Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS WATER BALANCE TERHADAP POTENSI

OVERTOPPING PADA TAILING STORAGE FACILITY


(TAILING DAM)
(STUDI KASUS: PT. ANTAM TBK UBPE PONGKOR, JAWA BARAT)

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh:
Nur Alfi Laila Ahsar
12811042
Pembimbing (Usulan):
Dra. Atika Lubis, MS
Dr. Rusmawan Suwarman
PROGRAM STUDI METEOROLOGI
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015

DAFTAR ISI
Daftar Isi......................................................................................................ii
1.

Latar Belakang...................................................................................1

2.

Rumusan Masalah..............................................................................4

3.

Tujuan................................................................................................4

4.

Hipotesis.............................................................................................5

5.

Batasan Masalah................................................................................5

6.

Asumsi...............................................................................................5

7.

Kajian Pustaka....................................................................................6

8.

Rancangan Penelitian.......................................................................20
18.

Metodologi...................................................................................20
18.

Data........................................................................................20

18.2

Metode....................................................................................21

28.

Hasil yang Diharapkan.................................................................23

38.

Jadwal Pelaksanaan......................................................................24

Daftar Pustaka............................................................................................25

1. Latar Belakang
Industri pertambangan memiliki keterkaitan yang erat dengan upaya global
untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan. Komitmen untuk
melakukan pembangunan yang berkelanjutan sangatlah penting bagi perusahaan
pertambangan untuk mendapatkan dan mempertahankan izin sosial untuk
beroperasi dalam masyarakat dengan tetap memperhatikan aspek-aspek
lingkungan, ekonomi dan sosial dari semua tahapan produksi; mulai dari
eksplorasi sampai ke konstruksi, operasi, dan penutupan tambang. Salah satu isu
utama yang mempengaruhi pembangunan berkelanjutan bagi operasional dalam
industri pertambangan adalah bendungan limbah tambang (tailing dam). Tailing
dam sangat erat hubungannya dengan dampak lingkungan dan sosial, serta risiko
yang timbul dari fasilitas penyimpanan tailing. Dampak tersebut dapat berupa:
sistem pembuangan yang buruk, perembesan yang terkontaminasi serta dampak
terkait terhadap air permukaan dan air tanah, dan erosi tailing atau ketidakstabilan
bendungan.
Dalam mendukung berlakunya PP Nomor 37 Tahun 2010 tentang
bendungan bab 1, pasal 1 ayat 6 dimana disebutkan bahwa pemilik bendungan
adalah pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau badan
usaha, yang bertanggung jawab atas pembangunan bendungan dan pengelolaan
bendungan beserta waduknya, serta pada ayat 10 disebutkan bahwa instansi teknis
keamanan bendungan adalah instansi yang bertugas membantu Menteri dalam
penanganan keamanan bendungan, maka perlu dilakukan kegiatan penelitian
mengenai tailing dam pada perusahaan yang melakukan kegiatan penambangan,
baik itu pertambangan batubara maupun mineral logam, guna membantu
pemerintah dalam pengaturan pembangunan bendungan dan pengelolaan
bendungan beserta waduknya yang sesuai dengan kebutuhan spesifik pada
masing-masing lokasi tambang agar tercipta konsep melalui prinsip ilmiah yang
terbaik yang sesuai dengan Good Mining Practice.
Tailing adalah gabungan dari bahan padat berbutiran halus (umumnya
berukuran debu, berkisar antara 0,001 hingga 0,6 mm) yang tersisa setelah logam1

logam dan mineral-mineral diekstraksi dari bijih yang ditambang, serta air hasil
pengolahan yang tersisa. Sifat fisik dan kimiawi tailing berbeda-beda tergantung
sifat bijih tambangnya. Tailing dapat disimpan dengan berbagai cara, tergantung
sifat fisik dan kimiawinya, topografi lokasi, kondisi iklim dan konteks sosialekonomi tempat dimana lokasi penambangan dan pabrik pengolahan berada.
Tailing paling lazim disimpan di fasilitas-fasilitas permukaan, yang luasannya
dapat mencapai hingga setengah dari areal yang diganggu oleh operasi
penambangan. Persyaratan dasar bagi fasilitas penyimpanan tailing yaitu: aman,
stabil, dan ekonomis serta tidak menimbulkan risiko berarti atas kesehatan dan
keselamatan masyarakat, memberikan dampak yang rendah bagi sosial dan
lingkungan, dan dapat diterima selama pengoperasian dan setelah penutupan.
PT. Antam tbk UBPE yang berlokasi di Pongkor, Kabupaten Bogor - Jawa
Barat ini memiliki pola iklim monsoonal yang memiliki ciri bentuk pola hujan
yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan yaitu sekitar Desember)
(Mustofa, 2002) yang memiliki curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3.500
4.000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari. Suhu
rata-rata tiap bulan 260 C dengan suhu terendah 21,80 C dengan suhu tertinggi
30,40 C. Kelembaban udara 70%, dengan arah mata angin dipengaruhi oleh angin
muson. Bulan Mei sampai Maret dipengaruhi angin muson barat. Dengan
karakteristik lingkungan bercurah hujan tinggi (400 - 800 mm/tahun), fasilitasfasilitas tailing pada PT. Antam tbk UBPE Pongkor - Jawa Barat ini memiliki
tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan yang memiliki
karakteristik iklim kering atau semi kering (curah hujan tahunan rata-rata 250
mm) sehingga akan memerlukan tahap rancangan yang lebih ketat, pengendalian
kualitas yang lebih tinggi selama konstruksi, dan perhatian yang lebih mendalam
terhadap pengelolaan risiko (sumber: AMDAL, Australian Government
Department of Industry Tourism and Resources, 2007).
Oleh karena faktor risiko yang cukup tinggi, maka PT. Antam tbk UBPE
Pongkor - Jawa Barat juga sangat rentan terhadap kegagalan dan kecelakaan
fasilitas penyimpanan tailing. Berdasarkan Buletin 121 (2001) dari International
Commission on Large Dams (ICOLD) terdapat satu laporan mengenai

serangkaian kegagalan dan kecelakaan fasilitas penyimpanan tailing yang paling


sering terjadi.
Penyebab-penyebab utama kegagalan dan kecelakaan yang berhasil
diidentifikasi adalah karena:

Kurangnya pengendalian neraca air (Water Balance)


Kurangnya pengendalian atas konstruksi
Kurangnya pemahaman umum mengenai hal-hal

yang

mengendalikan kegiatan-kegiatan operasi yang aman.


Jenis kegagalan atau kecelakaan pada dinding bendungan tailing (dari
yang paling sering terjadi) diantaranya adalah:

Ketidakstabilan lereng
Tekanan gempa bumi
Pelimpahan (Overtopping)
Pondasi yang tidak memadai
Rembesan

Jenis tailing dam PT. Antam UBPE Pongkor adalah tipe konvensional
berupa bendungan urugan rock fill dam yang terbagi ke dalam empat zona. Bagian
inti/core fill (Zona I)-bagian tengah, Zona General (Zona II)- bagian hulu dan
hilir, Zona Rock ( Zona III), dan Zona IV berada di bagian hilir antara zona 2 dan
Zona 3. Fokus wilayah kajian dalam penelitian ini adalah tailing dam Zona I
(Core fill) bagian inti. Berdasarkan AMDAL 2007 kegagalan atau kecelakaan
tailing lebih umum terjadi ketika konstruksi hulu diterapkan, dibandingkan bila
menggunakan konstruksi hilir karena dinding-dinding bendungan tailing yang
dibangun menggunakan metode hilir (downstream method) bekerja serupa dengan
tanggul penahan air. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian neraca air (water
balance) untuk mengetahui potensi terjadinya risiko kegagalan atau kecelakaan
seperti adanya pelimpasan (Overtopping) yang memberikan dampak buruk pada
lingkungan di sekitarnya seperti penurunan kualitas air permukaan, erosi,
pendangkalan, serta masuknya logam merkuri (Hg) dari hasil pelimpasan menuju
badan sungai.

2. Rumusan Masalah
Kegiatan operasi penambangan pasti memberikan dampak, baik itu
dampak terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat, serta dampak sosial dan
lingkungan. Bagian dari kegiatan pertambangan yang sangat erat hubungannya
dengan lingkungan adalah pada Tailing Storage Facility (Tailing Dam). Fasilitas
penyimpanan tailing (Tailing Dam) harus dapat memenuhi tujuan-tujuan
keselamatan dan kesehatan masyarakat, serta perlindungan lingkungan. Namun
pada Tailing Storage Facility (Tailing Dam) sering ditemukan terjadinya
kegagalan atau kecelakaan yang berupa pelimpahan (overtopping) yang
memberikan dampak buruk pada lingkungan di sekitarnya seperti; penurunan
kualitas air permukaan, erosi, pendangkalan, serta masuknya logam merkuri (Hg)
dari hasil pelimpasan menuju badan sungai. Oleh karena itu, diperlukan analisis
water

balance

untuk mengetahui potensi terjadinya

risiko pelimpasan

(Overtopping) pada tailing dam akibat curah hujan berlebih.


.

3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi terjadinya overtopping
(pelimpahan) pada tailing dam akibat curah hujan berlebih menggunakan analisa
neraca air (water balance). Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis water
balance menggunakan metode Dr. F.J. Mock untuk menghitung Volume limpasan
(volume overtopping) dan waktu kemungkinan terjadinya overtopping pada
tailing dam akibat curah hujan.

4. Batasan Masalah
Batasan masalah dari kajian ini meliputi batasan wilayah ruang kajian
adalah wilayah Tailing Storage Facility (Tailing Dam) Tambang Emas Pongkor
yang terletak di Gunung Pongkor, Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yang termasuk ke dalam kawasan Taman
Nasional Halimun-Salak yang merupakan hulu dari Daerah Aliran Sungai (DAS)

Cisadane dengan koordinat 1063001,0 BT sampai dengan 1063538,0 BT


dan 63637,2 LS sampai dengan 64811,0 LS. Variabel hasil analisa water
balance yang akan dievaluasi terbatas pada volume air yang mengisi tailing dam
agar dapat mencari volume limpasan (overtopping) pada tailing dam. Juga hasil
analisis variansi curah hujan wilayah untuk menentukan potensi waktu terjadinya
limpasan (overtopping) pada tailing dam.

Gambar 1 Posisi wilayah kajian (sumber: maps.google.com)

Sumber: Badan Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung 2006.


Skala: 1:10.000

5. Asumsi
Diasumsikan bahwa penampang tailing dam adalah bentuk yang rigid
dan solid sehingga tidak diperhitungkan debit rembesan air pada
dinding tailing dam.

6. Kajian Pustaka
6.1

Profil PT. Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas


Pongkor

PT. ANTAM Tbk, unit bisnis pertambangan emas (UBPE) Pongkor


merupakan salah satu tambang bawah tanah yang ada di indonesia yang berada di
Kabupaten Bogor, Kecamatan Nanggung di Desa Bantar karet. Lokasi ini dapat
ditempuh sekitar 54 km ke arah barat daya kota Bogor, dengan luas kuasa
pertambangan sebesar 6047 hektar (No. KW 98 PP 0138/Jabar), sedangkan KP
ekplorasi seluas 3870 hektar (No. KW 96 PP 0127 B/Jabar) dari posisi geografi
KP Ekploitasi ini terletak pada koordinat 1063001,0 BT sampai dengan
1063538,0 BT dan 63637,2 LS sampai dengan 64811,0 LS. Sebutan
Pongkor adalah nama sebuah gunung yang berada disekitar pegunungan yang
ditambang. PT Antam Tbk adalah sebuah perusahaan pertambangan yang
merupakan satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang melakukan
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi mineral logam di Indonesia. Saham terbesar
dimiliki oleh Negara, yaitu 65 persen dan 35 persennya dimiliki oleh Public. Salah
satu komoditas Andalan PT Antam Tbk adalah emas. Proses produksi dan
pengolahan emas terletak di Cikotok, Jawa Barat dan di Gunung Pongkor Desa
Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Namun dikarenakan cadangan emas di Cikotok telah habis, kini Cikotok dijadikan
tempat pengolahan bijih emas saja dan kini PT Antam Tbk lebih memfokuskan
proses produksi dan pengolahan emas di Gunung Pongkor. Tambang Emas
Pongkor ini adalah tambang emas kedua setelah Cikotok yang dimiliki oleh PT
Antam Tbk.
Tambang Emas Pongkor adalah satu-satunya tambang Bangsa Indonesia
yang diketemukan oleh putra-putra terbaik bangsa Indonesia dan dikelola oleh
putra-putri bangsa Indonesia. Proyek PT Antam Tbk UBPE Pongkor

mulai

dibuka tahun 1991-1992 dan mulai produksi pada tahun 1994. Wilayah kuasa
pertambangan PT Antam UBPE Pongkor dikelola sesuai SK Menteri
Pertambangan N0. 375. K/7401/078/2000, tanggal satu Agustus 2000 dan berlaku

sampai dengan tahun 2020, dengan luas wilayah eksplorasi 6.047 Hektar, yang di
dalamnya terdapat kawasan ; Taman Nasional seluas 1.995 Hektar atau 32,99
persen, Perhutani seluas 2.025 Hektar atau 33,48 persen, Perkebunan Teh Nirmala
seluas 375 Hektar atau 6,20 persen, dan Masyarakat seluas 1652 Hektar atau
27,33 persen.
Hampir sebagian besar wilayah eksplorasi tersebut termasuk ke dalam
Kelurahan Nanggung, Desa Kalong Liud, Desa Pangkal Jaya, Desa Bantar Karet,
Desa Cisarua, Desa Malasari, Kecamatan Leuwiliang. Sebagian kecil wilayah
eksplorasi yaitu di Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Cigudeg, Kecamatan
Pamijahan dan Kecamatan Kelapanunggal, Kabupaten Sukabumi.
Kegiatan dalam usaha pertambangan PT Antam Tbk UBPE Pongkor
mencakup

penambangan

dan

pengolahan,

termasuk

didalamnya

adalah

pengelolaan limbah. Misi utama PT Antam Tbk UBPE Pongkor adalah :


1.

Menghasilkan produk berkualitas, mengutamakan keselamatan

2.

dan kesehatan kerja serta memperhatikan lingkungan.


Beroperasi secara efisien, dan meningkatkan kesejahteraan

karyawan.
PT Antam Tbk UBPE Pongkor telah mengantongi beberapa penghargaan
dalam

kegiatan

bisnisnya,

antara

lain

yaitu

dalam

aktivitas

untuk

profesionalismenya PT Antam Tbk UBPE Pongkor memperoleh penghargaan


mutu kerja ISO 9000, dan untuk pengendalian lingkungan, PT Antam Tbk UBPE
Pongkor mendapatkan ISO 14000, serta berkenaan dengan pengelolaan
lingkungan dan pengembangan masyarakat, oleh kementrian Lingkungan hidup,
Proper PT Antam Tbk UBPE Pongkor yang semula Biru naik menjadi Proper
Hijau.
1. Sejarah PT Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas
Pongkor
Tambang Emas Pongkor yang terletak di Gunung Pongkor, Desa Bantar
Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat memiliki
beberapa tahun-tahun bersejarah sejak diketemukannya sampai proyek mulai

berjalan. Kronologis yang terjadi di PT Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis


Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor disajikan pada Tabel berikut.

2. Tailing Storage Facility (Tailing Dam) PT. Antam tbk UBPE pongkor
Lokasi Tailing Dam Terletak areal konsesi PT. Antam tbk UPBE Pongkor,
termasuk kedalam wilayah administrasi Desa Nanggung, Kecamatan Bantar
Karet, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

.
Jenis tailing dam PT. Antam UBPE Pongkor adalah tipe konvensional
berupa bendungan urugan rock fill dam yang terbagi kedalam beberapa zona,
pembagian zona ini berdasarkan material yang digunakan,
9

Bagian inti/core fill (Zona I)-bagian tengah digunakan material lempung


yang mempunyai permeabilitas yang rendah,
Zona General (Zona II)- bagian hulu dan hilir, digunakan material tanah
campuran yang mempunyai koefisien permiabilitas lebih besar dari material zona
I,
Zona Rock ( Zona III) digunakan batuan yang mampu meloloskan air,
Zona IV berada di bagian hilir antara zona 2 dan Zona 3, terdiri dari bahan
pasir kasar dan kerikil serta geotextile dan Kemiringan Kemiringan arah hulu 1:
3,2 dan Kemiringan arah hilir 1 : 2,3, daya tampung tailing dam sekitar 1.3 Juta
ton tailing pertahun.
Selain Bangunan bendungan, terdapat juga fasilitas penunjang yang
dibangun sebagai bangunan pendukung dari bangunan bendungan, Yaitu :
Diversion Channel ; berguna untuk pengalihan aliran sungai, dibuat 2 diversion
channel; Diversion channel I (Cikabayan Ciladu ) : 2.033 m; Diversion channel
II ( Cikaret ) : 1.636 m, Bangunan Spillway, untuk mengalirkan air hujan pada
debit puncak. Elevasi mercu spillway : +511 m, Panjang Spillway : 170 m, Design
debit banjir dengan periode ulang 1000 tahun, Decant Pond ( panjang 84 m ) :
Lebar atas : 16 m, Lebar bawah : 10 m, Tinggi : 3 m, Settling Pond : Panjang :
75 m, Lebar atas : 15 m, Lebar bawah : 6 m, Tinggi : 2 m, Instrument
pemantauan perilaku bendungan (Pisometer pipa terbuka : 5 pipa pengukuran
dilakukan setiap hari, Piezometer pneumatis : 3 unit pengukuran dilakukan setiap
2 minggu, Inklinometer : 1 unit ( di tengah ) pengukuran dilakukan setiap bulan
sekali dan Patok geser : Puncak : 8 titik, Lereng : 9 titik pengukuran dilakukan
setiap 1 bulan sekali.

10

11

6.2

Neraca Air
Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan

keluaran air disuatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat untuk
mengetahui jumlah air tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit).
Kegunaan mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat mengantisipasi
bencana yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk mendayagunakan air
sebaik-baiknya.
Kesetimbangan air dalam suatu sistem tanah-tanaman dapat
digambarkan melalui sejumlah proses aliran air yang kejadiannya berlangsung
dalam satuan waktu yang berbeda-beda. Beberapa proses aliran air dan kisaran
waktu kejadiannya yang dinilai penting adalah:
Hujan atau irigasi (mungkin dengan tambahan aliran permukaan
yang masuk ke petak atau run-on) dan pembagiannya menjadi infiltrasi dan
limpasan permukaan (dan/atau genangan di permukaan) dalam skala waktu detik
sampai menit.Infiltrasi kedalam tanah dan drainasi (pematusan) dari dalam tanah
melalui lapisan- lapisan dalam tanah dan/atau lewat jalan pintas seperti retakan
yang dinamakan by-pass flow dalam skala waktu menit sampai jam. Drainasi
lanjutan dan aliran bertahap untuk menuju kepada kesetimbangan hidrostatik
dalam skala waktu jam sampai hari.
Pengaliran larutan tanah antara lapisan-lapisan tanah melalui aliran
massa (mass flow) . Penguapan atau evaporasi dari permukaan tanah dalam skala
waktu jam sampai hari. Penyerapan air oleh tanaman dalam skala waktu jam
hingga hari, tetapi sebagian besar terjadi pada siang hari ketika stomata terbuka.
Kesetimbangan hidrostatik melalui sistem perakaran dalam skala waktu jam
hingga hari, tetapi hampir semua terjadi pada malam hari pada saat transpirasi
nyaris tidak terjadi. Pengendali hormonal terhadap transpirasi (memberi tanda
terjadinya kekurangan air) dalam skala waktu jam hingga minggu.

12

Perubahan volume ruangan pori makro (dan hal lain yang


berkaitan) akibat penutupan dan pembukaan rekahan (retakan) tanah yang
mengembang dan mengerut serta pembentukan dan penghancuran pori makro oleh
hewan makro dan akar. Peristiwa ini terjadi dalam skala waktu hari hingga
minggu. Pengaruh utama kejadian adalah terhadap aliran air melalui jalan pintas
(by-pass flow) dan penghambatan proses pencucian unsur hara.
A. Metode Meteorological Water Balance Dr. F.J. Mock
Metode ini ditemukan oleh Dr. F.J. Mock pada tahun 1973 dimana metode
ini didasarkan atas fenomena alam dibeberapa tempat di Indonesia. Dengan
metode ini, besarnya aliran dari data curah hujan , karakteristik hidrologi daerah
pengaliran dan evapotranspirasi dapat dihitung. Pada dasarnya metode ini adalah
hujan yang jatuh pada catchment area sebagian akan hilang sebagai
evapotranspirasi, sebagian akan langsung menjadi aliran permukaan (direct run
off) dan sebagian lagi akan masuk kedalam tanah (infiltrasi), dimana infiltrasi
pertama-tama akan menjenuhkan top soil, kemudian menjadi perkolasi
membentuk air bawah tanah (ground water) yang nantinya akan keluar ke sungai
sebagai aliran dasar (base flow).
Adapun ketentuan dari metode ini adalah sebagai berikut :
1. Data meteorologi
Data meterologi yang digunakan mencakup :
a. Data presipitasi dalam hal ini adalah curah hujan bulanan dan data
curah hujan harian.
b. Data klimatologi berupa data kecepatan angin, kelembapan udara,
tempratur udara dan penyinaran matahari untuk menentukan
evapotranspirasi potensial
(Eto) yang dihitung berdasarkan metode Penman Modifikasi
2. Evapotranspirasi Aktual ( Ea) Penentuan harga evapotranspirasi actual
ditentuakan berdasarkan persamaan :
E = Eto x d/30 x m ... (3.7)
E = Eto x (m / 20) x (18-n) .. (3.8)
Ea = EtoE (3.9)

13

Dimana : Ea = Evapotranspirasi aktual (mm) Eto = Evapotranspirasi


potensial (mm) d = 27 (3/2) x n n = jumlah hari hujan dalam sebulan m =
Perbandingan permukaan tanah tanah yang tidak tertutup dengan tumbuhtumbuhan penahan hujan koefisien yang tergantung jenis areal dan musiman
dalam % ) m = 0 untuk lahan dengan hutan lebat. m = Untuk lahan dengan hutan
sekunder pada akhir musim dan bertambah 10 % setiap bulan berikutnya.
m = 10 40% untuk lahan yang erosi
m = 3050 % untuk lahan pertanian yang diolah ( sawah )
3. Keseimbangan air dipermukaan tanah (S)
a. Air hujan yang mencapai permukaan tanah dapat dirumuskan sebagai
berikut :
S = REa. (3.10)
Dimana :
S = Keseimbangan air dipermukaan tanah R = Hujan Bulanan Ea =
Evapotranspirasi Aktual Bila harga positif (R > Ea) maka air akan masuk ke
dalam tanah bila kapasitas kelembapan tanah belum terpenuhi. Sebaliknya bila
kondisi kelembapan tanah sudah tercapai maka akan terjadi limpasan permukaan
(surface runoff).
Bila harga tanah S negatif ( R < Ea ) , air hujan tidak dapat masuk
kedalam tanah (infltrasi) tetapi air tanah akan keluar dan tanah akan kekurangan
air (defisit). Perubahan kandungan air tanah (soil storage) tergantung dari harga
S. Bila S negatif maka kapasitas kelembapan tanah akan kekurangan dan bila
harga S positif akan menambah kekurangan kapasitas kelembapan tanah bulan
sebelumnya.
c. Kapasitas kelembapan tanah (soil moisture capacity). Didalam
memperkirakan kapasitas kelembapan tanah awal diperlukan pada saat dimulainya
perhitungan dan besarnya tergantung dari kondisi porositas lapisan tanah atas dari
daerah pengaliran. Biasanya diambil 50 s/d 250 mm, yaitu kapasitas kandungan
air didalam tanah per m3. semakin besar porositas tanah maka kelembapan tanah
akan besar pula.

14

d. Kelebihan Air (water surplus) Besarnya air lebih dapat mengikuti


formula sbb :
WS = S -Tampungan tanah ... (3.11)
Dimana : WS = water surplus S = R- Ea Tampungan Tanah = Perbedaan
Kelembapan tanah.
4. Limpasan dan penyimpanan air tanah (Run off dan Ground Water
storage ).
a. Infiltrasi (i)
Infiltrasi ditaksir berdasarkan kondisi porositas tanah dan kemiringan
daerah pengaliran. Daya infiltrasi ditentukan oleh permukaan lapisan atas dari
tanah. Misalnya kerikil mempuyai daya infiltrasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tanah liat yang kedap air. Untuk lahan yang terjal dimana air sangat cepat
menikis diatas permukaan tanah sehingga air tidak dapat sempat berinfltrasi yang
menyebabkan daya infiltrasi lebih kecil. Formula dari infiltrasi ini adalah sebagai
berikut :
i = Koefisien Infiltrasi x WS ... (3.12)
Dimana : i = Infiltrasi (Koefisien Infiltrasi (i) = 0 s/d 1,0 ) WS = kelebihan
air
B. Hubungan Neraca Air dengan Siklus Hidrologi
Dalam konsep siklus hidrologi bahwa jumlah air di suatu luasan tertentu di
permukaan bumi dipengaruhi oleh besarnya air yang masuk (input) dan keluar
(output) pada jangka waktu tertentu. Semakin cepat siklus hidrologi terjadi maka
tingkat neraca air nya semakin dinamis. Kesetimbangan air dalam suatu sistem
tanah-tanaman dapat digambarkan melalui sejumlah proses aliran air yang
kejadiannya berlangsung dalam satuan waktu yang berbeda-beda.

15

C. Perhitungan Debit
Data tinggi muka air dikonversi menggunakan persamaan Discharge
Rating Curve. Rumus ini digunakan untuk menggambarkan hidrograf aliran yang
berisi fluktuasi debit aliran sepanjang tahun.
Dalam metode logaritmik digunakan persamaan sebagai berikut:
Q = A (H - Ho)B
Dimana :
Q
= debit (m3/dt)
H
= tinggi muka air (m)
Ho
= tinggi muka air pada saat aliran sama dengan nol
A,B = konstanta
Persamaan rating curve menurut Balai Besar Wilayah Sungai CiliwungCissadane ditunjukan dalam persamaan:
Q
= 3.3813(TMA-0.531)2.1072 .(1)
Q
= Debit air (m3/s)
TMA = Tinggi muka air (m)
D. Perhitungan Curah Hujan Wilayah
Data curah hujan harian digunakan untuk menghitung curah hujan wilayah
di DAS Cisadane. Curah hujan wilayah dihitung dengan metode rata-rata
aritmatik. Cara ini merupakan cara yang sederhana, yaitu dengan membagi rata
curah hujan yang ada terhadap jumlah titik pengamatan. Persamaan metode ratarata aritmatik adalah sebagai berikut:

......(2)
Dimana:
P = curah hujan wilayan (mm)
n = jumlah titik curah hujan TRRM
P1+P2++Pn = curah hujan pada masing-masing titik pengamatan

16

E. Perhitungan Aliran Dasar


Teknik RDF dapat direpresentasikan oleh (Nathan & McMahon, 1990).
Diawali dengan perhitungan Direct Runoff (DRO) dengan persamaan:
Qd (t) = DRO atau limpasan permukaan pada waktu t
Qd (t-1)= limpasan permukaan pada waktu t
t-1 = filter parameter
Q (t) = total debit sungai pada waktu t
Q (t-1) = total debit sungai pada waktu t-1
Kemudian Perhitungan Aliran Dasar
Qb (t) = Aliran dasar
Nilai parameter terbaik diperoleh ketika = 0.90-0.95 dengan nilai optimal 0.925
(Nathan & McMahon, 1990)

7. Rancangan Penelitian

7.1
7.1.1

Metodologi

Data

1. Menggunakan data TRMM Tahun 2004-2014.


2. Data observasi tinggi muka air di pos duga air per jam Tahun 2004-2014
yang diukur menggunakan Automatic Water Level Recorder (AWLR)
yang kemudian di ubah menjadi debit.
3. European Centre for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF), yaitu
set data ECMWF ERA-INTERIM (2004-2014) yang diakses dari
http://apps.ecmwf.int/datasets/.
a. Variabel: temperatur permukaan di 2 meter, kecepatan angin di 10
m, solar radiation, dan humidity
b. resolusi spasial 0,25 0,25;
c. resolusi temporal 1 bulanan pada periode 2004-2014;

17

d. Domain: Pongkor, Kabupaten Bogor Jawa Barat (1063001,0 BT


sampai dengan 1063538,0 BT dan 63637,2 LS sampai
dengan 64811,0 LS)
4. Data Observasi untuk memvalidasi data reanalisis. (BMKG Dramaga
Bogor)
5. Data DEM (Digital Elevation Mode), Landuse (Tata guna lahan), dan dan
topografi Desa Bantar Karet Kementerian Pertanahan Kecamatan
Nanggung, Pongkor Kabupaten Bogor Jawa Barat.
6. Data dimensi tailing dam PT. Antam Pongkor
7. Data debit inputan lumpur buangan tiap bulan PT. Antam Pongkor
8. Data volume lumpur pengerukan PT. Antam Pongkor
7.1.2

Metode
Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis potensi Limpahan

(Overtopping); volume limpasan dan prediksi waktu pelimpasan.


a. Perhitungan Curah Hujan Wilayah menggunakan metode rata-rata
aritmatik.
b. Merubah data TMA menjadi Data Debit.
c. Menentukan evapotranspirasi potensial

(Eto)

yang

dihitung

berdasarkan metode Penmann Modifikasi menggunakan software


Cropwat 8.0.
d. Perhitungan water balance untuk mendapatkan volume air yang
mengisi tailing dam.
e. Analisa probabilitas limpasan (overtopping) menggunakan Cumulative
Distribution Function (CDF) .
f. Perhitungan Baseflow
g. Menentukan potensi terjadinya

limpasan;

volume

limpasan

berdasarkan analisis water balance dan waktu terjadinya limpasan


berdasarkan analisis variabilitas curah hujan.

18

7.2

Diagram Alir Penelitian

7.3

Hasil yang Diharapkan

Dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui potensi terjadinya


limpahan (Overtopping) ketika adanya penambahan volume tailing yang berasal
dari curah hujan, dengan didukung dari data variabilitas curah hujan dapat
ditentukan kapan terjadinya limpahan. Dari hasil yang didapat, diharapkan juga
mampu memberikan rekomendasi kapan waktu yang tepat untuk melakukan
pengerukan tailing agar Overtopping tidak terjadi dan membahayakan lingkungan
sekitar perusahaan tambang.

19

7.4

20

Jadwal Pelaksanaan

DAFTAR PUSTAKA
Balkau f. dan Parsons a. , (1999). Emerging Environmental Issues For Mining In
The Pecc Region;united nations environment programme.
Cheng, C. K., dan Chan, J. C. (2012). Impacts of Land Use Changes and Synoptic
Forcing on the Seasonal Climate over the Pearl River Delta of China.
Atmospheric Environtment , 25-36.
Holton, J. R. (2004). An Introduction to Dynamic Meteorology (4th Edition). San
Diego, California: Elsevier Academic Press.

Purnama, Asep Bahtiar, (2012). Iidentifikasi dan karakteristik tailing dam pada
kegiatan pertambangan

21

Anda mungkin juga menyukai