Anda di halaman 1dari 46

Teknik Bioremediasi

untuk Pengolahan Sludge


Teknik Bioremediasi
Optimasi kontak antara
mikroorganisme dengan pencemar
yang dimanfaatkan sebagai sumber
makanan
Lebih ditujukan pada materi organik
Teknik bioremediasi tanah
tercemar:
In-situ: pengolahan setempat
Ex-situ: pengolahan di tempat lain
MO
MO
Ek-situ
In-situ
treatment

Tanah diangkat
Ek-situ
Apakah Polutan
biodegradable ?
Sebagian? Sempurna?
Yes
No Pilih teknologi
Data hidrogeologi
memadai ? lain
Yes No
In-Situ ? Ek-Situ ?

Polutan di Polutan di bukan Polutan Polutan


zona saturasi ? zona saturasi ? di fasa air ? di fasa tanah ?

Ke A Ke B Ke C Ke D
Polutan di
zona saturasi

Dikontrol oleh Kontrol Dikontrol


intervensi hidrolik ? Kombinasi secara fisik

Pilih Model
Metabolisme
AEROB ANAEROB

KOMBINASI
Pilih sumber Pilih Akseptor
oksigen elektron

O2 H2O2 NO3 SO4 CO2


Polutan di
zona non-saturasi

AEROB Pilih Model ANAEROB


Metabolisme

Pilih Tingkatkan
pembawa oksigen muka air tanah

Oksigen Oksigen Pilih Akseptor


dalam air dalam udara elektron

M. air tanah M. Air tanah


naik kontrol
NO3 SO4 CO2

O2 H2O2
Bioremediasi Oksigen
fase tanah
dalam udara
ek-situ
Bioreaktor Bioreaktor
fase slurry fase tanah

Kontinu/Batch Land
Biopile Komposting
sistem farming

Pilih Model Pilih Akseptor


Metabolisme ANAEROB
elektron

Kombinasi
AEROB
aerob-anaerob
NO3 SO4 CO2

O2 H2O2
In - Situ

Kelebihan:
Mengurangi gangguan thd lokasi
Pengolahan pencemaran yang lebih dalam
Kontak dengan pencemar minimal terutama
pencemar volatil
Mengurangi biaya transportasi
In - situ

Kekurangan:
Data geohidrologi yang lengkap
Pengendalian kondisi reaksi dan hasiol akhir
sulit
Monitoring yang lebih hati-hati
Perlu rekayasa lebih lanjut untuk suply
oksigen dan nutrien
In - Situ

Contoh:
Soil-venting: kontaminan yang volatil dan di
evakuasi untuk diolah lebih lanjut
Bio-venting: kontaminan semi dan non-volatil
dengan suplai oksigen dan nutrien
Nutrien +
Spray irrigation/
Infiltration trenches

Water table

Kontaminasi

Skematis bioremediasi in-situ 2


Tangki nutrien
Elektron akseptor Pengolahan

Sumur injeksi
Sumur recovery

kontaminasi

Arah aliran
air tanah
Skematis bioremediasi in-situ
Ex - Situ

Kelebihan:
Optimasi kondisi pengolahan
Pengendalian proses
Pengolahan lebih cepat
Mikroorganisme khusus dapat
diimplementasikan
Ex - Situ

Kekurangan:
Pemindahan bahan pencemar
Pendekatan bioremediasi termahal
Materi volatil kurang terkontrol pada
saat pemindahan
Ex - Situ
Contoh:
Land farming: penyebaran tanah
terkontaminasi pada ruang terbuka
Composting: dilakukan pada ruang
terbuka dan tertutup dengan kontrol yg
lebih baik
Slurry-reactor: bioremediasi untuk lumpur
yang dilakukan di kolam atau reaktor
khusus
BIO-PILE
Suplay oksigen

Kontaminasi

geotextile
Drainase
Blower
Knock out tank
30 m

1,5 m

4 inch
17 m
20 m

A A
1 m 1,5 m

Valve 4 inch

A Pressure Gauge
(negative)
Knock Out Blower
Kondisi Operasional
Bioremediasi
pH: 6 - 8
Temperatur: 20 40 C
Kandungan Air: 15 20%
Nutrien (N, P, dan K)
Substrat dan ko-substrat
Bioavailabilitas polutan
Oksigen: aerobik dan anaerobik
Menentukan jenis mikroorganisme yg
terlibat !!!
Bioremediasi Oil Sludge
Dihasilkan secara intermitten dengan
kandungan minyak 20%
Tidak memungkinkan proses recovery
Alternatif teknologi: injeksi ke formasi
minyak, incinerasi dan bioremediasi
Teknologi termurah: bioremediasi
dengan enmd-product yg aman
A A

Existing Plan

Existing Pit
TPH 8 % Oil Sludge

Existing Plan
Section A - A

TPH 2,5 - 3%

mix Implementasi
Bioremediation
Oil Sludge + Soil
+Bulking Agent

Geotextile Biomassa
Vent Vent

Udara

Revegetation
40 X 30 40 X 50

33 X 23 27 X 23

10 X 23
Geotextile Biomassa
Vent Vent

Udara

Revegetation
MCCO project- NSW from
Enviro2000

1000
474 PAH
PAH Solid Waste criteria (200mg/kg)
Log scale concentration mg/kg

100

32 42
b[a]p

b[a]p solid waste criteria (10mg/kg)


10

4.7

1
Before treatment After treatment
MCCO Project 2- NSWfrom
Enviro2000

10000

1896.25

PAH
Log scale concentration (mg/kg)

1000

PAH Solid Waste criteria (200mg/kg)

140 210
100 142 90
b[a]p
16.6
11.1
10
8
b[a]p solid waste criteria (10mg/kg)

1
Before treatm ent Firs t oxidation Second oxidation Contingency
oxidation
[PCP] ppm

0
5
10
15
20
25
30
35
40
16/06/1998

23/06/1998

n =10
30/06/1998

7/07/1998

14/07/1998

21/07/1998
28/07/1998

4/08/1998

11/08/1998

18/08/1998

25/08/1998

1/09/1998

8/09/1998

15/09/1998

22/09/1998

29/09/1998
6/10/1998

13/10/1998

Sampling Date
20/10/1998

27/10/1998

3/11/1998

10/11/1998
17/11/1998

24/11/1998

1/12/1998
8/12/1998

15/12/1998
Mean PCP Concentrations from Full Scale
Co-Composting of PCP Contaminated Soil.

22/12/1998

29/12/1998
5/01/1999
Biopile TPH Concentrations
12000
March 99 - March 00
10000
TPH Concentrations (mg/kg)

8000

6000

4000

2000

0
Mar-99 Apr-99 May-99 Jun-99 Jul-99 Aug-99 Sep-99 Oct-99 Nov-99 Dec-99 Jan-00 Feb-00 Mar-00
Sampling Date
Average TPH Concentration Target Concentration
The excavated contaminated site

Port Adelaide
The contaminated site during excavation
Site redevelopment
Pilot Scale Composting-
SWD
Full Scale Composting-SWD
Landfarming
Mount Gambier Excavation
Mount Gambier
Preparation of Biopile
base
Mount Gambier- HDPE
liner
Mount Gambier
Biopile air manifold
Monitoring
Biopile
Performance
Mount Gambier
Completed Biopile
Land farming di Caltex-Minas
Test Respirasi
di bioremediation site
Persoalan di Indonesia
Polutan yang bisa di bioremediasi
End point criteria yang sesuai dengan
daerah dan peruntukan wilayah
Monitoring parameter sesuai dengan
kemampuan analisis lab rujukan.
Teknik Bioremediasi yang dapat
diaplikasikan
Persyaratan teknis tidak text book oriented
Modifikasi disesuaikan dengan kondisi
lingkungan setempat
Biodegradabilitas limbah
yang akan diolah
Kompleks : Misalnya minyak Duri %
degradabilitas rendah (c.a 50%)
Reliable: degradasi 70%-90%, umumnya
meninggalkan fraksi berat yang sulit
terurai lebih lanjut
Cukup recalcitrant: memiliki kandungan
wax yang cukup tinggi.
Mungkin diperlukan karakterisasi
biodegradabilitas limbah yang akan diolah
Proses bioremediasi (1)
Sludge (c.a 20% TPH)
Penurunan konsentrasi sampai pada batas
yang reliable untuk diolah (separasi,
pencampuran dengan tanah)
Bioremediasi sampai pada level yang dapat
dicapai dengan teknik yang ada.(intensive
monitoring)
Landfiling dengan minimum requirement
landfill dan proses lanjut bioremediasi secara
insitu (minimum monitoring)
Bagan pengelolaan
PRETREATMENT
SLUDGE Separator
BIOREMEDIASI
TPH >20% Liquid treatment
Pencampuran tanah
TPH c.a 5% TPH 1-2%

Site
DISPOSAL SITE
Redevelopment

In-situ bioremediasi
Jangka waktu panjang
End Point
Tidak hanya berdasarkan konsentrasi, namun
juga % TPH removal (pencapaian salah satu
seharusnya sudah dipandang sebagai kriteria
sukses)
Variable daerah (pemukiman, industri, industri
minyak, komersial, pertanian)
Species tambahan dapat dijadikan kriteria juga
(misalkan B,T,E,X)
Logam berat tidak relevan untuk dijadikan
sebagai salah satu kriteria
Conclusions
Site remediation dominated by
landfilling in the past
Drive away from landfilling to real
remediation
Bioremediation- low cost option for
treatment of soils contaminated with
simple pollutants
Treatment processes may be extended
to recalcitrant pollutants

Anda mungkin juga menyukai