PENURUNAN PARAMETER KEKERUHAN, TSS DAN TDS DENGAN VARIASI UNIT FLOKULASI
Abstract
A research on water treatment at Mahakam River water using the gravel bed flocculator (medium grained), the
variation of theflocculation units gravel bed using granular media are used in the form of pieces of PVC pipe 1
"by 2cm, while flocculation with baffles chanel uses glass barriers on flokulasinya unit. Pieces of PVC pipe is
functioned as the space between the grains of the media used as column streams that meander which is expected
to be a medium for colloids that have terdestabilisasi of coagulation process will be in contact with the joining
form a floc with a larger size and can be deposited, while the variation unit flocculation receipts baffle channel,
where the unit of flocculation, there are the glass partition in the unit, the bulkhead is intended as a slow stirring
in units flocculation to produce water movement that encourages contact between the particles without causing a
rupture of a combination of particles that have been formed. The parameters examined, ie, turbidity, TSS and
TDS. Retrieved onturbidity removal efficiency of gravelbed 54.34% and of amounted to 80.41%baffles,for TSS
removal efficiency with gravelbed 39.82% and baffles 59.33%, and for the efficiency of TDS decrease by
gravelbed 14.28% with baffles by 106 , 25%.
Tabel 2.1 (Okazaki, M, 1985 dalam Budiyono dan Sungai Mahakam merupakan sungai terbesar di
Siswo, 2013). Provinsi Kalimantan Timur yang bermuara di Selat
Makasar. Sungai dengan panjang sekitar 920 km ini
Air permukaan adalah air yang berada di sungai, melintasi wilayah Kabupaten Kutai Barat di bagian
danau, waduk, rawa dan badan air lain yang tidak hulu, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota
mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah Samarinda di bagian hilir. Menurut Perda Kaltim
yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut No. 2 (2011), Sungai Mahakam memiliki segmen
watersheads atau drainage basins. Air yang mulai dari bagian terhulu sungai hingga daerah
mengalir dari daratan menuju suatu badan air Anggana pada koordinat S:0˚35’44.85” , T:
disebut limpasan permukaan dan air yang mengalir 117˚16’57.35”
dari sungai menuju laut disebut aliran air sungai.
Sekitar 60 % air yang masuk ke sungai berasal dari 3. Metode Penelitian
hujan, pencairan es/salju (terutama untuk wilayah 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
ugahari), dan sisanya berasal dari air tanah. Wilayah Lokasi pengambilan sampel pada penelitian ini
di sekitar daerah aliran sungai yang menjadi adalah Sungai Mahakam (depan islamic center) di
tangkapan air disebut catchment basin (Effendi, Jalan Slamet Riyadi, Teluk Lerong Ulu, Sungai
2003). Kunjang, Kota Samarinda. Penelitian dilakukan di
Laboratorium Rekayasa Lingkungan Fakultas
Proses koagulasi dan flokulasi adalah penghilangan Teknik Universitas Mulawarman. Lokasi pengujian
padatan yang berada di dalam air terutama yang dilakukan di UPTD Laboratorium Kesehatan
berbentuk padatan tidak mengendap (non setleable Provinsi Kalimantan Timur
solid), padatan tersuspensi (suspended solid), dan
koloid. Koagulasi dan flokulasi adalah proses fisika- 3.2 Alat dan Bahan
kimia dimana diperlukan energi dan waktu agar Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
proses dapat berlangsung. Proses koagulasi selalu adalah rangkaian IPA skala laboratorium yang
diikuti oleh proses flokulasi, yaitu penggabungan terbuat dari kaca, pipa 4” dan bak plastik yang
inti flok atau flok kecil menjadi flok yang berukuran terdiri dari bak ekualisasi, koagulasi, flokulasi
besar (Asmadi, dkk 2011). dengan variasi gravelbed flocculator dan baffle
chanel, sedimentasi, gelas ukur 250ml, gelas kimia
Sedimentasi adalah pemisahan partikel-partikel kimia 1000ml, kerucut imhoff, botol kemasan air
padatan tersuspensi dalam air dengan pengendapan mineral, Jar Test, infuse set, jerigen , timbangan
secara gravitasi. Bak sedimentasi sering disebut digital, gunting pipa, lem pipa, pipet ukur 50ml,
juga sebagai clarifier maupun thickener. Jika tujuan selang aquarium, keran air ½”, stopwatch, pipa PVC
utama operasi sedimentasi adalah untuk ½” dan ¾“, bor tangan, watermur, turbidity meter,
menghasilkan aliran keluaran yang rendah padatan pH meter, pompa air, pipa PVC 4”. Bahan-bahan
tersuspensi, maka bak sedimentasi biasanya disebut yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu air baku
sebagai clarifier, jika tujuan utamanya adalah untuk yang berasal dari Sungai Mahakam, aquadest,
menghasilkan suspensi yang pekatmaka bak Aluminium Sulfat atau Alum (Al2SO4), kapur
sedimentasi disebut sebagai thickener. Dalam unit (CaC03), media (potongan pipa PVC 1”), lem kaca
pengolahan air, sedimentasi digunakan untuk tembak dan lem pipa.
memisahkan secara cepat partikel mengendap,
impuritas terflokulasi atau terkoagulasi, dan 3.3 Tahap Pra-Penelitian
impuritas terpresipitasi dari operasi pelunakan. 3.3.1 Pembuatan Bak tiap Unit Pengolahan
Prinsip utama dari sedimentasi adalah memberikan Disiapkan alat dan bahan untuk pembuatan instalasi
kesempatan air untuk tinggal atau mengalir dengan pengolahan antara lain bak ekualisasi dengan volum
laju sangat lambat sehingga partikel-partikel yang 150L, pipa ½”, sambungan pipa ½”, valve, kran air,
lebih berat akan mengendap ke bawah karena gaya infuse set, lem kaca tembak, lem pipa, media
gravitasi. Partikel-partikel dalam air mempunyai berbutir (potongan pipa 1”) dan kaca sebagai
berat jenis (spesific gravity)bervariasi dari 1,04 rangkaian unit pengolahan yang terdiri dari:
hingga 2,65. Partikel-partikel yang mempunyai a. Bak koagulasi yang berbentuk tabung dengan
specificgravity lebih besar dari 1,20 akan mudah ukuran diameter 10,16 cm dan tinggi 24,65 cm.
mengendap ke dasar bak sedimentasi. Sebaliknya, b. Bak flokulasi gravelbed berbentuk persegi
partikel-partikel yang lebih ringan akan sukar dengan panjang 41,5 cm, lebar 22 cm, dan tinggi
mengendap. Laju pengendapan berbagai ukuran 43,7 cm, dan kemudian disiapkan media berbutir
partikel dapat dilihat pada tabel 2.3 (Budiyono dan berupa potongan pipa PVC 1” dengan ukuran 2
Siswo, 2013). cm, variasi bak flokulasi yang kedua dengan
baffle chanel berbentuk persegi dengan panjang
84 cm, lebar 24 cm, dan tinggi 2 cm dengan Alur proses pengolahan air yaitu, diambil air baku
menggunakan sekat-sekat pada kaca. yang berasal dari sungai mahakam sebanyak ±300L,
c. Bak sedimentasi berbentuk tabung dengan kemudian dimasukkan air tersebut ke dalam bak
diameter 25 cm, tinggi 53,15 cm. ekualisasi dan dialirkan menuju instalasi
Dipasang valve pada bak ekualisasi sebagai pengolahan air dengan debit 250mL/menit, air akan
pengatur debit awal, kemudian dipasang infuse set masuk ke bak koagulasi, dilakukan pembubuhan
pada bak koagulasi sebagai pengatur dosis bahan kimia menggunakan Alum dan flokulan yaitu
koagulan, setelah itu dilakukan uji kebocoran kapur dengan dosis sebesar 45mL dan dilakukan
dengan mengalirkan air pada setiap unit pengadukan secara hidrolis (terjunan). Waktu
pengolahan. kontak bak koagulasi selama 1 menit. Kemudian air
mengalir menuju reaktor flokulasi dengan variasi
3.3.2 Penentuan Dosis Optimum Koagulan gravelbed dan baffle chanel, dimana unit flokulasi
Tahapan yang dilakukan untuk menentukan dosis dengan gravelbed (media berbutir) berisi potongan
koagulan adalah dengan jar test, adapun pipa PVC 1” dengan ukuran sebear 2 cm, yang
tahapannya, yaitu diukur nilai kekeruhan awal, TSS bertujuan untuk membentuk dan memperbesar flok,
awal, TDS awal, kemudian diukur pH air sampel sedangkan pada variasi baffle chanel dengan sekat-
dengan menggunakan pH meter, selanjutnya sekat kaca. Wakto kontak pada unit flokulasi selama
diambil 1000 ml sampel air dan dimasukkan ke 20 menit. Reaktor selanjutnya air mmenuju bak
gelas ukur, ditambahkan larutan Aluminium Sulfat sedimentasi, pada bak sedimentasi terjadi
(Al2SO4) dan flokulan yaitu kapur (CaCO3) masing- pengendapan flok-flok yang terbentuk dari reaktor
masing 1% dengan pipet ukur dan dimasukan ke flokulasi secara gravitasi. Wakto kontak yang
dalam masing-masing gelas ukur dengan dosis yang terjadi pada bak sedimentasi selama 96 menit. Air
berbeda, kemudian dilakukan pengadukan sampel yang keluar dari bak sedimentasi diambil ±600 mL
dengan stitter. Adapun lama pengadukan mengikuti sebagai air sampel yang akan dilakukan pengujian
standar yang telah dibuat di Laboratorium parameter Kekeruhan, TSS dan TDS.
Teknologi Lingkungan, yaitu:
a. Pengadukan cepat, yaitu 100rpm selama 1 4. Hasil dan Pembahasan
menit. 4.1 Analisis Hasil Pengolahan Air Baku
b. Pengaduka sedang, yaitu 40-80 rpm selama Pada penelitian ini air baku yang digunakan adalah
10menit. air sungai mahakam. Dimana air baku tersebut
c. Pengadukan lambat, yaitu 20 rpm selama 1 dialirkan ke instalasi pengolahan air
menit. menggunakanvariasi unit flokulasi. Variasi unit
Setelah itu, dimasukkan air sampel ke dalam flokulasi yang pertama menggunakan gravelbed
kerucut imhoff, kemudian diendapkan selama 30 flocculator dengan potongan pipa sebagai flokulator
menit, selanjutnya diamati air pada kerucut imhoff atau sekatpada unit flokulasi, yang diharapkan dapat
dan diukur tinggi timbulan flok yang terbentuk. memperlambat pengadukan pada unit flokulasi pada
Diukur kembali pH dan nilai kekeruhan, TSS dan gravelbed. Variasi yang kedua menggunakan baffle
TDS air sampel dan diambil dosis terbaik koagulan chanel dimana sekat pada baffle chanel sebagai
berdasarkan jumlah flok tertinggi yang terbentuk, flokulator yang dapat memperlambat pengadukan
tingkat keasaman pH yang masih dalam nilai pada unit flokulasi tersebut. Pada tahap penelitian,
ambang batas. dilakukan pengujian laboratorium untuk
mengetahui perubahan konsentrasi pada parameter
3.4 Tahap Penelitian kekeruhan, TSS (Total Suspended Solid) dan TDS
(Total Disolved Solid) pada air baku. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui efisiensi yang lebih
baik dari proses variasi unit flokulasi yang
digunakan pada penelitian ini.
4.1.1 Analisis Parameter Kekeruhan
Air baku dalam penelitian ini dialirkan ke instalasi
pengolahan air menggunakan variasi unit flokulasi
dengan gravelbed dan baffle chanel. Berikut hasil
uji laboratorium untuk konsentrasi kekeruhan pada
air baku (Sungai Mahakam) sebelum dan sesudah
pengolahan.
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Konsentrasi Kekeruhan baku (Sungai Mahakam) sebelum dan sesudah
pengolahan.
Rata-
Variasi Kekeruha Kekeruha
Ulanga rata Efisiens
Unit n Awal n Akhir 4.2 Hasil Pengujian Penurunan Konsentrasi TSS
n (NTU i (%)
Flokulasi (NTU) (NTU)
)
TSS TSS
Variasi Unit Rata- Efisiensi
Gravelbed 1 15,30 Ulangan Awal Akhir
Flokulasi rata (%)
Flocculato 2 20,70 8,65 9,45 54,34 (mg/L) (mg/L)
r 3 4,42
1 10,60
1 23,2
Baffle
Chanel
2 35,90 9,00 7,03 80,41 Gravelbed 2 27,8 20,2 16,73 39,82
Flocculator
3 1,51 3 6,8
1 24,4
(Sumber: Data Primer, 2016) 28,2
Baffle Chanel 2 48,2 19,6 59,33
3 6,2
Berdasarkan hasil analisis laboratorium pada Tabel
(Sumber: Data Primer, 2016)
4.1 dibuat grafik penurunan konsentrasi kekeruhan
air baku sebelum dan sesudah pengolahan dapat Berdasarkan hasil analisis laboratorium pada Tabel
dilihat pada Gambar 4.1 sebagai berikut: 4.2 dibuat grafik penurunan konsentrasi TSS air
baku sebelum dan sesudah pengolahan dapat dilihat
Hasil Uji Kekeruhan pada Gambar 4.2 sebagai berikut:
40.0
30.0 Hasil Uji TSS
60
20.0
mg / Liter
NTU
40
10.0
20
0.0
Gravelbed Baffle Chanel 0
Flocculator Gravelbed Baffle Chanel
flocculator
Kekeruhan Awal
Kekeruhan Akhir Reaktor Reaktor
TSS Awal
Gambar 4.1 Grafik Penurunan Konsentrasi
Kekeruhan Gambar 4.2 Grafik Penurunan Konsentrasi TSS
Dapat dilihat dari gambar 4.1 dari kedua variasi unit Dapat dilihat dari gambar 4.2 dari kedua variasi unit
flokulasi yang digunakan dalam penelitian ini dapat flokulasi yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat penurunan konsentrasi kekeruhan tertinggi dilihat penurunan konsentrasi TSS tertinggi terdapat
terdapat pada variasi unit flokulasi dengan baffle pada variasi unit flokulasi dengan baffle chanel
chanel dengan efisiensi 80,41 %, sedangkan untuk dengan efisiensi 59,33 %, sedangkan untuk
penurunan variasi kekeruhan terendah dengan unit penurunan variasi TSS terendah dengan unit
gravelbed dengan efisiensi 54,34 %. gravelbed dengan efisiensi 39,82 %.
Kekeruhan erat hubungannya dengan zat Pada penelitian ini menggunakan variasi unit
tersuspensi, karena kekeruhan disebabkan zat flokulasi. Variasi unit flokulasi yang pertama
tersuspensi didalam air. Zat tersuspensi yang dengan menggunakan gravelbed dan yang kedua
terdapat di dalam air terdiri dari pasir halus, liat dan dengan baffle chanel. Unit variasi flokulasi yang
lumpur alami yang merupakan bahan-bahan pertama menggunakan gravelbed flocculator
anorganik atau organik yang melayang dalam air. dengan potongan pipa 1” dengan ukuran 2cm,
Penurunan konsentrasi kekeruhan disebabkan potongan pipa ini di fungsikan sebagai ruang antar
adanya proses koagulasi dan flokulasi dimana butir dari media yang digunakan sebagai lajur aliran
proses ini membuat tumbukkan antar partikel yang berliku-liku yang diharapkan dapat menjadi
tersuspensi dan koloid agar terbentuk gumpalan media bagi koloid-koloid yang telah terdestabilisasi
yang nantinya akan dipisahkan melalui proses dari proses koagulasi yang akan saling kontak
sedimentasi. dengan bergabung membentuk flok dengan ukuran
yang lebih besar dan dapat diendapkan, sedangkan
4.1.2 Analisis Parameter Total Suspended Solid untuk variasi unit flokulasi yang kedua
(TSS) meggunakan baffle chanel, dimana pada unit
Air baku dalam penelitian ini dialirkan ke instalasi flokulasi ini terdapat sekat kaca pada unitnya, sekat
pengolahan air menggunakan variasi unit flokulasi ini bertujuan sebagai pengadukan lambat pada unit
dengan gravelbed dan baffle chanel. Berikut hasil flokulasi agar menghasilkan gerakan air yang
uji laboratorium untuk konsentrasi TSS pada air mendorong kontak antar partikel tanpa
menyebabkan pecahnya gabungan partikel yang terindikasi sebagai partikel terlarut (TDS), sehingga
telah terbentuk. TSS dapat dihilangkan melalui unit hal inilah yang mengakibatkan hasil dari TDS pada
flokulasi dan penyaringan. TSS menyebabkan baffle chanel mengalami kenaikan konsentrasi pada
kekeruhan dengan membatasi penetrasi cahaya konsentrasi akhir, yang mengakibatkan nilai
untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. efisiensi menjadi -106,25%.
Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan
kekeruhan. Semakin tinggi nilai padatan 4.2 Efisiensi Unit Flokulasi dalam
tersuspensi, maka semakin tinggi kadar kekeruhan, Penurunan Parameter Kekeruhan, TSS
tetapi tingginya kadar padatan terlarut tidak selalu dan TDS
diikuti dengan tingginya kekeruhan. Contohnya, air
laut memiliki nilai padatan terlarut tinggi, tetapi Proses koagulasi dan flokulasi dalam pengolahan air
tidak berarti memiliki kekeruhan yang tinggi juga. sangat penting untuk ditinjau lebih jauh karena
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
4.1.3 Analisis Parameter Total Disolved Solid
proses purifikasi dan kualitas air produksi (Nur,
(TDS)
2014). Penggunaan gravelbed flocculatordalam
Air baku dalam penelitian ini dialirkan ke instalasi
proses flokulasi merupakan suatu alternatif
pengolahan air menggunakan variasi unit flokulasi
pengolahan air baku menjadi air minum yang dapat
dengan gravelbed dan baffle chanel. Berikut hasil
dipilih karena waktu flokulasi dapat dikurangi
uji laboratorium untuk konsentrasi TDS pada air
secara besar, di mana 3-5 menit flokulasi di unit ini
baku (Sungai Mahakam) sebelum dan sesudah
setara dengan 15 menit dalam jar test di
pengolahan.
laboratorium (Alaa, 2010).
4.3 Hasil Pengujian Penurunan Konsentrasi TDS
Pada penelitian ini dilakukan variasi unit flokulasi
Variasi dengan gravelbed dan baffle chanel, dimana media
TDS TDS Rata- Efisiensi
Unit Ulangan yang digunakan pada gravelbed berupa potongan
Awal Akhir rata (%)
Flokulasi
pipa PVC 1” dengan ukuran 2cm, potongan pipa ini
1 280 di fungsikan sebagai ruang antar butir dari media
Gravelbed
Flocculator 2 308 292 264 14,28 yang digunakan sebagai lajur aliran yang berliku-
3 220
1 276 liku yang diharapkan dapat menjadi media bagi
Baffle
2 128 300 264 -106,25 koloid-koloid yang telah terdestabilisasi dari proses
Chanel
3 216 koagulasi yang akan saling kontak dengan
(Sumber: Data Primer, 2016) bergabung membentuk flok dengan ukuran yang
lebih besar dan dapat diendapkan. Sedangkan untuk
Berdasarkan hasil analisis laboratorium pada Tabel variasi unit flokulasi yang kedua meggunakan
4.3 dibuat grafik penurunan konsentrasi TDS air bafflechanel, dimana pada unit flokulasi ini terdapat
baku sebelum dan sesudah pengolahan dapat dilihat sekat kaca pada unitnya, sekat ini bertujuan sebagai
pada Gambar 4.3 sebagai berikut: pengadukan lambat pada unit flokulasi agar
menghasilkan gerakan air yang mendorong kontak
antar partikel tanpa menyebabkan pecahnya
Hasil Uji TDS gabungan partikel yang telah terbentuk.
400
300
mg/L