Anda di halaman 1dari 110

8) Melakukan Evaluasi Hasil Analisis LB3

Disampaikan Oleh:
Anjarwati, S,Si., M. Env
PENETAPAN LIMBAH B3 DAN/ATAU LIMBAH NON B3
(APABILA TIDAK ADA DALAM DAFTAR PERATURAN)

LIMBAH B3
KATEGORI 1
> TCLP Nilai LD50 <
YA TIDAK kolom 50 mg/kg
Apakah limbah A BB hewan
eksplosif, mudah TCLP (toxicity < TCLP uji
menyala, reaktif, characteristic kolom B LD50 (lethal Beracun Limbah
Nilai LD50 >
LIMBAH infeksius, leaching dose-50)? 5000 mg/kg sub-kronis? nonB3
dan/atau BB hewan uji
procedure)?
korosif?
Nilai LD50 > 50
mg/kg dan <
< TCLP kolom
5000 mg/kg YA
A dan > TCLP TIDAK
BB hewan uji
kolom B

LIMBAH B3
KATEGORI 2
4
5
6
7
Contoh Kasus Pencemaran yang diketahui kapan mulai kejadiannya:
Oil sludge spill selama tank cleaning
• Add Video drone
Studi Deliniasi:
• Gambaran kondisi/rona lingkungan daerah studi.
• Mendapatkan informasi awal yang relevan dengan data yang
telah tersedia sebelumnya (data sekunder).
• Melakukan identifikasi yang terkait dengan:
• Sumber kontaminan,
• Pola penjalaran,
• Hidrogeologi,
• Topographi,
• Geolistrik
Sampling Tools: Hand auger, Power head auger, Direct push sampler
Petunjuk Teknis → Studi Deliniasi:
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA NO.33 TAHUN 2009
TENTANG TATA CARA PEMULIHAN LAHAN TERKONTAMINASI LIMBAH B3

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP


DAN KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA NO.101 TAHUN 2018
TENTANG PEDOMAN PEMULIHAN LAHAN TERKONTAMINASI LIMBAH B3
• Tahapan Survey :
• Inspeksi lapangan awal
Lampiran 1 • Survey lapangan lengkap
• Survey lapangan pengesahan

• Penetapan lokasi titik sampling lahan terkontaminasi limbah B3


Lampiran 2 (titik pantau dan titik referensi)

•Kegiatan pemulihan lahan terkontaminasi limbah B3, tahapan-


tahapannya yaitu :
•Pemetaan lahan terkontaminasi
•Isolasi area terkontaminasi
•Pemberian papan pengumuman
Lampiran 3 •Pengambilan contoh uji
•Pengangkatan dan pengangkutan tanah terkontaminasi atau
alternatif lain
•Tahap pemulihan lahan terkontaminasi
•Pemantauan lahan terkontaminasi
•Pengurugan (backfill)

•Standar yang dapat digunakan sebagai acuan tingkat keberhasilan dalam


penanganan lahan tercemar yaitu :
Lampiran 4 •Titik referensi
•Pendekatan standar penggunaan lahan 17
•Tingkat kajian dasar resiko (Risk Based Screening Level)
Pengambilan sampel di lokasi dan sekitarnya (Step-1)

T. referensi
hilir
hulu
Pengambilan sampel di lokasi dan sekitarnya (Step-2)

hilir
hulu

Batas area Tanah T.LB3

Batas area Konfirmatif-1


Titik
referensi Batas area Konfirmatif-2
Jumlah dan banyaknya sampel yang diambil?

Untuk dapat merepresentasikan kondisi rona lingkungan dengan detil:


1. Semakin banyak sampel semakin baik.
2. Ambil sampel arah Horizontal dan Vertikal dari titik area T.LB3.
3. Komposit sampling jika area T.LB3 cukup luas.
4. Constrain jumlah dan banyaknya sampling:
a) Anggaran studi deliniasi
b) Luasan area terkontaminasi
c) Personil pengambil sampel
d) Keperluan analisa laboratorium
Teknik Komposit sampling:
Lokasi-A Ambil
sampel
Campur @ 4 layer
Homogen kedalaman
2 1 2 3 4 5

1 0-30 cm Sampel A-1


5 3 30-60 cm Sampel A-2
4 60-90 cm Sampel A-3
90-120 cm Sampel A-4
Contoh Kasus: Tanah Terkontaminasi Slag Logam

Tampak Samping

Tampak Atas
Conceptual Site Modelling

Potensi Penyebaran Polutan

Mencemari tanaman pangan

Mencemari biota air

Mencemari air tanah


Studi Deliniasi :
1. Sampling Air Sungai, Air tanah
2. Sampling Limbah
3. Sampling Tanah Terkontaminasi
4. Sampling Tanah Referensi
HI
Studi Deliniasi :
1. Sampling Air Sungai (Hulu dan Hilir)
2. Sampling Air tanah (didekat lokasi timbunan)

AT

HU
Studi Deliniasi :
1. Sampling Limbah (Komposit 5 Titik)
5

4
3

Limbah Slag
1
Studi Deliniasi :
1. Sampling Tanah Terkontaminasi (2 sampel Komposit) 3
2. Sampling Tanah Referensi (Tanah Bersih) 4

R
54
3 1
3
4 2
2
5

1 1
2

0-30 cm
30-60 cm
60-90 cm
90-120 cm
Studi Deliniasi :
1. Sampling Tanah di luar Boundary Area 6b
6a

R
4
5a
3 5b
4a
2 3a 4b
3b Untuk meyakinkan bahwa
tidak terjadi penyebaran dari
Limbah
1 2a
1a 2b
1b 100cm 200cm

0-30 cm
30-60 cm
60-90 cm
90-120 cm

1a 1b
Skala kontaminasi → Besar (area luas)
Studi Deliniasi:
• Survey, Sampling
• Studi pendukung: Geolistrik, Geohidrologi, Topografi, Pemetaan
Udara, Ground Penetrating Radar (GPR), dll
→ Pemodelan luasan, volume lahan terkontaminasi
→ Sampling sebagai Validasi
Teknik Sampling Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun

Sumber: Pusdiklat - KLH, 2014


Peserta memahami teknik sampling
limbah B3 sesuai prosedur standar
Standar sehingga data yang dihasilkan dapat
Kompetensi
dipertanggung jawabkan secara ilmiah
dan hukum

Menjelaskan cara membuat


1 perencanaan sampling LB
Menguraikan persiapan yang harus
2
Indikator dilakukan untuk sampling LB3
Keberhasilan Menjelaskan prosedur sampling LB3 di
3
lapangan
4 Menjelaskan QA/QC Sampling LB3
Pendahuluan
1.

Perencanaan
Sampling
Pelaksanaan
Sampling 4. 2.

5. 3.
Persiapan
QA/QC Sampling
Pendahuluan
1.

4. 2.

5. 3.
Pendahuluan
• Salah satu aspek penting dalam Pengelolaan dan Pengawasan Limbah B3
adalah pelaksanaan sampling dan analisis sesuai metoda standar .
• Sampling limbah B3 dan hasil analisis (data) harus dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah maupun hukum .
• Masih terbatasnya SDM baik di daerah maupun di pusat yang memahami
metoda (teknik) sampling Limbah B3 .
• Data yang diperoleh sangat terkait dengan metoda sampling dan analisis .
• Kesimpulan yang diambil sangat tergantung pada kerepresentatifan sampel .
1.Pendahulu
an

2.
Perencanaan
4.
Sampling
Pelaksanaan
Sampling

3. Persiapan
5. QA/QC Sampling
Desain Sampling:
Tujuan
pengambil
a. Penentuan lokasi (Peta dll)
an sampel b. Penentuan titik dan jumlah
titik sampling (GPS)
c. Waktu dan frekuensi
Perencanaan pengambilan sampel
Sampling d. Homogenitas sampel
Persiapan Desain e. Pengendalian mutu
peralatan sampling lapangan
f. Penentuan parameter uji
g. Penentuan metode sampling
h. Biaya pengambilan sampel
Hal Utama yang Ditetapkan
Dalam Perencanaan Sampling

TUJUAN SAMPLING ?

-Penetapan Limbah B3
-Pengecualian Limbah B3
-Penetapan by product
-Pemulihan lingkungan (clean up)
-Penanganan kasus
-Monitoring untuk mendapatkan bukti dipenuhi atau
tidaknya peraturan yang terkait

Sumber: Iyan Suwargana, KLHK


Sumber: Iyan Suwargana, KLHK
1.Pendahulu
an

2.
Perencanaan
4.
Sampling
Pelaksanaan
Sampling

3. Persiapan
5. QA/QC Sampling
Persiapan Pengambilan
contoh uji
(Hyperlink ke Tabel 8.2)

• Personil yang kompeten


• Botol sampel, pengawet, label, spidol
• Kotak penyimpan sampel, ice box dll,
• Alat pengambilan contoh uji
• Peralatan penunjang; sepatu boot dll
Persyaratan Alat dan Wadah (1)

Wadah contoh uji bergantung kepada


kebutuhan dan jenis contoh uji
Bahan dasar wadah harus tidak bereaksi
dengan limbah yang menyebabkan
kontaminasi, tidak mudah pecah atau bocor
akibat reaksi kimia yang terjadi dalam limbah.
Untuk limbah B-3 dan tanah digunakan wadah
yang terbuat dari plastik (polietilen, polipropilen,
polikarbonat, teflon, polivinil atau
polimetilpentana) atau gelas.
Persyaratan Alat dan Wadah (2)

Untuk pengujian parameter organik, sebaiknya


limbah disimpan dalam wadah etilen propilen
terflorinasi.

Wadah gelas (putih atau coklat) dapat digunakan


untuk menyimpan berbagai jenis limbah, kecuali
limbah yang mengandung alkali kuat dan asam
hidroflurik
Persyaratan Alat dan Wadah (3)

▪ Limbah padat/sludge atau cairan dengan kandungan


material tersuspensi tinggi gunakan wadah yang
bermulut agak lebar. Pada wadah gelas dianjurkan
penutupnya terbuat dari bahan teflon. Sedangkan pelapis
bagian dalamnya terbuat dari polietilen.

▪ Pada limbah jenis gas atau gas yang terlarut dalam


cairan tempatkan contoh uji pada wadah yang bermulut
kecil/botol kedap udara
1.Pendahulu
an

2.
Perencanaan
4.
Sampling
Pelaksanaan
Sampling

3. Persiapan
5. QA/QC Sampling
Pelaksanaan Sampling

Pengambilan

Pelabelan

Pengawetan

Transportasi

Penyimpanan
Dokumentasi Contoh

Contents 1
Teknik Pengambilan Contoh Limbah B3

• Sesaat
• Komposit tempat
• Komposit waktu
• Komposit waktu dan tempat

Metode sampling limbah B3 secara komposit tempat


adalah Pengambilan sampel pada waktu yang relatif
sama dan tempat yang berbeda dengan jumlah
contoh dan cara pengambilan yang sama

Sumber: Iyan Suwargana, KLHK


1. Wadah atau Drum
2. Kolam air (lagoon) dan landfill
3. Timbunan limbah
4. Kantong atau karung
5. Tangki
6. IPAL
7. Dasar sungai/laut,
8. dll
48
1. Wadah atau Drum

Bila limbah homogen, mudah Diambil secara grid 3


dijangkau dan dari satu proses dimensi dan 2 dimensi

Diambil secara vertikal


Bila tidak homogen

Beri nomor dan diambil secara acak


Titik sampling limbah B3 yang tersimpan dalam wadah : Jika limbah yang
dihasilkan berasal dari proses yang berbeda dan tidak homogen, maka
pemilihan wadah harus berdasarkan banyaknya jumlah wadah yang ada.
50
Drum limbah
Total drum limbah
yang diambil

2-8 2

9 - 27 3

28 - 64 4

65 - 125 5

126 - 216 6
51
Drum limbah
Total drum limbah
yang diambil

217 - 343 7
344 - 512 8
513 - 729 9
730 - 1000 10
1001 - 1331 11
52
2. Tangki
Cara pengambilan sama seperti pada
Bila mobil tanki
wadah atau drum
sebagai wadah maka
Pengambilan contoh uji dengan sistem grid diperlakukan seperti
3 atau 2 dimensi halnya wadah tanki.
Pada tangki tertentu hanya dapat Jumlah mobil tangki
dilakukan pengambilan contoh pada diperhitungkan dan
bagian sisinya, atau hanya pada dipilih secara random
lubang/kran/valve inspeksi dan diambil untuk menentukan titik
secara acak melalui kran inspeksi sampling
berdasarkan waktu tertentu.
Bagian tertentu dari limbah dalam tangki
dapat terambil, sehingga dapat mewakili
contoh uji limbah yang berada dalam
tangki tsb.
Limbah pada lagoon biasanya berupa slurry (semi
padat) atau sludge basah
Limbah pada landfill umumnya padatan
Membuat peta landfill atau lagoon kemudian
membaginya menjadi 2 dimensi & dinomori, setelah
itu dilakukan pengambilan.
Untuk kolam yang limbahnya cair atau slurry metode
pengambilan disarankan sama seperti yang
dilakukan pada tanki.
Peralatan yang cocok untuk pengambilan contoh uji di
landfill dan lagoon adalah auger
54
Grid 3 dimensi untuk pemilihan sel
pengambilan contoh uji

55
4. Karung atau Kantong

Secara grid 3 dimensi dan 2 dimensi


Bila limbah homogen, mudah dijangkau dan dari
satu proses
Bila tidak homogen, diambil secara vertikal
Beri nomor dan diambil secara acak

56
• Luas timbunan dan kemudahan akses merupakan
pertimbangan penting perencanaan strategis
sampling.
• Karena sampling yang ideal bila ada
kemudahan untuk menjangkau semua bagian
timbunan limbah
• Pengambilan contoh uji dapat dibagi menjadi
sistem grid tiga dimensi diberi kode (nomor) dan
dipilih secara acak

57
58
Limbah B-3 berupa cairan pada IPAL diambil
pada saluran limbah sebelum masuk ke IPAL
(inlet) dan saluran yang keluar dari IPAL (outlet)

Limbah padat yang berasal dari kolam


penampungan atau sedimentasi, cara
pengambilannya dapat dilakukan seperti pada
cara pengambilan contoh uji di lagoon atau
kolam.
59
7. Dasar Sungai/Laut
• Pengambilan sampel sedimen merupakan bagian dari pengambilan sampel
air, karena itu penentuan lokasi dan titik pengambilannya didasarkan kepada
kaidah-kaidah penentuan lokasi dan titik pengambilan sample air.
• Pengambilan sampel sedimen, untuk mengetahui sejauh mana pencemar
didalam air telah mempengaruhi sedimen.
• Untuk mendapatkan sampel yang representatif, dibutuhkan teknis khusus
untuk pengambilan sampel padat atau sedimen
Kedalaman

METODE
VARIASI tergantung
TEKNIK Type Sampel
SAMPLING (dist&undist)
PERALATAN

Tipe tanah

61
JENIS TANAH:
Undisturbed soils (sebagai
kontrol)
Mechanically disturbed soils
(tanah tercemar)

62
Sangat penting untuk mendapatkan karakteristik tanah yang akurat

Exploratory/ judgemental sampling

Simple random sampling method

Stratified random sampling method

Sistematic grid sampling method

Composite sampling method


1. Exploratory sampling

Digunakan untuk asesmen tanah secara kualitatif untuk


mengevaluasi dampak yang terlihat
Pengambilan di lokasi dengan jenis tanah disturbance
(terganggu/tercemar)
Penentuan titik pengambilan dilakukan secara
penunjukkan langsung (judgemental sampling)

64
Exploratory Sampling

SITE

Daerah tercemar

Titik sampling

65
Exploratory Sampling

Membutuhkan daerah kontrol minimal 2 titik


sebagai pembanding

Jenis contoh exploratory sampling diantaranya:

Single-industry waste site (komposisi limbah


dan daerah yang tercemar diketahui)
Small waste site (jenis polutan tidak diketahui
tapi daerah tercemar diketahui)
Chemical spills (daerah tercemar diketahui
melalui perubahan warna dan matinya
vegetasi)
66
2. Simple Random Sampling
Metode sampling acak sederhana
memungkinkan kombinasi jumlah contoh dan
titik pengambilan yang memiliki jenis
disturbance atau gangguan yang sama.
Untuk area <0.5 ha jumlah titik pengambilan
adalah 5 – 10 titik
Untuk area >0.5 ha, jumlah titik pengambilan
adalah 25 titik
Lebih dari 25 titik, presisi mulai menurun

67
Simple Random Sampling

Site

Random sampling map


68
3. Stratified Random sampling
Total area dibagi mejadi beberapa strata atau
sub populasi dimana contoh acak diambil di
setiap stara.

Lebih teliti dibanding Random Sampling dimana


dapat menghilangkan variasi kesalahan dalam
pengambilan (sampling error).

Pembuatan strata dapat berdasarkan topografi,


jenis vegetasi, jenis tanah, perkiraan konsentrasi
polutan atau jenis prosedur clean-up yang
berbeda.
69
Stratified Random Sampling

Setiap strata tidak boleh overlap


Dalam merancang
kegiatan sampling
dengan metode Jumlah titik contoh dan jumlah
stratified random contoh setiap strata sama
sampling, harus
dipastikan:
Lokasi pengambilan contoh secara
acak tergambar dalam perencanaan
Stratified Random Sampling

Stratum 1

Stratum 2

Stratified Random Sampling Map


71
Stratified Random Sampling
4. Systematic Grid Sampling
Suatu disain dimana titik-titik pengambilan terletak
pada jarak yang sama dengan interval tertentu untuk
dapat menjangkau seluruh populasi contoh yang
diharapkan dan memiliki keteraturan untuk setiap
titiknya.
Penentuan titik pengambilan lebih mudah dibanding
random sampling.
Untuk pengambilan contoh pada titik yang pertama
harus dilakukan secara acak
Metode ini dapat menggantikan metode random dan
stratified sampling, tetapi metode random dan
stratified sampling tidak dapat mewakili metode
systematic or grid sampling 73
Systematic Grid Sampling

SITE

Systematic or Grid sampling map

74
Systematic or Grid Sampling
(lanjutan)

SITE

75
Systematic or Grid sampling map
5. Composite sampling
1 2 3
Digunakan Sejumlah
apabila hanya contoh uji yang Polutan yang
nilai rata-rata dari diambil dari terkandung
suatu unsur setiap populasi diperkirakan
dalam tanah yang dicampurkan sama dan
diinginkan dan menjadi satu stabil dalam
dapat mengurangi sebagai contoh uji
biaya analisis. composite
sample.
Composite Sampling

SITE

77
Metode
Metode yang umum dipakai dalam pengambilan
contoh uji tanah di suatu area adalah dengan
cara pengambilan 5 porsi tanah dalam pola “Z”
seperti pada gambar;
Sample Komposit.

Tanah atau contoh uji dari lima titik sampling


digabung menjadi satu diatas lembaran
aluminium foil. Tanah kemudian diaduk
sampai homogen, kemudian ditata menjadi
bentuk lingkaran A seperti pada gambar:
1

.
Peralatan Sampling (lanjutan)

4. Kesesuaian alat yang digunakan berperan


penting dalam keberhasilan pengambilan
contoh uji

5. Alat pengambilan yang salah dan tidak


representatif akan mempengaruhi data
hasil analisis contoh
Jenis Peralatan
Sampling Tanah/Limbah B3

82
Galvanized steel sampler Soil pH meter

84
Core sampler
Coring Tube

85
Coliwasa,
untuk limbah cair
dan slurry

Weighted bottle
sampler,
untuk limbah cair
dan slurry
Dipper,
untuk limbah
cair, butiran
dan slurry

Trier,
untuk limbah
padat,sludge,
butiran
Thief,
untuk limbah
padat dan
butiran

Auger,
untuk limbah
berbentuk
pasir atau
granuler Rugged brass auger
Shovel,
untuk limbah
padat, slugde dan
butiran

Eckman grab,
untuk sedimen
dan sludge pada
dasar kolam atau
perairan
Wadah Contoh Uji

➢Wadah contoh uji bergantung kepada


kebutuhan dan jenis contoh uji

➢Wadah contoh uji adalah kesesuainnya


dengan sifat limbah.

➢Bahan dasar wadah harus tidak memiliki


kemampuan untuk bereaksi dengan limbah
yang menyebabkan kontaminasi, tidak
mudah pecah atau bocor akibat reaksi kimia
yang terjadi dalam limbah
Wadah Contoh Uji (lanjutan)

➢ Untuk limbah B-3 dan tanah digunakan


wadah yang terbuat dari plastik (polietilen,
olipropilen, polikarbonat, teflon, polivinil atau
polimetilpentana) atau gelas.

➢ Untuk pengujian parameter organik,


sebaiknya limbah disimpan dalam wadah
etilen propilen terflorinasi.

➢ Wadah gelas (putih atau coklat) dapat


digunakan untuk menyimpan berbagai jenis
limbah, kecuali limbah yang mengandung
alkali kuat dan asam hidroflurik
Volume/Berat Sampel
Volume atau berat contoh uji yang
diambil disesuaikan dengan
kebutuhan analisis.

Sebelum pelaksanaan pengambilan


contoh uji sudah harus diperhitungkan
volume atau berat contoh uji yang akan
diambil, ini berkaitan dengan ukuran atau
jumlah wadah yang akan digunakan

Untuk menghidari terjadinya


kekurangan contoh uji pada saat
analisis dan tidak mungkin dilakukan
sampling kembali.
Pelaksanaan Sampling

➢Melihat kesesuaian perancanaan


dengan kondisi di lapangan
➢Menerapkan perencanaan yang telah
dirumuskan
➢Memodifikasi hal-hal tertentu apabila
ditemui kendala yang tidak terduga,
tetapi masih dalam kerangka
ketetapan yang dipersyaratkan
Penanganan Contoh Uji

➢ Penanganan dan pengelolaan contoh uji


memegang peranan penting dalam
pencapaian tujuan sampling untuk memantau
keberadaan suatu polutan dilingkungan.

➢ Salah dalam menangani dan mengelola contoh


uji berakibat hilangnya atau berubahnya
kondisi/karakteristik dan keberadaan suatu
polutan dalam contoh uji
Penanganan Sampel (2)
Contoh uji tanah/sedimen disimpan dalam ruang
pendingin dengan suhu 4oC
Limbah B3 berbentuk cair disesuaikan dengan bahan
pengawet yang digunakan
Analisis contoh di laboratorium disesuaikan dengan
holding time tiap parameter yang diinginkan
Setelah pengambilan contoh dilakukan, contoh harus
diberi label atau tanda yang memuat identifikasi dan
segala informasi di lapangan
Semua data lapangan harus direkam
DATA LAPANGAN.docx
95
1. Penomoran lokasi dan 2.Tanggal dan
titik sampling waktu pengambilan

3. Keterangan singkat
Identifikasi mengenai jenis
Sampel contoh

5. Pemberian label pada 4. Catatan parameter


wadah termasuk tutupnya lapangan (pH, temp. dll)
1.Pendahuluan

2.
Perencanaan
4. Pelaksanaan Sampling
Sampling

3. Persiapan
5. QA/QC Sampling
Jaminan mutu merupakan bagian penting untuk menghasilkan
validitas data

Pengendalian mutu lapangan terdiri dari :

Blanko lapangan
Blanko diperlakukan
Blanko contoh sama dengan contoh
uji (dibuka
Blanko perjalanan
dilapangan,
ditambahkan
pengawet, dan
Split sampel diangkut dengan
wadah yang sama)
Sampel duplikat
Serah Terima Sample

.
Merupakan catatan
rangkaian perjalanan
contoh uji mulai
Chain of custody pengambilan contoh uji,
preparasi contoh uji, waktu
dan tanggal penerimaan
contoh uji, kondisi contoh
uji saat diterima.
Chain of Custody
▪ Petugas Sampling
▪ Jumlah sampel yang dikirim (volume, jumlah
wadah)
▪ Tanggal dan waktu pengambilan sampel
▪ Deskripsi sampel
▪ Parameter yang akan diuji
▪ Perlakuan terhadap sampel yang diambil
▪ Waktu dan tanggal penerimaan
▪ Tandatangan orang yang membawa dan
8/2/2021
menerima sampel 101
Chain of Custody

➔semua informasi
➔semua ➔ temperatur yang disepakati
kondisi penyimpan antara pembawa
sampel sampel, dan penerina
direkam juga sampel harus
dituangkan/direkam
abnormalit
dalam Rangkaian
as sampel Pengamanan
bila ada. Sampel.
Penanganan di Laboratorium

➢Di laboratorium, semua contoh uji sedapat


mungkin harus segera dianalisis.
➢contoh uji disimpan dalam ruangan
pendingin (cooling room) dengan suhu 4oC.
➢Waktu penyimpanan contoh uji untuk setiap
parameter bervariasi mulai dari ukuran jam
sampai ukuran bulan sesuai dengan holding
time - nya.
Pengendalian Mutu

➢Duplikat contoh uji


➢Split contoh
TUGAS/LATIHAN

1.Jika anda hendak melaksanakan delisting, maka jelaskan tahapan


pengujian yang harus anda lakukan

2. Jelaskan bagaimana cara anda mengevaluasi data hasil analisis lahan


terkontaminasi.

109
Terima Kasih
Semoga Bermanfaat

110

Anda mungkin juga menyukai