Oleh:
Nur Alfi Laila Ahsar
12811042
Pembimbing (Usulan):
Dra. Atika Lubis, MS
Dr. Rusmawan Suwarman
PROGRAM STUDI METEOROLOGI
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015
DAFTAR ISI
Daftar Isi......................................................................................................ii
1.
Latar Belakang...................................................................................1
2.
Rumusan Masalah..............................................................................4
3.
Tujuan................................................................................................4
4.
Hipotesis.............................................................................................5
5.
Batasan Masalah................................................................................5
6.
Asumsi...............................................................................................5
7.
Kajian Pustaka....................................................................................6
8.
Rancangan Penelitian.......................................................................20
18.
Metodologi...................................................................................20
18.
Data........................................................................................20
18.2
Metode....................................................................................21
28.
38.
Jadwal Pelaksanaan......................................................................24
Daftar Pustaka............................................................................................25
1. Latar Belakang
Industri pertambangan memiliki keterkaitan yang erat dengan upaya global
untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan. Komitmen untuk
melakukan pembangunan yang berkelanjutan sangatlah penting bagi perusahaan
pertambangan untuk mendapatkan dan mempertahankan izin sosial untuk
beroperasi dalam masyarakat dengan tetap memperhatikan aspek-aspek
lingkungan, ekonomi dan sosial dari semua tahapan produksi; mulai dari
eksplorasi sampai ke konstruksi, operasi, dan penutupan tambang. Salah satu isu
utama yang mempengaruhi pembangunan berkelanjutan bagi operasional dalam
industri pertambangan adalah bendungan limbah tambang (tailing dam). Tailing
dam sangat erat hubungannya dengan dampak lingkungan dan sosial, serta risiko
yang timbul dari fasilitas penyimpanan tailing. Dampak tersebut dapat berupa:
sistem pembuangan yang buruk, perembesan yang terkontaminasi serta dampak
terkait terhadap air permukaan dan air tanah, dan erosi tailing atau ketidakstabilan
bendungan.
Dalam mendukung berlakunya PP Nomor 37 Tahun 2010 tentang
bendungan bab 1, pasal 1 ayat 6 dimana disebutkan bahwa pemilik bendungan
adalah pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau badan
usaha, yang bertanggung jawab atas pembangunan bendungan dan pengelolaan
bendungan beserta waduknya, serta pada ayat 10 disebutkan bahwa instansi teknis
keamanan bendungan adalah instansi yang bertugas membantu Menteri dalam
penanganan keamanan bendungan, maka perlu dilakukan kegiatan penelitian
mengenai tailing dam pada perusahaan yang melakukan kegiatan penambangan,
baik itu pertambangan batubara maupun mineral logam, guna membantu
pemerintah dalam pengaturan pembangunan bendungan dan pengelolaan
bendungan beserta waduknya yang sesuai dengan kebutuhan spesifik pada
masing-masing lokasi tambang agar tercipta konsep melalui prinsip ilmiah yang
terbaik yang sesuai dengan Good Mining Practice.
Tailing adalah gabungan dari bahan padat berbutiran halus (umumnya
berukuran debu, berkisar antara 0,001 hingga 0,6 mm) yang tersisa setelah logam1
logam dan mineral-mineral diekstraksi dari bijih yang ditambang, serta air hasil
pengolahan yang tersisa. Sifat fisik dan kimiawi tailing berbeda-beda tergantung
sifat bijih tambangnya. Tailing dapat disimpan dengan berbagai cara, tergantung
sifat fisik dan kimiawinya, topografi lokasi, kondisi iklim dan konteks sosialekonomi tempat dimana lokasi penambangan dan pabrik pengolahan berada.
Tailing paling lazim disimpan di fasilitas-fasilitas permukaan, yang luasannya
dapat mencapai hingga setengah dari areal yang diganggu oleh operasi
penambangan. Persyaratan dasar bagi fasilitas penyimpanan tailing yaitu: aman,
stabil, dan ekonomis serta tidak menimbulkan risiko berarti atas kesehatan dan
keselamatan masyarakat, memberikan dampak yang rendah bagi sosial dan
lingkungan, dan dapat diterima selama pengoperasian dan setelah penutupan.
PT. Antam tbk UBPE yang berlokasi di Pongkor, Kabupaten Bogor - Jawa
Barat ini memiliki pola iklim monsoonal yang memiliki ciri bentuk pola hujan
yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan yaitu sekitar Desember)
(Mustofa, 2002) yang memiliki curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3.500
4.000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari. Suhu
rata-rata tiap bulan 260 C dengan suhu terendah 21,80 C dengan suhu tertinggi
30,40 C. Kelembaban udara 70%, dengan arah mata angin dipengaruhi oleh angin
muson. Bulan Mei sampai Maret dipengaruhi angin muson barat. Dengan
karakteristik lingkungan bercurah hujan tinggi (400 - 800 mm/tahun), fasilitasfasilitas tailing pada PT. Antam tbk UBPE Pongkor - Jawa Barat ini memiliki
tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan yang memiliki
karakteristik iklim kering atau semi kering (curah hujan tahunan rata-rata 250
mm) sehingga akan memerlukan tahap rancangan yang lebih ketat, pengendalian
kualitas yang lebih tinggi selama konstruksi, dan perhatian yang lebih mendalam
terhadap pengelolaan risiko (sumber: AMDAL, Australian Government
Department of Industry Tourism and Resources, 2007).
Oleh karena faktor risiko yang cukup tinggi, maka PT. Antam tbk UBPE
Pongkor - Jawa Barat juga sangat rentan terhadap kegagalan dan kecelakaan
fasilitas penyimpanan tailing. Berdasarkan Buletin 121 (2001) dari International
Commission on Large Dams (ICOLD) terdapat satu laporan mengenai
yang
Ketidakstabilan lereng
Tekanan gempa bumi
Pelimpahan (Overtopping)
Pondasi yang tidak memadai
Rembesan
Jenis tailing dam PT. Antam UBPE Pongkor adalah tipe konvensional
berupa bendungan urugan rock fill dam yang terbagi ke dalam empat zona. Bagian
inti/core fill (Zona I)-bagian tengah, Zona General (Zona II)- bagian hulu dan
hilir, Zona Rock ( Zona III), dan Zona IV berada di bagian hilir antara zona 2 dan
Zona 3. Fokus wilayah kajian dalam penelitian ini adalah tailing dam Zona I
(Core fill) bagian inti. Berdasarkan AMDAL 2007 kegagalan atau kecelakaan
tailing lebih umum terjadi ketika konstruksi hulu diterapkan, dibandingkan bila
menggunakan konstruksi hilir karena dinding-dinding bendungan tailing yang
dibangun menggunakan metode hilir (downstream method) bekerja serupa dengan
tanggul penahan air. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian neraca air (water
balance) untuk mengetahui potensi terjadinya risiko kegagalan atau kecelakaan
seperti adanya pelimpasan (Overtopping) yang memberikan dampak buruk pada
lingkungan di sekitarnya seperti penurunan kualitas air permukaan, erosi,
pendangkalan, serta masuknya logam merkuri (Hg) dari hasil pelimpasan menuju
badan sungai.
2. Rumusan Masalah
Kegiatan operasi penambangan pasti memberikan dampak, baik itu
dampak terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat, serta dampak sosial dan
lingkungan. Bagian dari kegiatan pertambangan yang sangat erat hubungannya
dengan lingkungan adalah pada Tailing Storage Facility (Tailing Dam). Fasilitas
penyimpanan tailing (Tailing Dam) harus dapat memenuhi tujuan-tujuan
keselamatan dan kesehatan masyarakat, serta perlindungan lingkungan. Namun
pada Tailing Storage Facility (Tailing Dam) sering ditemukan terjadinya
kegagalan atau kecelakaan yang berupa pelimpahan (overtopping) yang
memberikan dampak buruk pada lingkungan di sekitarnya seperti; penurunan
kualitas air permukaan, erosi, pendangkalan, serta masuknya logam merkuri (Hg)
dari hasil pelimpasan menuju badan sungai. Oleh karena itu, diperlukan analisis
water
balance
risiko pelimpasan
3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi terjadinya overtopping
(pelimpahan) pada tailing dam akibat curah hujan berlebih menggunakan analisa
neraca air (water balance). Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis water
balance menggunakan metode Dr. F.J. Mock untuk menghitung Volume limpasan
(volume overtopping) dan waktu kemungkinan terjadinya overtopping pada
tailing dam akibat curah hujan.
4. Batasan Masalah
Batasan masalah dari kajian ini meliputi batasan wilayah ruang kajian
adalah wilayah Tailing Storage Facility (Tailing Dam) Tambang Emas Pongkor
yang terletak di Gunung Pongkor, Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung,
Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yang termasuk ke dalam kawasan Taman
Nasional Halimun-Salak yang merupakan hulu dari Daerah Aliran Sungai (DAS)
5. Asumsi
Diasumsikan bahwa penampang tailing dam adalah bentuk yang rigid
dan solid sehingga tidak diperhitungkan debit rembesan air pada
dinding tailing dam.
6. Kajian Pustaka
6.1
mulai
dibuka tahun 1991-1992 dan mulai produksi pada tahun 1994. Wilayah kuasa
pertambangan PT Antam UBPE Pongkor dikelola sesuai SK Menteri
Pertambangan N0. 375. K/7401/078/2000, tanggal satu Agustus 2000 dan berlaku
sampai dengan tahun 2020, dengan luas wilayah eksplorasi 6.047 Hektar, yang di
dalamnya terdapat kawasan ; Taman Nasional seluas 1.995 Hektar atau 32,99
persen, Perhutani seluas 2.025 Hektar atau 33,48 persen, Perkebunan Teh Nirmala
seluas 375 Hektar atau 6,20 persen, dan Masyarakat seluas 1652 Hektar atau
27,33 persen.
Hampir sebagian besar wilayah eksplorasi tersebut termasuk ke dalam
Kelurahan Nanggung, Desa Kalong Liud, Desa Pangkal Jaya, Desa Bantar Karet,
Desa Cisarua, Desa Malasari, Kecamatan Leuwiliang. Sebagian kecil wilayah
eksplorasi yaitu di Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Cigudeg, Kecamatan
Pamijahan dan Kecamatan Kelapanunggal, Kabupaten Sukabumi.
Kegiatan dalam usaha pertambangan PT Antam Tbk UBPE Pongkor
mencakup
penambangan
dan
pengolahan,
termasuk
didalamnya
adalah
2.
karyawan.
PT Antam Tbk UBPE Pongkor telah mengantongi beberapa penghargaan
dalam
kegiatan
bisnisnya,
antara
lain
yaitu
dalam
aktivitas
untuk
2. Tailing Storage Facility (Tailing Dam) PT. Antam tbk UBPE pongkor
Lokasi Tailing Dam Terletak areal konsesi PT. Antam tbk UPBE Pongkor,
termasuk kedalam wilayah administrasi Desa Nanggung, Kecamatan Bantar
Karet, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat
.
Jenis tailing dam PT. Antam UBPE Pongkor adalah tipe konvensional
berupa bendungan urugan rock fill dam yang terbagi kedalam beberapa zona,
pembagian zona ini berdasarkan material yang digunakan,
9
10
11
6.2
Neraca Air
Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan
keluaran air disuatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat untuk
mengetahui jumlah air tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit).
Kegunaan mengetahui kondisi air pada surplus dan defisit dapat mengantisipasi
bencana yang kemungkinan terjadi, serta dapat pula untuk mendayagunakan air
sebaik-baiknya.
Kesetimbangan air dalam suatu sistem tanah-tanaman dapat
digambarkan melalui sejumlah proses aliran air yang kejadiannya berlangsung
dalam satuan waktu yang berbeda-beda. Beberapa proses aliran air dan kisaran
waktu kejadiannya yang dinilai penting adalah:
Hujan atau irigasi (mungkin dengan tambahan aliran permukaan
yang masuk ke petak atau run-on) dan pembagiannya menjadi infiltrasi dan
limpasan permukaan (dan/atau genangan di permukaan) dalam skala waktu detik
sampai menit.Infiltrasi kedalam tanah dan drainasi (pematusan) dari dalam tanah
melalui lapisan- lapisan dalam tanah dan/atau lewat jalan pintas seperti retakan
yang dinamakan by-pass flow dalam skala waktu menit sampai jam. Drainasi
lanjutan dan aliran bertahap untuk menuju kepada kesetimbangan hidrostatik
dalam skala waktu jam sampai hari.
Pengaliran larutan tanah antara lapisan-lapisan tanah melalui aliran
massa (mass flow) . Penguapan atau evaporasi dari permukaan tanah dalam skala
waktu jam sampai hari. Penyerapan air oleh tanaman dalam skala waktu jam
hingga hari, tetapi sebagian besar terjadi pada siang hari ketika stomata terbuka.
Kesetimbangan hidrostatik melalui sistem perakaran dalam skala waktu jam
hingga hari, tetapi hampir semua terjadi pada malam hari pada saat transpirasi
nyaris tidak terjadi. Pengendali hormonal terhadap transpirasi (memberi tanda
terjadinya kekurangan air) dalam skala waktu jam hingga minggu.
12
13
14
15
C. Perhitungan Debit
Data tinggi muka air dikonversi menggunakan persamaan Discharge
Rating Curve. Rumus ini digunakan untuk menggambarkan hidrograf aliran yang
berisi fluktuasi debit aliran sepanjang tahun.
Dalam metode logaritmik digunakan persamaan sebagai berikut:
Q = A (H - Ho)B
Dimana :
Q
= debit (m3/dt)
H
= tinggi muka air (m)
Ho
= tinggi muka air pada saat aliran sama dengan nol
A,B = konstanta
Persamaan rating curve menurut Balai Besar Wilayah Sungai CiliwungCissadane ditunjukan dalam persamaan:
Q
= 3.3813(TMA-0.531)2.1072 .(1)
Q
= Debit air (m3/s)
TMA = Tinggi muka air (m)
D. Perhitungan Curah Hujan Wilayah
Data curah hujan harian digunakan untuk menghitung curah hujan wilayah
di DAS Cisadane. Curah hujan wilayah dihitung dengan metode rata-rata
aritmatik. Cara ini merupakan cara yang sederhana, yaitu dengan membagi rata
curah hujan yang ada terhadap jumlah titik pengamatan. Persamaan metode ratarata aritmatik adalah sebagai berikut:
......(2)
Dimana:
P = curah hujan wilayan (mm)
n = jumlah titik curah hujan TRRM
P1+P2++Pn = curah hujan pada masing-masing titik pengamatan
16
7. Rancangan Penelitian
7.1
7.1.1
Metodologi
Data
17
Metode
Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis potensi Limpahan
(Eto)
yang
dihitung
limpasan;
volume
limpasan
18
7.2
7.3
19
7.4
20
Jadwal Pelaksanaan
DAFTAR PUSTAKA
Balkau f. dan Parsons a. , (1999). Emerging Environmental Issues For Mining In
The Pecc Region;united nations environment programme.
Cheng, C. K., dan Chan, J. C. (2012). Impacts of Land Use Changes and Synoptic
Forcing on the Seasonal Climate over the Pearl River Delta of China.
Atmospheric Environtment , 25-36.
Holton, J. R. (2004). An Introduction to Dynamic Meteorology (4th Edition). San
Diego, California: Elsevier Academic Press.
Purnama, Asep Bahtiar, (2012). Iidentifikasi dan karakteristik tailing dam pada
kegiatan pertambangan
21