nur Alfi Laila Ahsar (12811042)
M. Farhan Chairrahman (12811035)
Prawira Yudha Kombara
..
Pada gambar windrose plot menunjukkan bahwa arah angina di stasiun Saumlaki di dominasi
oleh angina Timur sebesar 40 % dengan kecepatan angin rata-rata 3.0 m/s, dan hasil diagram
batang prosentase kecepatan angina stasiun Saumlaki berada pada kisaran 0 sampai 2.5 m/s
sebesar 35.4 %, 2.5 5 m/s sebesar 55.4 %, 5 7.5 m/s sebesar 8.9 % dan 0.3 % di atas 7.5
m/s. Menunjukkan bahwa daerah Saumlaki di dominasi oleh angin dengan kecepatan tinggi,
sekitar 72 % mempunyai kecepatan di atas 2.5 m/s. Arah angin lebih dominan kea rah timur,
hasil analisa distribusi arah dan keceptan angin menunjukkan bahwa potensi angin yang ada
di Saumlaki dapat dimanfaatkan untuk sumber energy listrik tenaga angin karena memenuhi
syarat awal yaitu mempunyai kecepatan angin di atas 2.5 m/s.
2. Topografi dan Geologi Saumlaki, Maluku Tenggara Barat
Saumlaki adalah sebuah pulau di bagian selatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Bila
dibandingkan dengan pulau-pulau lain pada kabupaten tersebut, pulau ini memiliki elevasi
yang paling rendah. Pasalnya, dari keseluruhan Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang
berada pada ketinggian 0-300 mdpl, pulau Saumlaki ini hanya berada di ketinggian 0-30
mdpl. Karenanya, wilayah pulau Saumlaki ini terdiri dari wilayah relatif datar; dengan
kemiringan 0-3%, wilayah landai; dengan kemiringan 3-8%, dan wilayah bergelombang;
dengan kemiringan 8-15%.
Pesisir barat dari pulau Saumlaki ini merupakan wilayah dengan dataran paling rendah,
dimana elevasi rata-ratanya adalah 6 mdpl dan elevasi maksimumnya adalah 11 mdpl.
Kemiringan rata-rata pesisir barat ini adalah 1.4%, -1.6% dan kemiringan maksimalnya
adalah 5.3%, -4,7%.
Pesisir timur dari pulau Saumlaki lebih tinggi daripada pesisir barat, dimana elevasi rataratanya adalah 8 mdpl, dengan elevasi maksimum 16 mdpl. Wilayah ini juga lebih
bergelombang, dimana kemiringan rata-ratanya sebesar 2.8%, -3.1% dan kemiringan
maksimum sebesar 10.6%, -9.8%.
Bagian tengah pulau adalah wilayah dengan elevasi paling tinggi, dimana elevasi rata-ratanya
mencapai 16 mdpl dan maksimum mencapai 30 mdpl. Tidak seperti daerah pesisir yang mana
elevasi minimumnya adalah titik pertemuan dengan laut (0 mdpl), pada bagian tengah pulau
elevasi minimumnya adalah 2 mdpl. Kemiringan rata-ratanya adalah 1.8%, -1.4%, dan slope
maksimumnya sebesar 5%, -4.8%.
Bersadarkan zona agroklimat, wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat terletak di zona
D3, dimana curah hujan tahunannya adalah 1800-2100 mm. Iklim di wilayah ini sangat
dipengaruhi oleh sirkulasi angin musim yang bergerak dari dan ke arah ekuator (pola
ekuatorial). Pada April-September, angin yang dominan adalah angin pasat tenggara atau
timuran dari Australia yang dingin dan relatif kering. Pada periode ini hujan jarang turun,
sehingga wilayah Saumlaki tidak tertutup awan.
Pada Oktober-Maret, angin yang dominan adalah angin pasat timur laut dari Asia yang
lembab dan panas. Angin ini bertiup secara konvergen menuju ekuator, dan berubah arah
menjadi angin baratan menuju bagian selatan ekuator. Hembusan inilah yang membawa
banyak uap air dari laut Banda, menyebabkan hujan pada wilayah Saumlaki. Curah hujan
cukup tinggi pada periode Desember-Maret. Pada periode inilah tutupan awan maksimum.
3. Jumlah Penduduk, Kondisi Perindustrian, Kondisi Sosial Budaya Saumlaki, Maluku
Tenggara Barat
SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT
Masyarakat Kabupaten Maluku Tenggara Barat hidup dalam adat
istiadat Duan Lolat, yang merupakan suatu hukum adat tertinggi yang
lahir dan hidup berdasarkan hak dan tanggung jawab timbalbalik
antara keluarga pemberi dan keluarga penerima anak dara dalam
berbagai aspek hidup multidimensional masyarakat warga Maluku
Tenggara Barat dimana saja berada yang aktual dan konseptual.
Terdapat juga budaya SASI pada masyarakat Kabupaten Maluku
Tenggara Barat, yang menjadi norma dalam pengelolaan sumbersumber atau potensi alam yang ada di desa. Inti dari budaya SASI ini
adalah pengaturan masa panen atas sumber daya alam yang ada di
desa pada hak ulayat masing-masing desa. Kearifan lokal ini secara
tidak langsung mendukung kelestarian sumber daya atau potensi alam
yang dimiliki oleh desa, seperti sumber daya kelautan dan perikanan,
sumber daya perkebunan, kehutanan dan lain-lain sesuai dengan
potensi yang ada di desa. Sebagian besar desa di Pulau Selaru, Pulau
Matakus dan beberapa desa di kecamatan lain, memiliki kebiasaan
unik dalam menangkap ikan di laut yang dinamakan Tarik Tali atau
Talikoor. Tarik tali hanya dilakukan pada bulan-bulan tertentu dan di
lokasi tertentu pula yang diawali dengan upacara adat. Proses talikoor
dilakukan dengan menggunakan janur kelapa untuk menjerat ikan dan
digiring ke tepi laut untuk kemudian langsung ditangkap.
JUMLAH PENDUDUK
A. Sumber: Data kantor perwakilan Maluku Tenggara Barat
Tahun 2000
Jumlah
149.790 jiwa
Tahun 2011
Jumlah Penduduk Kab. MTB per Kecamatan per 31 Des 2011
No. Kecamatan/Distr
Ict
1.
Tanimbar Selatan
2.
Selaru
3.
Wertamrian
4.
Wermaktian
5.
Tanimbar Utara
6.
Yaru
7.
Wuar Labobar
8.
Kormomolin
9.
Nirunmas
10. Molu Maru
Total
KK/
Jenis Kelamin/Sex
Househol L/M
P/F
Jumlah/Tot
al
d
8.084
17.195 16.935 34.130
3.272
6.716 6.552
13.268
2.562
5.457 5.428
10.885
2.555
5.728 5.471
11.199
3.316
6.728 6.788
13.516
1.337
2.683 2.617
5.300
1.779
4.239 3.909
8.148
1.704
3.469 3.472
6.941
1.982
4.027 4.050
8.077
810
1.780 1.670
3.450
27.401
58.022 56.892 114.914
200
5
27
No.
Rentang usia
(tahun)
Tahun 2009
Laki-laki
Perempuan
0-14
16,183
15,596
15-54
25,827
25,396
55 +
5,756
5,612
No.
Rentang usia
(tahun)
Tahun 2010
laki-laki
Perempuan
0-14
17,363
17,028
15-54
29,265
29,080
55 +
6,387
6,218
No.
Rentang
usia
(tahun)
Tahun 2011
laki-laki
Perempuan
0-14
17,930
17,607
15-54
29,764
29,601
55 +
6,672
6,684
Analisa:
Peningkatan jumlah penduduk usia produktif dari tahun 2009 ke
2010 sangat tajam yaitu dari jumlah 51.123 menjadi 58.345,
dibandingkan dengan peningkatan dari tahun 2010 ke 2011 yang
hanya menjadi 59.365. Peningkatan tajam dari tahun 2009 ke 2010
disebabkan oleh meningkatnya jumlah migrasi dari luar kabupaten ke
dalam Wilayah MTB untuk kepentingan berdagang. Salah satu isu yang
mulai tercuat di kalangan kelompok elite daerah adalah gencarnya
fenomena gelombang migrasi dari luar MTB, yang mana dikhawatirkan
dapat menguasai/mengambil alih akses lapangan usaha, maupun
sumber ekonomi lokal.
Location
0-4
05-Sep
Okt-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
Total
2014
147.6
138.2
135.7
142.5
158.4
132.5
116.2
96.6
86.4
77.3
67.2
54.2
39.1
26.0
18.0
20.0
1,455.
9
Location
0-4
05-Sep
Okt-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
2020
153.3
147.2
139.6
135.0
136.5
163.8
132.6
118.2
98.8
86.2
76.0
65.7
52.8
36.8
23.4
23.8
2015
147.9
139.9
135.6
137.4
165.0
133.5
119.2
100.1
87.7
78.3
68.6
56.5
41.2
28.1
18.4
20.9
1,478.3
1,500.0
2021
152.9
148.8
140.5
136.2
135.4
158.0
139.3
121.0
101.5
88.3
78.2
68.2
55.2
39.1
25.0
24.9
2022
153.7
148.8
141.5
136.3
135.3
153.2
147.1
121.8
105.3
90.2
79.2
68.1
56.2
41.1
26.0
26.0
1,522.3
1,546.8
2023
154.9
150.1
143.9
138.7
135.7
145.9
155.3
123.9
109.6
92.3
81.2
70.1
58.1
43.1
27.0
27.0
2024
154.9
150.2
145.0
137.9
133.8
140.3
161.3
126.8
112.6
95.2
82.1
72.2
60.2
46.2
29.1
27.9
1,569.5
2025
155.0
152.6
146.9
139.0
134.2
135.7
162.7
131.5
116.8
97.2
83.9
73.1
61.7
47.7
31.3
29.5
Total
1,589.
7
1,612.5
1,629.8
1,656.8
1,675.7
1,698.8
Tabel Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Maluku Tenggara Barat Atas Dasar Harga Berlaku
Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlau dan Konstan dan Pertumbuhannya
Dapat dilihat bahwa, penjualan tenaga listrik di Indonesia Bagian Timur paling tinggi,
rata-rata 10.4 % per tahun, tidak seimbang denga penambahan kapasitas pembangkit
yang hanya tumbuh rata-rata 2,1 % per tahun. Hal ini mengakibatkan krisis kelistrikan
yang parah di banyak daerah dan penjualan ditahan.
6.2 Rasio Elektrifikasi
Rasio elektrifikasi didefinisikan sebagai jumlah rumah tangga yang sudah berlistrik
dibagi dengan jumlah rumah tangga yang ada.
Pada tabel diatas, terlihat bahwa terjadi pertumbuhan rasio elektrifikasi yang tidak
merata pada masing-masing daerah. Terlihat di wilayah Indonesia Bagian Timur, rasio
elektrifikasi mengalami pertumbuhan yang sangat rendah, hanya 0.1 % per tahun. Hal
Khususnya untuk wilayah Indonesia Timur pada periode 5 tahun mendatang, kebutuhan
listrik akan meningkat dari 11,3 TWh menjadi 20,1 TWh atau tumbuh rata-rata 10.6 %
per tahun.
7. Teknologi Turbin Angin (masih belum pasti yaaa)
KIT termasuk tiang24 Meter
Kit lengkap "off the grid" angin aluminium alloy.
Selimut struktur cetakan aluminium alloy, pisau fibreglass
karbon. Karya-karya dari angin kecepatan rendah (m/s).
SPESIFIKASI:
Dinilai power: 50 000 W (690V) (11 m/s)
Tenaga maks: 52 000 W
Diameter baling: 14 m
Memuat kontrol: otomatis
Jenis horizontal, Berapa buah tentatif, tergantung luas lapangan (yang cocok di bagian
selatan pulau, ada lapangan cukup luas (google maps)).
Daya ada di spek turbin di atas.
Biaya : satuan 23.000 euro