Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI


“Pengukuran Penampang Melintang (Cross Section) dan Debit Sungai”

Dosen Pengampu :

Dr. Hj. Sunarti, S.P., M.P

Disusun Oleh :

Ani Ardiyanti (D1A016087)

Ajeng Wulandari (D1A016112)

Julkifli (D1A016125)

KELOMPOK 4

Kelas M SDL ‘16

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan pokok bagi kehidupan dan secara keseluruhan


mendominasi komposisi kimia dari semua organisme. Terdapatnya dimana-mana
dalam biota sebagai tumbuhan metabolisme biokimia dan mempunyai sifat kimia
serta fisika yang unik. Perairan umum merupakan bagian permukaan bumi yang
secara permanen berkala digenangi air, baik air tawar, payau, atau laut yang
dihitung dari garis pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air tersebut
terbentuk secara alami maupun buatan.
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dalam suatu penampang tertentu
(sungai/ saluran/mata air). Pemilihan lokasi pengukuran debit air : di bagian
sungai yang relatif lurus; jauh dari pertemuan cabang sungai; tidak ada tumbuhan
air; aliran tidak turbelen; aliran tidak melimpah melewati tebing sungai.
Pengukuran debit air sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus air. Kecepatan arus
yang berkaitan dengan pengukuran debit air ditentukan oleh kecepatan gradien
permukaan, tingkat kekasaran, kedalaman, dan lebar perairan.
Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per
waktu. Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai
(DAS). Satuan debit yang digunakan adalah meter kubir per detik (m3/s). Debit
aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu
Debit aliran tersebut dipengaruhi dengan adanya siklus hidrologi, salah
satunya yaitu hujan. Pada musim kemarau besar debit air aliran air menyusut
drastis sedangkan pada musim hujan debit aliran akan semakin deras dan
dipengaruhi pula oleh tingkat intensitas hujan yang terjadi. Pada intensitas yang
rendah debit aliran kecil dan pada intensitas hujan tinggi debit aliran akan
semakin besar. Besar kecilnya debit aliran mempengaruhi sedimentasi yang
terjadi pada hulu sungai.
Debit air sungai adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang
tertentu (sungai, saluran, mata air) persatuan waktu (L/s). Dalam kegiatan
pengukuran debit air Sungai di Desa Pematang Gajah ini digunakan metoda
Apung. Metode ini adalah metode tidak langsung dalam pengukuran debit air,
karena hanya kecepatan aliran yang di ukur, yaitu dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan benda apung untuk melewati jarak yang telah di tentukan pada suatu
aliran sungai. Metode ini juga tidak membutuhkan peralatan yang khusus, tetapi
dapat memperoleh hasil yang layak.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengukur debit aliran
sungai dengan metode apung dan mampu membuat profil serta menghitung luas
penampang melintang (cross section) sungai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Hidrologi


Siklus hidrologi terjadi karena adanya penyinaran matahari yang
mengakibatkan air di permukaan bumi menguap (evaporasi) kemudian jatuh lagi
ke permukaan laut dan daratan sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju,
hujan es, dan kabut. Setelah mencapai daratan hujan akan tertahan beberapa saat
oleh tumbuh-tumbuhandan yang kemudian jatuh ke permukaan tanah. Kemudian
sebagian air akan bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah bebatuan
(infiltrasi) dan sebagiannya lagi akan mengalir di atas permukaan tanah (aliran
permukaan surface run off). Air permukaan yang mengalir maupun tergenang
(danau, waduk dan rawa) dan sebagian air di bawah permukaan akan terkumpul
dan mengalir dan membentuk sungai dan mengalir ke laut. Proses ini akan terus-
menerus terjadi yang dinamakan siklus hidrologi.
2.2 Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah dimana semua airnya mengalir
ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya dibatasi oleh
batas topografi, berarti ditetapkan berdasarkan pada aliran permukaan, dan bukan
ditetapkan berdasarkan pada aliran permukaan, dan bukan ditetapkan berdasar
pada air bawah tanah karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan
musim dan tingkat kegiatan pemakaian. (Billy Kapantow, 2017).
Sungai adalah massa air yang secara alami mengalir melalui suatu lembah.
Kebanyakan mengalir di permukaan bumi ke tempat yang lebih rendah, sebagian
meresap di bawah permukaan tanah. Alirannya tidak tetap; kadang deras, kadang
lambat, tergantung kemiringan sungai. Alirannya mengikuti saluran tertentu yang
di kanan kirinya dibatasi tebing yang curam ( Trisakti et al, 2008).
Secara umum, daerah aliran sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu
wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung
(igir-igir) yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian
menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Kelestarian DAS dan ekosistem di
dalamnya mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan
alam, karena kerusakan DAS akan mengakibatkan hilangnya kemampuan DAS
untuk menyimpan air, meningkatkan frekuensi banjir tahunan, menurunkan
kuantitas dan kualitas air sepanjang tahun serta meningkatkan erosi tanah dan
sedimentasi. Oleh karena itu, pengelolaan (pemantauan dan pemeliharaan)
kelestarian DAS dan ekosistem di dalamnya sangat dibutuhkan untuk mengurangi
resiko terjadinya bencana banjir ( Trisakti et al, 2008).
Air merupakan sumber daya alam yang memegang peranan penting di
dalam kehidupan umat manusia. Air dimanfaatkan dalam berbagai bidang
kehidupan seperti pertanian, peternakan, perikanan, industri, pariwisata, dan
sebagainya. Fungsi-fungsi strategis tersebut telah menempatkan air sebagai sarana
yang vital dalam kehidupan manusia (Tikno, 2000).
Klasifikasi mutu air menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001,
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, dibagi
menjadi empat kelas :
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan peruntukan lain yang syarat mutu air sama dengan kegunaan
tersebut;
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air yang sama dengan kegunaan tersebut;
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut
Ketersediaan data debit aliran yang panjang dan lengkap sangat
mendukung dalam program perencanaan dan pengelolaan sumberdaya air di suatu
wilayah atau Dearah Aliran Sungai . Data debit tersebut umumnya diturunkan dari
data muka air dengan menggunakan persamaan rating curve yang telah ditetapkan
untuk titik lokasi pengukuran, maka setiap nilai muka air yang telah terukur akan
dapat diketahui besaran debitnya (Tikno, 2000).
Analisis debit aliran merupakan suatu kajian atau telaah data debit yang
diarahkan pada suatu hasil perumusan atau pendekatan potensi sumberdaya air
yang tersedia. Dengan metode ini dapat diketahui gambaran sebaran data baik
nilai besarannya maupun waktu kejadiannya serta probabilitas kejadian yang
diinginkan, seperti: besarnya debit andalan. (Tikno, 2000).
Secara umum ketersediaan air pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS)
dipengaruhi oleh faktor iklim, topografi, geologi, vegetasi dan proses hidrologi.
Namun pemanfaatannya berbeda-beda tergantung dari pemenuhan kebutuhan dari
aktivitas manusia yang berada di dalamnya. Debit aliran sungai atau jumlah air
dalam DAS akan menentukan pemenuhan kebutuhan dari aktivitas manusia. Debit
minimum dapat dimanfaatkan untuk merancang kebutuhan air minimum yang
dapat terpenuhi terutama pada musim kemarau, sedangkan debit maksimum untuk
mengetahui peluang terjadinya banjir. Debit aliran sungai rata-rata tahunan dapat
memberikan gambaran potensi sumber daya air yang dapat dimanfaatkan dari
suatu daerah aliran sungai. Menurut Puslitbangtanak dan Jasa Tirta (2002)
perubahan penggunaan lahan memberikan dampak terhadap peningkatan atau
penurunan debit puncak aliran permukaan ( Niagara et al, 2016).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada tanggal 28 April 2019 di sungai Desa
Pematang Gajah Jambi Luar Kota.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam pratikum ini adalah:
 Patok / kayu ukuran 1,5 m
 Alat tulis
 Tali rapia
 Bola plastic
 Meteran
 Alat tulis
 Lembaran kertas pengamatan
 Stopwatch

3.3 Prosedur Kerja

Siapkan alat yang Letakkan posisi Tandai kayu


akan digunakan kayu menjadi 3 setiap jarak 30 cm
untuk pengukuran barisan penampang
untuk dilakukannya
pengukuran

Hanyutkan bola Ukurlah kedalaman


Lakukan hal yang sungai
plastic sesuai
sama hingga menggunakan kayu
dengan arus
menyelesaikan 3 dengan titik yang
dengan 3 kali
barisan penampang telah ditandai
pengulangan setiap
3 barisan

Gambarkan pada
Hitunglah Lakukan kertas millimeter
kecepatan bola perhitungan block dan
plastic pada arus menggunakan excel kumpulkan
sungai & catatlah bersama laporan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Hasil Praktikum


4.1.1 Penampang Sungai
Adapun hasil praktikum penampang sungai dapat dilihat pada tabel dan
gambar penampang melintang (Cross Section) sungai berikut.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Penampang Sungai 1


No. Keterangan Lebar (m) Kedalaman (m) Luas (m2)
1 0-1 0.3 0 0.0135
2 1-2 0.3 0.09 0.0435
3 2-3 0.3 0.2 0.075
4 3-4 0.3 0.3 0.1935
5 4-5 0.3 0.99 0.3165
6 5-6 0.3 1.12 0.351
7 6-7 0.3 1.22 0.3705
8 7-8 0.3 1.25 0.3615
9 8-9 0.3 1.16 0.3405
10 9-10 0.3 1.11 0.3
11 10-11 0.3 0.89 0.243
12 11-12 0.3 0.73 0.177
13 12-13 0.3 0.45 0.0675
14 13-14 0.3 0
Total 4.2 2.853
Rata-Rata 0.67

0
0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 1.8 2.1 2.4 2.7 3 3.3 3.6 3.9
-0.5
Kedalaman

-1

-1.5
Penampang Melintang (Cross Section)
Gambar 1. Penampang Melintang (Cross Section) 1
Tabel 2. Hasil Pengukuran Penampang Sungai 2
No. Keterangan Lebar (m) Kedalaman (m) Luas (m2)
1 0-1 0.3 0 0.03525
2 1-2 0.3 0.235 0.09075
3 2-3 0.3 0.37 0.13305
4 3-4 0.3 0.517 0.1746
5 4-5 0.3 0.647 0.23955
6 5-6 0.3 0.95 0.29925
7 6-7 0.3 1.045 0.34245
8 7-8 0.3 1.238 0.3882
9 8-9 0.3 1.35 0.411
10 9-10 0.3 1.39 0.4335
11 10-11 0.3 1.5 0.4395
12 11-12 0.3 1.43 0.402
13 12-13 0.3 1.25 0.366
14 13-14 0.3 1.19 0.3105
15 14-15 0.3 0.88 0.2385
16 15-16 0.3 0.71 0.195
17 16-17 0.3 0.59 0.1575
18 17-18 0.3 0.46 0.825
19 18-19 0.3 0.09 0.0135
20 19-20 0.3 0
Total 6 4.7526
Rata-rata 0.792
0
0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 1.8 2.1 2.4 2.7 3 3.3 3.6 3.9 4.2 4.5 4.8 5.1 5.4
-0.5

Kedalaman -1

-1.5

-2
Penampang Melintang (Cross Section)

Gambar 2. Penampang Melintang (Cross Section) 2


Tabel 3. Hasil Pengukuran Penampang Sungai 3
No. Keterangan Lebar (m) Kedalaman (m) Luas (m2)
1 1-2 0.3 0 0.0105
2 2-3 0.3 0.07 0.0315
3 3-4 0.3 0.14 0.0615
4 4-5 0.3 0.27 0.0975
5 5-6 0.3 0.38 0.1305
6 6-7 0.3 0.49 0.156
7 7-8 0.3 0.55 0.198
8 8-9 0.3 0.77 0.246
9 9-10 0.3 0.87 0.27045
10 10-11 0.3 0.933 0.27555
11 11-12 0.3 0.904 0.2589
12 12-13 0.3 0.822 0.2403
13 13-14 0.3 0.78 0.23265
14 14-15 0.3 0.771 0.20145
15 15-16 0.3 0.572 0.1071
16 16-17 0.3 0.142 0.0213
17 17-18 0.3 0
Total 5.1 2.5392
Rata-rata 0.497
0
0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 1.8 2.1 2.4 2.7 3 3.3 3.6 3.9 4.2 4.5 4.8
-0.2
Kedalaman
-0.4

-0.6

-0.8

-1
Penampang Melintang (Cross Section)

Gambar 3. Penampang Melintang (Cross Section) 3

4.1.2 Kecepatan Aliran


Adapun hasil praktikum untuk pengukuran debit, dapat diuraikan dengan
rumus debit sebagaimana dalam metodologi praktikum. Data hasil pengukuran
disajikan dalam Tabel 4 berikut :

Tabel 4. Hasil Pengukuran Bola Apung


No Keterangan Waktu (detik) Waktu Kecepatan
rata – rata rata – rata
1 Tepi kanan (1) 16.8
2 Tepi kanan (2) 22.5 19.3333333333
3 Tepi kanan (3) 18.7
4 Tengah (1) 32.2
5 Tengah (2) 33.3 32.7
6 Tengah (3) 32.6
7 Tepi kiri (1) 29.7
8 Tepi kiri (2) 34.1 31.2
9 Tepi kiri (3) 29.8
Rata – rata 27.74444

 Menentukan nilai V
Dalam menentukan nilai V, jarak yang digunakan adalah jarak dari
penampang 1 sampai ke penampang 3, yaitu 5 m. waktu jalan pelampung
yang dipakai adalah waktu jalan pelampung rata-rata, yang diuraikan
sebagai berikut :
Waktu jalan :
1. 16.8 detik 6. 32.6 detik
2. 22.5 detik 7. 29.7 detik
3. 18.7 detik 8. 34.1 detik
4. 32.2 detik 9. 29.8 detik
5. 33.3 detik
Waktu jalan rata-rata = 16.8 + 22.5 + 18.7 + 32.2 + 33.3 + 32.6 + 29.7 +
34.1 + 29.8
= 249.7 / 9
= 27.74444 detik
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑠𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖
V= 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢𝑛𝑔
5
V = 27.74444

V = 0.180216

 Menentukan Koefisien Pelampung


Dalam menentukan nilai K, maka nilai α harus didapatkan terlebih dahulu.
Rumus K dan α adalah sebagai berikut :

K = 1- 0,116 (√1− ∝ −0,1)


𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖 (ℎ)
α= 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖 (𝑑)

 Menentukan nilai α
Kedalaman tangkai (h) = 3 cm 0.03 m
Kedalaman sungai yang dipakai adalah kedalaman sungai dari penampang
1 yaitu 0.09 m, 0,2 m, 0,3 m, 0,99 m, 1,12 m, 1,22 m, 1,25 m, 1,16 m, 1,11
m, 0,89 m, 0,73 m, 0,45 m.
0.03 0.03
1. α = 0.09 = 0.333333 7. α = 1.25 = 0.024
0.03 0.03
2. α = = 0.15 8. α = 1,16 = 0.025862
0.2
0.03 0.03
3. α = = 0.1 9. α = 1,11 = 0.027027
0.3
0.03 0.03
4. α = 0.99 = 0.030303 10. α = 0.89 = 0.033708
0.03 0.03
5. α = 1,12 = 0.026786 11. α = 0,73 = 0.041096
0.03 0.03
6. α = 1,22 = 0.02459 12. α = 0.45 = 0.066667

Maka, nilai α yang digunakan adalah α rata-rata, dimana α rata-rata adalah


sebagai berikut :
α = 0.333333 + 0.15 + 0.1 + 0.030303+ 0.026786 + 0.02459 + 0.024 +
0.025862 + 0.027027 + 0.033708 + 0.041096 + 0.066667
= 0.883372 / 12
α = 0.073614

 Menentukan nilai K
K = 1- 0,116 (√1− ∝ −0,1)
K = 1- 0,116 (√1 − 0.073614 − 0,1)
K = 1- 0.116 (√0.826386)
K = 1- 0.116 × 0.90905775394086
K = 0.894549

 Menentukan nilai Q
Dalam menentukan debit sungai, luas penampang yang dipakai
adalah luas penampang 1 karena pelampung mulai dijalankan dari
penampang 1 sampai ke penampang 3. Pengukuran debit sungai diuraikan
sebagai berikut :
Q=A×K×V
Q = 2.853 × 0.894549 × 0.180216
Q = 0.459939

4.2 Pembahasan
Debit aliran suatu sungai merupakan banyaknya air yang dapat mengalir
dalam satuan volume persatuan wahtu dengan satuan meter kubik per detik (m3/s).
debit aliran merupakan laju aliran air yang melewati suatu penampang meintang
sungai persatuan waktu. Debit aliran dapat dipeengaruhi dengan adanya siklus
hidrologi, salah satunya yaitu hujan. Pada saat intensitas hujan rendah maka debit
aliran air yang terjadi akan kecil sedangkan pada kondisi intensitas hujan yang
tinggi debit aliran akan menjadi semakin besar, sehingga besar kecilya debit aliran
dapat mempengaruhi sedimentasi yang terjadi pada hulu DAS sungai tersebut.
Pada pratikum yang telah dilakukan pengukuran debit aliran sungai
menggunakan cara meteran dan pelampung bola plastic. Tentu ada perbedaan
antara kedua pelaksanaan tersebut, pada pelaksanaan yang dilakukan
menggunakan meteran pengukuran hanya menggunakan tongkat dan menarik
meteran yang diukur dari penempatan kedalaman sungai hingga permukaan
sungai. Kedalaman sungai menyatakan dimana letak dasar perairan dan suatu hal
yang harus diperhatikan. Kedalaman sungai adalah jarak vertical dari permukaan
sampai ke dasar perairan yang biasanya dinyatakan dalam meter (Ghalib,1996).

4.2.1 Profil / Penampang Melintang Sungai (cross section)


Penampang melintang yang diukur diberi jarak setiap 5 m dari tiap
kelompok. Bagian sugai dengan panjang 5 m tersebut dibagi menjadi 3 ulangan
(Cross section 1 (CS1), Cross section 2 (CS2), dan Cross section 3 (CS3)). Lebar
dari penampang yang akan diukur diberi tali sebagai penanda dan dibagi tiap 30
cm sehingga terdapat 14 titik dan 13 segmen pada CS1. Pada CS2 terdapat 20
titik dan 19 segmen. Sementara pada CS3 terdapat 18 titik dan 17 segmen.
Seperti yang terdapat pada gambar 1, 2 dan 3.
Pada gambar 1, CS1 terlihat memiliki dasar sungai yang berbeda. Ada
yang terlihat dangkal dan ada yang terlihat lebih dalam. Hal ini dapat diasumsikan
oleh adanya sedimen-sedimen seperti pasir yang menumpuk di bagian tepi sungai,
lalu tetap tertahan disana karena adanya berbagai jenis tanaman air yang tumbuh.
Sesuai dengan pernyataan Pangestu (2013), bahwa jika sedimentasi terjadi maka
perubahan kedalaman (pendangkalan) akan terjadi dan dapat meningkatkan
potensi terajadinya banjir. Pada gambar 2 dan 3, dasar sungai pada CS2 dan CS3
terlihat tidak jauh berbeda. Dibandingkan pada CS1, CS2 dan CS3 terlihat
memiliki lebih sedikit sedimen yang menumpuk di dasar sungai.
Berdasarkan hasil pada tabel 1, dilakukan pengukuran kedalaman pada
tiap-tiap titik. Sehingga didapatlah kedalaman rata-rata 0.67 m untuk CS1, lalu
0.79 m untuk CS2, dan 0.49 m untuk CS3. Angka pada CS2 menunjukkan bahwa
pada penampang melintang 2 memiliki kedalaman yang lebih dibandingkan
penampang melintang 1 dan 3. Sedangkan lebar masing-masing cross section
juga terlihat berbeda dan semakin mengecil, dimana CS1 memiliki lebar sungai
4.2 m, CS2 memiliki lebar sungai 6 m, dan CS3 memiliki lebar sungai sebesar 5.1
m. Angka-angka tersebut menggambarkan bahwa penampang sungai semakin
menyempit.
Luas penampang sungai keseluruhan (Atotal) didapat dari penjumlahan luas
setiap segmen. Seperti yang ditunjukkan pada tabel 3,4, dan 5, CS1 memiliki luas
yang sedang yaitu 2.853 m2. CS2 memiliki luas yang paling kecil dengan 4.7526
m2 dan CS3 memiliki luas yang paling besar yaitu 2.5392 m2 akibat memiliki
kedalamannya yang cukup dalam meski memiliki lebar yang paling kecil.

4.2.2 Kecepatan Aliran Sungai


Pengukuran ini dilakukan dengan metode apung dimana praktikan
menggunakan bola plastik yang diisi sedikit air sebagai pelampung. Tinggi air
yang berada di dalam pelampung yaitu sekitar 0.03 m. Lama pelampung mengalir
di permukaan air sepanjang 5 m dihitung waktunya untuk mendapatkan kecepatan
rata-rata aliran arus sungai seperti yang terlihat pada tabel 4.
Berdasarkan data pada tabel 4, dari 3 jalur dan 3x ulangan pada masing-
masing jalur, didapatkan waktu rata-rata aliran sungai dalam mengalirkan
pelampung yaitu ±27.74444 s. Waktu yang ditempuh pelampung untuk sampai ke
finish terlihat lebih lambat pada jalur tepi kanan (dengan waktu 19.33 s)
dibandingkan pada tengah (dengan waktu 32.7 s) maupun tepi kiri sungai (dengan
waktu 31.2 s). Hal ini dikarenakan semakin ke tengah maka dasar sungai akan
semakin dalam. Semakin dalam dasar sungai maka volume air yang mengalir
semakin besar sehingga kecepatan aliran air di bagian tengah sungai lebih cepat.
Dalam jarak 5 m, maka kecepatan rata-rata aliran sungai yaitu ± 0.180216 m/s.
Hasil ini dapat membuktikan bahwa setiap sungai memiliki kecepatan aliran yang
berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain bentuk aliran
sungai, panjang sungai, geometri saluran penampang, dan faktor lainnya.
4.2.3 Debit Aliran Sungai
Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang
melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu, dengan satuan
meter kubik per detik (m3/s). Metode yang paling umum diterapkan untuk
mngetahui suatu besaran debit sungai yaitu dengan metode profil / penampang
melintang sungai (cross section). Metode ini merupakan hasil kali antara luas
penampang vertikal sungai dengan kecepatan aliran air yang ada di sungai.
Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan, maka diketahui besarnya debit
sungai yaitu ± 0.45 m3/s. Sungai ini tergolong memiliki debit yang rendah. Besar
kecilnya debit aliran sungai memang memiliki hubungan yang erat dengan luas
penampang melintang sungai (cross section). Semakin kecil luas penampang
melintang sungai maka akan semakin kecil debit aliran sungai, namun bila
penampang melintang semakin luas maka debit yang dihasilkan juga semakin
besar.
Selain faktor fisik sungai, debit aliran sungai juga tergantung pada
intensitas hujan dan kondisi tanah saat itu. Bila tanah dalam kondisi basah atau
jenuh air kemudian terjadi hujan, maka kenaikan debit akan signifikan mesti
intensitas hujan tidak terlalu besar. Selain faktor tersebut, keadaan tutupan lahan,
intersepsi, dan evapotranspirasi dapat mempengaruhi nilai suatu debit.
Untuk pengklasifikasan, sungai ini belum dapat diklasifikasikan
berdasarkan debit air nya sebab data yang diperoleh hanya berdasarkan 1x
pengamatan. Untuk mengetahui apakah sungai ini termasuk jenis sungai
permanen, sungai periodik, maupun sungai episodik, perlu dilakukan pengukuran
lebih lanjut pada 2 musim (musim kemarau dan musim hujan). Namun menurut
Kern (1994), sungai ini dapat digolongkan sebagai sungai kecil karena memiliki
lebar sungai ± 1-10 m.
Hal ini karena karakteristik sungai yang tidak beraturan, baik dari segi
kedalaman, banyaknya sampah, dan terjadi turbulen sehingga menghambat
jalannya waktu tempuh pelampung sehingga diperoleh kecepatan aliran yang
kecil. Kecepatan aliran berbanding lurus dengan besarnya debit dimana semakin
besar kecepatan aliran air maka semakin besar debit air yang dihasilkan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengukuran debit air dengan pelampung menghasilkan
sebesar 0.459939 m3/s
2. Nilai pengukuran dengan pelampung lebih kecil. Hal ini karena
karakteristik sungai yang tidak beraturan, baik dari segi kedalaman,
banyaknya sampah, dan terjadi turbulen.
3. Kecepatan aliran berbanding lurus dengan besarnya debit dimana semakin
besar kecepatan aliran air maka semakin besar debit air yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA

Kapantow, B. 2017. “Analisis Debit Dan Tinggi Muka Air Sungai Paniki Di
Kawasan Holland Village”. Jurnal Sipil Statik. Vol.5 (1): 21-29.

Niagara, R., Y. Purwanto dan Y. Suharnoto. 2016. “Analisis Debit Air Dan
Airtanah Dangkal Daerah Aliran Sungai (Das) Prumpung, Kabupaten
Tuban”. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Vol. 6
(1): 20-30.

Tikno, S. 2000. “Analisis Debit Di Daerah Aliran Sungai Batanghari Propinsi


Jambi”. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca. Vol. 1 (1): 101-108.

Trisakti, B., K. Teguh dan Susanto. 2008. “Kajian Distribusi Spasial Debit Aliran
Permukaan Di Daerah Aliran Sungai (Das) Berbasis Data Satelit
Penginderaan Jauh”. Jurnal Penginderaan Jauh. Vol. 5: 45-55.

Anda mungkin juga menyukai