Gambar 6.1
Siklus Hidrologi
Pada umumnya proses yang berkaitan dengan daur air mempunyai sifat
periodik terhadap ruang dan waktu dan tergantung pada pergerakan bumi terhadap
matahari serta rotasi bumi pada porosnya. Desa Muara Kembang, Kecamatan Sanga-
sanga, Kabupaten Kutai Karta Negara, Kalimantan Timur memiliki iklim tropis yang
ditandai dengan adanya pergantian dua musim, yaitu musim hujan dan musim
kemarau.
Upaya penyaliran air menuju sumuran akan mencegah genangan air di daerah
penggalian atau front kerja. Air yang berada pada front kerja akan mengganggu
kegiatan penambangan bauksit yang direncanakan. Gangguan ini dapat berupa
kurangnya kekuatan material karena adanya air di front kerja atau dapat
menyebabkan kondisi kerja yang tidak aman. Maka air yang datang dan masuk ke
dalam area tambang akan dialirkan menuju setlling pond dan dataran yang paling
rendah.
Intensitas hujan diperlukan untuk menentukan besarnya debit atau kapasitas
pompa dengan asumsi bahwa dalam satu hari terdapat satu jam hujan. Klasifikasi
curah hujan berdasarkan intensitas dapat dilihat di tabel berikut
Klasifikasi Curah Curah Hujan (mm)
Hujan 1 jam 24 jam
Tabel 6.1
Klasifikasi Curah Hujan Berdasarkan Intensitas Curah Hujan
6.2 Morfologi
Morfologi daerah penelitian secara umum berupa perbukitan sedang terjal.
Perbukitan umumnya memanjang Timur laut Barat daya sesuai dengan pola
kelurusan regional yang diasumsikan sebagai jalur sesar dan sumbu lipatan.
Ketinggian topografi berkisar antara 15 40 m diatas permukaan laut.
Daerah penelitian dekat dengan sumbu antiklin dengan jurus lapisan berarah Timur
laut Tenggara dan kemiringan kearah Barat Baratdaya. Dataran umumnya berupa
lembah, dan memiliki lithologi sama dengan daerah perbukitan, dan morfologi
dataran dimana pada daerah rendahan umumnya berupa rawa-rawa yang mana cukup
banyak tersebar di lokasi penyelidikan.
Batuan morfologi ini menempati sekitar 55% dari luas daerah penyelidikan
dengan sebagian besar adalah berupa rawa-rawa terutama di bagian Timur, rawa rawa
menyebar cukup luas sampai ke Delta Mahakam. Vegetasi yang ada sebagian besar
adalah tumbuhan khas rawa seperti nipah dan semak- semak rawa. Selain itu pada
morfologi ini juga terdapat rawa-rawa musiman dimana diwaktu musim kemarau
ditumbuhi oleh ilalang sedangkan pada waktu musim hujan di genangi air, elevasi
berkisar antara 0 meter dpl sampai 2 meter dpl. Sungai sungai yang di temui
umumnya hanya mengalir pada waktu hujan deras.
Sistem ini cukup ideal diterapkan pada tambang terbukaopen cast atau kuari.
Parit dibuat berawal dari sumber mata air atau air limpasan menuju suatu kolam
penampung atau langsung ke sungai alam yang sudah ada atau diarahkan ke
selokan (riool)jalan tambang utama. Jumlah parit itu disesuaikan dengan
kebutuhan, sehingga mungkin bisa lebih dah satu. Apabila oparit terpaksa harus
dibuat melatui lalulintas tambang, maka dapat dipasang gorong-gorong (culvert)
yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit diukur berdasarkan volume
maksimum pada saat musim penghujan deras dengan memperhitungkan
kemiringan lereng. Bentuk standar penampang melintang parit umumnya
trapesium dengan kemiringan dindingnya 1 : 1 atau 450.
Paritan kadang-kadang juga dapat diterapkan pada tambang terbuka open pit
apabila situasinya memungkinkan. Sasaran akhir parit adalah kolam atau sump
yang akan menampung air sementara sebelum dipompakan ke permukaan atau
diaiirkan ke sistem adit. Pada dasamya pembuatan parit ini cukup mudah dan
murah.
Pada tambang terbuka open cast. Disamping cara paritan, ada pula suatu cara
untuk menampung air tambang, yaitu denganmembuat sumur gali yang diperkuat
oleh adukan semen. Sumur ini biasanya dimanfaatkan untuk keperluan
penambangan, antara lain penyiraman jalan tambang, penyemprotan debu dan
crushing plant atau untuk keperluan perkantoran, perumahan dan workshop.Oleh
sebab itu cara sumur gali biasanya dilengkapi dengan media penjernih air baik
kimiawi atau hamparan pasir dan ijuk. Kapasitas sumur gali diperhitungkan
berdasarkan debit air maksimum yang mengalir dalam beberapa parit yang dibuat
di lokasi tambang.
e. Sistem adit
Penyaliran dengan sistem adit cocok diterapkan pada tambang open pit yang
cukup dalam, tetapi terdapat suatu lembah yang memungkinkan dibuatnya
sumuran (shafl). Sumuran ini berfungsi sebagai jalan keluarnya aliran-aliran air
melalui beberapa adit dari dalam tambang. Aliran air akhirnya keluar melalui
lembah
Qp = QL + Qz
Keterangan :
Dimana:
Q = Debit air yang masuk kedalam lokasi tambang (m3/detik)
C = Koefisien pengaliran
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = luas daerah tangkapan hujan (m2)
Dimensi saluran yang akan dibuat untuk mengalirkan air dari tambang dapat
diketahui dengan menggunakan persamaan Manning berikut ini:
Q = 1/n x R2/3 x S1/2 x A (6.2)
Dimana:
Q = Debit air dalam saluran per detik (m3/detik)
n = Koefisien kekerasan saluran
S = gradien kemiringan dasar saluran
A = Luas penampang
R = jari-jari hidrolis