Anda di halaman 1dari 43

Materi Diklat

Evaluasi Dokumen AMDAL Pertambangan

ASPEK LINGKUNGAN DALAM


AMDAL PERTAMBANGAN

Oleh : Agus Hendratno


Departemen Teknik Geologi FT UGM Yogyakarta
• Analisis mengenai dampak lingkungan hidup adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan
• Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia,
dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain
• Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi
kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian
lingkungan hidup
• Kegiatan pertambangan merupakan upaya untuk mengambil bahan
galian berharga dari lapisan bumi ;
• Mekanisasi peralatan pertambangan telah menyebabkan skala
pertambangan semakin besar
• Perkembangan teknologi pengolahan menyebabkan ekstraksi bijih
kadar rendah menjadi lebih ekonomis -- kegiatan pertambangan
semakin luas
FREKUENSI DAMPAK LINGKUNGAN KEGIATAN PERTAMBANGAN

Sumber : US-EPA (Environment al Protection Agency), 1995 dengan 66 kegiatan pertambangan


Isu-Isu Lingkungan Akibat Kegiatan
Pertambangan
Kegiatan pertambangan, selain menimbulkan dampak
lingkungan, ternyata menimbulkan dampak sosial yang komplek.
Oleh sebab itu, AMDAL suatu kegiatan pertambangan harus
dapat menjawab dua tujuan pokok (World Bank, 1998):
• Memastikan bahwa biaya lingkungan, sosial dan kesehatan
dipertimbangkan dalam menentukan kelayakan ekonomi dan
penentuan alternatif kegiatan yang akan dipilih.
• Memastikan bahwa pengendalian, pengelolaan, pemantauan
serta langkah-langkah perlindungan telah terintegrasi di
dalam desain dan implementasi proyek serta rencana
penutupan tambang.
United Nation Environment Programe (UNEP, 1999) menggolongkan dampak-
dampak yang timbul dari kegiatan pertambangan :

Sumber : Balkau F dan Parsons A, 1999


Ruang Lingkup Kegiatan Pertambangan
1. Eksplorasi
2. Ekstraksi dan pembuangan limbah batuan
3. Pengolahan bijih dan operasional
4. Penampungan tailing, pengolahan dan pembuangannya
5. Pembangunan infrastruktur, jalan akses dan sumber energi
6. Pembangunan kamp kerja dan kawasan permukiman
EKSPLORASI
Kegiatan eksplorasi tidak termasuk kedalam kajian studi
AMDAL karena merupakan rangkaian kegiatan survey
dan studi pendahuluan yang dilakukan sebelum
berbagai kajian kelayakan dilakukan
EKSTRAKSI & PEMBUANGAN LIMBAH BATUAN

• Diperkirakan lebih dari 2/3 kegiatan ekstaksi bahan mineral di


dunia dilakukan dengan pertambangan terbuka. Teknik tambang
terbuka biasanya dilakukan dengan open-pit mining, strip
mining, dan quarrying, tergantung pada bentuk geometris
tambang dan bahan yang digali.
• Ekstrasi bahan mineral dengan tambang terbuka sering
menyebabkan terpotongnya puncak gunung dan menimbulkan
lubang yang besar. Salah satu teknik tambang terbuka adalah
metode strip mining
• Kegiatan ekstraksi menghasilkan limbah dan produk samping
dalam jumlah yang sangat banyak. Total limbah yang diproduksi
dapat bervariasi antara 10 % sampai sekitar 99,99 % dari total
bahan yang ditambang.
• Limbah utama yang dihasilkan adalah batuan penutup dan
limbah batuan. Batuan penutup (overburden) dan limbah batuan
adalah lapisan batuan yang tidak mengandung mineral, yang
menutupi atau berada diantara zona mineralisasi atau batuan
yang mengandung mineral dengan kadar rendah sehingga tidak
ekonomis untuk diolah.
• Batuan penutup umumnya terdiri dari tanah permukaan dan
vegetasi sedangkan batuan limbah meliputi batuan yang
dipindahkan pada saat pembuatan terowongan, pembukaan dan
eksploitasi singkapan bijih serta batuan yang berada bersamaan
dengan singkapan bijih
Hal-hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian di dalam
hal menentukan besar dan pentingnya dampak lingkungan
pada kegiatan ekstraksi dan pembuangan limbah :
1.Luas dan kedalaman zona mineralisasi
2.Jumlah batuan yang akan ditambang dan yang akan
dibuang yang akan menentukan lokasi dan desain
penempatan limbah batuan.
3.Kemungkinan sifat racun limbah batuan
4.Potensi terjadinya air asam tambang
5.Dampak terhadap kesehatan dan keselamatan yang
berkaitan dengan kegiatan transportasi, penyimpanan
dan penggunaan bahan peledak dan bahan kimia racun,
bahan radio aktif di kawasan penambangan dan
gangguan pernapasan akibat pengaruh debu.
6. Sifat-sifat geoteknik batuan dan kemungkinan untuk
penggunaannya untuk konstruksi sipil (seperti untuk landscaping,
dam tailing, atau lapisan lempung untuk pelapis tempat
pembuangan tailing).
7. Pengelolaan (penampungan, pengendalian dan pembuangan)
lumpur (untuk pembuangan overburden yang berasal dari sistem
penambangan dredging dan placer).
8. Kerusakan bentang lahan dan keruntuhan akibat penambangan
bawah tanah.
9. Terlepasnya gas methan dari tambang batubara bawah tanah.

Dampak potensial yang timbul sebagai akibat kegiatan ini akan


berpengaruh terhadap komponen lingkungan seperti kualitas air
dan hidrologi, flora dan fauna, hilangnya habitat alamiah, pemindahan
penduduk, hilangnya peninggalan budaya atau situs-situs keagamaan
dan hilangnya lahan pertanian serta sumberdaya kehutanan.
Pengolahan Bijih dan Operasional Pabrik Pengolahan

• Tergantung pada jenis tambang, pengolahan bijih pada umumnya


terdiri dari proses benefication – dimana bijih yang ditambang diproses
menjadi konsentrat bijih untuk diolah lebih lanjut atau dijual langsung,
diikuti dengan pengolahan metalurgi dan refining.
• Proses benefication umumnya terdiri dari kegiatan persiapan,
penghancuran dan atau penggilingan, peningkatan konsentrasi dengan
gravitasi atau pemisahan secara magnetis atau dengan menggunakan
metode flotasi (pengapungan), yang diikuti dengan pengawaairan
(dewatering) dan penyaringan.
• Hasil dari proses ini adalah konsentrat bijih dan limbah dalam bentuk
tailing dan serta emisi debu. Tailing biasanya mengandung bahan
kimia sisa proses dan logam berat
• Pengolahan metalurgi bertujuan untuk mengisolasi logam dari
konsentrat bijih dengan metode pyrometallurgi, hidrometalurgi atau
elektrometalurgi baik dilaku-kan sebagai proses tunggal maupun
kombinasi. Proses pyrometalurgi seperti roasting (pembakaran) dan
smelting menyebabkan terjadinya gas buang ke atmosfir (sebagai
contoh, sulfur dioksida, partikulat dan logam berat) dan slag.
• Metode hidrometalurgi pada umumnya menghasilkan bahan
pencemar dalam bentuk cair yang akan terbuang ke kolam
penampung tailing jika tidak digunakan kembali (recycle). Angin
dapat menyebarkan tailing kering yang menyebabkan terja-
dinya pencemaran udara.
• Pengangkutan, penyimpanan, penggunaan, dan pembuangannya
memerlukan pengawasan ketat untuk mencegah terjadinya gangguan
terhadap kesehatan dan keselamatan serta mencegah pencemaran ke
lingkungan.
• Proses pengolahan batu bara pada umumnya diawali oleh pemisahan
limbah dan batuan secara mekanis diikuti dengan pencucian batu bara
untuk menghasilkan batubara berkualitas lebih tinggi. Dampak
potensial akibat proses ini adalah pembuangan batuan limbah dan
batubara tak terpakai, timbulnya debu dan pembuangan air pencuci.
• Dampak potensial yang timbul sebagai akibat kegiatan ini akan
berpengaruh terhadap komponen lingkungan seperti kualitas air dan
hidrologi, flora dan fauna, hilangnya habitat alamiah, pemindahan
penduduk, hilangnya peninggalan budaya atau situs-situs keagamaan
dan hilangnya lahan pertanian serta sumberdaya kehutanan.
Karakteristik Proses dan Limbah Kegiatan Pertambangan

Sumber : Environmental Protention Agency (EPA)/310-R-95-008, 1995


Penampungan Tailing, Pengolahan dan
Pembuangan

• Pengelolaan tailing merupakan salah satu aspek kegiatan


pertambangan yang menimbulkan dampak lingkungan
sangat penting. Tailing biasanya berbentuk lumpur dengan
komposisi 40-70% cairan.
• Kegagalan desain dari sistem penampungan tailing akan
menimbulkan dampak yang sangat besar, dan dapat
menjadi pusat perhatian media serta protes dari berbagai
lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Isu-isu penting yang perlu dipertimbangkan dalam evaluasi
alternatif pembuangan tailing meliputi :
1. Karakteristik geokimia area yang akan digunakan sebagai
tempat penimbunan tailing dan potensi migrasi lindian dari
tailing.
2. Daerah rawan gempa atau bencana alam lainnya yang
mempengaruhi keamanan lokasi dan desain teknis .
3. Konflik penggunaan lahan terhadap perlindungan ekologi
peninggalan budaya, pertanian serta kepentingan lain
seperti perlindungan terhadap ternak, binatang liar dan
penduduk local.
4. Karakteristik kimia pasir, lumpur, genangan air dan
kebutuhan untuk pengolahannya.
5. Reklamasi setelah pasca tambang.
Sumber : PT. Freeport Indonesia, 1998

Kerusakan ekosistem hutan akibat pembuangan tailing


Kerusakan ekosistem hutan akibat kegiatan pertambangan
Kerusakan lingkungan akibat aktivitas pengolahan padakegiatan pertambangan
Air Asam Tambang (AAT)
Air Asam Tambang (AAT) adalah produk yang terbentuk akibat oksidasi
mineral yang mengandung besi-sufur, seperti: pyrite (FeS2) dan pyrrhotite
(FeS) oleh oksidator yang berasal dari atmosphere (misalnya; air, oksigen
dan karbon dioksida) dengan bantuan katalis bakteri Thiobacillus fero-
oxidans dan produk-produk lain yang terbentuk sebagai akibat dari reaksi
oksidasi tersebut.
Air asam tambang yang tidak dikelola dengan baik menyebabkan dua
dampak lingkungan yang utama yaitu :
1. Turunnya pH, terjadinya pengasaman yang disebabkan oleh asam
sulfat
2. Terlarutnya logam berat yang disebabkan oleh ion besi.

Perlu diperhatikan agar dua dampak ini dilihat sebagai 2 efek yang
terpisah, karena dampaknya terhadap lingkungan yang sangat
berbeda, dan juga karena proses terjadinya air asam tambang dan
terlarutnya logam berat merupakan proses yang terpisah.
Kegiatan pertambangan batubara : pH, TSS, Fe, Mn. (KepMen LH
no.113 th.2003 : Baku mutu air limbah bagi usaha pertambangan
batubara.
Kegiatan pertambangan bijih emas dan tembaga : pH, TSS, As, Cd, Cr,
Cu, Pb, Hg, Ni, Zn. (KepMen LH no.202 th 2004 : Baku mutu air limbah
bagi usaha pertambangan bijih emas dan tembaga).
Pembangunan Infrastruktur, Jalan
Akses dan Pembangkit Energi

Kegiatan pembangunan infrastruktur meliputi


pembuatan akses di dalam daerah tambang,
pembangunan fasilitas penunjang pertambangan,
akomodasi tenaga kerja, pembangkit energi baik untuk
kegiatan konstruksi maupun kegiatan operasi dan
pembangunan pelabuhan. Termasuk dalam kegiatan ini
adalah pembangunan sistem pengangkutan di kawasan
tambang (misalnya : crusher, ban berjalan, rel kereta,
kabel gantung, sistem perpipaan untuk mengangkut
tailing atau konsentrat bijih).
Dampak lingkungan, sosial dan kesehatan yang ditimbulkan oleh
kegiatan ini dapat bersifat sangat penting dan dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai berikut :
1. Letak dan lokasi tambang terhadap akses infrastruktur dan
sumber energi.
2. Jumlah kegiatan konstruksi dan tenaga kerja yang diperlukan
serta tingkat migrasi pendatang.
3. Letak kawasan konsensi terhadap kawasan lindung dan habitat
alamiah, sumber air bersih dan badan air, pemukiman
penduduk setempat dan tanah yang digunakan oleh masyarakat
adat.
4. Tingkat kerawanan kesehatan penduduk setempat dan pekerja
terhadap penyakit menular seperti malaria, AIDS,
schistosomiasis.
Pembangunan Kamp Kerja dan
Kawasan Permukiman

• Kebutuhan tenaga kerja dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk kegiatan


pertambangan seringkali tidak dapat dipenuhi dari penduduk setempat.
Tenaga kerja trampil perlu didatangkan dari luar, dengan demikian
diperlukan pembangunan infrastruktur yang sangat besar.
• Jika jumlah sumberdaya alam dan komponen-komponen lingkungan
lainnya sangat terbatas sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan
pendatang, sumberdaya alam akan mengalami degradasi secara cepat.
• Terjadi konflik sosial karena persaingan pemanfaatan sumber daya alam.
Sebagai contoh, kegiatan pertambangan seringkali dikaitkan dengan
kerusakan hutan, kontaminasi dan penurunan penyediaan air bersih,
musnahnya hewan liar dan perdagangan hewan langka, serta penyebaran
penyakit menular.
DECOMISSIONING & PENUTUPAN TAMBANG

• Setelah ditambang selama masa tertentu cadangan bijih


tambang akan menurun dan tambang harus ditutup karena
tidak ekonomis lagi.
• Kegiatan Reklamasi harus merupakan kegiatan yang terus
menerus dan berlanjut sepanjang umur pertambangan
• Penentuan tataguna lahan pasca tambang sangat tergantung
pada berbagai faktor antara lain potensi ekologis lokasi
tambang dan keinginan masyarakat serta pemerintah. Bekas
lokasi tambang yang telah direhabilitasi harus dipertahankan
agar tetap terintegrasi dengan ekosistem bentang alam
sekitarnya.
Isu-isu yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan rencana reklamasi
meliputi :
1. stabilitas jangka panjang, penampungan tailing, kestabilan lereng dan
permukaan timbunan
2. keamanan tambang terbuka, longsoran, pengelolaan B3 dan bahaya
radiasi
3. karakteristik fisik kandungan bahan nutrient dan sifat beracun tailing
atau limbah batuan yang dapat berpengaruh terhadap kegiatan
revegetasi
4. potensi terjadinya AAT dari bukaan tambang yang terlantar,
pengelolaan tailing dan timbunan limbah batuan (sebagai akibat
oksidasi sulfida yang terdapat dalam bijih atau limbah batuan)
5. potensi timbulnya gas metan dan emisinya dari tambang batubara
6. biaya untuk rehabilitasi selama kegiatan pertambangan dan pasca
tambang
• Aspek sosial ekonomi selama tahap decomisioning juga
perlu diperhatikan khususnya eksistensi dan daya tahan
ekonomi masyarakat setempat yang tergantung pada
kegiatan pertambangan.
• hilangnya pendapatan, kelanjutan penyediaan fasilitas
sosial seperti sarana air bersih, air limbah, listrik dan
pelayanan kesehatan menjadi tidak jelas.
• Fasilitas sosial ini biasanya disediakan langsung oleh
industri pertambangan. Dengan selesainya kegiatan
pertambangan, perlu diperjelas institusi yang akan
mengelolan fasilitas sosial tersebut.
ANALISIS ALTERNATIF
• Analisa alternatif tambang pada umumnya sangat dibatasi oleh lokasi
zona mineralisasi yang tetap dan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan
pasar atas logam mulia dan mineral yang ditambang.
• Analisis alternatif didalam AMDAL kegiatan pertambangan hendaknya
mempertimbangkan :
1. metode penambangan dan proses yang digunakan
2. pilihan pengangkutan tailing dan bijih (conveyor, jalan, rel, sistem
pipa)
3. sumber air dan sistim manajemen air
4. alternatif pengelolaan tailing
5. lokasi pabrik pengolahan, lokasi penimbunan tailing, lokasi
penimbunan limbah, lokasi bangunan base camp, lokasi
pemukiman karyawan, sumber energi dan rute akses jalan
ASPEK SOSIAL EKONOMI

Isu-isu sosial ekonomi kegiatan pertambangan antara lain :


• Kompensasi kehilangan lahan dan akses sumberdaya alam dan juga
potesi kehilangan ekonomis dan gangguan terhadap kehidupan
budaya.
• Pengelolaan dampak yang berkaitan dengan operasi pertambangan
seperti: masuknya pendatang baru yang berpotensi menimbulkan
ketidakseimbangan penda-patan, komsumsi air bersih, dan terjadinya
persaingan yang disebabkan pemakaian air bersih dan sumberdaya
alam lain yang dipergunakan bersama.
• Tuntutan untuk melaksanakan program community development
pengembangan kesempatan kerja dan mekanisme untuk
mendistribusikan keuntungan sosial secara lebih luas diantara
masyarakat lokal.
DAMPAK KEGIATAN
PERTAMBANGAN
TERHADAP EKOSISTEM
• Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup
yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan
saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan
hidup.
• Berdasarkan fungsinya dalam ekosistem terjadi
proses-proses yang cukup dinamis yang melibatkan
adanya aliran energi dan daur materi.
FUNGSI EKOSISTEM
• Fungsi informasi : yaitu kemampuan ekositem menjadi sumber
informasi genetis, misalnya sebagai sumber untuk bibit
tanaman, bahan obat-obatan dan keperluan ilmu pengetahuan
lainnya
• Fungsi pemelihara yang meliputi kemampuan memurnikan
udara, air serta kemampuan memelihara dan melindungi tanah
(terjadinya daur materi atau daur bio geokimiawi).
• Fungsi produksi (kemampuan mempoduksi) dari komponen
biotiknya, misalnya hutan sebagai penghasil kayu dan penghasil
oksigen (O2), kemampuan memproduksi kayu, atau produksi
ikan dari ekosistem perairan.
Secara biologis, dampak kegiatan pertambangan terhadap ekosistem
secara umum dikenali dari meningkat atau menurunnya atau hilangnya
fungsi ekosistem yang meliputi :
1. Hilangnya fungsi informasi : yaitu kemampuan ekositem menjadi
sumber informasi genetis, misalnya sebagai sumber untuk bibit
tanaman, bahan obat-obatan dan keperluan ilmu pengetahuan
lainnya
2. Berkurang atau bahkan hilangnya fungsi pemelihara yang
meliputi kemampuan memurnikan udara, air serta kemampuan
memelihara dan melindungi tanah (terganggunya daur bio
geokimiawi).
3. Berkurangnya atau bahkan hilangnya fungsi produksi
(kemampuan berpoduksi) dari komponen biotik, misalnya hutan
sebagai penghasil kayu dan oksigen akan berkurang kemampuan
memproduksi kayu, menghasilkan Oksigen atau hilangnya produksi
ikan dari ekosistem perairan
EKOSISTEM PERAIRAN
• Dampak kegiatan pertambangan terhadap ekosistem perairan secara umum
sangat berhubungan dengan macam kegiatan di ekosistem darat dan waktu
(musim) yang berhubungan dengan proses transfer materi ke badan
perairan yang akan berpengaruh pada kualitas perairan.
• Komponen yang paling berpengaruh adalah sedimentasi dan materi organik
yang terbawa ke badan perairan.
• komponen sedimentasi dan materi organik akan mempengaruhi : 1). Kondisi
fauna akuatik (dinyatakan dengan produktivitas) seperti Biomasa (ikan,
udang, plankton); Keragaman jenis (plankton, bentos, ikan) per satuan unit
perairan. 2). Kondisi flora perairan meliputi Biomasa, produktivitas perairan
(fitoplankton) dan Keragaman tumbuhan tepi perairan
FLORA DAN FAUNA TERESTIAL

• Kegiatan pertambangan di ekosistem terestrial salah satu contohnya


adalah proses pembukaan lahan di suatu area untuk dijadikan area
pertambangan.
• Proses pembukaan hutan akan menghilangkan vegetasi termasuk
pohon semak dan rumput dari area tersebut yang berarti akan
memindahkan atau mengubah materi yang ada (peningkatan kondisi
suhu).
• Perubahan dalam skala biotik adalah hilang atau berkurangnya
komponen biotik atau keragaman hayati di area pertambangant atau
berpindahnya populasi-populasi hewan dari area pertambangan.
• Kegiatan pembersihan lahan (“land clearing”) berdampak langsung
terhadap flora dan fauna, maka dampak yang terjadi sudah jelas
karena flora dan fauna dengan sengaja dihilangkan.
Akibat dari kegiatan pertambangan berdampak pada
perubahan yang dapat berupa:
• Aksesibilitas: Migrasi hewan dan daerah edar dimana hewan
melakukan aktivitas akan terganggu; tempat pertemuan atau
perkawinan, tempat bertelur tidak bisa dicapai.
• Habitat menjadi tidak cocok atau tak dapat ditempati, misalnya
penurunan kelimpahan makanan bagi hewan, hilangnya flora
menyebabkan kenyamanan terganggu (bising) dan faktor fisika-
kimia lainnya.
• Interaksi spesies menjadi terganggu, seperti : pemangsaan
(hubungan mangsa – pemangsa); parasitisasi (parasit - inang);
penyakit (flora fauna penyebab penyakit); persaingan (flora
fauna kompetitor); mutualisme (flora fauna saling
menguntungkan).
LANGKAH-LANGKAH MEMPERKECIL DAMPAK
1. Ekosistem
 Membangun kolam sedimentasi yang cukup untuk
mengurangi sedimen berpindah ke luar lokasi kegiatan
 Membangun pencegahan luapan dan rencana
pemantauan untuk mengurangi bahan
beracun/berbahaya ke perairan umum
 Penempatan fasilitas pendukung secara tepat dan baik
untuk mengurangi gangguan fisik hutan dan akses
kedalam hutan tanpa izin
2. Lokasi penambangan
 Mendaur ulang air yang digunakan dalam
pemrosesan mineral
 Mengontrol air larian dan air permukaan
 Mengolah air sebelum dibuang
 Membersihkan sisa2 peledakan
 Merencanakan pengelolaan air tambang pasca
penambangan
 Memantau buangan air permukaan dan
kualitas air tanah
 Membuat unit2 penyimpanan air tambang
untuk memaksimalkan pengisian kembali air
tanah
3. Penambangan batuan buangan
 Menimbun kembali bekas galian dengan batuan buangan
 Memaksimalkan penggunaan batuan penutup untuk
kegiatan reklamasi
 Memantau perembesan, aliran dan air larian
 Memisahkan dan menutup batuan buangan yang reaktif
dengan bahan non reaktif untuk mencegah batuan
pembawa asam
 Menggunakan limbah batuan untuk keperluan
pembangunan
 Menyiapkan pematang bendungan pembuangan yang baik
untuk mengurangi potensi longsor
 Pengendalian aliran air untuk mengurangi perembesan ke
dalam penimbunan batuan buangan
 Mengelola air sebelum dibuang selama penambangan dan
pasca penutupan
4. Manfaat kolam limbah
 Merancang kolam limbah agar mampu menampung secara
maksimal pada waktu terjadi badai kondisi ekstrim
 Mengalihkan aliran air permukaan dari sekitar kolam limbah
menggunakan bahan pelapis alami atau sintetik untuk dasar
kolam danlubang pengumpul di sekitar aliran
 Memaksimalkan daur ulang air limbah
 Membatasi reagen untuk pengolahan mineral dengan
penggunaan sedikit mungkin
 Membangun secara baik pematang paritan
 Mempersiapkan cadangan pengendali limbah berupa saluran
pipa
 Memantau batuan pembawa asam dan pengolahan air
selama penambangan dan setelah penutupan tambang
 Mengumpulkan dan menangani air larian dan rembesan dari
sekitar kolam limbah

Anda mungkin juga menyukai