Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MKP OLEOKIMIA

“ MINYAK GORENG TURUNAN


DARI MINYAK KELAPA SAWIT ”

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi


Tugas Mata Kuliah Pilihan Oleokimia

Dosen Pengampu :

Ir. Dwi Handayani, MT

Disusun oleh :

Mifta Nur Hidayah (40040117640035)


Syaviela Viagul Sams Primartu (40040117640051)

S.Tr. TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI
SEKOLAH VOKASI
UNIIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya
kepada kita semua, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan Judul
“ MINYAK GORENG TURUNAN DARI MINYAK KELAPA SAWIT ”
Makalah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi mahasiswa STr. Teknologi
Rekayasa Kimia Industri Universitas Diponegoro dalam Mata Kuliah Pilihan Oleokimia.
Makalah ini dapat disusun berkat bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Eng. Vita Paramita, ST, MM, M.Eng selaku Ketua Program Studi S.Tr. Teknologi
Rekayasa Kimia Industri Universitas Diponegoro serta dosen pembimbing Mata Kuliah
Pilihan Oleokimia.
2. Fahmi Arifan, ST, M.Eng selaku dosen wali serta dosen pembimbing Mata Kuliah
Pilihan Oleokimia.
3. Ir. Dwi Handayani, MT selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Pilihan Oleokimia.
4. Teman-teman dan seluruh pihak terkait yang tidak dapat penyusun sebutkan satu-persatu.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Semarang, 16 September 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak sawit mulai digunakan secara komersial sebagai bahan baku produk oleokimia sejak
tahun 1990-an. Minyak sawit mampu menggantikan minyak bumi, minyak nabati lainnya dan
minyak hewani, sehingga pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan baku produk oleokimia
berkembang dengan pesat. Perkembangan ini terutama didorong oleh harga minyak sawit yang
lebih rendah dibandingkan minyak/lemak alami lainnya dan ketersediaannya yang tinggi di pasar
dunia.

Oleokimia adalah bahan kimia yang diperoleh dari lemak dan minyak. Oleokimia sawit
merupakan hasil konversi minyak sawit (CPO, RBDPO, Olein, Stearin, PFAD dan PKO) melalui
teknologi proses fisika/kimia/biologi ataupun kombinasinya menjadi produk-produk asam lemak
(fatty acid), alkohol lemak (fatty alcohol), metil ester dan gliserol.

Proses pengolahan minyak goreng dari CPO dikenal dengan istilah RBDPO (Refined
Bleached Deodorized Palm Oil). Proses ini penting untuk memastikan ketidakadaan senyawa
perekat, lilin, fosfatida dan asam lemak bebas (FFA) dari minyak, untuk memberikan warna yang
seragam dengan menghilangkan pigmen pewarna dan untuk menyingkirkan bau yang tidak
menyenangkan dari minyak. Hasil dari proses ini adalah minyak RBD Olein yang dimasyarakat
umum dikenal sebagai minyak goreng.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara penyulingan CPO?
2. Bagaimana proses pengolahan minyak goreng dari CPO?
3. Bagaimana bentuk dan reaksi minyak hasil refinasi dan fraksinasi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara penyulingan CPO.
2. Memahami proses pengolahan minyak goreng dari CPO.
3. Mengetahui bentuk dan reaksi minyak hasil refinasi dan fraksinasi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Pengolahan CPO


Buah sawit yang sudah matang harus segera diproses dalam waktu 24 jam setelah dipetik
lebih dari itu akan mengurangi kualitas minyak yang akan dihasilkan. Cara pemetikan kelapa
sawit yang benar ialah dengan memotong langsung tandannya dengan galah yang panjang. Buah
kelapa sawit ini bergerombol pada tandannya dan setiap tandan terdapat 1.500 buah sawit dengan
berat kurang lebih 49 kg. Buah sawit beserta tandannya ini kemudian dibawa ke pabrik
pengolahan yang letaknya tidak jauh dari perkebunan. Setelah buah disortir pihak sortasi, buah
dimasukkan kedalam ramp cage yang berada diatas rel lori. Ramp cage mempunyai 30 pintu
yang dibuka tutup dengan sistem hidrolik, terdiri dari 2 line sebelah kiri dan kanan. Pada saat
pintu dibuka lori yang berada dibawah cage akan terisi dengan TBS (Tandan Buah Sawit).

Setelah terisi, lori ditarik dengan capstand ke transfer carriage, dimana transfer
carriage dapat memuat 3 lori yang masing – masing mempunyai berat rata-rata 3,3 – 3,5 ton.
Dengan transfer carriage lori diarahkan ke rel sterilizer yang diinginkan. Kemudian diserikan
sebanyak 12 lori untuk dimasukan kedalam sterilizer. Pemasukan lori ke
dalam sterilizer menggunakan loader.

2.1.1 STERILIZER
Sterilisasi adalah proses perebusan dalam suatu bejana yang disebut dengan sterilizer.
Adapun fungsi dari perebusan adalah sebagai berikut:
1. Mematikan enzim.
2. Memudahkan lepasnya buah kelapa sawit dari tandan.
3. Mengurangi kadar air dalam buah.
4. Melunakkan mesocarp sehingga memudahkan proses pelumatan dan pengepressan.
5. Memudahkan lepasnya kernel dari cangkangnya.
Proses perebusan dilakukan selama 85 -95 menit. Untuk media pemanas dipakai steam dari BVP
(Back Pressure Vessel) yang bertekanan 2,8-3 bar.
Perebusan dilakukan dengan sistem 3 peak ( tiga puncak tekanan). Puncak pertama tekanan
sampai 1,5 Kg/cm2, puncak kedua tekanan sampai 2,0 Kg/cm2dan puncak ketiga tekanan
sampai 2,8 – 3,0 Kg/cm2.
Berikut proses perebusan sistem tiga peak :
Deaeration dilakukan 2 menit, dimana posisi condensate terbuka.
Memasukkan uap untuk peak pertama yang dicapai dalam waktu 10 menit. Biasanya tekanan
mencapai 1,2 bar.
1. Uap dan kondensat dibuang sampai tekanan menjadi 0 bar dalam waktu 5 menit.
2. Uap dimasukkan selama 15 menit untuk mencapai tekanan 2 bar.
3. Uap kondensat dibuang lagi selama 3 menit.
4. Kemudian steam dimasukkan lagi untuk mencapai peak ke-3 dalam waktu 15 – 20 menit.
5. Setalah peak ketiga tercapai maka dilakukan penahanan selama 40 – 50 menit.
6. Uap kondensat dibuang selama 5 – 7 menit sampai tekanan 0 atm.

2.1.2 THRESSER

Setelah perebusan TBS (Tandan Buah Sawit) yang telah masak diangkut
ke thresser dengan mengggunakan hoisting crane yang mempunyai daya angkat 5 ton. Lori
diangkat dan dibalikkan diatas hopper thresser (auto feeder).

Pada stasiun ini tandan buah segar yang telah direbus siap untuk dipisahkan antara
berondolan dan tandannya. Sebelum masuk kedalam thresser TBS yang telah direbus diatur
pemasukannya dengan menggunakan auto feeder. Dengan menggunakan putaran TBS dibanting
sehingga berondolan lepas dari tandannya dan jatuh ke conveyor dan elevator untuk
didistribusikan ke rethresser untuk pembantingan kedua kalinya. Thresser mempunyai kecepatan
putaran 22 – 25 rpm. Pada bagian dalam thresser, dipasang batang-batang besi perantara
sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan berondolan keluar dari thresser. Untuk
tandan kosong sendiri didistribusikan dengan empty bunch conveyor untuk didistribusikan ke
penampungan empty bunch.
2.1.3 STASIUN PRESS

Berondolan (buah sawit) yang keluar dari thresser jatuh ke conveyor, kemudian diangkut
dengan fruit elevator ke top cross conveyor yang mendistribusikan berondolan kedistributing
conveyor untuk dimasukkan dalam tiap-tiap digester. Digester adalah tangki silinder tegak yang
dilengkapi pisau-pisau pengaduk dengan kecepatan putaran 25-26 rpm, sehingga brondolan
dapat dicacah di dalam tangki ini. Bila tiap-tiap digester telah terisi penuh maka brondolan
menuju keconveyor recycling, diteruskan ke elevator untuk dikembalikan ke digester. Tujuan
pelumatan adalah agar daging buah terlepas dari biji sehingga mudah di-press. Untuk
memudahkan pelumatan buah, pada digester di-inject steam bersuhu sekitar 90 – 95 °C.

Berondolan yang telah lumat masuk ke dalam screw press untuk diperas sehingga
dihasilkan minyak (crude oil). Pada proses ini dilakukan penyemprotan air panas agar minyak
yang keluar tidak terlalu kental (penurunan viscositas) supaya pori-pori silinder tidak tersumbat,
sehingga kerja screw press tidak terlalu berat. Penyemprotan air dilakukan melalui nozzle-
nozzle pada pipa berlubang yang dipasang pada screw press. Kapasitas mesin press adalah 15 ton
per jam.

Tekanan mesin press harus diatur, karena bila tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan
inti pecah dan screw press mudah aus. Sebaliknya, jika tekanan mesinpress terlalu rendah
maka oil losses di ampas tinggi. Minyak hasil mesin press kemudian menuju ke sand trap
tank untuk pengendapan. Hasil lain adalah ampas (terdiri dari biji dan fiber), yang akan
dipisahkan dengan menggunakan cake breaker conveyor (CBC).

2.1.4 STASIUN PEMURNIAN

Minyak yang berasal dari stasiun press masih banyak mengandung kotoran-kotoran yang
berasal dari daging buah seperti lumpur, air dan lain-lain. Untuk mendapatkan minyak yang
memenuhi standar, maka perlu dilakukan pemurnian terhadap minyak tersebut. Pada stasiun ini
terdiri dari beberapa unit alat pengolah untuk memurnikan minyak produksi, yang meliputi
: Sand Trap Tank, Vibrating Screen, Crude Oil Tank, Continous Settling Tank (CST), Oil
Tank,Purifier, Vacum Dryer, Sludge Oil Tank, Sludge Vibrating Screen, Sludge Centrifuge, Fat
Pit, dan Storage Tank.
a. Sand Trap Tank

Minyak hasil mesin press merupakan minyak mentah yang masih banyak mengandung
kotoran-kotoran. Minyak tersebut masuk ke sand trap tank untuk mengendapkan partikel-partikel
yang mempunyai densitas tinggi. Sand trap tank adalah sebuah bejana yang berbentuk silinder
tegak.

b. Vibrating Screen

Minyak bagian atas dari sand trap tank yang masih mengandung serat dan sedikit kotoran
dialirkan ke ayakan getar (vibrating screen). Proses penyaringan memakai vibrating
screen bertujuan untuk memisahkan padatan, seperti : serabut, pasir, tanah dan kotoran-kotoran
lain yang masih terbawa dari sand trap tank. Vibrating yang digunakan adalah double deck
vibrating screen, dimana screen pertama berukuran 30 mesh dan screen kedua 40 mesh. Padatan
yang tertahan pada ayakan akan dikembalikan ke digester melalui conveyor, sedangkan minyak
dipompakan ke crude oil tank.

c. Crude Oil Tank (COT)

Minyak yang keluar dari vibrating screen dialirkan ke crude oil tank untuk ditampung
sementara. Pada crude oil tank ini minyak dipanaskan dengan steammelalui sistem pipa
pemanas, dan suhu dipertahankan 90-95°C. Dari sini minyak dipompakan ke CST
(Continuous Settling Tank).

d. Continous Settling Tank (CST)

Minyak dari COT dipompakan ke CST dimana sebelumnya dilewatkan ke buffer


tank agar aliran minyak masuk ke CST tidak terlalu kencang. CST bertujuan untuk
mengendapkan lumpur (sudge) berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Di CST suhu
dipertahankan 86-90 oC. Minyak pada bagian atas CST dikutip dengan
bantuan skimmer menuju oil tank, sedangkan sludge (yang masih mengandung minyak) pada
bagian bawah dialirkan secara underflow ke sludge vibrating screen sebelum ke sludge oil tank.
Sludge dan pasir yang mengendap didasar CST di-blowdown untuk dibawa ke sludge drain
tank .
e. Oil Tank

Minyak dari CST menuju ke oil tank untuk ditampung sementara waktu, sebelum
dialirkan ke oil purifier. Dalam oil tank juga terjadi pemanasan (75-80°C) dengan tujuan untuk
mengurangi kadar air.

f. Purifier

Di dalam purifier dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran dan kadar air
yang terdapat pada minyak berdasarkan atas perbedaan densitas dengan menggunakan gaya
sentrifugal, dengan kecepatan perputarannya 7500 rpm. Kotoran dan air yang memiliki densitas
yang besar akan berada pada bagian yang luar (dinding bowl), sedangkan minyak yang
mempunyai densitas lebih kecil bergerak ke arah poros dan keluar melalui sudu-sudu untuk
dialirkan ke vacuum drier. Kotoran dan air yang melekat pada dinding di-blowdown ke saluran
pembuangan untuk dibawa ke Fat Pit.

g. Vacuum Drier

Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung air, maka untuk mengurangi kadar
air tersebut, minyak dipompakan ke vacuum drier. Di sini minyak disemprot dengan
menggunakan nozzle sehingga campuran minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan
mempermudah pemisahan air dalam minyak, dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih
rendah dari air akan turun ke bawah dan kemudian dipompakan ke storage tank.

h. Sludge Tank

Untuk overflow dari tangki ini di alirkan ke drain tank sedangkan under flownya
dialirkan ke vibrating screen dan brush strainer atau langsung ke bak transit untuk dipompakan
ke sand cyclone. Untuk mempercepat pengendapan lumpur, sludge dipanaskan (80-90oC)
dengan menggunakan uap yang dialirkan melalui coil pemanas. Sehingga densitas minyak
menjadi lebih rendah dan lumpur halus yang melekat pada minyak akan terlepas dan mengendap
pada dasar tangki. Dari sand cyclone atau brush strainer sludge dialirkan ke balance tank sebagai
umpan untuk decanter atau sludge centrifuge.
i. Sludge centrifuge

Sludge centrifuge untuk mengolah sludge. Sludge Centrifuge adalah alat yang digunakan
untuk memisahkan minyak yang masih terkandung di dalam sludge, dengan cara pemisahan
berdasarkan gaya sentrifugal. Didalam sludge centrifuge ini terdapat bowl yang berputar 1450
rpm, bowl ini berbentuk bintang yang diujungnya terdapat nozzle dengan diameter lubang
tertentu dan nozzle ini dapat diganti sesuai keinginan.

Prinsip kerjanya adalah nozzle separator berputar dengan gaya centifugal dimana
pemisahannya, fraksi berat ( lumpur, kotoran ) terlempar ke dinding bowl dan fraksi ringan (air
dan minyak) akan ketengah. Minyak yang mempunyai densitas lebih kecil akan menuju poros
dan terdorong keluar melalui sudu-sudu (paring disk), dan ditampung di reclaimed tank sebelum
dipompakan oleh reclaimed oil pump untuk alirkan kembali ke CST. Sedangkan sludge
(mengandung air) yang mempuyai densitas lebih besar akan terdorong ke bagian dinding bowl
dan keluar melalui nozzle, kemudian sludge keluar melalui saluran pembuangan menuju fat pit.

j. Sludge drain tank

Lapisan bawah dari CST, dan sludge tank pada selang waktu tertentu didrain menuju
sludge drain tank. Di sludge drain tank minyak mengalir tenang dan dibiarkan overflow untuk
mengalir dan ditampung pada reclaimed tank, dan kemudian dipompakan kembali ke CST untuk
kemudian dimurnikan lagi. Sedangkan kotoran dan air dialirkan menuju fat pit.

k. Fat Pit

Sebelum sludge di buang ke kolam pengolahan limbah, terlebih dahulu ditampung di fat
pit dengan maksud agar minyak yang masih terbawa dapat terpisah kembali. Di Fat Pit
diinjeksikan uap sebagai pemanas untuk mempermudah proses pemisahan minyak dengan
kotoran. Minyak yang ada pada permukaan dibiarkan melimpah (overflow). Selanjutnya minyak
ditampung pada sebuah bak pada pinggiran kolam fat pit, dan kemudian dipompakan kembali ke
sludge drain tank.
l. Storage Tank

Minyak dari vacuum dryer, kemudian dipompakan ke storage tank (tangki timbun), pada
suhu simpan 45-55°C. Setiap hari dilakukan pengujian mutu. Minyak yang dihasilkan dari
daging buah berupa minyak yang disebut Crude Palm Oil (CPO).

2.2 Pengolahan Minyak Goreng dari CPO


Pabrik Pengolahan Minyak Goreng (PPMG) ini adalah pabrik yang memproduksi minyak
goreng dari bahan baku CPO (Crude Palm Oil / minyak sawit mentah). CPO yang diperoleh dari
hasil proses pressing dan ekstraksi di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) masih mengandung komponen-
komponen yang tidak diinginkan yaitu asam lemak bebas (FFA = Free Fatty Acid), resin, gum,
protein, fosfatida, pigmen warna dan bau. Agar dapat dipergunakan sebagai bahan makanan,
maka CPO tersebut harus diproses lagi di Pabrik Pengolahan Minyak Goreng. Secara garis besar
proses pada Pabrik Pengolahan Minyak Goreng terdiri dari proses refining (pemurnian) dan
fractionation (fraksionasi). Proses pemurnian terdiri dari proses degumming, proses netralisasi,
proses bleaching dan proses deodorisasi. Minyak yang diperoleh dari proses refining terdiri
dari olein (minyak goreng) dan stearin, dalam proses fraksionasi stearin dipisahkan dari olein.
Untuk memperjelas alur proses pengolahan minyak goreng dapat dilihat pada diagram blok
Pengolahan CPO menjadi Minyak Goreng sebagai berikut :
2.2.1.Proses Degumming

Proses degumming bertujuan untuk menghilangkan zat-zat yang terlarut atau zat-zat yang
bersifat koloidal, seperti resin, gum, protein dan fosfatida dalam minyak mentah. Pada prinsipnya
proses degumming ini adalah proses pembentukan dan pengikatan flok-flok dari zat-zat terlarut
dan zat-zat yang bersifat koloidal dalam minyak mentah, sehingga flok-flok yang terbentuk
cukup besar untuk bisa dipisahkan dari minyak. Proses degumming yang paling banyak
digunakan dewasa ini adalah proses degumming dengan menggunakan asam. Pengaruh yang
ditimbulkan oleh asam tersebut adalah menggumpalkan dan mengendapkan zat-zat seperti
protein, fosfatida, gum dan resin yang terdapat dalam minyak mentah.

2.2.2 Proses Netralisasi

Proses netralisasi atau deasidifikasi pada pemurnian minyak mentah bertujuan untuk
menghilangkan asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak mentah. Asam lemak bebas
(FFA) dapat menimbulkan bau yang tengik. Proses netralisasi yang paling sering digunakan
dalam industri kimia adalah proses netralisasi dengan soda kostik, dengan prinsip reaksi
penyabunan antara asam lemak bebas dengan larutan soda kostik, yang reaksi penyabunannya
sebagai berikut :

R----COOH + NaOH R-COONa + H2O

Kondisi reaksi yang optimum pada tekanan atmosfir adalah pada suhu 70 °C, dimana reaksinya
merupakan reaksi kesetimbangan yang akan bergeser ke sebelah kanan. Soda kostik yang
direaksikan biasanya berlebihan, sekitar 5 % dari kebutuhan stokiometris. Sabun yang terbentuk
dipisahkan dengan cara pengendapan. Soda kostik disamping berfungsi sebagai penetralisir
asam lemak bebas, juga memiliki sifat penghilang warna (decoulorization).

2.2.3 Proses Bleaching

Proses bleaching (pemucatan) dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan zat-


zat warna (pigmen) dalam minyak mentah, baik yang terlarut ataupun yang terdispersi.
Warna minyak mentah dapat berasal dari warna bawaan minyak ataupun warna yang timbul pada
proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng. Pigmen yang biasa terdapat di dalam suatu
minyak mentah ialah carotenoid yang berwarna merah atau kuning, chlorophillida dan
phaephytin yang berwarna hijau. Proses bleaching yang digunakan adalah proses bleaching
dengan absorbsi. Proses ini menggunakan zat penyerap (absorben) yang memiliki aktivitas
permukaan yang tinggi untuk menyerap zat warna yang terdapat dalam minyak mentah.

Disamping menyerap zat warna, absorben juga dapat menyerap zat yang memiliki sifat
koloidal lainnya seperti gum dan resin. Absorben yang paling banyak digunakan dalam proses
bleaching minyak dan lemak adalah tanah pemucat (bleaching erath) dan arang (carbon). Arang
sangat efektif dalam penghilangan pigmen warna merah, hijau dan biru, tetapi karena harganya
terlalu mahal maka dalam pemakaiannya biasanya dicampur dengan tanah pemucat dengan
jumlah yang disesuaikan terhadap jenis minyak mentah yang akan dipucatkan.

2.2.4 Proses Deodorisasi

Proses deodorisasi bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa dan bau yang
tidak dikehendaki dalam minyak untuk makanan. Senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa dan
bau yang tidak enak tersebut biasanya berupa senyawa karbohidrat tak jenuh, asam lemak bebas
dengan berat molekul rendah, senyawa-senyawa aldehid dan keton serta senyawa-senyawa yang
mempunyai volatilitas tinggi lainnya. Kadar senyawa-senyawa tersebut di atas, walaupun cukup
kecil telah cukup untuk memberikan rasa dan bau yang tidak enak, kadarnya antara 0,001 – 0,1
%. Proses deodorisasi yang banyak dilakukan adalah cara distilasi uap yang didasarkan pada
perbedaan harga volatilitas gliserida dengan senyawa-senyawa yang menimbulkan rasa dan bau
tersebut, dimana senyawa-senyawa tersebut lebih mudah menguap dari pada gliserida.

Uap yang digunakan adalah superheated steam (uap kering), yang mudah dipisahkan
secara kondensasi. Proses deodorisasi sangat dipengaruhi oleh faktor tekanan, temperatur dan
waktu, yang kesemuanya harus disesuaikan dengan jenis minyak mentah yang diolah dan sistim
proses yang digunakan. Temperatur operasi dijaga agar tidak sampai menyebabkan turut
terdistilasinya gliserida. Tekanan diusahakan serendah mungkin agar minyak terlindung dari
oksidasi oleh udara dan mengurangi jumlah pemakaian uap. Pada sistem batch ini, tekanan
operasi sekitar 3 torr dan temperatur 240 °C.
2.2.5 Proses Fraksionasi

Proses fraksionasi terdiri atas kristalisasi suatu fraksi yang menjadi padat pada temperatur
tertentu dan disusul dengan pemisahan kedua fraksi itu. Fraksi yang menjadi kristal adalah
stearin dan yang tetap cair adalah olein.Beberapa proses fraksionasi yang sering digunakan yaitu

 Fraksionasi kering (fraksionasi tanpa pelarut).


 Fraksionasi basah (fraksionasi dengan pelarut).
 Fraksionasi dengan menggunakan larutan deterjen sodium lauryl sulphat.

Proses fraksionasi kering didasarkan pada pendinginan minyak dengan kondisi yang
terkendali tanpa penambahan bahan kimia apapun. Ada tiga operasi yang terlibat yaitu seeding,
kristalisasi, dan filtrasi. Mula-mula minyak dipanasi sampai 70 °C untuk memperoleh cairan
homogen dan kemudian didinginkan dengan air pendingin sampai temperatur 40 °C,
selanjutnya didinginkan samapi temperatur 20 °C dan dipertahankan sampai proses kristalisasi
dianggap selesai.

Fungsi pengadukan ini adalah agar pendinginan di dalam tangki lebih homogen sehingga
pemisahan olein dan stearin lebih mudah.Temperatur pengkristalan ini tergantung pada kualitas
minyak: Kualitas consumer kristal lemak terbentuk pada temperatur 28 °C.

Pada proses filtrasi RBDPO kristal yang sudah terbentuk dalam tangki kristalisasi
ditransfer ke filter press untuk pemisahan olein dan stearin. Olein hasil dari filtrasi ditransfer ke
SS tank dan MS tank. SS tank untuk kualitas olein dianalisa jika sesuai dengan spesifikasi
langsung masuk ke storage tank olein (kualitas bottling), sedangkan MS tank digunakan untuk
kualitas olein yang RBD oleinnya difilter spray dan hasilnya
langsung dialirkan ke storage tank olein (kualitas drumming, tinning dan industri). Sebelum
ditansfer ke intermediate tank, untuk kualitas bottling dan tinning ditambahkan antioksidan hal
ini untuk mempertahankan kualitas minyak. Sedangkan untuk kualitas drumming dan industri
tidak ditambahkan antioksidan. Hal ini disebabkan minyak dengan kualitas drumming dan
industri segera digunakan/dikonsumsi. RBD olein inilah yang di sebut minyak goreng.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Minyak sawit mulai digunakan secara komersial sebagai bahan baku produk oleokimia
sejak tahun 1990-an. Oleokimia adalah bahan kimia yang diperoleh dari lemak dan minyak.
Oleokimia sawit merupakan hasil konversi minyak sawit (CPO, RBDPO, Olein, Stearin, PFAD
dan PKO). Proses pengolahan minyak goreng dari CPO dikenal dengan istilah RBDPO (Refined
Bleached Deodorized Palm Oil). Hasil dari proses ini adalah minyak RBD Olein yang
dimasyarakat umum dikenal sebagai minyak goreng.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini masih jauh dari sempurna,
untuk kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang isi dari
makalah dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Makalah kunjungan pabrik PT. Inti Boga Sejahtera di Surabaya


2011. Anonim. “Proses Penyulingan Minyak Sawit”. PT Bakrie Sumatera Plantations
Tbk : Sumatera Utara.
2010. Anonim. “Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit”. Kuala Tanjung : Sumatera
Utara

https://www.smart-tbk.com/kebun-ke-pabrik-dalam-24-jam/

Anda mungkin juga menyukai